Anda di halaman 1dari 2

Stressful Life Events

Stressful life events adalah suatu peristiwa bermakna yang berpotensi membuat
seseorang mengalami kondisi stres, sehingga menyebabkan individu mengalami
perubahan aktivitas yang sudah dilakukannya sehari-hari (Dohrenwend, 2006).
Pada penelitian sebelumnya menyatakan bahwa stresful life events menjelaskan
munculnya banyak gangguan psikologis diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa
yang beresiko memunculkan kondisi stres pada individu dan pada penelitian
yang lain juga menyatakan bahwa stresful life events adalah bagaimana
perasaan yang dialami oleh individu terhadap peristiwa-peristiwa yang menjadi
penyebab munculnya stres sehingga dapat mempengaruhi stabilitas
karakteristiknya sehingga memunculkan suatu gangguan pada diri seseorang
tersebut. Stress biasanya terjadi karena proses dimana seseorang dan
lingkungan itu berinteraksi. Perbedaan yang umum adalah antara peristiwa
kehidupan normatif dan nonnormatif. Peristiwa normatif mengacu pada
antisipasi peristiwa kelas tertentu yang secara alami terjadi pada banyak
individu pada waktu tertentu selama hidupnya dan diharapkan, misalnya transisi
sekolah, perkawinan, persalinan, ujian akademik, pensiun,. Sebaliknya,
peristiwa nonnormatif berkaitan dengan peristiwa langka atau tidak terduga,
Pemisahan pernikahan.Hukuman penjara.Kematian anggota keluarga
dekat.Cedera atau penyakitdan kehilangan pekerjaan
.. Seseorang dapat mempersiapkan diri secara umum untuk berbagai macam
potensi bahaya, tetapi dia tidak tahu kapan dan apakah peristiwa semacam itu
akan terjadi.Maka peristiwa peristiwa tersebut dapat berdampak baik atau buruk
bagi seseorang yang melaluinya,jika seseorng mendapat perlakuan yang kurang
baik maka akan menyebabkan trauma atau stress di dalam kehidupannya. Faktor
lain yang harus diperhatikan adalah sistem dukungan sosial. Persepsi,
ketersediaan, dan aktivasi dukungan sosial merupakan faktor utama dalam
mengatasi stres dengan sukses. Wanita cenderung memiliki jaringan yang lebih
besar dan ketat yang memungkinkan mereka untuk mencari dukungan dari
berbagai sumber, sedangkan pria seringkali hanya mengandalkan pasangan
mereka sebagai penyedia dukungan (Schwarzer & Knoll, 2007, 2010).
Pada dasarnya, tiga perspektif luas dapat dipilih ketika mempelajari stres: (a)
berbasis respons, (b) berbasis stimulus, dan (c) proses kognitif-transaksional.
Perspektif Berbasis Respons: Ketegangan Ketika orang berkata, "Saya merasa
sangat tertekan," mereka merujuk pada tanggapan mereka terhadap beberapa
situasi yang merugikan. Fokusnya adalah pada cara organisme mereka
bereaksi. membedakan antara stresor (stimulus) dan stres (respons).
Perspektif Berbasis Stimulus: Stresor Ketika seseorang berkata, "Saya
mengalami stres perkawinan," mereka lebih mengacu pada situasi yang sulit
daripada tanggapan mereka terhadap situasi itu. Perspektif berbasis stimulus
mengambil pendekatan ini, lebih memperhatikan karakteristik tertentu dari
pemicu stres. Dikatakan bahwa setiap episode kritis memiliki tuntutan uniknya,
baik fisik, sosial, peran, atau tugas, yang secara khusus membebani sumber
daya koping individu, sehingga memicu respons stres tertentu
Perspektif Proses Kognitif-Transaksional Teori kognitif-transaksional (Lazarus,
1966, 1991, 2006) mendefinisikan stres sebagai hubungan tertentu antara
orang dan lingkungan yang dinilai oleh orang tersebut sebagai membebani
atau melebihi sumber dayanya dan membahayakan kesejahteraannya. Ada tiga
asumsi metatheoretical: transaksi, proses, dan konteks. Diasumsikan bahwa (a)
stres terjadi sebagai pertemuan khusus antara orang dengan lingkungan,
keduanya memberikan pengaruh timbal balik satu sama lain, (b) stres dapat
berubah terus menerus, dan (c) arti dari suatu hal tertentu. transaksi berasal
dari konteks yang mendasarinya.

Anda mungkin juga menyukai