Anda di halaman 1dari 7

 

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN


JALAN NAFAS PADA KASUS TUBERKULOSIS PARU DENGAN KOMPLIKASI
PNEUMONIA DI RSU Dr. WAHIDIN SUDIRO HUDOSO
KOTA MOJOKERTO

 Nursing Care Patients With Ineffeectiveeness Of Airway Clearance In Cases Of Pulmonary Tuberculosis
With Complications Of Pneumonia In General Hospital Doctor Wahidin
Sudiro Husodo Mojokerto City

Devi Putri Negariyanti*),


STIKES Bina Ana Zakiyah**),
Sehat En ny Virdha***)
Enny
PPNI Mojokerto

ABSTRAK

Salah satu permasalahan yang dialami penderita TB paru adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas disebabkan oleh reaksi inflamasi pada parenkim paru yang dapat
mengakibatkan pembentukan sputum yang berlebih. Tujuan asuhan keperawatan ini adalah mampu
mengaplikasikan pada klien yang mengalami TB paru dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto. Metode yang digunakan yaitu dengan teknik
 pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi.
dokumentasi. Partisipan yang
diambil adalah 2 klien yang mengalami TB paru dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan
 jalan nafas. Intervensi yang ada pada teori semua dapat dilaksanakan pada kasus nyata. Implementasi
dilakukan 3x24 jam dan hasil evaluasi klien 1 masalah teratasi, sedangkan pada klien 2 masalah teratasi
sebagian dengan kriteria hasil yang belum tercapai terdengar samar suara nafas tambahan ronki pada lobus
kanan atas dan kiri atas, dan RR = 23x/menit. Teratasi atau tidaknya dipengaruhi oleh lamanya klien
mempunyai riwayat batuk yang tidak segera ditangani sehingga mempengaruhi berat ringannya infeksi
 bakteri TB yang masuk dan banyaknya akumulasi sekret yang ada di dalam paru. Penderita TB paru
disarankan untuk dapat melakukan batuk efektif dan latihan menarik nafas dalam secara mandiri juga
meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan TB paru sampai tuntas . 

Kata Kunci: Ketidakefekt ifan bersihan jalan nafas, Tuberkulosis paru  


K etidakefektifan

 AB
 A B STR A CT

One of the problems experienced by pulmonary tuberculosis patients is the ineffective


ineffec tive airway clearance.
 Ineffectiveness airway clearance caused by inflammatory reactions in the pulmonary parenchyma result in
excessive sputum formation. The purpose of this nursing care is able to ap
apply
ply to clients who have pulmonary
tuberculosis with airway ineffectiveness problem in general hospital Doctor Wahidin Sudiro Husodo
 Mojokerto city. The method used data collection techniques with interviews, observation, physical
examination, and documentation studies. Participants taken were 2 clients who had pulmonary tuberculosis
with the problem of ineffectiveness of airway clearance. The existing nursing orders in theory of all can
applicable in the real case. Implementation is done 3x24 hours client evaluation result 1 problem can be
resolved, while on client 2 problem not resolved with result criterion that have not reached sounded faint
voice of breath ekstra ronki on right upper and left left upper lobe, and respirati
respiration
on of 23x/minutes. Problem
 solving on client can be resolved or
o r not influenced by the duration of the client has a history of
o f cough that is
not immediately addressed so that it can affect the weight of the infection of the incoming tuberculosis
bacteria and many accumulation of sekret in the lungs. Patients with pulmonary tuberculosis are advised to
be able to perform effective cough and deep breathing exercises in an independent manner also increase
adherence to the treatment of pulmonary tuberculosis until complete.

K eyw
ywords:
ords: i neff
neffeective
ctiveness
ness o
off ai
airr way
way cle
clearance,
arance, p
pulmo
ulmonar
naryy ttube
uberr culosis
culosi s

PENDAHULUAN sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk


Ketidakefektifan bersihan jalan nafas secara efektif. Salah satu penyakit yang dapat
merupakan suatu kondisi ketika individu menyebabkan masalah ketidakefektifan bersihan
mengalami ancaman pada status pernafasannya  jalan nafas yaitu penyakit tuberkulosis. Penyakit
Jurnal Asuhan Keperawatan 1
 

tuberkulosis merupakan penyakit menular yang Wahidin Sudiro Husodo). Hasil studi pendahuluan
disebabkan mycobacterium tuberculosis 
tuberculosis  yang di ruang Hayam wuruk RSU Dr. Wahidin Sudiro
menyerang paru-paru melalui saluran pernafasan, Husodo Kota Mojokerto tanggal 6 Desember
saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka pada 2018 terdapat 3 pasien tuberkulosis dan yang
kulit, selanjutnya dapat terjadi proses peradangan mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas
(inflamasi) di alveoli yang nantinya akan ada 2 pasien dengan gejala batuk produktif, batuk
menimbulkan penumpukan sputum yang berlebih darah, sesak nafas dan nyeri dada.
dan menimbulkan masalah ketidakefektifan Mekanisme penyakit tuberkulosis paru
 bersihan jalan nafas (Nurarif & Kusuma, 2015). terjadi karena basil tuberkel (mycobacterium
( mycobacterium
Berdasarkan data WHO pada tahun 2017, tuberculosis) terhirup
tuberculosis)  terhirup dan masuk di ruang alveoli,
 penyakit tuberkulosis menyebabkan 10 juta orang lalu terjadi reaksi peradangan atau inflamasi.
 jatuh sakit, dan membunuh 1,6 juta orang di Interaksi antara microbacterium tuberculosis 
tuberculosis   dan
dunia. Tuberkulosis merupakan salah satu top 10 sistem kekebalan tubuh pada massa awal infeksi
 penyebab kematian di seluruh dunia dan 87% membentuk sebuah massa jaringan baru
kasus baru dengan beban tertinggi terjadi di 30 (granuloma) yang tumbuh dan berkembang di
negara, namun terdapat 8 negara menyumbang sitoplasma makrofag, selanjutnya berubah bentuk
dua pertiga dari kasus tersebut yang diantaranya menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah
 berasal dari negara-negara berkembang yaitu dari massa tersebut disebut dengan  ghon tubercle
tubercle  
India, Cina, Indonesia, Filiphina, Pakistan, dan jika respon sistem imun tidak adekuat,  ghon
 Nigeria, Bangladesh, dan Afrika Selatan. Kasus tubercle   akan
tubercle mengalami ulserasi yang
tuberkulosis di Asia Tenggara sebanyak 62% dari menghasilkan necrotizing caseosa 
caseosa  di dalam
seluruh kasus TB di dunia (WHO, 2018).  bronkus. Alveoli yang terinfeksi kemudian
Indonesia pada tahun 2017 kasus tuberkulosis meradang mengakibatkan timbulnya tuberkel.
sebanyak 420.994 kasus. Berdasarkan jenis (Somantri, 2008).
kelamin, penderita laki-laki sebanyak 245.298 Makrofag yang mengadakan infiltrasi
 penderita dan perempuan sebanyak 175.696 menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
 penderita (INFODATIN, 2018). membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi
Tuberkulosis di Indonesia merupakan oleh limfosit. Makrofag juga melakukan aksi
 penyebab angka morbiditas dan mortalitas yang fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit
masih tinggi, tidak hanya pada orang dewasa, spesifik tuberkulosis menghancurkan (melisiskan)
termasuk anak-anak usia dibawah 15 tahun  basil dan jaringan normal sehingga terjadi
dengan prevalensi sebesar 50% (Brajadenta, Dwi kerusakan pada membran alveolar, reaksi ini
Laksana, & Peramiarti, 2018). 2018).   Data profil mengakibatkan terakumulasinya eksudat di dalam
kesehatan Indonesia 2017 menyatakan bahwa, alveoli dan jaringan sekitar menjadi nekrosis.
 jumlah kasus TB paru di indonesia untuk semua Penumpukan eksudat yang berlebih akan
tipe sebesar 360.770 penderita, dan jumlah kasus memunculkan masalah keperawatan
 baru sebesar 168.412 penderita yang sebagian ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan
 besar terjadi di kalangan usia 45-54 tahun menimbulkan gejala seperti batuk produktif, batuk
(KEMENKES, 2018). Berdasarkan profil  berdarah hingga sesak nafas, da
dan
n lama-
lama - kelamaan

kesehatan
Mojokerto 2016,
sebesarJumlah kasus angka
607 dengan TB BTA+ di
kematian  pasien dapat(Soemantri,
untuk batuk mengalami2009).
penurunan kemampuan
selama pengobatan/100.000 penduduk sebesar Dampak yang terjadi jika ketidakefektifan
0,55 dengan jumlah kematian sebesar 6 jiwa,  bersihan jalan nafas tidak segera diatasi, dapat
sedangkan angka kesembuhannya sebesar 91,89% menimbulkan kekurangan oksigen dalam sel
(Dinkes, 2017). Tuberkulosis paru memiliki tubuh. Sel tubuh yang kekurangan oksigen akan
 presentase terbesar yang dialami pasien di ruang sulit berkonsentrasi karena metabolisme
 paru yaitu sebesar 36,7%,
3 6,7%, sebagian besar berjenis terganggu akibat kurangnya suplai oksigen dalam
kelamin laki-laki (73%) pada rentang usia 51 darah. Otak merupakan organ yang sangat sensitif
sampai 60 tahun (33%). Berdasarkan diagnosa terhadap kekurangan oksigen, apabila kekurangan
keperawatan yang ditegakkan, masalah oksigen lebih dari lima menit dapat terjadi
ketidakefektifan bersihan jalan nafas menempati kerusakan sel otak secara permanen, kerusakan sel
urutan pertama dengan presentase sebesar 67% yang menetap dapat menimbulkan kematian
(Apriyani, 2015). (Kozier, Erb, Berman, & Syender, 2010).
Di RSU Dr. WahWahidin
idin Sudiro
Sudiro Husodo pada Asuhan keperawatan ketidakefektifan
tahun 2017 sampai 2018 terdapat 276 kasus yang  bersihan jalan nafas secara umum dapat diatasi
menderita tuberkulosis (Rekam medis RSU Dr. dengan pembebasan jalan nafas dari sekret yang

Jurnal Asuhan Keperawatan 2


 

 berlebih dengan cara mengajarkan batuk efektif, HASIL PENGKAJIAN


mengatur posisi tidur semi fowler, berlatih Pengkajian yang didapatkan dalam penelitian
menarik nafas dalam dan memberikan bantuan ini adalah:
oksigen agar pernafasan lebih ringan juga saturasi
oksigen dalam darah tidak menurun. Memberikan Pasien 1
terapi penguapan dengan nebulizer untuk DS : Klien mengatakan batuk
b atuk berdahak,
membantu pengenceran sekret (Wahid & sulit mengeluarkan dahak dan sesak
Suprapto, 2013). Program pemerintah mengenai
tuberkulosis paru tahun 2018 juga menyatakan
DO :
 bahwa perlunya melakukan peningkatkan
 pemberian dukungan psikososial dan 1.  Terlihat Batuk (berdahak)
2. Dsypneu
 pendampingan mengenai kepatuhan dalam
3.  RR= 26x/menit
 pengobatan agar tidak terjadi resistensi terhadap
4.  Terpasang O2 nasal 5 Lpm
obat (RAKERNAS, 2018).
5.  Sekret purulen bewarna putih
Berdasarkan uraian diatas dan data penyakit
6.  Terdapat otot bantu nafas (trakea)
tuberkulosis paru di RSU Dr. Wahidin Sudiro
7.  Terdapat ronki pada lobus kanan atas
Husodo Kota Mojokerto yang penulis temukan,
 juga masalah keperawatan utama ketidakefektifan ( Right
 Right upper ) dan kiri atas ( Left  ). 
 ). 
 Left upper 
 bersihan jalan nafas yang banyak terjadi, Maka
dari itu penulis mengambil judul penelitian
“Asuhan keperawatan pasien dengan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada kasus
tuberkulosis paru di RSU Dr. Wahidin Sudiro
Pasien 2
Husodo
Hus odo Kota Mojokerto”. 
Mojokerto”. 
DS : Klien mengatakan batuk
b atuk berdahak, sulit
METODE PENELITIAN mengeluarkan dahak, sesak nafas, dan nyeri
dada. 
Desain atau rancangan penelitian ini adalah
DO :
metode deskriptif tipe studi kasus. Rancangan
 penelitian studi kasus merupakan rancangan 1.  Terlihat Batuk (berdahak)
 penelitian yang mencakup pengkajian satu unit 2.  Dsypneu
 penelitian intensif misalnya satu klien, keluarga, 3.  RR= 28x/menit
kelompok, komunitas, atau institusi. Partisipan 4.  Terpasang O2 nasal 8 Lpm
 pada penelitian ini terdiri dari 2 pasien yang 5.  Sekret purulen bewarna putih kecoklatan
mempunyai penyakit yang sama yaitu TB paru 6.  Terdapat nyeri dada saat batuk (Nampak
dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan menyeringai dan melindungi area nyeri
nafas dengan kriteria pasien yang mengalami  pada dada sebelah kanan bawah)
tanda dan gejala batuk tidak efektif, sekret 7.  Terdapat otot bantu nafas (trakea dan otot
 berlebih, terdapat suara nafas
n afas tambahan, frekuensi dinding dada)
nafas berubah, dan dispnea, usia dewasa tengah 8.  Terdapat ronki pada lobus kanan atas
(usia
middle
yangage)
age ) 45-59
tidak tahun,
jauh beda namunkomplikasi
disertai dengan rentan
yang ( Right
 Right upper ),
), kanan tengah ( Right middle)
middle)
dan kiri atas ( Left
 Left upper). 
upper). 
sama dengan paduan OAT dan kategori TB yang
sama. 
Penelitian ini dilakukan di RSU Dr. Wahidin
Sudiro Husodo Kota Mojokerto dalam rentang
waktu mulai bulan November sampai bulan Mei
2019. Penelitian dilakukan minimal selama 3 hari PEMBAHASAN
 berturut-turut pada setiap partisipan. Metode 1.  Pengkajian
 pengumpulan data dalam studi kasus ini adalah Berdasarkan dari hasil pengkajian klien 1
melalui pengkajian, observasi dan pemeriksaan dan klien 2 mengalami batuk berdahak, dan
fisik, serta studi dokumentasi. tidak mampu melakukan batuk secara efektif.
Klien 1 mempunyai riwayat batuk selama 1
 bulan dan klien 2 selama 3 bulan.
Ditemukan perbedaan dari kedua klien,
yaitu klien 2 mengalami nyeri dada. Nyeri
dada yang dialami oleh penderita tuberkulosis

Jurnal Asuhan Keperawatan 3


 

 paru adalah nyeri pleuritis, nyeri ini didapati Menurut Nurarif dan kusuma hardhi
setelah infiltrasi radang bakteri TB sudah (2015) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
mengenai sistem persyarafan yang ada di adalah ketidakmampuan untuk membersihkan
 pleura (Muttaqin, 2008). sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik untuk mempertahankan kebersihan jalan
yang berfokus pada sistem pernafasan B1 nafas. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
( Breathing 
 Breathing ),
), pada klien 1 dan klien 2 terdapat memiliki batasan karakteristik meliputi suara
 persamaan yaitu kedua klien terdapat suara nafas tambahan, perubahan frekuensi nafas,
nafas tambahan ronki namun terdapat sedikit  pola nafas berubah, dispnea, sianosis,
 perbedaan yaitu pada klien 1 terdengar ronki kesulitan bicara, batuk tidak efektif, sputum
 pada lobus kanan dan kiri atas sedangkan dalam jumlah berlebih, batuk yang tidak
 pada klien 2 terdengar ronki pada lobus kanan efektif dan gelisah (PPNI, 2016).
atas, kanan tengah dan kiri atas. Kedua klien Hasil studi kasus klien 1 dan klien 2,
menggunakan alat bantu nafas O2 nasal yang didapatkan data subjektif batuk, dan data
 berbeda besar liter permenitnya, klien 1 (5 objektif susah mengeluarkan dahak, dispnea,
Lpm), dan klien ke 2 (8 Lpm), ini dikarenakan frekuensi pernafasan lebih dari batas normal
kedua klien nampak dispnea namun dari hasil (16-20x/menit), dahak keluar sedikit, dan
 pemeriksaan objektif frekuensi pernafasan terdengar suara nafas tambahan (ronki). Data
kedua klien terdapat sedikit perbedaan yaitu yang didapat pada kasus nyata untuk
klien 1 frekuensi pernafasan 26x/menit dan menegakkan diagnosa keperawatan sudah
klien 2 28x/menit. Kedua klien mengalami sesuai dengan teori. Masalah tersebut harus
sputum berlebih, namun ditemukan perbedaan segera diatasi agar tidak terjadi sumbatan
warna sputum dari kedua klien yaitu klien 1  pada jalan nafas dan saturasi oksigen klien
 berwarna putih kental dan klien 2 berwarna tidak menurun, karena kebutuhan oksigen
 putih kental disertai kecoklatan. Menurut merupakan kebutuhan dasar yang utama yang
 pendapat peneliti ini dipengaruhi oleh harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup.
lamanya klien batuk yang tidak segera
ditangani dan berat ringannya infeksi bakteri 3.  Perencanaan
TB yang ada di dalam. Perencanaan keperawatan merupakan
Hasil pemeriksaan penunjang kedua intervensi yang harus dilakukan dalam
klien sama yaitu pada foto rontgen terdapat mengatasi permasalahan yang muncul pada
infiltrasi melebar dan pada sputum BTA klien. Pada tahap ini penulis membuat
sudah dinyatakan positif, namun terdapat rencana tindakan keperawatan sesuai dengan
 perbedaan pada hasil laboratorium darah
da rah yang teori yang meliputi tujuan dan kriteria hasil
sangat berpengaruh pada keadaan klien yaitu yang dirumuskan dan telah ditetapkan
 jumlah leukosit, klien 2 jumlah leukositnya sebelumnya, serta penulisan rencana tindakan
lebih tinggi yaitu 20700 uL, sedangkan pada yang operasional. Perencanaan secara umum
klien 1 adalah 14200 uL. Perbedaan ini dibuat berdasarkan pada teori yang ada dan
dipengaruhi oleh lamanya klien menderita  berdasarkan masalah yang terjadi pada klien

 penyakit TB yang
sehingga hasil tidak segera
laboratorium jumlahditangani,
leukosit dengan memperhatikan
sarana prasarana kondisi
yang ada fisik, sakit.
di rumah dan
yang tinggi menandakan banyaknya bakteri Tindakan keperawatan itu meliputi aspek
TB yang sedang aktif (Wahid & Suprapto,  promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
2013). Berdasarkan pemberian terapi obat serta melibatkan keluarga, sehingga semua
OAT, kedua klien mendapat terapi obat OAT rencana yang ada pada teori dapat
yang sama yaitu obat rifastar 1 hari 3 tablet. dilaksanakan pada kasus nyata.
Rencana keperawatan sudah sesuai
2.  Diagnosa Keperawatan
K eperawatan dengan diagnosa keperawatan yang muncul
Diagnosa keperawatan pada klien 1 dan  pada klien 1 dan klien 2 yaitu berikan pa
pasien
sien
klien 2 adalah ketidakefektifan bersihan jalan  posisi high fowler, bantu klien untuk berlatih
nafas berhubungan dengan sekret kental dan  batuk secara efektif dan menarik nafas dalam
dalam ,
upaya batuk buruk ditandai dengan klien Anjurkan untuk mempertahankan masukan
mengatakan batuk berdahak, pasien terlihat cairan dengan memberikan minum +/- 2500
 batuk berdahak, terdengar suara
s uara ronki, pasien ml/hari, dalam kondisi hangat jika tidak ada
tidak mampu melakukan batuk efektif dan kontraindikasi, berikan O2 udara inspirasi
dahak sulit keluar. yang lembab, berikan terapi penguapan

Jurnal Asuhan Keperawatan 4


 

dengan menggunakan nebulizer (combivent), sangat mematuhi tindakan pemberian  Healty


observasi fungsi respirasi antara lain suara,  Education untuk mempertahakan masukan
 jumlah, irama, dan kedalaman nafas serta cairan dengan minum +/- 2500 ml/hari.
catatan pula mengenai penggunaan otot nafas Kedua klien mengerti dan memahami terlihat
tambahan, catat kemampuan untuk klien meminum teh dan air hangat.
mengeluarkan sekret atau batuk secara efektif
dengan melakukan fisioterapi dada ( Postural 5.  Evaluasi
drainage, Clapping, Vibrating, Breathing Berdasarkan hasil evaluasi studi kasus
 Exercise)) jika tidak ada kotraindikasi dan
 Exercise  pada klien 1 dan klien 2 didapat setelah
catat karakter, volume sputum dan adanya dilakukannya tindakan keperawatan selama
hemoptisis. 3x24 jam. Pada langkah ini dilakukan
evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
4.  Tindakan diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan,
Tindakan atau implementasi apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan
keperawatan pada klien 1 dan klien 2 kebutuhan yang dikaji dengan metode
dilakukan berdasarkan perencanaan yang SOAP.
 pendokumentasian SOAP.
telah dibuat sebelumnya dengan jangka Hasil evaluasi klien 1 Tn. S pada hari ke
waktu yang telah ditentukan yaitu selama 3 masalah sudah teratasi dengan hasil klien
3x24 jam diharapkan ketidakefektifan mengatakan sudah tidak batuk, tidak sesak
 bersihan jalan nafas kembali
kembali efektif. lagi, dan mampu mengeluarkan dahak dan
Berdasarkan tindakan keperawatan dari hasil pemeriksaan secara objektif klien
dalam memberikan posisi high fowler yang terlihat sudah tidak batuk, klien terlihat
dilakukan pada klien 1 dan klien 2, kedua rileks, tidak ada dispnea (sesak), irama nafas
klien terlihat lebih rileks dan hasil yang regular, frekuensi pernafasan 20x/menit ,
didapat sesak yang dialami kedua klien terpasang O2 nasal namun mulai dilepas,
 berkurang. Menurut riset penelitian Andani, tidak terdapat otot bantu nafas dan sudah
2018 posisi high fowler sangat efektif untuk tidak terdapat suara nafas tambahan.
tambahan.  Pada
mengatasi sesak dan meningkatkan saturasi klien 2 Tn H pada hari ke 3 masalah teratasi
oksigen dalam tubuh. Setelah itu klien sebagian dengan hasil klien mengatakan
diajarkan untuk batuk efektif dan latihan sudah tidak batuk, nyeri dada berkurang,
menarik nafas dalam, terlihat kedua klien sesak berkurang, namun sudah bisa
mampu melakukan batuk secara efektif dan mengeluarkan dahak dari hasil pemeriksaan
latihan menarik nafas dalam sehingga sesak objektif klien terlihat sudah tidak batuk,
klien berkurang dan klien merasa lebih baik. Irama nafas regular, frekuensi nafas
Hasil dari tindakan keperawatan 23x/menit, terpasang O2 nasal 6 Lpm, tidak
fisioterapi dada, kedua klien merasa lebih terdapat otot bantu nafas, namun masih
 baik, terlihat klien mampu mengeluarkan terdapat suara nafas tambahan yaitu masih
dahak dan dalam pengobservasian secara terdengar ronki samar-samar    pada lobus
 berkala mengenai suara nafas tambahan ronki
ronki kanan atas ( Right upper ) dan kiri ( Left

 juga
dada menjadi
memangberkurang. Tindakan
sangat efektif fisioterapi
untuk membantu upper  ))..
Menurut pendapat peneliti perbedaan ini
membersihkan jalan nafas dari sputum yang dapat terjadi karena klien 2 mempunyai
 berlebih, dengan tekanan intra thorakal dan riwayat batuk yang lebih lama yaitu 3 bulan,
intra abdominal yang tinggi, udara terlihat dari hasil laboratorium awal yang
dibatukkan keluar dengan akselerasi yang menyatakan bahwa hasil leukosit pada klien
cepat sehingga sputum yang tertimbun di 2 lebih tinggi dari klien 1, sehingga infeksi
dalam dapat terbawa keluar (Mustaffa &  bakteri TB yang ada di dalam lebih banyak,
 Nahdiiyah, 2019).  penumpukan sekret lebih banyak dan
Tindakan pengkolaborasian pada klien 1  penyebaran bakteri TB pada klien 2 juga
dan klien 2 dalam pemberian O2 tambahan, sudah mengenai sistem persyarafan yang ada
 pemberian terapi penguapan dengan di pleura, ini dapat dilihat dari nyeri dada
nebulizer, dan pemberian obat-obatan sesuai yang dirasakannya. Berdasarkan beberapa
indikasi, kedua klien merasa lebih baik, batuk faktor tersebut menyebabkan berbedanya
dan sesak berkurang, hasil yang didapat  jangka waktu terapi dalam pencapaian
sekret menjadi encer, dan menurunnya kriteria hasil yang dibutuhkan oleh klien 1
frekuensi pernafasan. Kedua klien juga dan klien 2, sehingga perlu dilakukannya

Jurnal Asuhan Keperawatan 5


 

 pengontrolan penyakit dengan cara rawat mandiri, kolaboratif, serta pemberian  Healty
 jalan yang sudah terjadwal di poli penyakit  Education sehingga keefektifan dalam
dalam.  pengobatan dapat terus terjaga guna untuk
mensejahterakan kesehatan klien dan
SIMPULAN mendukung penyembuhan klien terbebas dari
Data karakteristik awal pengkajian, klien 1  penyakit TB paru.
dan klien 2 kedua klien terdapat per
perbedaan
bedaan yaitu 3.  Penulis Selanjutnya
 pada kedua klien mengalami batuk berdahak Diharapkan penulis atau peneliti lain
namun klien ke 2 mengalami nyeri dada. dada. dapat mengembangkan penelitian
Diagnosa keperawatan kedua klien sama, yaitu tuberkulosis yang tingkat keganasannya lebih
ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Intervensi tinggi seperti  Multidrug Resistant
keperawatan yang ada pada teori, semua dapat Tuberculosis (MDR
Tuberculosis  (MDR TB) dan selalu berusaha
dilaksanakan pada kasus nyata. memberikan asuhan keperawatan yang
Berdasarkan hasil tindakan keperawatan terbaik bagi klien dan keluarga dalam upaya
yang dilakukan selama 3x24 jam dan meningkatkan asuhan keperawatan pada
 pengevaluasian yang dilakukan, klien 1 dan klien klien dengan masalah tuberkulosis menuju
2 mengalami perkembangan dari kondisi awal,  perawatan yang terbaik dan professional.
namun dilihat dari pengevaluasian pada hari ke 3,
klien 1 masalah sudah teratasi, sedangkan pada
klien 2 masalah teratasi sebagian. Hasil DAFTAR PUSTAKA
 pemeriksaan secara objektif klien 1 terlihat ssudah
udah
tidak batuk, rileks, tidak sesak, irama nafas Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Syender, S. J.
reguler, frekuensi pernafasan 20x/menit, (2010). Fundamental
(2010).  Fundamental Keperawatan Konsep,
terpasang O2 nasal namun mulai dilepas, tidak  Proses dan Praktik. Jakarta:
Praktik. Jakarta: EGC.
terdapat otot bantu nafas dan suara nafas
tambahan dan klien 2 Tn. H terlihat sudah tidak Muttaqin, A. (2008).  Asuhan Keperawatan Klien
 batuk, Irama nafas reguler, frekuensi nafas dengan Gangguan Sistem Pernafasan. 
Pernafasan. 
23x/menit, terpasang O2 nasal 6 Lpm, tidak Jakarta: Salemba Medika.
terdapat otot ban
bantu
tu nafas, namun masih terdapat
suara nafas tambahan yaitu masih terdengar ronki  Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015).  Asuhan
samar-samar pada lobus kanan dan kiri. Teratasi  Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
atau tidaknya dipengaruhi oleh lamanya klien dan NANDA NIC-NOC JILID 3. Jogjakarta:
3. Jogjakarta:
mempunyai riwayat batuk yang tidak segera Mediaction.
ditangani sehingga mempengaruhi berat
ringannya infeksi bakteri TB yang masuk dan Brajadenta, G. S., Dwi Laksana, A. S., &
 banyaknya akumulasi sekret yang ada di dalam. Peramiarti, I. D. (2018). Faktor Risiko
Tuberkulosis Paru Anak Studi pada Balai
SARAN Kesehatan Paru Purwokerto.  Jurnal Ilimiah
1.  Partisipan  Kesehatan Vol. 7, No. 2 , 1-6. Diakses pada

Diharapkan klien dapat tanggal 15 November 2018.


mempertahankan dan meningkatkan
keadaannya serta mampu mengatasi masalah Apriyani, H. (2015). Identifikasi Diagnosis
secara mandiri sesuai yang sudah diajarkan Keperawatan Pada Pasien Di Ruang Paru
seperti meminum air hangat, melakukan Sebuah Rumah Sakit. Jurnal
Sakit. Jurnal Keperawatan ,
Keperawatan ,
 batuk efektif dan latihan nafas dalam jika 107-111. Diakses pada tanggal 5 Februari
keluhan terjadi kembali.
kembali. 2019.
2.  Tenaga kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk Sjamsuhidajat, R., & Jong, W. D. (2005).  Buku
terus mengikuti perkembangan dari  Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:
Bedah. Jakarta: EGC.
 pengobatan TB paru yang diderita klien
dengan cara melakukan pengontrolan WHO. (2018). Tuberculosis.
Tuberculosis.   Tersedia dari
 penyakit sampai tuntas. Tenaga kesehatan http://www.who.int/news-room/fact-
 juga diharapkan untuk menyamakan, sheets/detail/tuberculosis. Diakses pada
mempertahankan serta meningkatkan kualitas tanggal 16 November 2018.
dalam pemberian asuhan keperawatan sesuai
dengan program yang sudah ada baik secara

Jurnal Asuhan Keperawatan 6


 

RAKERNAS. (2018).  Kebijakan dan Langkah  Nursalam. (2008).  Konsep dan Penerapan
Operasional Dalam Eliminasi TBC,  Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
 Penurunan Stunting dan Peningkatan  Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen
 Imunisasi. Jakarta:
 Imunisasi.  Jakarta: GERMAS.  Penelitian Keperawatan. 
Keperawatan.  Jakarta: Salemba
Medika.
DINKES, K. (2017).  Profil Kesehatan Tahun
2016. Tamsuri, A. (2008). Klien
(2008).  Klien Gangguan Pernapasan
Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Keperawatan. Jakarta: EGC.
KEMENKES. (2018).  Data dan Informasi Profil
 Kesehatan Indonesia 2017. 
2017. 

Mustaffa, R., & Nahdiiyah, A. I. (2019).


Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi
Asma Bronchiale dengan Modalitas
Inframerah, Chest Fisioterapi dan Latihan
Progressive Muscle Relaxation di BBKPM
Surakarta.  Jurnal PENA
PENA   , Vol.33 No.1.
Diakses Pada Tanggal 28 Juni 2019.

PPNI, T. P. (2016). Standart Diagnosis


 Keperawatan Indonesia Edisi 1. 1.   Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Andani, E. F. (2018). Efektifitas Posisi High


Fowler dan Semi Fowler dengan
Kombinasi Pursed Lips Breathing Terhadap
Peningkatan Saturasi Oksigen Pada Pasien
Penyakit Obstruksi Kronik. Tersedia dari
 Repository.stikes-bhm.ac.id . Diakses pada
tanggal 28 Juni 2019.

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013).


Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa dan Contoh Askep. Yogyakarta:
 Nuha Medika.
Soemantri, I. (2009).  Asuhan Keperawatan Pada
 Klien dengan Gangguan Sistem
 Pernafasan. Jakarta:
 Pernafasan.  Jakarta: Salemba Medika.

Somantri, I. (2008). Keperawatan
(2008).  Keperawatan Medikal Bedah
 Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. 
Pernafasan.   Jakarta:
Salemba Medika.

Wahid, A., & Suprapto, I. (2013).  Keperawatan


 Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada
Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta
Respirasi. Jakarta Timur:
TIM.

Emzir. (2011).  Analisis Data Metodologi


 Penelitian Kualitatif.
Kualitatif.   Jakarta: Rajawali
Press.

Muttaqin, A. (2010).  Pengkajian Keperawatan

 Aplikasi Pada Praktik Klinik.


Salemba Medika. Klinik.   Jakarta:

Jurnal Asuhan Keperawatan 7

Anda mungkin juga menyukai