Anda di halaman 1dari 1

Pendidikan yang dialami anak-anak di daerah terpencil sangat berbeda jauh dengan anak-anak di

perkotaan. Minimnya guru bidang studi, jauhnya jarak rumah ke sekolah, fasilitas sekolah yang kurang
memadai dan mungkin masih banyak masalah yang lainnya.

Namun itu semua tidak mengurangi semangat anak-anak SMP Negeri 1 Tripe Jaya untuk menuntut ilmu.
Demikian sepenggal kisah yang diungkapkan salah satu guru Sarjana Mengajar di daerah terdepan,
terluar, dan tertinggal (SM3T) Rinawati dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang ditempatkan di
Tripe Jaya, Gayo Lues, Aceh.

"SMP Negeri 1 Tripe Jaya tempat saya dan kedua teman saya mengajar yang letak sekolahnya benar-
benar seperti di tengah-tengah hutan, jauh dari pemukiman warga. Setiap hari setelah jam 12.30 siang
suasana benar-benar sunyi dan akan kembali ramai oleh siswa-siswi saat pagi hari. Meskipun sekolahnya
jauh tapi semangat para siswa yang sangat luar biasa membuat saya sangat terharu," papar Rinawati,
seperti dinukil dari situs UNY, Selasa (24/12/2013).

Dia menyebut, anak-anak Trans Payakumer yang sebagian besar adalah penduduk Jawa yang
bertransmigrasi ke Gayo Lues merupakan siswa yang jarak rumah ke sekolah paling jauh. "Mereka harus
menempuh perjalanan menuju sekolah sekira tiga jam lamanya dengan berjalan kaki," kisahnya.

Pagi-pagi setelah Subuh, para siswa tersebut saling menghampiri sesama teman dan bersama-sama
berangkat sekolah melewati jalan yang masih gelap, sepanjang jalan hanya ada pepohonan hutan
belantara. Namun itu semua tidak mematahkan semangat mereka melangkahkan kaki demi menuntut
ilmu.

Menurut alumni Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta
tersebut, minimnya guru merupakan salah satu kendala yang dialami di daerah terpencil di mana satu
guru terkadang harus merangkap dua mata pelajaran. Sehingga para pelajar kurang mendapatkan
pelajaran dengan baik.

"Saya kaget saat semester genap harus mengampu tiga mata pelajaran Biologi, Seni Budaya, dan
Pendidikan Agama Islam. Ditambah lagi memberi siswa kelas 3 SMP dan kelas 3 SMA, total kurang lebih
42 jam per minggu saya mengajar SMP dan SMA," urai Rinawati.

Karena minimnya guru, Rinawati berusaha sebaik mungkin untuk melaksanakan amanah tersebut.
Belajar pada malam hari dan pagi hari disampaikan pada siswa. Terkadang belajar di luar kelas pun
bukanlah masalah bagi anak-anak, tetap semangat belajar menjelang ujian nasional (UN).

https://news.okezone.com/read/2013/12/23/560/916498/demi-ilmu-rela-jalan-kaki-3-jam

Anda mungkin juga menyukai