Nursing Care Patients With Ineffeectiveeness Of Airway Clearance In Cases Of Pulmonary Tuberculosis
With Complications Of Pneumonia In General Hospital Doctor Wahidin
Sudiro Husodo Mojokerto City
ABSTRAK
Salah satu permasalahan yang dialami penderita TB paru adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas disebabkan oleh reaksi inflamasi pada parenkim paru yang dapat
mengakibatkan pembentukan sputum yang berlebih. Tujuan asuhan keperawatan ini adalah mampu
mengaplikasikan pada klien yang mengalami TB paru dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto. Metode yang digunakan yaitu dengan teknik
pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi.
dokumentasi. Partisipan yang
diambil adalah 2 klien yang mengalami TB paru dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan
jalan nafas. Intervensi yang ada pada teori semua dapat dilaksanakan pada kasus nyata. Implementasi
dilakukan 3x24 jam dan hasil evaluasi klien 1 masalah teratasi, sedangkan pada klien 2 masalah teratasi
sebagian dengan kriteria hasil yang belum tercapai terdengar samar suara nafas tambahan ronki pada lobus
kanan atas dan kiri atas, dan RR = 23x/menit. Teratasi atau tidaknya dipengaruhi oleh lamanya klien
mempunyai riwayat batuk yang tidak segera ditangani sehingga mempengaruhi berat ringannya infeksi
bakteri TB yang masuk dan banyaknya akumulasi sekret yang ada di dalam paru. Penderita TB paru
disarankan untuk dapat melakukan batuk efektif dan latihan menarik nafas dalam secara mandiri juga
meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan TB paru sampai tuntas .
AB
A B STR A CT
K eyw
ywords:
ords: i neff
neffeective
ctiveness
ness o
off ai
airr way
way cle
clearance,
arance, p
pulmo
ulmonar
naryy ttube
uberr culosis
culosi s
tuberkulosis merupakan penyakit menular yang Wahidin Sudiro Husodo). Hasil studi pendahuluan
disebabkan mycobacterium tuberculosis
tuberculosis yang di ruang Hayam wuruk RSU Dr. Wahidin Sudiro
menyerang paru-paru melalui saluran pernafasan, Husodo Kota Mojokerto tanggal 6 Desember
saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka pada 2018 terdapat 3 pasien tuberkulosis dan yang
kulit, selanjutnya dapat terjadi proses peradangan mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas
(inflamasi) di alveoli yang nantinya akan ada 2 pasien dengan gejala batuk produktif, batuk
menimbulkan penumpukan sputum yang berlebih darah, sesak nafas dan nyeri dada.
dan menimbulkan masalah ketidakefektifan Mekanisme penyakit tuberkulosis paru
bersihan jalan nafas (Nurarif & Kusuma, 2015). terjadi karena basil tuberkel (mycobacterium
( mycobacterium
Berdasarkan data WHO pada tahun 2017, tuberculosis) terhirup
tuberculosis) terhirup dan masuk di ruang alveoli,
penyakit tuberkulosis menyebabkan 10 juta orang lalu terjadi reaksi peradangan atau inflamasi.
jatuh sakit, dan membunuh 1,6 juta orang di Interaksi antara microbacterium tuberculosis
tuberculosis dan
dunia. Tuberkulosis merupakan salah satu top 10 sistem kekebalan tubuh pada massa awal infeksi
penyebab kematian di seluruh dunia dan 87% membentuk sebuah massa jaringan baru
kasus baru dengan beban tertinggi terjadi di 30 (granuloma) yang tumbuh dan berkembang di
negara, namun terdapat 8 negara menyumbang sitoplasma makrofag, selanjutnya berubah bentuk
dua pertiga dari kasus tersebut yang diantaranya menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah
berasal dari negara-negara berkembang yaitu dari massa tersebut disebut dengan ghon tubercle
tubercle
India, Cina, Indonesia, Filiphina, Pakistan, dan jika respon sistem imun tidak adekuat, ghon
Nigeria, Bangladesh, dan Afrika Selatan. Kasus tubercle akan
tubercle mengalami ulserasi yang
tuberkulosis di Asia Tenggara sebanyak 62% dari menghasilkan necrotizing caseosa
caseosa di dalam
seluruh kasus TB di dunia (WHO, 2018). bronkus. Alveoli yang terinfeksi kemudian
Indonesia pada tahun 2017 kasus tuberkulosis meradang mengakibatkan timbulnya tuberkel.
sebanyak 420.994 kasus. Berdasarkan jenis (Somantri, 2008).
kelamin, penderita laki-laki sebanyak 245.298 Makrofag yang mengadakan infiltrasi
penderita dan perempuan sebanyak 175.696 menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
penderita (INFODATIN, 2018). membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi
Tuberkulosis di Indonesia merupakan oleh limfosit. Makrofag juga melakukan aksi
penyebab angka morbiditas dan mortalitas yang fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit
masih tinggi, tidak hanya pada orang dewasa, spesifik tuberkulosis menghancurkan (melisiskan)
termasuk anak-anak usia dibawah 15 tahun basil dan jaringan normal sehingga terjadi
dengan prevalensi sebesar 50% (Brajadenta, Dwi kerusakan pada membran alveolar, reaksi ini
Laksana, & Peramiarti, 2018). 2018). Data profil mengakibatkan terakumulasinya eksudat di dalam
kesehatan Indonesia 2017 menyatakan bahwa, alveoli dan jaringan sekitar menjadi nekrosis.
jumlah kasus TB paru di indonesia untuk semua Penumpukan eksudat yang berlebih akan
tipe sebesar 360.770 penderita, dan jumlah kasus memunculkan masalah keperawatan
baru sebesar 168.412 penderita yang sebagian ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan
besar terjadi di kalangan usia 45-54 tahun menimbulkan gejala seperti batuk produktif, batuk
(KEMENKES, 2018). Berdasarkan profil berdarah hingga sesak nafas, da
dan
n lama-
lama - kelamaan
kesehatan
Mojokerto 2016,
sebesarJumlah kasus angka
607 dengan TB BTA+ di
kematian pasien dapat(Soemantri,
untuk batuk mengalami2009).
penurunan kemampuan
selama pengobatan/100.000 penduduk sebesar Dampak yang terjadi jika ketidakefektifan
0,55 dengan jumlah kematian sebesar 6 jiwa, bersihan jalan nafas tidak segera diatasi, dapat
sedangkan angka kesembuhannya sebesar 91,89% menimbulkan kekurangan oksigen dalam sel
(Dinkes, 2017). Tuberkulosis paru memiliki tubuh. Sel tubuh yang kekurangan oksigen akan
presentase terbesar yang dialami pasien di ruang sulit berkonsentrasi karena metabolisme
paru yaitu sebesar 36,7%,
3 6,7%, sebagian besar berjenis terganggu akibat kurangnya suplai oksigen dalam
kelamin laki-laki (73%) pada rentang usia 51 darah. Otak merupakan organ yang sangat sensitif
sampai 60 tahun (33%). Berdasarkan diagnosa terhadap kekurangan oksigen, apabila kekurangan
keperawatan yang ditegakkan, masalah oksigen lebih dari lima menit dapat terjadi
ketidakefektifan bersihan jalan nafas menempati kerusakan sel otak secara permanen, kerusakan sel
urutan pertama dengan presentase sebesar 67% yang menetap dapat menimbulkan kematian
(Apriyani, 2015). (Kozier, Erb, Berman, & Syender, 2010).
Di RSU Dr. WahWahidin
idin Sudiro
Sudiro Husodo pada Asuhan keperawatan ketidakefektifan
tahun 2017 sampai 2018 terdapat 276 kasus yang bersihan jalan nafas secara umum dapat diatasi
menderita tuberkulosis (Rekam medis RSU Dr. dengan pembebasan jalan nafas dari sekret yang
paru adalah nyeri pleuritis, nyeri ini didapati Menurut Nurarif dan kusuma hardhi
setelah infiltrasi radang bakteri TB sudah (2015) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
mengenai sistem persyarafan yang ada di adalah ketidakmampuan untuk membersihkan
pleura (Muttaqin, 2008). sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik untuk mempertahankan kebersihan jalan
yang berfokus pada sistem pernafasan B1 nafas. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
( Breathing
Breathing ),
), pada klien 1 dan klien 2 terdapat memiliki batasan karakteristik meliputi suara
persamaan yaitu kedua klien terdapat suara nafas tambahan, perubahan frekuensi nafas,
nafas tambahan ronki namun terdapat sedikit pola nafas berubah, dispnea, sianosis,
perbedaan yaitu pada klien 1 terdengar ronki kesulitan bicara, batuk tidak efektif, sputum
pada lobus kanan dan kiri atas sedangkan dalam jumlah berlebih, batuk yang tidak
pada klien 2 terdengar ronki pada lobus kanan efektif dan gelisah (PPNI, 2016).
atas, kanan tengah dan kiri atas. Kedua klien Hasil studi kasus klien 1 dan klien 2,
menggunakan alat bantu nafas O2 nasal yang didapatkan data subjektif batuk, dan data
berbeda besar liter permenitnya, klien 1 (5 objektif susah mengeluarkan dahak, dispnea,
Lpm), dan klien ke 2 (8 Lpm), ini dikarenakan frekuensi pernafasan lebih dari batas normal
kedua klien nampak dispnea namun dari hasil (16-20x/menit), dahak keluar sedikit, dan
pemeriksaan objektif frekuensi pernafasan terdengar suara nafas tambahan (ronki). Data
kedua klien terdapat sedikit perbedaan yaitu yang didapat pada kasus nyata untuk
klien 1 frekuensi pernafasan 26x/menit dan menegakkan diagnosa keperawatan sudah
klien 2 28x/menit. Kedua klien mengalami sesuai dengan teori. Masalah tersebut harus
sputum berlebih, namun ditemukan perbedaan segera diatasi agar tidak terjadi sumbatan
warna sputum dari kedua klien yaitu klien 1 pada jalan nafas dan saturasi oksigen klien
berwarna putih kental dan klien 2 berwarna tidak menurun, karena kebutuhan oksigen
putih kental disertai kecoklatan. Menurut merupakan kebutuhan dasar yang utama yang
pendapat peneliti ini dipengaruhi oleh harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup.
lamanya klien batuk yang tidak segera
ditangani dan berat ringannya infeksi bakteri 3. Perencanaan
TB yang ada di dalam. Perencanaan keperawatan merupakan
Hasil pemeriksaan penunjang kedua intervensi yang harus dilakukan dalam
klien sama yaitu pada foto rontgen terdapat mengatasi permasalahan yang muncul pada
infiltrasi melebar dan pada sputum BTA klien. Pada tahap ini penulis membuat
sudah dinyatakan positif, namun terdapat rencana tindakan keperawatan sesuai dengan
perbedaan pada hasil laboratorium darah
da rah yang teori yang meliputi tujuan dan kriteria hasil
sangat berpengaruh pada keadaan klien yaitu yang dirumuskan dan telah ditetapkan
jumlah leukosit, klien 2 jumlah leukositnya sebelumnya, serta penulisan rencana tindakan
lebih tinggi yaitu 20700 uL, sedangkan pada yang operasional. Perencanaan secara umum
klien 1 adalah 14200 uL. Perbedaan ini dibuat berdasarkan pada teori yang ada dan
dipengaruhi oleh lamanya klien menderita berdasarkan masalah yang terjadi pada klien
penyakit TB yang
sehingga hasil tidak segera
laboratorium jumlahditangani,
leukosit dengan memperhatikan
sarana prasarana kondisi
yang ada fisik, sakit.
di rumah dan
yang tinggi menandakan banyaknya bakteri Tindakan keperawatan itu meliputi aspek
TB yang sedang aktif (Wahid & Suprapto, promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
2013). Berdasarkan pemberian terapi obat serta melibatkan keluarga, sehingga semua
OAT, kedua klien mendapat terapi obat OAT rencana yang ada pada teori dapat
yang sama yaitu obat rifastar 1 hari 3 tablet. dilaksanakan pada kasus nyata.
Rencana keperawatan sudah sesuai
2. Diagnosa Keperawatan
K eperawatan dengan diagnosa keperawatan yang muncul
Diagnosa keperawatan pada klien 1 dan pada klien 1 dan klien 2 yaitu berikan pa
pasien
sien
klien 2 adalah ketidakefektifan bersihan jalan posisi high fowler, bantu klien untuk berlatih
nafas berhubungan dengan sekret kental dan batuk secara efektif dan menarik nafas dalam
dalam ,
upaya batuk buruk ditandai dengan klien Anjurkan untuk mempertahankan masukan
mengatakan batuk berdahak, pasien terlihat cairan dengan memberikan minum +/- 2500
batuk berdahak, terdengar suara
s uara ronki, pasien ml/hari, dalam kondisi hangat jika tidak ada
tidak mampu melakukan batuk efektif dan kontraindikasi, berikan O2 udara inspirasi
dahak sulit keluar. yang lembab, berikan terapi penguapan
juga
dada menjadi
memangberkurang. Tindakan
sangat efektif fisioterapi
untuk membantu upper ))..
Menurut pendapat peneliti perbedaan ini
membersihkan jalan nafas dari sputum yang dapat terjadi karena klien 2 mempunyai
berlebih, dengan tekanan intra thorakal dan riwayat batuk yang lebih lama yaitu 3 bulan,
intra abdominal yang tinggi, udara terlihat dari hasil laboratorium awal yang
dibatukkan keluar dengan akselerasi yang menyatakan bahwa hasil leukosit pada klien
cepat sehingga sputum yang tertimbun di 2 lebih tinggi dari klien 1, sehingga infeksi
dalam dapat terbawa keluar (Mustaffa & bakteri TB yang ada di dalam lebih banyak,
Nahdiiyah, 2019). penumpukan sekret lebih banyak dan
Tindakan pengkolaborasian pada klien 1 penyebaran bakteri TB pada klien 2 juga
dan klien 2 dalam pemberian O2 tambahan, sudah mengenai sistem persyarafan yang ada
pemberian terapi penguapan dengan di pleura, ini dapat dilihat dari nyeri dada
nebulizer, dan pemberian obat-obatan sesuai yang dirasakannya. Berdasarkan beberapa
indikasi, kedua klien merasa lebih baik, batuk faktor tersebut menyebabkan berbedanya
dan sesak berkurang, hasil yang didapat jangka waktu terapi dalam pencapaian
sekret menjadi encer, dan menurunnya kriteria hasil yang dibutuhkan oleh klien 1
frekuensi pernafasan. Kedua klien juga dan klien 2, sehingga perlu dilakukannya
pengontrolan penyakit dengan cara rawat mandiri, kolaboratif, serta pemberian Healty
jalan yang sudah terjadwal di poli penyakit Education sehingga keefektifan dalam
dalam. pengobatan dapat terus terjaga guna untuk
mensejahterakan kesehatan klien dan
SIMPULAN mendukung penyembuhan klien terbebas dari
Data karakteristik awal pengkajian, klien 1 penyakit TB paru.
dan klien 2 kedua klien terdapat per
perbedaan
bedaan yaitu 3. Penulis Selanjutnya
pada kedua klien mengalami batuk berdahak Diharapkan penulis atau peneliti lain
namun klien ke 2 mengalami nyeri dada. dada. dapat mengembangkan penelitian
Diagnosa keperawatan kedua klien sama, yaitu tuberkulosis yang tingkat keganasannya lebih
ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Intervensi tinggi seperti Multidrug Resistant
keperawatan yang ada pada teori, semua dapat Tuberculosis (MDR
Tuberculosis (MDR TB) dan selalu berusaha
dilaksanakan pada kasus nyata. memberikan asuhan keperawatan yang
Berdasarkan hasil tindakan keperawatan terbaik bagi klien dan keluarga dalam upaya
yang dilakukan selama 3x24 jam dan meningkatkan asuhan keperawatan pada
pengevaluasian yang dilakukan, klien 1 dan klien klien dengan masalah tuberkulosis menuju
2 mengalami perkembangan dari kondisi awal, perawatan yang terbaik dan professional.
namun dilihat dari pengevaluasian pada hari ke 3,
klien 1 masalah sudah teratasi, sedangkan pada
klien 2 masalah teratasi sebagian. Hasil DAFTAR PUSTAKA
pemeriksaan secara objektif klien 1 terlihat ssudah
udah
tidak batuk, rileks, tidak sesak, irama nafas Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Syender, S. J.
reguler, frekuensi pernafasan 20x/menit, (2010). Fundamental
(2010). Fundamental Keperawatan Konsep,
terpasang O2 nasal namun mulai dilepas, tidak Proses dan Praktik. Jakarta:
Praktik. Jakarta: EGC.
terdapat otot bantu nafas dan suara nafas
tambahan dan klien 2 Tn. H terlihat sudah tidak Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien
batuk, Irama nafas reguler, frekuensi nafas dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Pernafasan.
23x/menit, terpasang O2 nasal 6 Lpm, tidak Jakarta: Salemba Medika.
terdapat otot ban
bantu
tu nafas, namun masih terdapat
suara nafas tambahan yaitu masih terdengar ronki Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Asuhan
samar-samar pada lobus kanan dan kiri. Teratasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
atau tidaknya dipengaruhi oleh lamanya klien dan NANDA NIC-NOC JILID 3. Jogjakarta:
3. Jogjakarta:
mempunyai riwayat batuk yang tidak segera Mediaction.
ditangani sehingga mempengaruhi berat
ringannya infeksi bakteri TB yang masuk dan Brajadenta, G. S., Dwi Laksana, A. S., &
banyaknya akumulasi sekret yang ada di dalam. Peramiarti, I. D. (2018). Faktor Risiko
Tuberkulosis Paru Anak Studi pada Balai
SARAN Kesehatan Paru Purwokerto. Jurnal Ilimiah
1. Partisipan Kesehatan Vol. 7, No. 2 , 1-6. Diakses pada
RAKERNAS. (2018). Kebijakan dan Langkah Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan
Operasional Dalam Eliminasi TBC, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Penurunan Stunting dan Peningkatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen
Imunisasi. Jakarta:
Imunisasi. Jakarta: GERMAS. Penelitian Keperawatan.
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
DINKES, K. (2017). Profil Kesehatan Tahun
2016. Tamsuri, A. (2008). Klien
(2008). Klien Gangguan Pernapasan
Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Keperawatan. Jakarta: EGC.
KEMENKES. (2018). Data dan Informasi Profil
Kesehatan Indonesia 2017.
2017.
Somantri, I. (2008). Keperawatan
(2008). Keperawatan Medikal Bedah
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan.
Pernafasan. Jakarta:
Salemba Medika.