Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS GESTASIONAL


Disusun dalam rangka memenuhi tugas
Stase Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :
NAMA : Trisnawati Sainal
NIM : 14420211075

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus gestasional (DMG) merupakan gangguan toleransi glukosa
yang pertama kali ditemukan pada saat kehamilan. DMG merupakan keadaan pada
wanita yang sebelumnya belum pernah didiagnosis diabetes kemudian menunjukkan
kadar glukosa tinggi selama kehamilan. Penelitian di Florida, Amerika Serikat,
menggunakan data dari tahun 2004 hingga 2007 menunjukkan prevalensi DMG pada
wanita keturunan India diperkirakan 11,6%, Vietnam 10%, penduduk kepulauan
Pasifik 9,8%, lebih tinggi daripada wanita turunan Asia Timur (Cina, Korea, dan
Jepang), yaitu 7,9% (Capula, dkk, 2013).
Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang
pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap
diabetes melitus atau gangguan toleransi glukosa. Pada ibu hamil dengan riwayat
keluarga DM, prevalensi diabetes melitus dalam kehamilan mencapai sebesar 5,1%
(Maryunani, 2008). Masalah DM dalam kehamilan di Indonesia masih membutuhkan
penanganan yang serius melihat jumlah penderita yang cukup banyak serta dampak
yang ditimbulkan pada ibu hamil dan janin. Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD
Dr. Soetomo pada tahun 2010-2012 menunjukkan bahwa terdapat 85 wanita hamil
dengan diabetes mellitus yang terbagi menjadi dua yakni 26 wanita hamil dengan
diabetes mellitus sebelum kehamilan (PGDM) dan 59 wanita hamil dengan DMG.
DMG menimbulkan banyak kesulitan karena penyakit ini akan banyak menimbulkan
perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi
kehamilan. DMG dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas ibu yang
tinggi (Mochtar, 2009). Pengaruh DM selama kehamilan dapat menyebabkan
gangguan selama kehamilan dan persalinan. Mayoritas wanita penderita DMG
gangguan toleransi glukosanya akan normal kembali setelah melahirkan, tetapi
beberapa akan tetap menjadi DMG atau menjadi toleransi glukosa terganggu

B. Tujuan
Tujuan penatalaksanaan diabetes gestasional adalah normoglikemi dan menjaga
pertumbuhan dan perkembangan fetus. Penatalaksanaan diabetes dilakukan secara
menyeluruh dengan kontrol rutin gula darah, perubahan gaya hidup, dan terapi obat-
obatan. Target kontrol glikemik pada diabetes gestasional adalah kadar glukosa darah
puasa ≤95 mg/dL dan kadar glukosa darah 2 jam post prandial ≤120 mg/dL.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis
1. Pengertian Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes gestasional (gestasional diabetes mellitus) atau GDM adalah


intoleransi glukosa yang didiagnosis selama kehamilan (Elizabeth R, 2011).
Menurut WHO (2011), diabetes mellitus gestasional didefinisikan sebagai derajat
intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama kehamilan.
Diabetes mellitus gestasional merupakan keadaan pada wanita yang sebelumnya
belum pernah didiagnosis diabetes kemudian menunjukkan kadar glukosa tinggi
selama kehamilan (Noaemi & Shalayel, 2011).
Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus
Gestasional, merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu yang sedang hamil.
Gejala utama dari kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama pada
penyakit diabetesyang lain yaitu sering buang air kecil (polyuri), selalu merasa haus
(polydipsi), dan sering merasa lapar (polyfagi). Cuma yang membedakan adalah
keadaan pasien saat ini sedang hamil. Sayangnya penemuan kasus kasus diabetes
gestasional sebagian besar karena kebetulan sebab pasien tidak akan merasakan
sesuatu yang aneh pada dirinya selain kehamilan, dan gejala sering kencing dan
banyak makan juga biasa terjadi pada kehamilan normal
2. Etiologi Diabetes Mellitus Gestasional
Selama kehamilan, resistensi insulin tubuh meningkat tiga kali lipat
dibandingkan keadaan tidak hamil. Pada kehamilan, penurunan sensitivitas insulin
ditandai dengan defek post-reseptor yang menurunkan kemampuan insulin untuk
memobilisasi SLC2A4 (GLUT 4) dari dalam sel ke permukaan sel. Hal ini mungkin
disebabkan oleh peningkatan hormon yang berkaitan dengan kehamilan. Meskipun
kehamilan dikaitkan dengan peningkatan massa sel β dan peningkatan kadar insulin,
beberapa wanita tidak dapat meningkatkan produksi insulinnya relatif terhadap
peningkatan resistensi insulin, sehingga menjadi hiperglikemik dan menderita DMG
(Noaemi & Shalayel, 2011).
3. Patofisiologi Diabetes Mellitus Gestasional
Pada DMG, akan terjadi suatu keadaan dimana jumlah atau fungsi insulin
menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap
insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula
darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Mayoritas penderita DMG mengalami
disfungsi sel β akibat resistensi insulin kronik sebelum kehamilan.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat
pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat
berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin, sehingga kadarnya dalam darah
janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin,
sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar
gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain seperti
estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan maka
terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan menuntut kebutuhan insulin. Menjelang
aterm, kebutuhan insulin meningkat hingga 3 kali lipat dari keadaan normal. Hal ini
disebut tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi
resistensi insulin yaitu bila ditambah dengan insulin eksogen maka tidak mudah
menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi
insulin sehingga relatif hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes
kehamilan.
4. Pathway Diabetes Mellitus Gestasional

Pengambilan glukosa sirkulasi plasenta ↑

Estrogen, kortisol, HPL ↑

Kerja insulin terganggu


dan menurun ↓

Glukosa tidak
dapat diserap

Hiperglikemia

Glukosa plasma ↑ Glukosa sel ↓

↑ osmolalitas plasma dan Glukosa masuk ke Sel tidak mendapat nutrisi


cairan dalam tubulus plasenta dan ↑

Poliuri Bayi kelebihan nutrisi Badan lemas,


(hiperglikemia) polifagi
Dehidrasi
5. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus Gestasional
1. Poliuri(banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang
mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh
banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi
walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada
sampai pada pembuluh darah.
➢ Penurunan berat badan
➢ Kesemutan, gatal
➢ Pandangan kabur
➢ Pruritus vulvae pada wanita
➢ Lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain
yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh
selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk
yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun
banyak makan akan tetap kurus (Rahayu, & Rodiani, 2016).
6. Komplikasi Diabetes Mellitus Gestasional
1. Hipertensi, preeklampsia dan eklampsia
Diabetes gestasional akan meningkatkan resiko ibu untuk mengalami tekanan
darah tinggi selama kehamilan. Hal tersebut juga akan meningkatkan resiko ibu untuk
terjadi preeklampsia dan eklampsia.
2. Diabetes Mellitus
Apabila selama kehamilan mengalami DMG, maka kemungkinan besar akan
mengalami kembali pada kehamilan berikutnya. Selain itu, ibu juga beresiko untuk
menderita diabetes tipe 2 pasca persalinan. Wanita hamil dengan DMG memiliki
risiko sebesar 41,3% menderita DMG pada kehamilan berikutnya, sedangkan pada
wanita yang tidak memiliki riwayat DMG sebelumnya hanya 4,2% (Getahun dkk,
2010). Risiko menderita diabetes 5 tahun setelah terdiagnosis DMG adalah 6,9% dan
setelah 10 tahun menjadi 21,1% (Sivaraman dkk, 2013). Diabetes gestasional yang
diterapi akan mengurangi risiko makrosomia, distosia bahu, dan hipertensi gestasional
(Poolsup dkk, 2014).

Ibu hamil yang menderita diabetes gestasional tetap dapat melahirkan bayi yang sehat.
Tetapi bila kondisi ini tidak ditangani dengan tepat, beberapa komplikasi dapat terjadi
pada bayi saat lahir, seperti:

➢ Kelebihan berat badan saat lahir yang disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam
darah (macrosomia).
➢ Lahir prematur yang mengakibatkan bayi kesulitan bernafas (respiratory distress
syndrome). Kondisi ini juga dapat terjadi pada bayi yang lahir tepat waktu.
➢ Lahir dengan gula darah rendah (hipoglikemia) akibat produksi insulin yang
tinggi. Kondisi ini dapat mengakibatkan kejang pada bayi, namun dapat ditangani
dengan memberinya asupan gula.
➢ Risiko mengalami obesitas dan diabetes tipe 2 ketika dewasa.

Selain pada bayi, ibu hamil juga berpotensi mengalami komplikasi, seperti hipertensi
dan preeklamsia, yang dapat membahayakan nyawa ibu dan bayi. Ibu hamil juga
berisiko terserang diabetes gestasional pada kehamilan berikutnya, atau malah terkena
diabetes tipe 2.

a. Komplikasi pada Ibu


1.Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
2.Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat resistensi insulin
3.Infeksi saluran kemih
4.Preeklampsi
5.Hidramnion
6.Retinopati
7.Trauma persalinan akibat bayi besar
B.Masalah pada anak :
1.Abortus
2.Kelainan kongenital spt sacral agenesis, neural tube defek
3.Respiratory distress
4.Neonatal hiperglikemia
5.Makrosomia
6.Hipocalcemia
7.Kematian perinatal akibat diabetic ketoasidosis
8.Hiperbilirubinemia
Tanda terjadi komplikasi pada DM gestasional
1.Makrovaskular: stroke, penyakit jantung koroner,ulkus/ gangren.
2.Mikrovaskular: retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik),
syaraf (stroke,neuropati).
3.Koma: hiperglikemi, hipoglikemi, stroke (Fatimah, 2015).

7. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan laboratorium
a. DL (Hb, WBC, LEU, PLT) sebagai skrining risiko yang berpotensi terjadi pada
ibu dengan DMG.
b. TTGO 50-100 gram sebagai skrining dan untuk menegakkan diagnosa DMG.
Dilakukan tes pembebanan glukosa 50 gram (tanpa puasa), kadar glukosa plasma
diukur 1 jam setelah pembebanan glukosa, dilakukan pada wanita dengan usia
kehamilan 24-28 minggu yang belum pernah terdiagnosis diabetes melitus. Jika
kadar glukosa plasma 1 jam setelah pembebanan glukosa >135 mg/dL* (7,8
mmol/L), dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa oral dengan 100 gram glukosa.
Kemudian, tes toleransi glukosa oral dengan 100 gram glukosa dilakukan pada
pasien dalam keadaan puasa. Diagnosis DMG ditegakkan apabila setidaknya dua
dari empat hasil pengukuran glukosa plasma memenuhi kriteria.
Onset Carpenter and Coustan NDGG (National WDPA
Diabetes Data Group)
Puasa >95 mg/dL (5,3mmol/L) >105 mg/dL (5,8 > 90 mg/Dl
mmol/L)
1 jam >180 mg/dL (10 mmol/L) >190 mg/dL (10,6 >180 mg/Dl
mmol/L)
2 jam >155 mg/dL (8,6 >165 mg/dL (9,2 > 160 mg/dL
mmol/L) mmol/L)
3 jam >140 mg/dL (7,8 >145 mg/dL (8 > 155 mg/Dl
mmol/L) mmol/L)
c. Urin reduksi : skrining diabetes melitus gestasional. Ibu dengan DMG harganya
cenderung positif.
8. Tatalaksana Diabetes Mellitus Gestasional
Menurut American Diabetic Association (ADA) 2015, penatalaksanaan pada
pasien DMG adalah sebagai berikut:
1. Terapi diet. Terapi ini merupakan strategi utama untuk mencapai kontrol
glikemik. Diet harus mampu menyokong pertambahan berat badan ibu sesuai masa
kehamilan, membantu mencapai normoglikemia tanpa menyebabkan lipolisis
(ketonuria). Latihan dan olah raga juga menjadi terapi tambahan untuk mencapai
target kontrol glikemik. Jika terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum
mencapai normoglikemia, maka terapi insulin harus segera dimulai.
2. Kontrol glikemik. Target glukosa pasien DMG dengan menggunakan sampel darah
kapiler adalah sebagai berikut:
a. Preprandial (setelah puasa) <95 mg/dL (5,3 mmol/L) dan
b. 1 jam post-prandial (setelah makan) <140 mg/dL (7,8 mmol/L) atau
c. 2 jam post-prandial (setelah makan) <120 mg/dL (6,7 mmol/L)
Dianjurkan pemeriksaan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu. Kontrol
sesuai jadwal pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan
maka kontrol semakin sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal 6-8 minggu sekali.
3. Terapi insulin. Terapi insulin dipertimbangkan apabila target glukosa plasma tidak
tercapai setelah pemantauan DMG selama 1-2 minggu. Insulin yang digunakan adalah
insulin dosis rendah dengan lama kerja intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari.
4. Obat hipoglikemik oral. Obat hipoglikemik oral seperti glyburide dan metformin
merupakan alternatif pengganti insulin pada pengobatan DMG.
9. Prognosis
Prognosis bagi wanita hamil dengan diabetes pada umumnya cukup baik,
apalagi penyakitnya lekas diketahui dan dengan segera diberikan pengobatan oleh
dokter ahli, serta kehamilan dan persalinannya ditangani oleh dokter spesialis
kebidanan. Kematian sangat jarang terjadi, apabila penderita sampai meninggal
biasanya karena penderita sudah mengidap diabetes sudah lama dan berat, terutama
yang disertai komplikasi pembuluh darah atau ginjal. Sebaliknya, prognosis bagi anak
jauh lebih buruk dan di pengaruhi oleh :
1. Berat dan lamanya penyakit, terutama disertai asetonuria
2. Insufisiensi plasenta
3. Prematuritas
4, Gawat napas (respiratory distress)
5. Cacat Bawaan
6. Komplikasi persalinan (distosia bahu)

B. Konsep Keperawatan
A. KONSEP KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian
perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa. Data
tersebut harus seakurat akuratnya, agar dapat digunakan dalam tahap berikutnya,
meliputi nama pasien,umur, keluhan utama.
b. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
esktremitas,luka yang sukar sembuh Sakit kepala, menyatakan seperti mau
muntah, kesemutan, lemah otot disorientasi, letargi, koma dan bingung.
b. Riwayat kesehatan lalu Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi,
penyakit jantung seperti Infark miokard
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
c. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tatalaksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren pada kaki
diabetik, sehingga menimbulkan persepsi negatif terhadap diri dan
kecendurangan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan
yang lama,lebih dari 6 juta dari penderita DM tidak menyadari akan terjadinya
resiko kaki diabetik bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi (Debra
Clair,Jounal Februari 2015)
b. Pola nutrisi
metabolik Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi
insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat
badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengarui status
kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek
, mual muntah. (Debra Clair,Jounal Februari 2015).
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing(poliuri) dan pengeluaran glukosa pada
urine(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola ativitas dan latihan
57 Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur,tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai
terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahanotot otot pada tungkai
bawah menyebabkan penderita tidak mampu melakukan aktivitas sehari hari
secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang luka,sehingga klien
mengalami kesulitan tidur
f. Kongnitif persepsi
Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa pada luka
sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami
penurunan, gangguan penglihatan.
g. Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh , lamanya
perawatan, banyaknya baiaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem)
h. Peran hubungan Luka
gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan
menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas Angiopati
dapat terjadi pada pebuluh darah diorgan reproduksi sehingga menyebabkan
gangguan potensi sek,gangguan kualitas maupun ereksi seta memberi dampak
dalam proses ejakulasi serta orgasme. Adanya perdangan 58 pada vagina, serta
orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. Risiko lebih tinggi terkena
kanker prostat berhubungan dengan nefropatai.
j. Koping
toleransi Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik, persaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reasi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung, dapat menyebabkan penderita
tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang kontruktif/adaptif.
k. Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka
pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengarui pola ibadah penderita.
d. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Vital Sign Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan
suhu. Tekanan darah dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi
atau normal, Nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami
perubahan jika terjadi infeksi.
b. Pemeriksaan Kulit Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan
jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi
komplikasi kulit terasa gatal.
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher 59 Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya
tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis
Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.
d. Pemeriksaan Dada (Thorak) Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis
metabolic pernafasan cepat dan dalam.
e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler) Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya
kegagalan sirkulasi.
f. Pemeriksaan Abdomen Dalam batas normal
g. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus Sering BAK
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas,
sering merasa kesemutan
i. Pemeriksaan Ekstremitas Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa
nyeri, bisa terasa baal
j. Pemeriksaan Neurologi GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)
(SDKI, 2018).
A. Diagnosa keperawatan

1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin

2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik

3. Infeksi berhubungan dengan peningkatan Leukosit

4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas

D. Intervensi

Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi


Keperawata Hasil

Ketidakstabilan gula darah Setelah dilakuakan Observasi :


b.d resistensi insulin asuhan keperawatan ▪ Identifikasi kemungkinan
DS: selama 1 x 24 jam maka penyebab hiperglikemia
➢ Pasien mengatakan kestabilan gula darah membaik, ▪ Monitor tanda dan gejala
badan lemah dan letih Dengan kriteria hiperglikemia
➢ Pasien mengatkan
hasil : ▪ Identifikasi pengobatan
sering minum
➢ Pasien Sering buang • Kestabilan kadar yang direkomendasi
aiar kecil ±10 X glukosa darah membaik Terapeutik :
DO: • Status nutrisi membaik ▪ Berikan asupan cairan oral
➢ Gula darah puasa • Tingkat pengetahuan ▪ Berikan dukungan untuk
,284) meningkat menjalani program
➢ Klien tampak lelah pengobatan dengan baik
➢ Klien tampa sering dan benar
buang air kecil Edukasi :
➢ Klien tampak sering ▪ Ajurkan kepatuhan
minum terhadap diet
▪ Jelaskan mamfaat dan efek
samping pengobatan
▪ Anjurkan mengosumsi obat
sesuai indikasi

Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakuakan Observasi :


cedera fisik asuhan ▪ Identifikasi identifikasi
DS: keperawatan 1 x 24 lokasi, karakteristik, durasi,
➢ Klien mengatakan jam Dengan kriteria frekuensi,
nyeri pada kakinya hasil : kualitas,intensitas nyeri
yang luka ▪ Tingkat nyeri menurun ▪ Identifikasi skala nyeri
➢ Keluarga ▪ Penyembuhan luka ▪ Identifikasi kesiapan dan
mengatakan pasien membaik kemampuan menerima
tidak nyaman ▪ Tingkat cidera menurun informasi
dengan lukanya Terapeutik :
DO: ▪ Berikan teknik non
➢ Klien meringis farmakologis untuk
kesakitan mengurangi rasa nyeri
➢ Klien meringis ▪ Sediakan materi dan media
kesakitan pendidikan kesehatan
➢ Skala nyeri 7
➢ Klien tampak Edukasi:
gelisah ▪ Jelaskan penyebab dan
periode dan pemicu nyeri
▪ Jelaskan tujuan dan
mamafaat teknik nafas
dalam
▪ Jelaskan prosedur teknik
nafas dalam
Kolaborasi:
▪ Kolaborasi pemberian
analgetik
▪ Pengcegahan Infeksi

Infeksi b.d Peningkatan Setelah diberikan Observasi:


Leukosit. asuhan keperawatan ▪ Monitor tanda dan gejala
DS: kepada klien infeksi lokal dan
➢ Klien mengatakan selama 1 x 24 jam sistematik
luka masih basah maka tingkat infeksi menurun Terapetik :
dan berbau Dengan kriteria ▪ Berikan perawatan kulit
➢ klien mengatakan hasil : pada area edema
ada luka dikaki ▪ Tingkat nyeri menurun ▪ Cuci tangan sebelum dan
sebelah kiri ▪ Integritas kulit dan sesudah kontak dengan
➢ klien mengatakan jaringan membaik pasien dan lingkungan
luka sejak 3 bulan ▪ Kontrol resiko pasien
sebelum masuk meningkat
DO: Edukasi :
➢ Terdapat pus ▪ Jelaskan tanda dan gejala
didaerah kaki yang infeksi
luka ▪ Ajarkan cara memeriksa
➢ Leukosit kondisi luka
27.33[10^3/ul] Kolaborasi:
➢ Tampakedema, ▪ Kolaborasi pemberian
terbuka) ,ukuran analgetik
2x2x3 cm terdapat
(luka
Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan tintdakan ▪ Terapi aktivitas
imobilitas keperawatan selama 1x 24 jam Observasi :
DS: intoleransi aktivitas membaik ▪ Identifikasi defisit tingkat
➢ klien mengtakan dengan kriteria hasil: aktivitas
aktivitas dibantu ▪ Toleransi aktivitas ▪ Identifikasi kemapuan
keluarga ▪ Ambulasi berpartisipasi dalam
➢ klien mengatkan ▪ Tingkat keletihan aktivitas tertentu
aktivitas tebatas Terapeutik :
DO: ▪ Fasilitasi pasien dan
➢ aktivitas klien keluarga dalam
tampak dibantu menyesuiakan lingkungan
keluaraga untuk mengakomodasi
➢ aktivitas tampak aktivitas yang di pilih
terbatas ▪ Libatkan keluarga dalam
➢ saat makan klien aktivitas
nampak dibantu Edukasi:
keluarga ▪ Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
E. Evaluasi

Dari 4 diagnosa yang ditegakkan sesuai dengan apa yang penulis temukan dalam studi
kasus dan melakukan asuhan keperawatan kurang lebih sudah mencapai perkembangan
yang lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam melakukan asuhan keperawatan untuk
mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan
klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.
a. Pada Diagnosa Pertama yakni Ketidakstabilan gula darah berhubunga dengan resistensi
insulin sudah tertasi sebagian karena kadar glukosa darah klien sudah menurun
b. Pada Diagnosa Kedua yakni Nyeri Akut berhubunga dengan Agen cedera fisik sudah
teratasi sebagian karena nyeri yang klien rasakan sudah mulai hilang
c. Untuk Diagnosa ketiga Resiko Infeksi berhubungan dengan peningkatan Leukosit
teratasi sebagian karena resiko infeksi sudah mulai membaik
d. Pada Diagnosa Kempat intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas sudah
teratasi sebagian karena intoleransi aktivitas sudah mulai membaik (SDKI, 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Al-Noaemi MC, Shalayel MHF. 2011. Pathophysiology of Gestational Diabetes Melitus: The
Past, the Present and the Future. In Gestational Diabetes, Radenkovic M editor.
InTech. p91-114. Available from:
http://www.intechopen.com/books/gestationaldiabetes/ pathophysiology-of-
gestational-diabetes-melitus-the-past-thepresent-and-the-future.
American Diabetes Association. Management of Diabetes in Pregnancy. 2015. Diabetes
Care.38(Suppl. 1):S77-S79.
Elizabeth R , Jason W. 2011. Patologi pada Kehamilan: Manajemen & Asuhan Kebidanan.
Jakarta: EGC.
Goldman et al, Malone FD., Vidaver J, Ball, RH

Hosler et al. 2011. Stressful events, smoking exposure and other maternal risk factors
associated with Gestasional Diabetes Mellitus. Journal of Pediatric and Perinatal
Epidemiology. 25:566-574.
Kaaja R, Ronnemaa T. 2008. Gestational Diabetes: Pathogenesis and Consequences to
Mother and Offspring. Rev Diabet Stud. 5(4):194-202.
Mochtar, R. 2009. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Poolsup N, Suksomboon N, Amin M. 2014. Effect of Treatment of Gestational Diabetes
Melitus: A Systematic Review and Meta-Analysis. PLoS ONE. 9(3): e92485.
WHO. 2011. The World Medicine Situation 2011. 3ed. Rational Use of Medicine. Geneva.
Winkjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai