Anda di halaman 1dari 22

CRITICAL BOOK REPORT

KEPRIBADIAN
Mata Kuliah : Psikologi Kepribadian
Dosen Pengampu : Yeni Marito,S.Psi,M.Psi.,Psikolog

DISUSUN OLEH :

Nama : IndahPutri Dwiyanti


Nim : 1203351038
Kelas : BK Reguler D

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga Critical
Book Report ini bisa selesai pada waktunya.Terima kasih juga saya ucapkan kepada :
1. Ibu Yeni Marito,S.Psi,M.Psi.,Psikolog
2. Teman-teman sekalian
yang telah membantu dalam pembuatan tugas ini. Saya berharap semoga Critical
Book Report ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari
itu, saya memahami bahwa Critical Book Report ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya Critical Book Report selanjutnya yang lebih baik lagi.

Medan, 21 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang................................................................................1
1.2 Manfaat Critical Book Report........................................................1
1.3 Tujuan Critical Book Report...........................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 BUKU UTAMA KEPRIBADIAN OLEH Howard S. FRIEDMAN dan
MIRIAM W.SCHUSTACK............................................................2
1. Identitas Buku...........................................................................2
2. Ringksan Isi Buku.....................................................................2
BAB III PENILAIAN
3.1 Kekurangan dan Kelebihan Buku Utama.......................................17
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN...............................................................................18
4.2 SARAN...........................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kepribadian merupakan jumlah total kecenderungan bawaan atau herediter


dengan berbagai pengaruh dari lingkungan serta pendidikan, yang membentuk kondisi
kejiwaan seseorang dan mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan.
Kepribadian menurut GW. Allport adalah suatu organisasi yang dinamis dari
sistem psikofisis individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara
khas. Kepribadian juga meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat
diperkirakan pada diri seseorang atau lebih bisa dilihat dari luar, yang digunakan untuk
bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya
itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu, seperti
bagaimana kita bicara, penampilan fisik, dan sebagainya.
Menurut Florence Littauer dalam bukunya yang berjudul Personality Plus,
kepribadian adalah keseluruhan perilaku seorang individu dengan sistem kecenderungan
tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.
1.2 Manfaat Critacal Book Report
Adapun manfaat yang diharapkan tercapai setelah mengkritik buku ini adalah :
A. Bagi penulis.
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian
2. Melatih kemampuan penulis dalam mengkritisi suatu buku.
3. Menumbuhkan pola kreatif dalam membandingkan suatu buku.
B. Bagi Pembaca
1. Menambah wawasan pembaca tentang Psikologi Kepribadian.
2. Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan untuk karya serupa yang lebih
baik dan bermutu.
1.3 Tujuan Critical Book Report

Adapun tujuan dari Critical Book Report ini, yaitu


1. Memperluas Cakrawala Ilmu Pengetahuan tentang Penulisan Karya Ilmiah
2. Mencari dan mengetahui informasi yang terdapat dalam buku.
3. Membandingkan isi buku utama dengan buku pembanding.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 BUKU UTAMA KEPRIBADIAN OLEH Howard S. FRIEDMAN dan


MIRIAM W.SCHUSTACK
I. IDENTITAS BUKU

Judul : Kepribadian
Penulis : Howard S. FRIEDMAN daan MIRIAM W.
SCHUSTACK
Penerbit : PENERBIT ERLANGGA
Kota terbit : JAKARTA
Tahun terbit : 2006
ISBN : 0205439659
Bahasa buku : Bahasa Indonesia

II. RINGKAAN ISI BUKU

Bab 1
Psikolog kepribadian cenderung menghindari pembicaraan filosofis atau religius
yang abstrak, dan lebih berfokus pada pikiran, perasaan, dan perilaku nyata manusia.
Kepribadian umumnya tidak dipelajari dalam konsep- konsep nonpsikologis, seperti
untung dan rugi, jiwa dan roh, atau molekul dan clektromagnet. Kepribadian adalah
cabang dari psikologi.
Psikologi kepribadian dapat didefinisikan sebagai studi ilmiah yang mempelajari
kekuatan-kekuatan psikologis yang membuat masing-masing individu unik. Untuk lebih
jelasnya, kita bisa mengatakan bahwa kepribadian mempunyai delapan aspek kunci,
yang secara keseluruhan membantu kita memahami inti dari kompleksitas individual.
Pertama, individu dipengaruhi oleh aspek ketidaksadaran, dorongan- dorongan yang
tidak setiap saat muncul dalam alam sadar. Sebagai contoh, kita mungkin mengatakan
atau melakukan hal-hal sama seperti yang dikatakan atau dilakukan orang tua kita
terhadap kita sendiri, tanpa sadar bahwa kita didorong oleh keinginan untuk serupa
dengan orang tua kita. Kedua, individu dipengaruhi olch kekuatan ego yang
memberikan rasa identitas atau "diri (self)". Ketiga, seorang individu adalah makhluk
biologis, dengan hakikat genetik, fisik, fisiologis, dan temperamental yang unik. Spesies
manusia telah berkembang Kepribadian selama jutaan tahun, tapi masing-masing dari
kita adalah sistem biologis yang unik. Keempat, setiap orang dikondisikan dan dibentuk
oleh pengalaman dan lingkungan di sekitar diri mereka masing-masing. Artinya,
lingkungan terkadang melatih kita untuk berespons dengan cara tertentu, dan kita
tinggal dalam budaya yang berbeda-beda. Budaya adalah aspek kunci dari identitas diri
kita. Kelima, setiap orang memiliki sebuah dimensi kognitifberpikir mengenai dunia di
sekitar mercka dan secara aktif mencoba mengartikannya. Orang-orang berbeda akan
mengartikan kejadian-kejadian di sekitar mereka dengan cara-cara yang berbeda pula.
Keenam, seorang individu merupakan suatu kumpulan trait, kemampuan, dan
kecenderungan yang spesifik. Tidak dapat disangkal bahwa masing- masing dari kita
mempunyai kemampuan dan keinginan tersendiri. Ketujuh, manusia memiliki dimensi
spiritual dalam hidup mereka, yang memungkinkan dan mendorong mereka untuk
mempertanyakan arti keberadaan mereka. Orang lebih dari sekadar robot yang
diprogram oleh komputer. Mereka mencari kebahagiaan dan pemenuhan diri.
Kedelapan, dan yang terakhir, hakikat dari adalah senantiasa berinteraksi dengan
lingkungannya. Kepribadian dan lmu Pengetahuan Psikolog kepribadian modern
memiliki sifat ilmiah dalam arti bahwa mereka mencoba menggunakan metode
pengambilan kesimpulan yang ilmiah (menggunakan data yang dikumpulkan secara
sistematis) untuk menguji teori. Seseorang mungkin mampu mempelajari banyak hal
tentang kepribadian dengan memperhatikan Raskolnikov dalam novel Dostoyevsky,
Crime and Punishment, atau dengan melihat Hamlet dalam festival Shakespeare.
Bahkan, pernah ada yang menyatakan bahwa Shakespeare menciptakan "kepribadian"
yang kita kenal sekarang (Bloom, 1998). Namun, pandangan semacam itu tidaklah
ilmiah sampai pandangan tersebur dapat diuji dengan metode yang sistematis dan valid.
Seperti yang akan kita lihat, metode ilmiah telah memberikan gagasan mengenai
kepribadian yang tidak pernah dikemukakan oleh novelis atau filsuf lain.

Bab 2 Mengukur Kepribadian


Ketika kita diminta menyebutkan nama-nama pemimpin yang besar karismanya,
orang biasanya akan menyebut nama seperti John E Kennedy, Martin Luther King Jr.,
Ronald Reagan, Mahatma Gandhi, Franklin Roosevelt, Winston Churchill, dan Malcolm
X. Para pemimpin ini dapat menarik dan menggerakkan banyak pengikut. Namun setiap
hari kita juga bertemu orang-orang yang menunjukkan sejenis karisma pribadi-orang-
orang yang atraktif, berpengaruh, ekspresif, dan biasanya menjadi pusat perhatian.
Bahkan, dalam kelas seminar atau kelompok kecil lainnya, biasanya ada konsensus
yang cukup kuat antar anggotanya mengenai siapa di antara mereka yang paling
berkarisma. Bagaimana kita bisa mengetahui apakah seseorang benar-benar ekspresif
dan cenderung menjadi pemimpin yang berpengaruh dan emosional dalam kekompok?
Bagaimana kita bisa mengenali orang orang semacam ini, schingga kira bisa
mempelajari lebih rinci tentang karisma, dalam konteks orang-orang berkarisma itu
sendiri maupun proses pengaruh sosialnya? Dapatkah kita membuat tes karisma yang
sederhana? Salah satu pengukuran karisma pribadi sederhana disebut Tes Komunikasi
Afekrif (Affective Communication Test) atau ACT (Friedman dkk., 1980).
Sebagai contoh, apakah ACT benar-benar mengukur karisma pribadi, atau
apakah ia mungkin mengukur kecenderungan seseorang untuk bersahabat atau
menyayangi? Validitas konstruk dapat diketahui dengan cara melihat apakah asesmen
memperkirakan perilaku dan reaksi yang diramalkan (secara reoretis) oleh konstruknya.
Orang-orang karismatik seharusnya melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar
mendapat nilai tinggi pada pengukuran tertulis. Mereka scharusnya terlibat dalam
aktivitas karismatik tertentu, dan mereka seharusnya menunjukkan pola respons tertentu
pada pengukuran lain. Contohnya, mereka seharusnya lebih ekstrovert alih-alih
introvert. Validasi konstruk adalah sebuah proses yang terus berlangsung dan harus
menunjukkan bahwa (1) hasil asesmennya terkait dengan variabel yang seharusnya
terkait secara teoretis-ini disebut validasi konvergen (convergent validation); dan (2)
hasil asesmennya tidak terkait dengan variabel yang seharusnya tidak terkait-ini disebut
validasi diskriminan (discriminant alidation) (Campbell & Fiske, 1959). Jika ACT
berkorelasi dengan skala ekstroversi (seperti yang scharusnya), itu adalah bukti adanya
validitas konvergen. Jika ACT berkorelasi dengan kecerdasan (seperti yang seharusnya
tidak terjadi), itu adalah bukti kurang adanya validitas diskriminan.

Bab 3 Konsep-Konsep Dasar Psikoanalisis


Pada talun 1885, Freud pergi ke Paris untuk belajar pada scorang neuropatolog
terkenal, I.M. Charcot. Pada saat itu, Charcot sedang mempelajari masalah histeria
(Irysteria). Meskipun histeria tidak begitu umum pada masa kini, gangguan tersebut
cukup menjadi masalah pada masa itu. Cukup tepat unnuk mengatakan bahwa histeria
adalah penyakit yang populer. Banyak orang, teutama wanita muda, mengalami
berbagai benruk kelumpuhan tanpa penyebab organis apapun. Terkadang, hampir seperti
mukjizat, mereka bisa disembuhkan melalui pengaruh sosial dan psikologis. Sebagai
contoh, Charcot dan Pierre Janet (Janet, 1907) menggunakan hipnosis (bypnoris) untuk
menyembuhkan histeria. Ide di balik rerapi tersebut adalah bahwa, tanpa sepengetahuan
pasien, adalah adanya kekuatan psikologis di dalam pikiran yang menyebabkan
dideritanya penyakit fisik. Dengan melegakan ketegangan psikologis di dalam diri,
tubuh huar bisa terbebaskan.
• Ketidaksadaran dan Teknik Terapi Pada awalnya Freud juga menggunakan
hipnosis, namun akhimya ia menganggap hipnosis tidaklah efektif pada banyak
pasiennya. Kemudian Frend, rerpengaruh olch sesama dokter dan fisiolog, Josef Breuer,
mulai melakukan eksperimen, beralih dari hipnosis dan bentuk sugesti intensif lainnya
ke teknik asosiasi bebas (free association)-asosiasi ide-ide dan perasaan yang muncul
secara spontan; dan akhirnya ia mengalihkan perhatiannya ke mimpi (Breuer & Freud,
1957).
• Struktur Pikiran Semua teori kepribadian menyepakati bahwa manusia, seperti
binatang lain, dilahirkan dengan sejumlah insting dan motivasi. Insting yang paling
dasar ialah tangisan. Anak yang baru lahir akan menangis sebagai bentuk respons
terhadap stimulasi yang menyakitkan dan akan menyusu sampai mereka terpuaskan.
Ketika lahir, kekuatan motivasi dalam diri tentunya belum dipengaruhi oleh dunia luar.
Kekuatan ini bersifat mendasar dan individual. Freud menyebut inti kepribadian yang
belum tercemar ini sebagai id. Id berisikan motivasi dan energi psikis dasar, yang sering
discbut sebagai insting atau impuls. Id bekerja berdasarkan tuntutan prinsip kesenangan
(pleasure principle). Maksudnya, id bertujuan hanya untuk memuaskan hasratnya dan
dengan itu mengurangi ketegangan dalam diri. Struktur kepribadian yang berkembang
untuk menghadapi dunia nyata disebut Freud sebagai ego, atau secara harfiah, "Aku."
Ego berjalan berdasarkan prinsip kenyataan (reality principle), ia harus memecahkan
masalah- masalah yang nyata. Ia tidak akan mendapatkan payudara atau pelukan hanya
dengan mengharapkannya. Sescorang harus membuat rencana dan melakukan tindakan,
yang dibatasi oleh dunia nyata. Itulah sebabnya bayi segera belajar untuk mengeraskan
tangisan untuk memanggil ibu mereka.
Freud melihat dunia psikokogis sebagai suatu rangkaian ketegangan yang
saling bertentangan, seperti ketegangan antara ke-diri-an dan masyarakat, serta
ketegangan dalam diri yang benusaha untuk dilepaskan. Yang mendasari ketegangan-
ketegangan ini, menurut Freud, adalah energi seksual, atau libido. Energi psikis ini
menjadi dasar dorongan atau motivasi. Sebelum Freud berusaha menempatkan
seksualitas ke dalam kerangka kerja ilmah, dorongan seksnal dan perilaku seksual di
luar nikah tidak diangggap sehat atau normal. Freud, scbagai ilmuwan dan hukan
sebagai moralis arau hakim, mencoba untuk menemukan alasan mengapa energi seksual
dapar diarahkan ke begitu banyak cara yaitu:
• Tahap Oral Bayi terdorong untuk memuaskan nafsu lapar dan dahaga
mereka, dan mercka. beralih ke payudara ibu atau butol susu unruk dapat memenuhi
nafsu ini, begitu juga dengan rasa aman dan kesenangan yang diperoleh dari
pengasuhan. Menurut teori psikoanalisis, bayi-bayi semacam itu tetap sangat ingin
diasuh dan dirawat ibunya, dan menjaga mulut mereka tetap penuh dengan zat-zat yang
mereka inginkan, Secara tekhis, mereka dikatakan telah terfiksasi pada tahap oral (oral
stage). Sebagai orang dewasa, mereka dapat memperoleh kepuasan dari menggigit,
mengunyah, mengisap permen, makanan, atau merokok. Mereka memperoleh kepuasan
psikologi yang sama dari berbicara, dekat (mungkin terlalu dekat) dengan orang lain,
dan terus menerus mencari pengetahuan. Penelitian modern menckankan pentingnya
rasa aman awal ini.
• Tahap Anal Fika seseorang pada masa ini dikatakan memulai tipe karakter
anal, hal ina mungkin dilihat sebagai sebuah hinan seu lubel pekd preuler Ini karena
konteks dan esensi ide Freud yang telah bamyak hilang. Feed menggunakan sebuah
peristiwa yang penting pada masa kanak kanak awal sebagai penjelanan mengenai pola
pola mendalam yang mendasari kepribadian di maa dewasa Semua anak beruia sut
tahun di budaya Barat menggumakan popok, namun hampir sema anak bera tiga tahun
menggunakan toilet.
• Tahap Phallic Sekitar umur empat tahun, anak memasuki tahap phallic (phallic
stage), di mana energi seksual dipusatkan pada alat kelamin, Anak anak dapat
mengeksplorasi alat kelamin mereka dan melakukan mensturbasi, namun mensturbasi
secara terbuka tidak diterima secara sosial. Pada banyak keluarga, masturbasi secara
sembunyi-sembunyi juga dilarang oleh para orang tua, yang mungkin mengancam anak-
anak mereka dengan hukuman berat. Pada tahap ini, anak-anak juga memusatkan diri
pada perbedaan antara pria dan wanita. Pada umur enam tahun, sebagian besar anak
mempunyai identitas gender yang cukup mantap. Yang menjadi pusat pada masa ini
adalah teori Freud mengenai Ocdipus-kompleks.

Bab 4 Carl G. Jung dan Ke-"diri"-an


Carl Gustav Jung lahir pada Juli 1875 di Kesswil, Swiss. la tumbuh dalam
keluarga yang religius; ayahnya, Pendeta Paul Jung, adalah seorang pendeta negara, dan
ibunya, Emilie, adalah anak dari seorang pendeta. Teori kepribadian yang dikemukakan
oleh Jung bersifat unik, dan akarnya dapat ditelusuri hingga ke pemikiran dan
pengalaman masa kecilnya. Secara khusus, terdapat dua tema pokok yang mencolok
mengenai keyakinan masa kecil Jung, tema-tema ini nantinya menjadi dasar dari teori
kepribadian yang diajukannya. Tema yang pertama adalah keyakinannya bahwa pada
kenyataannya ia memiliki dua kepribadian yang berbeda: (1) ia adalah anak seperti yang
orang lain anggap dan (2) ia adalah seorang pria yang terpelajar dan bijaksana dari abad
lalu. Jung adalah anak yang introvert dan lebih suka menarik diri, yang sering
menghabiskan waktunya dengan bermain sendiri dan merenung. la sering duduk di
sebuah batu besar di kebunnya dan memfokuskan dirinya pada dua ide: ia adalah sebuah
baru yang diduduki oleh seorang anak laki-laki. Kemampuannya untuk scorang anak
laki-laki yang sedang duduk di atas sebuah batu dan ia adalah sebuah batu yang
diduduki oleh seorang anak laki-laki.
Pada tahun 1993, Jaksa Agung Amerika Serikat mengulas tentang
pentingnya mendukung dan membela hak-hak anak, ia menyatakan bahwa "sangatlah
terlambat untuk membantu para anak putus sekolah pada saat mereka berusia 12 atau 13
tahun-mereka sudah membentuk kompleks inferioritas" (Liu dan Cohen, 1993, hal. 42).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Carl Jung-lah yang menceruskan ide
mengenai kompleks, namun kompleks inferioritas adalah sumbangan dari Alfred Adler.
Dilahirkan di Wina pada Februari 1870, Alfred Adler merupakan anak yang lemah, dan
sesungguhnya ia sudah beberapa kali nyaris meninggal. la menderita rakitis, yang
membuatnya hanya mampu sebatas melihat teman-temannya bermain. Sampai ia
berusia lima tahun, ia mengidap sejenis pneumonia dan dokter keluarga mereka sudah
merasa tidak mampu menyembuhkannya (untungnya, orang tua Adler mencari opini
kedua). Ia pernah tertabrak di jalanan, tidak hanya sekali, tetapi dua kalitrauma ini
begitu hebatnya hingga membuat Adler kehilangan kesadarannya (Orgler, 1963).
Percumbuannya dengan kematian dan pengetahuannya akan kerapuhan tubuhnya itu
membuat Adler merasa tidak berdaya dan ketakutan. la memutuskan menjadi dokter
karena ingin belajar mengalahkan kematian. Adler menempuh studi kedokterannya di
University of Vienna (Freud mengajar di universitas yang sama saat Adler menjadi
mahasiswa, namun saar itu secara kebetulan kedua orang ini tidak pernah bertemu),
lulus pada tahun 1895 dan memulai prakteknya sendiri tidak lama kemudian. la
menikah dua tahun kemudian dengan Raissa Epstein; dua dari empat anaknya kemudian
juga menjadi psikolog.
Adler merupakan salah satu orang yang diundang untuk menghadiri beberapa
seminar kecil lepas yang diadakan oleh Freud. Walaupun pandangannya berbeda dengan
psikoanalis aliran Freud, Adler tetap menjadi anggota dari kelompok tersebur selama
beberapa tahun. Akan tetapi, pada tahun 1911, perselisihan antara Freud dan Adler
memuncak dan menjadi intens; Adler mengundurkan diri dari posisinya scbagai
presiden Vienna Pychoanalytic Society (sebagaimana kelompok ini diberi nama) dan
mengakhiri semua hubungannya dengan kelompok mi. Perdebatan tersebut, yang
didominasi olch Freud dan anggota lainnya, membantu Adler mempertimbangkan teori
kepribadiannya sendiri. yang dinamakan Society for Free Pychoanalysis (nantinya
berubah menjadi Socien for Individual Pychology). Salah satu perbedaan utama antara
pandangan Adler dengan Freud adalah penekanan mengenai asal motivasi. Bagi Freud,
motivator utama adalah kesenangan (Ingatlah bahwa id dijalankan atas dasar prinsip
kesenangan) dan seksualitas. Basi Adler, motivasi manusia jauh lebih kompleks
daripada itu.
Psikologi Individual (Individual Psychology) karena ia sangat percaya pada
motivasi unik yang dimiliki oleh tiap individu dan pada pentingnya tempat yang
dipersepsikan masing-masing individu dalam masyarakat. Seperti Jung, Adler dengan
tegas menyatakan pentingnya aspek teleologi, atau berorientasi pada tujuan, pada
manusia. Perbedaan utama lain yang juga berhubungan dengan filosofinya adalah
bahwa Adler, yang lebih peduli dengan kondisi sosial dibanding Freud, melihat
pentingnya tindakan preventif untuk mencegah terjadinya gangguan kepribadian.

Bab 5 Efek Genetis Langsung


Menurut Darwin, kita tidak diciptakan dari cis Than kita adalah sepuapu dari
para simpanse dan kera. emikiran ini ngla schingga Darwin harus berusaha lebsh keras
dengan memberikan adanya kemiripan tulang, saraf, dan otor antara manusia dan
primats. Setiap orang berbeda sata sama Beberapa karakteristik yang membedakan
tersebut membawa individu u bertahan hidup-untuk bereproduksi dan mewariskan gen
ke kenurunan Proses yang memunculkan karakteristik adaptif individu dari generasi ke
generan dikenal dengan istilah seleksi alam (natural selection). Sebagai contoh, dalam
lingkungan yang penuh akan pemangsa ini, hanya individu-individu yang beut kuat,
cepat, pintar, atau mampu mengatur pertahanan dirinya sajalah yang lebih mampu
bertahan hidup Perbedaan individual dilihat entah sebagai akibat dari alternatif strategi
adaptasi, atau dari variasi acak, namun tetaplah sulit untuk menentukan penyebab
sebenarnya. Walaupun begitu, jelas bahwa banyak kecenderungan individu yang kira
miliki telah "mendarah daging" atau, lebih tepatya, telah tertanam dalam urepaquad
serquru dues yepeslurund nqrpauau xnrgaa neie Isesurituo gen kita.
Penelitian longinudinal dalam bidang perkembangan yang dimulai sejak tahun
1920-an mengatakan bahwa setidaknya scbagian dari hal terscbut akan tetap ada sampai
anak dewasa. Dalam tingkatan fisiologis, manusia menampilkan respons sistem Iuis p
(aatenadus berbeda-beda terhadap stimulus-stimulus yang tidak menyenangkan, dan
pola respons individu ini juga tidak berubah seiring berlalunya waktu (Kagan dan Moss,
1962; Kagan, Snidman, dan Arcus, 1995; lihat juga Conley, 1984; Goldsmith, 1989).
(Lihat kotak Memahami Diri Anda Sendiri di halaman Sura (821 • Aktivitas,
Emosionalitas, Sosiabilitas, Impulsivitas Temperamen dapar dilihat dengan mudah pada
binatang lainnya. Seperti kita ketahui, binatang-binatang seperti anjing dan ayam jantan
dapat dilarih untuk henjadi binatang yang galak dan agresif, atau menjadi binatang yang
lebih jinak lebih kooperatif. Akan tetapi, dalam ranah manusia, psikolog dan konselor
Kadang dikejutkan dengan kenyataan bahwa yang disebut dengan anak-anak yang
bermasalah, seperti remaja yang agresif dan hiperaktif, kadang justru berasal kertiarga
yang sangat stabil, keluarga vang hangat; schingga orang tua mereka mengeluhkan
(kadang benar) anak mereka terlahir seperti itu.

Bab 6 Kondisioning Klasik akan Kepribadian


Salah satu dasar filosofi dari pendekatan pembelajaran terhadap kepribadian
diberikan oleh filsuf Inggris, John Locke (1632-1704). Locke memanda seorang anak
sebagai sebuah papan kosong-tabula rasa-di mana pengalam pengalaman hidup akan
dituliskan. Asumsi ini tidak mengabaikan pendek kepribadian lainnya, namun asumsi
ini benar-benar memberikan pengaruh ya besar. Akan tetapi, seperti yang diketahui oleh
semua mahasiswa psikologi, ada fisiolog Rusia, Ivan Petrovitch Pavlov (1849-1936),
yang memberikan dasar bug pendekatan pembelajaran modern.
Mengondisikan Respons terhadap Stimulus Dengan mempelajari proses
pencernaan pada anjing, Pavlov menemukan prinsip penting yang disebut kondisioning
klasik (classical conditioning). Ia memberikam seekor anjing sepiring makanan
(stimulus tidak terkondisi), yang menyebabka anjing tersebut mengeluarkan air liur
(respons otomatis, atau respons tic terkondisi). Pada saat yang bersamaan, ia
memasangkan stimulus tidak terkonkondisi air liur, seperti bunyi bel (stimulus netral).
Paviov kemudian menemukan balwa jika ia memasangkan makanan yang ia berikan
dengan bunyi bel selama beberapa kali, pada akhimya bunyi bel inu sendiri akan
membuat anjing tersebut berliur, di sini, stimulus terkondisi (bunyi bel) memancing
munculnya respons terkondist (keluarnya air liur). Serupa dengan hal tersecbut, orang
juga dapat dikondisikan untuk mengeluarkan air liur sebagai respons terhadap bunyi
lonceng. Tentu saja, dalam keadaan normal, bunyi bel tidak akan mampu memancing
keluarnya air liur, namun anjing dan manusia dapat mempelajari (dapat dikondisikan
untuk membuat) asosiasi otomatis. urumpluu Budor uegeqaiuuu urye yepa záteuou Suni
nurnsas uršuap Pavlov juga mencatat bahwa respons terkondisi juga akan muncul
sebagai respons terhadap stimulus yang mirip dengan stimulus terkondisi, dan
mengindikasikan terjadinya generalisasi stimulus (rtimulus generalisation) dalam proses
kondistoning. Akan tetapi, respons terkondisi tidak akan muncul untuk semua stimulus
yang mirip, dan ini menunjukkan bahwa hewan juga dapat belajar untuk membedakan
stimulus yang berbeda; hal ini disebut sebagai diskriminasi stimulus (stimsulus
discrimination). Bila makanan dipasangkan dengan satu bunyi nada bel dan tidak
dipasangkan dengan bunyi nada bel lain yang berbeda, organisme akan dapat
membedakan bunvi nada yang pertama dengan bunyi nada kedua, dan respons
terkondisi hanya akan muncul sebagai respons terhadap bunyi nada yang bersangkutan.
Jika dianalogikan, anak laki-laki yang disengar lebah dan digigir nyamuk mungkin akan
memiliki rasa takur (terkondisi unnuk bereaksi) terhadap dengungan semua serangga
(generalisasi).
Banyak pola reaksi perilaku dapat dijelaskan dengan kondisioning klasik.
Stimulus Tnetral yang dihubungkan dengan munculnya sesuatu yang menyenangkan
dan positif akan menjadi stimulus yang "disukai", namun munculnya kejadian atau
konsekuensi yang diasosiasikan dengan respons negatif menjadi stimulus yang "tidak
disukai" (atau bahkan lebih buruk). Sebagai contoh, seorang mahasiswa mungkin
belajar mengasosiasikan minum-minum pada saat pesta dengan diperolehnya waktu
bersosialisasi dan waktu vang menyenangkan bersama teman-teman. Di sisi lain, wanita
yang diperkosa dalam sebuah pesta mungkin akan mengembangkan "kepribadian" yang
takut akan situasi sosial yang melibatkan alkohol.

Bab 7 Akar Pendekatan Kognitif


Walaupun para filsuf sudah lama tertarik dengan sifat dan karakteristik
pikiran manusia, psikologi kognitif baru dimulai secara serius setelah teori evolusi
Charles Darwin memperluas pandangan tentang asal-muasal manusia; artinya, setelah
pikiran manusia dipandang dalam konteks biologis, ilmuwan dapat mulai mempelajari
bagaimana proses berpikir dapat berubah seiring dengan berkembangnya manusia, dapat
dipengaruhi oleh situasi-situasi yang berbeda, dan dibentuk oleh budaya. (Hal ini
menarik untuk diperhatikan. Penjelasan yang baru saja diberikan merupakan contoh
kognitif; ilmuwan tidak dapat bertindak sebagai peneliti psikologi sampai mereka dapat
berpikir dengan cara tertentu.)
• Akar Psikologi Gestalt
Psikologi Gestalt merupakan gerakan intelektual yang dimulai di Jerman
sebelum wal abad ke-20. Gerakan tersebut sangat berpengaruh di Jerman pada tahun
1920 dan masuk ke Amerika pada tahun 1930 ketika para advokat terkenal di Jerman
melarikan diri dari fasisme. Ada 3 prinsip penting dalam teori Gestalt, yaitu: (1)
manusia mencari makna di dalam lingkungannva, (2) manusia mengorganisasikan
sensasi yang mereka terima dari lingkungan menjadi persepsi yang bermakna, dan (3)
stimulus yang kompleks tidak dapat direduksi menjadi bagian-bagian dari saru
kesatuan. Gestalt dalam bahasa Jerman berarti pola atau konfigurasi. Teori Gestalt
memandang bahwa konfigurasi dari stimulus yang kompleks adalah inti dar stimulus itu
sendiri (Kohler, 1947).
• Teori Ruang dari Kurt Lewin
Kurt Lewin adalah penganut Gestalt, tetapi tidak seperti penganur Gestalt
lainnya, ia memfokuskan pekerjaannya di bidang psikologi sosial dan kepribadian alih-
alih dalam konteks persepsi dan pemecahan masalah. Lewin menciptakan teori ruang
(field theory) pada tahun 1935. Konsepnya mengenai “ruang" dapat dilihat sebagai
ruang dalam konteks vektor-vektor matematis atau sebagai ruang kchidupan. Teon ini
berfokus pada ruang hidup semua dorongan internal dan eksternal yang berperan pada
individu-dan hubungan struktural antara manusia dan lingkungan. Sebagai contoh,
kchidupan keluarga sescorang mungkin menjadi salah satu area dalam ruang hidup,
sedangkan agama terletak di sisi lainnya. Untuk sebagian orang, ruang-ruang tersebut
terpisah secara jelas, dengan batasan-batasan yang menjaga isu-isu dan perasaan dari
tiap area sepenuhnya saling terpisah. Sedangkan sebagian orang lainnya memiliki
keterbukaan yang lebih besar terhadap batasan- batasan tersebut sehingga area hidup
yang lain memiliki pengaruh lebih besar satu sama lainnya. Definisi Lewin mengenai
kepribadian berfokus pada kondisi sesaat individu- pemikiran mengenai penyebab
kontemporer (comtemporancous causation). Karena teori Lewin berfokus pada apa yang
terjadi dalam pikiran seseorang pada setiap saat, teorinya bisa dianggap didasarkan pada
aliran kognitif, walaupun pada saat bersamaan memberikan perhatian pada situasi juga
meletakkannya sebagai teori interaksionisme.

Bab 8 Sejarah Pendekatan Trait


penulis cerita menggambarkan seseorang dengan meng- gunakan kata sifar.
Kitab Kejadian, contohnya, menceritakan kepads kita hahws adalah orang "mulia" yang
berjalan di sisi Tuhan. Deskripsi mengenai pris baik sering diilustrasikan melalui cerita
tentang kebaikan mercka, tetapi mair yang sendiri diasumsikan sebagai karakteristik
Pendekatan sistematis pertama yang menganalisis tentang trait muncul pada masa
Yunani Kuno. Hipokrates menggambarkan temperamen manusia ke dalam istilah yang
discbut humor-sanguine (darah), melankolis (empedu hitam), koleris (empedu kuning),
dan plegmatis (lendir). Humor yang dominan-jumlah salah satu cairan tubuh-scharusnya
menentukan pola reaksi umum. Orang sanguine cenderung optimis dan ceria, orang
yang melankolis cenderung sedih dan depresif, orang yang koleris cenderung pemarah,
dan orang yang plegmatis cenderung lambat dan suram. Walaupun pemikiran ini tidak
memiliki dasar biologis, teori humor dapat dengan baik menggambarkan pola reaksi
dasar. Pandangan tentang teori humor terus bertahan sampai kembali bangkitnya bidang
biologi di abad yang stabil. ke-17. Selain temperamen, deskripsi karakter juga dimulai
pada masa Yunani Kuno. "Penurious Man" terkenal yang Teofrastus ciptakan, yang
muncul lebih dari dua ribu tahun yang lalu, membagi tempat duduk makan malam di
restoran berdasarkan apa yang orang makan. Ia menawar dan pelit terhadap tamunya. la
akan memindahkan semua barang yang ada di rumah untuk mencari uang satu sen, dan
sebagainya Orang seperti itu mudah untuk dikenali. Pada abad ke-20, dua ribu tahun
kemudian, komedian Jack Benny memiliki karier yang sukses dengan meninru orang
yang kikir seperti itu. Pendekatan trait terhadap kepribadian mencoba melihat konsep
seperti itu dalam kepribadian secara reliabel dan valid melalui alat yang sistematis dan
ilmiah. Pada abad ke-19, Charles Darwin mengajukan konsep tentang sumber dan
penyebab munculnya keanckaragaman manusia. Setan dan roh digantikan oleh mutasi
dan seleksi alam, dan perbedaan individual menjadi topik utama studi ilmiah.
Konsistensi dapat dilihat dari karakteristik psikobiologis manusia. Sejak Freud mulai
melihat sisi ketidaksadaran, motivasi manusia dan perbedaan dalam perkembangan
individu diangkat menjadi topik utama. Kemudian, usaha Francis Galton (1907) untuk
mengukur kemampuan manusia menghasilkan tes inteligensi dan tes keterampilan
lainnya. Terakhir, perkembangan teknik statistik modern, yang menyediakan dasar
kuantitatif untuk studi mengenai trait, berjalan dengan baik.
• Carl Jung (yang karyanya membahas tentang aspek neo-analisis dari
kepribadian dibahas dalam Bab 4) membantu munculya pendekatan mait Jung mulai
memberikan pengaruh penting pada teori trait saat ia mengunakan istilah ekstroversi
dan introversi dalam teori kepribadian (Jung, 1921/1967). Memurue Jung, ekstroversi
terkait dengan orientasi terhadap hal di luar diri seseorang, sedangkan introversi
merujuk pada kecenderungan berfokus pada pikiran dan eksplorasi perasaan dan
pengalaman diri sendiri. Jung berpendapat bahwa orang dapat memiliki kedua
kecenderungan, baik ekstroversi maupun introversi, tetapi salah satunya lebih dominan.
Istilah tersebut baru memiliki arti setelah teori Hans Eysenck muncul pada tahun 1950,
yang nanti akan dibahas. (Meskipun ada orang yang menggunakan istilah "ekstraversi,"
di buku ini digunakan istilah "ekstroversi"). Myers-Briggs Type Indicator adalah
instrumen yang banyak digunakan untuk mengukur introversi dan ekstroversi yang
dideskripsikan oleh Jung. Selain introversi-ekstroversi secara umum tersebut, terdapat
subklasifikasi: skala Sensatim- Intuition mengindikasikan apakah sescorang cenderung
melihatr realisme atau imajinasi. Skala Thinking-Feeling mengindikasikan apakah
sescorang cenderung lebih logis dan objektif atau personal dan subjektif. Selain itu, ada
skala Judgement- Perception yang mengindikasikan orientasi sescorang ketika
mengevaluasi atau mempersepsikan benda. Schagian orang lebih terstruktur dan lebih
suka menilai sedangkan lainnya lebih fleksibel dan perseptif. Skema Myers-Briggs ini
sering digunakan oleh konselor karier (Bayne, 1995). Yang menarik adalah bahwa
pendekatan ini menggolongkan individu secara sistematis menurut katcgori psikologis
yang mudah dimengert. Secara umum, penelitian selanjutnya memvalidasi pentingnya
aspek introversi- ekstroversi, tetapi kegunaan penggolongan orang ke dalam subtipe
berdasarkan teori Jung belum dibuktikan secara ilmiah sebagai pendekatan umum
terhadap kepribadian. Secara empiris, pembagian yang dibuat Jung bukanlah Tetapi,
skema seperti dimensi kepribadian Big Five (lihat bagian selanjutnya) dinilai lebih jelas
dan berguna (Carlson, 1980; McCrae & Costa, 1989; Myers, 1962; Myers &
McCaulley, 1985). Jung memulai penelitian tentang hal ini dengan melihat bahwa
sebagian orang berorientasi ke dalam diri, sedangkan yang lainnya berfokus pada hal-
hal di luar dirinya, dan dikotomi ini adalah perbedaan individual yang stabil. Penelitian
empiris selanjutnya memperbaiki dan mengembangkan pemikiran ini. yang terbaik.
Sejak ahli teori psikoanalisis seperti Jung mengemukakan teori dasar mengenai
kepribadian, banyak psikolog vang lebih berorientasi pada metode kuantitatif muala
mengembangkan dan menggunakan mmetode statistik untuk menyederhanakan dan
mengobjektifkan struktur keprilbadian, Metode ini mulai digunakan R. B. Cattell pada
tahun 1940-an. Ingat bahwa Allport menemukan ribuan kata sifat vang bisa
menggambarkan kepribadian dalam bahasa Inggris, tetapi ja mengasumsikan daftar
tersebut harus dikurangi dengan menghilangkan istilah yang memiliki arti yang sama.
Cattll kemudian mengembangkan metode leksikal (berdasarkan bahasa). Sejumlah trait
vang Allport temukan dikelompokkan, dinilai, dan dihitung berdasarkan metode analisis
faktor olch Cattell, Analisis faktor adalah sebuah reknik statisrik, Seperti teknik statistik
lainnya, analisis faktor membantu kita mengurangi informasi yang sudah kita miliki
agar lebih mudah dimengerti. Sebagai contoh, sejumlah angka (skor) dapat diringkas ke
dalam dua pengukuran statistik-mean (rata-rata) dan pengukuran variasi (seperti standar
deviasi). Hubungan dua variabel-pasangan nilai dapat dilihat dari koefisien korelasi (r).
Analisis faktor melangkah lebih jauh dengan cara meringkas sekumpulan kocfisien
korelasi. Jika kita mengetahui korelasi (asosiasi) sejumlah variabel, analisis faktor
membantu kita menyimpulkan ini ke dalam sejumlah kecil dimensi. Dengan
mempertimbangkan keadaan tumpang-tindih antara satu variabel dengan yang lain
(varian bersama), analisis faktor menggabungkan informasi tersebut secara matematis.
Variabel-variabel yang berkorelasi satu sama lain tetapi tidak berkorelasi dengan
variabel lain membentuk satu dimensi atau "faktor". Oleh karena itu, analisis faktor
dapat membantu kita mengurangi atau mengeliminasi intormasi yang tidak penting
dalam daftar kata sifat yang menggambarkan kepribadian.
Cattell mengemukakan perlunya pengumpulan dua jenis informasi lain. T-data
adalah data yang didapatkan dengan menempatkan seseorang ke dalam situasi tes yang
terkontrol kemudian mengamati dan menilai respons orang tersebut; data ini adalah data
obscrvasi (test data). L-data mencakup informasi mengenai kehidupan sescorang,
misalnya, yang diambil dari laporan sekolah (life data). Trait kepribadian yang valid
seharusnya muncul dalam kehidupannya; contohnya, kita lebih mengharapkan calon
ketua senat yang ekstrovert daripada yang introvert. Dengan kata lain, Cattell berusaha
melihat apakah trait yang sama dapat diukur dalam cara yang berbeda. Metode validasi
konstruk ini sering digunakan untuk menilai validitas trait kepribadian. Cattell
menguasai teori kepribadian dan bergantung pada teori dalam memilih variabel yang
harus ia pertimbangkan dalam analisisnya. Ia mengetahui bahwa dalam analisis faktor,
sama seperti dalam banyak aspek kehidupan lain, "input sampah" akan menghasilkan
"output sampah." Jadi, jika kita memiliki informasi awal yang buruk, dengan metode
analisis data secanggih apapun, yang akan kita dapat hanya hasil yang tidak berguna.
Cattell adalah orang yang pintar dalam menggeneralisasi data mentah secara teoretis,
tetapi pendekatannya terhadap kepribadian jelas didasarkan pada statistika. Ia
meninggal di Honolulu pada tahun 1998.
BAB III
PENILAIAN

3.1 KEKURANGAN DAN KELEBIHAN BUKU


BUKU UTAMA KEPRIBADIAN OLEH Howard S.FRIEDMAND dan
MIRIAM W. SCHUSTACK

 Kelebihan Buku

Dalam buku tersebut isinya sangat bagus karena dalam isi buku tersebut membahas
mengenai Kepribadian yang ada pada diri setiap manusia dan banyak pendapat serta
tangapan dari para ahli yang berkaitan degan kepribadian tersebut. Buku ini juga
menggunakan bahasa yang mudah dipahami bagi semua orang sehingga dengan mudah
mencerna setiap isi yang ada dalam buku tersebut. Buku ini juga sangat bagus jika
dijadikan sebagai pedoman bagi calon guru maupun guru sebagai bahan ajar untuk
mereka.

 Kekurangan Buku

Di buku yang kedua ini menurut saya sudah hampir sempurna sebab dalam buku tersebut
sangat membahas mengenai semua pembagian yang ada dalam Kepribdian pada setiap
manusia. Buku ini hanya memiliki kekurangan yaitu dalam setiap sub Bab nya tidak ada
rangkuman per Bab nya yang bisa dibaca dan lebih di mengerti apa yang dibahas dalam
setiap Bab nya. Selain itu buku tersebut tidak memiliki latihan ringan yang bisa dikerjakan
pagi pembaca.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Kepribadian manusia banyak dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan tampat


manusia hidup. Adapun diantara teori yang dikembangkan oleh Sulliva yaitu struktur
kepribadian dinamisme, personifikasi, sistem self, dan proses kognitif dinamika
kepribadian yang membahas tentang tegangan (tension) transformasi energy (energy
information) dari perkembangan kepribadian yang terbagi menjadi tujuh tahap yaitu: bayi
(infancy) lahir bisa berbicara (0-18 bulan), anak (childhood) bisa mengucap kata-butuh
kawan bermain (1,5-4 tahun),remaja awal (juvenile) usia sekolah berkeinginan bergaul
intim (4-8/10 tahun), preadolescense mulai bergaul akrab pubertas (8/10-12 tahun)
adolesen awal (early adolescence) pubertas pola aktivitas seksual yang mantap (12-16
tahun) adolesen akhir kemantapan seks tanggung jawab sosial (16 awal-20an)

4.2 SARAN

Untuk kesempurnaan pada Buku Kepribadian saya menyarankan agar peneliti lebih
menganalisis kandungan yang terdapat dalam buku tersebut agar para pembaca lebih
meudah untuk memahami setiam materi yang etlah di tuangkan dalam buku tersebut.
Selain itu penulis juga harus menambah pemahaman mereka mengenai maateri
Kepribadian yang telah mereka buat dengan sungguh-sungguh untuk di jadikan sebagi
sebuah buku yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Friedmand, Howard, Dkk. 2006. Kepribadian. Medan:PENERBIT ERLANGGA

Anda mungkin juga menyukai