Anda di halaman 1dari 4

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Untuk Memenuhi Tugas Essay Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Fani Perbina Surbakti 4203111042


Jessica Karina Br Milala 4203111038
Juwita Fransisca Harefa 4203311050
Peni Elviana Br Tarigan 4203111133
Riah Ukurta Br Ginting 4203311007
Tasya Maylinda Sitorus 4203311022
Kelas : PSPM 2020 C

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Rosmala Dewi, M.Pd., Kons

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA & DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2020

1. Pengertian Intelegensi

Spearman (dalam Kaplan dan Dennis, 2012: 230) mendefenisikan intelegensisebagai kemampuan untuk
memahami serta dapat mencapai dan memperhatikan. Binet (dalam Azwar, dalam jurnal Setyabudi,
2011), menyatakan bahwa inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu: kemampuan untuk mengarahkan
pikiran atau mengarahkan tindakan: kemampuan untuk mengubah arah tindakan tindakan tersebut
telah dilak sanakan; dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri. Menurut Wechsler (dalam Sukardi,
2003: 16) inteligensi adalah aplikasi yang menentukan suatu tujuan, untuk berpikir secara rasional, dan
untuk berhubung dengan lingkung disekitarnya secara memuaskan. Menurut Freeman (dalam Kaplan &
Dennis, 2012: 230) inteligensi merupakan penyesuain atau adaptasi seseorang terhadap seluruh
lingkungannya, kemampuan untuk belajar, dan kemampuan abstrak berpikir

2. Pengertian Minat

Crow and Crow (dalam Djaali, 2009) Minat adalah kekuatan pendorong yang menyebabkan individu
memberikan perhatian kepada seseorang, atau kepada aktivitas-aktivitas tertentu. Sedangkan menurut
Elizabeth B Hurlock, minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa
yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Menurut Syah (dalam jurnal Bari'ah dkk) minat
(interest) berarti kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu.

3. Pengertian Bakat

Guilford mendefenisikan bakat sebagai kemampuan kinerja yang mencakup dimensi persepsi,
psikomotor, dan intelektual. Sedangkan Woodworth dan Marquis (dalam Suryabrata, dalam Wahyuni
dkk, 2013: 62) mendefenisikan bakat sebagai prestasi yang dapat diramalkan dan diukur melalui tes
khusus. Oleh karena itu bakat dikategorikan sebagai suatu kemampuan ( ability ) yang memiliki tiga arti,
yaitu:

Prestasi , merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur dengan menggunakan alat ukur tertentu.
Kapasitas , potensi kemampuan, yang dapat diukur secara tidak langsung melalui pengukuran kecakapan
individu, dimana kecakapan berkembang dari perpaduan antara dasar latihan yang intensif dan
pengalaman. Keseluruhan kemampuan intelektual yang dimiki seseorang.

Bakat , yaitu kualitas diri individu yang hanya dapat diukur dengan menggunakan alat tes khusus yang
sengaja dibuat untuk mengungkap kemampuan tersebut. Menurut Conny Semiawan (dalam Sukardi,
2003,106) Bakat sebagai aptitude biasanya diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan
potensi ( potential ability ) yang masih perlu dikembangkan atau ditingkatkan.

E. KETERKAITAN INTELEGENSI, BAKAT DAN MINAT DALAM PROSES BELAJAR SISWA

Intelegensi, bakat dan minat pada hakikatnya memiliki persamaan dalam konsep
perkembangan. Intelegensi dan bakat yang tidak diasah atau dilatih tidak akan mengalami kemajuan.
Sementara tanpa adanya minat dalam mengembangkan intelegensi dan bakat akan mempengaruhi
perkembangan atau tidak akan mengalami kemajuan sama sekali sebab minat merupakan indikator
motivasi anak didik dalam mempelajari dan menunjukkan kinerja yang tinggi dalam proses belajar. Bakat
akan sulit berkembang dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya minat untuk hal tersebut atau
hal yang berkaitan dengan bidang yang akan ditekuni, misalnya seni, musik, hitung menghitung, bahasa,
dan lain-lain merupakan hasil interaksi antara bakat bawaan dan faktor lingkungan serta didukung
dengan faktor kepribadian dan sikap kerja seseorang.

Intelegensi, bakat dan minat memiliki hubungan satu sama lain, dimana jika salah satunya tidak
terpenuhi maka akan mempengaruhi yang lain. Hal ini dapat kita cermati dari hasil penelitian Heller,
Monks, dan Passow (Wimbarti : 2000), bahwa dari 100 anak yang memiliki IQ tinggi di California yang
diteliti sejak tahun 1920 hingga sekarang diantara mereka ada yang menjadi orang terkenal, diantaranya
senator, sebagian menerima hadiah nobel untuk Iptek, menjadi bintang film terkenal, sutradara
tersohor, novelis dan lain-lain. Namun ada juga diantara mereka yang menjadi pembersih kantor, tukang
sapu jalan, dan pekerja kasar lainnya. Dengan demikian orang-orang yang memiliki kemampuan IQ yang
tinggi tidak selamanya akan berhasil dalam hidupnya. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Harjito dkk.,
(1993) pada siswa SMA di Indonesia yang memperoleh prestasi belajar rendah atau yang mempunyai
permasalahan kesukaran belajar di sekolah. Hasilnya menunjukkan tidak selamanya siswa yang memiliki
prestasi belajar rendah dan memiliki kesukaran belajar berasal dari siswa yang memiliki inteligensi
rendah. Kenyataan menunjukkan beberapa siswa yang memiliki IQ diatas rata-rata memiliki prestasi
belajar yang rendah dan beberapa memiliki permasalahan dalam belajar.

Maka dapat disimpulkan bahwa Intelegensi, bakat dan minat pada peserta didik harus
dikembangkan secara bersamaan dan bertahap. Sebab ketiganya memiliki keterkaitan satu sama lain.
Seorang anak didik yang tahu akan kapasitas intelegensi, bakat dan minatnya sejak dini akan mampu
menjadikan bakat tersebut sebagai bekal untuk memperoleh kekuatan saat mereka dewasa nanti dan
akan membuka peluang bagi mereka untuk menjadi orang yang sukses. Adapun guru sebagai fasiliatator
pembelajaran yang bertanggung jawab terhadap perkembangan siswa sebaiknya dapat mengenali
kemampuan seperti apa yang dimiliki oleh siswanya.
Untuk meningkatkan kemampuan intelegensi, bakat dan minat peserta didik dengan baik maka
seorang pendidik harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:Dorongan. Dorongan secara
berlebihan (pemaksaan) pada anak didik dapat melunturkan motivasi anak untuk mengembangkan diri
mereka. Pujian. Pujian yang berlebihan tanpa kendali emosi dapat membawa anak terjebak ke dalam
sikap lupa diri.

Anda mungkin juga menyukai