DAFTAR ISI
| i
ii | Jurnal Penelitian Politik | Volume 10 No. 1 Juni 2013
CATATAN REDAKSI
Tahun 2014 adalah tahun politik bagi bangsa elitis dan rekrutmen calon yang buruk. Parpol
Indonesia. Di tahun ini akan terjadi pergantian juga dinilai hanya sebatas sebagai kendaraan
pemimpin bangsa dan unsur pimpinan legislatif atau pemberi tiket. Selanjutnya, parpol dianggap
pada setiap tingkat pemerintahan. Mulai dari abai terhadap persoalan yang menyangkut politik
tingkat nasional hingga Kabupaten/Kota. Hal kekerabatan dan korupsi di daerah.
yang paling mendasar dari Pemilu di Tahun 2014 Dalam artikel selanjutnya yang mengangkat
ini adalah hadirnya sosok pemimpin baru bangsa, judul “Globalisasi & Kemiskinan Desa: Analisa
dikarenakan Soesilo Bambang Yudhoyono Struktur Ekonomi Politik Pedesaan”, Wasisto
(SBY) sebagai Presiden saat ini, tidak lagi dapat Raharjo Jati berupaya untuk melakukan analisis
mencalonkan diri sebagai Presiden. Dengan atas relasi politik antara desa dengan globalisasi.
demikian diprediksikan bahwa peta perpolitikan Analisa dititikberatkan pada struktur ekonomi
di tingkat nasional akan sangat jauh berubah. politik untuk melihat relasinya khususnya
Ketergantungan daerah terhadap perpolitikan posisi desa dalam globalisasi. Menurut penulis,
di tingkat pusat selama ini tak ayal membuat pengaruh desa dalam globalisasi dapat dibedakan
daerah atau lokal juga turut mengalami dampak menjadi dua paradigma yakni positif dan
dari berbagai dinamika politik di tingkat nasional. negatif. Dalam perspektif positif, desa sendiri
Kekuatan-kekuatan politik baru akan berpeluang mengafirmasi berbagai strategi global dalam
untuk muncul atau justru sebaliknya, kekuatan upaya membangun ekonomi mereka. Sedangkan
politik lama di tingkat lokal akan tetap bertahan dalam pengertian negatif, desa telah menjadi
meskipun terjadi perubahan pada peta kekuatan termarjinalkan dan tertekan dalam sistem
politik di tingkat nasional. Tentunya hal yang kapitalis.
amat menarik untuk mengulas dinamika politik Perkembangan politik internasional terkini
lokal setelah SBY dan koalisinya tidak lagi coba dikaji oleh Indriana Kartini dalam tulisannya
menjadi penguasa politik di level nasional. Atas berjudul “Aneksasi Rusia Di Krimea Dan
dasar pemikiran inilah Jurnal Penelitian Politik Konsekuensi Bagi Ukraina”. Tulisan ini
mengangkat tema “Dinamika Politik Lokal memfokuskan pada aksi aneksasi Rusia di Krimea
Pasca-SBY” untuk menggali berbagai persoalan dengan menganalisis kepentingan strategis
politik lokal pasca berakhirnya pemerintahan Rusia di wilayah Krimea yang mendorong aksi
SBY dan isu-isu lain yang berkaitan dengannya. aneksasi; termasuk menganalisis posisi Ukraina,
Edisi kali ini memuat sembilan artikel yang terdiri Krimea, dan Rusia pasca runtuhnya Uni Soviet;
dari lima artikel lepas, tiga resume penelitian oleh serta konsekuensi lepasnya Krimea dari Ukraina
Peneliti di Pusat Penelitian Politik LIPI dan satu yang merubah konstelasi politik domestik, sosial,
artikel Book Review. dan ekonomi, serta batas wilayah Ukraina-
Artikel pertama yang berjudul “Pemilihan Krimea-Rusia.
Langsung Kepala Daerah Di Indonesia: Isu internasional berikutnya yang tidak kalah
Beberapa Catatan Kritis Untuk Partai Politik” relevan terkait dengan perkembangan Tiongkok
membahas mengenai beberapa persoalan terkait diulas dalam artikel berjudul “Impian Tiongkok:
dengan peran partai politik di pemilihan langsung Nasionalisme Tiongkok Melintas Batas Dalam
kepala daerah dalam upaya menghadirkan calon- Pembangunan Tiongkok”. Menurut Hayati
calon pemimpin daerah. Penulis, Ridho Imawan Nufus selaku penulis, Impian Tiongkok dengan
Hanafi, berargumen bahwa sejauh ini perilaku kata kunci kebangkitan nasional bangsa Tionghoa
partai politik masih jauh dari harapan, seperti telah menjadi slogan Presiden Xi Jinping dalam
masih adanya proses pengusungan kandidat yang
Catatan Redaksi | v
vi | Jurnal Penelitian Politik | Volume 10 No. 1 Juni 2013
Jurnal Penelitian
Abstrak | vii
ini memfokuskan pada aksi aneksasi Rusia di Krimea Jurnal Penelitian Politik
dengan menganalisis kepentingan strategis Rusia Vol. 11, No. 2, Desember 2014, Hlm. 55-70
di wilayah Krimea yang mendorong aksi aneksasi;
termasuk menganalisis posisi Ukraina, Krimea, dan Sengketa Laut Tiongkok Selatan merupakan
Rusia pasca runtuhnya Uni Soviet; serta konsekuensi tantangan bagi stabilitas kawasan, termasuk
lepasnya Krimea dari Ukraina yang merubah Indonesia, yang sedang menyongsong Abad Asia.
konstelasi politik domestik, sosial, dan ekonomi, Sengketa ini menjadi ancaman bagi pertahanan
serta batas wilayah Ukraina-Krimea-Rusia. Indonesia karena lokasi yang diperebutkan berada
di dekat perbatasan Indonesia. Selain itu, sengketa
Kata Kunci : aneksasi, Rusia, Krimea, Ukraina. ini juga menjadi salah satu isu politik yang menjadi
ganjalan di ASEAN. Oleh karena itu, Indonesia, baik
dalam posisi sebagai negara yang memperjuangkan
DDC: 327.2 kepentingannya maupun sebagai pemimpin alami
ASEAN, berupaya menyelesaikan sengketa tersebut
Hayati Nufus melalui jalan damai. Tulisan ini berfokus pada dua
hal, yaitu bagaimana gambaran umum dari sengketa
IMPIAN TIONGKOK: Laut Tiongkok Selatan sehingga menjadi potensi
NASIONALISME TIONGKOK ancaman bagi kepentingan nasional Indonesia dan
MELINTAS BATAS DALAM bagaimana peran Indonesia dalam upaya penyelesaian
PEMBANGUNAN TIONGKOK sengketa tersebut. Melalui metode studi pustaka,
tulisan ini menemukan bahwa sengketa ini secara
Jurnal Penelitian Politik umum berada dalam tahap polarisasi, bahkan untuk
Vol. 11, No. 2, Desember 2014, Hlm. 43-54 hubungan Tiongkok-Vietnam sudah masuk tahap
segregasi. Kemudian, peran Indonesia masih dalam
tingkat pengelolaan konflik. Hal ini disebabkan oleh
Impian Tiongkok dengan kata kunci kebangkitan
hambatan internal berupa posisi tawar Indonesia
nasional bangsa Tionghoa merupakan slogan Presiden
yang relatif lebih lemah dibanding negara yang
Xi Jinping dalam memerintah saat ini. Tulisan ini
bersengketa maupun hambatan eksternal berupa
menganalisis upaya kebangkitan Tiongkok melalui
perbedaan pendekatan penyelesaian dan keterlibatan
slogan tersebut. Tujuan digunakannya slogan tersebut
pihak-pihak asing yang turut memperkeruh dinamika
adalah untuk membangkitkan kembali kejayaan
sengketa.
masa lalu yang pernah dimiliki Tiongkok dan
membangkitkan rasa nasionalisme rakyat. Selain itu,
Kata Kunci: ASEAN, Laut Tiongkok Selatan, peran
gagasan ini juga memiliki tujuan untuk memperkuat
Indonesia, penyelesaian secara damai.
legitimasi Xi Jinping dan Partai Komunis Tiongkok
di dalam politik dalam negerinya. Salah satu program
yang dilakukan oleh Tiongkok untuk mewujudkan
cita-citanya adalah dengan membangun kembali DDC: 327.1
Jalur Sutra melalui gagasan Satu Sabuk, Satu Jalur. Ganewati Wuryandari
Bila dikaitkan dengan pembangunan Satu Sabuk,
Satu Jalur, kebangkitan Tiongkok juga merupakan
POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA
upaya untuk melegitimasi posisi Tiongkok sebagai
negara besar di kancah politik internasional. DALAM MENGHADAPI
ISU TERORISME INTERNASIONAL
Kata kunci: Impian Tiongkok, Kebangkitan
Tiongkok, Jalur Sutra, Diplomasi Tiongkok. Jurnal Penelitian Politik
Vol. 11, No. 2, Desember 2014, Hlm. 71-83
Kata Kunci: Timur Tengah, Politik Islam, Tunisia, Demokrasi dewasa ini selalu dikaitkan dengan
Mesir, Libya. representasi karena pada dasarnya perkembangan
demokrasi perwakilan adalah prinsip yang harus
ditegakkan di dunia modern. Konsep representasi
secara sederhana dapat diartikan sebagai
“menghadirkan yang tidak hadir”. Namun arti ini
Abstrak | ix
menimbulkan keraguan dari para ahli dan dalam
perkembangannya mencoba menajamkan konsep ini
menjadi sebuah teori. Isu-isu kontemporer mengenai
representasi politik dalam kerangka demokrasi
perwakilan yang mengarusutamakan pemilu,
tidak serta merta mampu menjawab persoalan
di masyarakat seperti keterwakilan kelompok
minoritas, perempuan dan fenomena representasi
non-elektoral yang juga menjadi persoalan penting
untuk dikaji.
Abstract | xi
by analysing Russia’s strategic interests as a driving Vol. 11, No. 2, December 2014, Page 55-70
force for the annexation; analysing the position of South China Sea dispute becomes a major
Ukraine, Russia, and Crimea after the demise of the challenge to the regional stability for ASEAN
USSR; and the consequences of the loss of Crimea member countries, including Indonesia. The dispute
for Ukraine that has changed the constellation of was assumed threatening Indonesia’s defense
domestic politics, society, and economics, and also because the contested location is next to the Natuna
the land border between Ukraine-Crimea-Russia. sea border. The dispute also becomes a strategic
political issue discussed in ASEAN forum. Therefore,
Keywords : Annexation, Russia, Crimea, Ukraine. Indonesia, both as the state that pursue its national
interest and as the ASEAN natural leader, is trying to
resolve the dispute through peaceful way. This paper
focuses on two things, namely how the general figure
DDC: 327.2 of the South China Sea dispute as a potential threat
Hayati Nufus towards Indonesia and how Indonesia play a role in
the resolution process. By literature review method,
CHINA DREAM: CHINESE this paper finds that the dispute is generally on the
polarization stage, while for Tiongkok-Vietnam
NATIONALISM ACROSS BORDERS IN
relations is on segregation stage. Furthermore, this
CHINA DEVELOPMENT paper also concludes that Indonesia still play role in
the conflict management level. This is due to relatively
weak bargaining position of Indonesia compared to
Jurnal Penelitian Politik the disputed parties as the internal factor, as well as
differences in resolution approach and third actors
Vol. 11, No. 2, December 2014, Page 43-54 involvement that worsen the situation as the external
factors.
China Dream, of which its core meaning is
national rejuvenation of the Chinese nation, is the
President Xi Jinping’s slogan for governing China Key Words: ASEAN, Indonesia’s role, South China
today. This paper analyzes the efforts of China’s Sea dispute, peaceful resolution.
rejuvenation through the China Dream slogan.
Through this slogan, China wants to revive the past
glory that once belonged to China and to evoke a
sense of nationalism within its society. Moreover, DDC: 327.1
this idea also aims to strengthen the legitimacy of Ganewati Wuryandari
Xi Jinping and the Chinese Communist Party in its
domestic politics. One of the programs conducted by
China to realize its goal is to rebuild the Silk Road INDONESIAN FOREIGN POLICY IN
(by land and sea) through the idea of One Belt, One DEALING WITH INTERNATIONAL
Road. Relating to this, the revival of China is also TERRORISM ISSUE
an attempt to legitimize China’s position as a major
power in international politics.
Jurnal Penelitian Politik
Keywords: China Dream, the rejuvenation of China,
Silk Road, China Diplomacy. Vol. 11, No. 2, December 2014, Page 71-83
Terrorism is not a new issue, however it
has become one of the most important issues of
Indonesian foreign policy. The global fight against
DDC:327.598 terrorism has increasingly gained legitimacy and
Sandy Nur Ikfal Raharjo supports among international community especially
after the September 11, 2001 attacks in New York.
Indonesia considers that the fight against terrorism
INDONESIA’S ROLE IN THE SOUTH is not merely to be its international obligation to
CHINA SEA DISPUTE RESOLUTION support the global movement to ameliorate the
menace, it is also to serve its national interest. To
combat terrorism, Indonesian foreign policy closely
Jurnal Penelitian Politik
cooperates with other nations-states in terms of
Abstract | xiii
of representation simply defined as “absent but
present” has made doubt for political scientist to
build theories. Contemporary issues about political
representation in democratic representation’s
framework that mainstreaming the election can
not answer the problems of society about minority
representation, woman under-representation
in politics and phenomenon of non-electoral
representation.
Abstract
This paper discusses about several issues related to the role of political parties in the direct election for local
leaders as an attempt to provide candidates of local leader. As one of the institutions that became the entry point
for local leaders, political parties should be able to function properly. However, so far the practice of political
parties still show the elitism in the the process of proposing candidates and pragmatism in the candidate recruitment
process. Political parties are also judged only as a ”vehicle”. They are not concerned on public criticisms that
relate to political kinship in local politcs and corruption in the region.
Abstrak
Tulisan ini membahas mengenai beberapa persoalan terkait dengan peran partai politik di pemilihan langsung
kepala daerah dalam upaya menghadirkan calon-calon pemimpin daerah. Sebagai salah satu institusi yang menjadi
pintu masuk bagi calon pemimpin daerah diharapkan partai politik dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Persoalannya, sejauh ini dalam praktiknya partai politik masih jauh dari harapan tersebut, seperti melakukan proses
pengusungan kandidat yang elitis, rekrutmen calon yang buruk, partai politik dinilai hanya sebatas sebagai kendaraan
atau pemberi tiket, sampai abainya partai politik pada suara kritis publik terhadap persoalan yang menyangkut
politik kekerabatan dan korupsi di daerah.
Kata Kunci: pilkada langsung, partai politik, rekrutmen politik, calon kepala daerah.
Pendahuluan
Pemilihan langsung kepala daerah (pilkada rakyat.1 Meskipun makna langsung di sini lebih
langsung) merupakan kerangka kelembagaan baru berfokus pada hak rakyat untuk memilih kepala
dalam rangka mewujudkan proses demokratisasi daerah, para calon kepala daerah lebih banyak
di daerah. Proses ini diharapkan bisa mereduksi ditentukan oleh partai politik. Belakangan calon
secara luas adanya pembajakan kekuasaan yang perseorangan memang dimungkinkan dalam
dilakukan oleh partai politik yang memiliki pilkada, namun hal tersebut tidak begitu saja
kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD). Selain itu, pilkada secara langsung juga
diharapkan bisa menghasilkan kepala daerah
yang memiliki akuntabilitas lebih tinggi kepada 1
Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi
Demokrasi Pasca-Orde Baru, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010), hlm. 183.
Sage Publications, 2006), hlm. 90. Pemilu, (Jakarta: Yayasan Perludem, 2014), hlm. 1.
52
Ahmad Nyarwi, op. cit. 55
Ibid.
Jurnal
Agustino, Leo dan Mohammad Agus Yusoff. 2010.
Politik Lokal di Indonesia: Dari Otokratik ke
Reformasi Politik, Jurnal Ilmu Politik, 21.
Bathoro, Alim. 2011. Perangkap Dinasti Politik
dalam Konsolidasi Demokrasi, Jurnal FISIP
UMRAH, 2 (2).
Harjanto, Nico. 2011. “Politik Kekerabatan dan
Institusionalisasi Partai Politik di Indonesia”,
Analisis CSIS, 40 (2): 138-159.
Mahadi, Helmi. 2011. “Pragmatisme Politik: Studi
Kasus Proses Rekrutmen Politik PDIP Pada
Pilkada Sleman”, Jurnal Studi Pemerintahan,
2 (1).
Pratikno. 2007. “Calon Independen, Kualitas Pilkada
dan Pelembagaan Parpol”, Jurnal Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, 10 (3): 415-438.
Abstract
This article aims to analyze political linkage between village and globalization. The analysis emphasizes the
economic-political structure in order to asses its relations, especially village standing position toward globalization,.
The result shows that historically, the influence of globalization can be asseed into positive and negative perspectives.
In positive paradigm realm, village have embraced global strategies in order to enhance their economic effort.
Meanwhile, negatively, village has been marginalized and suppressed by capitalist system.
Abstrak
Artikel ini bertujuan menganalisis relasi politik antara desa dengan globalisasi. Analisa dalam artikel ini
kemudian dititikberatkan pada struktur ekonomi politik untuk melihat relasinya khususnya posisi desa dalam
globalisasi. Hasil paper menunjukkan bahwa secara historis, analisa terhadap pengaruh desa dalam globalisasi
sendiri dapat dibedakan menjadi dua paradigma yakni positif dan negatif. Dalam perspektif positif, desa sendiri
mengafirmasi berbagai strategi global dalam upaya membangun ekonomi mereka. Sedangkan dalam pengertian
negatif, desa telah menjadi termarjinalkan dan tertekan dalam sistem kapitalis.
Daftar Pustaka
Buku
Geertz, Clifford. 1983. Involusi Pertanian. Jakarta:
Bharata Aksara.
Jati, Wasisto Raharjo. 2013. Pengantar Kajian Glo-
balisasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Maschab, Mashuri. 2013. Politik Pemerintahan Desa
di Indonesia. Yogyakarta: PolGov Press.
Ostrom, Ellinoir. 1990. Governing the Commons: The
Evolution of Institutions for Collective Action.
Cambridge: Cambridge University Press.
Indriana Kartini
Abstract
The annexation of Crimea by the Russian Federation was launched after the downfall of Ukraine President
Viktor Yanukovych who has been alleged by the opposition as pro-Russian. The referendum which has been con-
ducted by Crimean people in post-annexation has reinforced the Crimean demand for independence from Ukraine
and its choice to unify with Russia. Although the referendum has been viewed as illegal by Ukraine authority, in
fact, Crimea is now under Russia’s authority. This article focuses on the Russia’s annexation of Crimea by analysing
Russia’s strategic interests as a driving force for the annexation; analysing the position of Ukraine, Russia, and
Crimea after the demise of the USSR; and the consequences of the loss of Crimea for Ukraine that has changed the
constellation of domestic politics, society, and economics, and also the land border between Ukraine-Crimea-Russia.
Aneksasi wilayah Krimea oleh Rusia terjadi menyusul jatuhnya Presiden Ukraina Viktor Yanukovych yang
dianggap pro Rusia oleh kelompok oposisi. Referendum yang dilakukan rakyat Krimea pasca aneksasi menegaskan
kembali tuntutan kemerdekaan Krimea dari Ukraina dan pilihan untuk bergabung dengan Rusia. Meski referendum
tersebut dianggap tidak sah oleh Kiev, secara de facto Krimea kini berada di bawah penguasaan Kremlin. Tulisan
ini memfokuskan pada aksi aneksasi Rusia di Krimea dengan menganalisis kepentingan strategis Rusia di wilayah
Krimea yang mendorong aksi aneksasi; termasuk menganalisis posisi Ukraina, Krimea, dan Rusia pasca runtuhnya
Uni Soviet; serta konsekuensi lepasnya Krimea dari Ukraina yang merubah konstelasi politik domestik, sosial, dan
ekonomi, serta batas wilayah Ukraina-Krimea-Rusia.
Aneksasi Rusia di Krimea dan Konsekuensi bagi Ukraina | Indriana Kartini | 27
to the West vs. back to the USSR”.1 Aksi protes penggabungan Republik Krimea dan Sevastopol
mencapai puncaknya pada pertengahan Februari ke dalam Federasi Rusia. Pada 27 Maret 2014,
2014 ketika aparat kepolisian merespon aksi Majelis Umum PBB mengeluarkan Resolusi
protes pro Uni Eropa dengan cara konfrontatif 68/262 yang menyatakan bahwa referendum
yang justru membuat gelombang protes semakin Krimea tidak valid dan penggabungan Krimea ke
besar. Sebagai konsekuensinya, pada 21 Februari dalam Rusia adalah ilegal. Pada 15 April 2014,
2014 Presiden Viktor Yanukovych meninggalkan parlemen Ukraina mendeklarasikan Krimea
ibukota negara, Kiev. sebagai wilayah yang sementara ini dianeksasi
Parlemen Ukraina kemudian memberhentikan oleh Rusia. Untuk mengatasi kekisruhan politik,
Yanukovych dan menunjuk presiden sementara, pada 25 Mei 2014, pemilu presiden digelar di
Arseniy Yatsenyuk dan membentuk pemerintahan Ukraina yang akhirnya dimenangkan oleh Petro
sementara. Pemerintahan baru itu mendapat Poroshenko, dengan suara mencapai 55,9 %
pengakuan dari PBB dan Uni Eropa. Namun, mengalahkan mantan PM Yulia Tymoshenko,
Rusia memandang pemerintahan Yatsenyuk yang memperoleh suara sekitar 12 %.3
sebagai ilegal dan merupakan bentuk kudeta. Berdasarkan latar belakang tersebut, tulisan
Rusia bahkan menuduh Amerika Serikat dan ini akan memfokuskan pada aksi aneksasi
Uni Eropa mendanai dan mengarahkan “revolusi Rusia di wilayah Krimea yang dilandasi oleh
Ukraina” dan memandang bahwa Yanukovych faktor historis serta faktor kedekatan kultural
diberhentikan secara ilegal dan tetap menganggap dan geografis. Tulisan ini dibagi ke dalam lima
Yanukovych sebagai presiden Ukraina. bagian. Bagian pertama menganalisis posisi
Pada 26 Februari 2014, pasukan pro- Ukraina pasca runtuhnya Uni Soviet. Bagian
Rusia mulai menguasai semenanjung Krimea. kedua menganalisis latar belakang historis dari
Banyak yang mempercayai bahwa pasukan penggabungan Krimea ke dalam Ukraina. Bagian
tersebut merupakan personel militer Rusia. ketiga menganalisis tuntutan otonomi Krimea
Pada saat orang-orang bersenjata menguasai terhadap Ukraina. Bagian keempat menganalisis
gedung parlemen Krimea, anggota parlemen kepentingan strategis Rusia di Krimea dan
Krimea melakukan pemungutan suara untuk keputusan Rusia menganeksasi Krimea. Bagian
memberhentikan pemerintahan Krimea, kelima menganalisis konsekuensi lepasnya
mengganti perdana menteri dan menyerukan Krimea bagi Ukraina. Bagian keenam membahas
referendum mengenai otonomi Krimea. Tak lama sikap Barat atas kasus Krimea.
kemudian, pada 16 Maret 2014, dilaksanakan
referendum mengenai sikap politik Krimea untuk Ukraina Pasca Runtuhnya Uni Soviet
bergabung dengan pemerintah Federasi Rusia Runtuhnya Uni Soviet membawa perubahan
dengan perolehan suara 96,77% (Krimea) dan besar bagi negara-negara pecahan Soviet dan
95,6% (Sevastopol).2 Eropa Timur. Tatkala rezim sosialis runtuh dan
Referendum ini ditentang oleh Uni Eropa, pemerintahan terpusat mengalami perpecahan,
AS, Ukraina dan warga Tatar Krimea karena kategorisasi sosial berdasarkan model ideologi
dipandang bertentangan dengan hukum menjadi tidak relevan lagi. Dalam hal ini,
internasional. Pada 17 Maret 2014, parlemen kebanyakan identitas nasional di negara-negara
Krimea mendeklarasikan kemerdekaan Krimea post-Uni Soviet bersifat politis dan didefinisikan
dari Ukraina dan memutuskan untuk bergabung oleh negara. Perubahan dari totalitarianisme
dengan Federasi Rusia. Pada 18 Maret 2014, menjadi pluralisme politik berhubungan
Rusia dan Krimea menandatangani perjanjian dengan konstruksi negara dan pembentukan
kembali identitas nasional. Masalah formasi dan
1
Anastasiya Ryabchuk, “Right Revolution? Hopes and Perils
of the Euromaidan Protests in Ukraine”, Debatte: Journal of implementasi strategi nasional, definisi yang
Contemporary Central and Eastern Europe, 3 Februari 2014.
2
VoA News, “Crimea Applies to join Russia”, http:// 3
Liputan6, “Petro Poroshenko Umumkan Kemenangan pada
www.voanews.com/content/voting-under-way-in-crimea- Pilpres Ukraina”, 26 Mei 2014, http://m.liputan6.com/news/
referendum-to-join-russia/1872380.html, 17 Maret 2014, read/2054588/petro-poroshenko-umumkan-kemenangan-pada-
diakses pada tanggal 19 Mei 2014. pilpres-ukraina, diakses pada tanggal 10 Juni 2014.
Aneksasi Rusia di Krimea dan Konsekuensi bagi Ukraina | Indriana Kartini | 29
Federasi Rusia, namun pada 1954 ditransfer ke suara mendukung kemerdekaan Ukraina. Pada
Republik Sosialis Soviet Ukraina, dan terakhir 1 Desember 1991, warga Ukraina melakukan
dimasukkan ke dalam negara independen Ukraina pemungutan suara untuk mendukung kemerdekaan
pada tahun 1991. Populasi Krimea sekitar Ukraina. Bahkan, warga etnis Ukraina yang
hampir 2,5 juta jiwa. Etnis Rusia meliputi 64% minoritas di Krimea turut memberikan suara.
populasi; 23% adalah etnis Ukraina; 10% etnis Besarnya suara yang mendukung kemerdekaan di
Muslim Tatar Krimea; dan 3% terdiri atas etnis Ukraina mengecewakan Rusia. Hal ini mengingat
Belarusia, Armenia, Yunani, Jerman, Yahudi dan survei yang dilakukan sebelum Agustus 1991 di
etnis lainnya.8 Moskow menyebutkan hanya 9% warga Krimea
Pada 18 Mei 1944, sejumlah 250.000 warga mendukung kemerdekaan Ukraina.11
Tatar Krimea yang dituduh berkolaborasi dengan Pertanyaannya kemudian, mengapa
Jerman selama okupasi, dideportasi dari Krimea. mayoritas warga Krimea (hampir 85 %)
Sejumlah 40% dari mereka meninggal, baik pada mendukung kemerdekaan pada 1 Desember
saat dideportasi maupun selama tahun pertama 1991? Hal ini menurut Korostelina berkaitan
dari dua tahun penempatan di “zona khusus” dengan pengaruh opini popular bahwa Ukraina
di Uzbekistan. Selama sepuluh tahun terakhir, dapat mengelola ekonomi secara mandiri
diperkirakan setengah dari populasi etnis Tatar dan perdebatan mengenai kedaulatan yang
yang dideportasi telah kembali ke tanah kelahiran telah diawali oleh negara-negara Balkan pada
mereka. Namun kenyataannya, etnis Tatar yang 1990-1991. Persepsi popular yang berkembang
telah kembali ke Krimea, tidak mendapatkan pada saat itu adalah Ukraina lebih bekerja
akses pendidikan, pekerjaan dan perumahan. keras dan lebih terorganisir ketimbang Rusia.
Sebagai akibatnya, hubungan antara etnis Terlebih lagi, kedaulatan dan kemerdekaan di
Slavia Krimea dengan Tatar Krimea mengalami Krimea tidak bergantung pada etnis, budaya
ketegangan. Salah satu problem utamanya adalah dan nasionalisme linguistik dari elit kultural di
sejumlah 98.800 warga Tatar yang telah kembali Kiev dan Ukraina Barat, melainkan didasarkan
ke Krimea tidak memiliki kewarganegaraan pada faktor ekonomi. Hal ini menjadi argumen
Ukraina, dan mayoritas (sekitar 64.100) tetap teritorial untuk penentuan nasib sendiri, yang
mempertahankan paspor Uzbekistan. Sementara, mempengaruhi etnis Rusia dan etnis Ukraina
hukum Ukraina melarang warganya memegang berbahasa Rusia di Krimea pada saat pemungutan
dua status kewarganegaraan. Berdasarkan hukum suara pada 1991.12
Ukraina, calon warga negara dari etnis Tatar harus
meninggalkan kewarganegaraan Uzbekistan. Posisi Strategis Krimea di antara
Sebagai protes atas kebijakan itu, sejumlah Ukraina dan Rusia
20.000 warga Tatar melakukan demonstrasi di
Ukraina menempati wilayah strategis di antara
Simferopol pada bulan Mei 1999. Sementara itu,
Uni Eropa, Federasi Rusia, dan wilayah Laut
etnis Rusia yang tinggal di Krimea, menyimpan
Hitam Turki. Dalam sejarah, Ukraina merupakan
impian dari Alexander Solzenitsyn, 9 bahwa
“battle ground” bagi kekuatan dunia kala itu13,
suatu saat nanti Ukraina, Belarusia, dan etnis
yakni Grand Duchy Lithuania, Kekaisaran
Slavia di utara Kazakhstan akan bergabung
Ottoman, the Polish-Lithuanian Commonwealth,
dalam Rusia Raya, yang dipersatukan oleh ikatan
Crimean Tatar Khanate dan Muscovy. Di masa
darah, sejarah, dan keyakinan Kristen Orthodoks
modern, wilayah ini merupakan persinggungan
Rusia.10
antara wilayah kekuasaan Rusia, Habsburg, dan
Pada 26 Agustus 1991, parlemen Ukraina Ottoman. Dalam batas kontemporer, Ukraina
melakukan pemungutan suara dengan hasil 346
8
Ibid. 11
Ibid.
9
Alexander Solzenitsyn adalah salah satu penulis roman Rusia 12
Ibid.
besar abad ke-20 yang meraih penghargaan Nobel dalam Sastra
pada 1970. 13
Gwendolyn Sasse, the Crimea Question: Identity, Transition
and Conflict, (Cambridge: Harvard University Press, 2007),
��
Korostelina, op.cit, hlm. 143. hlm. 1.
Selama dua abad, semenanjung Krimea menggantikan populasi etnis Slavia. Wilayah
berada di bawah kekuasaan Kekaisaran (Turki tersebut dipimpin oleh sejumlah gubernur yang
dan Rusia) dan di bawah pemerintahan Komunis ditunjuk oleh Tatar Khan yang berbasis di kota
Rusia, dan ini merupakan kekuasaan ‘asing’ Saray di bawah wilayah Volga. Hingga akhir
terakhir yang berkuasa di Krimea. Krimea abad ke-14, Krimea dan ibukotanya, Solhat,
dikuasai Rusia setelah serangkaian serangan digunakan oleh Tatar Khan sebagai wilayah
militer melawan Kekaisaran Ottoman pada semi-netral dalam hubungan diplomatik dengan
1783. Historiografi di masa Tsar Rusia dan dinasti Mamluk Turki di Mesir.16
Uni Soviet tidak pernah menampilkan Krimea Di bawah slogan “Crimea for Crimeans”
sebagai teritori dari satu kelompok nasional. Yang (Krimea untuk rakyat Krimea), Kurultay dan
14
Elena Mizrokhi, “Russian ‘separatism’ in Crimea and NATO:
Ukraine’s Big Hope, Russia’s Grand Gamble”, Chaire de 15
Sasse, op.cit., hlm. 44.
recherche du Canada, 2009, hlm 2, http://www.psi.ulaval.ca/
fileadmin/psi/documents/Documents/Travaux_et_recherches/ 16
David R. Marples & David F. Duke, “Ukraine, Russia, and
Crimee.pdf, diakses pada tanggal 4 Mei 2014. the Question of Crimea”, Nationalities Papers, Vol. 23, No. 2,
1995, hlm. 262.
Aneksasi Rusia di Krimea dan Konsekuensi bagi Ukraina | Indriana Kartini | 31
Partai Nasional (Milli Firqa) mengajukan lain: sistem ekonomi yang sama dan kedekatan
multietnis Krimea sebagai unit otonom dalam teritorial; kedekatan ekonomi dan hubungan
Federasi Rusia. Permintaan ini tidak diterima kultural antara Provinsi Krimea dan Ukraina.
oleh pemerintah pusat Soviet dan justru merespon Dekrit tersebut disetujui secara hukum pada 26
dengan membungkam para cendekiawan Tatar. April 1954 dan disetujui oleh Kruschev.20 Transfer
Pada 1930an – periode represi dan pemaksaan Krimea ke Ukraina ini terjadi pada periode de-
kolektivisasi di Uni Soviet – hasilnya 35 hingga Stalinisasi setelah kematiannya. Yang terjadi
40 ribu warga Tatar Krimea, dari total populasi kemudian, setelah Krimea diberikan kepada
200 ribu, dideportasi ke Siberia. Sejumlah Ukraina, konstitusi etnis dan linguistiknya telah
besar warga Tatar yang belum tersentuh tidak mengalami transformasi sebagai akibat kebijakan
bisa menghindar dari deportasi masal di akhir deportasi Soviet atas populasi Tatar.
Perang Dunia II yang kemudian dikirim ke Elena Mizrokhi mengungkapkan bahwa
Republik Asia Tengah Soviet seperti Uzbekistan, terdapat tiga pandangan dalam sejarah Krimea
Kazakhstan, Tajikistan dan beberapa wilayah yang muncul dari tiga kelompok etnis yang
lainnya di Uni Soviet. Sebagai gantinya, Soviet ada di wilayah itu. Etnis Tatar memandang
mengirim penduduk etnis Slavia/Rusia ke Krimea bahwa keberadaan kelompok etnis Tatar sejak
pada 1930an di bawah kebijakan pembangunan abad ke-15 hingga ke-18 menjadi bukti bahwa
regional Soviet. 17 Perubahan demografis ini mereka satu-satunya penduduk asli Krimea
mempengaruhi keseimbangan etnis di wilayah sehingga Krimea merupakan satu-satunya tanah
itu. Setelah Perang Dunia II, karakter Krimea air mereka. Sedangkan dalam pandangan Rusia,
lebih ditekankan pada etnis Slavia/Rusia. Dalam Krimea secara alamiah merupakan bagian dari
konsepsi historis yang baru, etnis Tatar Krimea Rusia, sementara Tatar merupakan bagian dari
muncul sebagai warga asing sehingga keterikatan invasi dan kolaborator asing. Krimea dipandang
historis mereka dengan teritori Krimea diabaikan. sebagai bukti kejayaan Catherine Agung dan
Pendekatan revisionis ini merupakan bagian dari Kekaisaran Tsar Rusia. Sementara bagi Ukraina,
kebijakan Stalin pada masa deportasi 1944, untuk Krimea selalu terkait dengan Ukraina berdasarkan
menghilangkan keberadaan etnis Tatar Krimea geografi, budaya, dan etnisitas, termasuk di masa
yang telah lama hadir dan memperkaya khazanah Ukraina masih menjadi bagian Rusia. Ketiga
budaya di semenanjung Krimea.18 narasi yang berkompetisi ini menjadi faktor
Wilayah Krimea ditransfer dari Rusia ke penyebab problematika di Krimea. Ketiganya
Ukraina pada 1954. Hal ini terjadi dalam rangka juga menjelaskan mengapa terjadi ketegangan
merayakan ulang tahun ke-300 Perjanjian etnis di Krimea dan mengapa problematika itu
Perevaslav yang ditandatangani antara Hetman menimbulkan respon panas dari ketiga komunitas
Bohdan Khmelnytsky dari Ukraina dan Tsar di semenanjung Krimea, dari pemerintah pusat
Rusia Aleksei Mikhailovich. Pada Februari 1954, Ukraina, dan dari pihak ketiga, Federasi Rusia.21
pemerintah Rusia mengeluarkan petisi kepada Orientasi pro-Rusia di Krimea merupakan
pemerintah Soviet untuk menyetujui transfer hasil kesadaran nasional populasi Rusia di
tersebut. Pada 19 Februari 1954, seluruh pihak semenanjung Krimea, sekaligus menimbulkan
yang berkepentingan di Rusia, Ukraina dan resiko separatisme di Krimea. Namun, gerakan
Krimea memperdebatkan isu tersebut, termasuk nasionalis ini cenderung tidak berkelanjutan
ketua dewan kota Simferopol dan Sevastopol, karena ketidakjelasan identitas Rusia dan Soviet.
dan P. Lyalin, Deputi Pertama Dewan Provinsi Kenyataannya, Krimea masih bersifat konfliktual
Krimea.19 Transfer wilayah Krimea kemudian bagi masa depan semenanjung itu. Pertama,
dibenarkan dengan beberapa kriteria antara tidak semua warga menginginkan Krimea pisah
dari Ukraina. Sementara itu, etnis mayoritas di
17
Ibid., hlm. 94.
Krimea menyuarakan aspirasi untuk bergabung
18
Ibid., hlm. 118.
19
Oblast adalah sebuah pembagian administratif yang dipakai ���
Marples dan Duke, op.cit., hlm. 271-272.
oleh negara-negara Slavia, sebuah istilah dari bahasa Rusia yang
artinya adalah “daerah”, “wilayah” atau “provinsi”. ��
Elena Mizrokhi, op.cit., hlm 3.
Aneksasi Rusia di Krimea dan Konsekuensi bagi Ukraina | Indriana Kartini | 33
mempertahankan status Krimea dalam bentuk kedua belah pihak, mendefinisikan Krimea
Republik Soviet Sosialis Otonom Krimea. Di sebagai bagian otonom dari Ukraina. Namun,
saat yang sama, para deputi sepakat mengadakan versi final dari perjanjian itu berbeda dengan
referendum mengenai status kemerdekaan versi awal. Hal ini dipandang oleh otoritas
Krimea pada 20 Januari 1991. Referendum yang Krimea dan Muslim Tatar sebagai pengkhianatan.
diikuti oleh 81,4% pemilik suara, menghasilkan Majelis Tatar menentang perjanjian pembagian
93,3% mendukung pembentukan Republik Soviet kekuasaan antara Ukraina dan Krimea karena
Sosialis Otonom Krimea. Namun, mayoritas etnis dilakukan tanpa persetujuan rakyat Tatar Krimea.
Tatar memboikot referendum dan menegaskan Mismanagement yang dilakukan Ukraina dalam
bahwa mereka juga berhak menentukan nasib perjanjian pembagian kekuasaan menjadi katalis
Krimea. Pembentukan Republik Soviet Sosialis bagi seruan otonomi Krimea sehingga insiden ini
Otonom Krimea pada 1991 merupakan restorasi meluas menjadi karakter separatis.31
Republik Soviet Sosialis Otonom pertama dan Ketegangan memuncak pada 5 Mei 1992,
terakhir kalinya yang didukung rakyat.28 tatkala Crimean Verkhovna Rada (Parlemen
Partai-partai lokal yang mendukung Krimea), yang dimotori oleh Yuri Meshkov,
kemerdekaan berupaya menggunakan momentum pemimpin Partai Republik Krimea mengadopsi
suksesnya referendum pertama. Referendum lokal UU Kemerdekaan Krimea dan konstitusi baru.
lainnya mengenai kemerdekaan Republik Krimea Parlemen juga melaksanakan referendum
dilakukan di awal 1992 dan dalam beberapa mengenai kemerdekaan pada 2 Agustus 1992.
bulan Gerakan Republik Krimea 29 berhasil Konstitusi Krimea yang baru sangat ambigu
mengumpulkan 180.000 tanda tangan sebagai karena menyatakan Republik sebagai sebuah
syarat hukum untuk melaksanakan referendum negara, namun juga menegaskan posisinya di
yang juga menjadi simbol konfrontasi langsung dalam Ukraina. Dengan mengadopsi konstitusi
dengan Ukraina. Tak lama kemudian, sebelum dan mengancam referendum kemerdekaan,
penentuan jadwal referendum diputuskan Nikolai Bargov menginginkan Kiev untuk
parlemen Krimea, Presiden Ukraina Leonid membuat konsesi dan bernegosiasi dengan
Kravchuk, mengeluarkan pernyataan keras tawaran yang lebih baik. Menanggapi hal ini,
menentang referendum dan menegaskan bahwa parlemen Ukraina melakukan intervensi. Pada
referendum diorganisir oleh separatis yang 13 Mei 1992, Parlemen Ukraina menolak UU
menginginkan situasi destabilisasi di antara Kemerdekaan Krimea dan menyatakan sebagai
rakyat Krimea, juga dalam hubungan Ukraina- inkonstitusional dan memerintahkan Parlemen
Krimea, serta hubungan Ukraina-Rusia. Dalam Krimea membatalkannya dalam waktu dua
situasi ini, baik pihak Ukraina maupun Krimea minggu. Presiden Kravchuk dan pemimpin
tidak siap untuk berkompromi.30 Krimea, Barghov, melakukan kompromi
Di saat pemimpin Krimea memfokuskan yang menyangkut tuntutan bahwa parlemen
diri dengan ambisi separatis, pemerintah pusat Krimea membatalkan referendum. Kedua pihak
Ukraina menginisiasi langkah awal menuju kemudian menyetujui status Krimea sebagai
negara federalis sebagai solusi atas ketegangan di bagian konstituen dari Ukraina yang kemudian
semenanjung. Parlemen Ukraina mengeluarkan dideklarasikan oleh Parlemen Krimea setelah
draft UU Pembagian Kekuasaan antara Ukraina Juni 1992. Setting politik di semenanjung ini
dan Republik Krimea. Dokumen yang disetujui kemudian menjadi penyebab munculnya gerakan
yang lebih radikal.32
���
Ibid., hlm. 138.
Kepentingan Strategis Rusia di Krimea
The Republican Movement for Crimea didirikan oleh
���
Yuri Meshkov pada 19 November 1992. Kemudian pada Keterlibatan Rusia dalam politik Krimea,
24 Oktober 1992 berubah menjadi the Republican Party of khususnya yang berkaitan dengan kemerdekaan
Crimea. Partai ini adalah partai politik separatis regional yang
memperjuangkan pemisahan diri Krimea dari Ukraina dan
bergabung dengan Rusia. 31
Ibid.
30
Mizrokhi, op.cit., hlm 6. 32
Ibid., hlm. 7.
Aneksasi Rusia di Krimea dan Konsekuensi bagi Ukraina | Indriana Kartini | 35
dipertanyakan dengan melihat pernyataan Aneksasi Rusia di Krimea
utusannya sendiri.37 Aneksasi Rusia di Semenanjung Krimea pada
Tahun 1993 menandai perubahan dalam Februari dan Maret 2014, telah membawa
politik luar negeri Rusia, menjauhi, apa yang Eropa ke dalam krisis sejak berakhirnya Perang
disebut Andrei Kozyrev, orientasi atlantisis Dingin. Invasi Rusia di wilayah Ukraina ini
pro-Barat, menjadi lebih nasionalistik, yang merupakan eskalasi taktik yang telah digunakan
mencerminkan dukungan terhadap separatis Kremlin selama dua dekade terakhir dalam
Krimea. Pada pertengahan Juli 1993, ketika mempertahankan pengaruhnya di bekas wilayah
parlemen Rusia mengeluarkan instruksi untuk Uni Soviet. Sejak 1990an, Rusia telah mendukung
mempersiapkan draft UU “untuk mengabadikan secara langsung maupun berkontribusi dalam
status federal dari kota Sevastopol dalam pecahnya empat wilayah etnis di Eurasia, seperti
Konstitusi Federasi Rusia”, terdapat 166 suara Transnitria, sebuah negara di Moldova yang
mendukung, dan 1 suara menolak. Perubahan mendeklarasikan kemerdekaan, yang terletak di
ini terjadi setelah kemenangan partai Komunis antara Sungai Dniester dan Ukraina; Abkhazia,
dan nasionalis ekstrim pada pemilu Duma Rusia, di pantai Laut Hitam Georgia; Ossetia Selatan,
Desember 1993. Tentu saja, retorika Rusia atas di utara Georgia; dan Nagorno-Kharabakh,
isu Krimea ditujukan untuk “konsumsi” domestik wilayah pegunungan di barat daya Azerbaijan
di Rusia, khususnya untuk kemenangan pemilu. yang mendeklarasikan kemerdekaannya di bawah
Persepsi patriot Rusia bahwa Armada Laut Hitam perlindungan Armenia, menyusul terjadinya
dan persoalan Krimea saling berkaitan, menguat, perang sipil yang brutal. Dalam kasus ini,
salah satunya dipengaruhi oleh publikasi kutipan Moskow, telah menciptakan, apa yang disebut
surat yang dikirim oleh Lukin kepada Ruslan dengan “frozen conflict” di negara-negara ini,
Khasbulatov, ketua Parlemen Tertinggi Soviet dimana wilayah yang memisahkan diri berada di
Rusia yang merekomendasikan Krimea sebagai luar kontrol pemerintah pusat, sementara otoritas
kartu tawar dalam perselisihan mengenai armada. de facto lokal, menikmati proteksi dan pengaruh
Dalam konteks ini, elit puncak Rusia pasca Rusia.40
runtuhnya Uni Soviet, ingin memberi tekanan Hingga Rusia menganeksasi Krimea, situasi
kepada Ukraina melalui ancaman konflik sosial di semenanjung berjalan sesuai dengan skenario
di Krimea (dan keterlibatan militer Rusia di yang telah dikenal. Moskow menggunakan
dalamnya) dalam rangka mengamankan aksesnya ketegangan etnis dan menggelar kekuatan
ke Sevastopol.38 militer terbatas ketika terjadi kekisruhan politik,
Pada April 2010, dilakukan perjanjian antara sebelum mendorong revisi teritorial yang
pemerintah Ukraina dengan Rusia yang dikenal mengijinkan Moskow menginjakkan kakinya
dengan nama “Fleet for gas” sebagai barter di wilayah yang bertikai. Dalam kasus aneksasi
untuk perpanjangan masa penyewaan Armada Krimea, Rusia telah meninggalkan taktik lama
Laut Hitam Rusia di Sevastopol dimana Ukraina dan berani meningkatkan resiko. Keberanian
memperoleh diskon harga 30% untuk impor Rusia bertindak jauh di Krimea, dibandingkan
gas dari Rusia. Perjanjian yang ditandatangani dengan kasus-kasus sebelumnya, didorong
pada 21 April 2010 antara Presiden Yanukovych oleh faktor strategis Ukraina bagi Rusia dan
dengan Presiden Medvedev memutuskan bahwa keinginan kuat Presiden Rusia Vladimir Putin
Rusia mendapat konsesi perpanjangan masa sewa untuk menunjukkan konfrontasinya dengan
hingga 25 tahun setelah 2017 dengan tambahan 5 Barat, yang dipandang elit Rusia sebagai hipokrit
tahun masa sewa (dari 2042-2047).39 Perjanjian dan antagonistis terhadap kepentingan Rusia.
ini dianggap kontroversial di Ukraina. Dengan melihat intervensi Rusia di beberapa
bekas wilayah Soviet, dapat diasumsikan bahwa
37
Ibid., hlm. 9.
38
Ibid., hlm 9-10. April 2010, diakses pada tanggal 5 Oktober 2014.
39
Ivan Watson & Maxim Tkachenko, “Rusia, Ukraine Agree 40
Jeffrey Mankoff, “Russia’s Latest Land Grab: How Putin
on Naval Base-for-Gas Deal”, http://edition.cnn.com/2010/ Won Crimea and Lost Ukraine”, Foreign Affairs, Vol. 93, No.
WORLD/europe/04/21/russia.ukraine/index.html?hpt=T2, 21 3, Mei/Juni 2014.
41
Ibid. 43
Ibid.
42
Ibid. 44
Ibid.
Aneksasi Rusia di Krimea dan Konsekuensi bagi Ukraina | Indriana Kartini | 37
bagi Barat dan Putin menegaskan bahwa blok ini politik internal, geopolitik, maupun ekonomi
tidak akan berarti tanpa keikutsertaan Ukraina di dalam bentuk hilangnya properti negara di
dalamnya. Impian Eurasia ini – dimana prospek semenanjung, termasuk sektor energi dan
perjanjian kerja sama antara Ukraina dan Uni pertambangan serta infrastruktur pelabuhan
Eropa pada November 2013 menjadikan Ukraina yang signifikan bagi eksportir Ukraina. Selain
tidak masuk dalam Uni Eurasia – menjadi itu, muncul pula permasalahan demarkasi.
perhatian besar Putin dan mendorongnya Secara de facto, perbatasan darat antara Ukraina
untuk memberikan konsesi kepada Presiden dan Krimea berada di antara wilayah Republik
Viktor Yanukovych berupa jaminan pinjaman Otonom Krimea dan wilayah Kherson Ukraina,
kepada Ukraina, dengan harapan Kiev menolak sepanjang 20 km. Rusia kemungkinan akan
tawaran dari Brussel. Namun, perkembangan berupaya mengambil alih sebagian wilayah
di Ukraina tidak sesuai dengan harapan Rusia. Arabat Spit yang merupakan bagian dari wilayah
Tindakan Yanukovych menolak menandatangani Kherson untuk mengontrol stasiun kompresor
perjanjian dengan Uni Eropa telah mengakibatkan pipa gas yang menyuplai Krimea. Negosiasi
protes yang berujung dengan digulingkannya awal mengenai batas perairan di Laut Azov tidak
Yanukovych dari kursi presiden. Ditambah lagi, lagi relevan mengingat titik awal pembagian
pada 21 Maret 2014, pemerintahan sementara wilayah perairan berubah secara fundamental.
Ukraina akhirnya menandatangani perjanjian Yang penting dilakukan adalah menentukan
dengan Uni Eropa. demarkasi wilayah perairan dan batas benua di
Meski Moskow memiliki berbagai cara yang barat Krimea, dimana terdapat ikan, minyak, dan
dapat digunakan untuk meluaskan pengaruh gas alam; dan untuk menentukan rute pelayaran
regionalnya, seperti ekspor energi dan ikatan ke pelabuhan Odessa, Belgorod, Nikolayev
perdagangan, tetapi dukungan terhadap gerakan dan Kherson. Ukraina tidak mau menunda
separatis merupakan senjata kuat. Negara-negara perundingan dalam persoalan ini karena jika
yang bergantung pada perlindungan Rusia, seperti hal itu dilakukan maka dapat diartikan sebagai
Abkhazia, Ossetia Selatan, Transnitria, dan pengakuan atas perubahan teritorial. Dalam hal
sekarang Krimea, berperan sebagai wilayah untuk ini, pemerintah Ukraina akan terus mempercepat
memproyeksikan pengaruh politik dan ekonomi demarkasi batas wilayah darat Ukraina/Rusia di
Rusia. Moskow tidak membantu Nagorno- luar Krimea, meski Moskow akan menghalangi
Karabakh secara langsung, namun membantu upaya tersebut.46
Armenia. Abkhazia, Ossetia Selatan, Transnitria Sementara itu, dari perspektif ekonomi,
mengizinkan Rusia untuk menempatkan pasukan efek hilangnya Krimea bagi Ukraina hanya
di wilayah mereka, begitu pula dengan Armenia. berpengaruh pada makro ekonomi dalam lingkup
Dalam hal ini, Abkhazia dan Ossetia Selatan terbatas (Krimea menyumbangkan 3,6% bagi
menjadi tempat bernaung sekitar 3.500 pasukan GDP Ukraina tahun 2013). Namun, hal ini akan
Rusia, serta sekitar 1.500 personel Federal mengakibatkan efek serius bagi sektor ekonomi
Security Service; Transnitria memiliki 1.500 tertentu yang disebabkan oleh pengambilalihan
tentara Rusia di wilayahnya; dan Armenia properti Ukraina yang terletak di semenanjung
memiliki sekitar 5.000 pasukan Rusia. Salah satu oleh pemerintahan Krimea. Hilangnya sektor
alasan penting mengapa Moskow menganeksasi energi lokal dan aset pertambangan merupakan
Krimea adalah nilai strategis semenanjung itu harga mahal yang harus dibayar Ukraina,
yang juga menjadi stasiun Armada Laut Hitam termasuk perusahaan Chomomornaftohaz.
Rusia.45 Perusahaan ini merupakan salah satu dari tiga
perusahaan tambang negara yang dimiliki oleh
Konsekuensi Lepasnya Krimea bagi NAK Naftogaz Ukraina dan salah satu perusahaan
Ukraina
46
Tadeusz A. Olszanski, Agata Wierzbowska-Miazga, “The
Bagi Ukraina, lepasnya Krimea menimbulkan consequences of the Annexation of Crimea,” http://www.osw.
beberapa konsekuensi, baik perubahan konstelasi waw.pl/en/publikacje/analyses/2014-03-19/consequences-
annexation-crimea, 19 Maret 2014, diakses pada tanggal 3
45
Ibid. Oktober 2014.
Aneksasi Rusia di Krimea dan Konsekuensi bagi Ukraina | Indriana Kartini | 39
penentuan nasib sendiri (self-determination).52 seorang pebisnis dengan pengalaman panjang
Namun demikian, Li Zhiguo mengungkapkan dalam pemerintahan, yang jauh mengungguli
bahwa situasi akan berbeda jika Barat berhenti mantan PM Yulia Tymoshenko. Poroshenko
menekan Rusia setelah Presiden Ukraina yang pro-Barat menjanjikan ikatan ekonomi dan
terguling, Viktor Yanukovych, mengumumkan politik yang lebih erat dengan negara-negara
diadakannya pemilu presiden lebih dini sebagai Barat. Namun, mengingat Rusia menyuplai
salah satu cara mengakhiri krisis politik pada 21 sebagian besar kebutuhan gas alam dan menjadi
Februari 2014.53 pasar terbesar Ukraina, maka Presiden Ukraina
Sementara itu, kekuatan politik di wilayah yang baru terpilih harus pula memperbaiki
barat Ukraina berniat untuk membersihkan hubungan dengan Rusia.
kekuatan pro-Rusia yang ada di wilayah timur Dalam konteks wilayah timur Ukraina yang
Ukraina, dan meningkatkan krisis politik di Kiev ingin mengikuti jejak Krimea, jika wilayah timur
yang membuat marah Rusia. Saat ini Putin ingin Ukraina dapat berbagi dalam proses politik
memberikan pelajaran kepada Barat yang telah Ukraina pasca pemilu, dimana Rusia masih
mendukung “Revolusi Oranye” di Ukraina pada memiliki suara dalam urusan domestik Ukraina,
2004.54 Dalam pidatonya, Putin terus menyerang maka Rusia tidak akan mengintervensi lebih
sikap hipokrit dan standar ganda yang dijalankan jauh dalam urusan politik domestik Ukraina.
AS. Dengan direbutnya Krimea yang dianggap Namun, jika kekuatan pro-Rusia tidak dilibatkan
Rusia sebagai “wilayahnya yang hilang”, reputasi dalam pemilu, maka Moskow akan terus
personal Putin sebagai pemimpin kuat dan mendukung keinginan wilayah timur Ukraina
tangguh semakin tinggi. untuk bergabung dengan Rusia. Mengingat
Dalam hubungan antara Barat dan Rusia, Barat tidak memiliki banyak kepentingan di
diprediksikan akan memasuki tahap “cool war”, Ukraina, maka kecil kemungkinan terjadi konflik
dimana pertentangan kedua pihak lebih lemah militer di Ukraina dalam kasus Krimea. Apalagi
ketimbang masa Cold War. Jika semua pihak tanpa bantuan Barat, Ukraina tidak memiliki
tetap berkomitmen untuk mendapat solusi politik, kemampuan untuk mengkonfrontir kekuatan
masih ada harapan bagi stabilitas regional. besar seperti Rusia.
Sementara itu, komunitas internasional khawatir Sebagai reaksi atas krisis Krimea, Presiden
bahwa referendum di Semenanjung Krimea akan AS Barack Obama mengungkapkan bahwa AS
memicu efek domino di timur Ukraina, dimana tidak akan mengambil tindakan militer di Ukraina
kota-kota yang pro-Rusia (Donetsk dan Luhansk) melawan Rusia. Obama juga menegaskan
akan mengikuti jejak Krimea dan mencoba bahwa AS mendorong hubungan terbuka antara
bergabung dengan Rusia.55 Ukraina, Rusia, dan Barat. Pada 5 Maret 2014,
Kekhawatiran dunia internasional akan efek Obama menegaskan bahwa masih terbuka ruang
domino masih terbuka, dengan melihat hasil bagi Ukraina untuk menjadi kawan bagi Barat
pemilu presiden Ukraina yang diadakan pada maupun Rusia. Obama juga mengingatkan
25 Mei 2014 lalu. Dalam pemilu tersebut, keluar Rusia untuk tidak ikut campur dalam urusan
sebagai pemenang adalah Petro Poroshenko, domestik Ukraina, meski mengakui bahwa
Rusia memiliki kepentingan yang “legitimate”
52
Ibid.
di negara tersebut.56
53
Ibid.
Penutup
54
Revolusi Oranye adalah serangkaian protes dan persitiwa
Untuk meredakan krisis di Krimea, pada 17
politik yang terjadi di Ukraina pada akhir November 2004
hingga Januari 2005, setelah pemungutan suara dalam pemilu April 2014, ditandatangani perjanjian antara
presiden Ukraina 2014 yang dipandang diwarnai oleh korupsi, Rusia, Ukraina, AS, dan Uni Eropa di Jenewa.
intimidasi terhadap pemilih. Revolusi ini sebagai respon
terhadap terjadinya kecurangan pemilu dengan tuntutan konkrit
Perjanjian ini tampaknya tidak akan sepenuhnya
untuk menolak hasil pemilu dan menuntut dilakukannya pemilu mengakhiri konflik di Ukraina, tetapi setidaknya
ulang dengan pengawas independen.
55
Ding Ying, op.cit. 56
Ibid.
Jurnal
Ryabchuk, Anastasiya. 2014. “Right Revolution?
Hopes and Perils of the Euromaidan Protests in
Ukraine”. Debatte: Journal of Contemporary
Central and Eastern Europe.
Korostelina, Carina. 2013. “The Multiethnic State-
building Dilemma: National and Ethnic Mi-
norities’ Identities in the Crimea”, National
Identities 5(2).
Mizrokhi, Elena. 2009. “Russian ‘separatism’ in
Crimea and NATO: Ukraine’s Big Hope, Rus-
Aneksasi Rusia di Krimea dan Konsekuensi bagi Ukraina | Indriana Kartini | 41
42 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 43–54
IMPIAN TIONGKOK: NASIONALISME TIONGKOK MELINTAS
BATAS DALAM PEMBANGUNAN TIONGKOK
Hayati Nufus
Abstract
China Dream, of which its core meaning is national rejuvenation of the Chinese nation, is the President Xi
Jinping’s slogan for governing China today. This paper analyzes the efforts of China's rejuvenation through the
China Dream slogan. Through this slogan, China wants to revive the past glory that once belonged to China and
to evoke a sense of nationalism within its society. Moreover, this idea also aims to strengthen the legitimacy of Xi
Jinping and the Chinese Communist Party in its domestic politics. One of the programs conducted by China to
realize its goal is to rebuild the Silk Road (by land and sea) through the idea of One Belt, One Road. Relating to
this, the revival of China is also an attempt to legitimize China’s position as a major power in international politics.
Keywords: China Dream, the rejuvenation of China, Silk Road, China Diplomacy.
Abstrak
Impian Tiongkok dengan kata kunci kebangkitan nasional bangsa Tionghoa merupakan slogan Presiden Xi
Jinping dalam memerintah saat ini. Tulisan ini menganalisis upaya kebangkitan Tiongkok melalui slogan tersebut.
Tujuan digunakannya slogan tersebut adalah untuk membangkitkan kembali kejayaan masa lalu yang pernah
dimiliki Tiongkok dan membangkitkan rasa nasionalisme rakyat. Selain itu, gagasan ini juga memiliki tujuan
untuk memperkuat legitimasi Xi Jinping dan Partai Komunis Tiongkok di dalam politik dalam negerinya. Salah
satu program yang dilakukan oleh Tiongkok untuk mewujudkan cita-citanya adalah dengan membangun kembali
Jalur Sutra melalui gagasan Satu Sabuk, Satu Jalur. Bila dikaitkan dengan pembangunan Satu Sabuk, Satu Jalur,
kebangkitan Tiongkok juga merupakan upaya untuk melegitimasi posisi Tiongkok sebagai negara besar di kancah
politik internasional.
Kata Kunci: Impian Tiongkok, Kebangkitan Tiongkok, Jalur Sutra, Diplomasi Tiongkok.
1
Gorys Keraf, Linguistik Bandingan Tipologis, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1990), hlm. 136.
Impian Tiongkok: Nasionalisme Tiongkok Melintas Batas ... | Hayati Nufus | 43
para pemimpin Tiongkok hingga saat ini. Slogan- negara yang kuat, bangsa yang sejahtera, dan
slogan yang dipilih oleh pemimpin Tiongkok masyarakat yang bahagia.
digunakan untuk menarik perhatian rakyat dan Xi juga menyatakan bahwa Impian Tiongkok
juga sebagai alat untuk membangkitkan semangat bukan hanya milik bangsa Tionghoa saja.
di hati masyarakat Tiongkok. Selain itu, slogan Kesejahteraan yang ingin dicapai melalui Impian
yang dipilih juga dijadikan sebagai visi yang Tiongkok diharapkan dapat dirasakan oleh seluruh
menunjukkan arah kebijakan-kebijakan politik masyarakat di dunia. Inilah yang menjadikan
yang akan diambil oleh Tiongkok. Impian Tiongkok berbeda dengan Impian
Presiden Tiongkok generasi kelima, Xi Amerika (American Dream). 5 Kebangkitan
Jinping, tidak luput dari tradisi penggunaan Tiongkok dilakukan dengan damai, dengan
slogan sebagai visi pemerintahannya. Xi Jinping cita-cita agar dapat membawa keuntungan bagi
memilih slogan yang dikenal dengan : 中国梦 negara-negara berkembang lainnya yang ada di
zhōngguó mèng (Impian Tiongkok). Gagasan sekitar Tiongkok.
mengenai中 国 梦 zhōngguó mèng (Impian Salah satu program yang dilakukan oleh
Tiongkok) pertama kali disampaikan oleh Xi Tiongkok demi mewujudkan cita-cita tersebut
pada saat menghadiri sebuah pameran bertema adalah dengan pembangunan 一 带 一 路
Jalan Kebangkitan yang dilaksanakan pada yidai yilu (Satu Sabuk, Satu Jalur). Gagasan
tanggal 29 November 2012 di Museum Nasional tersebut mengandung dua agenda besar yaitu
Tiongkok. Xi Jinping memberikan penjelasan pembangunan Sabuk Ekonomi Jalur Sutra dan
lebih lanjut tentang gagasan tersebut dalam Jalur Sutra Maritim Abad 21.6
pidatonya pada acara penutupan Sidang Pertama
Jalur Sutra di masa lampau merupakan
Kongres Rakyat Nasional Tiongkok yang ke-12
jalur perdagangan yang sangat penting bagi
di Beijing. Semenjak saat itu, istilah中国梦
pengembangan ekonomi Tiongkok sejak
zhōngguó mèng (Impian Tiongkok) menjadi zaman dinasti. Berkaca dari sejarah pentingnya
sebuah istilah yang sering muncul di televisi, eksistensi Jalur Sutra sejak di masa lampau
media massa, maupun di papan-papan iklan ini, pemerintah Tiongkok memiliki keinginan
pinggir jalan-jalan Tiongkok. 2 Bahkan, pada untuk membangun dan menghidupkan kembali
bulan Desember 2012 media massa Tiongkok Jalur Sutra, sesuai dengan tujuan kebangkitan
menyebutkan bahwa karakter 梦 mèng (mimpi) dalam Impian Tiongkok. Presiden Xi Jinping
menjadi karakter yang paling banyak digunakan
menggunakan gagasan pembangunan kembali
sepanjang akhir tahun 2012.3
“Sabuk” dan “Jalan” Sutra abad 21 sebagai cara
Secara garis besar, perwujudan Impian untuk menghubungkan Tiongkok masa lalu
Tiongkok menurut Xi Jinping terdapat dalam dengan masa kini.7 Tidak dapat dipungkiri bahwa
kata kunci: kebangkitan besar bangsa Tionghoa. sejarah telah mencatat Jalur Sutra sebagai simbol
Xi Jinping menyatakan: “….我以为,实现中 kekuatan dan keberhasilan Tiongkok di masa
华民族伟大复兴,就是中华民族近代以来最 lampau. Presiden Xi mencoba mengingatkan
伟大的梦想....” “…Menurut saya, mewujudkan kembali dunia internasional akan kejayaan yang
kebangkitan besar bangsa Tionghoa merupakan pernah dimiliki oleh Tiongkok tersebut.
impian terbesar bangsa Tionghoa pada abad
ini….”.4Dalam rangka mewujudkan kebangkitan
bangsa Tionghoa tersebut, harus dibangun sebuah 5
Li Yu, “Yu Wujin: “Zhongguo Meng” Ji zaofu Zhongguo ye
zaofu shijie”, CSS Today, 29 Maret 2013, http://www.csstoday.
2
Joyce Lee, “Expressing the Chinese Dream”, The Diplomat, net/Item/58148.aspx , diakses pada tanggal 20 Mei 2014.
28 Maret 2014, http://thediplomat.com/2014/03/expressing-
the-chinese-dream/?img=1#postImage , diakses pada tanggal 6
Sun Dan, “Wei he Yi Dai Yi Lu?”, Economic Daily, 27
27 Juni 2014. September 2014, http://www.ce.cn/ztpd/xwzt/guonei/2014/
ydyl/wjzl/201409/27/t20140927_3610622.shtml , diakses pada
3
“Chasing the Chinese Dream”,. The Economist, 4 Mei 2013. tanggal 29 September 2014.
4
Sambutan Xi Jinping pada saat menghadiri pameran “Jalan 7
Sun Dan, “Wei he Yi Dai Yi Lu?”, Economic Daily, 27
Kebenaran”, Zhongguo Gongchandang Xinwen Wang 30 September 2014, http://www.ce.cn/ztpd/xwzt/guonei/2014/
November 2012, http://cpc.people.com.cn/n/2012/1130/ ydyl/wjzl/201409/27/t20140927_3610622.shtml , diakses pada
c64094-19746088.html , diakses pada tanggal 25 Juni 2014. tanggal 29 September 2014.
Impian Tiongkok: Nasionalisme Tiongkok Melintas Batas ... | Hayati Nufus | 45
Penggunaan Impian Tiongkok berkaitan erat kembali peran partai dalam perkembangan
dengan tujuan Xi untuk menguatkan dukungan Tiongkok hingga saat ini.
rakyat atas posisinya sebagai pemimpin. Latar Sejarah mencatat bahwa Tiongkok pernah
belakang keluarga Xi, terutama ayahnya yang menjadi sebuah bangsa yang besar sejak masa
pernah mendapatkan “hukuman” atas tuduhan dinasti hingga abad ke-18. Baru pada saat
mengkhianati partai dapat menjadi bumerang imperialisme Barat mulai masuk melalui Perang
yang sewaktu-waktu menyerangnya. Tuduhan Candu pada tahun 1840 dan memaksa Tiongkok
atas ayahnya tersebut menempatkan posisi Xi untuk membuka pintu perdagangannya, kekuasaan
menjadi sulit untuk dapat diterima oleh PKT Tiongkok perlahan mulai mundur. Setelah Perang
sejak masa mudanya. Xi bahkan harus melewati Candu, Tiongkok mulai memasuki abad yang
10 kali pendaftaran dengan 9 kali ditolak untuk disebut dengan “abad penghinaan”. Wilayah yang
menjadi anggota PKT. Dengan posisinya semula berada di bawah kedaulatan Tiongkok
sebagai pemimpin Tiongkok saat ini, Xi harus menjadi terpecah-pecah dan terjajah. Di tengah
menunjukkan citra bahwa ia adalah tokoh yang desakan dan ancaman imperialisme Barat itulah
mengabdi dan bisa melebur dengan rakyat. rakyat Tiongkok kemudian mulai bangkit dan
Untuk itu melalui Impian Tiongkok, Xi Jinping melakukan perlawanan. Pembentukan Partai
menghubungkan takdir negara dengan nasib Komunis Tiongkok dan berdirinya Republik
masing-masing rakyatnya. Rakyat Tiongkok di bawah pimpinan Mao Zedong
Di samping untuk melegitimasi posisinya dianggap sebagai titik terbukanya jalan Tiongkok
sebagai pemimpin Tiongkok, konsep Impian untuk kembali mendapatkan apa yang menjadi
Tiongkok juga membawa pengaruh dalam haknya. Wilayah-wilayah yang semula diduduki
melegitimasi kekuatan PKT. Di tengah dinamika oleh pemerintah kolonial berhasil dimiliki
politik dan munculnya berbagai permasalahan di kembali.
dalam negeri Tiongkok, terutama permasalahan Dalam acara pameran Jalan Kebangkitan
kesenjangan sosial dan kemiskinan yang yang dilaksanakan pada 29 November 201210
tak kunjung usai, harapan kebangkitan dan dipaparkan gambaran mengenai penderitaan
kesejahteraan melalui slogan yang dihidupkan Xi yang dialami oleh masyarakat Tionghoa di
Jinping ini menjadi sebuah angin segar. Dengan bawah kolonialisme asing yang kemudian
penekanan bahwa Impian Tiongkok adalah mimpi berhasil “diselamatkan” oleh Partai Komunis
seluruh rakyat Tionghoa, lebih mudah bagi Xi Tiongkok. Sebagaimana yang disampaikan oleh
Jinping untuk mengasosiasikan mimpi masing- Xi: “每一个中国人想起那段历史都会感到
masing rakyat dengan mimpi negara. Rakyat pun 心痛”(Setiap warga Tiongkok yang teringat
akan menggantungkan impiannya pada partai akan masa sejarah (yang memilukan) itu akan
sebagai pemegang kekuasaan di negara. Hal ini merasa sakit hati).11
membuat posisi PKT dan negara menjadi sangat
Ada dua sisi emosi yang coba dibangkitkan
penting bagi rakyat.
oleh Xi Jinping melalui momen di atas. Pertama
Selain itu, Xi juga menggunakan slogan adalah perasaan sakit hati rakyat Tiongkok yang
Impian Tiongkok untuk membangkitkan rasa coba diingatkan kembali dengan memperlihatkan
nasionalisme dan perasaan cinta tanah air di “abad penghinaan” yang menjadi bagian dari
hati masyarakat Tionghoa. Tujuan utama dalam sejarah Tiongkok. Kedua adalah perasaan bangga
slogan tersebut adalah实现中华民族伟大复兴 atas berdirinya PKT yang menjadi penyelamat
(mewujudkan kebangkitan nasional bangsa bagi mereka dan kesadaran bahwa mereka
Tionghoa). 9 Bukan tanpa alasan Xi Jinping pernah menjadi bangsa yang besar. Kedua
menggunakan momen pameran Jalan Kebangkitan
10
Ren Xiaosi, The Chinese Dream: What It Means for China
untuk mengutarakan konsep kebangkitan nasional and the Rest of the World”, (Beijing: New World Press, 2013),
yang dimilikinya. Xi mencoba mengingatkan hlm. 5.
11
Leng, Rong, “Shenme Shi Zhongguo Meng, Zenme Lijie
9
“What does Xi Jinping’s China Dream mean?”, BBC, 6 Juni Zhongguo Meng”, 27 Juni 2014, http://paper.people.com.cn/
2013, http://www.bbc.com/news/world-asia-china-22726375 , rmrb/html/2014-06/27/nbs.D110000renmrb_01.htm , diakses
diakses pada tanggal 25 Juni 2014. pada tanggal 28 Juni 2014.
Impian Tiongkok: Nasionalisme Tiongkok Melintas Batas ... | Hayati Nufus | 47
Sementara itu, setelah kepemimpinan Adapun yang dimaksud dengan jalan
Deng Xiaoping, konsep kebangkitan juga Tiongkok adalah jalan yang sesuai dengan
masih digunakan oleh Jiang Zemin dan Hu karakteristik Tiongkok. Satu-satunya jalan yang
Jintao. Presiden ketiga dan keempat Tiongkok dianggap sesuai dengan karakteristik Tiongkok,
ini menitikberatkan tujuan kebangkitan pada menurut Xi adalah dengan menggunakan
kekuatan Tiongkok di tingkat nasional dan standar sosialisme yang berkepribadian Tiongkok.
hidup yang lebih baik bagi masyarakat Tiongkok Sementara yang dimaksud dengan semangat
pada tingkat individual. Konsep ini dapat dilihat Tiongkok pada poin keharusan yang kedua
sebagai kelanjutan dari ide “penyegaran kembali adalah semangat mencintai tanah air. Dengan
Tiongkok” yang dicanangkan oleh Deng. Namun, adanya semangat cinta tanah air yang terus
penekanan kebangkitan Tiongkok bukan lagi dikembangkan di tengah-tengah masyarakat,
dilihat dari jatuhnya Tiongkok akibat Revolusi maka seluruh rakyat Tionghoa dapat bersatu.
Kebudayaan, tetapi mundur hingga fase sejarah Setelah seluruh masyarakat Tionghoa dapat
yang lebih terbelakang lagi, yaitu dengan melihat bersatu, maka kekuatan Tiongkok pun dapat
bagaimana kekuatan Barat pada masa kolonial terhimpun. Kekuatan yang terbentuk dari seluruh
menyebabkan keterbelakangan dan jatuhnya himpunan masyarakat Tiongkok inilah yang
kejayaan Tiongkok. menjadi kekuatan utama dalam perwujudan
Konsep kebangkitan berlandaskan nilai-nilai kebangkitan bangsa Tionghoa.19
sejarah tersebutlah yang kemudian dilanjutkan Dalam perwujudannya, Impian Tiongkok
oleh Xi Jinping dalam gagasan Impian Tiongkok. harus sejalan dan disesuaikan dengan cita-cita
Gagasan ini mengandung nilai sejarah yang partai dalam rancangan “dua abad” atau dua
tinggi. Semangat kebangkitan sudah dimiliki kali 100 tahun. Rencana “dua kali 100 tahun”
oleh bangsa Tionghoa bahkan sejak mereka yang dimaksud yaitu cita-cita Tiongkok untuk
dihadapkan pada Perang Candu ataupun perang mewujudkan “masyarakat kelas menengah”
melawan Jepang. Harapan akan Tiongkok yang pada tahun 2021 (100 tahun berdirinya PKT),
lebih baik, harapan akan kebahagian hidup serta mewujudkan “negara sosialis modern yang
generasi-generasi selanjutnya, membentuk kaya, kuat, demokratis, beradab, dan harmonis”
kekuatan dan semangat dalam diri masing- pada tahun 2049 (100 tahun berdirinya Republik
masing rakyat Tiongkok untuk mengusahakan Rakyat Tiongkok).20
kebangkitan Tiongkok. Oleh karena itu, gagasan Apa yang ingin dicapai oleh Impian
tentang Impian Tiongkok ini merupakan mimpi Tiongkok bukan hanya semata-mata membawa
yang penuh dengan harapan.18 keuntungan bagi rakyat Tiongkok saja. Xi
Sebagai panduan dalam mewujudkan mengungkapkan bahwa Impian Tiongkok
Impian Tiongkok, Xi memberikan prinsip 三 merupakan impian seluruh masyarakat Tionghoa
个必须 San ge bixu “3 keharusan” yang harus yang sejalan dengan impian seluruh masyarakat
dipatuhi, yaitu: di dunia.21 Bahwa mewujudkan sebuah bangsa
1. 必 须 走 中 国 道 路 Bixu zou Zhongguo yang sejahtera dan rakyat yang bahagia adalah
daolu Harus menempuh jalan Tiongkok. cita-cita seluruh negara yang ada di dunia.
Dalam mewujudkan cita-cita Impian Tiongkok
2 . 必 须 弘 扬 中 国 精 神 Bixu siyang
Zhongguo jingshen Harus dengan
19
Zhang Li, “San Ge Bixu: Shixian Zhongguo Meng de Bi
memelihara semangat Tiongkok.
Sheng Fabao”, Renmin Wang Lilun, 11 April 2013, http://
3. 必须凝聚中国力量 Bixu ningju theory.people.com.cn/n/2013/0411/c40537-21102009.html ,
diakses pada tanggal 25 Juni 2014.
Zhongguo liliang Harus menghimpun
kekuatan Tiongkok.
20
Leng Rong, “Shenme Shi Zhongguo Meng, Zenme Lijie
Zhongguo Meng”, Renmin Wang, 27 Juni 2014, http://paper.
people.com.cn/rmrb/html/2014-06/27/nbs.D110000renmrb_01.
htm , diakses pada tanggal 24 Juli 2014.
18
Sambutan Xi Jinping pada saat menghadiri pameran “Jalan
Kebenaran”, Zhongguo Gongchandang Xinwen Wang, 30 21
“Zhongguo Zhu Meng Zhi Lu Yu Shijie Tonghang”, Xinhua
November 2012, http://cpc.people.com.cn/n/2012/1130/ Net, 19 Agustus 2013, http://www.xinhuanet.com/world/
c64094-19746088.html , diakses pada 25 Juni 2014. jrch/20130819.htm , diakses pada tanggal 22 Februari 2014.
Impian Tiongkok: Nasionalisme Tiongkok Melintas Batas ... | Hayati Nufus | 49
Sumber : http://images.takungpao.com/2014/0407/20140407023229164.jpg diakses pada tanggal
22 Juni 2014.
Dapat dilihat pada peta di atas bahwa Tengah dan Eropa. Sementara, Jalur Sutra
jalur yang dilalui oleh Jalur Sutra bukan hanya Maritim rencananya akan menghubungkan jalur
mencakup negara-negara di Asia saja, tetapi juga perdagangan melalui pelayaran sebagaimana
melewati negara-negara di Eropa. Jalur ini tentu yang ditunjukkan oleh garis biru putus-putus
menjadi bukti keberhasilan Tiongkok yang pada pada gambar. Jalur tersebut akan menghubungkan
saat itu sudah dapat menjangkau wilayah-wilayah pelabuhan-pelabuhan yang ada di Tiongkok
yang jauh darinya. Selain itu, jalur tersebut dengan Samudra Hindia, Teluk Persia, Laut
memberikan banyak keuntungan ekonomi bagi Merah, hingga ke Teluk Aden.25
Tiongkok melalui perdagangan yang dilakukan Jika dibandingkan antara Gambar 1 dan
dengan negara-negara yang dilewati. Gambar 2, dapat dilihat bahwa cakupan wilayah
Konsep rancangan Satu Sabuk, Satu Jalur yang nantinya akan dilalui oleh Jalur Sutra yang
yang akan dibangun oleh Tiongkok tidak berbeda baru lebih banyak dari pada Jalur Sutra kuno
jauh dengan Jalur Sutra yang sudah ada. Untuk Tiongkok. Ada keterhubungan antara Sabuk
lebih jelas, rancangan pembangunan Sabuk Ekonomi Jalur Sutra dan Jalur Sutra
Ekonomi Jalur Sutra dan Jalur Sutra Maritim Maritim Abad 21. Ini artinya, lebih banyak
Abad 21 dapat dilihat pada Gambar 2. negara-negara yang akan dirangkul dalam
Pada Gambar 2, garis putus-putus merah kerja sama oleh Tiongkok. Hubungan antara
menunjukkan jalur yang akan dibangun oleh Tiongkok dengan negara-negara di Asia ataupun
Tiongkok melalui Jalur Sutra Darat atau negara berkembang lain yang dilalui oleh jalur
Sabuk Ekonomi Jalur Sutra. Jalur ekonomi tersebut akan membawa pengaruh yang cukup
tersebut membentang dari Xi’an, Tiongkok penting dalam memfasilitasi Tiongkok untuk
hingga ke Venesia, Italia. Jalur Sutra darat ini
akan menghubungkan Tiongkok dengan Asia 25
Ruslan, op.cit.
Gambar. 2. Rancangan Pembangunan “Sabuk Ekonomi Jalur Sutra” dan “Jalur Sutra Maritim Abad 21”
Impian Tiongkok: Nasionalisme Tiongkok Melintas Batas ... | Hayati Nufus | 51
Diplomasi Tiongkok yang lebih aktif ini dalam menghadapi perselisihan dengan negara
sesuai dengan apa yang disampaikan oleh lain. Jika terjadi sengketa dalam kerja sama,
Xi Jinping dalam Konferensi yang diadakan Tiongkok harus mengutamakan penyelesaian
oleh PKT dalam rangka membahas tentang konflik dengan jalan dialog atau konsultasi.33
perkembangan politik luar negeri Tiongkok pada Hal penting lain yang menjadi prioritas
tanggal 28-29 November 2014 di Beijing.30Xi Tiongkok dalam diplomasinya adalah menjalin
menyampaikan bahwa interaksi Tiongkok dengan hubungan yang baik dengan negara-negara
komunitas-komunitas internasional menjadi berkembang, terutama negara-negara yang
lebih dekat apabila dibandingkan dengan tahun- berbatasan langsung dengan Tiongkok. Prioritas
tahun sebelumnya. Menurut Xi, Tiongkok saat ini tentu bisa dipahami terkait dengan program
ini sedang berada pada tingkatan yang sangat pembangunan Satu Sabuk, Satu Jalur Tiongkok.
krusial dalam era perkembangannya. Maka Asia Timur dan Asia Tenggara adalah negara-
dari itu, Tiongkok harus mampu menyejajarkan negara yang paling dekat dengan Tiongkok.
diri dalam perkembangan global untuk dapat Tiongkok menyadari bahwa kekuatan wilayah
mempertahankan atau bahkan meningkatkan regional juga berperan penting bagi Tiongkok.
perkembangan negaranya sendiri. 31Namun Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok menyatakan
demikian, Xi berpesan bahwa dalam memandang bahwa pada tahun 2013 jumlah perdagangan
perkembangan global, Tiongkok tidak boleh Tiongkok dengan negara di Asia Timur dan
mengesampingkan pandangan-pandangan dan Asia Tenggara mencapai 1,14 juta USD. 34
nilai-nilai yang menjadi karakteristik Tiongkok. Angka tersebut melampaui angka perdagangan
Dalam menentukan arah pembangunannya, Tiongkok dengan Amerika ataupun dengan Uni
Tiongkok juga harus menimbang masalah Eropa.
kepentingan domestik dan internasional, dan
Tiongkok sadar bahwa negara-negara di
harus tetap menjunjung prinsip perkembangan
kawasan Asia-Pasifik merupakan kawasan
secara damai.
yang memiliki potensi besar untuk mendukung
Selain mengutamakan perkembangan secara perkembangannya dari segi ekonomi.
damai, dalam diplomasi barunya ini Tiongkok Pembangunan Satu Sabuk, Satu Jalur salah
juga mengembangkan konsep kerja sama “win- satunya tentu bertujuan untuk memanfaatkan
win cooperation” dalam berhubungan dengan potensi di kawasan Asia Pasifik tersebut. Selain
negara-negara di sekitarnya.32Konsep kerja sama itu, Tiongkok juga mengeluarkan inisiatif
tersebut dilakukan dengan berlandaskan pada pembangunan Bank Investasi Infrastruktur Asia.
persahabatan, ketulusan, keuntungan bersama, Inisiatif-inisiatif yang mengarah pada kerja
dan inklusifitas. Kerja sama tersebut juga harus sama ini dapat dipahami mengingat Tiongkok
dilandaskan pada prinsip menjunjung tinggi memiliki ketergantungan kepada negara-
hukum, menghargai prinsip nonintervensi dalam negara disekitarnya dalam hal pemenuhan
urusan internal negara lain, serta menghargai kebutuhannya akan bahan produksi mentah,
pilihan independen negara lain. Tiongkok juga pasar, investasi, dan teknologi. Kedamaian dan
harus mengutamakan penyelesaian secara damai kestabilan di kawasan tersebut perlu dijaga
untuk mempertahankan keberlangsungan
Wider Connectivity”, The Daily Star, 1 Oktober 2014 http:// pembangunan Tiongkok. Salah satu cara
www.thedailystar.net/chinese-silk-road-initiative-for-wider-
connectivity-44022 , diakses pada tanggal 5 Oktober 2014. menjaga kedamaian tersebut dilakukan dengan
mengikat negara-negara di sekitar Tiongkok
30
“The Central Conference on Work Relating to Foreign Affairs
was Held in Beijing”, 29 November 2014, http://www.fmprc. dalam kerangka kerja sama ekonomi. Selama
gov.cn/mfa_eng/zxxx_662805/t1215680.shtml , diakses pada Tiongkok masih memiliki kebutuhan tersebut,
tanggal 1 Oktober 2014.
31
Chen Dingding, “The Top 5 Achievements of Chinese 33
Ibid.
Diplomacy in 2014”, The Diplomat, 31 Desember 2014, http://
thediplomat.com/2014/12/the-top-5-achievements-of-chinese- 34
Liu Zhenmin, “Wei Yazhou de Wending yu Fanrong Gongxian
diplomacy-in-2014/ , diakses pada tanggal 1 Oktober 2014. Zhongguo Liliang”, Renmin Wang, 28 April 2014., http://
politics.people.com.cn/n/2014/0428/c1001-24948393.html ,
32
Ibid. diakses pada tanggal 22 Mei 2014.
Impian Tiongkok: Nasionalisme Tiongkok Melintas Batas ... | Hayati Nufus | 53
Ren, Xiaosi. 2013. The Chinese Dream: What It Min, Xinpei. “China’s rule by slogan is faltering”. Tai-
Means for China and the Rest of the World”. pei Times. http://www.taipeitimes.com/News/
Beijing: New World Press. editorials/archives/2013/04/19/200356008/2.
Tim Perkamusan Indonesia-Tionghoa. 2008. Kamus Ruslan, Heri. “Menelusuri Jalur Sutra”. Republika
Praktis Indonesia-Tionghoa, Tionghoa-Indone- Online. http://www.republika.co.id/berita/du-
sia. Jakarta: Dian Rakyat. nia-islam/khazanah/13/11/03/mvova0-menel-
usuri-jalur-sutra.
Jurnal “Sambutan Xi Jinping pada saat menghadiri pameran
‘Jalan Kebenaran’”. Zhongguo Gongchan-
Wang, Zheng. 2014. “The Chinese Dream: Concept
dang Xinwen Wang. http://cpc.people.com.
and Context”. Journal of Chinese Political Sci-
cn/n/2012/1130/c64094-19746088.html.
ence, 19: 1-13.
Sun, Dan. “Wei he Yi Dai Yi Lu?”. Economic Daily,
http://www.ce.cn/ztpd/xwzt/guonei/2014/ydyl/
Surat Kabar dan Website wjzl/201409/27/t20140927_3610622.shtml.
Chen, Dingding. “The Top 5 Achievements of Chi- The Economist. 2013. “Chasing the Chinese Dream”.
nese Diplomacy in 2014”. The Diplomat, http:// 4 Mei.
thediplomat.com/2014/12/the-top-5-achieve- “The Central Conference on Work Relating to Foreign
ments-of-chinese-diplomacy-in-2014/ . Affairs was Held in Beijing”. http://www.fmprc.
Huang, Rui, “Xi Jinping: Jiakuai Tuijin Sichou Zhi gov.cn/mfa_eng/zxxx_662805/t1215680.shtml.
Lu Jingji Dai he 21 Shiji Haishang Sichou Zhi “What does Xi Jinping’s China Dream mean?”. BBC.
Lu Jianshe”. Xinhua Net, http://news.xinhuanet. http://www.bbc.com/news/world-asia-chi-
com/politics/2014-11/06/c_1113146840.htm . na-22726375.
“Jalan Sutra”, CRI Online, http://indonesian.cri.cn/ Zamir, Muhammad. “Chinese ‘Silk Road’ Initiative
chinaabc/chapter14/chapter140501.htm. for Wider Connectivity”. The Daily Star. http://
Lee, Joyce. “Expressing the Chinese Dream”. The Dip- www.thedailystar.net/chinese-silk-road-initia-
lomat. http://thediplomat.com/2014/03/express- tive-for-wider-connectivity-44022.
ing-the-chinese-dream/?img=1#postImage. Zhang, Li. “San Ge Bixu: Shixian Zhongguo Meng de
Leng, Rong. “Shenme Shi Zhongguo Meng, Zenme Bi Sheng Fabao”. Renmin Wang Lilun, http://
Lijie Zhongguo Meng”. Renmin Wang. http:// theory.people.com.cn/n/2013/0411/c40537-
paper.people.com.cn/rmrb/html/2014-06/27/ 21102009.html.
nbs.D110000renmrb_01.htm . “Zhongguo Zhu Meng Zhi Lu Yu Shijie Tong-
Li, Yu. “Yu Wujin: “Zhongguo Meng” Ji zaofu Zhong- hang”. http://www.xinhuanet.com/world/
guo ye zaofu shijie”. CSS Today. http://www. jrch/20130819.htm.
csstoday.net/Item/58148.aspx.
Liu, Zhenmin. “Wei Yazhou de Wending yu Fanrong
Gongxian Zhongguo Liliang”. Renmin Wang.
http://politics.people.com.cn/n/2014/0428/
c1001-24948393.html.
Abstract
South China Sea dispute becomes a major challenge to the regional stability for ASEAN member countries,
including Indonesia. The dispute was assumed threatening Indonesia’s defense because the contested location is
next to the Natuna sea border. The dispute also becomes a strategic political issue discussed in ASEAN forum.
Therefore, Indonesia, both as the state that pursue its national interest and as the ASEAN natural leader, is trying
to resolve the dispute through peaceful way. This paper focuses on two things, namely how the general figure of the
South China Sea dispute as a potential threat towards Indonesia and how Indonesia play a role in the resolution
process. By literature review method, this paper finds that the dispute is generally on the polarization stage, while
for Tiongkok-Vietnam relations is on segregation stage. Furthermore, this paper also concludes that Indonesia
still play role in the conflict management level. This is due to relatively weak bargaining position of Indonesia
compared to the disputed parties as the internal factor, as well as differences in resolution approach and third
actors involvement that worsen the situation as the external factors.
Keywords: ASEAN, Indonesia's role, South China Sea dispute, peaceful resolution.
Abstrak
Sengketa Laut Tiongkok Selatan merupakan tantangan bagi stabilitas kawasan, termasuk Indonesia, yang
sedang menyongsong Abad Asia. Sengketa ini menjadi ancaman bagi pertahanan Indonesia karena lokasi yang
diperebutkan berada di dekat perbatasan Indonesia. Selain itu, sengketa ini juga menjadi salah satu isu politik yang
menjadi ganjalan di ASEAN. Oleh karena itu, Indonesia, baik dalam posisi sebagai negara yang memperjuangkan
kepentingannya maupun sebagai pemimpin alami ASEAN, berupaya menyelesaikan sengketa tersebut melalui
jalan damai. Tulisan ini berfokus pada dua hal, yaitu bagaimana gambaran umum dari sengketa Laut Tiongkok
Selatan sehingga menjadi potensi ancaman bagi kepentingan nasional Indonesia dan bagaimana peran Indonesia
dalam upaya penyelesaian sengketa tersebut. Melalui metode studi pustaka, tulisan ini menemukan bahwa sengketa
ini secara umum berada dalam tahap polarisasi, bahkan untuk hubungan Tiongkok-Vietnam sudah masuk tahap
segregasi. Kemudian, peran Indonesia masih dalam tingkat pengelolaan konflik. Hal ini disebabkan oleh hambatan
internal berupa posisi tawar Indonesia yang relatif lebih lemah dibanding negara yang bersengketa maupun hambatan
eksternal berupa perbedaan pendekatan penyelesaian dan keterlibatan pihak-pihak asing yang turut memperkeruh
dinamika sengketa.
Kata Kunci: ASEAN, Laut Tiongkok Selatan, peran Indonesia, penyelesaian secara damai.
Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 55
Pendahuluan sengketa. Laut Tiongkok Selatan sendiri
Di abad ke-21, konstelasi dunia diprediksi akan berbatasan langsung dengan perairan Indonesia di
berubah. Kekuatan ekonomi dan politik mulai Kabupaten Natuna. Selain itu, dinamika sengketa
bergeser dari Eropa dan Amerika ke wilayah Asia. juga mengganggu kinerja ASEAN. Ada empat
Dalam laporan tahun 2011 berjudul Asia 2050: negara anggota ASEAN yang terlibat sebagai
Realizing the Asian Century, Bank Pembangunan pengklaim, yaitu Vietnam, Malaysia, Brunei, dan
Asia mengkalkulasi bahwa pada tahun 2050 Filipina. Oleh karena itu, isu ini sering dibawa
separuh ekonomi dunia ada di tangan kawasan dalam agenda-agenda rapat ASEAN, seperti yang
ini. Selain itu, pendapatan perkapita akan terjadi di KTT ASEAN di Bali pada tahun 2011.2
naik 6 kali lipat menjadi sekitar 38.600 dolar, Dengan berbagai dampak dinamika sengketa
menjadikan rakyat Asia semakmur orang-orang di atas, Indonesia kemudian mengambil inisiatif
Eropa sekarang. Peningkatan ekonomi yang untuk ikut membantu usaha penyelesaian
pesat ini akan dimotori oleh Tiongkok, India, sengketa Laut Tiongkok Selatan. Selain dorongan
Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, dan kepentingan nasional dalam rangka sistem
Thailand.1 Untuk dapat mewujudkan abad Asia pertahanan negara, usaha Indonesia tersebut juga
tersebut, salah satu syarat yang perlu dipenuhi didorong oleh motivasi moral sebagai pemimpin
adalah stabilitas kawasan untuk mendukung alami (natural leader) ASEAN. Usaha Indonesia
kondisi yang ideal bagi pertumbuhan ekonomi. ini merupakan satu-satunya usaha multilateral
Namun demikian, berbagai sengketa dan yang dilakukan, di saat negara-negara yang
konflik perbatasan di kawasan berpotensi bersengketa, terutama Tiongkok, hanya mau
mengancam stabilitas kawasan Asia tersebut. menggunakan pendekatan bilateral. Apalagi,
Salah satu ancaman yang cukup besar Indonesia juga mempunyai catatan yang baik
pengaruhnya adalah sengketa Laut Tiongkok dalam penyelesaian berbagai kasus di kawasan
Selatan. Wilayah Laut Tiongkok Selatan sendiri seperti konflik internal Kamboja pada dekade
merupakan jalur penting bagi perdagangan 80-an hingga awal 90-an, konflik perbatasan
dunia dan jalur pemasok suplai minyak bumi Thailand-Kamboja, dan terakhir demokratisasi
ke Asia Timur. Sengketa ini melibatkan banyak Myanmar. Pengalaman ini dapat dijadikan acuan
negara, baik secara langsung sebagai aktor bagi peran Indonesia agar penyelesaian sengketa
yang mengklaim kepemilikan wilayah tersebut, Laut Tiongkok Selatan dapat dilakukan secara
maupun secara tidak langsung sebagai aktor yang damai dan efektif.
kepentingannya terganggu. Berdasarkan latar belakang di atas, tulisan
Pada tahun 2014, sengketa Laut Tiongkok ini akan mengeksplorasi dua bahasan utama.
Selatan semakin tereskalasi dengan peningkatan Pertama, bagaimana sebenarnya gambaran umum
ketegangan hubungan, terutama antara Tiongkok dari sengketa Laut Tiongkok Selatan sehingga
dan Vietnam. Aksi pengeboran minyak oleh menjadi ancaman bagi kepentingan nasional
Tiongkok di dekat Kepulauan Paracel telah Indonesia. Kedua, bagaimana peran Indonesia
memicu tubrukan antarkapal dua negara tersebut. dalam upaya penyelesaian sengketa tersebut.
Aksi demo dan pengusiran warga negara
Tiongkok juga terjadi di berbagai wilayah di Intervensi Pihak Ketiga sebagai
Vietnam. Hal ini semakin mempersulit proses Cara Penyelesaian Konflik: Tinjauan
penyelesaian sengketa yang selama ini berjalan Konseptual
alot. Keterlibatan Indonesia yang bukan negara
Indonesia sendiri bukan merupakan salah pengklaim dalam sengketa Laut Tiongkok
satu negara yang mengklaim kepemilikan Selatan secara teoritik dapat dikategorikan
wilayah tersebut, tetapi turut terpengaruh sebagai bentuk intervensi pihak ketiga. Intervensi
oleh dinamika sengketa. Hal ini dikarenakan
kedekatan geografis Indonesia dengan wilayah 2
ASEAN, “Chair’s Statement of the 18th ASEAN Summit, 7-8
May 2011”, http://cil.nus.edu.sg/2011/2011-chairs-statement-
1
Asian Development Bank. Asia 2050: Realizing the Asian of-the-18th-asean-summit/, diakses pada tanggal 19 Desember
Century. (Singapore: ADB, 2011), h. 10. 2013.
Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 57
di antara para pihak yang berkonflik. Dalam membuatkan keputusan yang mengikat yang
situasi konflik, pihak yang berkonflik sulit untuk dianggap adil bagi aktor-aktor yang berkonflik.
mempercayai pihak lawannya, sehingga proses Biasanya arbitrasi dalam sengketa wilayah
komunikasi langsung sulit terjadi. Pihak ketiga diselesaikan melalui Mahkamah Internasional
ini menciptakan suatu situasi yang membuat (International Court of Justice). Keenam,
para aktor konflik tersebut merasa aman dari penjagaan perdamaian (peacekeeping), di mana
eksploitasi dan serangan pihak lain. Hal ini pihak ketiga menyediakan personil militer untuk
tidak berarti bahwa pihak ketiga harus netral mengawasi genjatan senjata atau pelaksanaan
atau bebas kepentingan dalam berbagai aspek. kesepakatan, dapat pula termasuk kegiatan
Bahkan, pihak ketiga dimungkinkan untuk kemanusiaan dan pemulihan pemerintahan sipil.11
melakukan pemberdayaan terhadap salah satu Penentuan jenis intervensi pihak ketiga
pihak ketika terjadi defisiensi kekuatan. Hal yang digunakan bergantung pada isu sengketa/
yang penting harus dimiliki oleh pihak ketiga konflik dan sudah sampai tahap mana konflik
adalah komitmen terhadap integritas proses itu terjadi. Ada beberapa model analisis tahap
penyelesaian. Pihak ketiga diharapkan dapat konflik dan intervensi yang paling sesuai, salah
menjembatani ketidakpercayaan antarpihak satu yang paling sering dipakai adalah Model
dan membuat mereka mampu memasuki proses 9 Tahap Eskalasi Konflik dari Friedrich Glasl.
komunikasi langsung. Pada akhirnya, proses Kesembilan tahap tersebut meliputi 1)hardening,
komunikasi langsung tersebut diharapkan 2) debates and polemics, 3)actions not words,
dapat membangun kepercayaan antarpihak 4)images and coalitions,5)loss of face, 6)
yang bermusuhan, sehingga mereka mampu strategies of threats, 7)limited destructive blows,
menyelesaikan akar konflik secara damai.10 8)fragmentation of the enemy, dan 9)together
Menurut Ronald J. Fisher, setidaknya ada into the abyss. Pada tahap 1-3, penyelesaian
enam jenis intervensi yang biasanya digunakan konflik cukup dilakukan oleh pihak-pihak yang
dalam konflik level internasional. Pertama, berkonflik sendiri. Pada tahap 3-5, intervensi
konsiliasi, yaitu proses intervensi di mana pihak pihak ketiga sudah diperlukan melalui fasilitasi.
ketiga yang dipercayai menyediakan sambungan Pada tahap 5-7, intervensi sudah harus meningkat
komunikasi informal kepada aktor-aktor konflik menjadi mediasi. Pada tahap 6-8, konflik perlu
dalam rangka mengidentifikasi isu, menurunkan diselesaikan dengan arbitrasi. Jika konflik sudah
ketegangan, dan mendorong interkasi langsung, pada tahap 7-10, maka intervensi kekuatan
biasanya dalam bentuk negosiasi. Kedua, (power intervention) yang diperlukan.12
konsultasi, di mana pihak ketiga memfasilitasi Model lain yang lebih sederhana
penyelesaian masalah secara kreatif melalui dikembangkan Ronald Fisher. Ia hanya membagi
komunikasi dan analisis, menggunakan eksalasi menjadi empat tahap. Pertama, tahap
kemampuan hubungan antarmanusia dan diskusi, di mana pihak-pihak yang berkonflik
pemahaman sosial-ilmiah tentang etiologi dan biasanya masih menjaga hubungan baik tetapi
dinamika konflik. Ketiga, mediasi murni, di ragu-ragu untuk melakukan negosiasi. Dalam
mana pihak ketiga memfasilitasi penyelesaian tahap ini, pihak ketiga dapat melakukan konsiliasi
isu-isu substantif melalui penggunaan penalaran, untuk mengajak pihak-pihak yang berkonflik
bujukan, kontrol informasi yang efektif, dan duduk bersama dalam negosiasi. Kedua, tahap
saran pilihan-pilihan penyelesaian. Keempat, polarisasi, yaitu hubungan pihak yang berkonflik
mediasi kekuatan, yaitu mediasi yang melibatkan
penggunaan paksaan melalui mekanisme 11
Ronald J. Fisher, Berghof Handbook for Conflict
imbalan dan hukuman, di mana pihak ketiga Transformation: Methods of Third-Party Intervention,
dapat pula menjadi pemantau dan penjamin (Berlin: Berghof Research Center for Constructive Conflict
Management, 2001), hlm. 11.
kesepakatan. Kelima, arbitrasi, yaitu pihak ketiga
12
Friedrich Glasl, Confronting Conflict, (Bristol: Hawthorn
10
Herbert C. Kelman, “Building Trust among Enemies: The Press, 1999). Lihat juga dalam Thomas Jordan, “F. Glasl:
Central Challenge for International Conflict Resolution,” Konfliktmanagement. Ein Handbuch für Führungskräfte,
International Journal of Intercultural Relations (29), 2005, Beraterinnen und Berater” (resensi buku), International Journal
hlm. 639-650. of Conflict Management, Vol 8:2, 1997, hlm. 170-174.
Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 59
sikap protes dari Vietnam dan Filipina. Bahkan Selat Malaka di sebelah barat daya dan Samudra
di Vietnam, terjadi demonstrasi anti-Tiongkok Pasifik di sebelah timur.
secara massal di jalan-jalan kota Hanoi dan Ho Kedua, wilayah ini merupakan bagian dari
Chi Minh pada akhir 2012.16 jalur laut internasional, baik untuk kapal dagang
Pada tahun 2013, Filipina akhirnya dan kadang kapal militer. Jalur ini dikenal
mengambil jalan hukum dengan mengadukan juga sebagai maritime superhighway karena
Tiongkok kepada pengadilan PBB di bawah menjadi salah satu jalur pelayaran tersibuk
kerangka UNCLOS terkait klaim sepihak di dunia. Jumlah kapal tanker yang melewati
Tiongkok terhadap Laut Tiongkok Selatan. Laut Tiongkok Selatan tiga kali lebih banyak
Walaupun demikian, ketegangan tetap berlanjut. dibanding Terusan Suez, dan lima kali lipat
Bahkan pada Mei 2014, saling tabrak kapal milik dibanding Terusan Panama. Diperkirakan 50%
Tiongkok dengan Vietnam terjadi sebagai dampak perdagangan dunia melintas perairan ini. Selain
penempatan peralatan pengeboran Tiongkok di itu, pasokan impor minyak bumi negara-negara
dekat kepulauan Paracel. Insiden ini juga memicu Asia Timur seperti Tiongkok, Korea Selatan,
aksi protes masyarakat Vietnam dengan mengusir dan Jepang dari kawasan Timur Tengah dan
orang-orang berkewarganegaraan Tiongkok dari Afrika juga sebagian besar melewati perairan ini.
negara mereka. Selain minyak bumi, jalur ini juga banyak dilalui
Berdasarkan kronologi di atas, maka dapat kapal yang mengangkut gas alam cair (LNG),
dianalisis bahwa sengketa Laut Tiongkok batu bara, dan bijih besi.17 Berbagai komoditas
Selatan sebenarnya berada di tahap polarisasi, tersebut sangat vital sebagai penggerak industri
yaitu hubungan pihak yang berkonflik mulai negara-negara Asia Timur.
memburuk, persepsi dan emosi negatif mulai Ketiga, lautan di wilayah sekitar kepulauan
muncul, sehingga perlu dilakukan konsultasi. ini diduga mengandung cadangan minyak dan
Bahkan untuk hubungan Tiongkok dengan gas alam yang besar. Walaupun belum ada
Vietnam, dapat dikatakan bahwa mereka sudah penelitian yang berhasil mengkalkulasi berapa
memasuki tahap segregasi, di mana pihak yang jumlahnya, tetapi sedimentasi dari lembah laut
berkonflik sudah tidak saling percaya dan yang ada di wilayah tersebut menunjukkan
saling menghargai, komunikasi langsung sangat tanda-tanda kandungan minyak dan gas. Bahkan,
terbatas, serta ancaman terhadap musuh mulai diperkirakan cadangan minyak dan gas tersebut
dilakukan. Pada tahap ini, seharusnya mediasi merupakan yang terbesar keempat di dunia.18
kekuatan atau arbitrasi lah yang perlu dilakukan Untuk keseluruhan Laut Tiongkok Selatan, salah
untuk mengendalikan permusuhan. satu kalkulasi menyebutkan bahwa cadangan
minyaknya mencapai 213 miliar barel, sementara
2. Isu Sengketa untuk Kepulauan Paracel dan Spratly sekitar
Setidaknya ada tiga hal yang membuat Laut 105 miliar barel. Selain minyak bumi, kawasan
Tiongkok Selatan dan kepulauan yang ada di ini juga diperkirakan mengandung sumberdaya
dalamnya strategis. Pertama, penguasaan terhadap hidrokarbon yang melimpah. Survei Geologi
pulau-pulau tersebut akan sangat menentukan Amerika Serikat (United States Geological
garis batas negara yang menguasainya. Dengan Survey) menaksir bahwa 60-70% hidrokarbon
demikian, laut teritorial dan Zona Ekonomi tersebut berupa gas alam.19
Eksklusifnya pun akan semakin luas, terutama Dengan demikian, penguasaan terhadap
untuk negara-negara kepulauan seperti yang wilayah Laut Tiongkok Selatan setidaknya
diatur dalam UNCLOS 1982. Penguasaan memberikan tiga keuntungan bagi negara tersebut,
wilayah ini akan memberikan keuntungan
geostrategis bagi negara, karena menjadi akses Muhamad Simela Victor, “Kepentingan Tiongkok dan Posisi
17
yang menghubungkan Samudra Hindia melalui ASEAN dalam Sengketa Laut Tiongkok Selatan,” Info Singkat
Hubungan Internasional Vol. IV, No. 08/II/P3DI, 2012.
16
BBC, “Q&A: South China Sea Dispute”, 2014, http://www. 18
Kaphle dan Gottlieb, op.cit.
bbc.com/news/world-asia-pacific-13748349, diakses pada
tanggal 26 Mei 2014. 19
Muhamad dan Simela Victor, op.cit.
20
Sandy Nur Ikfal Raharjo, “Sengketa Kepulauan Spartly:
Tantangan Bagi Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2011”, 21
Karmin Suharna, “Konflik dan Solusi Laut Tiongkok Selatan
2011, http://politik.lipi.go.id/index.php/in/kolom/politik- dan Dampaknya bagi Ketahanan Nasional,” Majalah Ketahanan
internasional/472-sengketa-kepulauan-spratly-tantangan-bagi- Nasional Edisi 94, 2012, hlm. 33-41.
indonesia-sebagai-ketua-asean-2011, diakses pada tanggal 19
Desember 2013. 22
Ibid.
Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 61
Klaim Tiongkok tidak hanya diwujudkan ditempati oleh Malaysia di kepulauan tersebut.
dalam bentuk sikap politik, tetapi juga dalam Klaim wilayahnya ini tumpang tindih dengan
bentuk lain. Di bidang militer, Tiongkok sering klaim Tiongkok dan Filipina. 27 Selama ini,
melakukan aksi patroli di perairan tersebut yang Malaysia tidak terlalu aktif dalam ketegangan dan
kadang memicu bentrok dengan kapal dari negara aksi saling membalas antara Tiongkok dengan
pengklaim lain seperti Vietnam dan Filipina. Di Vietnam dan Filipina.
bidang eksplorasi, Tiongkok juga menempatkan Negara keenam yang menjadi aktor langsung
peralatan pengeboran di beberapa titik di Laut dalam sengketa Laut Tiongkok Selatan adalah
Tiongkok Selatan.23 Brunei Darussalam. Brunei sendiri tidak
Pihak kedua yang mengklaim kepemilikan mengklaim pulau-pulau yang ada di wilayah
seluruh wilayah Laut Tiongkok Selatan adalah Laut Tiongkok Selatan, tetapi hanya mengklaim
Taiwan. Sebagai entitas yang pernah mewakili bahwa landas kontinen dan ZEE-nya meliputi
negara Tiongkok secara resmi di Dewan Louisa Reef dan perairan di sekitar Kepulauan
Keamanan PBB, klaim Taiwan juga didasari oleh Spratly.28 Sama seperti Malaysia, Brunei juga
latar belakang sejarah seperti yang dikemukakan kurang terlibat dalam aksi provokatif negara-
oleh Republik Rakyat Tiongkok. Saat ini, negara lainnya yang dapat mengeskalasi konflik.
Taiwan menguasai Pulau Aba/Taiping Dao yang
merupakan pulau terbesar di Kepulauan Spratly.24
Pihak ketiga yang menjadi aktor langsung Tiong
24
Ibid 28
Ibid
25
Ibid 29
Kate McGeown, “US’ stands by Philippines’amid South
China Sea Tension”, 2011, http://www.bbc.com/news/world-
26
Ibid asia-pacific-13899465, diakses pada tanggal 2 Januari 2012.
30
Mark Lender, “Offering to Aid Talks, U.S. Challenges
China on Disputed Islands,” 2010, http://www.nytimes.
com/2010/07/24/world/asia/24diplo.html?_r=0, diakses pada
tanggal 2 Januari 2012.
31
Oegroseno, Arif Havas, “Indonesia, South China Sea and the
9-dashed lines”, The Jakarta Post, 9 April 2014. 32
Kelman, op.cit.
Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 63
Peran Indonesia dalam Upaya Untuk menghadapi ancaman tersebut,
Penyelesaikan Sengketa sistem pertahanan mempunyai tiga fungsi, yakni
fungsi penangkalan, fungsi penindakan, dan
1. Landasan Peran Indonesia dalam Upaya fungsi pemulihan. Tulisan ini akan difokuskan
Penyelesaian Sengketa pada fungsi yang pertama, yaitu penangkalan
Peran Indonesia dalam penyelesaian sengketa mengingat konflik terbuka yang bersifat masif
Laut Tiongkok Selatan setidaknya dapat masih belum terjadi. Fungsi penangkalan
didasarkan pada dua hal. Pertama, untuk merupakan keterpaduan usaha pertahanan untuk
mengantisipasi potensi ancaman ketika sengketa mencegah atau meniadakan niat dari pihak
Laut Tiongkok Selatan tereskalasi menjadi tertentu yang ingin menyerang Indonesia. Fungsi
konflik yang masif. Dalam rangka menghadapi ini dilaksanakan dengan strategi yang bertumpu
potensi ancaman tersebut, maka Indonesia pada instrumen penangkalan berupa instrumen
harus dapat menerapkan pertahanan negara. politik, ekonomi, psikologi, teknologi, dan
Pertahanan negara pada hakikatnya merupakan militer.35
segala upaya pertahanan bersifat semesta, yang Dasar kedua dari keterlibatan Indonesia
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran dalam proses pengelolaan/penyelesaian sengketa
akan hak dan kewajiban seluruh warga negara Laut Tiongkok Selatan adalah sebagai salah satu
serta keyakinan pada kekuatan sendiri untuk wujud cita-cita nasional seperti yang termaktubkan
mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat. yaitu ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keadilan sosial. Dalam Doktrin Pertahanan
NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari Negara Indonesia 2007, pencapaian sasaran
segala bentuk ancaman.33 pertahanan dalam mewujudkan perdamaian
Ancaman yang dihadapi sistem pertahanan dunia dan stabilitas regional adalah bagian dari
negara terdiri atas dua jenis, yaitu ancaman militer misi pertahanan negara yang sepanjang waktu
dan nirmiliter. Ancaman militer adalah ancaman diperjuangkan Indonesia sebagai bagian dari
yang menggunakan kekuatan bersenjata dan masyarakat internasional yang berada dalam
terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan pengaruh global dan regional.
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan Perwujudan perdamaian dunia dan stabilitas
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. regional merupakan kepentingan nasional yang
Dalam konteks Laut Tiongkok Selatan, ancaman harus diperjuangkan dan ditegakkan. Dalam
militer ini dapat berupa perluasan konflik dan konteks tersebut, kerja sama pertahanan akan
perang hingga mencapai wilayah Indonesia. dikembangkan sebagai salah satu instrumen
Sementara itu, ancaman nirmiliter merupakan dalam mewujudkan rasa saling percaya di
ancaman yang menggunakan faktor-faktor antara bangsa-bangsa di dunia melalui bidang
nirmiliter yang dinilai mempunyai kemampuan pertahanan. Sejalan dengan itu, diplomasi
yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan pertahanan akan lebih diefektifkan melalui
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. langkah-langkah yang lebih konkret dan
Ancaman nirmiliter dapat berdimensi ideologi, bermartabat.
politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan Kerja sama pertahanan dilaksanakan dalam
informasi, serta keselamatan umum.34 Dalam lingkup kerja sama bilateral, regional, dan
konteks Laut Tiongkok Selatan, konflik tersebut internasional. Pada lingkup regional, kerja
setidaknya berpotensi menimbulkan masalah sama pertahanan diarahkan bagi terwujudnya
pengungsi dan kerusakan lingkungan laut. kawasan regional yang stabil melalui upaya
bersama antarnegara di kawasan. Prioritas kerja
sama pertahanan adalah dengan negara-negara
33
Departemen Pertahanan Indonesia, Buku Putih Pertahanan
Indonesia, (Jakarta: Departemen Pertahanan, 2008), hlm. 43-44. di kawasan Asia Tenggara untuk menciptakan
34
Ibid., hlm. 27-31. 35
Ibid., hlm. 46-47.
Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 65
Conduct of Parties (DOC). Garis acuan tersebut insiden terutama antara Tiongkok dengan
meminta Vietnam, Tiongkok, dan negara-negara Vietnam tetap saja terjadi. Ada tiga faktor
lain yang bersengketa untuk berpegang pada yang menurut penulis menjadi tantangan bagi
DOC yang disepakati pada tahun 2002 lalu agar usaha kepemimpinan Indonesia tersebut, yaitu
menggunakan jalan damai.39 perbedaan pendekatan penyelesaian, lemahnya
Pertemuan di Bali di atas juga memunculkan kekuatan Indonesia di mata para aktor sengketa,
wacana untuk memperluas ASEAN Maritime serta keterlibatan pihak asing.
Forum (AMF) sehingga dapat memasukkan Pada faktor pertama, terjadi perbedaan
Tiongkok dan negara-negara lain dalam forum pendekatan penyelesaian dari negara-negara
diskusi. Setahun kemudian, wacana tersebut yang terlibat sengketa. Di satu sisi, Tiongkok
diwujudkan dengan diadakannya The 1 st menghendaki penyelesaian sengketa melalui jalur
Expanded ASEAN Maritime Forum (EAMF) bilateral. Tiongkok memilih untuk menghadapi
yang diadakan di Manila, Filipina pada Oktober negara-negara pengklaim satu-persatu. Hal
2012. Selain negara-negara anggota ASEAN ini ditengarai sebagai taktik Tiongkok untuk
dan Tiongkok, forum tersebut juga dihadiri oleh menghindari bersatunya suara negara-negara
perwakilan dari Australia, India, Jepang, Selandia anggota ASEAN untuk melawan Tiongkok
Baru, Korea Selatan, Rusia, dan Amerika jika perundingan dilakukan secara multilateral.
Serikat. 40 Salah satu tujuan forum tersebut Sementara itu, Malaysia menghendaki agar
adalah agar dapat berkontribusi pada upaya sengketa ini diselesaikan berdasarkan konvensi
menuju Confidence Building Measures (CBM) PBB tentang Hukum Laut Internasional
dan diplomasi preventif di antara negara-negara (UNCLOS 1982). Pendekatan yang serupa juga
partisipan, yang dilakukan melalui pendekatan diajukan oleh Filipina. Indonesia sendiri melalui
non-security centric.41 ASEAN berusaha mengajukan pendekatan
Dalam level internasional, upaya aktif multilateral di tingkat regional dalam mencari
Indonesia juga ditunjukkan dalam the 21st Meeting solusi yang bisa menguntungkan semua pihak.
of States Parties to the 1982 UN Convention on Perbedaan pendekatan yang diajukan oleh pihak-
the Law of the Sea. Indonesia bersama-sama pihak terkait ini kemudian menyulitkan proses
dengan Filipina, Vietnam, Malaysia, Thailand, penyelesaian sengketa. Jika masing-masing
Laos, dan Singapura mencapai sebuah konsensus negara tetap bersikukuh terhadap pendekatan
bahwa penyelesaian sengketa atas Laut Tiongkok yang diajukannya, sengketa Laut Tiongkok
Selatan harus melalui resolusi damai dan Selatan ini akan terus rentan, di mana konflik
berdasarkan pada UNCLOS.42 dalam pengertian aksi militer bisa terjadi kapan
saja.
3. Tantangan yang Dihadapi Salah satu contoh dampak dari faktor
Wa l a u p u n I n d o n e s i a s u d a h b e r u p a y a perbedaan pendekatan di atas dapat dilihat pada
mendudukkan pihak-pihak yang berkonflik kasus gagalnya pencapaian kesepakatan bersama
dalam Senior Official Meeting dan membuat dalam ASEAN Ministrial Meeting (AMM) ke-45
konsensus dalam pertemuan UNCLOS, insiden- di Kamboja. Kegagalan tersebut merupakan yang
pertama dalam 45 tahun penyelenggaraannya
39
ASEAN, Guidelines on the implementation of the DOC, sejak 1967.43 Hal ini terjadi karena beberapa
Juli 2011.
negara seperti Vietnam dan Filipina meminta
40
“Chairman’s Statement, 1st Expanded ASEAN Maritime agar isu sengketa Laut Tiongkok Selatan
Forum Manila”, 2012, http://www.asean.org/news/asean-
statement-communiques/item/1st-expanded-asean-maritime- dimasukkan dalam draf kesepakatan bersama
forum-manila, diakses pada tanggal 9 September 2014. (joint communique). Sementara itu, Kamboja
41
“Konsep Pembentukan ASEAN Maritime Forum,” Tabloid
selaku tuan rumah, yang juga dikenal dekat
Diplomasi, Agustus 2010, http://www.tabloiddiplomasi.org/
previous-isuue/104-agustus-2010/902-konsep-pembentukan- 43
Prak Chan Thul dan Stuart Grudgings, “SE Asia meeting
asean-maritime-forum.html, diakses pada tanggal 9 September in disarray over sea dispute with China”, 2012, http://
2014. www.reuters.com/article/2012/07/13/us-asean-summit-
idUSBRE86C0BD20120713, diakses pada tanggal 9 September
42
Raharjo, op.cit. 2014.
Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 67
Selatan. Kedekatan hubungan India dengan bahkan untuk hubungan Vietnam dengan
Vietnam menjadi satu hal yang penting. Tiongkok sudah masuk tahap polarisasi. Untuk
Hubungan Vietnam dengan Tiongkok dalam menyelesaikan sengketa tersebut, Indonesia
sengketa ini bersifat konfliktual. Dukungan muncul sebagai penggagas upaya-upaya
India terhadap Vietnam menjadi signifikan dan perundingan secara damai dengan mengajak
ancaman bagi Tiongkok karena India memiliki negara-negara yang bersengketa agar mau duduk
kapasitas ekonomi dan militer yang cukup besar. bersama dalam satu forum multilateral. Namun,
Pada Juli 2011, Kapal Laut India, INS Airavat, peran Indonesia tersebut masih menghadapi
yang bergerak ke Nha Trang di selatan Vietnam tantangan-tantangan, baik berasal dari dalam
diperingatkan oleh Tiongkok agar menjauh dari diri Indonesia sendiri berupa relatif lemahnya
perairan Tiongkok. India sendiri menanggapinya posisi tawar terhadap Tiongkok dan negara-
dengan mengatakan bahwa India mendukung negara pengklaim lainnya, maupun berasal dari
kebebasan pelayaran di perairan internasional, luar Indonesia berupa perbedaan pendekatan
termasuk di Laut Tiongkok Selatan, sehingga ia dan keterlibatan pihak-pihak asing yang turut
punya hak untuk melewati perairan internasional memperkeruh sengketa. Akibatnya, Indonesia
di Laut Tiongkok Selatan tersebut.49 kesulitan untuk melakukan intervensi lebih jauh
Selain aktor negara, aktor nonnegara dan masih berkutat pada level intervensi yang
berupa perusahaan-perusahaan minyak juga rendah berupa konsiliasi. Padahal, dalam tahap
turut terlibat dalam sengketa ini. Philex Mining konflik yang sudah masuk polarisasi, Indonesia
Corp, Tiongkok National Offshore Oil Corp., dan perlu melakukan mediasi kekuatan. Dengan kata
Vietnam Oil & Gas Group (Petrovietnam) saling lain, upaya yang dilakukan Indonesia masih
bersaing untuk melakukan survei dan mengebor sebatas pengelolaan, belum pada penyelesaian
wilayah-wilayah di Laut Tiongkok Selatan yang konflik.
masih disengketakan.50 Namun demikian, Indonesia harus tetap
Dengan berbagai tantangan tersebut, optimis bahwa sengketa ini dapat diselesaikan
kepemimpinan Indonesia dalam menyelesaikan dalam koridor perundingan yang damai. Secara
konflik ini diuji kualitasnya. Hingga saat ini militer, Indonesia dan empat negara anggota
prosesnya memang belum selesai sehingga ASEAN yang terlibat sengketa memang tidak
dibutuhkan waktu lagi untuk menentukan apakah bisa menyaingi kekuatan militer Tiongkok.
kepemimpinan itu berhasil atau tidak. Namun, Akan tetapi secara ekonomi, kelima negara
belum selesainya proses justru menjadi peluang tersebut merupakan mitra dagang yang sangat
bagi Indonesia untuk memperbaiki strategi- penting bagi Tiongkok, terutama dalam kerangka
strategi yang digunakan agar penyelesaian ACFTA. Apalagi, resiko kerugian yang akan
sengketa secara damai dapat berjalan efektif. dialami jika Laut Tiongkok Selatan menjadi ajang
pertempuran militer sangatlah besar, mengingat
jalur ini digunakan untuk lalu lintas energi dan
Penutup
perdagangan negara-negara di sekitar kawasan.
Sengketa Laut Tiongkok Selatan merupakan salah Dua faktor ini diharapkan menjadi media bagi
satu ancaman yang berpotensi menimbulkan pembangunan kepercayaan (trust building) yang
dampak negatif yang besar, tidak hanya bagi dapat digunakan Indonesia untuk melanjutkan
Indonesia, tetapi juga bagi stabilitas kawasan di proses penyelesaian sengketa. Kini, target
Asia Tenggara. Hingga saat ini, secara umum yang perlu dicapai Indonesia hanya satu, yaitu
sengketa tersebut berada dalam tahap segregasi, mewujudkan aturan main (Code of Conduct)
di Laut Tiongkok Selatan. Jika aturan main
Leszek Buszynski, “The South China Sea: Oil, Maritime
49
tersebut disepakati, Indonesia akan mendapat dua
Claims, and U.S.—Tiongkok Strategic Rivalry.” The
Washington Quarterly 35:2, 2012, hlm. 139-156.
keuntungan sekaligus. Pertama, ancaman sengketa
tersebut terhadap pertahanan negara menjadi
50
Patrick Barta dan Cris Larano, “Drilling Plans Raise Stakes hilang. Kedua, peran Indonesia akan diakui
in Disputed Seas”, Tanpa Tahun, http://online.wsj.com/news/
articles/SB1000142405311190429250457648407325020564, secara khusus di tingkat regional ASEAN dan
diakses pada tanggal 19 Desember 2013.
Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 69
Kaphle, Anup dan Benjamin Gottlieb. 2013. “Time- pute with China”. http://www.reuters.com/
line: Disputes in the South China Sea”. http:// article/2012/07/13/us-asean-summit-idUS-
www.washingtonpost.com/wp-srv/world/spe- BRE86C0BD20120713.
cial/south-Tiongkok-sea-timeline/. ”Asean nations fail to reach agreement on South China
Lender, Mark. 2010. “Offering to Aid Talks, U.S. Sea”. 2012. http://www.bbc.co.uk/news/world-
Challenges China on Disputed Islands.” asia-18825148.
http://www.nytimes.com/2010/07/24/world/ “Chairman’s Statement, 1st Expanded ASEAN Mar-
asia/24diplo.html?_r=0. itime Forum Manila”. 2012. http://www.ase-
McGeown, Kate. 2011. “US’ stands by Philippines’amid an.org/news/asean-statement-communiques/
South China Sea Tension.” http://www.bbc. item/1st-expanded-asean-maritime-forum-
com/news/world-asia-pacific-13899465. manila.
Oegroseno, Arif Havas. 2014. “Indonesia, South Chi- “Konsep Pembentukan ASEAN Maritime Forum”.
na Sea and the 9-dashed lines”. The Jakarta 2010. Tabloid Diplomasi. Agustus 2010. http://
Post, 9 April 2014. www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/104-
Raharjo, Sandy Nur Ikfal. 2011. “Sengketa Kepulau- agustus-2010/902-konsep-pembentukan-ase-
an Spartly: Tantangan Bagi Indonesia sebagai an-maritime-forum.html.
Ketua ASEAN 2011.” http://politik.lipi.go.id/
index.php/in/kolom/politik-internasional/472-
sengketa-kepulauan-spratly-tantangan-bagi-
indonesia-sebagai-ketua-asean-2011.
Thul, Prak Chan dan Stuart Grudgings. 2012.
“SE Asia meeting in disarray over sea dis-
Ganewati Wuryandari
Abstract
Terrorism is not a new issue, however it has become one of the most important issues of Indonesian foreign
policy. The global fight against terrorism has increasingly gained legitimacy and supports among international
community especially after the September 11, 2001 attacks in New York. Indonesia considers that the fight against
terrorism is not merely to be its international obligation to support the global movement to ameliorate the menace,
it is also to serve its national interest. To combat terrorism, Indonesian foreign policy closely cooperates with other
nations-states in terms of bilateral, regional and multilateral. However, these international cooperations are often
dictated by the perspective of the parties concerned. This paper provides an analysis of Indonesian foreign policy
responses to international terrorism. The work assesses its role in various bilateral, regional and multilateral
cooperation in combating international terrorism.
Abstrak
Terorisme bukan isu baru namun menjadi salah satu isu yang semakin penting dalam kebijakan luar negeri
Indonesia. Perang global melawan terorisme memperoleh legitimasi dan dukungan yang semakin meluas dari
masyarakat internasional terutama setelah terjadi tragedi 11 September 2001 di New York. Keterlibatan Indone-
sia dalam perang melawan terorisme ini tidak hanya untuk memenuhi kewajibannya sebagai bagian masyarakat
internasional untuk secara bersama-sama memerangi terorisme, melainkan juga demi memenuhi kepentingan
nasionalnya. Kebijakan luar negeri Indonesia dalam penanganan isu ini sangat mengedepankan kerja sama dengan
negara-negara lain baik bilateral, regional dan multilateral. Namun demikian, kerja sama internasional yang terkait
dengan penanganan isu terorisme internasional harus dicermati karena sangat diwarnai oleh perspektif pihak-pihak
yang berkepentingan. Tulisan ini menganalisis kebijakan luar negeri Indonesia dalam forum bilateral, regional dan
multilateral mengenai isu terorisme internasional.
Kata Kunci: kebijakan luar negeri, terorisme internasional, kerja sama internasional.
1
Tim Peneliti terdiri dari: Ganewati Wuryandari (Koordinator), RR. Emilia Yustiningrum, Nanto Sriyanto, Athiqah Nur Alami.
Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menghadapi ... | Ganewati Wuryandari | 71
Pendahuluan Dilihat dari pernyataan tersebut, dapat
Terorisme bukanlah isu baru namun menjadi dikatakan Indonesia sesungguhnya belum
aktual terutama sejak terjadinya peristiwa menentukan sikap tegasnya dalam kaitannya
serangan terhadap gedung World Trade Centre dengan kebijakan global AS untuk memerangi
(WTC) di New York, Amerika Serikat (AS) terorisme. Namun, hal ini tidak berarti Indonesia
pada 11 September 2001. Tragedi ini mendorong bersikap pasif dalam merespons persoalan
munculnya pemahaman baru tentang terorisme.2 terorisme. Lima belas hari setelah tragedi 9/11,
Terorisme tidak lagi hanya dipahami sebagai aksi Indonesia menandatangani Konvensi Perserikatan
kejahatan luar biasa yang bersifat nasionalistik Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Pencegahan
dan teritorial, melainkan aksi tersebut juga Sumber Finansial Terorisme (International
memiliki karakter ideologis yang berkorelasi Convention for the Suppression of the Financing
dengan agama dan bersifat lintas negara. of Terrorism 1999).4 Selain untuk memperkuat
payung hukum isu terorisme di level internasional,
Peristiwa 9/11 di atas juga telah memiliki
penandatangan tersebut dimaksudkan untuk
dampak terhadap perubahan konstelasi politik
menunjukkan sikap Indonesia yang menghormati
internasional dengan kecenderungan semakin
dan mengedepankan mekanisme multilateral
eksisnya hegemoni AS. Tragedi ini berkembang
dalam memerangi terorisme daripada aksi
sebagai isu global sebagai akibat dari kebijakan
unilateral AS. Sikap kritis Indonesia tersebut
yang dilancarkan untuk memerangi terorisme
digarisbawahi oleh pernyataan Megawati yang
yang dikenal dengan Global War against
mengecam tindakan unilateral tersebut sebagai
Terrorism. Dalam implementasinya, AS menuntut
“an act of aggression, which is in contravention
dukungan dari komunitas internasional untuk
of international law”.5
bekerja sama memerangi terorisme. Deklarasi
“either you are with us or against us” yang Kebijakan Indonesia di atas dilandasi
dinyatakan oleh Presiden AS George W. Bush oleh persepsi pemerintah yang saat itu masih
tidak memberikan pilihan lain bagi negara-negara menganggap terorisme bukan menjadi ancaman
di dunia selain hanya untuk bersikap mendukung utama bagi keamanan nasional. Maraknya gejolak
atau tidak ikut dalam aliansi AS dalam perang politik domestik, diantaranya tuntutan merdeka
melawan teroris. dari sejumlah wilayah seperti Papua dan Aceh,
menjadikan persoalan separatisme lebih krusial
Menanggapi tragedi tersebut, Indonesia
bagi Indonesia. Hal ini sebagaimana diakui
bersikap responsif. Tidak lama setelah peristiwa
oleh pejabat tinggi pemerintah Indonesia yang
tersebut, Presiden RI Megawati Soekarnoputri
menyatakan bahwa separatisme merupakan “the
mengirimkan surat kepada Presiden Bush berisi
most pressing security threat, not terrorism”.6
ekspresi duka cita dan kecaman Indonesia
Keengganan Indonesia untuk turut serta dalam
yang mengutuk serangan tersebut sebagai
tindakan yang tidak berperikemanusiaan. Hal
yang sama diulangi kembali oleh Megawati Building Worldwide Campaign Against Terrorism: Remarks
by President Bush and President Megawati of Indonesia”, 19
ketika berkunjung ke Washington pada 19 September 2001.
September 2001. Pernyataan tersebut dilandasi
4
Fabiola Desy Unidjaja, “Indonesia Signs UN Convention
sikap Indonesia yang menentang segala bentuk on Terrorism”, The Jakarta Post, 26 September 2001, http://
kekerasan sebagai cara untuk mencapai suatu www.thejakartapost.com/news/2001/09/26/indonesia-signs-un-
tujuan politik, sebagaimana dinyatakan oleh convention-terrorism.html, diakses pada tanggal 12 November
2013.
Presiden Megawati bahwa, “Indonesia has
always been against violence. Anything that 5
Gary LaMoshi, “Indonesia Doth Protest War Too Little”,
Asia Times, 29 Maret 2003, http://www.atimes.com/atimes/
relates to violence, including acts of terrorism,
Southeast_Asia/EC29Ae02.html, diakses pada tanggal 12
we will definitely be against it.”3 November 2013.
2
Matthew J. Morgan, “The Origins of the New Terrorism”,
6
Pernyataan pejabat tinggi pemerintah Indonesia di Jakarta
Parameters, 2004, hlm. 29. pada 20 Juni 2008 dalam Senia Febrica, “Securitizing Terrorism
in Southeast Asia: Accounting for the Varying Responses of
3
Office of the Press Secretary, the U.S. Government, “President Singapore and Indonesia”, Asian Survey, Vol. 50, No. 3, 2001,
hlm. 582.
Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menghadapi ... | Ganewati Wuryandari | 73
and other transnational crimes. It became clear untuk menanggulangi terorisme harus sesuai
that no single country or group of countries dengan prinsip demokrasi.12
could overcome this threat alone. In Indonesia’s
view, which is shared by the rest of the ASEAN Berdasarkan uraian di atas terlihat terorisme
members, it would take a global coalition masih menjadi ancaman yang perlu diwaspadai.
involving all nations, all societies, religions and Gerakan dan penyebaran terorisme di Indonesia
cultures to defeat this threat.11 tidak dapat dilepaskan dari konteks regional
dan internasional, oleh karena itu, upaya untuk
Dalam lingkup kerja sama multilateral, mengatasinya juga harus melibatkan banyak
Indonesia mendukung langkah-langkah pihak termasuk negara-negara lain. Hanya saja
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan berperan kerja sama penanggulangan terorisme melalui
aktif dalam berbagai bentuk kerja sama dengan bilateral, regional dan multilateral tidak terlepas
lembaga-lembaga internasional khususnya dalam dari perbedaan kepentingan antar negara yang
rangka penegakan hukum, dan berbagai langkah terlibat. Karakter transnasional yang terdapat
pencegahan, penumpasan, pemberantasan pada aksi terorisme dewasa ini telah menjadi
terorisme serta keamanan internasional. Salah salah satu justifikasi bagi tindakan pelanggaran
satu wujud dukungan itu antara lain dalam norma dasar hubungan internasional, yaitu
Counter-Terrorism Committee (CTC) yang kedaulatan nasional. Kondisi ini menjadi
dibentuk berdasarkan Resolusi DK PBB No. tantangan tersendiri bagi pelaksanaan kebijakan
1373 Tahun 2001. Dalam rangka menindaklajuti luar negeri Indonesia yang bebas aktif, yaitu
pemenuhan kewajibannya sebagai bagian dari penentuan kebijakan luar negeri yang seimbang
CTC, pemerintah Indonesia membuat laporan diantara tekanan internasional dan sensitivitas
capaian upaya penanggulangan terorisme setiap domestik tanpa mengorbankan kepentingan
tahunnya. Selain itu, Indonesia telah meratifikasi nasional. Terkait dengan permasalahan tersebut
7 dari 16 konvensi internasional dan protokol ada dua pertanyaan utama perlu diajukan, yaitu:
dalam isu terorisme. pertama, bagaimana signifikansi isu terorisme
Di dalam upaya penanggulangan terorisme dalam kebijakan luar negeri Indonesia; dan kedua,
di atas, kebijakan luar negeri Indonesia bagaimana kebijakan luar negeri Indonesia di
dilandaskan pada beberapa pilar strategi. tingkat bilateral, regional dan multilateral dalam
Sebagaimana dikemukakan oleh Menteri Luar isu terorisme internasional?
Negeri RI Marty Natalegawa di Symposium on
International Counter-Terrorism Cooperation Terorisme dalam Perspektif Teoritik
yang diselenggarakan oleh Sekretaris Jenderal Hubungan Internasional
PBB di New York pada 19 September 2011, Terorisme dapat dipahami dari berbagai disiplin
pilar-pilar strategi tersebut adalah sebagai ilmu seperti kriminologi, politik, hubungan
berikut: pertama, upaya nasional dan regional internasional, keamanan (war and peace
harus sejalan dengan upaya global; kedua, perang studies), komunikasi dan agama. Kondisi ini
melawan terorisme harus diarahkan pada akar menyebabkan tidak ada definisi terorisme yang
terorisme itu sendiri; ketiga, demi mencapai baku dan berlaku universal, sehingga menjadi
upaya jangka panjang, penggunaan soft power salah satu masalah yang mengganjal bagi kajian
menjadi sangat esensial; dan keempat, upaya terorisme.
Berdasarkan sudut pandang multidisipliner
tersebut di atas, tindakan terorisme sendiri dapat
11
Megawati Soekarnoputri, “ASEAN Today: Challenges
and Responses, Remarks by the President of the Republic didefinisikan dari berbagai segi, yaitu antara lain
of Indonesia on the Occasion of the 36th Anniversary of sebagai kriminalitas, sebagai kekerasan politik
the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN),
Jakarta, 8 Agustus 2003, http://www.asean.org/news/ 12
Permanent Mission of The Republic of Indonesia to
asean-statement-communiques/item/asean-today-challenges- The United Nations, “Statement by H.E. DR. R.M. Marty
and-responses-remarks-by-the-president-of-the-republic-of- M. Natalegawa Minister of Foreign Affairs of Republic
indonesia-on-the-occasion-of-the-36th-anniversary-of-the- of Indonesia at The Secretary-General’s Symposium on
association-of-southeast-asian-nations-asean-jakarta, diakses International Counter-Terrorism Cooperation”, New York, 19
pada tanggal 12 November 2013. September 2011.
Terrorism Research, (New York: Routledge, 2011), hlm. 99. University Press, 1998).
15
Reuven Young, “Defining Terrorism: The Evolution of 18
Paul R. Pillar, “Terrorism Goes Global: Extremist Group
Terrorism as a Legal Concept in International Law and Its Extend their Reach Worldwide,” The Brookings Review, 19
Influence on Definitions in Domestic Legislation”, Boston (Fall 2001), hlm. 34-37.
College International and Comparative Law Review, Vol. 29,
Issue 1, Article 3, 12-1-200, hlm. 27-28. 19
Morgan, op.cit., hlm. 37.
Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menghadapi ... | Ganewati Wuryandari | 75
negara-negara anggota PBB memberikan menjadi target terorisme transnasional. Negara
berbagai penyebab timbulnya serangan terorisme demokratis lebih mungkin menjadi target teroris
nonnegara yang menghancurkan menara WTC. internasional tidak hanya karena tipe rezimnya
Armenia, misalnya, menyatakan penyebab semata tapi juga karena tipe kebijakan luar
terorisme adalah kemiskinan. Sementara negara negeri yang negara tersebut tunjukkan.23 Savun
lain Benin, Kosta Rika, Republik Dominina, dan Philips lebih lanjut menyatakan bahwa “a
Finlandia, Malaysia, Palestina dan Namibia more active foreign policy should lead to more
menyatakan bahwa terorisme muncul karena transnational terrorism. 24 Untuk mencapai
adanya ketimpangan sosial, marjinalisasi, kesimpulan itu, variabel yang digunakan untuk
penindasan, pelanggaran hak dasar, ketidakadilan, mengukur kiprah politik luar negeri suatu negara
kesengsaraan, kelaparan, narkoba, prasangka meliputi keterlibatan dalam krisis politik luar
sosial, alienasi kaum muda di tengah situasi negeri dengan negara lain, hubungan aliansi
keterpurukan ekonomi dan instabilitas politik, dengan AS dan frekuensi intervensi di perang
penolakan terhadap Barat dengan segala aspek sipil.25 Jika dilandaskan pada argumen ini, maka
budayanya, ketakutan, dan keputusasaan.20 penyebab Indonesia rentan terhadap serangan
Sementara pendapat dari Benjamin Barber terorisme lintas negara mungkin salah satunya
terkait dengan persoalan keyakinan agama bersumber dari kiprah politik luar negeri
yang menjadi pendorong terorisme, dianggap Indonesia yang asertif.
merupakan persoalan keterasingan identitas Penanganan terorisme internasional
yang berujung pada radikalisme. Amartya saat ini menunjukkan kebaruannya dengan
Sen berpendapat lain atas persoalan identitas mempertimbangkan adanya perubahan karakter
tersebut dengan melihat problem kemiskinan konflik yang asimetris. Aktor yang saling
dan mobilitas sosial sebagai akar radikalisme berkonflik dalam konteks kekinian tidak selalu
yang berkembang menjadi terorisme.21 Cornelia negara yang menjadi aktor utama seperti
Beyer yang mengusung pendapat Johan Galtung paradigma Realisme dalam studi Hubungan
tentang kekerasan sturuktural, menilai bahwa Internasional, namun juga melibatkan aktor
kekerasan struktural yang hadir dalam bentuk non-negara, yaitu seperti teroris yang dalam
baru seperti “invasi” kultural dan interaksi yang versi AS adalah jaringan Al Qaeda. Hanya saja
tidak simetris dengan adanya intervensi politik dalam penanggulangan yang dikedepankan oleh
yang tidak menghormati norma kedaulatan AS, metode yang diajukan masih merupakan
internasional menjadi sebab terorisme menjadi preskripsi kebijakan yang kental nuansa
solusi bagi pelaku tindak teror.22 paradigma Realismenya. Doktrin Pre-emptive
Selain berbagai faktor di atas, pengamat lain Strike dan aksi invasi yang menjadi sendi
menyatakan bahwa kemunculan aksi terorisme utama dalam perang melawan terorisme justru
di satu negara dapat dikaitkan dengan kiprah menempatkan negara dan kedaulatan wilayah
politik luar negeri negara tersebut. Menurut dalam ranah yang dipertanyakan. Tindakan AS
Savun dan Phillips, negara yang memiliki dengan menyerang Afganistan di bawah Taliban
perilaku politik luar negeri tertentu lebih mudah yang dianggap memberi “perlindungan” (safe
menarik terorisme lintas negara (transnational haven) kepada Al Qaeda justru menjadikan
terrorism). Negara-negara yang lebih aktif konflik yang semula dipicu oleh aktor non-negara
terlibat dalam politik internasional lebih mungkin menjadi konflik yang mau tidak mau membawa
negara lain untuk bertanggung jawab. Hal inilah
20
Alex P. Schmid, “Introduction”, dalam Schmid (Ed.), op.cit., yang menjadikan salah satu karakter isu terorisme
hlm. 13-14.
saat ini bercorak “terrorist-sponsored state”,
21
Lihat Amartya Sen, “Violence, Identity, and Poverty”, Journal
of Peace Research, Vol. 45, No. 1, 2008, hlm. 9; Benjamin 23
Burcu Savun dan Brian J. Phillips, “Democray, Foreign Policy
Barber, Jihad vs. McWorld, (New York: Times Books, 1995). and Terrorism”, Journal of Conflict Resolution, Vol. 20, No.
10, 2009, hlm. 2.
22
Cornelia Beyer, “Understanding and Explaining International
Terrorism: On the Interrelation between Human and Global 24
Ibid., hlm. 12.
Security”, Human Security Journal, Vol. 7, Summer 2008,
hlm. 63-67. 25
Ibid.
Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menghadapi ... | Ganewati Wuryandari | 77
sekalipun telah ada institusi-institusi regional dan minat investor luar negeri dan pariwisata di dalam
multilateral yang mengaturnya. Tragedi di atas negeri, terutama di Bali.
juga terbukti memiliki dampak yang signifikan Realitas perubahan lingkungan internasional
terhadap perubahan situasi dan percaturan dan domestik di atas pada gilirannya telah
politik dengan kecenderungan semakin eksisnya memunculkan perspektif baru dalam kebijakan
hegemoni AS. Dengan kebijakan “Global War luar negeri Indonesia. Isu terorisme yang
Against Terrorism”, negara adidaya ini mampu sebelumnya tidak menjadi fokus dalam kebijakan
mengubah isu terorisme menjadi isu global luar negeri, pada akhirnya sejak peristiwa
dengan menyeret negara-negara di dunia untuk Bom Bali I 2002 menjadi salah satu agenda
bergabung dalam koalisi internasional melawan penting dalam hubungan luar negeri Indonesia.
terorisme. Komitmen ini diwujudkan dalam pelaksanaan
Tragedi 9/11 dan serangan bom di tanah politik luar negerinya dengan terus menggunakan
air, khususnya setelah peristiwa Bom Bali 2002 berbagai upaya kerja sama dengan negara-negara
telah menjadi titik balik perspektif pemerintah lain secara bilateral, regional dan multilateral
Indonesia akan sekuritisasi isu terorisme untuk mengatasi ancaman terorisme.
yang sebelumnya terabaikan. Maraknya aksi- Untuk memperkuat diplomasi anti terorisme
aksi terorisme yang terjadi di dalam negeri tersebut, pemerintah Indonesia juga melakukan
menegaskan akan realitas nyata ancaman upaya-upaya penanggulangan terorisme di
terorisme bagi kepentingan nasional. Peristiwa dalam negeri, yaitu dengan penguatan legal
tersebut terbukti memiliki dampak yang luas formal, institusional, dan praksis. Secara legal
terhadap seluruh aspek kehidupan nasional. formal, Indonesia telah berupaya memperkuat
Tidak saja mengancam stabilitas sosial ekonomi regulasi nasional dengan membuat berbagai
dan politik keamanan dalam negeri, tetapi peraturan perundangan baru dan meratifikasi
juga mempengaruhi hubungan Indonesia 7 (tujuh) dari 16 (enam belas) konvenan
dengan negara-negara lain. Isu terorisme dalam internasional terkait terorisme. Sedangkan
realitasnya telah menimbulkan citra negatif secara kelembagaan, Indonesia membentuk
tentang Indonesia di mancanegara, yaitu antara badan khusus untuk menanggulangi terorisme,
lain Indonesia dipandang sebagai negara tidak yaitu antara lain Densus 88 dan Badan Nasional
aman dan dicap sebagai negara “sarang teroris”. Penanggulangan Terorisme (BNPT). Selain
Implikasi-implikasi meluasnya pandangan itu, Indonesia melakukan langkah-langkah
tersebut tercermin melalui kebijakan beberapa praksis untuk melawan terorisme, yaitu
negara, seperti antara lain Amerika Serikat, melalui upaya penegakan hukum secara efektif
Australia dan Jepang, yang mengeluarkan travel terhadap para pelaku terorisme di dalam negeri.
warning dan travel advisory yang ditujukan Mereka ditangkap, diproses di pengadilan dan
kepada warganegaranya yang akan berkunjung dipenjarakan. .
ke Indonesia.
Dengan kombinasi sinergis berbagai upaya
Citra negatif ini tentu merugikan kepentingan internasional dan domestik tersebut, kebijakan
nasional Indonesia yang saat itu tengah berjuang luar negeri Indonesia mengenai terorisme
untuk mendapatkan dukungan internasional diharapkan dapat efektif sehingga mampu
atas upaya pemulihan ekonomi akibat imbas mencapai kepentingan nasional, yaitu pemulihan
krisis moneter tahun 1997. Oleh karena itu, kembali citra dan kredibilitas internasional
Indonesia memiliki kepentingan yang sangat Indonesia. Citra dan kredibilitas Indonesia
besar untuk menanggulangi ancaman terorisme. yang lebih baik pada gilirannya diharapkan
Apalagi maraknya serangan bom teroris di dapat memberikan kemanfaatan baik untuk
dalam negeri pasca Bom Bali 2002 terbukti kepentingan ekonomi dan politik yang lebih luas
memberikan dampak negatif yang signifikan kepada Indonesia.
terhadap pembangunan ekonomi yang salah satu
Kerja sama Indonesia dengan negara-
diantaranya diindikasikan melalui penurunan
negara lain dalam pemberantasan terorisme
dipandang sangat penting. Karakteristik lintas
Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menghadapi ... | Ganewati Wuryandari | 79
Hubungan yang terjalin semakin kuat wadah ASEAN, seperti di Thailand, Filipina
melalui kerja sama bilateral tersebut pada dan Malaysia.
akhirnya dapat dimanfaatkan Indonesia, untuk Terorisme sebenarnya bukan merupakan
mencapai kepentingan nasionalnya yang lebih isu baru di kawasan Asia Tenggara. Persoalan
luas, yaitu menormalisasi hubungan militer ini pada awalnya hanya dianggap sebagai
dengan negara adidaya ini. Upaya diplomasi salah satu bentuk kejahatan transnasional,
panjang yang diupayakan oleh pemerintah seperti halnya penyelundupan obat-obatan dan
Indonesia terutama di kalangan Kongres AS pada penjualan senjata ilegal. Namun, dua isu yang
akhirnya membuahkan hasil pada tahun 2005 terakhir tersebut selama ini dipandang sebagai
yaitu dengan dicabutnya embargo suku cadang persoalan yang lebih krusial bagi negara-negara
dan alutsista Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Asia Tenggara dibandingkan isu terorisme.
oleh AS, termasuk pemulihan keikutsertaan Pandangan tersebut pada akhirnya berubah
Indonesia dalam program IMET (International total sejak tragedi 9/11 dan Bom Bom I 2002,
Military Education and Training). dimana isu terorisme ini mulai menjadi perhatian
Berbeda dengan kebijakan luar negeri negara-negara di kawasan. Sejak peristiwa
Indonesia terhadap AS dalam soal kontraterorisme tersebut, negara-negara ASEAN memiliki
di atas, tekanan internal dan eksternal dalam kepentingan besar dalam persoalan terorisme,
kebijakan luar negeri Indonesia terhadap mengingat sejumlah negara anggota ASEAN
Australia terkait dengan kontra terorisme tidak memiliki akar gerakan terorisme domestik dan
begitu kuat. Yang terjadi adalah Australia yang diyakini merupakan negara asal para pelaku
dianggap sebagai sekutu kuat AS justru menjadi terorisme yang berafiliasi dengan jaringan
sasaran dalam berbagai serangan bom di tanah terorisme internasional. Pentingnya isu teorisme
air. Kerja sama antara Indonesia dan Australia bagi ASEAN ditandai dengan mulai adanya
dilakukan baik pada masa Megawati dan SBY. pembahasan secara tersendiri soal terorisme
Hanya saja, dalam beberapa kerja sama yang dalam sejumlah forum ASEAN. ASEAN juga
dilakukan oleh kedua negara mengindikasikan mengeluarkan Deklarasi Bersama terkait isu
kurang terwujudnya kesetaraan antar keduanya. tersebut pada November 2001. Sementara usaha
Ketergantungan Indonesia atas bantuan dana dari yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam
Australia untuk program-program terkait dalam menanggulangi terorisme di lingkup regional
upayanya melawan terorisme, salah satunya antara lain melalui forum ASEAN Chiefs of
melalui JCLEC, telah menyebabkan munculnya National Police. Untuk lebih memperkuat
efek psikologis yang tidak kondusif, terutama dalam upayanya memerangi terorisme, ASEAN
ketika Indonesia bekerja sama dengan pihak juga mengembangkan pola kerja sama dengan
negara donor, Australia. Dalam kondisi demikian, menjalin kerja sama kontraterorisme dengan
dapat dipahami jika kerja sama bilateral RI- negara-negara mitra dialog seperti AS, Australia,
Australia dalam perang melawan terorisme tidak Cina, dan Rusia. Dalam konteks ini, Polri juga
dapat memberikan keuntungan optimal untuk menjalin kerja sama internasional di berbagai
kepentingan nasional Indonesia. forum ASEAN, seperti ARF dan AMMTC
Dalam konteks kerja sama regional, (ASEAN Ministerial Meeting on Transnational
pemerintah Indonesia telah menempatkan Crime). Selain itu, kerja sama intraanggota
ASEAN sebagai bagian penting dalam upaya ASEAN dalam penanggulangan terorisme juga
penanggulangannya terhadap ancaman terorisme. dilakukan, misalnya antara Indonesia-Thailand
Karakteristik transnasional dari terorisme atau Indonesia-Filipina yang berada dalam
menyebabkan ancaman terorisme di Indonesia payung ASEAN.
diyakini tidak berdiri sendiri, melainkan Sekalipun ada komitmen bersama di ASEAN
memiliki keterkaitan dengan jaringan terorisme untuk menanggulangi terorisme melalui kerja
internasional, termasuk jaringan terorisme yang sama regional, faktanya ASEAN masih memiliki
ada di beberapa negara yang tergabung dalam sejumlah kendala dalam pelaksanaan kerja
sama tersebut. Salah satunya adalah ketiadaan
Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menghadapi ... | Ganewati Wuryandari | 81
Hal lain yang penting untuk dicatat dalam sebagaimana diindikasikan dengan keberhasilan
kerja sama multilateral di atas, Indonesia diplomasi Indonesia untuk menormalisasi
mendukung penuh peran Majelis Umum (MU) hubungan militer dengan AS pada tahun 2004.
yang secara kelembagaan merupakan norm- Keberhasilan Indonesia dalam penanganan
setting PBB. Ini terutama terkait ketika MU terorisme ini juga sering dipergunakan sebagai
mendapatkan momentum untuk menyuarakan benchmark oleh negara-negara lain.
persoalan-persoalan yang lebih mendasar di Selain itu, kiprah aktif Indonesia
dalam penanganan terorisme yang sebelumnya membuktikan bahwa mekanisme kerja sama
lebih menekankan pada faktor kekuatan militer. bilateral, regional dan multilateral yang telah
Pasca tragedi 9/11 DK PBB sempat memimpin ditata sebelumnya melalui proses diplomasi
langkah penanggulangan terorisme dengan ternyata telah mendatangkan manfaat yang besar
resolusi-resolusinya yang sekalipun banyak . Oleh karena itu, kerja sama antar negara melalui
mengubah norma dasar internasional, namun mekanisme tersebut tetap terus perlu dilakukan.
harus mendapat dukungan legitimasi dari Hanya saja, kerja sama tersebut sebaiknya tidak
mayoritas anggota PBB. Peran norm-setting yang hanya terfokus pada kegiatan-kegiatan yang
berhasil diraih kembali oleh MU- PBB dengan sifatnya bantuan teknis dan fungsional, melainkan
adanya Global Counter Terrorism Strategy juga harus diarahkan pada tindakan penumpasan
(GCTS) 2006 membuat diskusi mendasar teroris dengan lebih memperhatikan akar
kembali ke permukaan untuk melengkapi dan permasalahan munculnya terorisme itu sendiri.
mengimbangi langkah DK PBB sebelumnya. Sebagaimana dipahami formulasi kebijakan
Di Majelis Umum, Indonesia dapat lebih leluasa dalam menangani terorisme tidak terlepas dari
merumuskan kebijakan yang sesuai dengan aspek ekonomi dan ideologi. Oleh karena itu,
identitas Indonesia sebagai negara demokrasi belakangan ini muncul pemikiran agar terorisme
dengan mayoritas berpenduduk muslim melalui dapat dihadapi secara lebih humanis. Kebijakan
pendekatan soft power. luar negeri Indonesia dalam kontraterorisme
pun lebih diarahkan pada soft power. Upaya
Penutup penanggulangan terorisme secara efektif dapat
Kiprah kebijakan luar negeri Indonesia dalam dilakukan melalui penciptaan kesejahteraan,
isu terorisme telah menorehkan sejumlah pemenuhan kebutuhan hidup yang lebih baik dan
catatan keberhasilan. Sekalipun masih ada perwujudan dialog umat beragama yang lebih
sejumlah kendala di dalam pelaksanaan kerja konstruktif. Hal-hal tersebut sudah seharusnya
sama bilateral, regional dan multilateral, namun menjadi kebijakan di dalam politik luar negeri
kesungguhan dan kerja keras pemerintah dalam Indonesia terutama ketika menjalin kerja sama
upaya mengatasi ancaman dan bahaya terorisme penanggulangan terorisme baik secara bilateral,
telah membuahkan hasil yang positif. Hal ini regional dan multilateral.
ditandai dengan adanya apresiasi tinggi dari
masyarakat internasional terhadap Indonesia, Daftar Pustaka
yang antara lain ditunjang oleh pihak keamanan
Indonesia, misalnya, yang dalam waktu relatif
singkat berhasil menangkap tokoh-tokoh kunci Buku
dibalik berbagai serangan bom tanah air dan Barber, Benjamin. 1995. “Jihad vs. McWorld”. New
York: Times Books.
mengungkap jaringan terorisme yang berkembang
di Indonesia. Keberhasilan Indonesia dalam Easson, Joseph J. dan Alex P. Schmid. 2011. “Appen-
dix 2.1 250-plus Academic, Governmental and
kiprahnya menangani terorisme tersebut mampu
Intergovernmental Definitions of Terrorism”,
memperkuat postur politik luar negeri Republik dalam Schmid (Ed.), The Routledge Handbook
Indonesia. Penguatan postur tersebut digunakan of Terrorism Research. New York: Routledge.
Indonesia untuk didalam meningkatkan daya Hoffman, Bruce. 1998. “Inside Terrorism”. New York:
tawar dalam hubungannya dengan negara lain Columbia University Press.
untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Ini
Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menghadapi ... | Ganewati Wuryandari | 83
84 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 43–54
AGAMA DAN DEMOKRASI :
MUNCULNYA KEKUATAN POLITIK ISLAM DI TUNISIA,
MESIR DAN LIBYA1
Abstract
Political Islam has a significant influence in the political dynamics in Tunisia, Egypt and Libya, especially
after the Arab Spring phenomenon that began in Tunisia and broad impact on the political constellation in some
Middle Eastern countries. In Tunisia, the effect of political Islam does not only appear at the elite, but also at the
grass roots level with the emergence of mass-based Islamic political movement. While Egypt is a country where the
growth of a variety of movements and transnational Islamic organizations. The post of Hosni Mubarok era bring
to Islamic groups like the Muslim Brotherhood and the Salafis to participate more in the political arena. While in
Libya, after the death of Qaddafi, the Islamic movements play an important role in the dynamics of Libyan politics,
especially after the interim government declared Islamic law in Libya.
Abstrak
Politik Islam memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam pasang surut pergolakan politik di Tunisia, Mesir
dan Libya terutama pasca fenomena Arab Spring yang berawal di Tunisia dan berdampak luas terhadap konstelasi
politik di sejumlah negara Timur Tengah. Di Tunisia, menguatnya pengaruh politik Islam tidak muncul dalam
tataran elite politik saja tetapi juga dalam tataran grass roots dengan bermunculannya gerakan politik berbasis massa
Islam. Sementara itu, Mesir adalah negara tempat tumbuh dan berkembangnya berbagai gerakan dan organisasi
Islam transnasional. Tumbangnya Husni Mubarok membawa angin segar bagi kelompok Islam seperti Ikhwanul
Muslimin dan Salafi untuk berperan lebih dalam kancah politik praktis. Sementara di Libya, pasca tewasnya Qaddafi,
gerakan Islam memainkan peran penting dalam dinamika politik Libya, terutama setelah pemerintahan sementara
mendeklarasikan hukum Islam di Libya.
1
Tim Peneliti terdiri dari: Muhammad Fakhry Ghofur, M. Hamdan Basyar, Dhuroruddin Mashad, Indriana Kartini, Zainuddin Djafar.
Religion and Politics in the Muslim World, (Ann Arbor: The Guilain Denoeux, “The Forgotten Swamp : Navigating
��
Univesity of Michigan Press, 2008), hlm. 2. Political Islam”, Middle East Policy, Vol. IX, No. 2, 2002.
merupakan salah satu universitas Islam terbesar Al-‘Alami Li Abhats Wa Ad-Dirasat Kitab Al-Akhdhar, 1977).
untuk ditegakkan sepanjang tetap berpegang for Political and Strategic Studies, Mapping Islamic Actors in
pada prinsip-prinsip Islam. Sedangkan kalangan Egypt, (Cairo: Netherlands-Flemish Institute dan Al-Ahram
Centre for Political and Strategic Studies, 2012).
20
Tambukara, op.cit. 4 Januari 2013.
Abstract
Abstrak
1
Tim Peneliti terdiri atas Prof (Ris). Dr. Syamsuddin Haris (Koordinator), Prof. Dr. Ikrar Nusa Bhakti, Prof. Dr. R. Siti Zuhro, Dr.
Firman Noor, Irine Hiraswari Gayatri, MA., Muh. Haripin, M.Han., Nina Andriana, S.IP, M.Si.
merupakan hasil studi lanjutan dari buku sebelumnya, Lijphart, Theoritical Observations”, dalam Linz dan Valenzuela (Eds.),
Democracies: Patterns of Majoritarian and Consensus The Failure of Presidential Democracy, Vol. I, hlm 91-105.
Government in Twenty-One Countries, (Yale: Yale University,
1984). 11
Scott Mainwaring, “Presidentialism, Multipartism, and
Democracy: The Difficult Combination”, Comparative Political
9
Ibid, hlm. 36. Studies, Vol. 26, No. 2, 1993, hlm. 198-228.
42
Karl W. Deutch, Politics and Government: How People
Decide Their Fate, (Boston: Houghton Miffin Company,
1970), hlm. 187.
November 2004.
58
“DPR Kembalikan RUU Rahasia Negara,” Kompas, 29 Mei
57
“DPR Tolak Agus dan Pardede,” Kompas, 13 Maret 2008. 2008.
Abstract
Nowadays democracy is always associated with representation because basically the progress of democratic
representation is a principle that must be enforced in modern politics. The concept of representation simply defi-
ned as “absent but present” has made doubt for political scientist to build theories. Contemporary issues about
political representation in democratic representation’s framework that mainstreaming the election can not answer
the problems of society about minority representation, woman under-representation in politics and phenomenon
of non-electoral representation.
Abstrak
Demokrasi dewasa ini selalu dikaitkan dengan representasi karena pada dasarnya perkembangan demokrasi
perwakilan adalah prinsip yang harus ditegakkan di dunia modern. Konsep representasi secara sederhana dapat
diartikan sebagai “menghadirkan yang tidak hadir”. Namun arti ini menimbulkan keraguan dari para ahli dan dalam
perkembangannya mencoba menajamkan konsep ini menjadi sebuah teori. Isu-isu kontemporer mengenai repre-
sentasi politik dalam kerangka demokrasi perwakilan yang mengarusutamakan pemilu, tidak serta merta mampu
menjawab persoalan di masyarakat seperti keterwakilan kelompok minoritas, perempuan dan fenomena representasi
non-elektoral yang juga menjadi persoalan penting untuk dikaji.
Pendahuluan
Berbicara mengenai representasi dalam representasi dan perkembangannya hingga
perkembangan politik modern tentu tidak bisa tampil menjadi teori politik representasi,
dapat dilepaskan dari konteks sejarah. Nuri serta keterkaitan konsep representasi dengan
Suseno sebagai penulis buku ini mencoba untuk demokrasi. Uraian mengenai konsep representasi
menyajikan perkembangan asal usul konsep dimulai pada era Romawi Kuno dan kemudian
Nina Andriana
Peneliti Perkembangan Politik nasional Pusat
Penelitian Politik (P2P), Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini adalah
alumnus S2 dari Departemen Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP),
Universitas Indonesia. Minat kajian adalah:
Pemikiran Politik, Komunikasi Politik dan
Politik Kebijakan Tata Kelola Kebencanaan.
Penulis dapat dihubungi melalui email:
andriana1183@yahoo.com.
Indeks Kata Kunci presidensialisme iv, ix, 101, 102, 103, 104, 105,
Aneksasi i, iii, vii, 27, 36 107, 114, 116, 125
ASEAN iv, viii, xii, 55, 56, 60, 61, 63, 65, 66, 67, rekrutmen politik vii, 1, 4, 5, 13, 112
68, 69, 70, 73, 74, 80, 81, 83 Representasi Formal x, 129
Demokrasi a, i, iv, ix, x, 1, 2, 3, 4, 5, 8, 11, 13, 15, representasi non-elektoral v, x, 129, 130, 133, 134,
16, 91, 93, 98, 101, 102, 103, 117, 127, 128, 135, 136
129, 130, 131, 132, 143 Rusia i, iii, vii, viii, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,
Desa i, iii, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 26 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 66, 75, 80
desa global vii, 17 sistem pemilu iv, ix, 101, 104, 110, 111, 112, 125,
Diplomasi viii, 43, 49, 52, 66, 70 126
Ekonomi Politik a, iii, 18, 26 Terorisme i, iv, viii, 71, 72, 73, 74, 75, 77, 78, 80,
81, 83
Globalisasi i, iii, 23, 24, 26
Timur Tengah a, iv, ix, 60, 85, 86, 87, 88, 89, 91,
Impian Tiongkok i, iii, viii, 43, 44, 45, 46, 47, 48,
93, 95, 96, 97, 98, 99
49, 51, 53
Tunisia i, iv, ix, xiii, 85, 86, 87, 88, 89, 91, 92, 93,
Indonesia i, iii, iv, viii, ix, xi, xii, xiii, 1, 2, 4, 7, 8,
96, 98, 99, 100
9, 10, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 23, 24,
25, 26, 27, 43, 45, 47, 49, 54, 55, 56, 59, 61, Ukraina i, iii, vii, viii, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,
63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41
76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 85, 101, 102,
103, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 114, Key Words Index
115, 116, 117, 119, 120, 121, 122, 123, 124,
annexation
125, 127, 128, 129, 135, 137, 138, 141, 142,
144, 145 ASEAN iv, viii, xii, 55, 56, 60, 61, 63, 65, 66, 67,
68, 69, 70, 73, 74, 80, 81, 83
Jalur Sutra viii, 43, 44, 45, 49, 50, 51, 53, 54
CHINA DREAM xii, 43
kebijakan luar negeri iv, viii, ix, 71, 73, 74, 76, 77,
78, 79, 80, 81, 82 DEMOCRACY xiii, 85
Kepala Daerah i, iii, 1, 4, 13, 15, 16, 111 Diplomacy xii, 43, 51, 52, 54
Krimea i, iii, vii, viii, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, Direct Election xi, 1
35, 36, 37, 38, 39, 40 Egypt xiii, 85
Laut Tiongkok Selatan i, iv, viii, 53, 55, 56, 57, 59, foreign policy xii, 71
60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69 general election xiii, 101
Libya i, iv, ix, xiii, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 95, global village xi, 17
96, 97, 98, 99, 138
globalization xi, 17
Mesir i, iv, ix, 31, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 93, 94,
Indonesia i, iii, iv, viii, ix, xi, xii, xiii, 1, 2, 4, 7, 8,
95, 96, 97, 98, 99
9, 10, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 23, 24,
Partai Politik i, iii, 1, 4, 5, 6, 9, 10, 12, 15, 16, 110, 25, 26, 27, 43, 45, 47, 49, 54, 55, 56, 59, 61,
112, 127, 128, 143 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74,
Pemilu a, i, iii, iv, ix, 5, 6, 12, 15, 16, 33, 86, 87, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 85, 101, 102,
89, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 101, 103, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 114,
102, 103, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 115, 116, 117, 119, 120, 121, 122, 123, 124,
116, 120, 121, 143 125, 127, 128, 129, 135, 137, 138, 141, 142,
pilkada langsung vii, 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 144, 145
14, 15 Islamic Politics xiii, 85
Politik Islam a, i, iv, ix, 85, 91, 93, 96
Indeks | 139
Libya i, iv, ix, xiii, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 95, South China Sea xii, 55, 59, 60, 61, 62, 63, 65, 67,
96, 97, 98, 99, 138 68, 69, 70
Middle East xiii, 85, 88, 99, 137 terrorism xii, 71
non-electoral representation xiv, 129 Tunisia i, iv, ix, xiii, 85, 86, 87, 88, 89, 91, 92, 93,
political party xiii, 101 96, 98, 99, 100
political recruitment xi, 1 ukraine xi, 27
presidentialism xiii, 101 village xi, 17
russia xi, 27
Silk Road xii, 43, 49, 51, 52, 54, 57, 69
1. Tulisan yang dimuat harus merupakan kajian ilmiah atas isu dan peristiwa yang berkaitan dengan
politik dalam negeri dan internasional, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
2. Tulisan merupakan karya sendiri, bukan saduran atau terjemahan dan belum pernah dipublikasikan
dalam bentuk dan bahasa apa pun.
3. Tulisan mengandung data atau pemikiran yang baru dan orisinal.
4. Tulisan yang dimuat sepenuhnya menjadi tanggung jawab pribadi penulis yang bersangkutan.
5. Panjang naskah untuk artikel, 20–25 halaman A4, spasi 1,5; book review, 10–15 halaman A4, spasi 1,5.
6. Sistematika artikel hasil pemikiran/telaahan adalah judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); nama
dan alamat institusi; alamat e-mail penulis; riwayat naskah; abstrak (maksimum 150 kata dalam bahasa
Inggris dan 25 kata dalam bahasa Indonesia); kata kunci (4–5 kata kunci); pendahuluan; pembahasan
(terbagi dalam beberapa subjudul); penutup; daftar pustaka.
JUDUL
Penulis
Nama Instansi
Alamat lengkap instansi penulis
Email penulis
Riwayat naskah
Pendahuluan
Pembahasan
Penutup
Daftar Pustaka
7. Sistematika artikel review buku (book review) adalah judul; nama penulis (tanpa gelar akademik);
nama dan alamat institusi; alamat e-mail penulis; riwayat naskah; judul buku; pengarang; penerbit;
cetakan; tebal; abstrak (maksimum 150 kata dalam bahasa Inggris dan 25 kata dalam bahasa Indo-
nesia); kata kunci (4–5 kata kunci); pendahuluan; pembahasan (terbagi dalam beberapa subjudul);
penutup; daftar pustaka.
Penulis
Nama Instansi
Alamat lengkap instansi penulis
Email penulis
Riwayat naskah
Judul buku
Pengarang
Penerbit
Tahun Terbit
Tebal
Pendahuluan
Pembahasan
Penutup
Daftar Pustaka
1. Tabel dan gambar, untuk tabel dan gambar (grafik) di dalam naskah harus diberi nomor urut.
a. Tabel atau gambar harus disertai judul. Judul tabel diletakkan di atas tabel, sedangkan judul gam-
bar diletakkan di bawah gambar.
b. Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau gambar.
c. Garis tabel yang dimunculkan hanya pada bagian header dan garis paling bawah tabel, sedangkan
untuk garis vertikal pemisah kolom tidak dimunculkan.
100
93.3
90
84.9
80 79.76
DPR
70 70.99
Presiden
60
50
1999 2004 2009
a. Format rujukan dari buku: nama penulis, judul buku (italic), kurung buka, kota penerbitan,
titik dua, nama penerbit, tahun terbit, kurung tutup, nomor halaman, titik. Contoh:
Denny J.A., Partai Politik Pun Berguguran, (Yogyakarta: LKIS, 2006), hlm. v.
b. Format rujukan dari buku (bunga rampai): nama penulis artikel, “judul artikel ditulis
tegak dalam dua tanda petik”, dalam, nama editor buku, judul buku (italic), kurung buka, kota
penerbitan, titik dua, nama penerbit, tahun terbit, kurung tutup, nomor halaman, titik. Contoh:
Leonardo Morlino, “Political Parties and Democratic Consolidation in Southern Europe,” dalam
Richard Gunther, P. Nikiforos Diamandouros dan Hans Jurgen Puhle (eds.), The Politics of
Democratic Consolidation: Southern Europe in Comparative Perspective, (Baltimore MD: Johns
Hopkins University Press, 1995), hlm. 315−388.
c. Format rujukan dari jurnal: nama penulis, “judul artikel ditulis tegak dalam dua tanda petik,”
sumber artikel (italic), nomor atau edisi, tahun, h., nomor halaman, titik. Contoh:
Lili Romli, “Peta Kekuatan Politik Setelah Reformasi dan Kecenderungan Koalisi Parpol,” Jurnal
Demokrasi dan HAM, 2000, hlm. 124-125.
d. Format rujukan dari makalah seminar/konferensi: nama penulis, “judul makalah ditulis
tegak dalam dua tanda petik,” makalah, nama/tema seminar, tempat pelaksanaan seminar, waktu,
nomor halaman, titik. Contoh:
Andrea Ceron dan Alessandra Caterina Cremonesi, “Politicians Go Social: Estimating Intra-
Party Heterogeneity (and its Effect) through the Analysis of Social Media,” makalah disampaikan
pada NYU La Pietra Dialogues on Social Media and Political Participation, Florence, 10-11 Mei
2013, hlm. 3.
Berita8, “Media Sosial bisa Perkuat Fungsi Partai Politik”, 18 April 2013, http://www.berita8.
com/berita/2013/04/MediaSosial-bisa-perkuat-fungsi-partai-politik, diakses pada tanggal 18
Juni 2013.
f. Format rujukan dari media massa: nama penulis, “judul artikel ditulis tegak dalam dua tanda
petik,” sumber media (italic), tanggal terbit, nomor halaman, titik. Contoh:
Degung Santikarma, “Monumen, Dokumen dan Kekerasan Massal,” Kompas, 1 Agustus 2003,
hlm. 12.
10. Penulisan sumber Daftar Pustaka dibedakan menjadi: buku; jurnal; laporan dan makalah; surat kabar
dan website. Daftar Pustaka dituliskan dengan urutan abjad nama belakang (family name). Format
penulisan sebagai berikut:
a. Format rujukan dari buku
Buku dengan satu pengarang: nama penulis; tahun terbit; judul buku; tempat terbit; nama penerbit.
Contoh:
Caplan, Bryan. 2007. The Myth of the Rational Voter: Why Democracies Choose Bad Policies.
New Jersey: Princeton University Press.
Buku dengan dua pengarang: nama penulis (dua orang); tahun terbit; judul buku; tempat terbit;
nama penerbit. Contoh:
Aspinall, E. dan M. Mietzner. 2010. Problems of Democratisation in Indonesia: Elections, Insti-
tutions and Society. Singapore: ISEAS Publishing.
Buku dengan lebih dari dua pengarang: nama penulis (et al.); tahun terbit; judul buku; tempat ter-
bit; nama penerbit. Contoh:
Ananta, Aris et al. 2004. Indonesian Electoral Behaviour: A Statistical Perspective. Singapore:
ISEAS Publishing.
Artikel/tulisan dalam buku: nama penulis; tahun terbit; judul tulisan; dalam nama editor; judul
buku; tahun terbit; tempat penerbit; nama penerbit. Contoh:
Qodari, M. 2010. “The Professionalisation of Politics: The Growing Role of Polling Organisation
and Political Consultants”, dalam Aspinall, E. dan M. Mietzner (eds.). Problems of Democratisa-
tion in Indonesia: Elections, Institutions and Society. Singapore: ISEAS Publishing.
b. Format rujukan dari jurnal: nama penulis; tahun; judul artikel; nama jurnal; volume jurnal;
nomor jurnal; nomor halaman. Contoh:
Ufen, A. 2008. “From Aliran to Dealignment: Political Parties in post-Suharto Indonesia”. South
East Asia Research, 16 (1): 5–41.
Makalah seminar: nama penulis; tahun terbit; judul makalah; nama kegiatan seminar; waktu pelak-
sanaan kegiatan seminar; tempat penerbit; nama penerbit. Contoh:
Ceron, Andrea dan Alessandra Caterina Cremonesi. 2013. “Politicians Go Social: Estimating Intra-
Party Heterogeneity (and its Effect) through the Analysis of Social Media”. Paper disampaikan
pada NYU La Pietra Dialogues on Social Media and Political Participation, Florence, 10–11 Mei
2013.
Artikel online: nama penulis/institusi; tahun terbit; judul artikel, alamat websites; waktu unduh.
Contoh:
Aspinall, Edward, “The Taming of Ethnic Conflict in Indonesia”, http://www.eastasiaforum.
org/2010/08/05/the-taming-of-ethnic-conflict.
13. Langganan:
Harga pengganti ongkos cetak Rp. 75.000,- per eksemplar sudah termasuk ongkos kirim biasa. Untuk
berlangganan dan surat-menyurat langsung hubungi bagian sirkulasi Redaksi Jurnal Penelitian Politik.