Anda di halaman 1dari 37

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI

DACRYOCYSTOGRAFi

Laporan praktek disusun untuk memenuhi tugas Dosen Prapti Indiyani, S.AB

Disusun Oleh :

1. Adim Solihan 45010619A044

2. Diamas 45010619A045

3. Novi Tri Yani 45010619A045

4. Tio Nugraha 45010619A045

PROGRAM STUDI

DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON

2020/2021
KATA PENGHANTAR
DAFTAR ISI

Halaman judul...................................................................................................

Kata pengantar .................................................................................................

Daftar isi...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................

A. Latar Belakang ...................................................................................

B. Rumusan Masalah...............................................................................

C. Tujuan Masalah..................................................................................

D. Manfaat Penulisan..............................................................................

BAB II TEORI DASAR...............................................................................

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Lacrima................................................

B. Indikasi dan Kontraindikasi Pemeriksaan Dacryocystografi..............

C. Prosedur Pemeriksaan Dcryocystografi...............................................

D. Hasil Radiografi dan Kriteria Gambar Dacryocystografi....................

BAB III PEMBAHASAN..............................................................................

A. Menurut Nuraeni.................................................................................

B. Menurut Masytha Nurul Amalia.........................................................

C. Menurut Ayu Herawati Ridwan.........................................................

D. Menurut Rifaldi Mokodenseho...........................................................

BAB IV PENUTUP........................................................................................

A. Kesimpulan.........................................................................................

B. Saran ..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dacryocystografi adalah pemeriksaan radiograf dari sistem kelenjar air mata dengan

pemasukan bahan kontras. Sistem kelenjar air mata terdiri dari 2 yang terletak pada

superolateral orbita, dan saluran yang menghubungkan air mata melewati hidung air mata

disekresikan oleh kelenjar dan masuk kedalam saluran lacrima melalui lubang kecil yang

disebut punctum lacrima (pada setiap mata terdapat lubang). Saluran terbuka masuk kedalam

kantung terbuka dan berhubungan dengan cavum nasal oleh saluran naso-lacrima.

Dacryoscystografi biasanya dilakukan untuk memperlihatkan tempat dan tingkat

obstruksi pada kasus obstruksi epiphora,kondisi dimana saluran lacrima terhambat/tertutup.

Pada pasien dewasa,pemeriksaan biasanya diikuti dengan anastesi local, meskipun tidak

penting. Pasien anak-anak memerlukan anastesi umum.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu:

1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

2. Untuk Mengetahui Anatomi Fisiologi dari kelenjar air mata

3. Untuk Mengetahui indikasi dan kontraindikasi dacryocystografi

4. Untuk memahami bagaimana prosedur dan teknik pemeriksaan dari dacryocystografi

C. Manfaat Penulisan

1. Agar Pemateri dan Peserta Dapat Memahami Struktur Anatomi dan Fisiologi Kelenjar

Air Mata

2. Agar Pemateri dan Peserta Dapat Menerapkan Teknik Pemeriksaan Dacryocystografi

Pada Lapangan Kerja Nanti


3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang kelenjar air mata

( Dacryocystografi )
BAB II
TEORI DASAR

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Lakrimalis

Gambar. 1 sistem lakrimalis

Kelenjar lacrimal (L, lacrimal, air mata) ukurannya kecil seperti buah almond,

tubuhnya terbagi menjadi dua bagian terletak condong kedepan dari sisi lateral atap orbita

yang terletak di fossa lacrimal dari tulang frontal. Fungsi dari kelenjar itu mengeluarkan air

mata. Sekresi berupa air mata dan berperan meminyaki dan membasahi membran lembut

pelupuk mata dan menutupi permukaan bagian depan bola mata, membran ini disebut

conjunctiva.

Setiap 6-12 menit pembuluh Menyalurkan sekresi air mata dari kelenjar ke

conjunctiva dan gerakan mengedip dari pelupuk membasahi permukaan bola mata. Sebagian

cairan itu menguap dan sebagian lagi mengalir menuju lacrimal lake, lacrimal lake yang

dangkal merupakan kantung berbentuk segitiga atau culdesac. Lacrimal lake merupakan

bagian yang terbesar yang dimiliki oleh lacrimal cantuncle, yang seperti daging, berwarna

kemerahan terletak disudut mata.


Sekresi air mata yag terkumpul dalam lacrimal lake dialirkan menuju nasal meatus

inferior melalui sistem naso lacrimal. Penghubung dari sistem nasolacrimal adalah bagian

dari apparatus lacrimal yang biasanya digunakan sebagai subyek dalam penelitian radiologi.

Penghubung dari sistem nasolacrimal terdiri dari :

(a) dua saluran kecil yang disebut lacrimal cana liculi, salah satu cana culli

berada lebih kedepan dari sudut kelopak mata

(b) kantong lacrimal, berada paling atas melingkar dan mengalami perputaran

sedikit pada kantong lacrimal.

(c) Pembuluh naso lacrimal.

Lacrimal panjangnya 12 mm yang melingkar diatas dan sedikit tertarik pada

persendiannya dengan pembuluh naso lacrimal. Fosa lacrimal adalah awal dari canal

osseous, yang dilewati pembuluh nasolacrimal. Pembuluh naso lacrimal bervariasi dalam

panjangnya tetapi diyakini ukuran rata-rata kira-kira segaris dengan gigi geraham pertama.

Tiap canaliculus berasal dari sebuah lubang kecil yang disebut punctum lacrimal.

Punctum lacrimal terletak pada suatau elevasi kecil, papilla lacrimal, yang mengarah

kedalam danau lacrimal untuk penyurutan cairan. Dalam punctum, canaliculus melewati

batas dari tiap kelopak mata, canaliculus memiliki dua bagian, pertama bagian vertical yang

panjangnya kurang lebih 1 – 2 mm dan bagian horizontal yang panjangnya kurang lebih 7

mm.

Canaliculi kadang menyatu kedalam satu jalur pada saat bertemu menuju saluran

lacrimal lake, canaliculi bertemu menjadi ampulla yang disebut Sinus Maier. Sinus Maier

memiliki empat katup ( klep ) yang terdapat pada saluran air mata, yaitu :

( 1 ) Valve Rosen Muller dan Valve Houske,


( 2 ) Valve Krause,

( 3 ) Valve Tailer,

( 4 ) Valve Hawner.

Lacrimal lake terletak di antero inferior pada dinding medial orbita, dimana ia

mendiami  fossa yang di bentuk oleh tulang air mata dan maxilla, dan di sisi lain yang

merupakan bagian anterior ethmoid air cells. Fossa lacrimal adalah awal dari osseus lacrimal

canal, melalui di mana saluran nasolacrimal lewat. Tulang canal dibentuk oleh tulang

lacrimal, maxilla dan prosessus lacrimal pada concha nasal inferior. Ia melewati bagian

lateral posteroinferior antara dinding medial  sinus maxillaries dan dinding lateral nasal

cavity (rongga hidung).

B. Indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan dacryocystografi

a. Indikasi

a) Obstruksi pada saluran air mata

b) Destruktif epiphora

c) Stenosis

d) Dacryocystisis

e) Ketebalan mukosa yang kronik

b. Kontra Indikasi :

a) Infeksi akut pada mata atau jaringam periorbital

b) Pasien yang alergi bahan kontras

1) Wanita hamil. Terutama pada masa tiga bulan pertama

2)
C. Prosedur pemeriksaan Dacryocystografi

a) Defenisi Dacryocystografi

Ada beberapa pengertian dacryocystografi menurut beberapa ahli, yaitu :

a) Menurut Merril

Dacryocystografi adalah pemeriksaan radiologi dari sistem saluran nasolacrimal

dengan cara mengisi canal lumlna dengan bahan kontras yang bersifat

radiopaque.

b) Menurut Pamela M.kimber

Dacryocystografi adalah pemeriksaan radiologi terhadap sistem saluran air mata

dengan menyuntikkan bahan kontras.

c) Menurut G.Brland

Dacryocystografi adalah pemeriksaan radiologi terhadap sistem saluran air mata

dengan menyuntikkan bahan kontras.

d) Menurut HM.saxton dan Basll ST

Dacryocystografi adalah metode investigasi untuk mengetahui penyebab

kelainan seperti epypora, obstruksi saluran air mata sehingga dapat ditentukan

cara pengobatannya.

e) Menurut terminology

Dacryocystografi adalah pemeriksaan radiology khusus sistem saluran

nasolacrimal yang mengalami kelainan patologis ( epifora,obstruksi,lain-lain)

dengan menggunakan bahan kontras positif yang larut dalam air.

b) Persiapan pasien
a. Sebelum pemeriksaan

1) Penyesuaian data diri atau identitas pasien

Data diri atau identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, indikasi

pemeriksaan, permintaan tindakan radiology dan lain sebagainya.

2) Penjelasan prosedur pemeriksaan (inform content)

Agar prosedur pemeriksaan dapat berjalan lancar dan waktu dapat dipersingkat

seefisien mungkin maka pasien diberi penjelasan mengenai apa yang harus

dilakukan, bagaimana keadaan yang akan dirasakan, apa saja yang perlu

diperhatikan selama pemeriksaan berlangsung termasuk anjuran dan larangan.

b. Saat pemeriksaan

Untuk menghindari kejadian di luar dugaan yang tidak di kehendaki yang dapat

menghambat jalannya pemeriksaan maka yang perlu diperhatikan :

1) Peralatan pasien

Benda-benda yang digunakan pasien yang bersifat radioopaque seperti anting,

jepit rambut dan sebagainya sebaiknya dilepas.

2) Pasien diberi anestesi

i. untuk orang dewasa : anestesi local

Jika anestesi lokal digunakan, pasien harus dihangatkan dari bahaya debu atau

pasir meniup ke mata ketika meninggalkan gedung, atau dia harus ditahan

untuk waktu yang singkat sementara anestesi tidak digunakan. Ophthaine

adalah anestesi lokal pilihan. Hal ini cenderung untuk mencegah penyiraman

refleks yang disebabkan ketika prosedur yang dicoba tanpa bantuan anestesi
dan membuat untuk kerjasama dengan pasien dalam bahwa ia berkedip lebih

sedikit.

ii. untuk anak-anak : anestesi umum

c) Persiapan alat dan bahan

a. Steril

1) Dilator tumpul yaitu alat yang digunakan untuk melebarkan puctum.

2) Kanula lacrimal atau 2 nylon cateter

3) Dua buah syring

4) Kain kasa

5) Kapas

6) Spon dan aplikator berujung katun

7) Forceps (sejenis catut) spon

b. Un steril

1) Ampul bahan kontras

2) Lokal anestesi tetes mata seperti opthoine, amethocdine 1 % atau lebih,

pantocaine 0,5 %.

3) Gergaji ampul

4) Bengkok

5) Handuk kecil

c. Bahan kontras : Lipiodol, ultrafluid, guerbel


d) Teknik Radiografi

a. Menurut Merrill

1) Foto pendahuluan : sama dengan pada pemotretan sinus paranasal yaitu posisi

cadwell atau waters dan lateral

 Posisi Caldwell

Posisi pasien : Pasien Prone

Posisi objek   : dahi dan hidung menempel kaset, MSP, OML tegak lurus

bidang film.

Kaset             : 18 x 24 cm , vertical

CR                 : 15  caudally untuk OML dan 25  caudally untuk GML.

CP                  : nasion

FFD               : 90 cm

 Posisi Waters

Posisi pasien : Pasien prone

Posisi objek : dagu diatur dengan midline kaset. MSP kepala tegaklurus

midline kaset.OML membentuk sudut 37 terhadap

bidang film. Jarak hidung normal kurang lebih 1- 2 cm dari

kaset.

Kaset             : 18 x 24 cm , vertical

CR                 : horizontal tegak lurus menuju mid point.

CP                 : Acanthion

FFD               : 90 cm

 Posisi Lateral
Posisi pasien : berdiri atau duduk

Posisi objek   : kepala true lateral. Os parietal menempel kaset. MSP kepala

sejajar dengan film. IPL tegak lurus film. Bagian organ 2,5

cm psterior outer canthus di mid point kaset.

Kaset             : 18 x 24 cm

CR                 : horizontal tegak lurus mid point kaset

CP                 : 2,5 cm posterior outer canthus

FFD               : 90 cm

2) Teknik pemasukan bahan kontras

a. Pasien supine

b. Pasien diberi anestesi pada conjungtiva dan puncta

c. Punctum canaliculus dilebarkan

d. Masukan jarum lacrimal yang berujung bundar kedalam canaliculus untuk

melebarkan pembuluh

e. Setelah pemasukkan bahan kontras, jarum dicabut

3) Teknik pemotretan:

a. Teknik yang dilakukan sama dengan foto pendahuluan yaitu posisi

Caldwell atau waters dan lateral

b. Pasien diposisikan prone

c. Proyeksi yang sama kembali dilakukan selang beberapa waktu untuk

mengetahui kemajuan bahan kontras melalui saluran. Setelah

penyuntikkan, pemotretan biasanya dilakukan pada menit ke-7 atau ke-10


dan pada menit ke-15 atau ke-20, dimana bahan kontras telah melaui

saluran yang baik dan terlihat pada lantai atau dasar rongga hidung dan

pada mukosa faringeal (pharyngeal mucosa ). Sisi lainnya dapat disuntik

setelah pemotretan sisi pertama. Bila ini dilakukan, perlu untuk

merotasikan kepala pasien sedikit (10 – 15) menjauhi film untuk

memisahkan bayangan opasitas saluran bilateral pada proyeksi lateral.

4) Kriteria evaluasi :

Saluran kelenjar air mata terisi penuh bahan kontras.

b. MENURUT G. BRIAND:

1) Foto pendahuluan :

a) Occipito mental

1. Posisi pasien prone

2. Dagu ekstensi base line membentuk sudut 35 derajat

3. MSP tegak lurus bidang film

4. CP dibawah orbital margin

b) Lateral

1. MSP tubuh parallel dengan film Interpupilary line tegak lurus film

2. CP: bagian bawah orbital margin

2) Teknik pemasukkan bahan kontras :

a) Dengan canula

1. Canula lacrimal dimasukkan melalui pintu masuk diujung kelopak

mata ke dalam canalicus


2. Jika canula sudah tepat pada tujuannya, baru bahan kontras disuntikan

3. Pemotretan harus lengkap dan dilakukan secepatnya segera setelah

penyuntikkan, sebab bahan kontras hanya akan berada dalam sistem

saluran itu selama 15-30 detik saja.

b) Dengan cateter

1. Kateter dimasukkan kedalam kantung air mata melalui punctum

lacrimal kanan dan kiri, sedangkan punctum sebelah atas ditutup

dengan dilator

2. Setelah kateter masuk pasien diposisikan prone

3. Kemudian kedua ujung kateter disambung dengan spuit yang berisi

bahan kontras 2 cc dan diplester diantara daun telinga dan pelipis

3) Teknik pemotretan

a) Dengan canula : proyeksi occipito mental dan lateral seperti pada foto

pendahuluan

b) Dengan cateter : pemotretan dilakukan pada saat sebelum suntikan diberi ,

pada saat 1 cc bahan kontras telah disuntikan dan

setelah semua bahan kontras disuntikan, proyeksi yang

dilakukan occipito mental

c. MENURUT PAMELA M. KIMBER:

1) Teknik pemasukan bahan kontras

a) Sebelum pemasukan bahan kontras pasien diberi anestesi local kedalam

conjungtiva

b) Punctum bagian bawah dilebarkan dengan nettleship dilator


c) Ujung catether/canula dimasukkan kedalam lubang canaliculus sepanjang 3-

4 mm

d) 2-4 ml bahan kontras disuntikan

e) Lubang kateter yang kecil membuat suntikkan berjalan lebih cepat. Kehati-

hatian harus diperhatikan untuk memastikan kateter tidak menjadi

bertambah jauh akibat tekanan suntikkan. Bila saluran lakrimal baik, pasien

biasanya mengeluh rasa tidak enak pada saat bahan kontras mencapai

nasofaring.

2) Teknik pemotretan:

a) Fronto occipital

PP : supine

PO : OMBL membentuk sudut 30 derajat, MSP vertical, dagu eksternal

CR : tegak lurus

CP : 2 cm dibawah inner canthus

a) Lateral

PP: supine

PO: MSP sejajar dengan film, interpupilary line tegak lurus film

CR: horizontal

CP: 2 cm dibawah outher canthus

D. Hasil radiograf dan kriteria gambar dacryocystografi


1) Hasil Radiograf dacryocystografi
Gambar. 2 Hasil Radiograf posisi Waters

Gambar. 3 Hasil Radiograf posisi lateral


2) Kriteria gambar dacryocystografi
Radiografi yang dihasilkan dari pemeriksaan harus menunjukkan empat poin:
a) Saluran kelenjar air mata terisi penuh bahan kontras.
b) Ukuran, bentuk dan posisi dari bagian-bagian dari sistem lakrimalis.
c) Tingkat obstruksi aliran air mata.
d) Derajat obstruksi.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Menurut Nuraeni

1. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Lacrimal

Kelenjar lakrimal memiliki ukuran yang kecil dan berbentuk seperti buah almond

.fungsi dari kelenjar yaitu untuk mengeluarkan air mata. Air mata berperan untuk

meminyaki dan membasahi membran pelupuk mata, membrane ini disebut juga

conjunctiva. Conjunctiva berperan untuk menutupi permukaan bagian depan bola mata.

Lacrimal panjangnya 12 mm. pembuluh lakrimal mengeluarkan sekresi air mata dari

kelenjar ke conjunctiva setiap 6-12 menit. Pelupuk mata akan melakukan gerakan

mengedip agar membasahi permukaan bola mata.

Sebagian dari sekresi air mata akan menguap dan sebagiannya lagi akan mengalir ke

lacrimal lake. Cairan yang yang berada pada lacrimal lake akan dialirkan menuju naso

lacrimal. Yang biasa dijadikan subyek penelitian radiologi adalah penghubung dari

sistem naso lacrimal yang terdiri dari : Dua saluran kecil ( kanakuli atas dan kanakuli

bawah ), Kantung lakrimal ( sakus lakrimal ), Pembuluh nasolacrimal ( ductus

nasolacrimal ).

Tiap canaculi berasal dari lubang kecil yang biasa disebut punctum. Punctum terdiri

dari dua yaitu puctum lakrimal atas dan punctum lakrimal bawah. Pada saat menuju

lacrimal lake, canaculi atas dan canaculi bawah kadang bertemu dan menyatu menjadi

ampulla.

2. Indikasi pada pemeriksaan dacryocystografi


Adapun indikasi pada pemeriksaan dacryocystografi :

a. Obstruksi pada saluran air mata ( penyumbatan saluran air mata )

b. Deskruktif epiphora ( kelebihan sekresi air mata )

c. Stenosis ( penyempitan saluran air mata )

d. Dacryocystitis ( infeksi pada saluran air mata )

e. Ketebalan mukosa yang kronik

3. Kontraindikasi

a. Infeksi akut pada mata atau jaringan periorbital.

b. Pasien yang alergi terhadap bahan kontras.

c. Wanita hamil.terutama pada masa trimester pertama

4. Prosedur Pemeriksaan

a. Pengertian dacryocystografi

Dari pengertian dacryocystografi diatas, maka dapat saya simpulkan bahwa

dacryocystografi adalah pemeriksaaan radiologi dengan menggunakan media kontras

yang bersifat radiopaque untuk mendiagnosa kelainan yang ada.

b. Persiapan pasien

1) Sebelum melakukan dacryocystografi

Terlebih dahulu dilakukan persiapan pasien : 1) data pasien yang akan

melakukan dacryocystografi harus sesuai, 2) pasien diberi penjelasan mengenai apa

saja yang perlu diperhatikan bagi pasien sebelum melakukan dacryocystografi

sehingga gambar yang didapatkan lebih akurat.

2) Pada saat pemeriksaan dacryocystografi


Yang perlu diperhatikan agar tidak hambatan yaitu pasien diperintahkan untuk

melepas benda yang dapat mengganggu hasil radiograf seperti anting dan lain-lain.

Pasien juga harus diberi anestesi dimana pada orang dewasa diberi anastesi local dan

pada pasien anak-anak diberi anastesi umum.

c. Persiapan Alat dan Bahan

1) Steril

a) Dilator tumpul haitu alat yang digunakan untuk melebarkan puctum.

b) Kanula lacrimal atau 2 nylon cateter

c) Dua buah syring

d) Kain kasa

e) Kapas

f) Spon dan aplikator berujung katun

g) Forceps (sejenis catut) spon

2) Un steril

a) Ampul bahan kontras

b) Lokal anestesi tetes mata seperti opthoine, amethocdine 1 % atu lebih,

pantocaine 0,5 %.

c) Gergaji ampul

d) Bengkok

e) Handuk kecil

Bahan kontras : Lipiodol, ultrafluid, guerbel

d. Teknik Radiografi

Foto Pendahuluan : menggunakan posisi waters dan lateral


Teknik pemasukan bahan kontras

- Pasien supine

- Sebelum pemasukan kontras sebaiknya pasien diberi anastesi.

- Punctum lakrimal dilebarkan dengan menggunakan dilator.

- Masukkan ujung canula atau ujung cateter kedalam lubang canaliculus.

- Jika menggunakan kateter maka kedua ujung kateter disambung dengan spuit

yang berisi bahan kontras dan diplester didaun telinga.

- Setelah pemasukan bahan kontras,jarum dicabut.

Teknik Radiografi

Posisi Caldwell

Posisi pasien : pasien prone

Posisi objek   : dahi dan hidung menempel kaset, MSP dan OML tegak lurus

bidang film.

Kaset             : 18 x 24 cm , vertical

CR                 : 15  caudally untuk OML dan 25  caudally untuk GML.

CP                  : nasion

FFD               : 90 cm

Posisi Waters

Posisi pasien : berdiri atau duduk dengan kedua bahu terletak pada bidang

transversal.

Posisi objek : dagu diatur dengan midline kaset. MSP kepala tegak lurus

midline kaset.OML membentuk sudut 37 derajat terhadap


bidang film. Jarak hidung normal kurang lebih 1- 2 cm dari

kaset.

Kaset             : 18 x 24 cm , vertical

CR                 : horizontal tegak lurus tengah kaset.

CP                 : Acanthion

FFD               : 90 cm

Posisi Lateral

Posisi pasien : berdiri atau duduk

Posisi objek   : kepala true lateral. Os parietal menempel kaset. MSP kepala

sejajar dengan film. IPL tegak lurus film.

Kaset             : 18 x 24 cm

CR                 : horizontal tegak lurus tengah kaset

CP                 : 2,5 cm dibawah outer canthus

FFD               : 90 cm

B. Menurut Masyitha Nurul Amalia

1. Anatomi dan fisiologi kelenjar lacrimal


Kelenjar lacrimal memiliki ukuran yang kecil seperti buah almond. Fungsi dari

kelenjar itu mengeluarkan air yang berguna untuk meminyaki dan membasahi membran

lembut pelupuk mata

Sekresi air mata yang terkumpul dalam lacrimal dialirkan menuju nasal meatus

inferior melalui sistem naso lacrimal. Penghubung dari sistem nasolacrimal adalah bagian

dari apparatus lacrimal. Penghubung dari sistem nasolacrimal terdiri dari :


(a) dua saluran kecil yang disebut lacrimal canaliculi, salah satu canaliculli berada

lebih kedepan dari sudut kelopak mata

(b) kantong lacrimal (sakus lacrimal)

(c) Pembuluh naso lacrimal.

Lacrimal panjangnya 12 mm yang melingkar diatas dan sedikit tertarik pada

persendiannya dengan pembuluh naso lacrimal.

2. Indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan dacryocystografi

1. Indikasi

1) Obstruksi pada saluran air mata

2) Destruktif epiphora

3) Stenosis

4) Dacryocystisis

5) Ketebalan mukosa yang kronik

2. Kontra Indikasi :

1) Infeksi akut pada mata atau jaringam periorbital

2) Pasien yang alergi bahan kontras

3) Wanita hamil. Terutama pada masa tiga bulan pertama

3. Prosedur pemeriksaan Dacryocystografi

a) Defenisi Dacryocystografi

Dacryocystografi adalah pemeriksaan radiologi system saluran air mata dengan

menyuntikan bahan kontras untuk melihat kelainan pada saluran air mata

b) Persiapan pasien
1) Sebelum pemeriksaan

a. Memeriksa data diri pasien (nama, umur, jenis kelamin, indikasi pemeriksaan,

dan permintan radiologi).

b. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan yang perlu diperhatikan oleh pasien

agar proses pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar.

2) Saat pemeriksaan

Untuk menghindari kejadian di luar dugaan yang tidak di kehendaki yang

dapat menghambat jalannya pemeriksaan maka yang perlu diperhatikan :

a. Melepaskan benda yang melekat pada pasien yang bersifat radioopaque

seperti anting, jepit rambut dan sebagainya.

b. Pasien diberi anestesi. untuk orang dewasa menggunakan anestesi local. Jika

menggunakan anestesi local maka mata pasien harus terhindar dari debu dan

pasir sampai anestesi yang digunakan menghilang. Anestesi local yang

digunakan yaitu Ophthaine. Dan untuk anak-anak anestesi yang digunakan

adalah anestesi umum.

c) Persiapan alat dan bahan

1. Steril

a. Dilator tumpul, yaitu alat yang digunakan untuk melebarkan punctum

lakrimal yang tidak dimasukkan kontras

b. Kanula lacrimal atau 2 nylon cateter

c. Dua buah syring

d. Kain kasa
e. Kapas

f. Spon dan aplikator berujung katun

g. Forceps (sejenis catut) spon

2. Un steril

a. Ampul bahan kontras

b. Gergaji ampul

c. Bengkok

d. Handuk kecil

Bahan kontras : Lipiodol, ultrafluid, guerbel

d) Teknik Radiografi

Foto pendahuluan : posisi cadwell atau waters dan lateral

Posisi Caldwell

Posisi pasien : berdiri atau duduk

Posisi objek   : dahi dan hidung menempel kaset, MSP, OML tegak lurus bidang

film.

Kaset             : 18 x 24 cm , vertical

CR                : 15º caudally untuk OML dan 25º caudally untuk GML.

CP                  : nasion

FFD               : 90 cm

Posisi Waters

Posisi pasien : berdiri tau duduk


Posisi objek : dagu diatur di tengah-tengah kaset. MSP kepala tegak lurus garis

tengah kaset. OML membentuk sudut 37º terhadap bidang film.

Jarak hidung normal kurang lebih – 2 cm dari kaset.

Kaset             : 18 x 24 cm , vertical

CR                 : horizontal tegak lurus menuju mid point.

CP                 : Acanthion

FFD               : 90 cm

Posisi Lateral

Posisi pasien : berdiri atau duduk

Posisi objek   : kepala true lateral. Os parietal menempel kaset. MSP kepala

sejajar dengan film. IPL tegak lurus film. Bagian organ 2,5 cm

psterior outer canthus di mid point kaset.

Kaset             : 18 x 24 cm

CR                 : horizontal tegak lurus mid point kaset

CP                 : 2,5 cm posterior outer canthus

FFD               : 90 cm

C. Menurut Ayu Herawati Ridwan


1. Anatomi dan fisiologi kelenjar air mata

Kelenjar lakrimal berbentuk oval dan berukuran kurang lebih 2cm, kelenjar ini

terdiri atas kelenjar majemuk yang terletak pada sudut luar sebelah atas rongga orbita.

Kelenja – kelenjar itu mengeluarkan air mata. Air mata berguna untuk menjaga bola mata

agar tetap basah dan berguna untuk membersihkan mata dari benda asing yang masuk.
Air mata diproduksi oleh kelenjar lakrimal utama dan lakrimal tambahan.

Terdapat dua tipe sekresi air mata yaitu sekresi basal dan sekresi reflek.kelenjar lakrimal

utama berperan dalam sekeresi reflek, yangmerupakan respon dari rangsangan syaraf

berupa iritasi fisik stimulasi psikis dan efek dari rangsangan cahaya. Sedangkan kelenjar

lakrimal tambahan berperan dalam sekresi basal yang bersifat konstan

2. Indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan dacryocystografi

a. Indikasi

1) Obstruksi pada saluran air mata

2) Destruktif epiphora

3) Stenosis

4) Dacryocystisis

5) Ketebalan mukosa yang kronik

b. Kontra Indikasi :

1) Infeksi akut pada mata atau jaringam periorbital

2) Pasien yang alergi bahan kontras

3) Wanita hamil. Terutama pada masa tiga bulan pertama

3. Prosedur pemeriksaan Dacryocystografi

a. Saat pemeriksaan

Untuk menghindari kejadian di luar dugaan yang tidak di kehendaki yang dapat

menghambat jalannya pemeriksaan maka yang perlu diperhatikan :

1) Peralatan pasien
Benda-benda yang digunakan pasien yang bersifat radioopaque seperti anting,

jepit rambut dan sebagainya sebaiknya dilepas.

2) Pasien diberi anestesi

i. untuk orang dewasa : anestesi local

Jika anestesi lokal digunakan, pasien harus dihangatkan dari bahaya debu

atau pasir meniup ke mata ketika meninggalkan gedung, atau dia harus

ditahan untuk waktu yang singkat sementara anestesi tidak digunakan.

Ophthaine adalah anestesi lokal pilihan. Hal ini cenderung untuk

mencegah penyiraman refleks yang disebabkan ketika prosedur yang

dicoba tanpa bantuan anestesi dan membuat untuk kerjasama dengan

pasien dalam bahwa ia berkedip lebih sedikit.

ii. untuk anak-anak : anestesi umum

b. Teknik Radiografi

Menurut Merrill

1) Foto pendahuluan : sama dengan pada pemotretan sinus

paranasal yaitu posisi cadwell atau waters dan lateral

Posisi Caldwell

Posisi pasien : berdiri atau duduk dengan kedua bahu terletak pada bidang

transversal.

Posisi objek   : dahi dan hidung menempel kaset, MSP, OML tegak lurus bidang

film.

Kaset             : 18 x 24 cm , vertical
CR                 : 15º caudally untuk OML dan 25º caudally untuk GML.

CP                  : nasion

FFD               : 90 cm

Posisi Waters

Posisi pasien : berdiri tau duduk dengan kedua bahu terletak pada bidang

transversal.

Posisi objek : dagu diatur dengan midline kaset. MSP kepala tegaklurus midline

kaset.OML membentuk sudut 37  trehadap bidang film. Jarak

hidung normal kurang lebih – 2 cm dari kaset.

Kaset             : 18 x 24 cm , vertical

CR                 : horizontal tegak lurus menuju mid point.

CP                 : Acanthion

FFD               : 90 cm

Posisi Lateral

Posisi pasien : berdiri atau duduk

Posisi objek   : kepala true lateral. Os parietal menempel kaset. MSP kepala

sejajar dengan film. IPL tegak lurus film. Bagian organ 2,5 cm

psterior outer canthus di mid point kaset.

Kaset             : 18 x 24 cm

CR                 : horizontal tegak lurus mid point kaset

CP                 : 2,5 cm posterior outer canthus

FFD               : 90 cm

2) Teknik pemasukan bahan kontras


a. Pasien supine

b. Pasien diberi anestesi pada conjungtiva dan puncta

c. Punctum canaliculus dilebarkan

d. Masukan jarum lacrimal yang berujung bundar kedalam canaliculus untuk

melebarkan pembuluh

e. Setelah pemasukkan bahan kontras, jarum dicabut

3) Teknik pemotretan:

a. Teknik yang dilakukan sama dengan foto pendahuluan yaitu posisi Caldwell

atau waters dan lateral

b. Pasien diposisikan prone

c. Pemotretan dilakukan pada menit ke 7 atau ke 10 setelah pemasukkan bahan

kontras dan pada menit ke 15 atau ke 20

d. Kriteria evaluasi :

Saluran kelenjar air mata terisi penuh bahan kontras.

D. MENURUT RIFALDI MOKODENSEHO

1. Anatomi dan fisiologi kelenjar air mata

Kelenjar lakrimal berbentuk oval dan berukuran kurang lebih 2cm, kelenjar ini

terdiri atas kelenjar majemuk yang terletak pada sudut luar sebelah atas rongga orbita.

Kelenja – kelenjar itu mengeluarkan air mata. Air mata berguna untuk menjaga bola mata

agar tetap basah dan berguna untuk membersihkan mata dari benda asing yang masuk.

Air mata diproduksi oleh kelenjar lakrimal utama dan lakrimal tambahan.

Terdapat dua tipe sekresi air mata yaitu sekresi basal dan sekresi reflek.kelenjar lakrimal

utama berperan dalam sekeresi reflek, yangmerupakan respon dari rangsangan syaraf
berupa iritasi fisik stimulasi psikis dan efek dari rangsangan cahaya. Sedangkan kelenjar

lakrimal tambahan berperan dalam sekresi basal yang bersifat konstan

2. Indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan dacryocystografi

a. Indikasi

1) Obstruksi pada saluran air mata

2) Destruktif epiphora

3) Stenosis

4) Dacryocystisis

5) Ketebalan mukosa yang kronik

b. Kontra Indikasi :

1) Infeksi akut pada mata atau jaringam periorbital

2) Pasien yang alergi bahan kontras

3) Wanita hamil. Terutama pada masa tiga bulan pertama

3. Prosedur Pemeriksaan

a. Pengertian Dacrocystografi

Pemeriksaan dacryocystografi adalah pemeriksaan radiology dari kelenjar air mata

dan salurannya dengan cara mengisi kanal lumina dengan bahan kontras positif yang

dapat larut dalam air.

b. Persiapan

1. Persiapan pasien sebelum pemeriksaan

- Penyesuaian data diri atau identitas pasien


Data diri atau identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, indikasi

pemeriksaan, permintaan tindakan radiology dan lain sebagainya.

- Penjelasan prosedur pemeriksaan

Agar prosedur pemeriksaan dapat berjalan lancar dan waktu dapat

dipersingkat seefisien mungkin maka pasien diberi penjelasan mengenai apa

yang harus dilakukan, bagaimana keadaan yang akan dirasakan, apa saja yang

perlu diperhatikan selama pemeriksaan berlangsung termasuk anjuran dan

larangann

2. Persiapan pasien saat pemeriksaan

Untuk menghindari kejadian di luar dugaan yang tidak di kehendaki yang dapat

menghambat jalannya pemeriksaan maka yang perlu diperhatikan.

c. Peralatan pasien

Benda-benda yang digunakan pasien yang bersifat radioopaque seperti anting,

jepit rambut dan sebagainya sebaiknya dilepas.

1. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dilakukan dalam pemeriksaan Dacryocystografi terdiri

dari unsteril dan steril.

Unsteril :

- Ampul bahan kontras : lipiodol, ultra fluid, guerbet, media kontras   yang

mengandung iodine.

- Lokal anestesi tetes mata seperti opthoine, amethocdine 1 % atu lebih,

pantocaine 0,5 %

- Gerjaji ampul.
- Senter lampu sorot.

-  Handuk kecil.

- Bengkok.

- Pelindung mata / penutup.

Steril :

- Dilator tumpul, yaitu alat yang di gunakan untuk melebarkan punctum 

lakrimal yang tidak di masukkan bahan kontras.

- Kanula lakrimal logam atau dua nilon kateter.

- Kain kassa.

- Kapas.

- Spon dan aplikator.

- Forceps ( sejenis catut ) spon.

- Cairan yang mengandung garam.

3. Teknik pemeriksaan

a. Tindakan Pendahuluan

Sebelum bahan kontras dimasukkan, dilakukan sebagai berikut :

-  Isi sakus lakrimal dikosongkan dengan memberi tekanan pada sakus   tersebut.

- Mata ditetesi anestesi local sebagai penghilang anestesi local. Beberapa detik

setelah penetesan akan dirasakan menyengat, namun hal ini hanya akan

berlangsung sementara dalam waktu yang relatif sangat singkat.

- Diatas meja pemeriksaan di beri handuk kecil pada bagian dasar kepala

penderita untuk menampung bahan kontras yang tumpah.


- Salah satu dari lubang mata ( punctum lakrimal ) yang letaknya di inner canthus

dilebarkan dengan dilator. Maksud pelebaran ini adalah untuk memasukkan

kanula kedalam reservoir air mata.

- Isi sakus dibersihkan dengan irigasi garam fisiologik. Larutan garam

disemprotkan dengan perlahan-lahan kedalam kantung air mata ( lakrimal sac ).

Teknik Pemasukan Bahan Kontras 

Teknik pemasukan bahan kontras dengan menggunakan kanula

Masukkan kanula ( Silver Lacrimal Canule ) kedalam punctum lakrimal yang

telah di dilatasi. Lakukan pemasukan kanula terlebih dahulu pada punctum bagian

bawah, bila tidak berhasil lakukan pada punctum bagian atas.

 4.  Teknik Pemotretan

Foto pendahuluan : foto dengan posisi Caldwell, Waters, dan Lateral dilakukan.

Posisi Caldwell

Posisi pasien : berdiri atau duduk dengan kedua bahu terletak pada bidang

transversal.

Posisi objek   : dahi dan hidung menempel kaset, MSP, OML tegak lurus bidang

film.

Kaset             : 18 x 24 cm , vertical

CR                 : 15 ° caudally untuk OML dan 25 ° caudally untuk GML.

CP                  : nasion

FFD               : 90 cm

Posisi Waters

Posisi pasien : berdiri tau duduk dengan kedua bahu terletak pada bidang transversal.
Posisi objek : dagu diatur dengan midline kaset. MSP kepala tegaklurus midline

kaset. OML membentuk sudut 37 ° trehadap bidang film. Jarak

hidung normal kurang lebih 1 – 2 cm dari kaset.

Kaset             : 18 x 24 cm , vertical

CR                 : horizontal tegak lurus menuju mid point.

CP                  : Acanthion

FFD               : 90 cm

Posisi Lateral

Posisi pasien : berdiri atau duduk

Posisi objek   : kepala true lateral. Os parietal menempel kaset. MSP kepala sejajar

dengan film. IPL tegak lurus film. Bagian organ 2,5 cm psterior

outer canthus di mid point kaset.

Kaset             : 18 x 24 cm

CR                 : horizontal tegak lurus mid point kaset

CP                 : 2,5 cm posterior outer canthus

FFD               : 90 cm
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dacryocystografi adalah pemeriksaan radiologi terhadap sistem saluran air mata

dengan menyuntikkan bahan kontras.

2. Indikasi pemeriksan dacryocystografi :

a. Obstruksi pada saluran air mata

b. Destruktif epiphora

c. Stenosis

d. Dacryocystisis

e. Ketebalan mukosa yang kronik

3. Kontraindikasi pemeriksaan dacryocystografi :

a. Infeksi akut pada mata atau jaringam periorbital

b. Pasien yang alergi bahan kontras

c. Wanita hamil. Terutama pada masa tiga bulan pertama

4. Teknik pemotretan dacryocystografi ada 5 dari menurut beberapa ahli : Cadwell,

waters, Occipito mental, Lateral, Fronto occipital

B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu :
Karena bahan kontras yang berjalan sangat cepat maka pemotretan sebaiknya

dilakukan secepat mungkin.pada saat pemeriksaan dacryocystografi Pasien diharapkan

tidak terlalu banyak atau sering mengedipkan mata.


DAFTAR PUSTAKA

Bryan, Glenda J. 1987. Diagnostic Radiography A Concise Practical Manual. Fourth Edition.

United Stated of America :  Churchill Livingstone.

Harsanto, Widy. Kumpulan materi perkuliahan Tingkat II. Step Two edisi pertama. Jakarta:

ATRO DEPKES RI

Merril, Vinita. 1975. Roentgenographic position and standard radiologic procedures. Fourth

Edition. United Stated of America : The C.V.Mosby Company

Saxton, H.M dan Strikland, Basil. Practical procedures in diagnostic Radiology. Second edition.

London: H.K. Lewis & Co. Ltd

7Radiograher. 2011. Dacryocystografi ( Online ) http://7radiographerindo.blogspot.co.id/

Diakses pada 13 April 2017

Aftaerego, sahabat. 2013. Anatomi Kelenjar Air mata. ( Online )

http://sahabatafterego.blogspot.co.id/ Diakses pada 13 April 2017

Anda mungkin juga menyukai