Anda di halaman 1dari 15

SISWA DITUNTUT UNTUK BISA DALAM SEGALA HAL TERMASUK

YANG BERKELAINAN DARI BAKAT DAN MINATNYA

Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


Yang Dibimbing Oleh Dodik Roby Dermawan, S.Pd.

DISUSUN OLEH :
ANGGRAENI DESTRIANANDA
DESAIN PERMODELAN DAN INFORMASI BANGUNAN
ANGKATAN TAHUN 2021

Jalan Kenari Nomor 30 Telepon (0342) 801947


Website : www.smkn1blitar.sch.id
Email : info@smkn1blitar.sch.id

2023
ABSTRAKSI

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, lalu instrumen yang digunakan


adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan kuesioner. Hasil dari penelitian
dinyatakan bahwa guru harus membimbing peserta didik agar dapat menemukan
dan mengembangkan bakat yang dimilikinya. Peran guru dalam mengembangkan
bakat adalah perhatian, kerjasama anatara orang tua dan guru, belajar atau latihan,
menjaga kestabilan motivasi, memberikan penguatan. Tidak semua orang dapat
mengklasifikasikan minat dan mereka pada satu bidang saja, karena tidak semua
minat akan menjadi bakat.

Kata Kunci : Minat, Bakat, Tanggung Jawab

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat dan karunian-Nya sehingga masih diberikan kesehatan, kesempatan
sehingga kita dapat menyelesaikan proposal ini. Tak lupa pula kita pajatkan salam
dan taslim atas junjungan nabi besar Muhammad SAW, sebagai suri tauladan
untuk menjadi manusia yang cerdas dan berakhlak mulia di dunia ini.

Ucapan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung kami


dalam bentuk apapun termasuk atas dukungan orangtua yang telah membantu
dalam penyusunan karya tulis ini sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan
semaksimal mungkin.

Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa karya tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Sehingga saya selaku penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian, Akhir
kata semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat untuk saya dan
khususnya masyarakat Indonesia umumnya.

Blitar, 31 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Abstraksi…………………………………………………………………………...i
Kata Pengantar…………………………………………………………………….ii
Daftar Isi………………………………………………………………………….iii
BAB I……………………………………………………………………………...1
BAB II……………………………………………………………………………..3
BAB III……………………………………………………………………………6
BAB IV……………………………………………………………………………8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bakat umum merupakan kemampuan atau kecakapan yang secara umum
dimiliki oleh setiap orang. Beberapa contoh bakat umum yaitu, mampu
berpikir, mampu berjalan atau bergerak, mampu berbicara, serta mampu
menulis dan membaca.Setiap siswa memiliki bakat yang berbeda sehingga
siswa unik dengan caranya sendiri.
Mengembangkan minat dan bakat bertujuan agar seseorang siswa di
kemudian hari bisa bekerja di bidang yang diminatinya sesuai dengan
kemampuan serta minat dan bakat yang dimilikinya. Sehingga mereka dapat
mengembangkan kemampuannya untuk belajar dan bekerja secara maksimal.
Ini juga yang membuat mengembangkan minat dan bakat di sekolah sangat
penting bagi masa depan siswa.
Anak-anak didik bukanlah kertas kosong yang bisa kita isi sesuai dengan
keinginan kita, mereka juga bukan kertas yang sudah berisi penuh tulisan,
sehingga setiap guru tidak perlu mengisinya Kembali. Filosofi Ki Hajar
Dewantara dalam system pendidikannya yang didasari pada asih, asah dan
asuh (care and dedication based on love) merupakan metode yang ampuh
dalam memberi pengalaman pembelajaran.
Dari banyak khasus siswa dari analisis di kehidupan sehari-hari dianggap
bahwasanya anak yang pintar adalah mereka yang bisa matematika namun
anak itu bodoh jika ia tidak bias matematika. Hal tersebut harus diluruskan
sebagaimana nilai yang belum tentu menjadi patokan kesuksesan seseorang
namun tekad dan keinginan yang kuat untuk belajar lebih majulah sebagai
motivator hidup dalam kesuksesan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


 Faktor apa yang menyebabkan siswa berbeda untuk menanggapi suka dan
tidak suka dalam kegiatan pembelajaran
 Dampak apa saja yang diperoleh dari penyelewengan minat bakat siswa ?
 Bagaimana agar siwa tidak menanggapi dengan buruk saat kegiatan minat
bakat ?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT


Tujuan penelitian ini berdasarkan pada rumusan masalah adalah :
1. Mengarahkan siswa agar belajar sesuai minat bakat tanpa ada paksaan
2. Mengedepankan masa depan generasi penerus agar lebih maju
3. Menghapus pandangan buruk bahwa tidak semua siswa harus bisa semua
hal

1
Penelitian ini tidak hanya sekedar karya tulis belaka namun juga membawa
manfaat yaitu :
1. Meningkatnya sumber daya manusia
2. Siswa tidak stress karena dituntut untuk bisa semuanya.
3. Siswa memiliki keinginan belajar tinggi
4. Mengetahui seberapa berpengaruhnya tuntutan terhadap siswa

1.4 RUANG LINGKUP


Penelitian ini mengusung ruang lingkup pendidikan siswa di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 1 Kota Blitar, Jawa Timur.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Minat dan Bakat dalam Pendidikan


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), kata bakat diartikan
sebagai kepandaian, sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir. Sedangkan dalam
Bahasa Inggris, bakat sering digambarkan dengan kata “talent” yang berarti
kemampuan alami seseorang yang luar biasa akan sesuatu hal atas kemampuan
seseorang yang di atas rata-rata kemampuan orang lain akan sesuatu hal. Secara
bahasa (etimologi) kata ”bakat” dalam kamus bahasa Indonesia berarti bekas,
kesan, tanda-tanda (bekas luka).
William B. Michael dalam Jamal Ma’mur Asmani mendifinisikan bakat
dengan an aptitude may be defined as a person’s capcity, or hypotical potential,
for acquaisition of certain more or less well defined pattern of behavior involved
in the performance of a task respectto wich the individual has had little or no
previous training. Woodworth dan Marquis menyatakan bahwa Bakat (aptitude)
termasuk kemampuan (ability).
Menurut Munandar, bakat adalah kemampuan bawaan seseorang yang
merupakan potensi yang masih perlu dilatih dan dikembangkan agar dapat
terwujud. Menurut Given (2007) bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan
yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk
mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya
kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain. Seseorang yang
berbakat musik misalnya, dengan latihan yang sama dengan orang lain yang tidak
berbakat musik, akan lebih cepat menguasai keterampilan tersebut. Untuk bisa
terealisasi bakat harus ditunjang dengan minat, latihan, pengetahuan, pengalaman
agar bakat tersebut dapat teraktualisasi dengan baik.
Menurut Bingham bakat adalah sesuatu yang telah didapat setelah
mendapatkan sebuah pelatihan. Menurut Guilford bakat mencakup tiga dimensi
psikologis yaitu dimensi perseptual (meliputi: kepekaan indra, perhatian, orientasi
ruang dan waktu), dimensi psikomotor (meliputi: kekuatan, ketepatan, keluwesan)
dan dimensi intelektual (meliputi: ingatan, pengenalan, evaluasi, berfikir). Bakat
menurut Soegarda Poerbakawatja adalah suatu benih dari suatu sifat yang baru
akan tampak nyata jika bakat tersebut mendapat kesempatan atau kemungkinan
untuk berkembang.
Apabila bakat dibiarkan tanpa adanya usaha untuk mengembangkannya,
maka bakat tersebut tidak mempunyai pengaruh apapun terhadap kehidupan
seseorang. Bakat akan menjadi barang mati yang tidak mempunyai kekuatan sama
sekali. Oleh karena pembinaan dan pelatihan menjadi sarana untuk menghidupkan
dan mengembangkan bakat agar menjadi potensi yang dapat dibanggakan dalam
dirinya.

3
2.2 Sistem Rangking yang Membuat Siswa Dituntut Untuk Menjadi Nomor
Satu
Menurut psikolog Sartono Mukadis (dilansir di hipwee.com)
sistem ranking merupakan bentuk pelecehan pada kemampuan peserta didik.
Hal ini diartikan sebagai membuat anak dikondisikan dalam keadaan yang
kurang sehat dan pada nuansa persaingan. Pakar pendidikan Prof.Dr.H. Arief

Rachman, M.Pd. berpendapat bahwa sistem ranking masih diperlukan


untuk membuat peta evaluasi dan memilih tindakan apa saja yang dapat
dilakukan tenaga pengajar terhadap peserta didik. Hal ini dapat meningkatkan
mutu pengajaran dan langkaha tepat dalam perbaikan kualitas belajar
mengajar.

Prof. Etty Indriati Ph.D. (Direktur Internalisasi Nilai dan Diplomasi


Budaya pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional) menyatakan
bahwa anak-anak semestinya tidak di-ranking. Alasannya, ranking dapat
memberikan stigma dan menimbulkan dampak negatif secara psikologis,
terutama bagi mereka yang mendapat peringkat rendah.

2.3 Perbedaan Setiap Siswa Menjadikan Mereka Unik dengan Caranya


Sendiri
Kita harus mengenal hal-hal yang umum yang terdapat pada semua anak
dan masa perkembangannya. Hal-hal yang umum pada masa perkembangan anak
merupakan dasar untuk mengenal individu anak. Faktor-faktor umum yang perlu
dikenal ialah hakekat individu. Sudah menjadi keyakinan semua orang bahwa
masing-masing individu memiliki karakteristik kemampuan yang berbeda-beda.
Ada yang berkemampuan cepat, sedang, dan ada yang berkemampuan rendah.
Menurut tinjauan psikologis setiap anak memiliki perbedaan dengan lainnya. “Tak
ada dua orang di dunia ini yang benar-benar sama dalam segala hal, sekalipun
mereka kembar” (Nurdin, 2005: 61). Tidak heran apabila seseorang yang
menyatakan bahwa “anak kembar itu serupa tapi tak sama”. Artinya dalam halhal
tertentu anak kembar memiliki kesamaan dan perbedaan (Djamarah, 2000: 55).
Pembelajar berbakat mempunyai kebutuhan dan masalah khusus. Jika
mendapatkan pembinaan yang tepat yang memungkinkannya mengembangkan
bakat dan kemampuannya secara utuh dan optimal Mereka dapat memberikan
sumbangan yang luar biasa kepada masyarakat. Munandar (1999) menggolongkan
enam bidang bakat, yaitu :
1). bakat intelektual umum
2). bakat akademik khusus
3). bakat kreatif, produktif
4). bakat dalam salah satu bidang seni
5). bakat psikososial atau kepemimpinan dan
6). bakat dalam bidang psikomotor Seorang pelajar dapat memiliki salah
satu bidang bakat tersebut.

4
2.4 Dampak Negatif
Akibat dari pengelompokan ini ialah memicu terjadinya konflik di antara
siswa. Tak jarang terkadang siswa dari kategori kelas pintar merasa lebih hebat
(over confidence) dan muncul konflik yang bersifat destruktif di antara teman
sekelasnya disebabkan persaingan yang ada. Begitu pula dengan kelas kategori
rendah. Mereka menjadi kelompok yang kehilangan identitasnya sebagai pelajar,
emosi mudah mencuat dan tak terkendali, serta semangat belajar mereka semakin
terkikis (Najamuddin: 2020). Dampak lain dari adanya pemeringkatan kelas ialah
memicu munculnya beban mental pada siswa. Hal tersebut disebabkan adanya
tuntutan dari berbagai pihak—terutama orangtua—agar anak memperoleh
peringkat terbaik. Kondisi ini menimbulkan beban pikiran bagi siswa. Belum lagi
adanya pelabelan tertentu bagi siswa yang berkemampuan rendah, seperti bodoh,
dungu, dan lainnya, yang menyebabkan mereka menjadi pribadi yang tidak
percaya diri serta pasrah pada keadaan. Di sisi lain, beban mental juga dirasakan
oleh siswa yang memperoleh peringkat atas.

2.5 Dampak Positif


Penelitian Roy et al (2013) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif
dan signifikan antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar, sehingga prestasi
belajar tidak hanya tergantung pada kecerdasan intelektual saja tetapi
penyumbang keberhasilan prestasi belajar juga terdapat pada kecerdasan
emosional. Selain dua faktor sebelumnya, prestasi belajar juga dipengaruhi oleh
motivasi belajar. Dalam penelitian ini motivasi belajar menjadi variabel
intervening. Dalam penelitian Lee (2010), ia menemukan bahwa faktor yang
paling berpengaruh dalam meraih prestasi belajar adalah motivasi belajar.
Sedangkan dalam penelitian Hamdu dan Agustina, (2011) membuktikan bahwa
terdapat pengaruh signifikan antara motivasi terhadap prestasi belajar siswa.

5
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Deskriptif Kualitatif


Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif yaitu mengungkapkan pengaruh variabel minat dan bakat terhadap
prestasi belajar dinyatakan dalam angka serta menjelaskannya dengan
membandingkan teori-teori yang ada.
Menurut Sukardi (2007:157) mengemukakan bahwa “penelitian deskriptif
pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara
sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat”.
Metode penelitian deskriptif ini bertujuan untuk dapat menggambarkan minat dan
bakat terhadap prestasi belajar siswa.

3.2 Penjabaran Tentang Sistem Rangking yang Membuat Persaingan Lebih


Sengit
Penggunaan Sistem Ranking Berdasarkan Tujuan
Adanya pro kontra oleh pakar pendidikan dan ahli di bidang kesehatan mental
soal sistem ranking, sangat dibutuhkan kebijaksanaan untuk memilih apakah ini
perlu tetap diadakan atau ditiadakan. Peserta didik disekolahkan dengan tujuan
agar memperoleh pengetahuan yang nantinya dapat membantu mereka dalam
kehidupan masa depannya.Artinya, sistem ranking bukanlah penentu mereka akan
menjadi seperti apa di masa mendatang. Tetapi proses mereka memperoleh nilai
tersebut adalah hal yang harusnya dapat diterapkan, yakni kerja keras, kejujuran,
kegigihan, kelapangan, dan kerja sama dengan tim.
Ada baiknya, penggunaan sistem peringkat ini digunakan dalam lingkup
tenagaa pengajar, bukan untuk dipublikasikan pada peserta didik. Untuk
memetakan hasil belajar siswa, guru tetap membutuhkan ranking agar tahu sistem
pembelajaran sudah sesuai atau perlu perbaikan. Jika nilai siswa dominan bagus di
mata pelajaran tertentu, dapat membantu guru atau pihak sekolah memilih
perwakilan sekolah dalam lomba/olimpiade.
Untuk para peserta didik, ada banyak cara untuk meningkatkan motivasi
belajar selain dengan menunjukkan peringkat mereka di kelas. Bisa menggunakan
metode-metode belajar yang menyenangkan, memberikan kelas motivasi,
memberikan reward, dan mengajarkan bahwa proses lebih penting daripada hasil
akhir.Mungkin bagi orang tua, sistem ranking masih berguna untuk menjadi bahan
perbandingan kepandaian anak mereka dengan anak orang lain. Pihak sekolah
dapat memberikan pengertian bahwa setiap anak itu unik dan bisa bersinar dengan
cara mereka masing-masing.

6
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini berada di SMKN 1 Blitar tepatnya di kelas XI DPIB 1
angkatan 2021 dimana 20/34 siswa menyatakan mereka terkena tuntutan orang tua
sebagai faktor utama untuk mencapai prestasi sehingga mereka sangat terobsesi
untuk mencapai angka 100 dengan menghalalkan berbagai cara termasuk
menyontek bahkan membayar seseorang yang lebih pintar (joki). Padahal banyak
diluar sana orang yang sukses tanpa angka 100.

7
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1Pemahaman Tentang Rangking dengan Tuntutan Siswa dalam Belajar


Peringkat kelas atau pemeringkatan hasil belajar siswa masih dianggap
sebagai sesuatu yang sangat penting dalam masyarakat kita. Hal ini karena ada
asumsi bahwa siswa yang memperoleh peringkat atas dianggap sebagai anak
cerdas. Peringkat kelas merupakan data siswa yang menjelaskan urutan
keberadaan mereka berdasarkan jumlah nilai yang tertera pada rapor. Peringkat
dapat mendeskripsikan tingkat prestasi siswa berada di posisi mana jika
dibandingkan dengan siswa lain pada kelas yang sama. Semakin atas peringkat
yang diraih siswa, makin bagus pemahaman pembelajaran yang diraihnya.
Sebaliknya, semakin rendah peringkat yang dicapai, makin lemah pula
pemahaman akan pembelajaran yang diikutinya.
Sebagai salah satu negara dengan pendidikan terbaik, Finlandia tidak
menganut sistem pemeringkatan. Hal itu karena pemeringkatan siswa dalam
sebuah kelas dapat memberikan efek buruk terhadap berbagai aspek belajar siswa.
Secara tidak langsung, sistem pemeringkatan telah mengklasifikasikan antara
siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah dalam pembelajaran. Hal
tersebut akan berdampak pada perkembangan mentalitas siswa dalam belajar.
Pemeringkatan dalam sebuah kelas terkadang juga memunculkan konflik
yang tidak sehat di antara para siswa. Selain memicu terjadinya kecurangan
seperti menyontek akibat siswa berusaha mempertahankan atau meraih nilai
tinggi, pemeringkatan juga menyulut terjadinya persaingan yang tidak sehat
antarsiswa. Hal tersebut karena setiap siswa akan berlomba meperoleh nilai tinggi
untuk mendapatkan peringkat tinggi pula. Dengan begitu, tujuan mulia pendidikan
untuk membentuk karakter yang baik pada setiap individu kian memudar.

4.2 Penanganan
Pelaksanaan pembelajaran, yang harusnya bersifat kolaboratif, berubah
menjadi suasana kompetitif yang tak berdampak baik. Dengan demikian,
pemeringkatan kelas telah menyebabkan terjadinya pengklasifikasian siswa secara
tidak manusiawi. Parahnya hal itu dilakukan oleh lembaga pendidikan yang
seharusnya menjadi tempat membangun karakter bangsa. Oleh karena itu, sudah
saatnya berhenti melakukan pemeringkatan agar tak lagi terjadi proses
dehumanisasi dalam lembaga pendidikan kita. Karena setiap murid adalah unik
dan masing-masing memiliki kelebihan yang dapat terus dikembangkan.

4.3 Saran
Tidak seharusnya siswa selalu dituntu untuk bisa semua bagaikan ikan
yang bodoh karena tidak bisa memanjat pohon. Pembelajaran sebaiknya masih
dalam kategori bebas dalam artian sesuai dengan minatnya apabila siswa
menyukai matematika bukan seni budaya biarkan dia lebih mengeksplor lebih
dalam dan beri dukungan jangan terlalu memaksakan untuk harus bisa seni
budaya juga begitupun sebaliknya bagi mereka yang lebih menyukai seni budaya.
Kesuksesan tidak melulu tentang bisa semuanya namun keinginan dan tekad yang
8
kuat yang menjadi motivator untuk terus melangkah maju. Apapun dasar
bakat dan skill yang siswa miliki jika ia ingin untuk terus berkembang maka ia
bisa menggiring masa depannya yang baik dengan caranya sendiri.

4.4 Kesimpulan
Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa siswa sangat membutuhkan
dukungan dari orang tua dan orang sekitar agar belajarnya lebih semangat. Siswa
mengetahui apa yang ia senangi dan tidak senangi, dukung proses pembelajaran
apa yang ia senangi seperti membantu ikan agar semakin handal dalam berenang
dan mengeksplor lautan lebih dalam karena itulah bakatnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sukardi. 2005.

William B. Michael dalam Jamal Ma’mur Asmani

Given (2007) bakat (aptitude)

10

Anda mungkin juga menyukai