Anda di halaman 1dari 6

1.1.

Defenisi
Motion sickness atau kinetosis, juga dikenal sebagai penyakit perjalanan, adalah suatu
kondisi dimana ada perbedaan antara sinyal yang diterima otak dari mata dan organ-
organ sesnsitif terhadap posisi lainnya termasuk sistem vestibular mengeni posisi tubuh.
Penyakit disekitar kita ini diindentifikasikan dengan terminologi sebagai mabuk laut,
mabuk udara, mabuk darat, mabuk ski, dan bahkan mabuk gajah atau unta.

1.2. Etiologi
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa konflik berasal dari dua organ penting
keseimbangan yaitu mata dan koklea di telinga dalam menyesuaikan diri terhadap
kecepatan yang berbeda ketika terjadinya gerakan. Mata menyesuaikan diri secara cepat
sedangkan telinga dalam lebih lama. Sampai kedua organ ini menyesuaikan diri dan
menetapkan sinyal yang indentik untuk dikimkan ke otak maka kekacauan pemusatan
perhatian terhadap posisi tubuh dapat terjadi. Penyakit ini dapat diprovokasi oeh gerakan
yang tiba-tiba seperti saat berada diperjalanan yang tidak rata, penerbangan yang
berputar, dan pelayaran yang bergelombang.

1.3 Patofisiologi
Sekarang ini belum ada teori yang adekuat yang dapat menjelaskan perjalanan penyakit
ini. Dan ada banyak teori yang menjelaskan mengenai penyakit ini.
1. Teori darah dan sistem pencernaan. Teori ini menjelaskan bahwa muntah adalah
respon refleks dari iritasi mukosa lambung. Dan dari teori darah yaitu karena aliran
darah yang sedikit ke otak meyebabkan iritasi pada mata dan secara cepat
menyebabkan spasme kapiler otak yang menyebabkan muntah. Dan teori ini ditolak
karena individu yang kehilangan fungsi vestibular kebal terhadap penyakit ini.
2. Teori detektor toksin. Sistem vestibuler bertindak sebagai detektor toksin. Otak
berkembang untuk mengetahui setiap perubahan yang terjadi di sistem vestibular,
visual dan informasi kinetotik sebagi bukti dari malfungsi sistem saraf pusat. Inisiasi
muntah adalah sebagai pertahanan melawan neurotoksin yang mungkin termakan.

1
Sistem detektor toksin yang utama adalah kemoreseptor di nervus vagus dan di
batang otak.
3. Teori perbedaan sensori berhubungan dengan perangsangan penyakit sebagai
perbedaan antara sistem vestibular sebagai transduser dengan indera lain sebagai
sinyal atau antara kanalis semisirkularis dan otolith yang lebih spesifik terhadap
tubuh yang bergerarak. Bagaimanapun juga, teori ini kurang dapat menjelaskan dan
tidak dapat mengindentifikasi kenapa beberapa keadaan dapat memprovokasi dan
keadaan yang lain tidak.

Binatang percobaan menunjukkan sensitivitas yang menurun cukup dalam


terhadap obat-obatan emesis setelah dilakukannya labirinthectomi bilateral. Banyak
perubahan baik secara autonim atau endokrin yang terjadi selama terserang penyakit ini
dan stress juga menyertainya. Pemindahan area proyeksi vestibular di serebelum
membuat monyet jadi tidak mudah terserang penyakit ini, hal ini juga dapat membuktikan
apakah pemindahan juga menyingkirkan respon muntah terhadap obat-obatan yang
menyebabkan muntah.
Muntah disebabkan oleh aktivasi yang terkoordinir antara otot polos dan somatik
yang menghasilkan perubahan yang tepat sesuai dengan tekanan intrabadominal dan
tekanan intrathoracic yang membuka spinkter esofagus. Mekanisme koordinasi sistem
saraf pusat adalah kompleks dan sekarang ini sudah banyak dipahami secara baik.
Penyakit ini yang parah dengan serangan muntah yang hebat dan berulag dapat
mengakibatkan suatu keadaan alkalosis karena hilangnya ion hidrogen dan menyebabkan
peningkatan ekskresi ginjal terhadap bikarbonat yang mengakibatkan defesiensi klorida
yang dapat menyebabkan otot-otot melemah, konstipasi dan aritmia.
Hilangnya natrium dapat menyebabkan hipotensi, pelepasan Anti-Diuretic
Hormone (ADH) juga meningkat. Adanya sisitem vestibular tidaklah menjadi penting
lagi terhadap proses muntahnya. Muntah dapat ditimbulkan dari berbagai aktivasi baik
sentral atau perifer.
Kepekaan terhadap penyakit ini sulit ditentukan. Kepekaan terhadap satu kondisi
tertentu mungkin tidak dapat disamaratakan terhadap situasi yang lain. Walaupun sistem
vestibular penting terhadap penyakit ini tetapi kepekaan penyakit ini tidak berhubungan

2
dengan sensitivitas sistem vestibular. Setipa individu mempunyai kepekaan yang
bervariasi terhadap bentuk stimulasi yang berbeda.
Gerakan kepala yang dibuat selama rotasi tubuh yang pasif dapat menyebabkan
pola yang ganjil pada stimulasi sistem kanal dan organ-organ otolith.

1.4. Gejala dan Tanda


Gejala dan tanda dari penyakit ini adalah :
1. Sindroma mual.
2. Gangguan epigastrik seperti rasa tidak nyaman epigastrik, mual dan muntah.
3. Gejala-gejala pada kulit seperti pucat, keringat dingin, mulut kering.
4. Gejala-gejala SSP seperti sakit kepala, mengantuk, rasa tegang dimata, dan lesu.

1.5. Penatalaksaan dan Pencegahan


Pencegahan dan pengobatan penyakit ini adalah kompleks. Sebagian kecil individu
normal sangat mudah terkena penyakit ini untuk hampir pada semua keadaan, sebagian
lagi tidak mudah terkena dan yang lainnya berada diantaranya. Pencegahan terbaik untuk
orang-orang dengan kepekaan tinggi adalah penghindaran dan membangun adaptasi
terhadap situasi atau keadaan yang memprovokasinya.
Secara alternatif, penambahan paparan secara perlahan-lahan meningkatkan
derajat stimulasi provokasi seperti membuat kepala bergerak selama tubuh secara pasif
berotasi dengan kecepatan rotasi yang tinggi dapat menyebabkan adaptasi dapat dicapai
tanpa membangkitkan penyakit ini bahkan derajat stressor yang dicapai di step pertama
bukanlah provokasi yang dapat ditolerir.
Tehnik modifikasi perilaku telah sangat lama dipromosikan untuk mencegah
penyakit ini, keberhasilan juga sudah banyak dilaporkan, tapi jarang disebarkan didunia
sebenarnya dimana pelatihannya pun tidak ada. Sebagai tambahan studi ini sebenarnya
tidak pernah mencakup kontrol yang sesuai dengan plasebo. Sejumlah obat-obatan dapat
mengurangi kepekaan terhadap penyakit ini seperti dimenhydrinate, meclizine, cyclizine.
Obat-obatan penyakit ini bekerja dengan mengurangi sensitivitas terhadap
gerakan. Dengan menguranginya berarti mengurangi kekacauan sinyal yang akan
diterima oleh otak dan obat-obatan ini dapat mencegah penyakiti ini. Obat-obatan ini

3
dapat diklasifiksikan kedalam dua kategori yaitu over the counter (OTC) dan obat-obat
yang harus diresepkan. Produk-produk OTC berisikan antihistamin dan cocok untuk
gejala yang ringan dan merupakan self-medication. Sedangkan obat yang diresepkan
berisi scopolamin yaitu antikolinergik dan menurut penelitian lebih efektif. Scopolamin
cocok untuk mengobati gejala sedang-berat.

Obat anti motion sickness:


Obat Rute Dosis dewasa (mg) Onset (Jam ) Durasi (Jam)
12–24
Cyclizine Oral 50 0.5–1
Dimenhydrinate Oral 50–100 2 8
12–24
Meclizine Oral 25–50 0.5–1
4–6
Diphenhydramine Oral 25–50 0.25–0.5
8–12
Promethazine Oral 25 0.5–1
12
Buclizine Oral 50 0.5

Scopolamine
Oral 0.4–0.8 1 8
Patch
Dermal 1.5 4–6 72
Tablet

Obat-obatan diatas mempunyai efek samping berupa rasa ngantuk dan mulut
kering. Scopolamin untuk meningkatkan efeknya sering digunakan bersamaan dengan
amfetamin, dan promethazin sering digunakan bersamaan dengan efedrin. Kontraindikasi
penggunaan scopolamin adalah orang-orang dengan glaukoma, hipertrofi prostat,
penyakit hati dan ginjal. Wanita hamil dan menyusui juga sebaiknya tidak mengkonumsi
scopolamine kecuali keadaan yang sangat diperlukan. Alkohol dapat meningkatkan edek
ngantuk jika digunakan bersamaan dengan scopolamin sehingga tidak boleh digunakan
saat berkendaraan.

4
5
DAFTAR PUSTAKA
1. Bansal M. Disease of ear, nose, and throat. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publisher.2013
2. Higler, Adams Boeis. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke IV. Jakarta: EGC.1997
3. Brandt T, Dieterich M, Strupp M. Vertigo and Dizziness Common Complaints
second edition. London : springer.2013

Anda mungkin juga menyukai