Anda di halaman 1dari 3

Lamunan Fandi terganggu oleh Gerakan dan suara si Manis.

“Meoong’’ si Manis tiba-tiba bangun dan berlari ke arah dinding. Rupanya si


Manis melihat cecak di dinding.

Cek….cek….cek. Cecak tersebut berbunyi. Cecak itu melihat ada nyamuk


yang terbang di dekatnya. Cecak hanya memperhatikan nyamuk. Nguuung, nyamuk
semakin mendekati cecak dan haap! Cecak berhasil menangkap nyamuk.

Pada Saat yang sama, si Manis pun memperhatikan cecak tersebut. Si Manis
langsung naik ke atas meja dan berusaha menangkap cecak.

“Maniis!”teriak Fandi sambal berusaha menangkap cecak.

“Kreek”cakar si Manis berhasil mengenai cecak.

“Oh, kasihan cecak yang malang. Nyamuk berhasil ditangkapnya. Sekarang ia


yang tertangkap si Manis,”piker Fandi.

O la la, ternyata hanya ekor cecak yang putus. Ekor itu bergerak-gerak
dimain-mainkan si Manis.

“Manis, mengapa kamu nakal? Lihat, ekor cecak itu menjadi putus. Sekarang
ia tidak punya ekor lagi,”kata Fandi.

“Ekor itu tumbuh lagi,” tiba-tiba Ibu sudah duduk di dekat Fandi.

“Oh, Ibu,” kata Fandi setengah kaget.

‘’Apakah ekor Cecak itu akan tumbuh lagi, Bu?” tanya Fandi.

“Ya, Fandi. Cecak itu memutuskan ekornya sendiri. Itulah senjata cecak untuk
menghindari musuh-musuhnya. Kamu melihat cecak tadi. Cecak hanya
memperhatikan nyamuk dan tidak sadar dirinya jadi perhatian si Manis,” kata Ibu
sambal menyelimuti si Manis.
“Akibatnya, saat cecak berhasil menangkap nyamuk, cecak tidak menyadari
dirinya jadi perhatian dan akan diterkam si Manis,” kata Ibu lagi. ”kamu harus
mengambil contoh cecak itu.”

Fandi bingung maksud perkataan Ibu. Ibu kemudian melanjutkan


penjelasannya.

“Kamu berhasil memenangkan pertandingan sepak bola dankamu juga


mencetak gol untuk kesebelasanmu. Kamu hanya ingat Latihan sepak bola, tetapi
kamu lupa belajar sehingga nilai ulanganmu buruk,”” kata Ibu sambal menunjuk
kertas ulangan matematika Fandi.

Fandi terkejut dan malu. Dadanya berdebar kencang. Fandi takut Ibu marah.
Dari mana Ibu mendapatkan kertas ulangan itu. Fandi baru sadar. Kertas ulangannya
ia letakkan di dekatnya. Rupanya kertas itu jatuh dan dilihat Ibu.

“Kamu takut Ayah dan Ibu marah? Ibu hanya ingin berpesan padamu agar
ingat semua tugas dan kewajibanmu. Nilai ulanganmu belakangan ini mengecewakan
semua,” kata Ayah.

“Ayah juga sudah tahu dari Ibu. Nilai ulanganmu selalu mengecewakan
belakangan ini. Nilai itu jangan kamu sesali. Nilai itu akan tetap buruk jika kamu
tetap melupakan belajar,” kata Ayah.

“Ya, sesal sekarang tiada gunanya. Nilaimu dapat baik Kembali jika kamu
mau dan ingat belajar,” pesan Ibu dengan bijaksana.

“Seperti ekor cecak itu, ya, Bu? Ekor cecak yang diputuskan dapat tumbuh
Kembali,” kata Fandi.

Ibu mengangguk.

Fandi lalu memeluk Ibu dan meminta maaf pada Ayah dan Ibu.
Fandi kemudian berjanji untuk selalu ingat pesan Ayah dan Ibu. Namun,
Fandi pun tetap harus menerima hukuman. Sebagai hukumannya, Fandi tidak boleh
Latihan sepak bola selama satu minggu.

Eh, jangan salah duga, ya, teman-teman. Ibu dan Ayah Fandi tidak
menyalahkan sepak bola. Mereka hanya ingin Fandi dapat ingat dan mejalankan
kewajibannya. Kewajiban sebagai seorang pelajar seperti kita juga.

Anda mungkin juga menyukai