Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Disusun Oleh:

Yogi Yudistira PO.62.20.1.17.351

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
KELAS REGULER IV
TAHUN 2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

TOPIK : DM Tipe 1
SASARAN : Orang tua anak T
TEMPAT : Rumah Anak T
PEMATERI : Yogi Yudistira
HARI/TANGGAL : 1 September 2020
WAKTU : 30 menit

I. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat ganguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis pada
pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan
bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka ini terus
bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Diabetes telah
menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta
kematian yang disebabkan oleh diabetes. Hampir 80 persen kematian pasien diabetes
terjadi di negara berpenghasilan rendah-menengah.
Di tengah kondisi itu, perhatian banyak pihak umumnya masih terfokus pada
penderita diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes tak kalah memerlukan
perhatian dan bantuan. Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu
pankreas rusak dan tak lagi mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai
sehingga terjadi defisit absolut insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa
umumnya disebut tipe 2, yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun insulin
sebenarnya tersedia memadai sehingga terjadi defisit relatif insulin.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-data
epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak adalah
pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari semua penderita diabetes,
5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1. Di Indonesia, statistik mengenai
diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan hanya sekitar 2-3 persen dari total
keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak terdiagnosis atau tidak
diketahui sampai si pasien sudah mengalami komplikasi dan meninggal. Biasanya
gejalanya timbul secara mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan koma
apabila tidak segera ditolong dengan suntikan insulin.
World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes jika ada
anak dengan gejala klinis khas, yaitu 3P ( pilifagi, polidipsi dan poliuri ) dan kadar
gula darah (GD) tinggi, di atas 200 mg/dl. GD yang tinggi menyebabkan molekul
gula terdapat di dalam air kencing, yang normalnya tak mengandung gula, sehingga
sejak dulu disebut penyakit kencing manis.
II. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit, diharapkan orang tua anak
T mampu memahami mengenai DM Tipe 1.

III. TUJUAN KHUSUS


Setelah proses penyuluhan kesehatan tentang Prediabetes, diharapkan orang tua anak
T mampu :
1. Untuk mengetahui Pengertian diabetes melitus tipe 1
2. Untuk mengetahui Penyebab diabetes mellitus tipe 1
3. Untuk mengetahui Patofisiologi diabetes melitus tipe 1
4. Untuk mengetahui Deteksi dini diabetes melitus tipe 1 pada anak
5. Untuk mengetahui Klasifikasi diabetes melitus
6. Untuk mengetahui Kriteria diagnostik diabetes melitus tipe 1
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan diabetes melitus tipe 1
8. Untuk mengetahui Komplikasi diabetes melitus

IV. STRATEGI PELAKSANAAN


No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu
1 Pendahuluan - Membuka kegiatan - Menjawab salam 5 menit
dengan mengucapkan - Mendengarkan
salam. - Memperhatikan
- Memperkenalkan diri - Memperhatikan
- Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
- Menyebutkan materi
yang akan diberikan

2 Kerja - Menggali - Memperhatikan 15 menit


pengetahuan orang - Memperhatikan
- Bertanya dan
tua tentang diabetes
menjawab
melitus tipe 1 pertanyaan yang di
ajukan
- Menjelaskan
- Memperhatikan
pengertian diabetes - Bertanya dan
menjawab
melitus tipe 1
pertanyaan yang di
- Menyebutkan ajukan
penyebab terjadinya
diabetes melitus tipe
1
- Menjelaskan
patofisiologi
tejadinya diabetes
melitus tipe 1
- Menyebutkan tanda
deteksi dini diabetes
melitus tipe 1
- Menyebutkan
klasifikasi diabetes
melitus tipe 1
- Menyebutkan kriteria
diagnostik diabetes
melitus tipe 1
- Menyebutkan
penatalksanaan
diabetes melitus tipe
1
- Menyebutkan
komplikasi yang
dapat terjadi akibat
diabetes melitus tipe
1
3 Evaluasi - Menanyakan kepada - Menjawab 5 menit
pertanyaan
peserta (masyarakat)
tentang materi yang
telah diberikan, dan
reinforcement kepada
masyarakat yang
dapat menjawab
pertanyaan.
4 Penutup - Mengucapkan terima - Mendengarkan 5 menit
- Menjawab salam
kasih atas peran
peserta
- Mengucapkan salam
penutup

V. GARIS BESAR MATERI (MATERI TERLAMPIR)


1. Menjelaskan mengetahui Pengertian diabetes melitus tipe 1
2. Menyebutkan mengetahui Penyebab diabetes mellitus tipe 1
3. Menjelaskan Patofisiologi diabetes melitus tipe 1
4. Menyebutkan Deteksi dini diabetes melitus tipe 1 pada anak
5. Menyebutkan Klasifikasi diabetes melitus
6. Menyebutkan Kriteria diagnostik diabetes melitus tipe 1
7. Menyebutkan Penatalaksanaan diabetes melitus tipe 1
8. Menyebutkan Komplikasi diabetes melitus
VI. METODE
a. Ceramah
b. Tanya jawab

VII. MEDIA
a. Leaflet (terlampir)
b. Powerpoint

VIII. SETTING TEMPAT

Keterangan :

= Media

= Penyaji

= Peserta

IX. PENGORGANISASIAN KELOMPOK


a. Moderator : Yogi Yudistira
b. Penyuluh : Yogi Yudistira
c. Observer : Yogi Yudistira
d. Fasilitator : Yogi Yudistira

X. EVALUASI
A. Evaluasi proses
1. Orang tua anak T antusias terhadap materi penyuluhan
2. Orang tua anak T mengajukan pertanyaan.
3. Orang tua anak T menyimak dengan seksama

B. Evaluasi hasil
1. Memahami materi penyuluhan sebanyak 70% dari apa yang telah
disampaikan dengan kriteria mampu menjawab pertanyaan yang akan
diberikan oleh penyuluh.
2. Menjelaskan mengetahui Pengertian diabetes melitus tipe 1
3. Menyebutkan mengetahui Penyebab diabetes mellitus tipe 1
4. Menjelaskan Patofisiologi diabetes melitus tipe 1
5. Menyebutkan Deteksi dini diabetes melitus tipe 1 pada anak
6. Menyebutkan Klasifikasi diabetes melitus
7. Menyebutkan Kriteria diagnostik diabetes melitus tipe 1
8. Menyebutkan Penatalaksanaan diabetes melitus tipe 1
9. Menyebutkan Komplikasi diabetes melitus

XI. DAFTAR PUSTAKA

i. Baradeo, Mary., Siswadi, Yakobus. (2008). Klien Gangguan


Endokrin. Jakarta: EGC.
ii. Maruaba, Chandranita. (2010). Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: EGC. Rumahorbo, Hotma. (2009). Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta: EGC.
Materi

A. Pengertian Diabetes melitus tipe 1


Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak lagi mampu
memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi defisit absolut insulin.
Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (Childhood-onset diabetes, juvenile diabetes,
insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM ) adalah diabetes yang terjadi karena
berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil
insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak
maupun orang dewasa, karena itu anak harus mendapatkan suntikan insulin seumur
hidupnya. Gejala diabetes tipe 1 tidak begitu jelas dan baru diketahui pada tahap lanjut.
Dengan deteksi dini dan pengelolaan penyakit yang tepat, anak dengan diabetes bisa hidup
sehat dan normal.
Diabetes tipe 1 biasanya mengenai anak-anak dan
remaja. Penyakit diabetes timbul karena imunitas tubuh menghancurkan sendiri insulin
yang diproduksi sel beta dari pankreas. Pemicunya bisa karena faktor genetik atau serangan
virus. Pada tipe tersebut, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga untuk bertahan
hidup pasien harus diberikan insulin dari luar dengan cara disuntikkan. Biasanya pada
diabetes tipe 1 gejala dan tandanya muncul mendadak.

B. Penyebab Diabetes Mellitus Tipe 1


1.  Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya. Resiko terjadinya diabetes tipe
1 meningkat 3 hingga 5 kali lipat pada individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe
HLA (DR3 atau DR4).
2.  Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Hal ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing. Otoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen atau internal
terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya
tanda-tanda klinis diabetes tipe 1.
3.  Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas. 
C. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan
terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pankreas sebagai
pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin. Akibatnya, insulin
tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Glukosa menjadi menumpuk dalam
peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. Biasanya, diabetes tipe ini
sering terjadi pada anak dan remaja tetapi kadang- kadang juga terjadi pada orang
dewasa, khususnya yang non obesitas dan mereka yang berusia lanjut ketika
hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan
katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi,
glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua stimulus
insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki
katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan
kadar glukosa darah. Diduga diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin
lingkungan yang menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis
merupakan predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang
menyerang antigen sel B pankreas. Faktor ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi
sel B meliputi kerusakan yang disebabkan oleh virus, seperti virus penyakit gondok
(mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh
sitotoksin perusak dan antibodi yang dirilis oleh imunosit yang disensitisasi. Suatu
kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan dengan replikasi atau fungsi sel B
pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B setelah infeksi
virus. Gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan kerentanan terhadap virus
diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang merespon sistem imun
tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi pada pasien sehingga terjadi respon
autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets of Langerhans) sendiri atau yang dikenal
dengan istilah autoregres.

D. Deteksi Dini Diabetes Melitus Tipe 1 Pada Anak


Diabetes Melitus (DM) tipe 1 yang menyerang anak-anak sering tidak
terdiagnosis oleh dokter karena gejala awalnya yang tidak begitu jelas, bahkan hingga
sampai ke gejala lanjut seperti mual, muntah, nyeri perut, sesak nafas, dan koma pun
diagnosis belum bisa ditegakkan. Gejala-gejala tersebut bisa dikatakan umum sehingga
sering disalahartikan sebagai penyakit usus buntu atau infeksi. Padahal kesalahan atau
keterlambatan diagnosis dapat mengakibatkan kematian.
Orangtua sebaiknya segera mengonsultasikan ke dokter spesialis anak dan
melakukan pemeriksaan gula darah atau gula dalam urine bila menjumpai gejala- gejala
berikut pada anak :
1. Sering sekali buang air kecil atau mengompol, karena tubuh berusaha
mengeluarkan glukosa yang berlebihan lewat urine.
2. Banyak minum, untuk mengantikan cairan yang keluar saat buang air kecil. 3.
Mudah lapar, si kecil mengonsumsi banyak makanan, namun tidak diiringi
dengan peningkatan berat badan. Sebaliknya berat badan justru menurun tanpa
sebab yang jelas walaupun porsi makan si kecil lebih banyak dari biasanya.
3. Cepat lelah, karena tubuh tidak dapat menggunakan glukosa untuk energi.
4. Penurunan berat badan. Meskipun anak makan melebihi biasanya, tapi anak-
anak tetap kehilangan berat badannya. Tanpa adanya asupan energi dari gula,
maka jaringan otot dan cadangan lemak akan menyusut. Penurunan berat badan
yang tidak bisa dijelaskan seringkali menjadi gejala pertama yang diperhatikan.
5. Anak menunjukkan perilaku yang tidak biasa. Anak-anak dengan diabetes tipe 1
yang belum terdiagnosis seringkali menjadi mudah marah atau tiba-tiba menjadi
murung dan kesal.
6. Penglihatan yang kabur. Jika gula darah anak terlalu tinggi, maka cairan dapat
ditarik dari lensa mata sehingga mempengaruhi kemampuan anak untuk bisa
fokus dengan jelas.
7. Infeksi jamur. Adanya infeksi jamur pada alat kelamin bisa menjadi tanda
pertama dari diabetes tipe 1 pada anak perempuan.

E. Klasifikasi Diabetes Melitus


1. Diabetes tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) / Diabetes Mellitus
Tergantung Insulin (DMTI).
Disebabkan oleh distruksi sel Beta pulau langerhans akibat proses auto imun dan
idiopatik. Sebagian besar kasus dimulai pada masa kecil dengan gejala
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, kelelahan, rasa haus
dan buang air kecil berlebihan, dan penglihatan kabur. Diabetes tipe 1 juga
dapat didiagnosis pada orang dewasa, meskipun kurang umum. Diabetes tipe 1
membutuhkan terapi insulin.
2. Diabetes tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) /Diabetes
Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI).
Disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa
oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta
tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi
defisiensi insulin, ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin
pada rangsangan glukosa maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan
perangsang sekresi insulin lain, berarti sel beta pankreas mengalami desentisisasi
terhadap glukosa.
3. Diabetes tipe lain.
1) Defek genetic fungsi sel beta:
a. Maturity Onset Diabetes of the young (MODY) 1,2,3
b. DNA mitokondria
2) Defek genetik kerja insulin
3) Penyakit Pancreas
a. Pancreatitis
b. Tumor / Pankreatektomi
c. Pankreatopati fibrokalkulus
4) Endrokinopati :akromegali, sindrom chusing, feokromositoma dan
hipertiroidisme.
5) Karena obat / zat kimia
a. Vacor, pentamidin, asam nikotinat
b. Glukortikoid , hormone tiroid
c. Tiazid, dilantin,interferon alpha dan lain lain.
6) Infeksi :rubella congenital, sito megalovirus.
7) Penyebab imunologi yang jarang : anti body anti insulin.
8) Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan DM ; sindrom down, sindrom
klinefelter, sindrom turner dan lain lain.
4. Diabetes Melitus Gestasional (DMG).
Diabetes yang terjadi pada masa kehamilan, DM ini di anggap dari
peningkatan kebutuhan energi dan kadar estrogen dan hormon pertumbuhan
yang terus menerus tinggi selama kehamilan, hormon estrogen dan pertumbuhan
merangsang pengeluaran insulin dan dapat menyebabkan gambaran
sekresi belebihan insulin seperti DM tipe II.

F. Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus Tipe 1


Diagnosis didapatkan dari anamnesis, gejala klinis, serta data
laboratorium, dengan kriteria data lab: Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai
patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl).

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.

G. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 1


Dalam jangka pendek, penatalaksanaan DM bertujuan untuk
menghilangkan/mengurangi keluhan/gejala DM. Sedangkan untuk tujuan
jangka panjangnya adalah mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan
cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin. Untuk mempermudah
tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk
Akan tetapi, perbedaan utama antara penatalaksanaan DM tipe 1 yang mayoritas
diderita anak dibanding DM tipe 2 adalah kebutuhan mutlak insulin. Terapi DM tipe 1
lebih tertuju pada pemberian injeksi insulin. Pada anak, ada beberapa tujuan khusus
dalam penatalaksanaannya, yaitu diusahakan supaya anak-anak :
1. Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
2. Mengalami perkembangan emosional yang normal
3. Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa darah serendah
mungkin tanpa menimbulkan gejala hipoglikemia
4. Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu berpartisipasi dalam
kegiatan fisik maupun sosial yang ada
5. Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penyandang DM, keluarga, maupun oleh
lingkungan
6. Mampu memberikan tanggung jawab kepada penyandang DM untuk mengurus
dirinya sendiri sesuai dengan taraf usia dan intelegensinya.

Keadaan ideal yang ingin dicapai ialah penyandang DM tipe 1 dalam keadaan
asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam semua kegiatan sosial yang
diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa takut terhadap terjadinya komplikasi.
Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh sebagian besar penyandang DM maupun
keluarganya jika mereka memahami penyakitnya dan prinsip-prinsip penatalaksanaan diabetes.
Untuk mencapai tujuan ini penatalaksanaan dibagi menjadi :

Pemberian insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak dapat memproduksi hormon
insulin. Maka seumur hidupnya pasien harus mendapatkan terapi insulin untuk mengatasi
glukosa darah yang tinggi. Penghentian suntikan akan menimbulkan komplikasi akut dan bisa
fatal akibatnya.
Suntikan insulin untuk pengobatan diabetes dinamakan terapi insulin. Tujuan terapi ini terutama
untuk :

1. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau mendekati normal.
2. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada diabetes. Keberhasilan
terapi insulin juga tergantung terhadap gaya hidup seperti program diet dan olahraga
secara teratur. Sebelum membahas mengenai cara kerjapompa insulin pada pengobatan
diabetes melitus tipe 1, akan dijelaskan mengenai cara kerja dan jenis insulin.

Makanan terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Glukosa terutama bersumber
dari karbohidrat walaupun protein dan lemak juga bisa menaikan glukosa. Karbohidrat dipecah
menjadi glukosa dan masuk ke peredaran darah, dan glukosa darah dapat meningkat. Secara
terus menerus pankreas melepaskan insulin pada saat makan atau tidak. Setelah makan, glukosa
meningkat di dalam peredaran darah dan pengeluaran insulin oleh pankreas juga meningkat.
Tugas pokok insulin adalah mengatur pengangkutan atau masuknya glukosa dari darah ke
dalam sel sehingga glukosa darah bisa turun. Jadi, insulin berperan dalam mengatur kestabilan
glukosa di dalam darah. Insulin juga bekerja di hati. Setelah makan, kadar insulin meningkat dan
membantu penimbunan glukosa di hati. Pada saat tidak makan, insulin turun. Maka hati akan
memecah glikogen menjadi glukosa dan masuk ke darah sehingga glukosa darah dipertahankan
tetap dalam kadar yang normal.
Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses pencernaan sehingga insulin tidak bisa
diberikan melalui tablet atau pil. Satu-satunya jalan pemberian insulin adalah melalui suntikan,
bisa suntikan di bawah kulit (subcutan/sc), suntikan ke dalam otot (intramuscular/im), atau
suntikan ke dalam pembuluh vena (intravena/iv). Ada pula yang dipakai secara terus menerus
dengan pompa (insulin pump/CSII) atau sistem tembak (tekan semprot) ke dalam kulit (insulin
medijector). Enam tipe insulin berdasarkan mulain kerja, puncak, dan lama kerja insulin
tersebut, yakni :

1. Insulin Keja Cepat (Short-acting Insulin)


2. Insulin Kerja Sangat Cepat (Quick-Acting Insulin)
2. Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin)
3. Mixed Insulin
4. Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)
5. Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long Acting Insulin)

Penatalaksanaan diet
Salah satu langkah pertama dalam menangani DM tipe 1 adalah dengan kontrol diet.
Penatalaksanaan diet meliputi edukasi waktu, jumlah, jadwal, atau jenis makanan untuk
mencegah hipoglikemia atau hiperglikemia post prandial. Semua pasien dengan insulin
sebaiknya memiliki perencanaan diet yang baik seperti intake kalori perhari; jumlah
karbohidrat, lemak, dan protein; dan bagaimana membagi kalori antara makan dan snack.
Idealnya, diet tap pasien DM dibuat individual sesuai kebutuhan.

1. Distribusi kalori sangat penting diperhatikan; rekomendasi yang biasa adalah 20% dari
kalori harian untuk sarapan, 35% untuk makan siang, 30% untuk makan malam, dan
15% untuk snack sore.
2. Kebutuhan protein minimum untuk nutrisi yang baik adalah 0,9 g/kg/hari (range = 1-1,5
g/kg/hari) tetapi intake protein harus dikurangi bila ada nefropati.
2. Intake lemak sebaiknya dibatasi hingga 30% atau kurang dari kalori total. Diet rendah
kolesterol direkomendasikan untuk DM.
3. Pasien sebaiknya mengkonsumsi sukrosa dan menambah intake serat. Pada beberapa
kasus, snack pagi dan siang penting untuk mencegah hipoglikemia.

Latihan jasmani
Pasien seharusnya dimotivasi untuk berolahraga teratur. Edukasi pasien tentang bagaimana efek
olahraga terhadap kadar glukosa darah. Jika pasien berolahraga keras atau lebih dari 30
menit, dikhawatirkan kemungkinan hipoglikemia. Untuk mencegah hipoglikemia, mereka di
edukasi untuk menurunkan insulinnya 10-20% atau menambah ekstra snack. Pasien-pasien
ini juga harus dapat mempertahankan status hidrasinya selama olahraga.

Edukasi
Memberikan pendidikan terhadap pasien dan keluarga apabila telah terdiagnosa diabetes
mellitus, diantaranya:
1. Patofisiologi dari hiperglikemi dan hipoglikemi
2. Bagaimana hidup dengan atau tanpa diabetes mellitus
4. Selalu memonitor gula darah
5. Bagaimana mencapai target gula darah

Home monitoring
Pasien dan keluarga melakukan pemantauan secara mandiri untuk mengetahui kadar gula darah,
serta dapat melakukan penatalaksanan sendiri dirumah.

H. Komplikasi
1. Akut.
a. Koma hipoglikemia.
b. Ketoasidosis.
c. Koma hiperosmolar non ketotik.
2. Kronik
a. Makro angiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
b. jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
c. Mikro angiopati, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik,
nefropati.
d. Neuropati diabetik. d. Rentan infeksi.
e. Ganggren.

Anda mungkin juga menyukai