Disusun Oleh:
TOPIK : DM Tipe 1
SASARAN : Orang tua anak T
TEMPAT : Rumah Anak T
PEMATERI : Yogi Yudistira
HARI/TANGGAL : 1 September 2020
WAKTU : 30 menit
I. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat ganguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis pada
pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan
bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka ini terus
bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Diabetes telah
menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta
kematian yang disebabkan oleh diabetes. Hampir 80 persen kematian pasien diabetes
terjadi di negara berpenghasilan rendah-menengah.
Di tengah kondisi itu, perhatian banyak pihak umumnya masih terfokus pada
penderita diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes tak kalah memerlukan
perhatian dan bantuan. Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu
pankreas rusak dan tak lagi mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai
sehingga terjadi defisit absolut insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa
umumnya disebut tipe 2, yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun insulin
sebenarnya tersedia memadai sehingga terjadi defisit relatif insulin.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-data
epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak adalah
pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari semua penderita diabetes,
5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1. Di Indonesia, statistik mengenai
diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan hanya sekitar 2-3 persen dari total
keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak terdiagnosis atau tidak
diketahui sampai si pasien sudah mengalami komplikasi dan meninggal. Biasanya
gejalanya timbul secara mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan koma
apabila tidak segera ditolong dengan suntikan insulin.
World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes jika ada
anak dengan gejala klinis khas, yaitu 3P ( pilifagi, polidipsi dan poliuri ) dan kadar
gula darah (GD) tinggi, di atas 200 mg/dl. GD yang tinggi menyebabkan molekul
gula terdapat di dalam air kencing, yang normalnya tak mengandung gula, sehingga
sejak dulu disebut penyakit kencing manis.
II. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit, diharapkan orang tua anak
T mampu memahami mengenai DM Tipe 1.
VII. MEDIA
a. Leaflet (terlampir)
b. Powerpoint
Keterangan :
= Media
= Penyaji
= Peserta
X. EVALUASI
A. Evaluasi proses
1. Orang tua anak T antusias terhadap materi penyuluhan
2. Orang tua anak T mengajukan pertanyaan.
3. Orang tua anak T menyimak dengan seksama
B. Evaluasi hasil
1. Memahami materi penyuluhan sebanyak 70% dari apa yang telah
disampaikan dengan kriteria mampu menjawab pertanyaan yang akan
diberikan oleh penyuluh.
2. Menjelaskan mengetahui Pengertian diabetes melitus tipe 1
3. Menyebutkan mengetahui Penyebab diabetes mellitus tipe 1
4. Menjelaskan Patofisiologi diabetes melitus tipe 1
5. Menyebutkan Deteksi dini diabetes melitus tipe 1 pada anak
6. Menyebutkan Klasifikasi diabetes melitus
7. Menyebutkan Kriteria diagnostik diabetes melitus tipe 1
8. Menyebutkan Penatalaksanaan diabetes melitus tipe 1
9. Menyebutkan Komplikasi diabetes melitus
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.
Keadaan ideal yang ingin dicapai ialah penyandang DM tipe 1 dalam keadaan
asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam semua kegiatan sosial yang
diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa takut terhadap terjadinya komplikasi.
Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh sebagian besar penyandang DM maupun
keluarganya jika mereka memahami penyakitnya dan prinsip-prinsip penatalaksanaan diabetes.
Untuk mencapai tujuan ini penatalaksanaan dibagi menjadi :
Pemberian insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak dapat memproduksi hormon
insulin. Maka seumur hidupnya pasien harus mendapatkan terapi insulin untuk mengatasi
glukosa darah yang tinggi. Penghentian suntikan akan menimbulkan komplikasi akut dan bisa
fatal akibatnya.
Suntikan insulin untuk pengobatan diabetes dinamakan terapi insulin. Tujuan terapi ini terutama
untuk :
1. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau mendekati normal.
2. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada diabetes. Keberhasilan
terapi insulin juga tergantung terhadap gaya hidup seperti program diet dan olahraga
secara teratur. Sebelum membahas mengenai cara kerjapompa insulin pada pengobatan
diabetes melitus tipe 1, akan dijelaskan mengenai cara kerja dan jenis insulin.
Makanan terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Glukosa terutama bersumber
dari karbohidrat walaupun protein dan lemak juga bisa menaikan glukosa. Karbohidrat dipecah
menjadi glukosa dan masuk ke peredaran darah, dan glukosa darah dapat meningkat. Secara
terus menerus pankreas melepaskan insulin pada saat makan atau tidak. Setelah makan, glukosa
meningkat di dalam peredaran darah dan pengeluaran insulin oleh pankreas juga meningkat.
Tugas pokok insulin adalah mengatur pengangkutan atau masuknya glukosa dari darah ke
dalam sel sehingga glukosa darah bisa turun. Jadi, insulin berperan dalam mengatur kestabilan
glukosa di dalam darah. Insulin juga bekerja di hati. Setelah makan, kadar insulin meningkat dan
membantu penimbunan glukosa di hati. Pada saat tidak makan, insulin turun. Maka hati akan
memecah glikogen menjadi glukosa dan masuk ke darah sehingga glukosa darah dipertahankan
tetap dalam kadar yang normal.
Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses pencernaan sehingga insulin tidak bisa
diberikan melalui tablet atau pil. Satu-satunya jalan pemberian insulin adalah melalui suntikan,
bisa suntikan di bawah kulit (subcutan/sc), suntikan ke dalam otot (intramuscular/im), atau
suntikan ke dalam pembuluh vena (intravena/iv). Ada pula yang dipakai secara terus menerus
dengan pompa (insulin pump/CSII) atau sistem tembak (tekan semprot) ke dalam kulit (insulin
medijector). Enam tipe insulin berdasarkan mulain kerja, puncak, dan lama kerja insulin
tersebut, yakni :
Penatalaksanaan diet
Salah satu langkah pertama dalam menangani DM tipe 1 adalah dengan kontrol diet.
Penatalaksanaan diet meliputi edukasi waktu, jumlah, jadwal, atau jenis makanan untuk
mencegah hipoglikemia atau hiperglikemia post prandial. Semua pasien dengan insulin
sebaiknya memiliki perencanaan diet yang baik seperti intake kalori perhari; jumlah
karbohidrat, lemak, dan protein; dan bagaimana membagi kalori antara makan dan snack.
Idealnya, diet tap pasien DM dibuat individual sesuai kebutuhan.
1. Distribusi kalori sangat penting diperhatikan; rekomendasi yang biasa adalah 20% dari
kalori harian untuk sarapan, 35% untuk makan siang, 30% untuk makan malam, dan
15% untuk snack sore.
2. Kebutuhan protein minimum untuk nutrisi yang baik adalah 0,9 g/kg/hari (range = 1-1,5
g/kg/hari) tetapi intake protein harus dikurangi bila ada nefropati.
2. Intake lemak sebaiknya dibatasi hingga 30% atau kurang dari kalori total. Diet rendah
kolesterol direkomendasikan untuk DM.
3. Pasien sebaiknya mengkonsumsi sukrosa dan menambah intake serat. Pada beberapa
kasus, snack pagi dan siang penting untuk mencegah hipoglikemia.
Latihan jasmani
Pasien seharusnya dimotivasi untuk berolahraga teratur. Edukasi pasien tentang bagaimana efek
olahraga terhadap kadar glukosa darah. Jika pasien berolahraga keras atau lebih dari 30
menit, dikhawatirkan kemungkinan hipoglikemia. Untuk mencegah hipoglikemia, mereka di
edukasi untuk menurunkan insulinnya 10-20% atau menambah ekstra snack. Pasien-pasien
ini juga harus dapat mempertahankan status hidrasinya selama olahraga.
Edukasi
Memberikan pendidikan terhadap pasien dan keluarga apabila telah terdiagnosa diabetes
mellitus, diantaranya:
1. Patofisiologi dari hiperglikemi dan hipoglikemi
2. Bagaimana hidup dengan atau tanpa diabetes mellitus
4. Selalu memonitor gula darah
5. Bagaimana mencapai target gula darah
Home monitoring
Pasien dan keluarga melakukan pemantauan secara mandiri untuk mengetahui kadar gula darah,
serta dapat melakukan penatalaksanan sendiri dirumah.
H. Komplikasi
1. Akut.
a. Koma hipoglikemia.
b. Ketoasidosis.
c. Koma hiperosmolar non ketotik.
2. Kronik
a. Makro angiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
b. jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
c. Mikro angiopati, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik,
nefropati.
d. Neuropati diabetik. d. Rentan infeksi.
e. Ganggren.