DOSEN PENGAMPU
Olievia Prabandini Mulyana, S.Psi., M.Psi., Psikolog
2016A
Disusun Oleh :
Yanna Murnika Sari (16010664021)
Dinda Rizqia Widodo (16010664033)
Disya Nafisah Muhadi (16010664037)
Hayen Mareta (16010664051)
Dinda Ayu Mutiara P (16010664067)
2) Perusahaan
a) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan perencanaan sumber daya manusia. Dengan adanya
pelatihan maka perusahaan akan melakukan upaya yang sesuai untuk mendapatkan
sumber daya manusia yang memenuhi kebutuhan perusahaan.
b) Memperkuat komitmen karyawan.
c) Mengurangi tingkat kerusakan dan kecelakaan di perusahaan.
3) Konsumen
a) Dengan pelatihan, maka konsumen akan memperoleh produk yang lebih baik dalam
hal kualitas dan kuantitas.
b) Konsumen akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik.
Model ini digunakan untuk mengidentifikasi jenis kebutuhan belajar yang bersifat felt
needs atau dengan kata lain, kebutuhan belajar dirasakan langsung oleh individu yang
bersangkutan (peserta pelatihan). Model ini mengidentifikasi kemampuan yang sudah dimiliki
individu dan membandingkannya dengan kemampuan standard atau yang diharapkan.
Keuntungan dari model pendekatan ini adalah trainer dapat berkomunikasi secara
langsung dengan peserta pelatihan mengenai kebutuhan peserta, sehingga trainer dapat memilih
materi apa yang cocok dan pelatihan yang diberikanpun dapat berjalan dengan efektif.
Namun, model pendekatan ini memiliki kekurangan yakni dengan banyaknya peserta
pelatihan yang hadir, otomatis semakin banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhi dengan
kemampuan individu yang berbeda-beda. Jadi model pendekatan ini akan memakan waktu,
tenaga, dan biaya yang cukup besar.
Adapun langkah-langkah pendekatan ini adalah sebagai berikut:
Model ini digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan yang dilakukan secara umum dan
meluas dengan memperhatikan latar belakang pendidikan, usia, jabatan, dan lain-lain. Model
pendekatan ini bersifat expected needs, dimana peserta pelatihan (kelompok) diasumsikan
membutuhkan jenis kebutuhan yang sama.
Trainer mengasumsikan bahwa karakteristik atau kemampuan yang dimiliki peserta
relatif sama sehingga materi pelatihan yang dibuat bersifat massal dan menyeluruh. Dalam
prosesnya, yang menyampaikan kebutuhan belajar biasanya adalah pihak lain yang dianggap
memahami kondisi peserta pelatihan (misalnya: bagian pengembangan SDM dalam sebuah
perusahaan, orang tua, dan lain-lain).
Keuntungan dari model pendekatan ini adalah dengan menggunakan sistem menyeluruh
proses pelatihan akan lebih cepat sebab tidak ada klasifikasi atau pengelompokan khusus, materi
pelatihan juga dapat digunakan berulang kali dan dijadikan sebagai materi pelatihan secara
umum.
Namun di sisi lain, model pendekatan ini juga memiliki kerugian yakni belum tentu
efektif dapat meningkatkan kemampuan peserta pelatihan, sebab peserta pelatihan bersifat
heterogen, memiliki kemampuan, kebutuhan, serta minat yang berbeda-beda. Selain itu muncul
kemungkinan peserta pelatihan akan cepat bosan, tidak fokus, mengantuk, dan malas karena
materi yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan.
Adapun langkah-langkah dalam pendekatan ini dilakukan secara massal kepada tiga
pihak yaitu:
3) Model klasik
Model ini merupakan model pendekatan dengan penyesuaian antara materi pelatihan
yang sudah ada sebelumnya dengan kebutuhan peserta. Model ini memiliki kurikulum tersendiri
sebagai panduan pembuatan materi pelatihan yang tersedia dalam berbagai bentuk, misalnya
kurikulum pelatihan kepemimpinan, modul, handout, dan lain-lain. Identifikasi kebutuhan peserta
pelatihan dilakukan secara terbuka dan langsung di dalam kelas. Berbeda dengan dua
pendekatan sebelumnya, pendekatan ini lebih bertujuan untuk mendekatkan kemampuan yang
sudah dimiliki dengan kemampuan yang akan dipelajari, sehingga kemampuan awal tersebut
dapat menjadi modal untuk memahami materi pelatihan.
Keuntungan dari model pendekatan ini adalah memudahkan peserta memahami materi
pelatihan sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Sedangkan kelemahan dari model
pendekatan ini adalah apabila ditemukan peserta pelatihan yang memiliki kemampuan dibawah
perkiraan, maka membutuhkan waktu yang lebih untuk memberikan pemahaman terhadap peserta
tersebut agar kemampuannya berada di tataran yang sama dengan peserta pelatihan yang lain.
Adapun langkah-langkah pendekatan ini adalah sebagai berikut:
Sebenarnya model pelatiha dengan jenis SMA ini sudah lama dikembangkan dan
digunakan oleh masyarakat, namun saat ini penggunaannya disesuaikan dengan perkembangan
kemampuan peserta pelatihan, masalah yang terjadi, kebutuhan yang harus dipenuhi serta metode
pelatihan yang akan digunakan. Adapun beberapa pelatihan yang menggunakan sistem ini
adalah:
1) Model latihan keterampilan kerja (Skill Training For The Job) yang dikembangkan oleh
Louis Genci (1966) yang menjelaskan empat langkah dalam menyelenggarakan
pelatihan yakni sebagai berikut:
Mengkaji alasan dilaksanakannya pelatihan dan menetapkan program pelatihan
yang sesuai dengan kebutuhan, penentuan tujuan latihan, analisis isi latihan,
pengorganiasian latihan.
Merancang tahap pelaksanaan pelatihan dan pemahaman terhadap masalah pada
peserta pelatihan.
Memilih sajian yang efektif, meliputi materi, teknik penyampaian, sarana,
pengkondisian lingkungan, media belajar, dan lain-lain.
Pelaksanaan dan penilaian, termasuk di dalamnya proses evaluasi.
2) Model pengembangan strategi latihan yang dikemukakan oleh Otto dan Glaser (1970)
dalam bukunya yang berjudul “The Management of Training: A Handbook fpr Training
and Development Personnel”. Dimana model ini terdiri dari lima langkah yakni sebagai
berikut:
Analisis masalah latihan
Perumusan dan pengembangan tujuan pelatihan
Pemilihan bahan latihan, media belajar, metode, dan teknik latihan
Penyusunan kurikulum dan topik latihan
Penilaian
3) Model rancang bangunan latihan dan evaluasi (Training Design and Evaluation Model)
atau model tujuh langkah (The Seven-steps Model) yang dikemukakan oleh Parker
(1976) dengan tujuh langkah pelatihan yakni:
Identifikasi dan analisis kebutuhan latihan
Merumuskan dan mengembangkan tujuan latihan
Merancang kurikulum latihan
Memilih dan mengembangkan metode pelatihan
Menentukan pendekatan evaluasi latihan
Melaksanakan pelatihan
Pengukuran hasil latihan dan evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
[1] Angkasa, Nathalia, dan Roy Setiawan. (2007). Studi Deskriptif Efektivitas dan Pelatihan Kerja Pada PT.
Nenggapratama Internusantara di Manado. Jurnal Agora, Vol. 2 No.1. Diunduh dari
https://media.neliti.com/media/publications/35990-ID-studi-deskriptif-efektivitas-dan-pelatihan-kerja-pada-pt-
nenggapratama-internusa.pdf
[2] Brinkerhoff, R.O., Brethower,., & D.M., Hluchyj, T. 1983. Program evaluation : A practitioner’s guide for trainers
and educators. Boston : Kluwer Nijhoft.
[3] Candra, Muhammad A.A., dan Susi Sulandari. (2017). Efektivitas Program Pelatihan Dalam UPTD Balai Latihan
Kerja Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Blora. Jurnal Kebijakan Publik dan Tinjauan
Manajemen, Vol. 6 No.3. Diunduh dari https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/view/16684/16039
[4] Hasibuan, M. 2010. Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
[5] Johan, L. (2018). Model-Model Pelatihan dan Metode-Metode Pelatihan (online). Diunduh dari http://slideplayer.info
[6] Kamil, M. (2013). Model-Model Pelatihan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
[7] Mangkunegara, A.A. 2006. Perencanaan dan pengembangan manajemen sumber daya manusia. Bandung: PT Refika
Aditama.
[8] Manullang, M. 2004. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
[9] Panggabean, S., Mutiara (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia.
[10] Purwanto. & Suparman, A. (1999). Evaluasi program diklat. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi, Lembaga
Administrasi Negara.
[11] Sitorus, H. M. Tania, P. (2012). Evaluasi pelaksanaan pelatihan berdasarkan konsep Kirkpatrick & Kirkpatrick: Studi
kasus di PT Bandung. Simposium Nasional RAPI XI FT UMS. :92-97
[12] Sudjana, N. & Ibrahim. (2004). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung: Sinar Bru Algesindo.
[13] Weiss, C. H. (1972). Evaluation research. New Jersey: Prentice Hall
[14] Widoyoko, S. E. P. (2017). Evaluasi program pelatihan. Yogyakarta: Pustaka Belajar