Anda di halaman 1dari 14

Naditira Widya Vol. 13 No.

2 Oktober 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan


p-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125

PENTINGNYA MONUMEN DWIKORA DAN KESEJARAHANNYA1

THE SIGNIFICANCE OF DWIKORA MONUMENT AND ITS HISTORY

Nugroho Nur Susanto

Balai Arkeologi Kalimantan Selatan, Jalan Gotong Royong II RT 3 RW 6, Banjarbaru, 70711, Kalimantan Selatan, Indonesia;
posel: nugroho.nur@kemdikbud.go.id

Diterima 5 Juli 2019 Direvisi 20 Desember 2019 Disetujui 22 Desember 2019

Abstrak. Pada saat ini jiwa patriotisme dan sifat kepahlawanan cenderung memudar, sedangkan figur dan sosok
teladan mulai langka. Dengan demikian perlu kehadiran sosok pengganti yang dapat memberi nuansa peristiwa
perjuangan dan kepahlawanan. Sosok berupa aspek bendawi itu dapat berupa tugu peringatan atau monumen.
Monumen ini walaupun dibuat lebih kemudian diharapkan dapat mewakili semangat dan keteladanan. Melalui metode
induktif dengan mengkompilasikan sumber sejarah dan bukti-bukti arkeologi yang lain, diungkapkan peristiwa dan
makna masa lalu tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk menggali nilai penting aspek ideologis dari tinggalan arkeologi
berupa monumen Dwikora. Penelitian ini dapat membantu kita untuk mengungkapkan, menjelaskan, dan mendesain
ulang peristiwa masa lalu. Di daerah perbatasan selain masalah ekonomi, ada persoalan yang tak kalah mendesak,
yaitu nasionalisme. Monumen Dwikora di Nunukan, Kalimantan Utara, hampir musnah karena terdesak oleh perbedaan
kepentingan, demikian pula kisah sejarahnya. Deskripsi kasus di Nunukan ini dihadirkan dalam upaya penanganan dan
menakar nilai penting suatu cagar budaya.

Kata kunci: tinggalan bendawi, monumen, Dwikora, nasionalisme, nilai penting cagar budaya, aspek ideologis dan
ekonomi, Nunukan

Abstract. Today the soul of patriotism and the nature of heroism tends to fade, while figures and role models are
becoming scarce. Thus, it is necessary to have a substitute figure that can give the nuances of the struggle and heroism.
The figure in the form of material aspects can be a monument or monument. The monument although made later is
expected to represent enthusiasm and example. Through the inductive method by compiling historical sources and other
archeological evidence, the events and meanings of the past are revealed. This research was conducted to explore the
importance of the ideological aspects of the archeological remains of the Dwikora monument. This research can help us
to express, explain, and redesign past events. In border areas besides economic problems, there is a problem that is no
less urgent, namely nationalism. The Dwikora monument in Nunukan, North Kalimantan, was almost destroyed because
it was pressured by differences in interests, as did its historical story. A description of the case in Nunukan needs to be
presented in an effort to handle and measure the importance of a cultural property.

Keywords: material remains, monuments, Dwikora, nationalism, the importance of cultural heritage, ideological and
economic aspects, Nunukan

1Makalah ini telah disampaikan pada Evaluasi Hasil Peninggalan Arkeologi (EHPA): “Kebinekaan, Kemaritiman, dan Pulau
Terdepan Nusantara”, di Cirebon, 25-29 Oktober 2016, diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
121
Pentingnya Monumen Dwikora dan Kesejarahannya – Nugroho Nur Susanto (121-134)
Doi: 10.24832/nw.v13i2.398

PENDAHULUAN Kecamatan Nunukan yang kemudian dimekarkan


menjadi kabupaten di daerah perbatasan.
Generasi milenial hampir tidak Tulisan ini menganalisis data untuk
bersentuhan lagi dengan sosok-sosok pelaku mengungkap makna nilai penting atau signifikasi
sejarah di saat Indonesia dijajah dan saat dari tinggalan arkeologi, walaupun berupa data
diperjuangkan keberadaannya. Akibatnya, pada sekunder, yaitu monumen Dwikora. Kehadiran
saat ini jiwa patriotisme dan sifat kepahlawanan bukti arkeologi ini diabdikan dalam upaya
pada diri seseorang cenderung memudar. Tak menopang sejarah tentang masa lalu perjalanan
dipungkiri untuk menemukan figur dan sosok bangsa, bagaimana menentukan sikap dan
teladan yang memiliki kapasitas demikian mulai bukan sebuah wujud pengingkaran sejarah.
langka. Pada saat demikian negara perlu Menjadi permasalahan apabila peninggalan ini
kehadiran sosok pengganti yang dapat memberi berada di daerah terpencil, yang jauh di pusat
nuansa peristiwa perjuangan dan kepahlawanan pemerintahan. Sekalipun memiliki nilai penting
yang lain. Salah satu sosok itu berupa aspek kadang kurang mendapat perhatian, dan ini perlu
bendawi dapat berupa tugu peringatan atau penanganan.
monumen. Monumen walaupun dibuat lebih Karakteristik dan lingkup ilmu arkeologi
kemudian diharapkan dapat mewakili atau saat ini lebih memposisikan diri pada fungsi
menumbuhkan semangat dan keteladanan. interpretasi, yang aspek-aspeknya mendasarkan
Peristiwa masa lampau, terutama peristiwa pada cara berpikir yang mengharuskan penafsir
perang ada kecenderungan memiliki pesan moral tidak menyembunyikan aturan dan prosedur,
dengan jiwa patriotisme dan sifat kepahlawanan. tetapi mengambil tanggung jawab atas inter-
Namun demikian, peristiwa perang kadang pretasinya. Arkeologi dengan ini dipahami
terkendala hanya memiliki bukti material yang sebagai praktik material di masa sekarang,
terbatas, atau terkadang bukti-bukti materialnya membuat hal-hal seperti pengetahuan, narasi,
justru tersebar. Contoh konkretnya adalah cerita dari jejak materi masa lalu. Berusaha
peristiwa perang Dwikora, sehingga perlu membangun konstruksi yang tidak kalah nyata,
disederhanakan. Lokasi kontak senjata dan masuk dalam praktik sosial. Arkeologi
menjangkau wilayah medan pertempuran yang berkaitan dengan makna, dan nilai (Shanks and
luas, meliputi wilayah tak terbatas karena Hodder 1997). Monumen adalah produk budaya
menyangkut pula persiapan-persiapan logistik yang dibuat dengan tujuan dan maksud tertentu,
dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam upaya yaitu mengenang suatu peristiwa dan
mengingat dan menghargai jasa perjuangan menghargai jasa para pejuang.
diresmikanlah Monumen Dwikora pada tanggal Dari perspektif cagar budaya atau
25 Januari 1968 oleh R.E Martadinata Kepala peninggalan arkeologi kehadiran monumen
Staf Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Dwikora di Nunukan, mengingatkan kita pada
Laut (AL; Gambar 1). peran arkeolog di satu sisi, yang membedakan,
Seiring dengan perjalanan waktu sekaligus melengkapi tugas sejarawan di sisi
monumen peringatan Dwikora ini berdiri di lain. Kehadiran seorang arkeolog menjadi
persimpangan jalan dan sangat berdekatan pelengkap dalam menafsirkan kejadian-
dengan Pusat Kesehatan Masyarkat kejadian, peristiwa-peristiwa masa lalu melalui
(Puskesmas). Di sisi lain monumen ini baru sisa-sisa, bukti-bukti material yang ditinggalkan.
menjelang usia cagar budaya 50 tahun, yang Dengan kehadiran bukti-bukti material kejelasan
perlu atau tidak diakui sebagai cagar budaya. akan terungkap, dan yang tersembunyi akan
Sebagian masyarakat memandang monumen ini tampak. Peran yang diharapkan dari kelampauan
tidak begitu penting, karena mengingatkan itu adalah memperkaya cakrawala berpikir,
pertikaian dua negara yang bertetangga. memberi gagasan baru, menghadirkan ide-ide
Sebagian lain berpendapat monumen ini perlu yang membangun.
dipertahankan, ini merupakan bagian dari Benda cagar budaya atau peninggalan
sejarah. Perbedaan pendapat ini kurang arkeologi dalam kapasitasnya sebagai sumber
mendapat perhatian, mengingat keberadaan daya dari masa lampau memiliki nilai penting
monumen ini jauh dari ibu kota negara, di yang dapat dimanfaatkan dan dapat dipakai
122
Naditira Widya Vol. 13 No. 2 Oktober 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan
p-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125

untuk menyejahterakan masyarakat dalam arti perspektif yang berlaku dewasa ini. Kebenaran
luas. Banyak hal yang bisa diperbuat melalui sejarah harus diungkap, sekalipun harus melalui
sumber daya cagar budaya ini. Dari sekedar jalan panjang dan melelahkan.
objek untuk swafoto misalnya, hingga Pengungkapan peristiwa masa lalu,
menginspirasi seni dalam hal membuat puisi, khususnya peristiwa konfrontasi Malaysia bukan
drama, hingga film. Sumber daya arkeologi dimaksudkan untuk mengungkit kembali keben-
merupakan bahan untuk penelitian aspek-aspek cian ataupun membangkitkan rasa permusuhan
lain atau hal-hal terkait masa lampau, misalnya yang sejenak pernah mengganggu berlang-
arsitektur, migrasi, pengobatan, dan penelitian sungnya hubungan antarnegara Indonesia,
arkeologi itu sendiri. Sumber daya arkeologi Malaysia, serta pemerintah Inggris. Melalui
secara umum berperan dalam pendidikan, tulisan ini diharapkan pengungkapan peristiwa
tempat rekreasi, dan tujuan wisata. Peninggalan tersebut akan lebih memiliki makna ke dalam,
arkeologi dapat pula menjadi symbolic memancarkan etos kerja, persatuan, kewas-
representation atau simbol kehadiran hingga padaan, dan semangat pengabdian. Peristiwa
landmark atau ikon, penanda dari suatu daerah heroik yang mengharumkan nama bangsa,
atau kota. Sumber daya arkeologi dapat pula semangat jiwa patriotik, menjaga persatuan, dan
menjadi alat legitimasi suatu tindakan, memun- kepahlawanan perlu digelorakan. Peristiwa
culkan nilai solidaritas dan integritas (Lipe 1984). bersejarah, kejadian-kejadian monumental
Meminjam seruan Kuntowidjoyo (2013) bangsa akan terus dikenang dalam rangka
dalam tujuan mempelajari masa lalu adalah membangun karakter dan pendidikan.
untuk menimbulkan semangat atas tindakan- Pada tahun 2014 monumen Dwikora di
tindakan estetis dan etis, tetapi tidak Nunukan hampir diratakan dengan tanah,
meninggalkan sikap kritis. Pendekatan estetis, mengingat monumen ini berdiri di tengah Kota
yaitu menanamkan rasa cinta kepada;tanah air, Nunukan yang memerlukan area untuk sarana
perjuangan, dan pengorbanan. Pengetahuan dan prasarana umum kotanya. Polemik di
masa lalu dapat diberikan dengan pendekatan masyarakat tidak terelakan, sehingga Presiden
etis, antara lain menanamkan pengertian bahwa Joko Widodo pada waktu itu pun ikut turun
kita hidup bersama dengan orang lain, tangan dan menginstruksikan untuk memperta-
masyarakat dan kebudayaan lain, baik pada hankan monumen tersebut. Monumen ini perlu
zaman dahulu hingga sekarang. Selain dipertahankan sebagai peninggalan masa lalu
mencintai, mereka juga tidak canggung dalam yang kehadirannya mewakili sejarah yang telah
pergaulan dengan masyarakat yang makin terukir dan salah satu upaya menghargai jasa
majemuk. Belajar masa lalu juga dapat pahlawan-pahlawan yang telah berjuang mem-
dikembangkan secara kritis, artinya mengapa pertaruhkan nyawanya.
sesuatu itu terjadi, apa yang sebenarnya terjadi, Di sisi lain, peristiwa perang konfrontasi
dan ke mana arah kejadian-kejadian itu Dwikora atau ‘ganyang Malaysia’ adalah the
(Kuntowidjoyo 2013). undecrared war atau perang yang tak
Masalah utama kerumitan data arkeologi dideklarasikan. Artinya, peristiwa militer yang
di antaranya adalah bukti-bukti material yang berlangsung antara tahun 1962 hingga 1966 itu
masih tersisa memang bukan dipersiapkan adalah peristiwa tidak resmi. Dengan kata lain,
sebagai alat bukti sejarah. Ada sebagian kecil tidak diakui sebagai kenyataan sejarah oleh
bukti sejarah, yang memang sengaja dibangun pemerintah atau negara. Ungkapan yang cocok
untuk dikenang, misalnya monumen. Adapun “ada tapi tiada”. Ada, karena faktanya ada,
sebagian besar data arkeologi bukan pelakunya ada, bukti materialnya ada,
dipersiapkan sebagai data pendukung sejarah, monumennya ada, bahkan saksi hidup masih
sehingga profesionalisme arkeolog sangat perlu pun ada. Tetapi, di sisi lain dokumen resmi tidak
dikedepankan. Berbagai paradigma, teori, ada. Suatu tindakan yang mendasarkan pada
metode, dan pendekatan yang beragam akan keputusan yang tak diumumkan. Walaupun
dipilih, menyesuaikan dengan sasaran penelitian demikian ada jejak pidato, misalnya sikap ketidak
dan perkembangan metode, teknik, dan senangan yang pernah dilontarkan oleh Menteri
123
Pentingnya Monumen Dwikora dan Kesejarahannya – Nugroho Nur Susanto (121-134)
Doi: 10.24832/nw.v13i2.398

Luar Negeri Soebandrio pada tanggal 20 Januari tugas penting di garis depan berpartisipasi dalam
1963 dan pidato terbuka berupa agitasi oleh konfrontasi Indonesia-Malaysia. Ia ternyata
Presiden Soekarno 3 Mei 1964, tentang Dwikora seseorang yang sangat bersemangat, memiliki
(Anonim 1973a; James and Sheil-Small 1973). dedikasi dan loyalitas yang tinggi kepada negara.
Pernyataan yang tidak menghendaki datangnya Setelah purna tugas, selain sebagai sosok tokoh
neo kolonialisme dan imperalis di wilayah masyarakat Nunukan, beliau memilih memper-
Malaysia. tahankan profesi sebagai sosok pejuang di
bidang kesehatan. Dedikasi di bidang ini dipilih
sebagai pengabdian kepada masyarakat sekitar,
sebagaimana keahlian saat masih aktif berdinas.
Ia tidak pernah mematok tarif, berapa rupiah
yang harus dibayarkan atas jasa medisnya, kalau
perlu gratis bagi masyarakat miskin.

Sumber: Dok. Balai Arkeologi Banjarmasin 2012


Gambar 2 Pak Mantri H. D. Soedjana (78 tahun)
seorang eks. KKO ( Korps Marinir), keluarga
Sumber: Dok. Balai Arkeologi Banjarmasin 2012 bersama Penulis pada tahun 2012.
Gambar 1 Monumen Dwikora, di Nunukan
diresmikan pada 25 Januari 1968 oleh R.E. Lebih lanjut, kepada penulis ia merasa
Martadinata prihatin dengan makin melemahnya generasi
muda dalam berjuang, mengabdi, dan berkorban
Penulis lalu teringat, ketika pada tahun demi bangsanya. Di sisi lain, terhadap generasi
2012 di saat mengunjungi Kota Nunukan, dalam pendahulunya cenderung acuh. Jerih payah dan
rangka penelitian potensi peninggalan arkeologi pengorbanan, tetesan keringat, air mata, dan
di daerah perbatasan. Tugas yang dibebankan darah seakan terlupakan begitu saja. Ia berharap
pada penulis dikhususkan untuk observasi di ada penulisan yang secara komprehensif dari
Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik, selain bangsa sendiri tentang perjuangan, aksi-aksi
mendeskripsi, mengabadikan dan menganalisis gerilya, dan peristiwa militer yang heroik terjadi di
peninggalan arkeologi tim juga mengunjungi perbatasan Kalimantan Utara saat operasi
monumen Dwikora yang berada di tengah Kota Dwikora. Tanpa penulisan secara jujur dan lugas
Nunukan. Satu hal yang tidak terlupakan generasi mendatang dikhawatirkan tidak akan
mengunjungi pos perbatasan, bertemu dengan mengetahui ‘apa arti pengorbanan’ dan bagai-
petugas penjaga-penjaga perbatasan di Pulau mana menghargai perjuangan. Atau hanya
Sebatik, baik dari kesatuan TNI Angkatan Darat mengekor saja memandang prajurit-prajurit
(AD) maupun TNI AL. Tidak kalah mengharukan Dwikora seperti halnya sebagai ‘perusuh atau
bertemu dengan seorang mantan anggota KKO penceroboh Indonesia’, demikian negara jiran
AL (sekarang Korps Marinir; Gambar 2) yang (tetangga) dan Inggris mengecap mereka.
terlibat langsung sebagai prajurit yang bertugas Alangkah tidak adilnya jika pejuang-pejuang yang
sebagai tenaga medis. Kesatuan ini memikul mempertahankan ideologi anti kolonialis-
124
Naditira Widya Vol. 13 No. 2 Oktober 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan
p-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125

imperialisme, menjaga kehormatan bangsa intersubjektif (Hardiman 2004). Dengan kata lain,
dilupakan begitu saja atau justru memberi label perlu menghadirkan subjek-subjek, penafsir-
kepada mereka tidak pada tempatnya. Bukankah penafsir yang mungkin beragam, sehingga akan
bangsa yang besar adalah bangsa yang meng- tergambar sesuatu yang mendekati objektif.
hargai jasa-jasa, dan mau mengenang pahlawan- Dalam bahasan ini aspek masa lampau tersebut
pahlawannya. ‘Jasmerah’ jangan sekali-kali dilihat dari bermacam-macam subjek.
melupakan sejarah ungkapan terkenal dari Metode penelitian yang dipakai adalah
mendiang Presiden Pertama Indonesia Ir. induktif dengan mengkompilasikan bukti
Soekarno. arkeologi dan data terkait yang mendukung, dari
Permasalahan yang dibahas pada tulisan berbagai sumber sejarah, dan wawancara. Cagar
ini adalah bagaimana mengukur dan memaknai budaya atau sumber daya arkeologi dapat pula
tugu peringatan atau monumen. Oleh karena dipilih sebagai hal-hal yang mendasar dalam
seringkali peninggalan berupa tugu peringatan bernegara atau bermasyarakat. Di antaranya
atau monumen terkadang diabaikan, atau sebagai ‘hukum tak tertulis’ dalam hal menjaga
sengaja dilupakan malah ada anggapan bukan stabilitas politik dan sosial. Walaupun sudah
peninggalan arkeologi. Kehadiran monumen diteliti, kadang jawaban ilmiah tidak selalu harus
memiliki nilai penting karena berhubungan dipaksakan, dan kadang jauh dari memuaskan.
dengan peristiwa penting masa lampau. Namun Kemampuan bernalar memang kadang terbatas,
demikian, tidak selamanya peristiwa dan kejadian sehingga dibiarkan menjadi enigma (misteri
meninggalkan jejak, yang merepresentasikan abadi), yang justru mengundang orang kagum,
nilai-nilai, semangat, dan etos tertentu. Tulisan ini sekaligus penasaran. Pada akhirnya orang akan
juga dimaksudkan untuk memaknai pendirian berdatangan, membuat income masyarakat
monumen sebagai tonggak penting untuk meningkat (Lipe 1984). Pada puncaknya, sumber
mengenang peristiwa masa lampau tersebut. daya arkeologi merupakan identitas budaya,
Walaupun peristiwa Dwikora tidak ditulis secara yang tercermin dari peninggalan-peninggalan
resmi sebagai sejarah, tetapi dengan pendekatan masa lalunya. Sumber daya arkeologi berguna
aspek bendawi khas arkeologi, maka tulisan ini dalam upaya mempertahankan nilai-nilai luhur
perlu dihadirkan. lama yang perlu dipertahankan, sehingga
kearifan-kearifan masyarakat terdahulu tidak
METODE tergerus oleh perubahan zaman. Secara singkat
sumber daya arkeologi dapat berperan dari hal-
Penulisan sejarah sadar atau tidak, hal yang sepele, hingga sesuatu yang dapat
bersifat subjektif tergantung dari mana sudut dianggap sangat serius. Mulai dari aspek seni,
pandang dan dari mana posisi arah melihatnya. edukasi, ekonomi, sosial, budaya, hingga politik.
Demikian pula mengenai kisah dan latar Tak berlebihan sumber daya arkeologi turut serta
belakang sejarah Dwikora. Kalaupun mereka ada dalam upaya membangun karakter bangsa.
yang menyebutkan bahwa dirinya objektif, maka
perlu dipertanyakan. Habermas (Hardiman HASIL DAN PEMBAHASAN
2004), seorang ilmuwan berpendapat terkait
dengan pendekatan atau interpretasi, maka ia Sumber Tidak Resmi Peristiwa Dwikora
mengajukan istilah apa yang disebut
intersubjektif. Makin banyak subjek-subjek Buku berjudul The Undeclatrd War dengan
berpendapat, maka makin objektif suatu judul tambahan kisah Konfrontasi Indonesia
permasalahan. Tindakan dasar manusia adalah 1962-1966 ditulis oleh Harold James dan Denis
rasional bertujuan, serta tindakan komunikatif. Sheil-Small diterbitkan pada tahun 1973. Kedua
Tindakan dasar dalam hubungan sesamanya penulis adalah bekas tentara dari kesatuan Royal
sebagai subjek. Selanjutnya, manusia terhadap Gurkha Rifles yang berpengalaman, di antaranya
alam atau orang lain cenderung bersifat telah bertempur ketika menghadapi Jepang di
monologikal. Padahal seharusnya bersifat dialog Burma. Bahan buku tersebut mereka peroleh dari
yang menghasilkan pemahaman secara kalangan militer Inggris yang langsung terlibat,
125
Pentingnya Monumen Dwikora dan Kesejarahannya – Nugroho Nur Susanto (121-134)
Doi: 10.24832/nw.v13i2.398

dan para gerilyawan Indonesia yang tertangkap sangat lebat. Kedua, pasukan Gurkha sangat
saat diinterogasi (Anonim 1973a; James and berpengalaman di daerah ini, seakan mengulangi
Sheil-Small 1973). bergerilya menghadapi gerilyawan Cina–komunis
Dikemukakan dari buku ini antara lain latar sekitar tahun 1959 di wilayah ini pula. Informasi
belakang perang, yang secara politis yang tak kalah penting adalah mengenai
dikemukakan penolakan Presiden Soekarno atas pasukan yang terlibat dan mengenai korban
Federasi Malaysia. Hal yang menarik adalah perang. Selama konfrontasi pihak Inggris
tentang penyusupan, dan pendaratan dari mengerahkan sekitar 17.000 pasukan ke hutan
sepanjang daerah perbatasan, baik dari Kalimantan, yang terdiri satu batalion Para, satu
Pontianak, perbatasan Kalimantan bagian utara batalion Komando ‘Jaket Hijau’, dua batalion
dengan Sarawak dan Sabah. Menurut mereka Marinir Inggris, delapan batalion Gurkha,
kesatuan Indonesia yang terlibat adalah pasukan kesatuan Commonwealth dari Australia dan
gerak cepat PGT (Pasukan Gerak Tjepat- Selandia Baru. Telah siapkan 10.000 pasukan
Angkatan Udara (AU)), Marinir- Korps Komando cadangan. Peralatan tempur dibantu oleh
(KKO) dan Raider (pelopor-AD). Selain itu ada sejumlah helikopter, disiapkan di Singapura 80
keterlibatan para sukarelawan yang juga ikut kapal perang, terdiri atas dua kapal induk, kapal
menyusup dan mengadakan kontak senjata. perusak berpeluru kendali. Konsentrasi kapal
Pendaratan–pendaratan penting yang perang sebanyak ini adalah terbesar di Asia,
ditulis antara lain; Tanggal 17 Agustus 1964, oleh semenjak perang Korea. Angkatan udara yang
3 kelompok kesatuan, berkekuatan 108 pasukan disiapkan antara lain, satu squadron pembom,
yang mendarat di beberapa kota kecil di Johor. beberapa skuadron pesawat tempur.
Pada tanggal 1 September 1964 ada dua Penulis buku “The Undeclared War” merilis
pesawat yang menjatuhkan pasukan ke Labis juga korban di pihak Inggris dan pasukan
beranggotakan 192 pasukan. Disebutkan pula, Commonwealth, korban tewas 114, dan 181
bahwa pada 28 April 1965 berkekuatan 100 luka-luka. Pihak sipil 36 tewas, dan 53 luka-luka.
pasukan batalion elit memasuki Tembawang, Dari pihak Indonesia tercatat: 711 orang baik
bagian selatan Sarawak. Infiltrasi ini dihadapi pasukan reguler maupun sukarelawan tertawan,
oleh pasukan Inggris yang dibantu kesatuan dan 812 luka-luka dan tewas. Satu hal yang
Royal Gurkha Rifles. Pertempuran sengit tak menarik, pertempuran antara sukarelawan/
terelakkan. Pada bagian ini penulis buku ini pasukan Indonesia dengan pasukan Malaysia
berkomentar: ‘keuletan dan kemahiran’ pasukan jarang terjadi, sekalipun mereka ada empat
Indonesia dapat disejajarkan dengan pasukan batalion yang berjaga-jaga di perbatasan.
Jepang dalam hal cara bertempur. Pasukan
Inggris merasakan menghadapi pasukan- Laporan Tidak Resmi Mayor KKO Soepodoeto
pasukan dari Jawa yang berpengalaman dan
tangguh. Para prajurit memiliki agresivitas, Sekitar bulan Desember 1963,
semangat dan standar yang tinggi. Hingga bulan sekelompok sukarelawan mulai menyusup ke
Maret 1965, masih ada pendaratan dari pasukan wilayah perbatasan kedua negara. Dari Siglayan
dan sukarelawan Indonesia. Pada tanggal 25 dan di Pulau Mandul empat tim Sukarelawan Tentara
26 Februari 1965 penyusupan, yang dilakukan 44 Nasional Kalimantan Utara (TNKU) dan pasukan
gerilyawan Indonesia baik dari kesatuan maupun KKO AL berkekuatan 50 pasukan pada bulan
sukarelawan berhasil menewaskan delapan Desember 1963 bersiap-siap untuk bertempur.
pasukan infantri Singapura (Anonim 1973a; Peristiwa pertempuran di Kelabakan di
James and Sheil-Small 1973). antaranya, merupakan sukses besar gerilyawan
Lebih lanjut, dalam buku ini dikatakan Indonesia. Operasi ini dipimpin oleh Sersan
hampir semua pendaratan dan penerjunan Mayor (Serma) KKO Rebani. Dengan semangat
pasukan dan sukarelawan Indonesia gagal. tinggi dan keuletan misi ini berjasa dalam
Banyak gerilyawan yang gugur, cedera, dan membangkitkan semangat juang, sekaligus
menjadi tawanan. Disinggung bahwa kegagalan meningkatkan kewaspadaan di pihak lawan.
pendaratan di Labis (Lumbis) oleh pasukan Kendati demikian, pada akhir misi saat pulang
Indonesia adalah kekeliruan. Pertama, hutannya banyak mangalami kesulitan besar. Penge-
126
Naditira Widya Vol. 13 No. 2 Oktober 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan
p-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125

pungan dan pengosongan wilayah dari penduduk memenuhi janji prajurit-prajurit Sapta Marga,
sebagai aksi kontra gerilya membuat pihak tugas KKO mengemban prinsip: Sepi ing pamrih,
Inggris mudah melacaknya. Jalan kembali pun rame ing gawe (tulus ikhlas dalam bekerja,
tidak mudah diatasi, banyak gerilyawan yang walaupun dalam pelaksanaan tugas yang berat).
tewas, gugur karena kehabisan logistik,
kelaparan dan meninggal saat menghadapi Pengalaman Pelaku Sejarah, Anggota KKO-
keganasan alam rimba Kalimantan. Serma KKO AL bernama Nababan dan Tarigan
Rebani pun akhirnya gugur sebelum mencapai
markas. Demikian pula peristiwa pertempuran di Penyusupan yang dijalankan oleh
Matandak, Sebatik melibatkan anggota KKO Nababan, Imran, dan Tarigan pada tanggal 28
yang gugur di antaranya Letnan Sutanto, November 1965 merupakan awal cerita tugas
seorang perwira intel (Soepodoeto 1973). untuk mengacaukan pertahanan lawan. Dengan
Aksi penghadangan terhadap pasukan ransel penuh granat, dan perut lapar saat baru
Indonesia dan sukarelawan menimbulkan korban mendarat di Sabah, lalu mereka dikepung oleh
di pihak Indonesia. Para pejuang yang gugur musuh. Babak berikutnya diinterogasi dan dihajar
kemudian dimakamkan di Taman Makam sebagai menu pelengkapnya. Menjadi tawanan
Pahlawan di Nunukan, di mana nama-nama musuh merupakan siksaan tersendiri, hingga
korban ditorehkan pada monumen Dwikora di seakan mati hampir menjemput. Menjaga rahasia
Nunukan. Penghadangan di Siglayan ada empat negara, apalagi seorang intel nyawalah
pejuang yang gugur antara lain Prajurit Komando taruhannya. Walaupun demikian, ada hal-hal
(Prako) Wartono, Prako Marsudi, Prako A.R. yang kadang diluar dugaan. Pengalaman ini
Markiyono, dan seorang sukwan (sukarelawan) secara runtut dimuat oleh surat kabar Warta
bernama A. Sanusi. Di Naputi pada tanggal 10 Harian dalam artikel bersambung. Pada Majalah
Agustus, gugur anggota BRAHMA V Lmd. KKO AL No. 1 – Nov. 1973 ditulis ulang dengan
Christianto dan Kopral KKO (Kopko) Ambyah. diberi judul: ‘Awak anggota Ki–Ki-O ya!’ (Anonim
Ketika kembali dari Naputi lima sukarelawan 1973b).
suku Dayak tewas dihadang lawan. Mereka Pada saat interogasi informasi yang
adalah Tingu, Buyuk, Sundul, Kiansang, dan musuh miliki ternyata lebih lengkap, misalnya
Yanbul. Dua orang tak ditemukan jasadnya pos-pos keamanan, daerah-daerah yang dijaga,
Labolo dan Burhan. Gugur berikutnya Sersan persenjataan, pesawat terbang, dan kekuatan
Dua (Serda) KKO Sundoro dari Pusdiklat pasukannya. Sel dan penjara silih berganti dan
(Soepodoeto 1973). sangat menyedihkan baik di Jaseltown maupun
Lebih lanjut dalam tulisan Soepodoeto, Kualalumpur. Saat Nababan lewat daerah Labis,
dilaporkan saat upacara merayakan hari KKO di yang penuh tanggul-tanggul disinilah pasukan
Brigrade 1, di Nunukan garis depan pada tanggal PGT, tentara Indonesia dalam jumlah besar
15 November 1965, dihadiri oleh Panglima AL. diterjunkan dengan pesawat Hercules Angkatan
Laksamana R.E. Martadinata, Komandan KKO Udara Republik Indonesia (AURI). Tetapi mereka
dan pembesar-pembesar dari Jakarta. Tak lama celaka semua, selepas dari badan pesawat
berselang pos di Siglayang mendapat serangan mereka semuanya disergap dan tidak ada yang
dari battalion II Ranger Serudong, gugur selamat. Sebabnya, sebelum mereka di drop ke
angggota KKO Prako Suminto. Diperkirakan perbatasan pasukan British Malaysia telah
pihak Malaysia tujuh orang tewas. Di Siglayan mendapat informasi dari Indonesia. Pada saat
pada 22 Maret mendapat ancaman di sektor tawanan tentara Indonesia dan Sukarelawan
Supply Poin, meninggal Prako Sukarno saat berkumpul, spy war pun dilancarkan, untuk
bertugas mengambil air (Soepodoeto 1973). menaikkan pamor pemerintah di mata rakyatnya.
Pada bagian akhir tulisannya Soepodoeto, Tercatat sekitar 500 tahanan, 126 PGT-AU, 33
selain sebagai saksi dan pelaku menuturkan KKO, 75 Pelopor (AD) dan 20 Raider (AD) serta
bahwa pengorbanan rekan-rekan dan kesatuan sisanya sukarelawan (Anonim 1973b). Pada
mereka diabdikan semata-mata karena panggilan bagian akhir Nababan, memberi pandangan,
tugas. Mereka menjalankan kewajiban untuk sekalipun dalam keadaan menjadi tawanan
127
Pentingnya Monumen Dwikora dan Kesejarahannya – Nugroho Nur Susanto (121-134)
Doi: 10.24832/nw.v13i2.398

perasaan sirna, karena mereka berkumpul makin diperluas sebagai pelayanan kesehatan.
dengan orang-orang hebat, putra-putra pejuang Pada perkem-bangannya puskesmas ini berubah
yang gemblengan, bukan saja raganya, tetapi menjadi rumah sakit inap terbatas, seiring
terutama jiwa semangatnya. Semangat cinta dengan meningkatnya status Nunukan sebagai
tanah air dan perjuangan terpupuk (Anonim kabupaten baru pecahan dari Kabupaten
1973b). Bulungan.
Max Karundeng, mengangkat permasa- Monumen Dwikora tahun 1964-1966
lahan “Mengapa Gerilyawan Kita Gagal Semasa diresmikan pada tanggal 25 Januari 1968 oleh
Revolusi”. Pada tulisannya ia telah sampai Komandan Satuan tugas (Satgas) Sigalayan/Eks
simpulan bahwa kegagalan utama adalah para Komandan Brigat 1 KKO-AL yang ke-3 Letnan
gerilyawan tidak mendapat dukungan dari rakyat Kalim. Pada epitaf monumen terbagi atas tiga
setempat, sekalipun rakyat tersebut berasal dari lempeng yang tertera nama-nama, satu lempeng
Indonesia. Mereka adalah perantau yang telah lambang dan semboyan kesatuan KKO AL, dan
hidup lama menetap, dengan baik, satu lempang lain tertera lambang negara
berkecukupan, tentram di negeri asing. Ada Pancasila. Pada epitaf tugu monumen yang
kecenderungan loyalitas kepada tanah air berisi nama-nama, terbagi menjadi tiga isinya
berkurang. Kedua, pada masa konfrontasi pihak adalah sebagai berikut:
Inggris dan Malaysia menyediakan hadiah-
hadiah uang yang cukup besar, kepada orang- Gugur
orang yang melaporkan adanya gerilyawan 1. Kapten Kristijanto
Indonesia. Pihak Inggris membentuk semacam 2. Kopral Hamsjah
border scout (semacam pagar desa) untuk 3. Prajurit T. Wartono
4. Prajurit Marsudi
mengimbangi penyusupan. Para petani dan
5. Prajurit Sukarno M
pemuda desa di perbatasan diberi honor tetap 6. Prajurit Suminto
untuk menjaga keamanan desanya. Dengan 7. Prajurit Panut
demikian, apabila ada orang asing yang 8. Prajurit Ar. Marjono
mencurigakan muncul akan segera dilaporkan. 9. Prajurit Marsudi
Ada imbalan 50-100 Dollar jika melaporkan 10. Sukarelawan Sipil /Wansip Acmad
adanya gerilyawan dan apabila berhasil Sanusi
menangkapnya hadiah 500 hingga 1.000 Dollar 11. Sukarelawan Sipil /Wansip Tinggu
(Karundeng 1973). 12. Sukarelawan Sipil /Wansip Rujung
13. Sukarelawan Sipil /Wansip Klangsang
Data Arkeologi Peristiwa Dwikora 14. Sukarelawan Sipil /Wansip Sudul
15. Sukarelawan Sipil /Wansip Jambul
Monumen Dwikora di Kota Nunukan, Gugur Tidak Diketemukan Jasadnya
Kalimantan Utara 1. Kapten Sutanto
Data sekunder berupa monumen 2. Sersan Satu Sunarjo
peringatan ini dibuat dalam rangka memperingati 3. Sersan Dua Rebani
peristiwa pertempuran di perbatasan semasa era 4. Prajurit Surjadi
operasi Dwikora. Bentuk monumen terbagi atas 5. Prajurit Sumarno
dua bagian, bagian bawah berbentuk segi lima, 6. Prajurit Wibowo
di sini tertulis keterangan nama-nama 7. Prajurit Gabril
pahlawan/korban dalam operasi Dwikora dan 8. Prajurit Acmad Hendro
bagian atas berupa tugu yang menjulang yang Tewas
1. Kapten Sunarso
puncaknya berbentuk lidah api tunggal,
2. Sersan Sundoro
melambangkan semangat dan perjuangan. 3. Kopral Asnawi
Lokasi monumen terletak di persimpangan jalan 4. Kopral Bactiar
utama pusat Kota Nunukan, tidak jauh dari 5. Prajurit Ponijan
lapangan utama di Kabupaten Nunukan, Provinsi 6. Prajurit M. Aris
Kalimantan Utara. Keberadaan monumen ini 7. Prajurit R. Sitorus
dapat dikatakan terjepit oleh puskesmas yang 8. Prajurit Ideng

128
Naditira Widya Vol. 13 No. 2 Oktober 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan
p-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125

9. Prajurit Nurkajat panjang antara 2 hingga 4 meter, dengan


10. Sukarelawan Sipil /Wansip Mailan kedalaman antara 1 hingga 2 meter. Pada bagian
11. Sukarelawan Sipil /Wansip Nasir permukaan ditutupi dengan kayu, yang berfungsi
12. Sukarelawan Sipil /Wansip Matkatim sebagai penyangga. Kemudian pada bagian atas
13. Sukarelawan Sipil /Wansip Walkat
ini baru ditutup lagi dengan batu. Ada pintu untuk
memasuki lubang perlindungan/pertahanan ini
Kubu Pertahanan di Desa Tau Lumbis,
(Tim Peneliti 2014).
Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten
Nunukan
Data Reruntuhan Pesawat Terbang di
Peninggalan kubu pertahanan berupa
Bandara Yuvai Semirang, Long Bawan,
parit-parit (Gambar 3), atau sebagai tempat
Nunukan
perlindungan dapat ditemukan di Desa Tau
Long Bawan adalah ibu kota Kecamatan
Lumbis, Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten
Krayan. Lokasi bangkai pesawat (Gambar 4)
Nunukan. Peninggalan sarana perlindungan
tepatnya di ujung landasan pacu sebelah timur
militer ini dipergunakan saat pasukan tentara
Bandara Yuvai Semaring. Menurut tim peneliti,
Indonesia atau sukarelawan mendapat tekanan
reruntuhan pesawat ini adalah bangkai Pesawat
dari pasukan Gurkha. Ukuran lebar parit
Hercules. Produksi dari Locheed C-130 Hercules
perlindungan antara 0,6 meter hingga 1 meter,
versi C-130 b, dengan nomor registrasi pesawat
dengan kedalaman antara 0,8 meter hingga 1
yang tertera bagian ekor/sirip tegak: T-130 b.
meter, dan panjang parit antara 1 hingga 10
Lebih lanjut diterangkan bahwa pesawat ini jatuh
meter. Sekarang, daerah ini dikenal dengan
pada tanggal 16 September 1965 setelah dengan
nama daerah Hampaus dan Nantukor. Di daerah
tak sengaja tertembak? Oleh pasukan Indonesia
ini ada dua pos induk, pos satu dipimpin oleh
(Tim Peneliti 2014).
Kapten Prawoto dan pos yang lain dipimpin
Kapten Widodo. Menurut informasi masyarakat
Lumbis ada tiga korban gugur (Tim peneliti
2014).

Sumber: Dok. Balai Arkeologi Banjarmasin 2014


Gambar 4 Tim Peneliti Ketika Memeriksa
Reruntuhan Rongsokan Pesawat

Lebih lanjut dalam analisis Ulce Oktrivia,


Sumber: Dok. Balai Arkeologi Kalsel 2012 pesawat ini diperkirakan merupakan salah satu
Gambar 3 Lokasi Pertahanan Alam di Lumbis
pesawat hadiah dari Presiden Kennedy kepada
Lubang Pertahanan yang terdapat di Desa Presiden Soekarno saat berkunjung ke Amerika
Long Midang dan Desa Terang Baru, Serikat pada tahun 1959. Presiden Kennedy
Kecamatan Kerayan, Nunukan berterima kasih atas kesediaan Indonesia
melepas Pope pilot anggota Central Intelligence
Lubang yang berfungsi sebagai sarana
Agency (CIA) yang memperkuat UAREV
pertahanan ini terletak di Desa Long Midang dan
Permesta. Pesawat Pope berhasil ditembak jatuh
Desa Terang Baru. Adapun yang memanfaatkan
sarana ini adalah para suka-relawan dan orang- oleh Kapten Pilot Penerbang Dewanto. Atas
orang Krayan, ketika pasukan Inggris menyerang masukan dari Panglima AU Suryadarma Ali,
daerah ini. Lobang ini berbentuk huruf L dengan AURI memerlukan pesawat pengangkut handal,

129
Pentingnya Monumen Dwikora dan Kesejarahannya – Nugroho Nur Susanto (121-134)
Doi: 10.24832/nw.v13i2.398

pengganti de Havilland Canada DHC-4 Caribou memiliki tugas membantu sebagai rujukan dan
produksi Canada yang telah usang. Negosiasi Ir. bukti (Kuntowidjoyo 2013).
Soekarno akhirnya berhasil memboyong sepuluh Monumen Dwikora di Nunukan adalah
pesawat angkut Hercules C-130 B ke Tanah Air tugu peringatan atas peristiwa-peristiwa dan
(Tim Peneliti 2014). perjuangan yang telah berlangsung terkait
dengan operasi Dwikora antara tahun 1964-
Grafiti pada Wisma Rimba Dekat Runway 1965. Di sisi lain, monumen dimaksudkan juga
Bandara Melalan di Melak-Sendawar, Kutai sebagai perangkum atas peristiwa-peristiwa yang
Barat lain yang saling berhubungan. Sumber tertulis
Bangunan ‘Wisma Rimba’ sangat dekat dan sumber material perlu disingkronkan di
dengan landasan pacu bandara Melalan, Melak, antaranya adalah konfimasi nama tempat dan
Kabupaten Kutai Barat. Saat ini bangunan ini bukti-bukti lain.
tidak dimanfaatkan, tetapi saat tahun 1964-an Nama tempat yang disebutkan oleh
bangunan ini ikut dipersiapkan untuk kesiapan sumber dari Inggris seperti tertera pada buku The
operasi Dwikora, hal ini terlihat dari grafitti yang Undeclared War ataupun tempat ditemukannya
tertera pada dinding bangunan. Grafiti pada peninggalan arkeologi terkait peristiwa
Wisma Rimba yang terkait dengan pemakaian Konfrontasi Malaysia, yang ‘ejaannya’ hampir
kembali peninggalan Belanda tertulis sebagai sama. Sumber Inggris menyebut Labis,
berikut : sedangkan daerah Kalimantan di Nunukan ada
desa, atau Kecamatan Lumbis. Data resmi
“Unit tower: Skp 9, Unit ARP 6 , Unit LUT 5 Unit KNS sejarah Indonesia, mungkin sulit ditelisik, tetapi
Anggota: KUS Mudjiyono, KUS Soerodjo, KUS Boiman, apabila sejarah ini ingin diungkap maka bidang
PUS E. Mutaeri , PUS D. Morwan, Kapten Infantri Tosin.
Tim 1 5 – 4 – 64 : SMU Sumarno, SMU Suparno, SUD arkeologi bisa membantunya. Melalui penelitian
Djadjuh, KUS Kaolan, KUS Warsimin, KUD Rusman. makam-makam, sisa-sisa parit perlindungan,
Tim 2 30 – 4 – 64 : Maj Ud Sunardi HO, SMU Nastaman, prasasti atau peninggalan material lain. Sejarah
SMU Sudarto, SIS Nico, PUS Imam, PUS Talio. dan peristiwa tersebut dapat ditelusuri dan
direkontruksi melalui peninggalan materialnya.
Keterangan Pangkat:
KUS : Komondor Udara Satu, PUS: Pasukan Udara Satu,
Peristiwa masa lalu, sebagaimana dicon-
SMU: Sersan Muda Udara, Maj Ud: Mayor Udara. SIS: tohkan sejarah ‘Konfrontasi Malaysia’ mening-
Sersan Infantri Satu.” galkan kesan yang begitu mendalam, terutama
bagi pelaku-pelaku sejarah yang juga ingin
Diperkirakan lapangan terbang pening- diwariskan ‘semangat juangnya’ kepada
galan Belanda yang dahulu bernama Lapangan generasi sesudahnya. Operasi Dwikora yang
Terbang Samarinda II ini, dipersiapkan pula diawali dengan pemberontakan TNKU yang
dalam rangka operasi Dwikora. Bangunan lain merupakan organisasi yang bersimpati kepada
seperti, gudang-gudang atau bungker juga Indonesia. Organisasi ini bercita-cita membentuk
dipersiapkan untuk ambil bagian mendukung negara ‘Kalimantan Utara’ yang terdiri atas
Operasi Dwikora, yaitu sebagai tempat Sarawak, Brunei, dan Sabah. Pemimpin gerakan
penyimpanan logistik dan tempat perlindungan ini bernama Azahari, yang ingin menjadikan
pasukan (Susanto 2015). Sultan Brunei sebagai kepala negaranya. TNKU
yang berkekuatan sekitar 5.000 orang berhasil
Kompilasi Data dan Analisis digagalkan oleh pasukan komando dan marinir
Inggris dan pasukan Commonwealth yang juga
Peristiwa masa lampu sebagai muatan disokong Singapura. Pemberontakan untuk
sejarah dapat dimaknai secara etis, estetis, dan sementara dapat dipadamkan sekitar bulan
kritis. Lebih jauh Kuntowidjoyo juga memandang Desember 1962. Pasukan tidak semuanya dapat
bahwa sejarah merupakan aset dalam hal fungsi ditumpas, dan sisa-sisanya masih bergerilya di
pendidikan, meliputi pendidikan moral, perbatasan.
penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa Kesuksesan Indonesia mengembalikan
depan, dan keindahan, serta memungkinkan Irian Barat dengan diplomasi ataupun unjuk
kekuatan militer, pada tahun 1962 bulan Agustus
130
Naditira Widya Vol. 13 No. 2 Oktober 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan
p-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125

membuat Presiden Soekarno berpeluang untuk dalam matra angkatan perang Indonesia. Dari
mengenyahkan Inggris sebagai kekuatan Barat, Lumbis, memang ada data pesawat Hercules
melalui Malaysia. Sejak itulah dicanangkan yang hancur, parit-parit pertahanan, dan ‘belum’
operasi Dwikora, secara diam-diam dan atau tidak ada korban tewas akibat perang dari
sekaligus malu-malu. Kekuatan penyusupan dan pasukan Indonesia yang dramatis.
droping pasukan melibatkan kekuatan tiga matra Apabila ingin pembuktikan perlu peran
angkatan bersenjata, sekaligus. Angkatan Laut, arkeolog, ahli forensik, dan ahli Deoxyribonucleic
Angkatan Udara, dan Angkatan Darat. Pasukan acid (DNA). Buku yang dapat digunakan untuk
AL dengan KKO- sudah dimobilisasikan sejak penelitian lebih lanjut adalah buku yang berjudul
akhir 1963. Operasi di Kelabakan Matandak Historical Archaeological of Militery Sites
(Sebatik), Naputi dan Sigalayan (Tanah Merah Methode and Topic karya bersama Clarence R.
atau Pulau Mandul) menunjukkan aksi-aksi Geier, Lawrance E. Babits, Douglas D. Scott, dan
heroik dan bukti keberanian pasukan-pasukan David G. Orr (Editors), terbitan Texas A&M
sukarelawan dan tentara Indonesia menghadapi University Press tahun 2010 (Geier et.al. 2010).
gerilyawan Gurkha yang militan. Coret-coret di Seperti dilaporkan oleh pasukan Inggris bahwa
Wisma Rimba, menunjukkan kekuatan AU pun telah terjadi korban perang saat dropping, bisa
dipersiapkan digaris depan. Data dari Melak– jadi adalah provokasi adu domba. Korban-korban
Sendawar diketahui telah ada paling tidak sejak yang dimaksud tidak terbukti di lapangan.
1964. Peran KKO, hampir secara intensif Adapun monumen Dwikora ini dibangun
melakukan tugas di garis depan membuktikan kemudian, pada tanggal 25 Desember tahun
dedikasi dan militansi yang tinggi, sekalipun 1968, setelah konfrontasi benar-benar berakhir.
korban berjatuhan. Pada tahun 1965, Nunukan Pada saat itu tugu peringatan atau monumen
mendapat kunjungan inspeksi Kepala Staf TNI dibangun dengan maksud penghormatan dan
Angkatan Laut (KSAL) Laksamana R.E semangat untuk mewarisi semangat juangnya.
Martadinata, yang didampingi Komandan Peliputan dan laporan resmi jalannya perang
Jenderal Marinir Letnan Jenderal (Danjen Marinir semasa konfrontasi memang sengaja dibatasi
Letjen) Hartono, selain sebagai pembangkit kedua belah pihak, tetapi di lapangan benar-
semangat, bagi tentara yang bertugas diresmikan benar ada. Seakan-akan perangnya main-main,
pula Tugu Taman Makam Pahlawan di Nunukan. tetapi matinya benar terjadi. Belajar sejarah,
Dalam album pribadi Pak Djono, menunjukkan berarti menambah informasi masa lampau yang
kepada penulis Laksamana R.E. Martadinata bertendensi mencerahkan, dan menimbulkan
yang ia dampingi, sebagai petugas lapangan. semangat atas tindakan-tindakan estetis, etis,
Keikutsertaan dalam operasi Dwikora dari tetapi tidak meninggalkan sikap kritis apa yang
unsur angkatan udara, dibuktikan dengan telah terjadi di masa lalu.
tinggalan rongsokan pesawat Hercules C-130 B Ilmu arkeologi mendasarkan kajiannya
di Krayan. Data dari AURI pesawat Hercules melalui benda-benda yang ditinggalkan atau
satu-satunya yang tidak kembali ke homebase sisa-sisa materi yang tertinggal. Tidak berlebihan
adalah Hercules yang bernomor registrasi T- apabila dikatakan bahwa arkeolog
1307 yang saat itu dipiloti oleh Penerbang bertanggungjawab atas masa lalu bangsanya
Djalaluddin Tanu. Informasi tak resmi dari berfungsi bersama sejarawan ikut dan berusaha
angkatan bersenjata Malaysia harus ditanggapi menghadirkan kembali gagasan-gagasan
dengan ekstra hati-hati. Apabila kesaksian dan kelampauan itu dan turut serta hadir hari ini, dan
informasi ke Nababan benar, bahwa jatuhnya berusaha membantu dalam menyusun masa
banyak korban bukan disebabkan kesalahan depan.
perhitungan, tetapi oleh pengkhianatan betapa Kebudayaan bendawi berupa monumen
naifnya, oknum yang melakukannya. Penulis atau tugu peringatan merupakan bukti masa lalu,
memiliki pendapat, bahwa informasi dari sekaligus bukti konkret, dan saksi atas peristiwa
angkatan perang ke Nababan adalah berita atau kejadian. Tonggak sejarah berupa tugu
bohong, yang sengaja dihembuskan untuk peringatan atau monumen tersebut mencer-
mengadu domba, antara unsur-unsur berbeda minkan ide-ide dan gagasan. Objek-objek
131
Pentingnya Monumen Dwikora dan Kesejarahannya – Nugroho Nur Susanto (121-134)
Doi: 10.24832/nw.v13i2.398

demikian tugu peringatan, prasasti, dan monu- Ironinya sifat keberanian dan kejuangan ini justru
men berfungsi mewakili atas suatu peristiwa, akan luntur di saat ekonomi membaik.
atau wujud penghargaan dan penghormatan Pertanyaan yang cukup menggoda, apakah
yang dibuat di kemudian hari. Dengan langkah ini mengenang peristiwa perang masih relevan
diharapkan akan memberi gagasan, mengha- untuk dikemukakan saat ini? Jawaban berpulang
dirkan ide-ide cemerlang, yang bersifat pada pribadi masing-masing, dan tidak perlu
mencerahkan, dan menimbulkan semangat atas diperdebatkan.
tindakan-tindakan etis, estetis, tetapi tidak Menurut hemat kami, deskripsi situasi
meninggalkan sikap kritis di masyarakat. perang ini perlu hadir dalam usaha memberi
Arkeolog bertanggung jawab atas masa lalu ruang atas nilai penting dan manfaat dari
bangsanya, dan berusaha menghadirkan kembali peninggalan masa lalu, terutama melalui benda
gagasan-gagasan kelampauan itu dan berusaha cagar budaya. Dengan demikian, pemahaman
membantu dalam menyusun masa depan. yang dihadirkan oleh dan untuk penanganan
Terutama pada sikap kewaspadaan dan terhadap cagar budaya di masa depan lebih
membangun generasi yang sadar sejarah, sadar tertata. Tak berlebihan keberadaan bukti sejarah
akan pengorbanan dan sadar tentang perlu ditakar nilai pentingnya, dari masa lalu dan
perjuangan. kisah sejarah dalam upaya kepentingan nasional
Di samping itu, di daerah perbatasan yang lebih tinggi. Ania Loomba, seorang ahli
masalah ekonomi harus mendapat perhatian dari ‘pasca kolonial’ pernah mengatakan bahwa
pemerintah pusat. Tanpa perhatian ekonomi 84,6% negara-negara di dunia ini ditahun 1930an
yang memadai seakan-akan menjadi kontra balik telah merasakan penderitaan akibat kolonialisme
seperti disebutkan di atas apa yang disebut dan imperialisme (Loomba 2002). Penjajahan
border scout. Ekonomi mereka harus terjamin. secara teritorial mudah dikenali, sedangkan
Pada saat itu indikasi ekonomi sangat mencolok; penjajahan yang bersifat non-material susah
uang yang beredar di Sebatik misalnya, belum dideteksi dan kadang tak terelakkan. Sudah
tentu rupiah, tetapi sekarang menuju ke satu selayaknya kewaspadaan terhadap imperialism
mata uang, yaitu rupiah. Gas-gas liquefied gaya baru perlu dihadirkan. Satu lagi yang tidak
petroleum gas (LPG) yang dipakai lebih banyak kalah penting perhatian terhadap cagar budaya
produk petronas, yang tidak lazim secara yang dapat menopang aspek pendidikan harus
perhitungan ekonomi, tetapi masuk akal. terjaga dengan baik. Permasalahan-
Demikian pula dalam memenuhi kebutuhan atau permasalahan peninggalan arkeologi di daerah
tempat belanja serta pelayanan kesehatan. adalah minimnya pemahaman, sumber daya
Dengan bertambahnya usia tahun demi tahun manusia (SDM) yang menangani dan
telah ada perbaikan, di antaranya dengan menterjemahkan kandungan nilai pentingnya.
langkah pemekaran administrasi contoh di Pulau Tidak berlebihan apabila kita perhatikan
Sebatik. Hal-hal demikian apabila dibiarkan, akan ujaran Daoed Yoesoef, yang dikutip dari buku,
ada pergolakan yang lambat laun dapat Studi Strategi: Kita sekarang, generasi penerus,
membesar. Ada permasalahan ideologis yang tak seharusnya merasa terpanggil untuk membuat
kalah mendesak, yaitu menjaga nasionalisme ‘sejarah pembangunan’ juga melalui (penge-
warga negara, di daerah perbatasan. tahuan) peperangan. Lebih lanjut Daoed Joesoef
Tulisan ini bukan bermaksud membuka menambahkan, bagi Von Clausewitz (abad XIX)
luka lama, atas persaudaraan, dan persahabatan perang adalah lanjutan dari politik (damai) cara
antanegara yang sekarang sudah terjalin dengan lain. Menurut Vo Nguyen Giap (abad XX) damai
mesra, baik Indonesia-Malaysia, Indonesia- (politik) adalah lanjutan dari perang dengan cara
Singapura, Indonesia-Inggris atau Indonesia lain (Joesoef 2014). Di saat damai seperti
dengan negara-negara persemakmuran yang sekarang jangan segan-segan menengok sejarah
lainnya. Monumen Dwikora adalah tugu perang, karena perang adalah jalan keluar yang
peringatan adalah produk budaya yang sekaligus mungkin sudah buntu. Di saat damai pun jangan
benda cagar budaya. Monumen ini terkait lepas kewaspadaan, di saat itulah perang
dengan peristiwa pertempuran atau perang anak kepentingan telah berlangsung.
kandung dari sifat keberanian dan perjuangan.
132
Naditira Widya Vol. 13 No. 2 Oktober 2019-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan
p-ISSN: 1410-0932; e-ISSN: 2548-4125

PENUTUP ulang berbagai kepentingan di masa depan.


Perlu ada upaya penanganan cagar budaya
Monumen Dwikora merupakan data secara lebih adil bagi tinggalan arkeologi di
sejarah, yang keberadaannya masih diperlukan daerah. Peninggalan di daerah saat ini, belum
dalam upaya mengingatkan bahwa bangsa secara maksimal ditangani dalam rangka
Indonesia adalah bangsa anti penjajahan atau kepentingan sejarah dalam arti luas.
imperialisme. Penghargaan dari generasi yang Penulis, menyaksikan sendiri makna
lebih kemudian kepada generasi pendahulunya nasionalisme, pengabdian, dan pengorbanan
adalah dengan cara mengenang pengorbanan dalam praktik nyata di perbatasan. Seperti
dan perjuangan mereka. Semangat kepahlawan ditunjukkan oleh sosok Pak Jana, yang
yang kian luntur perlu dipertebal dengan mengabdikan diri menjadi mantri kesehatan. Atau
pembangunan yang merata. Daerah perbatasan pemuka-pemuka Desa Long Midang dan Desa
perlu dikembangkan ekonominya. Di sisi lain, Terang Baru, Kecamatan Krayan, yang pada
pelajaran ilmu bidang sejarah perlu ditopang mulanya adalah anggota Komando Daerah
peninggalan material, yang umum bidangi oleh Militer (Kodam) V Siliwangi atau pasukan Raider
arkeologi. Sejarah dalam hierarki kepentingan yang tidak kembali ke asalnya, memilih
dapat dibedakan dalam sejarah lokal, sejarah membantu memajukan daerah perbatasan.
regional, sejarah nasional atau bangsa, hingga Kewaspadaan perlu selalu dihadirkan,
sejarah peradaban. Oleh karena itu, nilai penting bukan saja pada saat situasi perang, tetapi kita
tinggalan arkeologi perlu ditangani serius, kadang lengah pada situasi damai. Diplomasi
sehingga tidak terabaikan dan dapat diabdikan dan politik selalu dibalut dengan senyuman. Tak
dalam menopang sejarah bangsa. heran mereka pun menawarkan berbagai
Demikian pula dalam upaya untuk kemudahan, dan bantuan ekonomi. Kadang-
mengungkap, perlu referensi dari berbagai kadang hal-hal demikian ternyata lebih
sumber dan kerjasama dari berbagai disiplin berbahaya dari pada serangan senapan dan
ilmu. Apalagi dalam upaya mengangkat meriam. Peninggalan arkeologi selalu turut serta
kepentingan nasional. Pada akhirnya sejarah memberi pemahaman sejarah dan berusaha
masa lalu, diharapkan membantu mendesain hadir mengawal jalannya sejarah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1973a. Perang Yang tak Diumumkan. James, Harold and Denis Sheil-Small. 1973. The
Dalam Majalah KKO-AL Nomor 1-Nop. Undeclared War: The Story of The
1973. Ke- XII Hlm: 2-3. Indonesian Confrontation, 1962-1966. Los
Anonim. 1973b. Awak Anggota Ki-Ki-O ya! Angeles: New English Library.
Dalam Majalah KKO-AL Nomor 1-Nop. Joesoef, Daoed. 2014. Studi Strategi Logika
1973. Ke- XII. Hlm. 8-26. Ketahanan dan Pembangunan Nasional.
Geier R. Clarence, et.al. 2010. Historical Jakarta: Kompas
Archaeology Of Militery Sites Methode Kuntowidjoyo, 2013. Pengantar Ilmu Sejarah.
and Topic. Texas : A & M University Press. Yogyakarta: Dian Ilmu.
Hardiman, Fransisco Budi. 2004. Kritik Ideologi: Lipe, W.D.1984. “Value and Meaning in Cultures
Menyingkap Kepentingan Pengetahuan resources.” Hlm. 1-11 dalam Approaches
Bersama Jurgen Habermas. Yogyakarta: to the Archaeological Heritage, editor H.E.
Buku Baik. Creere. Cambridge: University Press.
Hodder, Ian dan Micheil Shank. 1997. Loomba, Ania. 2016. Kolonialisme/Pascakolonial-
Interpreting Archaeology: Finding Meaning isme. Penerjemah Hartono Hadikusumo.
In the Past Michael Shanks. By Rouledge Buku Seru: Yogyakarta.
New Fotter: London, New York.

133
Pentingnya Monumen Dwikora dan Kesejarahannya – Nugroho Nur Susanto (121-134)
Doi: 10.24832/nw.v13i2.398

Soepodoeto, Mayor KKO. 1973. Berapa Jumlah Sebagai Pertahanan Udara Kalimantan
Anggota KKO Yang Gugur Selama Tugas Timur.” Naditira Widya 9 (2): 107-120.
Dwikora. Dalam Majalah KKO-AL Nomor Tim Peneliti, 2014. “Perkembangan Kebudayaan
1-Nop. 1973. Ke- XII. Hlm. 4-7. Di dataran Tinggi Kayan Mentarang.”
Susanto, Nugroho Nur. 2015. “Lapangan Laporan Penelitian Arkeologi. Banjarbaru:
Terbang Belanda di Melak-Sendawar Balai Arkeologi Banjarmasin.

134

Anda mungkin juga menyukai