0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
88 tayangan2 halaman
Galaktosemia adalah penyakit langka yang disebabkan ketidakmampuan tubuh untuk mengkonversi galaktosa menjadi glukosa. Gejalanya muncul beberapa hari setelah bayi mengonsumsi ASI atau susu formula yang mengandung laktosa. Kasusnya tidak bergantung pada status ekonomi, namun bayi yang tidak mendapat pengganti nutrisi yang tepat dari ASI berisiko stunting dan dehidrasi.
Galaktosemia adalah penyakit langka yang disebabkan ketidakmampuan tubuh untuk mengkonversi galaktosa menjadi glukosa. Gejalanya muncul beberapa hari setelah bayi mengonsumsi ASI atau susu formula yang mengandung laktosa. Kasusnya tidak bergantung pada status ekonomi, namun bayi yang tidak mendapat pengganti nutrisi yang tepat dari ASI berisiko stunting dan dehidrasi.
Galaktosemia adalah penyakit langka yang disebabkan ketidakmampuan tubuh untuk mengkonversi galaktosa menjadi glukosa. Gejalanya muncul beberapa hari setelah bayi mengonsumsi ASI atau susu formula yang mengandung laktosa. Kasusnya tidak bergantung pada status ekonomi, namun bayi yang tidak mendapat pengganti nutrisi yang tepat dari ASI berisiko stunting dan dehidrasi.
Galaktosemia adalah penyakit langka namun berpotensi mengancam nyawa,
sebagai akibat dari ketidakmampuan untuk mengkatabolisme galaktosa. Merupakan sebuah penyakit bawaan di mana terjadi hambatan transformasi galaktosa menjadi glukosa, akibat tubuh kekurangan salah satu dari tiga enzim (Galk, Galt, dan Gale). Kejadian galaktosemia klasik sekitar 1 per 30.000 kelahiran hidup untuk kaukasia. Umumnya didiagnosa pada bayi baru lahir. Diturunkan dalam autosomal resesif, yang berarti orang tua harus memiliki minimal satu mutasi pada gen Galt. Gejala diawali beberapa hari setelah menelan ASI atau susu formula yang mengandung laktosa. Gejala klinis yang dialami seperti tidak nafsu makan, muntah, diare, hati bengkak, dan letargis. Pertumbuhan dan perkembangan otak bayi tidak akan maksimal, bahkan bagi bayi perempuan perkembangan alat reproduksinya dapat terhambat. Sebab bagi bayi yang menderita penyakit ini tidak akan bisa mengkonsumsi ASI ataupun susu formula yang mengandung laktosa dan harus diganti dengan formula susu nabati seperti susu kacang kedelai. (Puspita 2019)
Kasus galaktosemia tidaklah memandang status ekonomi seseorang. Apabila kebutuhan
cairan dan nutrisi yang seharusnya didapat dari ASI tidak dipenuhi dengan penggantinya maka hal yang paling mungkin terjadi bayi mengalami dehidrasi dan tumbuh kembangnya terhambat. Kebanyakan orang Indonesia terutama dari kalangan menengah ke bawah menggunkan air tajin atau air rebusan beras sebagai pengganti susu. Air tajin kaya akan karbohidrat dikarenakan berasal dari rebusan beras. Akan tetapi tentunya kandungan air tajin tidak bisa memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, kandungannya jauh di bawah susu hewani, nabati, ataupun air susu ibu. Air tajin hanya berperan memenuhi kebutuhan cairan, mempertahankan kehidupan bayi. (Puspita 2019)
REFERENSI
Puspita, Retno Dyah. “Kentos (houstorium) Sebagai Alternatif Susu Penderita