Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENTANG

KESEHATAN KERJA DAN PERAN RUMAH SAKIT DALAM


MEMBERIKAN BANTUAN KEPADA SUMBER DAYA
MANUSIA RUMAH SAKIT

RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO


Jl. Soekarno Hatta, Borokulon, Banyuurip,
Purworejo - 54171
Telp. (0275) 2973040, E-mail :
rsudtjokronegoro@purworejokab.go.id
Website : rsutjokronegoro.purworejokab.go.id

2021
BAB I DEFINISI

A. Definisi
Definisi Pelatihan (training) adalah Sebuah proses
sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang / kelompok
sumber daya manusia (SDM) dalam usaha meningkatkan kinerja
organisasi. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan
kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang
dilakukan. Pelatihan (training) juga diartikan proses sistematik
pengubahan perilaku SDM dalam suatu arah guna
meningkatkan tujuan-tujuan organisasional. Pelatihan biasanya
terfokus pada penyediaan bagi para SDM, keahlian-keahlian
khusus atau membantu mereka mengoreksi kelemahan-
kelamahan dalam kinerja mereka.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka
kesimpulan untuk pengertian pelatihan adalah suatu proses
peningkatan kinerja SDM guna mengoreksi kelemahan-
kelemahan dalam kinerja mereka untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasional.

B. Jenis-Jenis Pelatihan
Beberapa pelatihan yang ditemukan di hampir semua rumah
sakit adalah sebagai berikut:
1. Pelatihan Dasar (prajabatan)
Pelatihan Dasar diberikan kepada calon tenaga baru atau
calon anggota organisasi tentang bagaimana melaksanakan
pekerjaan atau tugas-tugas yang akan dilakukannya dalam
jabatan atau pekerjaannya nanti. Pelatihan dasar ini bisa
berlangsung beberapa jam, beberapa hari, beberapa bulan
sampai beberapa tahun. Pelatihan dasar ini tentunya harus
diberikan kepada calon SDM yang sama sekali belum pernah
mendapatkan pelatihan dan belum berpengalaman dalam
pekerjaan tersebut.

2. Pelatihan Penyegaran
Pelatihan penyegaran (refresher course) biasanya diberikan
kepada SDM yang sudah melaksanakan suatu pekerjaan
cukup lama dalam suatu organisasi. Pelatihan yang dianggap
perlu diberikan biasanya karena rumah sakit melakukan dua
perubahan:
a. Perubahan dalam teknologi/peralatan/mesin yang
digunakan sehingga menjadi sesuatu yang baru bagi
karyawan lama. Dalam hal ini SDM (yang masih dilatih)
harus dilatih tentang cara menggunakan peralatan/mesin
tersebut.
b. Perubahan dalam cara kerja/prosedur operasi atau
prosedur produksi

3. Pelatihan Penyembuhan (remedial)


Pelatihan yang bersifat remedial pada dasarnya adalah
pelatihan yang bertujuan menghilangkan kelemahan yang
ditemukan pada karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas
tertentu.

4. Pelatihan “penjenjangan”
Istilah “pelatihan penjenjangan” banyak digunakan oleh
instansi pemerintah dan badan usaha milik Negara. Pelatihan
ini dilaksanakan untuk SDM yang diarahkan dan dicalonkan
untuk menduduki jabatan-jabatan yang lebih tinggi dari pada
jabatannya sekarang.
C. Metode Pelatihan
Yang dimaksud metode pelatihan adalah cara atau teknik
bagaimana sebuah program pelatihan yang telah dirancang
dengan baik dilaksanakan. Metode pelatihan pada dasarnya
dapat dibagi menjadi dua kelompok besar:
1. Metode Informational
Metode ini pada dasarnya bersifat pemberian informasi atau
transmittal yang menggunakan lebih banyak teknik
“komunikasi satu arah” untuk men-transmit informasi kepada
peserta. Termasuk dalam kelompok ini adalah ceramah/
kuliah, penggunaan alat audio visual, Self Directing Learning
(SDL) atau independent study dan programmed instruction.
Dari penjelasan tersebut, terlihat jelas bahwa suasana
pelatihan yang menggunakan metode ini peserta akan lebih
banyak pasif. Metode ini lebih tepat untuk program belajar
sendiri layaknya pendidikan tertulis jarak jauh.
2. Metode Experiental
Dalam metode ini, peserta melakukan interaksi aktif dengan
instruktur. Metode-metode yang masuk dalam metode
experiental antara lain :
a. On The Job Training (OJT)
Pelatihan diberikan oleh atasan langsung karyawan atau
oleh pelatih khusus sambil melaksanakan pekerjaannya.
b. Computers Based Training (CBT)
Dalam metode ini, peserta pelatihan berinteraksi dengan
komputer yang sudah diprogram dengan instruksi-
instruksi tertentu.
c. Equipment Simulator
Para peserta berada dalam linkungan yang dibuat
sedemikian rupa mirip linkungan kerja sebenarnya.
d. Games, Simulasi, Analisis dan Pemecahan studi Kasus,
Main Peran (Role Play)
Teknik-teknik ini biasanya digunakan untuk pelatihan
tingkat manajerial dan supervisor dalam mata pelajaran
manajemen, kepemimpinan, hubungan antarmanusia,
keterampilan menjual dan juga kasus bisnis, pemasaran,
keuangan dan strategi manajemen.

e. Behavior Modelling (Model Perilaku) dan Sensivity Training


(Pelatihan Kepekaan)
Teknik ini banyak dipergunakan untuk pelatihan yang
bertujuan mengubah sikap, persepsi, system nilai, dan
perilaku peserta. Para pakar pelatihan dan instruktur
profesional biasanya menyukai metode experiental karena
dianggap lebih efektif. Metode inilah yang sebenarnya
lebih tepat disebut sebagai pelatihan.
BAB II RUANG LINGKUP

Pendidikan diselenggarakan setiap tahun untuk memastikan


bahwa semua SDM Rumah Sakit pada tiap shift dapat melaksanakan
tanggungjawab mereka secara efektif, materi pendidikan antara lain
meliputi pencegahan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja yang
mungkin timbul bagi pegawai di Rumah Sakit, ergonomi, kedisplinan
penggunaan alat pelindung diri.

Selain SDM Rumah Sakit, sosialisasi diberikan pada pengunjung


dan pendamping pasien mengenai kebakaran dan kedaruratan
bencana. Pengetahuan SDM Rumah Sakit diuji mengenai peran mereka
dalam setiap program keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan
simulasi dan kuesioner. SDM Rumah Sakit dapat menjelaskan
dan/atau menunjukkan peran mereka dalam menanggapi keadaan
darurat atau bencana. Pelatihan, pengujian, dan hasil pengujian
didokumentasikan untuk setiap SDM Rumah Sakit

Program Pendidikan dan Pelatihan SDM rumah sakit dapat


mendatangkan berbagai manfaat bagi rumah sakit dalam jangka waktu
yang panjang yang membantu SDM untuk bertanggungjawab yang
lebih besar pada waktu mendatang. Program-program pelatihan tidak
hanya penting untuk individu, tetapi untuk rumah sakit dan hubungan
manusiawi dalam hubungan kerja. Bagaimanapun juga manusia tidak
berhenti belajar setelah menamatkan sekolahnya (pendidikan formal),
karena belajar merupakan suatu proses seumur hidup. Oleh karena
itu, program pendidikan dan pelatihan tentang kesehatan kerja harus
bersifat kontinyu dan dinamis.
BAB III TATA LAKSANA

Dalam rangka meningkatkan pemahaman, kemampuan dan


keterampilan tentang pelaksanaan K3RS, dilakukan pendidikan dan
pelatihan di bidang K3RS bagi sumber daya manusia di bidang K3RS.
Pelatihan harus sesuai dengan standar kurikulum di bidang K3RS yang
diakreditasi oleh Kementerian Kesehatan.

Pelatihan dapat diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah


daerah, dan/atau lembaga pelatihan yang terakreditasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut
mengenai pendidikan dan pelatihan tercantum dalam lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
Nomor 66 tahun 2016.

Pendidikan dan Pelatihan merupakan suatu kegiatan dalam


rangka meningkatan pemahaman, kemampuan dan ketrampilan pada
anggota/pelaksana unit fungsional K3RS dan seluruh sumber daya
manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien dan pengunjung
tentang peran mereka dalam melaksanakan keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

Peningkatan pemahaman dan kemampuan serta ketrampilan


semua SDM Rumah Sakit dapat dilakukan dalam bentuk sosialisasi,
inhouse trainning, dan workshop, pelatihan terstruktur berkelanjutan
yang terkait keselamatan dan Kesehatan Kerja dan pendidikan formal.

Pelatihan bagi anggota/pelaksana unit fungsional K3RS harus


sesuai dengan standar kurikulum di bidang K3RS yang diterbitkan oleh
Kementerian Kesehatan. Pelatihan dapat diselenggarakan oleh
lembaga/institusi pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat yang terakreditasi, dan program pelatihannya terakreditasi
di bidang kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Jenis Kegiatan dalam pendidikan dan pelatihan sebagai berikut:

a. Pendidikan diselenggarakan setiap tahun untuk memastikan bahwa


semua SDM Rumah Sakit pada tiap shift dapat melaksanakan
tanggungjawab mereka secara efektif, materi pendidikan antara lain
meliputi pencegahan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja
yang mungkin timbul bagi pegawai di Rumah Sakit, ergonomi,
kedisplinan penggunaan alat pelindung diri.

b. Selain SDM Rumah Sakit, sosialisasi diberikan pada pengunjung


dan pendamping pasien mengenai kebakaran dan kedaruratan
bencana.

c. Pengetahuan SDM Rumah Sakit diuji mengenai peran mereka dalam


setiap program keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan simulasi
dan kuesioner. SDM Rumah Sakit dapat menjelaskan dan/atau
menunjukkan peran mereka dalam menanggapi keadaan darurat
atau bencana.

d. Pelatihan, pengujian, dan hasil pengujian didokumentasikan untuk


setiap SDM Rumah Sakit

Tenaga Kesehatan wajib memiliki kompetensi di bidang kedokteran


kerja atau Kesehatan Kerja yang diperoleh melaluipendidikan dan atau
pelatihan Pelatihan di bidang kedokteran kerja ditujukan khusus bagi
dokter yang harus memuat materi mengenal diagnosis Penyakit Akibat
Kerja dan penetapan kelaikan kerja dan program kembali kerja.
Pelatihan di bidang Kesehatan Kerja sebagaimana paling sedikit
meliputi Pelatihan Kesehatan Kerja atau higiene perusahaan
keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pelatihan Kesehatan Kerja atau
higiene perusahaan keselamatan dan Kesehatan dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan pelayanan Pekerja dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Kesehatan Kerja atau hygiene perusahaan keselamatan dan
kesehatan kerja dikecualikan bagi tenaga kesehatan yang telah
memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan formal di
bidang kedokteran kerja atau Kesehatan Kerja. Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dapat berbentuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyediaan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat dilaksanakan melalui kerja sama
dengan pihak lain.
Jika penyelenggaraan Kesehatan Kerja di tempat kerja melakukan
upaya penanganan penyakit dan pemulihan kesehatan maka di tempat
kerja harus tersedia fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IV DOKUMENTASI

1. Pertanyaan pre test, post test, materi inhouse training, dan daftar
hadir tentang kesehatan kerja rumah sakit.
2. Materi sosialisasi pasien mengenai kebakaran dan kedaruratan
bencana.
BAB V PENUTUP

Pendidikan dan Pelatihan tentang Kesehatan Kerja dan peran


rumah sakit dalam memberikan bantuan kepada sumber daya manusia
rumah sakit dilakukan secara sinergis dan terprogram untuk
mendukung agar tercapai keadaan optimal sehingga SDM tenaga kerja
medis maupun non medis rumah sakit dapat menjalankan kinerga
secara maksimal.
Beberapa kegiatan yang termasuk pendidikan dan pelatihan
tentang kesehatan kerja dan peran rumah sakit dalam memberikan
bantuan kepada sumber daya manusia rumah sakit dapat
dilaksanakan dan disesuaikan dengan keadaan di RSUD R.A.A.
Tjokronegoro.

Diharapkan semua kegiatan dapat terlaksana dan tujuan dari


rangkaian kegiatan juga dapat tercapai.
Bila ada hambatan atau kekurangan dari pelaksanaan kegiatan-
kegiatan diharapkan bisa dijadikan evaluasi untuk masukan di
pelaksanaan progtam kegiatan di tahun selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai