Anda di halaman 1dari 2

1.

Menurut Sarafino (1994)

Menurut Sarafino (1994), mendefinisikan sters sebagai suatu kondisi yang muncul ketika
individu berhubungan dengan lingkungannya, individu merasakan ketidaksesuaian antara
tuntutan-tuntutan situasional dengan sumber daya biologis, psikologis, dan social yang
dimilikinya.

Stres dapat dilihat dari tiga sudut pandang yang berbeda, yaitu stress sebgai stimulus,
stress sebagai respon, dan stress sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan. Jika
dipandang dari lingkungan dan hal-hal yang menjadi sumber stress, stress dideskripsikan sebagai
suatu rangsangan atau stimulus.

2. Menurut Sutherland dan Cooper (Smeth, 1994)

Menurut Sutherland dan Cooper (Smeth, 1994) menambahkan bahwa stress sebagai suatu
respon tidak selalu dapat dilihat, hanya akibatnya saja yang dapat dilihat.

3. Menurut Selye (1982 dalam Ali Maskum 2008)

Menurut Selye (1982 dalam Ali Maskum 2008) menyatakan defenisi stress sebagai
respon non spesifik dari tubuh di setiap tuntutan.

4. Menurut Robbins (2001)

Menurut Robbins (2001) menyatakan bahwa stress merupakan suatu kondisi yang
menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan di mana untuk mencapai
kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.

5. Menurut Weinberg dan Gould (2003)

Menurut Weinberg dan Gould (2003) mendefinisikan stress sebagai “a Stubstantial imbalance
between demand (physical and phychological) and response capability, under condition where
failure to meet that demand has importance concequences”. Artinya, ada ketidakseimbanagan
antara tuntutan (fisik dan psikis) dan kemampuan memenuhinya. Gagal dalam memenuhi
kebutuhan tersebut akan berdampak krusial.
6. Menurut Anoraga (dalam Anggraeni, 2003)

Menurut Anoraga (dalam Anggraeni, 2003) berpendapat bahwa stress merupakan


tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun secara mental terhadap suatu perubahan di
lingkungan yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkn dirinya terancam.

Anda mungkin juga menyukai