Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Teori Etika Dan Dilema

Di Susun oleh :

Sarah Safina Irawati ( 1052201004)

Selma Rahangirit (1052201010)

Siti Nur Fadillah K (1052201006 )

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH. THAMRIN

2021

Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa
kurang suatu apa pun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada
junjungan Rasulullah Muhammad SAW.

Semoga syafa’atnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.Penulisan


makalah berjudul “Pengantar teori etika dan dilema ” bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah etika profesi dan hukum kesehatan Selama proses penyusunan
makalah, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh
karena itu, penulis berterima kasih kepada:

1. Nur Alam, S.Tr.,M.Tr.Keb Selaku Dosen Mata Kuliah Etika Profesi


Dan Hukum Kesehatan
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan
3. Teman-teman seangkatan Program Studi S1 Kebidanan dan Profesi Bidan
Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna.Besar harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan
umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.Wassalamualaikum
wr.wb

Bekasi, 2 Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar belakang

Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika


karena lingkup kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan
masyarakat. Karena itu, selain mempunyai pengetahuan dan keterampilan,
agar dapat diterima di masyarakat bidan juga harus memiliki etika yang
baik sebagai pedoman bersikap/ bertindak dalam memberikan suatu
pelayanan khususnya pelayanan kebidanan.

Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai


tempat, dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi
pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses
yang menyeluruh sehingga membutuhkan bidan yang mampu menyatu
dengan ibu dan keluarganya.

I.2 Perumusan Masalah

I.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

1.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika

Menurut Bertens, etika adalah nilai-nilai atau norma-norma moral


yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya, arti ini bisa dirumuskan sebagai sistem
nilai. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Etika dirumuskan
dalam 3 arti yaitu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, nilai
yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Dalam konteks lain secara luas dinyatakan bahwa “etika” adalah


aplikasi dari proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan yang
sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar dan
konsep yang membimbing makhluk hidup dalam berpikir dan
bertindak serta menekankan nilai-nilai mereka (Shirley R Jones- Ethics
in Midwifery).

1. Faktor – Faktor Yang Melandasi Etika

a. Nilai
Menurut Filsuf Jerman Hang Jonas “nilai” adalah the address of a
yes, sesuatu yang ditujukan dengan “ya” Nilai mempunyai konotasi
yang positif. Nilai mempunyai tiga ciri :
1) Berkaitan dengan subyek

2) Tampil dalam suatu nilai yang praktis, dimana subjek ingin


membuat sesuatu

3) Nilai menyangkut pada sifat tambah oleh subyek pada sifat – sifat
yang dimiliki oleh obyek.
b. Norma
Norma adalah aturan atau kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur
untuk menilai sesuatu.

c. Sosial budaya
dibangun oleh konstruksi sosial dan dipengaruhi oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi.

d. Religius
1) Agama mempunyai hubungan erat dengan moral
2) Agama merupakan motivasi terkuat perilaku moral atau etik
3) Agama merupakan salah satu sumber nilai dan norma etis yang
paling penting
4) setiap agama mengandung ajaran moral yang menjadi pegangan
bagi perilaku para anggotanya.

e. Kebijakan atau policy maker


Siapa stake holdernya dan bagaimana kebijakan yang dibuat sangat
berpengaruh atau mewarnai etika maupun kode etik.

2. Sistematika Etika

a. Etika Deskriptif Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral


dalam arti luas, misalnya adat kebiasaan, anggapan – anggapan tentang
baik buruk, tindakan-tindakan yang di perbolehkan atau tidak
diperbolehkan. Etika deskriptif tidak memberikan penilaian tetapi
menggambarkan moralitas pada individu - individu tertentu,
kebudayaan atau subkultur tertentu dalam kurun waktu tertentu.
b. Etika Normatif
Pada etika normatif terjadi penilaian tentang perilaku manusia.
Contoh: penolakan prostitusi yang terjadi di suatu masyarakat karena
dianggap sebagai suatu lembaga yang bertentangan dengan martabat
wanita, biarpun dalam praktik belum tentu dapat diberantas sampai
tuntas. Penilaian itu dibentuk atas dasar norma–norma “martabat
manusia harus dihormati “

c. Metaetika
Metaetika berasal dari bahasa yunani “meta” mempunyai arti
melebihi atau melampaui. Metaetika mempelajari logika khusus dari
ucapan – ucapan etis. Pada metaetika mempersoalkan bahasa normatif
apakah dapat diturunkan menjadi ucapan kenyataan. Metaetika
mengarahkan pada arti khusus dan bahasa etika.

3. Tipe - Tipe Etik

a. Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang
kontroversi dalam etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan.
Bioetik juga difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang
hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi pengobatan, politik,
hukum, dan theologi. Bioetik lebih berfokus pada dilema yang
menyangkut pada perawatan kesehatan, kesehatan modern, aplikasi
teori etik dan prinsip etik terhadap masalah – masalah pelayanan
kesehatan

b. Clinical Ethics / Etik Klinik


Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih
memperhatikan pada masalah etik selama pemberian pelayanan kepada
klien. Contohnya: adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana
seseorang baiknya merespon permintaan tindakan yang kurang
bermanfaat (sia-sia).

c.Midwifery Ethics/ Etik Kebidanan


Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik
dan dikembangkan dalam tindakan serta dianalisis untuk mendapatkan
keputusan etik.

2.2 Pengertian Teori Etika

Etika didasari oleh filosofi moral yang diaplikasikan dalam setiap


sendi kehidupan manusia. Ada kecenderungan untuk menganggap
moral berkaitan dengan masalah seksualitas, namun, tentunya hal ini
berkaitan dengan kebenaran dan kesalahan atau seharusnya dan tidak
seharusnya dilakukan. Ada tiga level etika pada ummnya antara lain:

 Meta-ethics : melibatkan filosofi yang lebih dalam untuk


memeriksa sebuah hal yang abstrak, untuk mengetahui apa yang kita
maksud benar atau salah. Dalam situasi sehari-hari, kita tidak punya waktu
untuk tingkat pertimbangan ini karena memerlukan waktu untuk pemikiran
yang lebih rumit

 Ethical theory : bertujuan untuk menciptakan mekanisme


pemecahan masalah seperti dalam hal matematika, tercipta formula/rumus
untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan bidangnya dan

 Practical Ethics : seperti yang disarankan, adalah bagian aktif di


mana karya para filsuf moral dipraktikkan
1. Teori Yang Melandaskan Etika Kebidanan :

1. Teori Utilitarian
Utilitarian Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari
konsekuensi atau akibat tindakan. Contohnya : mempertahankan
kehamilan yang berisiko tinggi dapat menyebabkan hal yang tidak
menyenangkan, tetapi pada dasarnya hal tersebut bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya.

2. Teori Hedonisme
Hedonisme berasal dari bahasa Yunani “Hedone” , mempunyai arti
baik apa yang memuaskan keinginan kita, apa yang meningkatkan
kuantitas kesenangan atau kenikmatan dalam diri kita. Dari arti kata
tersebut terkandung makna manusia menurut kodratnya mencari
kesenangan dan berupaya menghindari ketidaksenangan.

3. Teori Deontology

Menurut Immanuel Kant : sesuatu dikatakan baik dalam arti


sesungguhnya adalah kehendak yang baik oleh kehendak manusia.

Menurut W.D Ross : Setiap manusia punya intuisi akan kewajiban dan
semua kewajiban berlaku langsung pada diri kita.

Kewajiban untuk melakukan kebenaran adalah kewajiban utama,


termasuk kesetiaan, ganti rugi, terima kasih, keadilan, berbuat baik dan
sebagainya. Memahami kewajiban akan membuat seseorang terhindar dari
konflik atau dilemma.

4. Teori Eudemonisme
menurut Aristoteles, dalam setiap kegiatan manusia mengejar suatu
tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik bagi. Semua orang akan setuju
bahwa tujuan hidup akhir manusia adalah kebahagiaan (eudemonia).
Keutamaan dalam mencapai kebahagiaan melalui keutamaan intelektual
dan moral.

2.Prinsip, Konsep Dan Doktrin Dalam Etika Kebidanan Yang Harus


Diperhatikan Antara Lain :

 Accountability / dapat di pertanggung jawaban


 Beneficence / kemurahan hati
 Non-maleficence / bukan tindak kejahatan
 Confidentiality / kerahasiaan
 Justice / keadilan
 Paternalism : pengambilan kebijakan atau praktik oleh orang yang
memiliki wewenang untuk membatasi kebebasan dan tanggung jawab
bagi mereka atas kepentingan terbaik bawahannya.
 Consent / persetujuan
 Value of life / nilai kehidupan
 Quality of life / kualitas hidup
 Sanctity / kesucian
 Status of the fetus / status janin
 Acts and omission / Tindakan dan kelalaian
 Ordinary or extraordinary mean
 Double effect
 Truth – telling
3. Dimensi Etik dalam Peran Bidan

Peran bidan secara menyeluruh meliputi beberapa aspek antara lain:

 Praktisi
 Penasehat
 Konselor
 Teman
 Pengelola
 Pendidik
 Peneliti

Menurut United Kingdom Central Council (UKCC) tahun 1999


tanggung jawab bidan meliputi:

 Mempertahankan dan meningkatkan kenyamanan ibu dan bayi;


 Menyediakan pelayanan yang berkualitas dan informasi serta nasehat
yang tidak bias yang berdasarkan pada evidence based ; dan
 Mendidik dan melatih calon bidan agar dapat bekerjasama dan memberi
pelayanan dengan memiliki tanggung jawab yang sama, termasuk
dengan teman sejawat nya atau kolega agar fit for practice and fit for
purpose.

3.3 Pengertian Dilema Etik / Moral dalam Pelayanan Kebidanan

1. Dilema Etik
Dilema terjadi ketika dihadapkan pada sesuatu hal yang kurang
jelas sehingga kesulitan dalam pengambilan keputusan. Bila akan
dihadapkan pada kondisi yang sukar karena menyangkut etik / bioetik,
sehingga pengambilan keputusan membutuhkan pertimbangan moral
serta kebijaksanaan yang berhubungan dengan pelayanan kebidanan.
Dilema moral menurut Campbell (1984 dalam Jones 2000) adalah

“One is faced with two alterfnative choices, neither of which seems a


satisfactory solution to the problem” Suatu keadaan dimana
dihadapkan pada dua alternatif pilihan yang kelihatannya sama atau
hampir sama merupakan pemecahan masalah yang sama-sama
memuaskan.

Dilema etik dalam bioetik:

 Abortus (Pro Choice) tidak sesuai dengan moral dan ajaran


agama apapun dan dalam hukum kesehatan harus dilakukan
atas dasar indikasi medis tertentu. Di Amerika pada masa
pemerintahan Obama memdukung Pro Choice, tapi tetap
ditentang oleh kaum Pro Life
 Pencangkokan organ tertentu dan
 Permintaan mengakhiri nyawa karena tidak tahan terhadap
perderitaannya (euthanasia), telah di lakukan di USA dan UK
dan negara lainnya.

Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral,


pertentangan batin atau pertentangan antara nilai – nilai yang
diyakini bidan dengan kenyataan yang ada. Ketika mencari solusi
atau pemecahan masalah harus mengingat akan tanggung jawab
profesional, yaitu:

1. Tindakan selalu ditujukan untuk peningkatan kenyamanan


kesejahteraan pasien atau klien.
2. Menjamin bahwa tidak ada tindakan yang menghilangkan
sesuatu bagian  disertai rasa tanggung jawab memperhatikan
kondisi dan keamanan pasien atau klien.
2. Konflik Moral

Konflik adalah suatu proses dimana dua pihak atau lebih berusaha
memaksa tujuannya dengan cara mengusahakan unutk menggagalkan
tujuan ang ingin dicapai pihak lainnya.

Konflik intrapersonal terdiri dari 3 macam yaitu:

 Approach-Approach conflict, dimana orang didorong untuk


melakukan pendekatan positif terhadap dua persoalan atau lebih, tetapi
tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.

 Approach-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk


melakukan pendekatan terhadap persoalan-persoalan tersebut dan
tujuannya dapat mengandung nilai positif dan negative bagi orang
yang mengalami konflik tersebut.

 Avoidance-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk


menghindari dua atau lebih hal yang negative tetapi tujuan- tujuan
yang dicapai saling terpisah satu sama lain.

Konflik moral adalah pertentangan yang terjadi karena


pengambilan keputusan yang menyangkut dilema moral. Konflik
moral atau dilema pada dasarnya sama, kenyataannya konflik yang
terjadi karena berada diantara prinsip moral dan tugas yang mana
sering menyebabkan dilema (Johnson 1990 dalam Jones 2000).
Penanganan konflik etik kebidanan terdiri atas :

1. Informed Concent

Pesetujuan yang diberikan pasien atau walinya yang berhak terhadap


bidan untuk melakukan suatu tindakan kebidanan kepada pasien
setelah memperoleh informasi lengkap dan dipahami mengenai
tindakan yang akan dilakukan

2. Negosiasi

Proses yang di dalamnya dua pihak atau lebih bertukar barang / jasa
dan berupaya menyepakati tingkat kerjasama tersebut.

Negosiasi terjadi ketika suatu keadaan memenuhi syarat-syarat berikut


ini:

 Pertama, melibatkan dua pihak atau lebih. Kedua, terdapat suatu


konflik kepentingan antara pihak-pihak tersebut.
 Keduanya menginginkan sesuatu yang menguntungkan untuk
dirinya masing-masing. Price versus profit, keuntungan bagi satu
pihak merupakan harga yang harus dibayar oleh pihak lain.
 Ketiga, pihak-pihak yang terlibat sama-sama berusaha untuk
mencapai kesepakatan bukannya berkonflik. Kesepakatan dapat
dicapai melalui kompromi antara memberi dan menerima sesuatu antar
pihak tersebut

3. Persuasi

Persuasi bisa diartikan sebagai usaha untuk mengubah sikap dan


kepercayaan melalui informasi dan argument.
Ketika target menerima pesan (message) yang berbeda dari
pendiriannya maka munculah respon yang bermacam-macam seperti :

 reject the message (menolak pesan atau informasi)


 derogate the source (mencela the sumber)
 suspend judgment (mencari informasi tambahan untuk menentukan
keputusan, menolak atau menerima)
 distort the message (tidak menanggapi informasi dan
menyimpannya dalam “skema” yang mungkin suatu saat akan
mengubah sikapnya)
 attempt counter persuasion (melancarkan argumentasi balik)

Anda mungkin juga menyukai