Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PEMERIKSAAN DACRYOCYSTOGRAFY

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Radiografi

DISUSUN OLEH
NAMA : ARY LAKSAMANA PUTRA
NIM : 19.043
KELAS : II B

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


YAYASAN AMAL BHAKTI MEDAN
TA. 2020 / 2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah karena atas limpahan Rahmat

dan Karunia – Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh dosen mata

kuliah Teknik Radiografi. Makalah ini berjudul “ Pemeriksaan Dacryocystografi”.

Tak ada gading yang tak retak karenanya saya sebagai penulis menyadari bahwa dalam

penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Baik dari sisi materi maupun

penulisannya. Saya dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima berbagai masukkan

maupun saran yang bersifat membangun yang diharapkan berguna bagi seluruh pembaca

Medan, Juli

2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan................................................................................ 1
C. Manfaat Penulisan ............................................................................. 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................................... 2
A. Anatomi Dan Fisiologi Daryocystografi........................................... 2
B. Indikasi Dan Kontraindikasi Daryocystografi................................. 3
C. Prosedur Pemeriksaan Daryocystografi........................................... 4
BAB III PENUTUP......................................................................................... 11
A. Kesimpulan.......................................................................................... 11
B. Saran.................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan sinar – X, ultrasound,
dan magnetik guna untuk mendiagnosa suatu penyakit yang memerlukan pemeriksaan
radiodiagnostik. Dengan pemeriksaan ini organ – organ yang berada dalam tubuh yang tidak bisa
terlihat dengan mata telanjang dapat diperlihatkan melalui gambaran atau pencitraan radiografi.
Komponen yang ada dalam proses pencitraan meliputi : pasien, pengolahan, dan Teknik
pemeriksaan yang digunakan.
Dacryocystografi adalah pemeriksaaan radiologi dari sistem nasolacrimal dengan pemasukkan
bahan kontras yang radioopaque. Sistem kelenjar air mata terdiri dari 2 yang terletak pada
superolateral orbita, dan saluran yang menghubungkan air mata melewati hidung air mata
disekresikan oleh kelenjar dan masuk kedalam saluran lacrima melalui lubang kecil yang disebut
punctum lacrima ( pada setiap mata terdapat lubang ).

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, antara lain :
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari kelenjar air mata
2. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi dacryocystografi
3. Untuk memahami prosedur dan Teknik pemeriksaan daryocystografi

C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini, antara lain :
1. Bagi Penulis
Sebagai media penambah wawasan dan pengetahuan tentang struktur anatomi dan fisiologi
dacryocystografi serta teknik pemeriksaan daryocystografi.
2. Bagi Akademik
Sebagai referensi tentang pemeriksaan daryocystografi

1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Daryocystografi


Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu sistem sekresi yang berupa kelenjar lakrimalis
dan sistem ekskresi yang terdiri dari punctum lakrimalis. Kelenjar lakrimalis terdiri dari
beberapa bagian seperti, lakrimal gland ( kelenjar air mata ) adalah bagian yang kecil, berbentuk
kacang almond. Letaknya di bagian anterior sisi lateral orbita bagian atas ( orbita roof ), pada
fossa lakrimal dari tulang frontalis. Lakrimal lake adalah bagian kantung berbentuk triangular
yang dangkal, dibentuk oleh conjunctiva pada inner canthus mata. Sekresi air mata yang
terkumpul di lakrimal lake mengalir kebagian inferior meatus nassa melalui saluran nasolacrimal
yang merupakan subjek dalam pemeriksaan radiografi.

Gambar Kelenjar Lakrimalis Dan Sistem Air Mata

Sistem nasolakrimal terdiri dari : ( 1 ) dua buah kanal kecil ( lacrimal kanalikuli ), ( 2 )
lacrimal sac yang terletak di bagian atas, mengelilingi dan sedikit melebar dari bagian
nasolakrimal, ( 3 ) nasolacrimal duct ( saluran nasolakrimal ), yang menghubungkan lakrimal
dengan hidung.

2
Tiap canaliculus berasal dari sebuah lubang kecil yang disebut punctum lacrimal. Punctum
lacrimal terletak pada suatau elevasi kecil, papilla lacrimal, yang mengarah kedalam danau
lacrimal untuk penyurutan cairan. Dalam punctum, canaliculus melewati batas dari tiap kelopak
mata, canaliculus memiliki dua bagian, pertama bagian vertical yang panjangnya kurang lebih 1
– 2 mm dan bagian horizontal yang panjangnya kurang lebih 7 mm.
Canaliculi kadang menyatu kedalam satu jalur pada saat bertemu menuju saluran lacrimal
sac, canaliculi bertemu menjadi ampulla yang disebut Sinus Maier. Sinus Maier memiliki empat
katup ( klep ) yang terdapat pada saluran air mata, yaitu : ( 1 ) Valve Rosen Muller dan Valve
Houske, ( 2 ) Valve Krause, (3 ) Valve Tailer, ( 4 ) Valve Hawner.
Lacrimal sac memiliki panjang 12 mm, melingkar di atas dan sedikit ada batas dengan
pertemuannya kesaluran nasolacrimal yang sebenarnya. Lacrimal sac terletak di antero inferior
pada dinding medial orbita, di mana ia mendiami fossa yang di bentuk oleh tulang air mata dan
maxilla, dan di sisi lain yang merupakan bagian anterior ethmoid air cells. Fossa lacrimal adalah
awal dari osseus lacrimal canal, melalui di mana saluran nasolacrimal lewat. Tulang canal
dibentuk oleh tulang lacrimal, maxilla dan prosessus lacrimal pada concha nasal inferior. Ia
melewati bagian lateral posteroinferior antara dinding medial sinus maxillaries dan dinding
lateral nasal cavity. ( rongga hidung ).
Saluran nasolacrimal sebenarnya bervariasi panjangnya, tapi di yakini mendekati kurang
lebih 17 mm. Saluran tersebut menyempit pada saat mencapai nasal cavity ( rongga hidung ),
dimana saluran itu terbuka di bawah concha inferior kira-kira segaris dengan gigi molar satu.
Terdapat 4 poin penting yang harus diperhatikan mengenai anatomi nasolacrimal. Pertama,
terdapat everted yang merupakan puncta yang tidak terlihat. Kedua, punctum bagian atas adalah
bagian tengah yang rendah. Ketiga, canaliculi yang berada di dalam kantung lacrimal bagian
antero – lateral berada dekat dengan puncak. Keempat, specimen dari anatomi tersebut semakin
ke bawah semakin terbuka dan biasanya terjadi kasus bagian tersebut.

B. Indikasi dan Kontraindikasi Daryocystografi


1. Indikasi Pemeriksaan
Pada saluran air mata dapat terjadi penyumbatan atau hambatan, misalnya pada punctum
( karena terisi bulu mata dan menimbulkan rasa sakit yang disebut ektropi ) atau pada canaliculi.
Hal ini dapat menyebabkan air mata keluar berlebihan ( epifora ) dan menimbulkan peradangan

3
pada saluran air mata. Peradangan ini dapat menimbulkaan abses dengan gejalaberupa
pembengkakan yang berwarna kemerahan dan adanya rasa sakit di bawah inner canthus. Hal ini
di sebut Dacryocystitis.
Dacyocystitis dapat ditemukan mulai dari bayi sampai pada usia di atas empat puluh tahun.
Pada penyakit ini dapat terjadi akibat tertutupnya katup ductus nasolacrimal di rongga hidung
sehingga mudah menyebakna infeksi. Pada usia diatas empat puluh tahun penyakit ini lebih
banyak ditemukan pada wanita, akibat kelainan-kelainan seperti rinitis, polip dan tumor.
Dacryocystitis kronik sering menyebabkan serangan akut. Biasanya kuman penyebab
dacryocystitis akut di temukan bercampur seperti Stafilococcus, Streptococcus, N. Catarrahalis,
H. Aegyptus, Pseudomonas aerugenosa dan Pneumococcus.
Indikasi pemeriksaan lainnya adalah investigasi dari perkembangan yang abnormal,
stenosis, ketebalan mukosa yang kronik.

2. Kontra Indikasi
a. Infeksi akut pada mata atau jaringan periorbital.
b. Pasien yang alergi pada bahan kontras.
c. Wanita hamil terutama trimester pertama.

C. Prosedur Pemeriksaan Daryocystografi


1. Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan alat dan bahan yang dilakukan pada pemeriksaan Dacryocystografi terdiri dari
unsterile dan steril.
 Unsteril
 Ampul bahan kontras lipiodol, ultra fluid, guerbet, media kontras yang mengandung iodine.
 Lokal anastesi tetes mata seperti opyhoine, amethocdine 1% atau lebih, pantocaine 0,5%.
 Gergaji ampul.
 Senter lampu sorot.
 Handuk kecil.
 Bengkok.
 Pelindung mata/penutup.
 Steril

4
 Dilator tumpul, yaitu alat yang digunakan untuk melebarkan punctum lakrimal yang tidak
dimasukkan bahan kontras.
 Kanula lakrimal logam atau dua nilon kateter.
 Kain kassa.
 Kapas.
 Spon dan aplikator.
 Forceps (sejenis catut) spon.
 Cairan yang mengandung garam.

2. Prosedur Radiografi
Langkah-langkah yang dilakukan pada pemeriksaan Dacryocystografi adalah sebagai
berikut:
1. Tindakan pendahuluan
Sebelum bahan kontras dimasukkan, dilakukan prosedur sebagai berikut:
a Isi sakus lakrimal dikosongkan dengan memberi tekanan pada sakus tersebut. Mata ditetesi
anastesi local sebagai penghilang rasa sakit. Beberapa detik setelah penetesan akan
dirasakan rasa yang menyengat, namun hal ini hanya akan berlangsung sementara dalam
watu yang relatif sangat singkat.
b Diatas meja pemeriksaan diberi handuk kecil pada bagian dasar kepala penderita untuk
menampung bahhan kontras yang tumpah.
c Salah satu dari lubang mata (punctum lakrimal) yang letaknya dari inner canthus dilebarkan
dengan dilator. Maksud dari pelebaran ini adalah untuk memasukkan kanula kedalam
reservoir air mata.
d Isi sakus dibersihkan dengan irigasi garam fisiologik. Larutan garam disemprotkan dengan
perlahan-lahan kedalam kantung air mata (lakrimal sacus)

2. Teknik pemasukan bahan kontras


a Teknik pemasukan bahan kontras dengan menggunakan kanula
Masukkan kanula (silver lacrimal canule) kedalam punctum lakrimal yang telah didilatasi.
Lakukan pemasukkan kanula terlebih dahulu pada punctum bagian bawah, bila tidak berhasil
lakukan pada punctum bagian atas. Siapkan bahan kontras dalam spuit ± 2 cc, bila kanula

5
berhasil dimasukkan, susul dengan pemasukkan bahan kontras. Pemeriksaan ini harus dilakukan
dengan cepat.
b Teknik pemasukan bahan kontras dengan menggunakan kateter
Kateter dimasukkan kedalam kantung air mata melalui punctum lakrimal bawah kanan/kiri,
sedangkan punctum bagian atas ditutup dengan dilator. Setelah kateter masuk, pasien diposisikan
prone kemudian ujung kateter disambung dengan spuit yang berisi bahan kontras, diletakkan
dismaping telinga untuk memudahkan pemasukan bahan kontras. Bahan kontras yang digunakan
adalah 2 cc sampai 4 cc.
c Teknik pemasukan bahan kontras dengan menggunakan wing needle
Wing needle yang telah dihubungkan dengan spuit berisi bahn kontras dimasukkan kedalam
kantung air mata melalui punctum lakrimal bawah, sementara punctum lakrimal atas ditutup
dengan dilator. Ubah posisi pasien dari supine menjadi prone. Lanjutkan dengan pemasukkan
bahan kontras sedikit demi sedikit sampai kantung air mata terasa penuh oleh bahan kontras. Bila
terdapat kelebihan bahan kontras pada canthus atau fornix maka harus dibersihkan.

3. Proyeksi pemeriksaan
Foto pendahuluan: untuk mengevaluasi SPN biasanya dilauakan foto dengan posisi
Caldwell, Waters, dan Lateral.
a Proyeksi Caldwell

 Posisi Pasien : Berdiri atau duduk dengan kedua bahu terletak pada bidang transversal.

6
 Posisi Objek : Dahi dan hidung menempel kaset, MSP, OML tegak lurus bidang film.
 Kaset : 18 x 24 cm vertical
 CR : 15º caudad untuk OML dan 25° caudad untuk GML
 CP : Nasion
 FFD : 100 cm
b Proyeksi Waters

 Posisi Pasien : Berdiri atau duduk dengan kedua bahu terletak pada bidang transversal.
 Posisi Objek : Dagu diatur dengan midline kaset. MSP kepala tegak lurus midline kaset.
OML membentuk sudut 37 º terhadap bidang film. Jarak hidung normal
kurang lebih 1-2 cm dari kaset.
 Kaset : 18 x 24 cm vertical
 CR : Horizontal tegak lurus menuju mid point.
 CP : Acanthion
 FFD : 100 cm

c Proyeksi Lateral

7
 Posisi Pasien : Berdiri atau duduk.
 Posisi Objek : Kepala true lateral. Os parietal menempel kaset. MSP kepala sejajar
dengan film. IPL tegak lurus film. Bagian organ 2,5 cm posterior outher
canthus di mid point kaset.
 Kaset : 18 x 24 cm vertical
 CR : Horizontal tegak lurus menuju mid point kaset
 CP : 2,5 cm posterior outher canthus.
 FFD : 100 cm
Prosedur pemeriksan dilakukan dengan cepat setelah pemasukkan bahan kontras, prosedur
penyuntikkan biasanya dilakukan dengan posisi pasien duduk didepan bucky stand. Tetapi pasien
juga dapat diposisikan supine untuk pada saat peasukan bahan kontras, dan diposisikan prone
pada saat pemotretan. Setelah melakukan anastesi pada conjunctiva dan puncta, radiolog
melebarkan punctum lakrimal untuk diinjeksi (bagian atas apabila bagian bawah ditutup),
kemudian masukkan jarum yang ujungnya bulat kedalam kanalikus lakrimal. Apabila lakrimal
dalam keadaan yang baik maka ada genangan cairan biasa yang mengandung garam dan bila
tidak ada genangan cairan pada mata maka pemeriksaan dapat dihentikan. Segera setelah
pemasukan bahan kontras dan jarum telah dicabut, maka dilakukan pemotretan dengan posisi
Caldwell, Waters, dan Lateral SPN.
Proyeksi yang sama kembali dilakukan selang beberapa waktu untuk mengetahui posisi
media kontras didalam saluaran. Setelah penyuntikan dan pemotretan pertama, biasanya
dilakukan pemotretan pada menit ke 7 atau ke 10, 15, atau ke 20, diamana bahan kontras telah
melalui saluran pada rongga hidung di bagian mukosa faringeal (pharyngeal mucosa). Sisi
lainnya dapat disuntik setelah pemotretan pada sisi pertama. Bila hal ini dilakukan, maka perlu

8
untuk merotasikan kepala pasien sedikit (10º - 15°) menjauhi film untuk memisahkan bayangan
opasitas saluran bilateral pada proyeksi lateral.
Faktor eksposi yang digunakan adalah factor eksposi yang digunakan pada pemeriksaan
sinus paranasal (SPN).

d. Proyeksi AP Cranium

Menurut Frank (2012), ketika pasien tidak dapat diposisikan PA dan AP axial proyeksi yang
dapat mengambarkan kreteria yang serupa adalah proyeksi AP. Tujuan dilakukannya proyeksi
AP adalah untuk menampakkan patologi fraktur, neoplasma dan osteitis. Teknik pemeriksaan
cranium proyeksi AP adalah sebagai berikut :
a) Posisi pasien : Atur pasien dalam posisi supine
b) Posisi objek : (1) Posisi pasien supine dengan MSP tubuh pada pertengahan kaset
diatas meja pemeriksaan
(2) Memastikan MSP kepala dan OML tegak lurus kaset
c) Sinar pusat : (1) Pusat sinar tegak lurus kaset/pada glabella
9
(2) Minimum SID 100 cm
d) Kolimasi : Kolimasi hingga bagian luar tengkorak
e) Pernafasan : Pasien tahan nafas selama ekposi berlangsung
f) Kreteria radiograf : kreteria radiograf proyeksi AP sama dengan proyeksi PA. Tampak tulang
frontal , crita galli, internal auditory canal, frontal dan anterior sinus
etmoid, petrous ridge, greter dan sayap spenoid dan dorsum sella
4. Perawatan seelah pemeriksaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien setelah pemeriksaan adalah:
 Pasien tidak diperbolehkan meninggalkan ruangan selama setengah sampai satu jam setelah
pemeriksaan. Hal ini bertujuan agar efek dari obat anastesi benar-benar telah hilang.
 Pasien dianjurkan untuk melindungi matanya dari debu dikarenakan masih adanya obat
anastesi yang masih aktif bekerja.

C. Hasil Radiograf
1. Caldwell 2. Waters

3. Lateral 4. Proyeksi AP Cranium

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dacriosistografi adalah pemeriksaan radiologi dari kelenjar air mata dan salurannya
dengan cara mengisi kanal lumina dengan bahan kontras positif yang dapat larut dalat air.
Pemeriksaan radiologi dari kelenjar air mata dengan cara memberikan bahan media kontras
positif melalui alat kanula, wing needle, dan kateter. Namun lebih disarankan dengan kanula
karena kanula lebih elastis jika dibandingkan dengan kateter dan wing needle.
Prosedur pemeriksaan radiografi dacriocystografi adalah proyeksi PA metode caldwell ,
proyeksi PA metode waters, proyeksi lateral dan proyeksi AP cranium.

B. Saran
Setelah dilakukan pemeriksaan sebaiknya pasien tidak langsung meninggalkan ruangan
melaikan menunggu selama 1 jam agar memastikan efek dari obat anastesi betul -betul telah
hilang dan pasien dianjurkan melindungi mata dari debu dikarenakan masih adanya obat anastesi
yang masih aktif bekerja.

11
DAFTAR PUSTAKA

Afterego. 2013. Prosedur Pemeriksaan Radiograf Cranium. Diakses tanggal 15 juli 2021, dari
http:/sahabatafterego.blogspot.com/2013/11/prosedur-pemeriksaan-radiograf-cranium.html?m=1,
Bryan, Glenda J. 1974. Diagnostic Radiography A Concise Practical Manual. 2nd dan 4rd
edition. Edinburgh dan London : Churchill Livingstone.
Pearce, Evelyn C . 1993. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia
Modul Praktek Teknik Radiografi Dacriosistografi Tatap Muka Ke-8

12

Anda mungkin juga menyukai