DISUSUN OLEH :
ANGGRAENI DESTRIANANDA
DESAIN PERMODELAN DAN INFORMASI BANGUNAN
ANGKATAN TAHUN 2021
2023
ABSTRAKSI
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat dan karunian-Nya sehingga masih diberikan kesehatan, kesempatan
sehingga kita dapat menyelesaikan proposal ini. Tak lupa pula kita pajatkan salam
dan taslim atas junjungan nabi besar Muhammad SAW, sebagai suri tauladan
untuk menjadi manusia yang cerdas dan berakhlak mulia di dunia ini.
Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa karya tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Sehingga saya selaku penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian, Akhir
kata semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat untuk saya dan
khususnya masyarakat Indonesia umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Abstraksi…………………………………………………………………………...i
Kata Pengantar…………………………………………………………………….ii
Daftar Isi………………………………………………………………………….iii
BAB I……………………………………………………………………………...1
BAB II……………………………………………………………………………..3
BAB III……………………………………………………………………………6
BAB IV……………………………………………………………………………8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penelitian ini tidak hanya sekedar karya tulis belaka namun juga membawa
manfaat yaitu :
1. Meningkatnya sumber daya manusia
2. Siswa tidak stress karena dituntut untuk bisa semuanya.
3. Siswa memiliki keinginan belajar tinggi
4. Mengetahui seberapa berpengaruhnya tuntutan terhadap siswa
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
2.2 Sistem Rangking yang Membuat Siswa Dituntut Untuk Menjadi Nomor
Satu
Menurut psikolog Sartono Mukadis (dilansir di hipwee.com)
sistem ranking merupakan bentuk pelecehan pada kemampuan peserta didik.
Hal ini diartikan sebagai membuat anak dikondisikan dalam keadaan yang
kurang sehat dan pada nuansa persaingan. Pakar pendidikan Prof.Dr.H. Arief
4
2.4 Dampak Negatif
Akibat dari pengelompokan ini ialah memicu terjadinya konflik di antara
siswa. Tak jarang terkadang siswa dari kategori kelas pintar merasa lebih hebat
(over confidence) dan muncul konflik yang bersifat destruktif di antara teman
sekelasnya disebabkan persaingan yang ada. Begitu pula dengan kelas kategori
rendah. Mereka menjadi kelompok yang kehilangan identitasnya sebagai pelajar,
emosi mudah mencuat dan tak terkendali, serta semangat belajar mereka semakin
terkikis (Najamuddin: 2020). Dampak lain dari adanya pemeringkatan kelas ialah
memicu munculnya beban mental pada siswa. Hal tersebut disebabkan adanya
tuntutan dari berbagai pihak—terutama orangtua—agar anak memperoleh
peringkat terbaik. Kondisi ini menimbulkan beban pikiran bagi siswa. Belum lagi
adanya pelabelan tertentu bagi siswa yang berkemampuan rendah, seperti bodoh,
dungu, dan lainnya, yang menyebabkan mereka menjadi pribadi yang tidak
percaya diri serta pasrah pada keadaan. Di sisi lain, beban mental juga dirasakan
oleh siswa yang memperoleh peringkat atas.
5
BAB III
METODE PENELITIAN
6
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini berada di SMKN 1 Blitar tepatnya di kelas XI DPIB 1
angkatan 2021 dimana 20/34 siswa menyatakan mereka terkena tuntutan orang tua
sebagai faktor utama untuk mencapai prestasi sehingga mereka sangat terobsesi
untuk mencapai angka 100 dengan menghalalkan berbagai cara termasuk
menyontek bahkan membayar seseorang yang lebih pintar (joki). Padahal banyak
diluar sana orang yang sukses tanpa angka 100.
7
BAB IV
PEMBAHASAN
4.2 Penanganan
Pelaksanaan pembelajaran, yang harusnya bersifat kolaboratif, berubah
menjadi suasana kompetitif yang tak berdampak baik. Dengan demikian,
pemeringkatan kelas telah menyebabkan terjadinya pengklasifikasian siswa secara
tidak manusiawi. Parahnya hal itu dilakukan oleh lembaga pendidikan yang
seharusnya menjadi tempat membangun karakter bangsa. Oleh karena itu, sudah
saatnya berhenti melakukan pemeringkatan agar tak lagi terjadi proses
dehumanisasi dalam lembaga pendidikan kita. Karena setiap murid adalah unik
dan masing-masing memiliki kelebihan yang dapat terus dikembangkan.
4.3 Saran
Tidak seharusnya siswa selalu dituntu untuk bisa semua bagaikan ikan
yang bodoh karena tidak bisa memanjat pohon. Pembelajaran sebaiknya masih
dalam kategori bebas dalam artian sesuai dengan minatnya apabila siswa
menyukai matematika bukan seni budaya biarkan dia lebih mengeksplor lebih
dalam dan beri dukungan jangan terlalu memaksakan untuk harus bisa seni
budaya juga begitupun sebaliknya bagi mereka yang lebih menyukai seni budaya.
Kesuksesan tidak melulu tentang bisa semuanya namun keinginan dan tekad yang
8
kuat yang menjadi motivator untuk terus melangkah maju. Apapun dasar
bakat dan skill yang siswa miliki jika ia ingin untuk terus berkembang maka ia
bisa menggiring masa depannya yang baik dengan caranya sendiri.
4.4 Kesimpulan
Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa siswa sangat membutuhkan
dukungan dari orang tua dan orang sekitar agar belajarnya lebih semangat. Siswa
mengetahui apa yang ia senangi dan tidak senangi, dukung proses pembelajaran
apa yang ia senangi seperti membantu ikan agar semakin handal dalam berenang
dan mengeksplor lautan lebih dalam karena itulah bakatnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Sukardi. 2005.
10