Anda di halaman 1dari 159

Jurnal Penelitian

Politik Vol. 11, No. 2, Desember 2014

DAFTAR ISI

Catatan Redaksi iii


Artikel
• Pemilihan Langsung Kepala Daerah di Indonesia:
Beberapa Catatan Kritis Untuk Partai Politik
Ridho Imawan Hanafi 1–16
• Globalisasi dan Kemiskinan Desa: Analisa Struktur Ekonomi
Politik Pedesaan
Wasisto Raharjo Jati 17–26
• Aneksasi Rusia di Krimea dan Konsekuensi Bagi Ukraina
Indriana Kartini 27–41
• Impian Tiongkok: Nasionalisme Tiongkok Melintas Batas
Dalam Pembangunan Tiongkok
Hayati Nufus 43–54
• Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa Laut Tiongkok Selatan
Sandy Nur Ikfal Raharjo 55–70
Resume Penelitian
• Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menghadapi Isu Terorisme
Internasional
Ganewati Wuryandari 71–83
• Agama dan Demokrasi: Munculnya Kekuatan Politik Islam
Tunisia, Mesir dan Libya
Muhammad Fakhry Ghafur 85–100
• Pemilu dan Relasi Eksekutif dan Legislatf
Nina Andriana 101–128
Review Buku
• Dari Representasi Politik Formal ke Representasi Politik Non-Elektoral
Esty Ekawati 129–136
Tentang Penulis 137–138
Indeks 139–140
Pedoman Penulisan 143–145

| i 
ii | Jurnal Penelitian Politik | Volume 10 No. 1 Juni 2013  
CATATAN REDAKSI

Tahun 2014 adalah tahun politik bagi bangsa elitis dan rekrutmen calon yang buruk. Parpol
Indonesia. Di tahun ini akan terjadi pergantian juga dinilai hanya sebatas sebagai kendaraan
pemimpin bangsa dan unsur pimpinan legislatif atau pemberi tiket. Selanjutnya, parpol dianggap
pada setiap tingkat pemerintahan. Mulai dari abai terhadap persoalan yang menyangkut politik
tingkat nasional hingga Kabupaten/Kota. Hal kekerabatan dan korupsi di daerah.
yang paling mendasar dari Pemilu di Tahun 2014 Dalam artikel selanjutnya yang mengangkat
ini adalah hadirnya sosok pemimpin baru bangsa, judul “Globalisasi & Kemiskinan Desa: Analisa
dikarenakan Soesilo Bambang Yudhoyono Struktur Ekonomi Politik Pedesaan”, Wasisto
(SBY) sebagai Presiden saat ini, tidak lagi dapat Raharjo Jati berupaya untuk melakukan analisis
mencalonkan diri sebagai Presiden. Dengan atas relasi politik antara desa dengan globalisasi.
demikian diprediksikan bahwa peta perpolitikan Analisa dititikberatkan pada struktur ekonomi
di tingkat nasional akan sangat jauh berubah. politik untuk melihat relasinya khususnya
Ketergantungan daerah terhadap perpolitikan posisi desa dalam globalisasi. Menurut penulis,
di tingkat pusat selama ini tak ayal membuat pengaruh desa dalam globalisasi dapat dibedakan
daerah atau lokal juga turut mengalami dampak menjadi dua paradigma yakni positif dan
dari berbagai dinamika politik di tingkat nasional. negatif. Dalam perspektif positif, desa sendiri
Kekuatan-kekuatan politik baru akan berpeluang mengafirmasi berbagai strategi global dalam
untuk muncul atau justru sebaliknya, kekuatan upaya membangun ekonomi mereka. Sedangkan
politik lama di tingkat lokal akan tetap bertahan dalam pengertian negatif, desa telah menjadi
meskipun terjadi perubahan pada peta kekuatan termarjinalkan dan tertekan dalam sistem
politik di tingkat nasional. Tentunya hal yang kapitalis.
amat menarik untuk mengulas dinamika politik Perkembangan politik internasional terkini
lokal setelah SBY dan koalisinya tidak lagi coba dikaji oleh Indriana Kartini dalam tulisannya
menjadi penguasa politik di level nasional. Atas berjudul “Aneksasi Rusia Di Krimea Dan
dasar pemikiran inilah Jurnal Penelitian Politik Konsekuensi Bagi Ukraina”. Tulisan ini
mengangkat tema “Dinamika Politik Lokal memfokuskan pada aksi aneksasi Rusia di Krimea
Pasca-SBY” untuk menggali berbagai persoalan dengan menganalisis kepentingan strategis
politik lokal pasca berakhirnya pemerintahan Rusia di wilayah Krimea yang mendorong aksi
SBY dan isu-isu lain yang berkaitan dengannya. aneksasi; termasuk menganalisis posisi Ukraina,
Edisi kali ini memuat sembilan artikel yang terdiri Krimea, dan Rusia pasca runtuhnya Uni Soviet;
dari lima artikel lepas, tiga resume penelitian oleh serta konsekuensi lepasnya Krimea dari Ukraina
Peneliti di Pusat Penelitian Politik LIPI dan satu yang merubah konstelasi politik domestik, sosial,
artikel Book Review. dan ekonomi, serta batas wilayah Ukraina-
Artikel pertama yang berjudul “Pemilihan Krimea-Rusia.
Langsung Kepala Daerah Di Indonesia: Isu internasional berikutnya yang tidak kalah
Beberapa Catatan Kritis Untuk Partai Politik” relevan terkait dengan perkembangan Tiongkok
membahas mengenai beberapa persoalan terkait diulas dalam artikel berjudul “Impian Tiongkok:
dengan peran partai politik di pemilihan langsung Nasionalisme Tiongkok Melintas Batas Dalam
kepala daerah dalam upaya menghadirkan calon- Pembangunan Tiongkok”. Menurut Hayati
calon pemimpin daerah. Penulis, Ridho Imawan Nufus selaku penulis, Impian Tiongkok dengan
Hanafi, berargumen bahwa sejauh ini perilaku kata kunci kebangkitan nasional bangsa Tionghoa
partai politik masih jauh dari harapan, seperti telah menjadi slogan Presiden Xi Jinping dalam
masih adanya proses pengusungan kandidat yang

Catatan Redaksi | iii 


memerintah saat ini. Slogan tersebut selain ini sangat mengedepankan kerja sama dengan
digunakan untuk membangkitkan kembali negara-negara lain baik bilateral, regional dan
kejayaan masa lalu yang pernah dimiliki Tiongkok multilateral. Namun demikian, kerja sama
dan membangkitkan rasa nasionalisme rakyat, internasional yang terkait dengan penanganan isu
juga untuk memperkuat legitimasi Xi Jinping terorisme internasional harus dicermati karena
dan Partai Komunis Tiongkok di dalam politik sangat diwarnai oleh perspektif pihak-pihak yang
dalam negerinya. Lebih lanjut, jika dikaitkan berkepentingan.
dengan pembangunan Satu Sabuk, Satu Jalur, Koordinator penelitian sekaligus penulis
kebangkitan Tiongkok juga merupakan upaya artikel berjudul “Agama Dan Demokrasi:
untuk melegitimasi posisi Tiongkok sebagai Munculnya Kekuatan Politik Islam di Tunisia,
negara besar di kancah politik internasional. Mesir dan Libya” , yaitu Muhammad Fakhry
Sementara itu, Sandy Nur Ikfal Raharjo Ghafur, menemukan ternyata politik Islam
memfokuskan pada Laut Tiongkok Selatan memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam
dalam tulisannya berjudul “Peran Indonesia pasang surut pergolakan politik di Tunisia,
dalam Penyelesaian Sengketa Laut Tiongkok Mesir dan Libya terutama pasca fenomena Arab
Selatan”. Sengketa ini merupakan tantangan Spring yang berawal di Tunisia dan berdampak
bagi stabilitas kawasan, termasuk Indonesia, luas terhadap konstelasi politik di sejumlah
yang sedang menyongsong Abad Asia. Sengketa negara Timur Tengah. Di Tunisia, misalnya,
ini menjadi ancaman bagi pertahanan Indonesia menguatnya pengaruh politik Islam tidak muncul
karena lokasi yang diperebutkan berada di dekat dalam tataran elite politik saja tetapi juga dalam
perbatasan Indonesia. Selain itu, sengketa ini tataran grass roots dengan bermunculannya
juga menjadi salah satu isu politik yang menjadi gerakan politik berbasis massa Islam. Sementara
ganjalan di ASEAN. Oleh karena itu, penulis itu, Mesir adalah negara tempat tumbuh dan
berargumen bahwa Indonesia dapat mengambil berkembangnya berbagai gerakan dan organisasi
peran dalam penyeleseaian sengketa tersebut. Islam transnasional. Sementara di Libya, pasca
Namun, dalam menjalankan peran yang masih tewasnya Qaddafi, gerakan Islam memainkan
pada tingkat pengelolaan konflik tersebut, peran penting dalam dinamika politik Libya,
Indonesia masih mengalami sejumlah hambatan terutama setelah pemerintahan sementara
baik dalam bentuk masih lemahnya posisi tawar mendeklarasikan hukum Islam di Libya.
Indonesia, juga adanya perbedaan pendekatan Artikel ringkasan penelitian selanjutnya
penyelesaian serta keterlibatan pihak-pihak asing yang berjudul “Pemilu dan Relasi Eksekutif
yang turut memperkeruh dinamika sengketa. Dan Legislatif” yang ditulis oleh Nina Andriana
Berkaitan dengan peran Indonesia di kancah ini berargumen bahwa perlu ada peninjauan
internasional, secara lebih khusus, dalam tulisan kembali format sistem perwakilan, skema
berjudul “Politik Luar Negeri Indonesia Dalam penyelenggaraan dan sistem pemilu, serta sistem
Menghadapi Isu Terorisme Internasional”, kepartaian dalam rangka menyempurnakan
Ganewati Wuryandari menyoroti kebijakan luar presidensialisme. Menurut hasil penelitian ini,
negeri Indonesia dalam isu tersebut. Meskipun sistem pilpres yang diterapkan oleh Indonesia saat
terorisme bukan isu baru tetapi menjadi salah ini bukan hanya tidak menjanjikan munculnya
satu isu yang semakin penting dalam kebijakan kandidat presiden yang memiliki kompetensi dan
luar negeri Indonesia. Tulisan yang merupakan kapabilitas, tetapi juga cenderung mendistorsikan
ringkasan penelitian dengan judul yang sama obsesi penguatan presidensialisme sebagai sistem
tersebut berargumen bahwa keterlibatan Indonesia pemerintahan yang telah diamanatkan oleh
dalam perang melawan terorisme ini tidak hanya konstitusi hasil amandemen. Untuk itu, penataan
untuk memenuhi kewajibannya sebagai bagian relasi eksekutif-legislatif dalam hal ini juga amat
masyarakat internasional untuk secara bersama- penting.
sama memerangi terorisme, melainkan juga demi Akhirnya, jurnal kali ini ditutup oleh artikel
memenuhi kepentingan nasionalnya. Kebijakan Book Review berjudul “Dari Representasi
luar negeri Indonesia dalam penanganan isu Politik Formal Ke Representasi Politik

iv | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014  


Non-Elektoral” yang ditulis oleh Esty Ekawati. Pada akhirnya, kami mengucapkan
Dengan mengulas buku berjudul “Representasi terima kasih kepada segenap pihak yang
Politik: Perkembangan dari Ajektiva ke Teori”, telah berkontribusi dalam penerbitan Jurnal
penulis menganalisis bahwa menurut buku Penelitian Politik, mulai dari penulis, mitra
tersebut, praktek demokrasi dewasa ini selalu bestari dan pengelola jurnal. Kami berharap
dikaitkan dengan representasi karena pada semoga kehadiran jurnal ini dapat bermanfaat
dasarnya perkembangan demokrasi perwakilan dalam memperkaya khasanah keilmuan dan
adalah prinsip yang harus ditegakkan di praktis terkait dinamika politik lokal pasca-SBY.
dunia modern. Namun, lanjutnya, hal ini Selamat membaca.
menimbulkan keraguan dari para ahli dan dalam
perkembangannya mencoba menajamkan konsep
Redaksi
ini menjadi sebuah teori. Isu-isu kontemporer
mengenai representasi politik dalam kerangka
demokrasi perwakilan yang mengarusutamakan
pemilu, tidak serta merta mampu menjawab
persoalan di masyarakat seperti keterwakilan
kelompok minoritas, perempuan dan fenomena
representasi non-elektoral yang juga menjadi
persoalan penting untuk dikaji.

Catatan Redaksi | v 
vi | Jurnal Penelitian Politik | Volume 10 No. 1 Juni 2013  
Jurnal Penelitian

Politik Vol. 11, No. 2, Desember 2014

Jurnal Penelitian Politik


DDC: 324.2 Vol. 11, No. 2, Desember 2014, Hlm. 17-26
Ridho Imawan Hanafi
Artikel ini bertujuan menganalisis relasi politik
antara desa dengan globalisasi. Analisa dalam artikel
PEMILIHAN LANGSUNG KEPALA ini kemudian dititikberatkan pada struktur ekonomi
DAERAH DI INDONESIA: politik untuk melihat relasinya khususnya posisi
BEBERAPA CATATAN KRITIS desa dalam globalisasi. Hasil paper menunjukkan
UNTUK PARTAI POLITIK bahwa secara historis, analisa terhadap pengaruh
desa dalam globalisasi sendiri dapat dibedakan
Jurnal Penelitian Politik menjadi dua paradigma yakni positif dan negatif.
Vol. 11, No. 2, Desember 2014, Hlm. 1-16 Dalam perspektif positif, desa sendiri mengafirmasi
berbagai strategi global dalam upaya membangun
Tulisan ini membahas mengenai beberapa ekonomi mereka. Sedangkan dalam pengertian
persoalan terkait dengan peran partai politik di negatif, desa telah menjadi termarjinalkan dan
pemilihan langsung kepala daerah dalam upaya tertekan dalam sistem kapitalis.
menghadirkan calon-calon pemimpin daerah.
Sebagai salah satu institusi yang menjadi pintu Kata Kunci : desa, globalisasi, ekonomi politik,
masuk bagi calon pemimpin daerah diharapkan partai desa global.
politik dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Persoalannya, sejauh ini dalam praktiknya partai
politik masih jauh dari harapan tersebut, seperti DDC: 320.859
melakukan proses pengusungan kandidat yang elitis,
rekrutmen calon yang buruk, partai politik dinilai Indriana Kartini
hanya sebatas sebagai kendaraan atau pemberi
tiket, sampai abainya partai politik pada suara kritis ANEKSASI RUSIA DI KRIMEA DAN
publik terhadap persoalan yang menyangkut politik KONSEKUENSI BAGI UKRAINA
kekerabatan dan korupsi di daerah.
Jurnal Penelitian Politik
Kata Kunci: pilkada langsung, partai politik, Vol. 11, No. 2, Desember 2014, Hlm. 27-41
rekrutmen politik, calon kepala daerah.
Aneksasi wilayah Krimea oleh Rusia terjadi
menyusul jatuhnya Presiden Ukraina Viktor
DDC: 307.72 Yanukovych yang dianggap pro Rusia oleh kelompok
oposisi. Referendum yang dilakukan rakyat Krimea
Wasisto Raharjo Jati pasca aneksasi menegaskan kembali tuntutan
kemerdekaan Krimea dari Ukraina dan pilihan untuk
GLOBALISASI & KEMISKINAN bergabung dengan Rusia. Meski referendum tersebut
DESA: ANALISA STRUKTUR dianggap tidak sah oleh Kiev, secara de facto Krimea
EKONOMI POLITIK PEDESAAN kini berada di bawah penguasaan Kremlin. Tulisan

Abstrak | vii 
ini memfokuskan pada aksi aneksasi Rusia di Krimea Jurnal Penelitian Politik
dengan menganalisis kepentingan strategis Rusia Vol. 11, No. 2, Desember 2014, Hlm. 55-70
di wilayah Krimea yang mendorong aksi aneksasi;
termasuk menganalisis posisi Ukraina, Krimea, dan Sengketa Laut Tiongkok Selatan merupakan
Rusia pasca runtuhnya Uni Soviet; serta konsekuensi tantangan bagi stabilitas kawasan, termasuk
lepasnya Krimea dari Ukraina yang merubah Indonesia, yang sedang menyongsong Abad Asia.
konstelasi politik domestik, sosial, dan ekonomi, Sengketa ini menjadi ancaman bagi pertahanan
serta batas wilayah Ukraina-Krimea-Rusia. Indonesia karena lokasi yang diperebutkan berada
di dekat perbatasan Indonesia. Selain itu, sengketa
Kata Kunci : aneksasi, Rusia, Krimea, Ukraina. ini juga menjadi salah satu isu politik yang menjadi
ganjalan di ASEAN. Oleh karena itu, Indonesia, baik
dalam posisi sebagai negara yang memperjuangkan
DDC: 327.2  kepentingannya maupun sebagai pemimpin alami
ASEAN, berupaya menyelesaikan sengketa tersebut
Hayati Nufus melalui jalan damai. Tulisan ini berfokus pada dua
hal, yaitu bagaimana gambaran umum dari sengketa
IMPIAN TIONGKOK: Laut Tiongkok Selatan sehingga menjadi potensi
NASIONALISME TIONGKOK ancaman bagi kepentingan nasional Indonesia dan
MELINTAS BATAS DALAM bagaimana peran Indonesia dalam upaya penyelesaian
PEMBANGUNAN TIONGKOK sengketa tersebut. Melalui metode studi pustaka,
tulisan ini menemukan bahwa sengketa ini secara
Jurnal Penelitian Politik umum berada dalam tahap polarisasi, bahkan untuk
Vol. 11, No. 2, Desember 2014, Hlm. 43-54 hubungan Tiongkok-Vietnam sudah masuk tahap
segregasi. Kemudian, peran Indonesia masih dalam
tingkat pengelolaan konflik. Hal ini disebabkan oleh
Impian Tiongkok dengan kata kunci kebangkitan
hambatan internal berupa posisi tawar Indonesia
nasional bangsa Tionghoa merupakan slogan Presiden
yang relatif lebih lemah dibanding negara yang
Xi Jinping dalam memerintah saat ini. Tulisan ini
bersengketa maupun hambatan eksternal berupa
menganalisis upaya kebangkitan Tiongkok melalui
perbedaan pendekatan penyelesaian dan keterlibatan
slogan tersebut. Tujuan digunakannya slogan tersebut
pihak-pihak asing yang turut memperkeruh dinamika
adalah untuk membangkitkan kembali kejayaan
sengketa.
masa lalu yang pernah dimiliki Tiongkok dan
membangkitkan rasa nasionalisme rakyat. Selain itu,
Kata Kunci: ASEAN, Laut Tiongkok Selatan, peran
gagasan ini juga memiliki tujuan untuk memperkuat
Indonesia, penyelesaian secara damai.
legitimasi Xi Jinping dan Partai Komunis Tiongkok
di dalam politik dalam negerinya. Salah satu program
yang dilakukan oleh Tiongkok untuk mewujudkan
cita-citanya adalah dengan membangun kembali DDC: 327.1
Jalur Sutra melalui gagasan Satu Sabuk, Satu Jalur. Ganewati Wuryandari
Bila dikaitkan dengan pembangunan Satu Sabuk,
Satu Jalur, kebangkitan Tiongkok juga merupakan
POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA
upaya untuk melegitimasi posisi Tiongkok sebagai
negara besar di kancah politik internasional. DALAM MENGHADAPI
ISU TERORISME INTERNASIONAL
Kata kunci: Impian Tiongkok, Kebangkitan
Tiongkok, Jalur Sutra, Diplomasi Tiongkok. Jurnal Penelitian Politik
Vol. 11, No. 2, Desember 2014, Hlm. 71-83

Terorisme bukan isu baru namun menjadi salah


DDC:327.598
satu isu yang semakin penting dalam kebijakan
Sandy Nur Ikfal Raharjo luar negeri Indonesia. Perang global melawan
terorisme memperoleh legitimasi dan dukungan
PERAN INDONESIA DALAM yang semakin meluas dari masyarakat internasional
PENYELESAIAN SENGKETA LAUT terutama setelah terjadi tragedi 11 September
TIONGKOK SELATAN 2001 di New York. Keterlibatan Indonesia
dalam perang melawan terorisme ini tidak hanya
untuk memenuhi kewajibannya sebagai bagian

viii | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014  


masyarakat internasional untuk secara bersama-
sama memerangi terorisme, melainkan juga demi DDC: 324.6
memenuhi kepentingan nasionalnya. Kebijakan luar
Nina Andriana
negeri Indonesia dalam penanganan isu ini sangat
mengedepankan kerja sama dengan negara-negara
lain baik bilateral, regional dan multilateral. Namun PEMILU DAN RELASI EKSEKUTIF
demikian, kerja sama internasional yang terkait DAN LEGISLATIF
dengan penanganan isu terorisme internasional harus
dicermati karena sangat diwarnai oleh perspektif Jurnal Penelitian Politik
pihak-pihak yang berkepentingan. Tulisan ini Vol. 11, No. 2, Desember 2014, Hlm. 101-
menganalisis kebijakan luar negeri Indonesia dalam 128
forum bilateral, regional dan multilateral mengenai
isu terorisme internasional. Penyempurnaan presidensialisme memerlukan
peninjauan kembali format sistem perwakilan, skema
Kata Kunci: kebijakan luar negeri, terorisme penyelenggaraan dan sistem pemilu, serta sistem
internasional, kerja sama internasional. kepartaian. Dalam konteks skema penyelenggaraan
dan sistem pemilu, penataan tak hanya terkait
urgensi penyelenggaraan secara simultan antara
pemilu legislatif dan pemilu presiden, melainkan
DDC: 297.272
juga penataan kembali format pilpres itu sendiri.
Muhammad Fakhry Ghafur Sistem pilpres yang diterapkan oleh Indonesia saat
ini bukan hanya tidak menjanjikan munculnya
AGAMA DAN DEMOKRASI : kandidat presiden yang memiliki kompetensi dan
MUNCULNYA KEKUATAN POLITIK kapabilitas, tetapi juga cenderung mendistorsikan
ISLAM DI TUNISIA, MESIR DAN obsesi penguatan presidensialisme sebagai sistem
LIBYA pemerintahan yang telah diamanatkan oleh konstitusi
hasil amandemen. Penataan relasi eksekutif-
legislatif dalam hal ini juga amat penting. Koalisi
Jurnal Penelitian Politik
yang lazimnya ditemukan pada pemerintahan
Vol. 11, No. 2, Desember 2014, Hlm. 85- parlementer, namun dengan sistem multipartai dalam
100 presidensial hal ini menjadi sesuatu yang tidak bisa
diabaikan. Mekanisme checks and balances internal
Politik Islam memiliki pengaruh yang cukup DPR maupun antara DPR dan Presiden pun harus
signifikan dalam pasang surut pergolakan politik di dibenahi.
Tunisia, Mesir dan Libya terutama pasca fenomena
Arab Spring yang berawal di Tunisia dan berdampak Kata Kunci: Pemilu, sistem Pemilu,
luas terhadap konstelasi politik di sejumlah negara presidensialisme, partai politik.
Timur Tengah. Di Tunisia, menguatnya pengaruh
politik Islam tidak muncul dalam tataran elite politik
saja tetapi juga dalam tataran grass roots dengan
bermunculannya gerakan politik berbasis massa DDC: 321.8
Islam. Sementara itu, Mesir adalah negara tempat Esty Ekawati
tumbuh dan berkembangnya berbagai gerakan dan
organisasi Islam transnasional. Tumbangnya Husni DARI REPRESENTASI POLITIK
Mubarok membawa angin segar bagi kelompok Islam FORMAL KE REPRESENTASI
seperti Ikhwanul Muslimin dan Salafi untuk berperan
POLITIK NON-ELEKTORAL
lebih dalam kancah politik praktis. Sementara di
Libya, pasca tewasnya Qaddafi, gerakan Islam
memainkan peran penting dalam dinamika politik Jurnal Penelitian Politik
Libya, terutama setelah pemerintahan sementara Vol. 11, No. 2, Desember 2014, Hlm. 129-
mendeklarasikan hukum Islam di Libya. 136

Kata Kunci: Timur Tengah, Politik Islam, Tunisia, Demokrasi dewasa ini selalu dikaitkan dengan
Mesir, Libya. representasi karena pada dasarnya perkembangan
demokrasi perwakilan adalah prinsip yang harus
ditegakkan di dunia modern. Konsep representasi
secara sederhana dapat diartikan sebagai
“menghadirkan yang tidak hadir”. Namun arti ini

Abstrak | ix 
menimbulkan keraguan dari para ahli dan dalam
perkembangannya mencoba menajamkan konsep ini
menjadi sebuah teori. Isu-isu kontemporer mengenai
representasi politik dalam kerangka demokrasi
perwakilan yang mengarusutamakan pemilu,
tidak serta merta mampu menjawab persoalan
di masyarakat seperti keterwakilan kelompok
minoritas, perempuan dan fenomena representasi
non-elektoral yang juga menjadi persoalan penting
untuk dikaji.

Kata Kunci: Demokrasi, Representasi Formal,


Representasi non-elektoral.

x | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014  


Jurnal Penelitian

Politik Vol. 11, No. 2, Desember 2014

Jurnal Penelitian Politik


DDC: 324.2
Ridho Imawan Hanafi Vol. 11, No. 2, December 2014, Page 17-26
This article aims to analyze political linkage
DIRECT ELECTION FOR LOCAL between village and globalization. The analysis
LEADERS IN INDONESIA: emphasizes the economic-political structure in order
SOME CRITICAL NOTES FOR to asses its relations, especially village standing
POLITICAL PARTIES position toward globalization,. The result shows
that historically, the influence of globalization can
Jurnal Penelitian Politik be asseed into positive and negative perspectives.
In positive paradigm realm, village have embraced
global strategies in order to enhance their economic
Vol. 11, No. 2, December 2014, Page 1-16 effort. Meanwhile, negatively, village has been
This paper discusses about several issues marginalized and suppressed by capitalist system.
related to the role of political parties in the direct
election for local leaders as an attempt to provide Keywords: village, globalization, economic-politic,
candidates of local leader. As one of the institutions global village.
that became the entry point for local leaders, political
parties should be able to function properly. However,
so far the practice of political parties still show the DDC: 320.859
elitism in the the process of proposing candidates
Indriana Kartini
and pragmatism in the candidate recruitment
process. Political parties are also judged only as
a ”vehicle”. They are not concerned on public
THE RUSSIA’S ANNEXATION OF CRIMEA
criticisms that relate to political kinship in local
AND ITS CONSEQUENCES FOR UKRAINE
politcs and corruption in the region.
Jurnal Penelitian Politik
Keywords: direct election, political parties, political
recruitment, candidates. Vol. 11, No. 2, December 2014, Page 27-41
The annexation of Crimea by the Russian
Federation was launched after the downfall of
DDC: 307.72 Ukraine President Viktor Yanukovych who has
been alleged by the opposition as pro-Russian. The
Wasisto Raharjo Jati referendum which has been conducted by Crimean
people in post-annexation has reinforced the Crimean
GLOBALIZATION & VILLAGE demand for independence from Ukraine and its
POVERTY: AN ANALYSIS OF choice to unify with Russia. Although the referendum
ECONOMIC-POLITICS IN RURAL has been viewed as illegal by Ukraine authority, in
AREA fact, Crimea is now under Russia’s authority. This
article focuses on the Russia’s annexation of Crimea

Abstract | xi 
by analysing Russia’s strategic interests as a driving Vol. 11, No. 2, December 2014, Page 55-70
force for the annexation; analysing the position of South China Sea dispute becomes a major
Ukraine, Russia, and Crimea after the demise of the challenge to the regional stability for ASEAN
USSR; and the consequences of the loss of Crimea member countries, including Indonesia. The dispute
for Ukraine that has changed the constellation of was assumed threatening Indonesia’s defense
domestic politics, society, and economics, and also because the contested location is next to the Natuna
the land border between Ukraine-Crimea-Russia. sea border. The dispute also becomes a strategic
political issue discussed in ASEAN forum. Therefore,
Keywords : Annexation, Russia, Crimea, Ukraine. Indonesia, both as the state that pursue its national
interest and as the ASEAN natural leader, is trying to
resolve the dispute through peaceful way. This paper
focuses on two things, namely how the general figure
DDC: 327.2  of the South China Sea dispute as a potential threat
Hayati Nufus towards Indonesia and how Indonesia play a role in
the resolution process. By literature review method,
CHINA DREAM: CHINESE this paper finds that the dispute is generally on the
polarization stage, while for Tiongkok-Vietnam
NATIONALISM ACROSS BORDERS IN
relations is on segregation stage. Furthermore, this
CHINA DEVELOPMENT paper also concludes that Indonesia still play role in
the conflict management level. This is due to relatively
weak bargaining position of Indonesia compared to
Jurnal Penelitian Politik the disputed parties as the internal factor, as well as
differences in resolution approach and third actors
Vol. 11, No. 2, December 2014, Page 43-54 involvement that worsen the situation as the external
factors.
China Dream, of which its core meaning is
national rejuvenation of the Chinese nation, is the
President Xi Jinping’s slogan for governing China Key Words: ASEAN, Indonesia’s role, South China
today. This paper analyzes the efforts of China’s Sea dispute, peaceful resolution.
rejuvenation through the China Dream slogan.
Through this slogan, China wants to revive the past
glory that once belonged to China and to evoke a
sense of nationalism within its society. Moreover, DDC: 327.1
this idea also aims to strengthen the legitimacy of Ganewati Wuryandari
Xi Jinping and the Chinese Communist Party in its
domestic politics. One of the programs conducted by
China to realize its goal is to rebuild the Silk Road INDONESIAN FOREIGN POLICY IN
(by land and sea) through the idea of ​​One Belt, One DEALING WITH INTERNATIONAL
Road. Relating to this, the revival of China is also TERRORISM ISSUE
an attempt to legitimize China’s position as a major
power in international politics.
Jurnal Penelitian Politik
Keywords: China Dream, the rejuvenation of China,
Silk Road, China Diplomacy. Vol. 11, No. 2, December 2014, Page 71-83
Terrorism is not a new issue, however it
has become one of the most important issues of
Indonesian foreign policy. The global fight against
DDC:327.598 terrorism has increasingly gained legitimacy and
Sandy Nur Ikfal Raharjo supports among international community especially
after the September 11, 2001 attacks in New York.
Indonesia considers that the fight against terrorism
INDONESIA’S ROLE IN THE SOUTH is not merely to be its international obligation to
CHINA SEA DISPUTE RESOLUTION support the global movement to ameliorate the
menace, it is also to serve its national interest. To
combat terrorism, Indonesian foreign policy closely
Jurnal Penelitian Politik
cooperates with other nations-states in terms of

xii | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014  


bilateral, regional and multilateral. However, these GENERAL ELECTION AND
international cooperations are often dictated by the EXECUTIVE-LEGISLATIVE
perspective of the parties concerned. This paper RELATIONS
provides an analysis of Indonesian foreign policy
responses to international terrorism. The work
assesses its role in various bilateral, regional and Jurnal Penelitian Politik
multilateral cooperation in combating international
terrorism.
Vol. 11, No. 2, December 2014, Page 101-
128
Keywords: Indonesian foreign policy, international
terrorism, international cooperation. Completion of presidentialism requires
reconsideration format representation system, the
implementation of the scheme and the electoral
system along the party system. In the context of
DDC: 297.272 the implementation of the scheme and the electoral
system, the arrangement is not only related to the
Muhammad Fakhry Ghafur
urgency of the simultaneous implementation of
the legislative and presidential elections, but also
RELIGION AND DEMOCRACY : realignment election format itself. Election system
adopted by Indonesia at the moment doesn’t push not
THE EMERGENCE OF THE POWER
only the emergence of presidential candidates who
OF POLITICAL ISLAM IN TUNISIA, have the competence and capability, but also tends to
EGYPT AND LIBYA distort obsession strengthening of presidentialism as
a system of government that has been mandated by
Jurnal Penelitian Politik constitutional amendments. Structuring executive-
legislative relations is also very important. Coalition
is typically found in parliamentary government, but
Vol. 11, No. 2, December 2014, Page 85- the multi-party system in presidentialism can not be
100 ignored. Internal checks and balances mechanism
in the House of Representatives and between the
Political Islam has a significant influence in House of Representatives and the President must be
the political dynamics in Tunisia, Egypt and Libya, addressed.
especially after the Arab Spring phenomenon that
began in Tunisia and broad impact on the political
constellation in some Middle Eastern countries. In Keywords: general election, electoral system,
Tunisia, the effect of political Islam does not only presidentialism, political party.
appear at the elite, but also at the grass roots level
with the emergence of mass-based Islamic political
movement. While Egypt is a country where the growth
of a variety of movements and transnational Islamic DDC: 321.8
organizations. The post of Hosni Mubarok era bring Esty Ekawati
to Islamic groups like the Muslim Brotherhood
and the Salafis to participate more in the political FROM FORMAL POLITICAL
arena. While in Libya, after the death of Qaddafi, REPRESENTATION TO NON-
the Islamic movements play an important role in
ELECTORAL POLITICAL
the dynamics of Libyan politics, especially after the
interim government declared Islamic law in Libya.
REPRESENTATION

Keywords: Middle East, Islamic Politics, Tunisia, Jurnal Penelitian Politik


Egypt, Libya.
Vol. 11, No. 2, December 2014, Page 129-
136
DDC: 324.6 Nowadays democracy is always associated
with representation because basically the progress
Nina Andriana
of democratic representation is a principle that
must be enforced in modern politics. The concept

Abstract | xiii 
of representation simply defined as “absent but
present” has made doubt for political scientist to
build theories. Contemporary issues about political
representation in democratic representation’s
framework that mainstreaming the election can
not answer the problems of society about minority
representation, woman under-representation
in politics and phenomenon of non-electoral
representation.

Keywords: democracy, political representation, non-


electoral political representation.

xiv | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014  


PEMILIHAN LANGSUNG KEPALA DAERAH DI INDONESIA:
BEBERAPA CATATAN KRITIS UNTUK PARTAI POLITIK

DIRECT ELECTION FOR LOCAL LEADERS IN INDONESIA:


SOME CRITICAL NOTES FOR POLITICAL PARTIES
Ridho Imawan Hanafi

Alumnus Pascasarjana Ilmu Politik


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
E-mail: ridhoimawan@gmail.com
Diterima: 22 Juli 2014; direvisi: 3 September 2014; disetujui: 25 Oktober 2014

Abstract

This paper discusses about several issues related to the role of political parties in the direct election for local
leaders as an attempt to provide candidates of local leader. As one of the institutions that became the entry point
for local leaders, political parties should be able to function properly. However, so far the practice of political
parties still show the elitism in the the process of proposing candidates and pragmatism in the candidate recruitment
process. Political parties are also judged only as a ”vehicle”. They are not concerned on public criticisms that
relate to political kinship in local politcs and corruption in the region.

Keywords: direct election, political parties, political recruitment, candidates.

Abstrak

Tulisan ini membahas mengenai beberapa persoalan terkait dengan peran partai politik di pemilihan langsung
kepala daerah dalam upaya menghadirkan calon-calon pemimpin daerah. Sebagai salah satu institusi yang menjadi
pintu masuk bagi calon pemimpin daerah diharapkan partai politik dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Persoalannya, sejauh ini dalam praktiknya partai politik masih jauh dari harapan tersebut, seperti melakukan proses
pengusungan kandidat yang elitis, rekrutmen calon yang buruk, partai politik dinilai hanya sebatas sebagai kendaraan
atau pemberi tiket, sampai abainya partai politik pada suara kritis publik terhadap persoalan yang menyangkut
politik kekerabatan dan korupsi di daerah.

Kata Kunci: pilkada langsung, partai politik, rekrutmen politik, calon kepala daerah.

Pendahuluan
Pemilihan langsung kepala daerah (pilkada rakyat.1 Meskipun makna langsung di sini lebih
langsung) merupakan kerangka kelembagaan baru berfokus pada hak rakyat untuk memilih kepala
dalam rangka mewujudkan proses demokratisasi daerah, para calon kepala daerah lebih banyak
di daerah. Proses ini diharapkan bisa mereduksi ditentukan oleh partai politik. Belakangan calon
secara luas adanya pembajakan kekuasaan yang perseorangan memang dimungkinkan dalam
dilakukan oleh partai politik yang memiliki pilkada, namun hal tersebut tidak begitu saja
kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD). Selain itu, pilkada secara langsung juga
diharapkan bisa menghasilkan kepala daerah
yang memiliki akuntabilitas lebih tinggi kepada 1
Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi
Demokrasi Pasca-Orde Baru, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010), hlm. 183.

Pemilihan Langsung Kepala Daerah ... | Ridho Imawan Hanafi | 1 


mampu mengesampingkan posisi dan peran politik dalam mengajukan calon-calon pemimpin
partai politik di dalam pilkada langsung.2 daerah yang akan mereka usung. Partai politik
Pilkada langsung di Indonesia sendiri sebagaimana yang tersebut dalam UU No. 32
dilaksanakan sejak Juni 2005. Pelaksanaan Tahun 2004 kemudian direvisi menjadi UU No
pilkada langsung tersebut sebelumnya didahului 12 Tahun 2008 merupakan salah satu institusi
keberhasilan pelaksanaan pemilihan presiden dan yang bisa mengajukan calon kepala daerah dalam
wakil presiden pada tahun 2004. Penyelenggaraan pilkada langsung. Dalam konteks ini, proses
pilkada langsung diintrodusir di dalam Undang- politik yang terjadi di internal partai politik
Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang ikut mempengaruhi bagaimana kualitas calon
Pemerintahan Daerah yang merupakan UU hasil kepala daerah. Dengan demikian, partai politik
revisi atas UU No. 22 Tahun 1999 mengenai memiliki posisi dan peran yang siginifikan dalam
substansi yang sama.3 Semangat yang muncul menghadirkan individu-individu berintegritas
dari pelaksanaan pilkada langsung di antaranya untuk memimpin sebuah daerah.
adalah untuk mengembalikan hak-hak politik Namun demikian, pada praktiknya kuasa
rakyat yang selama ini dilakukan hanya melalui partai politik tersebut kerap menuai kritik publik.
perwakilan mereka di DPRD. Pelaksanaan Di antaranya, proses pengusungan kandidat
pilkada secara langsung juga sebagai upaya kerap terlihat elitis5, rekrutmen calon yang
untuk memperbaiki kehidupan demokrasi setelah buruk, semaraknya isu mengenai keharusan
terjadi pergantian rezim Orde Baru ke reformasi. menyediakan uang “perahu” atau “mahar”
Dalam rangka itu, pilkada langsung juga politik oleh kandidat agar memperoleh tiket
sebagai ajang bagi daerah untuk menemukan pencalonan dari partai politik, abainya partai
calon-calon pemimpin daerah yang berintegritas politik pada suara publik terhadap persoalan
dan bisa mengemban amanat rakyat. Pilkada yang menyangkut politik kekerabatan di daerah,
langsung berpeluang mendorong majunya calon sampai mengenai bagaimana partai politik bisa
kepala daerah yang kredibel dan akseptabel di bekerja dalam mengawal pengusungan kandidat
mata masyarakat daerah sekaligus menguatkan sebagai sebuah mesin politik yang efektif agar
derajat legitimasinya. Dengan demikian, pilkada tidak sekadar menjadi pemberi tiket.
langsung dapat memperluas akses masyarakat Tulisan ini mencoba untuk mengurai
lokal untuk mempengaruhi proses pengambilan sejumlah persoalan terkait partai politik sebagai
keputusan yang menyangkut kepentingan mereka. salah satu pintu masuk dalam upaya untuk
Artinya, masyarakat berkesempatan untuk terlibat menghadirkan pemimpin daerah di pilkada
mempengaruhi pembuatan kebijakan publik langsung dan sekaligus mencoba memberi
yang dilakukan kepala daerah sebagaimana sejumlah usulan pembaruan bagi partai politik
janjinya saat kampanye dan ikut pula mengawasi dalam pergulatannya di pilkada langsung agar
kepala daerah jika menyalahgunakan kekuasaan kualitas demokrasi lokal semakin baik.
sehingga proses ini dapat memaksa kepala daerah
untuk tetap memperhatikan aspirasi rakyat.4 Pilkada Langsung: Daulat Rakyat
Untuk mendekatkan harapan tersebut, salah Pilkada langsung merupakan terobosan politik
satu pintu masuknya adalah dengan cara melihat yang signifikan dan berimplikasi cukup luas
bagaimana proses yang dilakukan oleh partai terhadap daerah dan masyarakatnya untuk
2
Ibid. mewujudkan demokratisasi di tingkat lokal.
Karena itu, pilkada langsung merupakan proses
3
Syamsuddin Haris, “Kebijakan dan Strategi Pilkada Peluang
penguatan dan pendalaman demokrasi (deepening
dan Tantangan Menuju Konsolidasi Demokrasi”, dalam
Djohermansyah Djohan dan Made Suwandi (Ed), Pilkada democracy) serta upaya untuk mewujudkan tata
Langsung: Pemikiran dan Peraturan, (Jakarta: IIP Press, kelola pemerintahan yang baik dan efektif. Pada
2005), hlm. 57.
4
Djohermansyah Djohan, “Masalah Krusial Pilkada”, dalam 5
Yang dimaksud elitis di sini adalah para calon lebih banyak
dalam Djohermansyah Djohan dan Made Suwandi (Ed), Pilkada ditentukan oleh elite partai atau perlunya sebuah persetujuan
Langsung: Pemikiran dan Peraturan, (Jakarta: IIP Press, 2005), dari petinggi partai politik untuk bisa menjadi calon partai
hlm. 36-37. yang bersangkutan.

2 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 1–16  


dasarnya, pilkada langsung merupakan daulat daerah merupakan bagian dari pemerintah yang
rakyat sebagai salah satu realisasi prinsip-prinsip langsung berinteraksi dengan masyarakat ketika
demokrasi yang meliputi jaminan atas prinsip- proses demokratisasi berlangsung.10
prinsip kebebasan individu dan persamaan, Tidak hanya itu, pemerintah daerah seperti
khususnya dalam hak politik. 6 Pendalaman dikatakan Larry Diamond (1999), memiliki peran
demokrasi seperti diungkap Reuschmeyer (1992) yang cukup penting dalam mempercepat vitalitas
adalah suatu upaya untuk mengatasi kelemahan demokrasi. Diamond memberikan sejumlah
praktik demokrasi substantif, khususnya dalam alasan bahwa pemerintah daerah dapat membantu
merespon tuntutan-tuntutan masyarakat lokal.7 mengembangkan nilai-nilai dan keterampilan
Pendalaman demokrasi menurut Fung berdemokrasi di kalangan warganya. Pemerintah
dan Olin-Wright (2003) juga diperlukan untuk daerah juga dapat meningkatkan akuntabilitas
memenuhi gagasan sentral mengenai demokrasi dan pertanggungjawaban kepada berbagai
politik yang meliputi beberapa hal penting, kepentingan yang ada di daerah. Selain itu,
seperti pemberian fasilitas kepada masyarakat pemerintah daerah dapat menyediakan saluran
agar mereka terlibat dalam politik: mendorong dan akses tambahan terhadap kelompok-
terjadinya konsensus politik melalui dialog, kelompok yang secara historis termarginalisasi.
merealisasikan kebijakan publik yang dapat Ketika hal ini terpenuhi, terdapat kecenderungan
menciptakan efektivitas ekonomi dan masyarakat adanya tingkat keterwakilan demokrasi yang
yang sehat, dan memberikan proteksi agar warga lebih baik. Ujungnya, pemerintah daerah bisa
negara juga menikmati kekayaan negara.8 Dengan mendorong terwujudnya checks and balances di
demikian akan memungkinkan banyak orang dalam kekuasaan.11
terlibat dalam proses kebijakan di pemerintahan Merujuk Diamond dalam Developing
lokal. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa Democracy Toward Consolidation (2003),
dalam pemerintahan lokal potensi warga tidak seperti dicatat Sahdan, pilkada lebih jauh dilihat
hanya dalam keterlibatan di pemilu lokal sebagai ruang bagi developing democrary.
atau duduknya di parlemen, lebih jauh adalah Pembangunan demokrasi di sini mencakup
keterlibatan aktif warganya secara lebih luas.9 penguatan masyarakat publik (political society),
Munculnya perhatian terhadap transisi penguatan masyarakat ekonomi (economic
demokrasi di daerah itu menurut Brian C Smith society) dan penguatan masyarakat budaya
(1998) berangkat dari suatu keyakinan bahwa (cultural society). Pembangunan demokrasi
demokrasi di daerah merupakan prasyarat juga mencakup penguatan dan engagement
bagi munculnya demokrasi di tingkat nasional. masyarakat sipil (voice, access and control),
Asumsi ini berangkat bahwa ketika terdapat birokrasi yang netral, provisional dan usable,
perbaikan kualitas demokrasi di daerah, secara penguatan rule of law, serta institusionlasasi
otomatis bisa diartikan sebagai adanya perbaikan ekonomi dan politik.12 Goran Hayden dalam
kualitas demokrasi di tingkat nasional. Beberapa Governance and Politics in Africa (1992) juga
alasannya antara lain, demokrasi pemerintahan melihat pilkada sebagai arena untuk menciptakan
di daerah merupakan suatu ajang pendidikan local good goovernance. Penciptaan tatanan
politik yang relevan bagi warga negara di dalam pemerintahan lokal yang baik ini kemudian
suatu masyarakat yang demokratis. Artinya, mencakup tiga dimensi dari governance, yaitu
terdapat unsur proximity bahwa pemerintah dimensi aktor, struktur, dan dimensi empiris.

R. Siti Zuhro, dkk, Model Demokrasi Lokal, (Jakarta: PT. THC


6

Mandiri, 2011), hlm. 23-24. 10


Kacung Marijan, op. cit., hlm. 170.
7
Ibid. 11
Ibid, hlm. 171.
8
Ibid. 12
Gregorius Sahdan, “Pilkada dan Problem Demokrasi Lokal”,
dalam Gregorius Sahdan (et al), Politik Pilkada: Tantangan
9
John Stewart, “Democracy and Local Goverment”, dalam
Merawat Demokrasi, (Yogyakarta: The Indonesian Power for
Paul Hirst and Sunil Khilnani (Eds.), Reinventing Democracy,
Democracy (IPD), 2008), hlm.155-157.
(Cambridge, MA: Blackwell Publishers, 1996), hlm. 39.

Pemilihan Langsung Kepala Daerah ... | Ridho Imawan Hanafi | 3 


Pada dimensi aktor, pilkada hendak sehingga ia lebih bertanggung jawab kepada
menekankan pentingnya kekuasaan, kewenangan, DPRD daripada kepada rakyat.14
resiprositas antara rakyat dan pemimpin serta Ketiga, pilkada lagsung diperlukan untuk
pergantian kekuasaan. Dengan pilkada maka tidak menciptakan stabilitas politik dan pemerintahan
ada lagi kekuasaan yang terpusat dan tersentral di tingkat lokal. Pemberhentian atau pencopotan
di tangan segelintir orang dan kekuasaan di tengah masa jabatan kerap berdampak pada
yang diperoleh memiliki legitimasi yang kuat munculnya gejolak politik lokal. Diharapkan
dan bisa dipertanggungjawabkan. Sementara dengan pilkada langsung mereka yang
dimensi struktur, menekankan pentingnya terpilih bisa menjabat selama lima tahun.
sikap kesukarelaan (compliance), kepercayaan Keempat, pilkada langsung kepala daerah
(trust), akuntabilitas (accountability) dan inovasi akan memperkuat dan meningkatkan kualitas
(innovation). Struktur dan lingkungan politik seleksi kepemimpinan nasional karena makin
lokal, menurut Hayden seperti dijelaskan Sahdan, terbuka peluang munculnya pemimpin nasional
harus mampu memberikan akses dan kesempatan yang muncul dari bawah atau daerah. Kelima,
yang sama kepada semua orang untuk menjadi pilkada secara langsung bisa lebih meningkatkan
pemimpin. kualitas keterwakilan (representativeness) karena
Sedangkan dimensi empirik menekankan masyarakat dapat menentukan siapa yang akan
pentingnya peran warga negara, kepemimpinan menjadi pemimpinnya di tingkat lokal.15
yang responsif dan bertanggungjawab, serta
resiprositas sosial. Untuk mengukur peran warga Menelaah Fungsi Partai Politik
dapat dilihat dari tingkat partisipasi politik,
Partai politik seperti dikemukakan Hague dan
pemahaman terhadap agregasi kepentingan,
Harrop memiliki sejumlah fungsi. Di antaranya
dan pertanggungjawaban publik. Sementara
adalah artikulasi dan agregasi kepentingan,
untuk mengukur kepemimpinan responsif dapat
komunikasi politik, sosialisasi politik, dan
dilihat dari tingkat pemahaman terhadap arena
rekrutmen politik. Artikulasi dan agregasi
publik (public realm), tingkat keterbukaan
kepentingan merupakan fungsi untuk merumuskan
kebijakan publik, dan tingkat ketaatan terhadap
kepentingan dan sekaligus dari beragam
hukum. Sedangkan resiprositas sosial dapat
kepentingan yang terdapat dalam kelompok-
diukur dengan menggunakan instrumen tingkat
kelompok yang memiliki kesamaan tersebut
persamaan politik (political equality), tingkat
digabung menjadi satu. Fungsi komunikasi politik
toleransi antar kelompok dan tingkat keterbukaan
diarahkan untuk menjembatani antara pemerintah
organisasi sosial politik di masyarakat.13
dengan masyarakat. Di negara yang demokratis,
Dalam konteks tersebut, pilkada langsung proses komunikasi yang dilakukan partai politik
memiliki urgensi terhadap upaya memperbaiki mengalirkan arus informasi yang sifatnya dua
kualitas kehidupan demokrasi. Alasannya, seperti arah: dari atas ke bawah dan sebaliknya dari
diungkapkan Haris pertama, pilkada langsung bawah ke atas. Hal yang berbeda jika dilakukan
diperlukan untuk memutus mata rantai oligarki di negara komunis, aliran komunikasi bersifat
partai yang harus diakui cenderung mewarnai satu arah dari atas ke bawah.16
kehidupan partai di DPRD. Artinya pilkada
langsung diperlukan untuk memutus mata rantai
politisasi atas aspirasi publik yang cenderung
dilakukan partai-partai dan para politisi partai.
14
Syamsuddin Haris, “Mencari Model Pemilihan Langsung
Kepala Daerah Bagi Indonesia”, dalam Agung Djojosoekarto
Kedua, pilkada langsung diperlukan untuk dan Rudi Hauter (Ed), Pemilihan Langung Kepala Daerah:
meningkatkan kualitas akuntabilitas para elite Transformasi Menuju Demokrasi Lokal, (Jakarta: Asosiasi
politik lokal, termasuk kepala daerah. Sebelum DPRD Kota Seluruh Indonesia dan Konrad Adenauer Stiftung,
2003), hlm. 106-107.
pilkada langsung, kepala daerah cenderung
menciptakan ketergantungan terhadap DPRD, 15
Ibid.
16
Rod Hague and Martin Harrop, Comparative Government
and Politics: an Introduction, (Palgrave: Hampshire, 2001),
13
Ibid. hlm.167-169.

4 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 1–16  


Sementara fungsi sosialisasi politik, alternatif pilihan dalam berbagai dimensi isu
diarahkan untuk proses di mana seseorang yang berbeda.19
mendapatkan pandangan maupun orientasinya Keempat, represent various social groups,
akan nilai-nilai maupun norma-norma di either symbolically or in advancing specific
masyarakat. Anggota masyarakat melalui interests. Fungsi representasi sosial ini dapat
proses sosialisasi seperti itu akan mendapatkan dilakukan pada kompetisi pemilu, sebagai upaya
orientasi terhadap kehidupan politik yang partai untuk mendukung berbagai kelompok.
berkembang di masyarakat. Sedangkan Kelima, interest aggregation, kesuksesan partai
rekrutmen politik merupakan cara partai untuk dalam menjalankan fungsi ini akan memiliki
mencari atau mendapatkan anggota baru dengan implikasi penting bagi munculnya koherensi
mengajaknya terutama orang yang memiliki berbagai kebijakan publik, juga untuk stabilitas
kemampuan dalam politik dan kepemimpinan kebijakan itu sendiri. Keenam, forming and
untuk berpartisipasi dalam politik. Dalam sustaining governments, fungsi ini merupakan
proses rekrutmen tujuannya adalah terjaganya tantangan bagi partai politik karena merupakan
kontinuitas eksistensi partai sekaligus dapat dimensi kinerja utama mereka. Ketujuh, social
menyeleksi calon kepemimpinan.17 integration, partai politik memainkan peran
Dalam proses rekrutmen, Pippa Norris integrasi sosial yang penting, karena akan
menyatakan bahwa inilah fungsi klasik partai memungkinkan warga untuk berpartisipasi secara
politik di mana sebagai penjaga gerbang dalam efektif dalam proses-proses politik.20
pencalonan untuk semua jabatan di semua
tingkatan pemerintahan. Rekrutmen politik, bagi Pilkada dan Kuasa Partai Politik
Norris, bukan hanya soal pencalonan wakil-wakil
Pilkada langsung yang penyelenggaraannya
terpilih di tingkat lokal, regional, nasional, tetapi
dimulai tahun 2005 menggunakan UU No. 32
juga pengisian berbagai jabatan publik. Proses
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
perekrutan ke jabatan yang dipilih dan diangkat
Dalam catatan Perkumpulan untuk Pemilu
secara luas ini dianggap sebagai salah satu fungsi
dan Demokrasi (Perludem), dasar hukum
residual terpenting bagi partai politik dengan
penyelenggaraan pilkada periode 2005-2008
konsekuensi munculnya potensi konflik di intra-
menggunakan undang-undang tersebut yang
partai, komposisi parlemen dan pemerintah, serta
kemudian mengalami dua kali perubahan:
akuntabilitas dari para anggota yang terpilih.18
pertama, melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun
Sedangkan Diamond dan Gunter mencatat 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
setidaknya ada tujuh fungsi partai politik yang Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
penting terkait dengan demokrasi elektoral. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
Pertama, candidate nomination. Di mana para 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
kontestan yang mewakili masing-masing partai menjadi Undang-Undang (UU No 8/2005);
dalam pemilihan intra partai ditunjuk. Kedua, dan, kedua, melalui Undang-Undang Nomor
electoral mobilization, partai dalam hal ini 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
memberikan motivasi bagi masing-masing Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
klientelis mereka untuk mendukung calon mereka Pemerintahan Daerah.21
dan juga memfasilitasi partisipasi aktif mereka
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tertuang
dalam pemilihan. Ketiga, issue structuring, pada
sejumlah ayat yang menyatakan bahwa partai
titik ini bagaimana partai mengelola strategi
politik merupakan satu-satunya institusi yang
mobilisasi terkait dalam penekanan akan fokus
pada kepentingan yang lebih tahan lama dari
berbagai kelompok sosial atau menata berbagai
19
Larry Diamond and Richard Gunter, Political Parties and
Democracy, (Baltimore: The Johns Hopkins University Press,
2001), hlm. 7-8.
17
Ibid.
20
Ibid.
18
Pippa Noris, “Recruitment”, dalam Richard S Katz. And
William Crotty (Eds.), Handbook of Party Politics, (London: Didik Supriyanto (Ed), Kajian Kodifikasi Undang-Undang
21

Sage Publications, 2006), hlm. 90. Pemilu, (Jakarta: Yayasan Perludem, 2014), hlm. 1.

Pemilihan Langsung Kepala Daerah ... | Ridho Imawan Hanafi | 5 


bisa mengajukan pasangan calon peserta oleh partai politik. Ketiga, semua kandidat harus
pemilihan kepala daerah. Sejumlah ayat tersebut diusulkan oleh partai politik yang memperoleh
memperlihatkan bahwa arena pilkada langsung suara minimal tertentu pada pemilihan anggota
pada periode 2005-2008 sebelum terjadinya legislatif. Opsi pertama memang tidak populer,
perubahan atas UU No. 32 Tahun 2004 merupakan sehingga pilihan ada pada opsi kedua atau opsi
arena kuasa istimewa partai politik. Dengan kata ketiga. Namun, pada kenyataannya berbagai opsi
lain, partai politik memiliki keistimewaan dalam tersebut ujungnya ditolak di DPR.23
hal pengajuan pasangan calon peserta pilkada Dengan demikian, ayat-ayat dalam Pasal
dibandingkan dengan institusi lain, seperti 59 UU No. 32 Tahun 2004 memperlihatkan
kelompok-kelompok kepentingan. Hanya melalui betapa dominannya partai politik dalam proses
pintu partai politik seseorang atau kandidat pencalonan pilkada. Calon yang berasal dari
bisa memiliki kesempatan untuk berkompetisi perseorangan tidak mendapat tempat. Dengan
menjadi calon pemimpin di daerah. calon yang lebih banyak ditentukan oleh partai
Sejumlah ayat menyangkut keistimewaan politik itu, kerangka kelembagaan dalam
partai politik tersebut tertuang dalam Pasal 59 pilkada bisa dikatakan menggunakan “party
UU No. 32 Tahun 2004. Ayat (1) menyatakan system”. Dikatakan “party system” karena semua
peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala orang yang ingin mencalonkan diri sebagai
daerah adalah pasangan calon yang diusulkan kepala daerah harus melalui partai politik.24
secara berpasangan oleh partai politik atau Padahal pada ayat 3, sebenarnya dimungkinkan
gabungan partai politik. (2) Partai politik atau munculnya calon dari perseorangan, namun
gabungan partai politik sebagaimana dimaksud dalam praktiknya, sejauh ini tidak ada prosedur
pada ayat (1) dapat mendaftarkan pasangan yang jelas bagaimana yang dilakukan oleh
calon apabila memenuhi persyaratan perolehan partai politik untuk membuka kesempatan bagi
sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) masyarakat untuk menjadi calon kepala daerah
dari jumlah kursi DPRD atau 15% (lima belas dari partainya.25
persen) dari akumulasi perolehan suara sah dalam Dengan arti lain, bahwa hampir semua proses
pemilihan umum anggota DPRD di daerah yang pencalonan pilkada yang telah berlangsung di
bersangkutan. (3) Partai politik atau gabungan partai politik selama ini seperti dijelaskan oleh
partai politik wajib membuka kesempatan yang Syamsuddin Haris mengabaikan urgensi akses
seluas-luasnya bagi bakal calon perseorangan publik. Karena pada umumnya masyarakat di
yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud daerah pemilihan tidak mengetahui bagaimana
dalam Pasal 58 dan selanjutnya memproses sesungguhnya proses seleksi calon oleh partai
bakal calon dimaksud melalui mekanisme yang atau gabungan partai politik. Dalam catatannya,
demokratis dan transparan. (4) Dalam proses sejumlah tokoh masyarakat di sejumlah daerah
penetapan pasangan calon partai politik atau bahkan sama sekali tidak tahu, mengapa suatu
gabungan partai politik memperhatikan pendapat partai tertentu memilih untuk mencalonkan
dan tanggapan masyarakat.22 tokoh tertentu sebagai kepala daerah atau
Sebelumnya, pada awal perumusan UU wakil kepala daerah. Maka tidak jauh berbeda
No 32 Tahun 2004 sempat muncul perdebatan dari kecenderungan yang terjadi dalam pemilu
seputar pencalonan dan siapa yang berhak legislatif 2004, partai politik atau gabungan partai
mencalonkan pasangan calon. Pada tahap awal politik telah melakukan fait acompli kepada
perdebatan ketika itu muncul tiga opsi dalam
proses pencalonan. Pertama, semua kandidat 23
Pratikno, “Calon Independen, Kualitas Pilkada dan
adalah kandidat independen yang diusulkan Pelembagaan Parpol”, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
dari kalangan nonpartai politik. Kedua, sebagian Volume 10, Nomor 3, Maret 2007, hlm. 415-438.

kandidat bisa dicalonkan dari jalur independen 24


Kacung Marijan, op. cit., hlm. 185.
dan sebagian lagi adalah calon yang diusulkan 25
Muhtar Haboddin, “Kontribusi Partai Politik dalam Pilkada”,
dalam Gregorius Sahdan (et al), Rekayasa Politik dari Pemilu
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
22
ke Pilkada, (Yogyakarta: The Indonesian Power for Democracy
Daerah. (IPD), 2008), hlm. 118.

6 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 1–16  


masyarakat dalam proses pencalonan pasangan Dibukanya kran calon kepala daerah dari
kandidat dalam pilkada.26 luar partai politik menerbitkan implikasi dalam
Oleh karena itu, meskipun pilkada langsung peran partai politik di pilkada. Mengacu UU No
telah menggeser kekuasaan DPRD menjadi 32 Tahun 2004, menurut Pratikno, dibukanya
kekuasaan rakyat dalam memilih calon pemimpin calon independen akan membuat partai politik
daerah, pada praktiknya banyak ditemukan memperoleh pesaing. Para politisi yang ingin
kekecewaan atas kualitas proses elektoral pilkada berkompetisi dalam pilkada mempunyai pilihan
langsung. Pilkada langsung yang diharapkan apakah akan melalui jalur partai atau melalui
dapat meminimalisir money politics, misalnya, jalur independen. Artinya, dibukanya jalur calon
ternyata dalam skala yang besar dan masif justru independen ini membuat adanya persaingan
tidak terhindarkan dalam pilkada langsung. antara calon yang diajukan oleh partai politik
Rakyat yang diharapkan mempunyai otonomi dengan calon independen.30 Jika selama ini pintu
yang lebih besar dalam mencalonkan dan masuk jabatan kepala daerah harus melalui partai
memilih calon pemimpin daerah yang diinginkan politik, peran ini tidak lagi menjadi dominasi
ternyata otonomi yang besar itu berada di tangan partai politik. Dengan demikian, partai politik
para elite partai politik. Para elite partai dan dituntut untuk mencalonkan figur terbaik untuk
sponsor politik yang lebih mengendalikan seluruh bisa bersaing dengan lainnya.
proses elektoral sehingga peran masyarakat luas
selaku pemilih menjadi sangat marjinal.27 Parpol sebagai “Perahu”?
Maka, atas pertimbangan banyak pihak baik Salah satu hal yang menjadi sorotan publik atas
masyarakat luas dan aktivis masyarakat sipil posisi partai politik dalam pilkada langsung
muapun politisi lokal yang tidak berada dalam adalah bagaimana mengaktifkan peran
jajaran elite partai politik mendesak agar calon politiknya sejauh ini. Dalam studi Muhamad
independen diberi kesempatan untuk berkompetisi Nur sebagaimana dikutip oleh Pratikno, dalam
dalam pilkada. Calon independen yang dimaksud banyak kasus partai politik tidak dalam posisi
di sini adalah pasangan calon kepala daerah baik yang mencalonkan pasangan calon. Peran partai
gubernur, bupati, walikota maupun wakilnya, politik dalam pilkada langsung ini lebih pada
yang proses pencalonannya tidak melalui partai posisi menyediakan legitimasi pencalonan, yang
politik sebagaimana yang diatur dalam UU biasanya ditransaksikan dengan pihak-pihak
No. 32 Tahun 2004.28 Upaya yang bertujuan yang ingin dicalonkan atau ingin mencalonkan
mengurangi monopoli partai politik tersebut seseorang menjadi calon kepala daerah. Proses
kemudian menghasilkan perubahan atas UU No ini kerap dipresentasikan dengan istilah “beli
32 Tahun 2004 menjadi UU No. 12 Tahun 2008, perahu” yang artinya membeli formalitas partai
di mana memberikan partisipasi bagi kandidat politik atau istilah “beli tiket” yang artinya
yang maju melalui jalur independen atau jalur memberi tiket pencalonan. Proses pencalonan
perseorangan untuk bersaing dalam pemilihan ini dimanfaatkan oleh sebagian elite partai
langsung di level gubernur, kabupaten atau kota. politik sebagai ajang bisnis dengan memasang
Upaya ini seperti dicatat Buehler, merupakan tarif tertentu bagi kandidat yang akan memakai
sebuah inovasi politik yang kecenderungannya partainya untuk maju dalam proses pencalonan.31
menuju pemilihan kepala daerah yang lebih Fenomena seperti itu, dikatakan Haris
kompetitif dan inklusif. 29 hampir menjadi rahasia umum bahwa para
26
Syamsuddin Haris, “Kecenderungan Pencalonan dan Koalisi
kandidat harus menyetor sejumlah uang ke partai
dalam Pilkada”, tanpa tahun, http://www.komunitasdemokrasi.
or.id/id/pusat-pengetahuan/artikel/268-kecenderungan- in Indonesia: The Marginalisation of The Public Sphere”,
pencalonan-dan-koalisi-partai-dalam-pilkada, diakses pada dalam Edward Aspinall dan Marcus Mietzner (eds), Problem
tanggal 3 Mei 2014. of Democratisation in Indonesia: Elections, Institutions and
Society, (Singapore: ISEAS Publishing, Institute of Southeast
27
Ibid. Asian Studies, 2010), hlm. 271.
28
Pratikno, op. cit. 30
Pratikno, op. cit.
29
Michael Buehler, “Decentralisation and Local Democracy 31
Ibid.

Pemilihan Langsung Kepala Daerah ... | Ridho Imawan Hanafi | 7 


atau gabungan partai yang bersedia menjadi “perahu” sang calon untuk maju dalam pilkada
“perahu” dalam pencalonan pilkada. Nilai uang langsung.35
diperkirakan ratusan juta hingga miliaran rupiah, Mereka yang berminat menjadi calon kepala
tergantung hasil negosiasi dan kesepakatan antara daerah tetapi tidak memiliki afiliasi dengan
para kandidat dan partai atau gabungan partai, partai politik, seperti ditulis Wardani mereka
serta juga wilayah pilkada, apakah merupakan bisa melakukan “sewa perahu”. Syaratnya,
daerah potensial secara ekonomi atau daerah orang tersebut memiliki daya pikat yang
minus.32 Di sejumlah daerah seperti Kalimantan menarik bagi partai berupa modal yang cukup
Selatan, Jambi, dan Bengkulu, misalnya, besar. Maka yang perlu dilakukan adalah
proses pilkada cenderung diwarnai praktik mencari partai politik sebagai kendaraan untuk
persekongkolan politik dan bisnis di antara pencalonannya. Inilah yang disebut dengan
para elite partai dan birokrasi di satu pihak dan “sewa perahu”. Persoalan ini menurut Wardani,
elite pengusaha atau bisnis di pihak lain. Dalam menunjukkan betapa arena pilkada langsung
kaitan ini, seorang kandidat yang gagal dalam menjadi kesempatan untuk berkuasa, dengan
pilkada di Kabupaten Bima, NTB, daerah yang segala cara, tanpa memiliki visi dan misi yang
relatif minus secara ekonomi misalnya, mengaku jelas tentang apa yang akan dikerjakan untuk
mengeluarkan biaya sekitar Rp 4 miliar untuk rakyat di daerahnya. Praktik kekuasaan dengan
berbagai jenis pengeluaran, mulai dari “setoran” demikian akan dikuasai oleh orang-orang yang
ke gabungan partai pengusung, biaya kampanye, bermodal. Praktik ini akan berbahaya jika alasan
dan biaya operasional lainnya.33 masuk ke dunia politik untuk mengamankan
Dalam bahasa Saldi Isra, partai politik telah bisnisnya dengan mengeluarkan kebijakan yang
menjadi semacam “pukat Harimau”. Artinya lebih menguntungkan pribadinya.36
partai politik bisa menjadi mesin uang. Begitu Melihat beberapa catatan tersebut, setidaknya
proses pencalonan selesai, partai politik bisa dalam proses pencalonan, bisa dikatakan bahwa
meraup uang dari mereka yang berminat. Mirip inisiatif tampaknya sebagian besar datang dari
dengan pukat Harimau, jumlah uang yang para kandidat yang berminat, merasa mempunyai
diraup juga bervariasi, mulai dari ratusan juta kapabilitas, dan juga memiliki dana ataupun
rupiah sampai dengan tawaran ratusan miliar. dukungan finansial yang cukup ketimbang
Seperti testimoni dari Slamet Kirbiyantoro yang sebagai suatu inisiatif partai.37 Gejala bahwa
memberikan Rp. 1,5 miliar dan Djasri Marin partai atau gabungan partai lebih memposisikan
memberikan Rp. 2 miliar kepada PDIP.34 Contoh diri sebagai “perahu” daripada pengambil
lain, dengan mengutip pemberitaan Kompas, inisiatif, tampak dalam berbagai kasus pilkada
Haboddin mencatat, bahwa seorang fungsionaris di sebagian besar daerah. Kekecualian hanya
partai politik besar pernah menceritakan berlaku bagi partai yang benar-benar memiliki
bagaimana untuk menjalin koalisi antar partai kader yang telah “siap” bertarung.38 Dari sini
politik saja diperlukan “mahar” miliaran rupiah. terlihat bahwa dalam pilkada langsung partai
Seorang fungsionaris partai politik besar lainnya politik memiliki pekerjaan yang tidak mudah
juga pernah diminta melupakan keinginan untuk merevitalisasi peran substansial mereka
menjadi gubernur jika “hanya” membawa Rp. agar tidak sekadar menjadi “perahu”.
3 miliar. Pernyataan sang fungsionaris ini patut
dicatat sebagai penilaian betapa leluasanya elite
dan pengurus partai politik menjaring uang 35
Ibid.
setoran supaya partainya bisa digunakan sebagai 36
Sri Budi Eko Wardani, “Pilkada Langsung: Pertaruhan
Demokrasi dan Mitos Good Governance” dalam Pheni Chalid
(Ed.), Pilkada Langsung: Demokratisasi Daerah dan Mitos
Good Governance, (Jakarta: Partnership for Governance
Reform in Indonesia dengan Pusat Kajian Politik, Departemen
32
Syamsuddin Haris, op. cit. Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2005), hlm. 25.
33
Ibid. 37
Syamsuddin Haris, op. cit.
34
Muhtar Haboddin, op. cit., hlm. 120. 38
Ibid.

8 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 1–16  


Tidak cukup itu, mengembalikan revitalisasi pragmatis dan tidak jarang menimbulkan
peran substansinya menjadi penting mengingat potensi perpecahan internal di partai politik.
hasil pencapaian perolehan suara dalam Sebagaimana yang sudah-sudah, kecenderungan
pilkada langsung juga memperlihatkan bahwa penonjolan peran figur juga dibaca partai politik
partai politik tidak dalam posisi yang cukup dalam cara melakukan penjaringan nama-nama
menentukan dalam hal mobilisasi dukungan yang memiliki potensi menang besar. Figur yang
terhadap pasangan calon kepala daerah yang memiliki potensi ini tidak harus berasal dari
diusungnya. Tidak ada jaminan bahwa dukungan mereka yang memiliki latar belakang sebagai
pemilih terhadap suatu partai politik dalam kader interal partai politik itu sendiri, tetapi juga
pemilu legislatif akan bisa dipertahankan dalam dari kalangan eksternal partai. Dalam hal ini,
pilkada langsung. Bahkan angka swinging voters proses seleksi yang dilakukan partai politik bisa
dan split voters cenderung tinggi. Afiliasi pemilih dilakukan dengan melalui mekanisme terbuka
kerap menunjukkan inkonsistensi pilihan antara atau dengan tertutup.
pemilu legislatif dan pilkada. Hal ini bisa dilihat Rahat dan Hazan (2006), sebagaimana
dari rendahnya dukungan yang diterima pasangan dirujuk Mahadi, menyatakan setidaknya terdapat
calon yang diusung partai besar. Pasangan calon dua pola sistem seleksi kandidat. Pertama, inklusif
kepala daerah yang diusung oleh partai-partai (terbuka) bagi siapapun dapat mencalokan
besar kerap mengalami kekalahan dalam pilkada. melalui partai politik dengan memenuhi syarat
Atau sebaliknya, koalisi antar partai politik kecil ringan (eligible). Di sini, tidak ada semacam
bisa unggul.39 keharusan untuk menjadi anggota partai politik
Gejala tersebut juga terekam dari kajian terkait, ataupun memiliki kesamaan ideologi.
yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia Pola kedua adalah eksklusif (tertutup), di mana
(LSI) bahwa kemenangan calon yang diusung pada pola ini terdapat sejumlah syarat yang
oleh bukan partai politik pemenangan pemilu membatasi hak pemilih untuk ikut serta dalam
legislatif kemungkinan menunjukkan gejala seleksi kandidat. Semakin inklusif proses seleksi
split ticket voting dalam perilaku pemilih di kandidat, maka semakin demokratis. Sebaliknya,
Indonesia. Kajian LSI ini menunjukkan bahwa semakin eksklusif seleksi kandidat semakin tidak
dari fakta-fakta pelaksanaan beberapa pilkada, demokratis seleksinya, karena tidak transparan
kemenangan partai bahkan kemenangan yang dan hanya internal elite saja sebagai penyeleksi
dominan sekalipun dalam pemilihan legislatif ataupun penentu kandidat.41
tidak menjamin kemenangan dalam pilkada Lebih lanjut Rahat dan Hazan menyatakan
langsung. Terdapat sejumlah penjelasan yang bahwa terkait dengan perekrutan kandidat secara
bisa dikemukakan berkaitan dengan gejala inklusif, ada dua faktor yang cukup menentukan
ini, salah satunya adalah karakteristik dalam terekrutnya anggota dari luar ini. Pertama, syarat
pilkada berbeda dengan pemilihan legislatif. keterjaminan terpilihnya kandidat tersebut
Dalam pemilu legislatif, pemilih memilih partai (tingkat elektabilitas). Dalam kerangka politik
politik, sementara dalam pilkada memilih orang lokal, proses seleksi kandidat terletak pada rekam
atau kandidat. Dalam pilkada, kandidat yang jejak seorang figur. Rekam jejak dan popularitas
mempunyai ketokohan tinggi akan lebih dipilih, ini sangat menentukan dapat diterimanya
tidak peduli dari partai politik manapun.40 seseorang oleh masyarakat. Elektabilitas ini bisa
menjangkau lintas-kelompok, etnis, agama, dan
Problem Rekrutmen Calon seterusnya, karena hal-hal yang bersifat konsep
Kecenderungan partai politik dalam melakukan dan ideologis telah diabaikan melalui kompromi.
penjaringan atau rekrutmen calon-calon kepala Kedua, pada syarat biaya. Bahwa pertimbangan
daerah dalam pilkada langsung juga berlangsung penentu dalam proses perekrutan kandidat dari
orang luar adalah dari segi biaya. Hal ini karena
39
Pratikno, op. cit.
40
Eriyanto, “Pilkada dan Penguasaan Partai Politik”, Kajian 41
Helmi Mahadi, “Pragmatisme Politik: Studi Kasus Proses
Bulanan Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Edisi 03, Juli 2007, Rekrutmen Politik PDIP Pada Pilkada Sleman”, Jurnal Studi
hlm.1-16. Pemerintahan, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2011.

Pemilihan Langsung Kepala Daerah ... | Ridho Imawan Hanafi | 9 


keikutsertaan dalam pilkada membutuhkan biaya Dalam pemilihan umum legislatif 2004, PPP
tidak sedikit. Kebutuhan dana menjadi inheren di daerah ini menduduki urutan kedua dengan
dalam pilkada.42 perolehan sekitar 18 persen suara. Mereka
Selain hal itu, yang perlu dicermati adalah menduga hasil itu tak lepas dari intervensi dari
partai politik juga memiliki mekanisme terkait Dewan Pimpinan Pusat PPP yang mengalihkan
dengan apakah akan memberikan kewenangan dukungan kepada calon lain. Kasus lainnya juga
besar kepada daerah dalam memilih calon dapat disimak dari aksi massa Partai Demokrat
atau menciptakan sistem sentralistik di mana mendatangi Komisi Pemilihan Umum Salatiga.
kewenangan memilih dan menentukan calon Mereka menuntut KPU memperhatikan ketentuan
berada di tangan pengurus pusat. Kedua pilihan perundang-undangan, serta anggaran dasar/
itu menyimpan dampak bagi partai politik. Jika anggaran rumah tangga PD dalam menyikapi
pilihan pertama yang diambil, pengurus partai “konflik” internal partai tersebut. Surat yang
pusat tidak bisa mengontrol proses mekanisme ditandatangani Ketua DPD PD Jateng Sukawi
pemilihan calon kepala daerah dan akibatnya Sutarip dan Sekretaris DPD PD Jateng Dani
bisa jadi nama yang dipilih bukanlah nama Sriyanto tersebut menyatakan bahwa DPP dan
yang potensial menang. Tetapi jika pilihan DPD PD merekomendasikan Totok Mintarto dan
kedua yang diambil, dampak buruknya adalah John M Manoppo sebagai calon. Realitasnya,
pada proses pengkaderan dan pendewasaan DPC PD Salatiga mengusung nama Warsa
struktur partai politik di daerah. Partai politik Susilo-M Haris dalam pendaftaran calon.
lebih berkepentingan memilih nama yang punya Pasalnya, pencalonan pasangan tersebut sudah
potensi menang. Ada kecenderungan rekrutmen melalui mekanisme penjaringan bakal calon,
calon kepala daerah yang diusung oleh partai sesuai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
politik dalam pilkada lebih ditentukan oleh DPD PD Jawa Tengah.45
kepentingan pengurus partai di pusat.43 Sejumlah catatan tersebut memperlihatkan
Penentuan yang sentralistik dan elitis bisa betapa yang dilakukan oleh partai politik
memantik konflik. Seperti dituangkan dalam dalam proses rekrutmen calon kepala daerah di
kajian LSI, konflik bisa muncul salah satunya pilkada langsung lebih berorientasi memperoleh
karena ketegangan yang disebabkan belum sebuah jabatan atau kekuasaan di tingkat lokal.
adanya titik temu antara pilihan kandidat versi Target mereka tidak lagi memperjuangkan apa
pengurus pusat dengan pengurus di level daerah yang dinamakan perjuangan ideologi, isu atau
atau cabang. Artinya, kandidat yang diusung program yang diharapkan akan berdampak
oleh daerah atau cabang suatu partai berbeda pada perubahan pada kondisi di daerah,
dengan kandidat pilihan dari pusat. Perbedaan ini melainkan lebih mengejar kemenangan untuk
memang kerap bisa dihasilkan lewat mekanisme mendapatkan kursi kekuasaan di tingkat lokal.
internal, namun tidak jarang perbedaan ini Kecenderungan rekrutmen dengan disertai
berujung konflik antara pengurus partai di pusat munculnya beragam potensi konflik internal
dan pengurus di bawah. Hal ini, antara lain, dapat juga membuat proses pelembagaan partai politik
dilihat dari aksi yang dilakukan oleh puluhan terhambat. Hal ini yang kemudian berujung pada
orang yang menamakan Barisan Penyelamat upaya partai melakukan kaderisasi di internal
Partai Persatuan Pembangunan, yang merusak mereka mengalami kemacetan. Partai kemudian
sekaligus menyegel Kantor Dewan Pimpinan mengalami krisis kader. Karena tiadanya kader
Cabang (DPC) PPP Kabupaten Sukabumi. yang bisa diandalkan, partai politik terpaksa
Mereka kecewa karena calon yang didukung harus mencari figur-figur lain.
PPP kalah telak.44 Benderangnya kekhawatiran seperti itu bisa
terlihat, misalnya, dalam kasus yang pernah
42
Ibid.
terjadi di pemilihan gubenur DKI Jakarta
43
Ahmad Nyarwi, “Siasat Partai Politik dan Strategi pada tahun 2007 di mana partai politik lebih
Pencalonan”, Kajian Bulanan Lingkaran Survei Indonesia
(LSI), Edisi 03, Juli 2007, hlm.17-27.
memilih untuk mendorong figur lain untuk
44
Ibid. 45
Ibid.

10 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 1–16  


menjadi kandidat gubernur dibandingkan harus yang memiliki jaringan dan pendanaan kuat lebih
menyodorkan figur dari kalangan internal. Dari mudah untuk mengkordinasikan partai-partai.48
tiga partai politik yang memiliki kesempatan Di Pilkada Sleman 2010, misalnya, seperti
mengajukan calon sendiri, yakni PDIP, Partai dicatat dalam penelitian Mahadi, juga terlihat
Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat bagaimana rekrutmen yang dilakukan oleh
(PD), pilkada DKI Jakarta hanya diikuti dua PDIP dalam melakukan penjaringan calon lebih
pasangan calon. Fauzi Bowo-Prijanto dari koalisi menempuh upaya pragmatis. PDIP lebih memiih
19 partai politik, serta Adang Daradjatun-Dani untuk mencalonkan figur luar yang dinilai
Anwar yang berasal dari PKS. Dari keempatnya, potensial untuk menang yakni Sri Purnomo, yang
hanya Dani yang tercatat sebagai kader partai. merupakan inkumben. Proses penjaringannya
Fenomena ini dilihat oleh sejumlah analis politik, meskipun sempat diwarnai konflik internal
salah satunya Saiful Mujani, sebagai cermin tetapi partai ingin memastikan bahwa mereka
macetnya kaderisasi di internal partai politik. akan menang jika mencalonkan Purnomo yang
Tidak ada kader yang memiliki popularitas, dinilai memiliki modal kuat sekaligus jaringan
kepercayaan publik, kompetensi yang memadai. luas untuk memobilisasi suara. Dalam studinya
Jika memiliki kader yang populer dan mengakar ini, Mahadi menyatakan bahwa proses rekrutmen
di masyarakat, serta mempunyai integritas, dan kandidat ditandai hilangnya peran anggota partai.
kompetensi, partai politik di Jakarta tidak perlu Artinya, kedaulatan kader untuk terlibat dalam
repot berkoalisi untuk memenangi lima puluh seleksi kandidat semakin merosot. Sebaliknya,
persen plus satu suara.46 terlihat adanya sikap pragmatisme partai yang
Analisis lain menyatakan bahwa macetnya mengedepankan pola transaksional untuk
proses kaderisasi sejak di tingkat paling bawah memperebutkan kekuasaan.49
terjadi karena partai politik dikuasai oleh Kegagalan partai dalam memunculkan
segelintir elite partai yang mengutamakan kader-kader potensial juga terlihat di Jawa Barat,
kepentingan sempit, seperti materi dan jabatan. dalam Pilkada 2013. Partai-partai politik kesulitan
Proses kaderisasi jangka panjang dan pemberian dalam menghasilkan kader yang berkuallitas dan
kesempatan bagi kader untuk maju justru memadai untuk dipasangkan dalam pemilihan
diabaikan. Para elite partai politik yang bersifat gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat. Yang
oportunis dan pragmatis ini menjual kesempatan terjadi, para calon gubernur dan wakil gubernur
bagi kadernya untuk maju dan memperjuangkan menunggu hingga momentum-momentum
idealisme sebagai gubernur kepada para tokoh kritis di akhir masa pendaftaran calon untuk
di luar partai yang dinilai mampu memenangi menemukan pasangan mereka melalui sejumlah
pilkada. Sebagai balasannya, mereka meminta kesepakatan politik yang mengabaikan ideologi
imbalan materi atau jabatan tertentu jika tokoh dan mementingkan kursi kekuasaan. Pemasangan
itu menang.47 Kondisi ini tidak hanya terjadi di calon gubernur dan wakilnya menunggu injury
Jakarta, melainkan juga di banyak daerah lain. time karena partai politik tidak punya pola
Koalisi belasan partai politik untuk mendukung rekrutmen kader yang jelas. Akibatnya persoalan
calon merupakan indikator mudahnya partai mendasar seperti ideologi serta keselarasan
politik dijadikan kendaraan politik seorang tokoh, visi-misi dan tujuan antara pasangan calon
bukan lagi menjadi tempat penyaluran aspirasi tidak lagi dipentingkan.50 Pilgub Jabar sendiri
kader. Tidak adanya kader salah satu partai politik pada akhirnya diikuti oleh lima pasangan calon,
yang dapat menyatukan semua partai poitik saat yakni Dikdik Mulyana Arief Mansur-Cecep
itu, membuat Fauzi Bowo sebagai penguasa Nana Suryana Toyib dari independen, Irianto
48
Ibid.
49
Mahadi, op. cit.
46
Budiman Tanuredjo (Ed.), Jakarta Memilih: Pilkada dan
Pembelajaran Demokrasi, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 50
Kompas.com, “Parpol Mandul dalam Pilgub Jabar”,
2007), hlm. 57-59. 1 November 2012, http://regional.kompas.com/
read/2012/11/01/19175340/Parpol.Mandul.dalam.Pilgub.Jabar,
47
Ibid. diakses pada 4 Mei 2014.

Pemilihan Langsung Kepala Daerah ... | Ridho Imawan Hanafi | 11 


MS Syafiuddin-Tatang Farhanul (Golkar), Dede (Ria Saptarika). Sementara calon walikota
Yusuf-Lex Laksamana (PD, PAN, PKB), Ahmad berasal dari Partai Golkar (Ahmad Dahlan) dalam
Heryawan-Deddy Mizwar (PKS, PPP, Hanura), Pilkada Kota Batam.53
Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki (PDIP).51 Persoalan lain, rekrutmen yang dilakukan
Kecenderungan pragmatisme partai politik partai politik dalam pilkada juga mudah
dalam usahanya merengkuh kekuasaan salah mengakomodasi politik kekerabatan. Meminjam
satunya juga terlihat bagaimana sebagian partai Harjanto, bahwa untuk memenangi political
politik bersedia menerima posisi si calon jabatan offices, selain menyandarkan pada tokoh-tokoh
pada level lebih bawah, sementara potensi pesohor atau yang memiliki uang besar parpol,
mereka untuk mendapatkan pada level atas juga semakin tergiring untuk mendukung
tersedia. Misalnya, bahwa terdapat fenomena kandidat-kandidat yang diajukan oleh para
partai politik yang memenangkan Pemilu petahana (incumbent) yang masih memiliki
Legislatif (menguasai kursi di DPRD) tetapi banyak political resources dan otoritas formal
bersedia hanya menempati posisi sebagai wakil atau yang sudah tidak mungkin lagi maju
kepala daerah. Misalnya di Provinsi Jambi. Pada berkompetisi karena aturan pembatasan masa
Pemilu 2004 lalu, Partai Golkar menang dengan jabatan. Dalam hal ini, maka ikatan kekerabatan
perolehan suara sebanyak 24.71%. Kursi di dengan para incumbent atau tokoh sentral parpol
DPRD Provinsi Jambi juga dikuasai, dari total jelas saja membuat nepotisme dan favoritisme
45 kursi di DPRD Jambi, sebanyak 11 kursi semakin menonjol. Inilah yang membuat
(24%) direbut oleh Golkar. Tetapi kemenangan partai politik tidak bergeming atas berbagai
dalam pemilu legislatif ini tidak membuat Golkar kritik publik, ketika misalnya, di Kabupaten
percaya diri dengan mencalonkan kadernya Kediri mendorong istri pertama dan isteri muda
sebagai kepala daerah. Dalam Pilkada Provinsi bertarung dalam pilkada.54
Jambi, kader Golkar (Anthoni Zeidra Abidin) Bagi partai politik, mereka yang memiliki
menempati posisi sebagai wakil kepala daerah, sumber daya politik, seperti kekuasaan, dana,
mendampingi calon dari Partai Amanat Nasional ataupun jaringan dilihat sebagai potensi
(Zulkifli Nurdin).52 keunggulan untuk berkompetisi. Tidak heran
Hal yang sama juga terjadi di Provinsi jika kemudian partai politik akan mudah jatuh
Banten. Di provinsi ini, Partai Golkar juga untuk mendukung siapapun yang dinominasikan
memenangkan Pemilu Legislatif 2004 lalu dengan oleh para petahana bahkan jika kandidat tersebut
perolehan suara 21%. Di Legislatif (DPRD) adalah isteri muda, anak, ibu tiri, atau kerabat
Banten, kursi Partai Golkar juga mayoritas. Dari lainnya. Pengaruh petahana ini besar, bahkan
75 kursi yang ada di DPRD Banten, sebanyak ketika misalnya mereka memiliki persoalan
16 kursi (21.33%) dikuasai oleh Partai Golkar. kasus hukum. Pada 2010, seorang petahana
Tetapi dalam Pilkada Provinsi Banten, Partai (incumbent) yang statusnya sudah tersangka,
Golkar berposisi sebagai wakil kepala daerah dapat memenangi pilkada Kota Tomohon, atau
(Muhammad Masduki), mendampingi calon anak dari terpidana kasus korupsi besar di Kutai
dari Partai PDIP (Ratut Atut Chosiyah). Gejala Kertanegara dapat memenangkan pilkada bupati
ini tidak hanya terjadi di partai besar (seperti di tengah berbagai isu maupun skandal yang
Partai Golkar dan PDIP), tetapi juga partai lain. membelitnya.55
Di Batam misalnya, PKS berhasil menjadi peraih Praktik politik kekerabatan kini hampir
suara terbesar dengan 13.42% suara dalam dalam menyebar di seluruh daerah. Catatan Bathoro
Pemilu Legislatif 2004. Namun, PKS hanya memperlihatkan praktik politik kekerabatan di
mengantarkan calonnya sebagai wakil walikota
53
Ibid.
51
Kompas.com, “Inilah Nomor Urut Pasangan Cagub
Jabar”, 18 Desember 2012, http://regional.kompas.com/ 54
Nico Harjanto, “Politik Kekerabatan dan Institusionalisasi
read/2012/12/18/21311363/Inilah.Nomor.Urut.Pasangan. Partai Politik di Indonesia”, Analisis CSIS, Volume 40, No.2,
Cagub.Jabar, diakses pada 4 Mei 2014. Tahun 2011, hlm. 138-159.

52
Ahmad Nyarwi, op. cit. 55
Ibid.

12 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 1–16  


politik lokal terjadi seperti di Provinsi Kepulauan wali kota 20 orang.58 Dalam kenyataan ini, tidak
Riau, misalnya, kemunculan Maya Suryanti anak bisa diabaikan bagaimana kontribusi partai
Walikota Suryatati A Manan dalam bursa Calon politik yang dalam proses rekrutmen calon
Walikota Tanjungpinang dan Aida Ismeth dalam kepala daerah tidak jarang terlihat diwarnai oleh
pilkada Kepulauan Riau tahun 2010 adalah bukti praktik-praktik buruk seperti politik uang.
fenomena politik kekerabatan. Di daerah lain
seperti Provinsi Banten, jejaknya lebih terlihat. Mendorong Pembaruan Parpol
Ratu Atut Choisyah Gubernur Banten 2007-2012
Sebagai salah satu pintu masuk untuk jabatan
misalnya, keluarga besarnya memiliki setidaknya
publik seperti kepala daerah, partai politik
sembilan orang yang memimpin di masing-
dituntut untuk melakukan fungsinya dengan baik.
masing wilayah. Dirinya sendiri memimpin
Ajang untuk melaksanakan hal tersebut adalah
Banten, lalu suami menjadi anggota DPR, anak
melalui pilkada langsung. Sejauh ini, pelaksanaan
menjadi anggota DPD, menantu menjadi anggota
pilkada langsung dari sisi partai politik sering
DPRD Kota Serang, adik menjadi anggota DPRD
memperlihatkan kecenderungan praktik-praktik
Banten, Adik tiri mejadi wakil wali kota Serang,
yang dapat mencederai demokrasi itu sendiri.
ibu tiri menjadi anggota DPRD Kabupaten
Berbagai praktik tersebut seolah menggambarkan
Pandeglang, Ibu tirinya yang satu lagi menjadi
betapa karakteristik partai politik di Indonesia
anggota DPRD kota Serang, dan adik iparnya
dalam pelaksanaan pilkada langsung hanya
Airin menjadi Walikota Tangerang Selatan.56
berorientasi mengejar kekuasaan. Orientasi
Di Banten ini, seperti dijelaskan dalam studi
tersebut kemudian menjadikan partai politik
Agustino dan Yussof, bahwa politik kekerabatan
bersikap pragmatis dalam proses rekrutmen
telah menempatkan beberapa sanak keluarga dan
calon kepala daerah. Padahal, pilkada langsung
kroni mereka di banyak posisi, baik pemerintahan
sebagai perwujudan daulat rakyat ditujukan untuk
maupun dunia bisnis. Sehingga dalam kasus
menumbuhkan pemimpin-pemimpin daerah
Banten tersebut tidak terlihat tumbuhnya sistem
berintegritas yang mampu menyejahterakan
demokrasi yang moderen, melainkan terjebak
rakyat.
dalam politik kekerabatan.57
Untuk itu, sejumlah upaya mendorong
Dengan pola-pola rekrutmen politik yang
perbaikan kualitas pilkada perlu dilakukan baik
cenderung pragmatis seperti di atas, pilkada
dari sisi internal partai politik maupun eksternal
juga kemudian rawan menghasilkan berbagai
seperti peran aktif masyarakat dalam mendorong
penyimpangan, salah satunya yang mencolok
pembaruan parpol. Sejumlah agenda pembaruan
adalah masifnya praktik tindak pidana korupsi.
untuk partai politik di antaranya, pertama,
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
selama ini proses penjaringan atau rekrutmen
mencatat hingga Januari 2014 sebanyak 318 orang
calon kepala daerah yang dilakukan oleh partai
dari total 524 kepala daerah dan wakil kepala
politik cenderung elitis, prosesnya lebih banyak
daerah tersangkut kasus korupsi. Sebelumnya,
ditentukan oleh mereka yang memiliki posisi
data Kemendagri sejak 2004 hingga Februari
pimpinan partai. Akibatnya, hanya mereka yang
2013, sedikitnya 291 kepala daerah baik tingkat
memiliki akses kepada pimpinan partai yang
provinsi maupun kabupaten atau kota terlibat
berpeluang bisa dicalonkan melalui partai politik.
dalam kasus korupsi. Jumlah itu terdiri dari
Partai politik seharusnya memberikan akses
keterlibatan gubernur sebanyak 21 orang, wakil
yang lebih terbuka bagi publik untuk bisa masuk
gubernur tujuh orang, bupati 156 orang, wakil
dalam proses ini. Hanya dengan akses terbuka,
bupati 46 orang, wali kota 41 orang, dan wakil
kesempatan publik untuk mengetahui lebih jauh
mengenai calon-calon kepala daerah yang akan
Alim Bathoro, Perangkap Dinasti Politik dalam Konsolidasi
56 dipilihnya nanti bisa dimulai dilakukan dengan
Demokrasi, Jurnal FISIP UMRAH, Volume. 2, No. 2, Tahun
2011 , hlm. 115 – 125.
58
JPNN.com, “318 Kepala Daerah Terjerat Korupsi”,
57
Leo Agustino dan Mohammad Agus Yusoff, Politik Lokal di S a b t u , 1 5 F e b r u a r i 2 0 1 4 , h t t p : / / w w w. j p n n . c o m /
Indonesia: Dari Otokratik ke Reformasi Politik, Jurnal Ilmu read/2014/02/15/216728/318-Kepala-Daerah-Terjerat-
Politik, Edisi 21, 2010. Korupsi-, diakses pada tanggal 3 Mei 2014.

Pemilihan Langsung Kepala Daerah ... | Ridho Imawan Hanafi | 13 


proses rekrutmen yang dilakukan oleh partai partai politik memiliki ketersediaan kader untuk
politik. mengisi pos sebagai pemimpin di banyak daerah.
Sementara peran masyarakat dalam upaya Ketiga, proses penjaringan calon kepala
pembaruan partai politik yang bisa dilakukan daerah sering memunculkan dugaan akan adanya
pada konteks tersebut adalah mengawasi setiap mahar politik yang diberikan calon kepada partai
proses penjaringan kandidat oleh partai politik di politik agar bisa mendapatkan tiket pencalonan.
atas agar kandidat yang akan diusung memiliki Mahar politik merupakan praktik buruk yang
kualitas yang sesuai diharapkan rakyat. Selain mengakibatkan partai politik bekerja berdasarkan
itu, publik juga bisa menghukum partai politik insentif material tertentu. Praktik buruk ini bisa
dengan cara tidak memilih kandidat yang diusung mencegah munculnya figur-figur dengan potensi
partai politik bersangkutan apabila diindikasikan yang berintegritas. Figur seperti itu akan mudah
partai politik melakukan proses pengusungan dikalahkan oleh mereka yang memiliki cukup
yang tidak sesuai dengan kewajaran. Sehingga modal untuk bisa mendapatkan tiket dari partai
dalam pilkada berikutnya tidak terulang. Upaya politik. Sepanjang partai politik permisif terhadap
publik seperti ini setidaknya bisa mendorong praktik buruk ini, maka besaran mahar politik
perbaikan kualitas pilkada. nantinya bisa menjadi ukuran yang menentukan
Kedua, seringkali partai politik tidak kepada siapa tiket pencalonan dari partai politik
cukup memberikan kesempatan kepada kader diputuskan. Praktik buruk ini yang juga ikut
mereka sendiri untuk maju dalam pilkada mendorong proses pilkada langsung menjadi
langsung. Dalam hal ini, yang dipertimbangkan berbiaya mahal. Selain itu, praktik buruk ini
oleh partai politik adalah bagaimana mereka memberikan kesempatan bagi tumbuh suburnya
bisa memenangkan pilkada langsung. Karena tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh kepala
dengan menang di pilkada langsung, mereka daerah. Oleh karena itu, partai politik perlu
bisa berharap akan dapat menguasai sumber didorong untuk melakukan reformasi internal
kekuasaan di daerah. Untuk mewujudkan tujuan mereka dengan tidak memberikan celah apapun
tersebut, maka mereka akan cenderung mencari bagi masuknya praktik buruk tersebut. Praktik
figur yang memiliki potensi menang tinggi, demokrasi yang berbasis meritokrasi seharusnya
meskipun itu tidak mereka dapatkan di dalam menjadi pijakan bagi partai politik untuk
partai. Implikasinya, partai akan mengajukan melakukan perekrutan calon kepala daerah tanpa
calon dari luar yang sebelumnya bisa tidak mempertimbangkan keharusan menyediakan
memiliki kaitan dengan partai. mahar politik.
Hal ini yang kemudian membuat figur Keempat, partai politik masih rentan untuk
tersebut tidak harus memegang nilai-nilai partai mengakomodasi politik kekerabatan di pilkada
politik yang mencalonkannya. Maka, cukup sulit langsung. Seperti diketahui, di sejumlah daerah
jika kemudian mengharapkan figur yang diusung terdapat keluarga yang mendominasi pimpinan
akan memandu daerahnya sesuai dengan platform daerah. Ketika pemimpin daerah, bupati atau
atau kebijakan partai. Implikasi lain adalah proses walikota yang sudah masa habis jabatannya, bisa
kaderisasi dengan demikian menjadi macet digantikan oleh kerabat dekatnya, seperti suami
karena partai tidak cukup memberikan ruang atau istri, maupun anak. Dalam konteks ini partai
bagi kader internal untuk bisa tampil bersaing. politik memiliki peran besar dalam mendorong
Tidak heran, jika kemudian kerap terjadi konflik suburnya politik kekerabatan karena partai politik
internal di partai politik dan kader yang dinilai memberi ruang terbuka mereka untuk dicalonkan
memiliki potensi tersebut justru maju melalui melalui partai politik. Perlu kiranya partai politik
partai politik lain karena partainya sendiri melakukan pengetatan mekanisme seleksi agar
menutup kesempatan. Dalam konteks itulah, kemunculan politik kekerabatan tidak sampai
seharusnya partai politik juga memberikan ruang merusak tatanan demokrasi. Selama partai
yang cukup bagi kader mereka sendiri sambil politik memberi ruang bagi munculnya politik
melakukan proses kaderisasi jangka panjang agar kekerabatan, maka demokrasi di Indonesia,

14 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 1–16  


khususnya di level lokal akan diwarnai dengan Daftar Pustaka
lingkaran kekerabatan tersebut.
Kelima, beragam persoalan di atas juga Buku
terkait dengan keengganan partai politik untuk Buehler, Michael. 2010. “Decentralisation and Local
mendengarkan suara publik. Selama ini partai Democracy in Indonesia: The Marginalisation
politik seperti berada dalam ruang tertutup of The Public Sphere”, dalam Edward Aspinall
yang kedap akan suara kritis publik. Akibatnya dan Marcus Mietzner (eds), Problem of
partai politik tidak memperhatikan keprihatinan Democratisation in Indonesia: Elections,
Institutions and Society, Singapore: ISEAS
publik dalam persoalan-persoalan politik di
Publishing, Institute of Southeast Asian Studies.
tingkat lokal. Padahal, partai politik seringkali
Diamond, Larry and Richard Gunter. 2001. Political
dianggap sebagai jembatan penghubung Parties and Democracy, Baltimore: The Johns
antara pihak pemerintah dan rakyat. Ke depan, Hopkins University Press.
ketidakpedulian partai politik akan suara kritis Djohan, Djohermansyah. 2005. “Masalah Krusial
publik ini bisa membuat partai politik melakukan Pilkada”, dalam Djohermansyah Djohan dan
praktik-praktik penyimpangan seperti politik Made Suwandi (Ed), Pilkada Langsung:
kekerabatan, mencalonkan figur yang tidak Pemikiran dan Peraturan, Jakarta: IIP Press.
memiliki integritas memadai, atau figur yang Haboddin, Muhtar. 2008. “Kontribusi Partai Politik
sudah pernah menjadi narapidana di pilkada dalam Pilkada”, dalam Gregorius Sahdan
langsung. Karena jika ini terjadi yang paling (et al), Rekayasa Politik dari Pemilu ke
Pilkada, Yogyakarta: The Indonesian Power
depan dirugikan tidak lain adalah rakyat di
for Democracy (IPD).
daerah.
Hague, Rod and Martin Harrop. 2001. Comparative
Government and Politics: an Introduction,
Penutup Palgrave: Hampshire.
Partai politik memainkan peran signifikan dalam Haris, Syamsuddin. 2003. “Mencari Model Pemilihan
upaya menghasilkan calon-calon pemimpin Langsung Kepala Daerah Bagi Indonesia”,
daerah yang berintegritas dan bisa mengemban dalam Agung Djojosoekarto dan Rudi Hauter
(Ed), Pemilihan Langung Kepala Daerah:
amanat rakyat melalui pilkada langsung. Dalam Transformasi Menuju Demokrasi Lokal,
rangka itu proses yang dilakukan oleh partai Jakarta: Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia
politik untuk menghasilkan calon pemimpin dan Konrad Adenauer Stiftung.
daerah sangat menentukan, apakah dilakukan Haris, Syamsuddin. 2005. “Kebijakan dan Strategi
dengan baik atau sebaliknya. Sejauh ini, praktik Pilkada Peluang dan Tantangan Menuju
yang dilakukan oleh partai politik dalam upaya Konsolidasi Demokrasi”, dalam Djohermansyah
tersebut masih terlihat buruk seperti proses Djohan dan Made Suwandi (Ed.), Pilkada
pengusungan kandidat elitis, rekrutmen calon Langsung: Pemikiran dan Peraturan, Jakarta:
IIP Press.
yang buruk, pencalonan diduga menggunakan
Marijan, Kacung. 2010. Sistem Politik Indonesia:
uang “mahar”, dan politik kekerabatan di
Konsolidasi Demokrasi Pasca-Orde Baru,
daerah. Praktik seperti itu dapat mencederai Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
substansi pilkada sebagai ajang demokrasi untuk
Noris, Pippa. 2006. “Recruitment”, dalam Richard S
menghasilkan calon kepala daerah yang kredibel Katz. And William Crotty (Eds.), Handbook
dan akseptabel di mata masyarakat daerah. Oleh of Party Politics, London: Sage Publications.
karena itu, perlu pembaruan bagi partai politik Sahdan, Gregorius. 2008. “Pilkada dan Problem
agar calon yang diusung dan didukung rakyat Demokrasi Lokal”, dalam Gregorius Sahdan
nantinya bisa memenuhi harapan rakyat. (et al), Politik Pilkada: Tantangan Merawat
Demokrasi, Yogyakarta: The Indonesian Power
for Democracy (IPD).
Stewart, John. 1996. “Democracy and Local
Goverment”, dalam Paul Hirst and Sunil
Khilnani (Eds.), Reinventing Democracy,
Cambridge, MA: Blackwell Publishers.

Pemilihan Langsung Kepala Daerah ... | Ridho Imawan Hanafi | 15 


Supriyanto, Didik. (Ed.). 2014. Kajian Kodifikasi Surat Kabar dan Website
Undang-Undang Pemilu, Jakarta: Yayasan Haris, Syamsuddin. “Kecenderungan Pencalonan dan
Perludem. Koalisi dalam Pilkada”, tanpa tahun, http://
Tanuredjo, Budiman. (Ed.). 2007. Jakarta Memilih: www.komunitasdemokrasi.or.id/id/pusat-
Pilkada dan Pembelajaran Demokrasi, Jakarta: pengetahuan/artikel/268-kecenderungan-
Penerbit Buku Kompas. pencalonan-dan-koalisi-partai-dalam-pilkada.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang JPNN.com. 2014. “318 Kepala Daerah
Pemerintahan Daerah. Terjerat Korupsi”. http://www.jpnn.com/
Wardani, Sri Budi Eko. 2005. “Pilkada Langsung: read/2014/02/15/216728/318-Kepala-Daerah-
Pertaruhan Demokrasi dan Mitos Good Terjerat-Korupsi-.
Governance” dalam Pheni Chalid (Ed.), Kompas.com. 2012. “Parpol Mandul dalam
Pilkada Langsung: Demokratisasi Daerah dan Pilgub Jabar”. http://regional.kompas.com/
Mitos Good Governance, Jakarta: Partnership read/2012/11/01/19175340/Parpol.Mandul.
for Governance Reform in Indonesia dengan dalam.Pilg b.Jabar.
Pusat Kajian Politik, Departemen Ilmu Politik, Kompas.com. 2012. “Inilah Nomor Urut Pasangan
Universitas Indonesia. Cagub Jabar”. http://regional.kompas.com/
Zuhro, R. Siti, dkk,. 2011. Model Demokrasi Lokal. read/2012/12/18/21311363/Inilah.Nomor.Urut.
Jakarta: PT. THC Mandiri. Pasangan.Cagub.Jabar.

Jurnal
Agustino, Leo dan Mohammad Agus Yusoff. 2010.
Politik Lokal di Indonesia: Dari Otokratik ke
Reformasi Politik, Jurnal Ilmu Politik, 21.
Bathoro, Alim. 2011. Perangkap Dinasti Politik
dalam Konsolidasi Demokrasi, Jurnal FISIP
UMRAH, 2 (2).
Harjanto, Nico. 2011. “Politik Kekerabatan dan
Institusionalisasi Partai Politik di Indonesia”,
Analisis CSIS, 40 (2): 138-159.
Mahadi, Helmi. 2011. “Pragmatisme Politik: Studi
Kasus Proses Rekrutmen Politik PDIP Pada
Pilkada Sleman”, Jurnal Studi Pemerintahan,
2 (1).
Pratikno. 2007. “Calon Independen, Kualitas Pilkada
dan Pelembagaan Parpol”, Jurnal Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, 10 (3): 415-438.

Laporan dan Makalah


Eriyanto, 2007. “Pilkada dan Penguasaan Partai
Politik”, Kajian Bulanan Lingkaran Survei
Indonesia (LSI), 03: 1-16.
Nyarwi, Ahmad. 2007. “Siasat Partai Politik dan
Strategi Pencalonan”, Kajian Bulanan
Lingkaran Survei Indonesia (LSI), 03: 17-27.

16 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 1–16  


GLOBALISASI DAN KEMISKINAN DESA: ANALISA STRUKTUR
EKONOMI POLITIK PEDESAAN

GLOBALIZATION & VILLAGE POVERTY: AN ANALYSIS OF


ECONOMIC-POLITICS IN RURAL AREA.
Wasisto Raharjo Jati

Peneliti Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 10, Jakarta
E-mail: wasisto.raharjo.jati@gmail.com
Diterima: 6 Agustus 2014; direvisi: 11 September 2014; disetujui: 20 Oktober 2014

Abstract

This article aims to analyze political linkage between village and globalization. The analysis emphasizes the
economic-political structure in order to asses its relations, especially village standing position toward globalization,.
The result shows that historically, the influence of globalization can be asseed into positive and negative perspectives.
In positive paradigm realm, village have embraced global strategies in order to enhance their economic effort.
Meanwhile, negatively, village has been marginalized and suppressed by capitalist system.

Keywords: village, globalization, economic-politic, global village.

Abstrak

Artikel ini bertujuan menganalisis relasi politik antara desa dengan globalisasi. Analisa dalam artikel ini
kemudian dititikberatkan pada struktur ekonomi politik untuk melihat relasinya khususnya posisi desa dalam
globalisasi. Hasil paper menunjukkan bahwa secara historis, analisa terhadap pengaruh desa dalam globalisasi
sendiri dapat dibedakan menjadi dua paradigma yakni positif dan negatif. Dalam perspektif positif, desa sendiri
mengafirmasi berbagai strategi global dalam upaya membangun ekonomi mereka. Sedangkan dalam pengertian
negatif, desa telah menjadi termarjinalkan dan tertekan dalam sistem kapitalis.

Kata Kunci : desa, globalisasi, ekonomi politik, desa global.

Pendahuluan dalam perekonomian subsisten sehingga tidak


Perbincangan mengenai diskursus perekonomian bisa berkembang sama sekali. Adanya kondisi
di pedesaan sendiri sangatlah kompleks dan dikotomis tersebut sebenarnya terletak pada
dinamis. Secara umum, bangunan perekonomian kondisi eksternalitas yang mempengaruhi
pedesaan sendiri masih bersifat subsisten dan kondisi perekonomian di desa tersebut. Kondisi
berbasis mikro ekonomi yang berasal dari usaha eksternalitas yang dimaksudkan adalah fenomena
ekstraktif pertanian. Namun demikian, premis globalisasi yang menginflitrasi segala lini
tersebut juga tidak bisa dijadikan generalisasi kehidupan. Hal itulah yang kemudian mendorong
dalam melihat pedesaan. Ada desa yang berhasil desa sendiri perlu untuk siap membangun
untuk mereformasi struktur perekonomian yang survivalitas dan durabilitas dalam menghadapi
dulunya bersifat subsisten menjadi konsisten adanya pengaruh luar tersebut.
dengan memanfaatkan jaringan eksternal. Diktum globalisasi yang mewacanakan
Namun, ada pula desa yang masih terjerembab adanya “glokalisasi” yakni mempertautkan

Globalisasi dan Kemiskinan Desa ...| Wasisto Raharjo Jati | 17 


adanya pertemuan global dan lokal dalam satu dari kajian-kajian terdahulu bagaimana konstelasi
arena sama memang memberikan arena deliberasi ekonomi politik desa.
yang kompetitif untuk masing-masing aktor
tersebut. Tesis yang selalu digemakan dalam Struktur Ekonomi-Politik Pedesaan:
konsepsi tersebut adalah trickle-down effect Hadirnya Negara ke Desa
yakni adanya redistribusi kue ekonomi yang
Memperbincangkan mengenai ekonomi politik
dihimpun dalam sebuah cawan yang besar secara
pedesaan di Indonesia memang tidaklah terlepas
setara dan seimbang yang merembes dari atas ke
dari lingkup kebijakan publik di suatu negara.
bawah. Pertanyaan skeptis yang perlu diajukan
Adanya pengaruh negara ke desa yang dilakukan
dalam menganalisa glokalisasi tersebut adalah
secara legal formal inilah berimplikasi banyak
bagaimana implikasi ekonomi-politik yang
pada perubahan besar terkait dengan independensi
didapatkan dari pola sirkulasi trickle-down effect
desa dalam mengatur perekonomiannya sendiri.
tersebut.
Secara garis besar, desa merupakan entitas sosio
Premis mengenai trickle-down effect sendiri ekonomi yang merdeka dan terbebas sama sekali
setidaknya mengalami perdebatan teoritis dalam dari pengaturan negara. Adapun pelbagai macam
berbagai mazhab teori pembangunan. Poin studi antropologis yang mengkaji tentang desa
pertama, apakah redistribusi kue perekonomian seperti yang dilakukan oleh Duto Sosialismanto
itu sendiri berjalan seimbang dan setara?. Poin pada tahun 2006 berjudul Hegemoni Negara,
kedua adalah, apakah terjadi keseimbangan Ekonomi Politik Pedesaan Jawa, sendiri melihat
yang setara antara desa dengan kota. Kasus proses ekonomi politik yang berlangsung di
globalisasi di pedesaan sendiri menjadi menarik pedesaan sendiri bernuansa kapitalisme periferi.1
terjadi untuk melihat bagaimana pengaruhnya Hal itu dikarenakan moda dan alat produksi dalam
terhadap perubahan struktur ekonomi politik di melakukan aktivitas kegiatan perekonomian di
pedesaan. Studi-studi awal mengenai kondisi pedesaan sendiri masih bercorak ekstraktif dan
ekonomi politik mayoritas mendudukkan desa subsisten. Adapun nilai lebih yang dihasilkan dari
sebagai bagian dari subordinasi dari negara. Hal proses produksi sedemikian tersebut hanyalah
itulah yang menjadikan otonomisasi ekonomi bersifat mikro material. Oleh karena itulah,
dari sebuah desa sendiri menjadi sangat relatif. adanya upaya improvisasi terhadap peningkatan
Terlebih apalagi hal tersebut dikaitkan dengan faktor produksi maupun moda produksi sendiri
konteks kebijakan publik. Maka desa menjadi masih sangatlah minim.
subjek pasif dari sebuah produk kebijakan publik
Ada beberapa poin yang bisa dipetik yakni:
represif tersebut. Hal itu pula yang tercermin
1) Proses redistribusi material ekonomi sendiri
dalam berbagai macam produk legal hukum yang
berjalan secara seimbang dan setara dengan
mengatur perundangan desa semenjak UU No.
memanfaatkan modal sosial antar sesama warga
5 Tahun 1979 hingga yang terbarukan sekarang
Negara; 2) Penyaluran dana di pedesaan yang
ini. Adapun UU Desa yang baru yakni UU No.
masih mikro menjadikan ketimpangan ekonomi
5 Tahun 2014 banyak memberikan independensi
sendiri sangatlah minim terjadi. Hal itulah yang
maupun bentuk liberalisasi lainnya seperti halnya
bisa kita simak dari perkembangan kearifan lokal
pembentukan Badan Usaha Desa, maupun
dalam pengaturan redistribusi perekonomian di
adanya penyaluran uang (monetisasi) yang begitu
desa seperti halnya lumbung, banjar, dan lain
masif melalui anggaran desa yang banyak.
sebagainya. Artinya, dengan adanya kearifan
Tulisan ini akan mengelaborasi secara lebih lokal tersebut, perekonomian diatur oleh
lanjut mengenai dampak globalisasi yang akan pedesaan secara adil dan seimbang. Adapun
berlangsung di pedesaan terutama bagaimana potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh desa
bentuk pengaruh globalisasi terhadap struktur sendiri sejatinya memiliki potensi sumber daya
ekonomi politik di Indonesia yang kemudian ekonomi besar dalam bentuk pengusahaan ulayat.
berimplikasi pada kemiskinan yang berada
di pedesaan?. Tulisan ini akan menginisiasi 1
Duto Sosialismanto, Hegemoni Negara, Ekonomi Politik
pembahasan mengenai permasalahan kemiskinan Pedesaan Jawa, (Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama, 2006),
hlm. 37.

18 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 17–26


Dalam rezim pengaturan sumber daya ekonomi kemudian tergerus oleh pengaruh negara.
di tingkat pedesaan sendiri dikenal sebagai Setidaknya hal tersebut dapat diindikasikan
istilah common pool resources. Istilah ini sendiri dengan pola penetrasi yang dilakukan oleh
diartikan sebagai bentuk pengelolaan bersama negara untuk mensubordinasikannya sebagai
yang dilakukan oleh setiap anggota komunitas objek pengaturan negara. Tentunya praktik
masyarakat. Dalam mekanisme pengelolaan hegemoni negara yang demikian bukanlah barang
bersama tersebut, setiap anggota masyarakat baru dalam relasi negara dengan desa. Hal itu
sendiri memiliki cara untuk memastikan bahwa sebenarnya dapat dilihat mundur ke belakang
sumber daya alam sendiri terbagi secara merata.2 pada masa kolonialisme Belanda.
Peran aktif yang ditunjukkan oleh Adapun transformasi perekonomian
masyarakat dalam menjamin ketersediaan desa semasa negara kolonial dimulai dari
masyarakat tersebut merupakan cara efektif diundangkannya Agrarische Wet maupun
dalam mengamankan sumber daya ekonomi Suiker Wet pada tahun 1870 dimana pola
berjalan seimbang. Common Pool Resources industrialisasi yang digencarkan terutama pada
tersebut sejatinya merupakan bagian dari ketiga sektor agroindustri seperti halnya perkebunan
rezim pengaturan sumber daya ekonomi seperti maupun pertanian secara gradual telah mulai
halnya state way maupun market way. Adapun menancapkan taringnya ke dalam hubungan sosio
state way sendiri lebih mengedepankan adanya ekonomi desa pada waktu itu. Ditengarai bahwa
pengaturan negara dalam pengaturan redistribusi pola feodalisme maupun merkantilisme menjadi
tersebut.3 Pengaturan oleh negara sendiri lebih fondasi awal prakapitalis yang berkembang di
bisa fleksibel dan dilakukan secara simultan dan pedesaan hingga menjelang fase kemerdekaan.
gradual. Hal inilah yang menjadi karakteristik Dalam implementasinya, negara kolonial
khas dari sebuah negara untuk melakukan menjadikan desa sebagai basis ekonomi industri
monopoli tunggal atas pelayanan publik tersebut. kolonial yang kemudian membawa berbagai
Artinya negara menisbikan adanya peran negara macam implikasi yang hadir dalam konteks
sendiri dalam melakukan pengaturan tersebut. pedesaan.
Hal itulah yang menjadikan peran masyarakat Adapun berbagai macam implikasi
sendiri kemudian dikucilkan dalam arena tersebut tersebut paling utama adalah restrukturisasi
karena ekonomi sendiri masuk dalam domain agraria sebagai sumber daya dasar berdirinya
negara secara penuh dan absolut. Masyarakat industrialisasi perkebunan maupun pertanian di
tidak lagi memiliki pilihan lain selain memilih pedesaan. Dalam hal ini, progam restrukturisasi
pengaturan sumber daya yang dikuasai negara. tanah yang dilakukan secara permisif akan
Pasar sebagai aktor kedua dalam pengaturan mengancam kedudukan tanah sebagai sumber
sumber daya ekonomi memang memberikan daya desa seperti halnya kepemilikan hak ulayat,
banyak pilihan bagi masyarakat untuk bisa hak apanage, dan lain sebagainya. Adapun
memilih, namun juga disesuaikan dengan efek domino dari restrukturisasi tanah tersebut
rasionalitas harga yang sedemikian tinggi pula. kemudian membawa isme-isme lain yang dibawa
Adanya kepemilikan sumber daya yang negara kolonial kepada desa seperti halnya
masif dan besar dimiliki oleh desa itulah yang monetisasi, komoditisasi, modernisasi, dan
menjadi polemik. Dominasi negara sudah berjalan lain sebagainya yang kemudian mengakibatkan
di desa sebelum menginjak pada globalisasi kapitalisme lanjutan terus mereduksi otonomi
pada abad ke-21 sekarang ini. Otonomisasi dan desa sebagai entitas ekonomi.
independensi desa sebagai entitas yang merdeka Kemudian hal itu menimbulkan involusi
pertanian dimana terjadi pengurangan lahan
2
Garret Hardin, “Tragedy of the Commons”, Science New pertanian besar-besaran untuk pendirian pabrik
Series, Vol. 162, No. 3859, 1968, hlm. 1250. maupun infrastruktur lainnya serta transformasi
3
Ellinoir Ostrom, Governing the Commons: The Evolution of
warga desa yang dulunya petani tulen kini
Institutions for Collective Action, (Cambridge: Cambridge, beralih menjadi buruh pabrik dikarenakan
University Press, 1990). semakin menyempitnya lahan pertanian di Jawa

Globalisasi dan Kemiskinan Desa ...| Wasisto Raharjo Jati | 19 


seiring dengan adanya kapitalisasi pertanian dan kurang berkembang dan stagnan sehingga tidak
ledakan penduduk yang naik secara gradual. Pada ada sama sekali improvisasi dalam kehidupan.
dasarnya, tujuan involusi pertanian sendiri baik Hal paling kentara yang penting untuk dicermati
yakni mendorong adanya ekspor hasil pedesaan adalah transisi nilai-nilai budaya dalam internal
sendiri ke dalam ranah global. Namun perlu juga desa itu sendiri. Perekonomian desa yang
mencermati untuk mengelaborasi lebih lanjut sebelumnya bersifat komunalistik dan kooperatif
mengenai pembahasan tesis Clifford Geertz lantas kemudian diubah menjadi kelas-kelas
pada tahun 1976 mengenai “Involusi Pertanian” yang individualistik dan liberal. Pola redistribusi
sendiri menarik untuk dikaji. Geertz menilai perekonomian yang dulunya dilakukan secara
dampak kapitalisme global banyak memberikan seimbang dan setara mulai bergeser pada
andil terhadap perubahan struktur perekonomian rasionalitas uang. Bahwa uang sendiri mejadi
global. 4 Pertama, hadirnya monetisasi dan kunci atas pola pembagian tersebut.
kapitalisasi desa sendiri tidaklah ikut merubah Akar untuk memahami globalisasi dalam
tatanan ekonomi desa tersebut. Kapital sendiri tingkat pedesaan adalah bagaimana kita juga
hanya berjalan pada proses produksi hingga melihat konteks di masa lalu bahwa globalisasi
konsumsi. Hal inilah yang kemudian menciptakan sekarang ini merupakan bentuk kolonialisme
adanya dualisme ekonomi yakni pada satu sisi, di masa lalu. Maka penting juga untuk disimak
kapitalisasi telah merombak sector produksi untuk melihat konteks keterbelakangan
dan industrialisasi agraria, namun di satu sisi (underdevelopment) yang terjadi di ranah
tetap mempertahankan adanya perekonomian pedesaan saat era zaman kolonialisme. Desa
berbasis subsisten. Kedua, adanya bentuk upaya adalah entitas ekonomi mikro sedangkan negara
subsistenisasi terhadap petani tersebut merupakan kolonial adalah entitas kapitalisme makro.
upaya untuk mempertahankan secara konservatif Keduanya bersinergi dalam relasi simbiosis
kelas petani yang miskin. Implikasinya kemudian parasitisme. Negara hadir sebagai parasit atas
adalah menciptakan adanya dua kelas petani tatanan perekonomian desa yang kian involutif.
yang berbeda yakni peasant maupun farmer.
Namun demikian, mencermati fondasi dasar
Adapun kelas farmer sendiri memiliki alat dan
atas perkembangan ekonomi di desa sendiri juga
moda produksi yang masif sedangkan peasant
perlu melihat adanya karakteristik dari negara
sendiri adalah kelas petani yang subsisten dengan
kolonial itu sendiri. Dalam hal ini, dibalik alasan
mengandalkan pada faktor produksi yang sedikit.
neoklasik yang menjadi paradigma ekonomi
Hal itulah menjadikan kelas peasant sendiri
negara kolonial bukanlah menjadi kapitalisme
kemudian menjadi sulit berkembang Adanya
sungguhan (real capitalism) akan tetapi lebih
konteks nilai lebih (added value) inilah yang
menuju kepada ekonomi pinggiran dikarenakan
menjadi diferensiasi atas kedua kelas. Kelas
karakter negara kolonial yang mengejar
farmer dibentuk atas kapitalisasi instan yang
keuntungan dalam jangka pendek dengan cara
kemudian mengukuhkan adanya kelas-kelas
mendisplinkan warganya terutama pedesaan yang
tuan tanah menjadi kelas kapitalis. Dampak
mengakibatkan proletarisasi dan marjinalisasi
dari dibentuknya kedua kelas tersebut adalah
warga desa karena praktik trickle up effect yang
munculnya guremisasi di masyarakat. Kelompok
dilakukan negara kolonial sehingga pedesaan
petani desa gurem inilah yang menjadi titik-titik
di Jawa umumnya mengalami keterbelakangan
awal involusi pertanian di desa5.
secara ekonomi (underdevelopment). Kondisi
Ketiga, adanya guremisasi itulah yang underdevelopment yang berlangsung dalam
menjadikan sektor pendapatan di desa sendiri pedesaan dikarenakan adanya ketimpangan
pembangunan yang terjadi di pedesaan akibat
4
Clifford Geertz, Involusi Pertanian, (Jakarta: Bharata Aksara, pola kebijakan yang eksploitatif.
1976), hlm. 34.
Secara makro, konteks pengaruh negara
5
Riza Sihbudi & Moch. Nurhashim (eds.), Kerusuhan sosial di desa yang termanifestasikan dalam pola
di Indonesia : Studi Kasus Kupang, Mataram, dan Sambas,
(Jakarta: Grasindo, 2001), hlm. 28. desa dilihat sebagai self governing community
dikarenakan memiliki hak asal usul dan

20 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 17–26


bawaan sebelum negara hadir sehingga “desa” yakni Zelfbestuurlandschappen (swapraja) &
dipahami republik mini. Sekarang kemudian Volksgemeenschappen (non swapraja).7
berubah menjadi desa” dilihat sebagai local Pola feodalistik masih mewarnai corak desa
state government. Hal ini dikarenakan adanya dalam dua daerah tersebut. Hal itu bisa terlihat di
konsepsi eigendom & property atas tanah tataran Volksgemeenschappen, dimana para tuan
yakni penghapusan hak ulayat desa diganti tanah yang sejatinya merupakan minoritas dalam
dengan landrent. Selain itu, kepala “desa” masyarakat “desa” menjadi kelas penguasa yang
ditempatkan sebagai kepanjangan pemerintah dominan dimana dengan praktik komunalisasi
untuk memungut pajak natura tanah desa tanah yang mereka lakukan mengkreasi adanya
sekaligus menjalankan fungsinya sebagai hubungan patrimonial yang kuat dengan
administrator perekonomian kolonialisme. Pola masyarakat desa yakni adanya hak praktik
patronase yang sedemikian kental kemudian sewa lahan dan hak pakai yang diberlakukan
mempengaruhi strategi kuasa yang cenderung tuan tanah kepada masyarakat desa untuk
hierarkis. Dalam hal ini, pamong desa melalui menggarap lahannya. Sementara pada tataran
Revenue Constitution tahun 1814 bertindak Zelfbestuurlandschappen, kerajaan menjadi aktor
sebagai agensi pemerintah kolonial dalam dominan dalam “desa” melalui agen “bekel”
pemungutan pajak tanah dan upeti hasil pertanian dimana bekel sendiri memiliki posisi terhormat
lainnya dalam level administratif6. Sementara disamping sebagai utusan raja juga karena
pada level politik, terdapat pola rent seeking yang memiliki ilmu “kanuragan” yang membuat bekel
dilakukan pamong desa yaitu memungut rente- ini disegani masyarakat “desa”. Bekel sendiri
rente yang tidak disetorkan kepada pemerintah diberi tugas untuk memungut pajak/upeti warga
Belanda sehingga pamong desa kemudian “desa” kepada kerajaan, selain itu, dalam cara
menjadi kelas terkaya dalam masyarakat “desa”. mempertahankan kekuasaan feodalistik, bekel
Pada level pemerintahan pun, pamong desa juga sendiri diberi tanah perdikan dari kerajaan
memiliki tanah bengkok dan tanah pengarem – atas jasa–jasa pengabdiannya dimana tanah
arem yang jumlahnya berhektar-hektar dan hal itu merupakan cikal bakal berdirinya “desa”
itu pun dapat disewakan kepada kelompok petani sehingga kian mengukuhkan posisi bekel sebagai
garapan (peasant society) maupun dijual kepada patron.
petani hak milik (farmer society) sehingga
Munculnya berbagai macam institusi seperti
kian mengukuhkan posisi pamong desa dalam
halnya “balai desa”, “sekolah desa”, “kas desa”,
strateginya mempertahankan kuasa.
“dewan desa”, dan lain sebagainya dirasa sebagai
Adapun pada masa kolonialisme Belanda, wujud kepedulian pemerintah kolonial Belanda
“desa” dilihat sebagai local self-government & untuk menghidupkan kembali unsur-unsur asli
self-governing community dimana pemerintah “desa”. Akan tetapi, disisi lainnya sangat jelas
Belanda mulai mengakui “desa” sebagai terlihat adanya pola pemaksaan yang dilakukan
persekutuan wilayah dihuni penduduk yang oleh pemerintah kolonial yakni memperkenalkan
memiliki tanah yang dibuka pertama kali oleh unsur baru ke dalam “desa” yang belum tentu
komunitas tersebut. Dalam hal ini, pemerintah sesuai dengan keadaan “desa”. Selain itu,
tidak berhak mengambil kuasa atas tanah tersebut pembentukan “desa” di berbagai daerah yang
sepanjang tanah tersebut tidak digunakan untuk dilakukan oleh pemerintah kolonial dengan
kepentingan umum, bukan perekonomian/ cara regrouping beberapa persekutuan wilayah
komersialisasi tanah. Artinya dalam hal ini, menjadi “desa” sendiri juga menemui polemik
pemerintah Belanda mengakui hak ulayat yakni tercerabutnya akar sosial budaya dari
“desa” atas kepemilikan tanah. Oleh karena “desa” sehingga menimbulkan krisis identitas.
itu, kemudian desa maupun persekutuan Dalam hal ini, cara yang dilakukan pemerintah
masyarakat lainnya terpecah menjadi dua kolonial mengenai pengaturan “desa” lebih
didasarkan pada keterpaksaan untuk menuruti
6
Soetandyo Wignjosoebroto, Pasang Surut Otonomi Daerah:
Sketsa Perjalanan 100 Tahun, (Jakarta: Yayasan TIFA, 2005), 7
Mashuri Maschab, Politik Pemerintahan Desa di Indonesia,
hlm. 448. (Yogyakarta: PolGov Press, 2013).

Globalisasi dan Kemiskinan Desa ...| Wasisto Raharjo Jati | 21 


politik etis yang salah satu tujuannya adalah untuk menyelenggarakan rumah tangga “desa”dan
menyejahterakan masyarakat kolonial sehingga menyebarkan ajaran Nasionalisme, Agama,
menyebabkan pemerintah kolonial “asal-asalan” Komunisme ke masyarakat “desa”. Melalui
dalam mengatur “desa”. strategi administrasi dan institusionalisme,
Adapun pengaturan pengaruh negara negara mulai hadir dengan wajah baru dalam
tersebut juga berlanjut pada era republik, dimana pengaturan desa seperti munculnya Lembaga
negara masih memosisikan desa sebagai domain Pembinaan Masyarakat Desa sebagai ganti
negara. Hal terpenting dalam menganalisa desa Lembaga Masyarakat Desa, Dewan Perwakilan
dalam konteks ini adalah kuatnya arus politisasi Desa (Bandes), pengaktifan Babinsa dalam
yang sedemikian kental di sana. Politisasi rangka menjaga teritorial, dan menempatkan
tersebut sangatlah erat kaitannya dengan upaya sekdes sebagai birokrat sekaligus agen spionase
membangun nation character building di tingkat negara. Akan tetapi, “desa” juga tidak mau
pedesaan. Hal yang terpenting adalah masuknya kalah dengan mengaktifkan kembali berbagai
berbagai macam kekuatan politik ke akar rumput. macam institusi desa untuk mengimbangi negara.
Basis afiliasi kerja ekonomi menjadi dalil atas Sehingga seringkali muncul dualisme dalam desa
terbentuknya politik aliran tersebut. Kondisi seperti halnya pengakuan hukum adat dan positif
tersebut kemudian menjadikan ekonomi menjadi nasional, komunalisasi tanah dan privatisasi
pembentuk politik aliran di pedesaan. Pola tanah, dan lain sebagainya.
liberalisasi “desa” kemudian menjadikan “desa” Adapun berbagai macam strategi dilakukan
bukan lagi entitas sosial namun menjurus ke arah seperti halnya floating mass yakni untuk progam
politik. Hal itu bisa ditunjukkan dengan adanya depolitisasi menjauhkan “desa” dari kontestasi
strategi pembentukan organisasi underbouw politik yang ada dan menghindari politik praktis
partai politik untuk menjaring pemilih “desa” agar lebih memikirkan pembangunan. Progam
seperti persatuan pamong desa (PNI), aliansi revolusi hijau dan biru, penegakan panca
buruh tani (PKI), ulama (NU), dan serikat usaha tani, dan kelompencapir ditujukan untuk
dagang (Masyumi) sehingga mengakibatkan pola memaksimalkan perekonomian agraris “desa”
cleavages antar penduduk “desa”. Kedua strategi dan penerjunan Babinsa dan AMD (ABRI
pendekatan kepada kepala “desa” sehingga posisi Manunggal Desa) adalah untuk memastikan
kepala “desa” sendiri tidak netral dan malahan tidak adanya gangguan keamanan selama
membawa pada kontestasi sosial politik yang ada. progam pembangunan dijalankan serta berfungsi
Adapun strategi penerapan prinsip otonomi murni agensi pemerintah untuk memperlancar proses
kepada desa sendiri lebih diartikan ketidaksiapan pembangunan.
kapasitas negara dalam mengatur “desa” karena Cara intervensionisme negara yang lain
masih dalam konteks perang kemerdekaan ditunjukkan dengan penyerahan urusan kepada
sehingga dengan menempatkan kembali desa “desa” sebanyak 31 macam dalam rangka
sebagai “republik mini”, maka desa akan mudah memenuhi tugas desentralisasi. Padahal, hal itu
untuk mengatur dirinya dan mengorganisir diri belum tentu dengan kapasitas “desa” dan juga
sebelum kemudian “diatur” negara. akan memberatkan beban desa dikarenakan desa
Oleh karena itu, cara instrumentasi yang mengalami beban ganda antara pemberdayaan
digunakan untuk mengikat loyalitas “desa” masyarakat dan pemenuhan tugas “negara”.
kepada negara. Maka negara kemudian Selain itu, dalam PP 72 tahun 2005 mengatakan
memaksakan prinsip selain Nasionalisme, bahwa “desa” merupakan entitas subsistem
Agama, Komunis yakni Manifesto Politik pembangunan dimana “pola pembangunan desa”
kepada perangkat “desa” untuk dijabarkan dalam sendiri merupakan kepanjangan dari RJPMD
pola perilaku pemerintahan “desa”. Kemudian sehingga desa tidak memiliki otonomi dalam
selain itu pula, semua perangkat “desa” adalah merumuskan pembangunannya. Walaupun
birokrat yang ditunjuk dan diangkat dari lembaga demikian, “desa” diberikan desentralisasi fiskal
supra desa di atasnya, sehingga mereka hanya sebagai wujud perimbangan keuangan antara
menjalankan mandat dari lembaga supra desa desa dan negara.

22 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 17–26


Jika kita bisa menelaah secara lebih dalam, Glokalisasi diandaikan sebagai arena besar yang
bahwa pengaturan desa di Indonesia mengalami memberikan deliberasi dan ruang partisipatoris
fluktuasi yang berbeda–beda dalam setiap besar bagi setiap komunitas lokal untuk bisa
periodisasi rezim pemerintah. Fluktuasi tersebut eksis di dunia global. Hal terpenting dalam
lebih dikarenakan karena suasana politik mengelaborasi mengenai glokalisasi tersebut
Indonesia yang sepenuhnya stabil seperti adalah rekognisi dan ruang afirmasi besar. Unsur
sekarang ini sehingga cara-cara lama pengaturan lokal ingin mendapatkan rekognisi sekaligus
desa di masa kolonial “sedikit” diulangi dalam representasi dalam ruang global tersebut.
produk legislasi yang dibuat pemerintah. Oleh Namun di satu sisi, kita melihat bahwa
karena itu, desa di masa pascakemerdekaan kekuatan global sebagai kekuatan suprematif
menjadi kelinci percobaan penerapan kebijakan sendiri memiliki kekuatan besar untuk menekan
publik yang sifatnya top down sehingga warga unsur lokal melalui serangkaian bentuk inflitrasi
desa sendiri tidak pernah mengenyam otonomi pengaruh terhadap unsur lokal tersebut. Adapun
dalam arti sebenarnya, walaupun hanya sebentar pedesaan sendiri merupakan entitas terkecil dari
pada awal-awal kemerdekaan. Pemaknaan desa kekuatan lokal tersebut sehingga menjadikan
sebagai local state government menjadi legitimasi desa sendiri menjadi rawan untuk menjadi
pemerintah untuk menunjukkan eksistensinya area pengaruh tersebut. Desa akan menjadi
sebagai negara, namun bagi masyarakat desa pemain penting bilamana menjadi aktor mampu
hal itu tak ubahnya sebagai bentuk aksi represif mengendalikan percaturan global tersebut.
dan koersif pemerintah kepada masyarakat desa. Namun demikian, desa juga berperan menjadi
Pola repetisi tersebut menunjukkan bahwa loser dalam arena global tersebut apabila gagal
negara sedikit memahami makna otonomi dalam memanfaatkan momentum tersebut.
sebenar-benarnya karena masalah otonomi Sekali lagi, konteks menang atau kalah
maupun kedaulatan merupakan milik negara bukanlah menjadi lokus utama dalam membahas
bukan desa sebagai entitas lokal yang terlebih hal tersebut, namun yang menjadi penting adalah
dulu memiliki otonomi sebelum lahirnya kebijakan. Desa adalah urutan terbawah dari akar
negara. Sehingga diibaratkan kehadiran negara rumput yang akan terkena dampak langsung dari
dengan produk legislasinya merupakan bentuk kebijakan-kebijakan hasil kreasi baik global
“penjajahan” baru negara terhadap desa. maupun lokal. Asumsi adanya global villages
Dalam era sekarang, kita bisa melihat seperti yang dikatakan oleh Robertson bahwa
dimensi desa sebagai local state government globalisasi sebenarnya adalah manifestasi dari
sendiri mulai tereduksi. Terlebih lagi selama sebuah proses interdepedensi untuk menyatukan
dalam masa penerapan otonomi daerah dalam semua entitas lokal dalam kesatuan global8.
konteks kekinian. Kita bisa melihat bahwa Namun demikian, global villages sendiri tidak
adanya revitalisasi atas bangkitnya unsur-unsur akan berjalan maksimal jika kapital yang masuk
lokal untuk diafirmasi dan direkognisi. Penguatan justru mengabsorbsi sumber daya ekonomi desa
itu dilakukan dengan cara memberikan penguatan sehingga menjadikan desa sendiri kemudian
pada entitas kultural lokal setempat seperti termarjinalkan.
halnya “Gampong” di Aceh, “Banjar” di kawasan Maka membincangkan permasalahan
Kalimantan Barat, dan juga “Nagari”. Adanya implikasi globalisasi terhadap konteks pedesaan
upaya penguatan berbagai kelembagaan lokal sendiri terletak pada pengaruhnya dalam
tersebut merupakan upaya untuk mereduksi atas memberikan dampak struktur ekonomi politik
pengaruh uniformisasi desa yang dilakukan oleh desa. Dewasa ini, kearifan lokal yang selama
Pemerintah Orde Baru selama berkuasa. ini menjadi modal sosial yang berkembang
di desa perlahan mulai menipis dikarenakan
Global Meet Local: Pengaruh Globalisasi westernisasi dan liberalisasi sosial budaya yang
di Pedesaan
Pertautan antara unsur global dengan unsur lokal
8
R Roland Robertson (Eds.), Global Modernities, (London:
Sage Publication, 1997), hlm. 70.
sendiri acap kali disebut sebagai glokalisasi.

Globalisasi dan Kemiskinan Desa ...| Wasisto Raharjo Jati | 23 


sedemikian akut di kawasan desa. Desa secara intinya akan mengubah pembangunan sawah di
perlahan mengalami urbanisasi dikarenakan sana. Masih di kawasan yang sama, resistensi
aglomerasi ekonomi yang sedemikian cepat melawan kapital global juga dialamatkan pada
dan berkembang sehingga menjadikan involusi kasus perusakan hutan di kawasan Chipko, India.9
ekonomi basis tradisional di pedesaan. Secara Hal itu kemudian menghasilkan adanya gerakan-
perlahan, ekonomi desa mulai bergeser dari gerakan memeluk pohon yang dialamatkan oleh
ekonomi padat karya menjadi padat modal kelompok masyarakat petani di sana sebagai
yakni beralihnya lahan pertanian menjadi lahan bentuk perlawanan petani sebagai jalan akhir
industrialisasi global. menghalangi eskavator menghancurkan lahan
Temuan penting dalam menganalisa dampak pertanian di sana.
globalisasi di pedesaan adalah kapitalisasi oleh Kasus lain yang menarik untuk dikaji
pemodal yang kemudian menimbulkan adanya adalah sejarah perlawanan yang dilakukan oleh
berbagai macam resistensi yang dilakukan kelompok Zapatista yang berada di kawasan
oleh kelompok masyarakat lokal di sana. Hal Amerika Latin. Zapatista adalah gerakan
terpenting dalam menganalisa resistensi tersebut petani yang menolak keras adanya privatisasi
adalah bagian dari respons pembangunan lahan pertanian publik desa untuk kemudian
ekonomi yang tidak memihak. Tesis trickle dikonversikan dengan lahan pertanian korporasi.
down effect yang sejatinya menempatkan unsur Adanya alih fungsi lahan yang dilakukan sepihak
kapital global itu nantinya akan merembes hingga itulah yang menimbulkan adanya perlawanan
bawah, pada akhirnya justru yang terjadi adalah keras dari petani yang kemudian menimbulkan
trickle up effect yakni kapital desa justru diangkut perlawanan masif dengan koalisi pemerintah
dalam konstelasi global, sehingga menimbulkan bersama korporat.
dampak yang kaya makin kaya, sedangkan yang
miskin makin miskin. Desa di Indonesia dalam Konstelasi
Konteks resistensi di sini adalah perlawanan Global
oleh kaum desa yang biasanya dilakukan petani Adapun dalam kasus Indonesia sendiri, pengaruh
dalam mempertahankan kepemilikan sumber globalisasi sendiri dapat dikategorisasikan
daya ekonomi yang mereka punyai. Sejarah menjadi dua bagian yakni antara soft influence
mencatat bahwa perlawanan terhadap rezim maupun juga hard influence. Dikotomi tersebut
global di tingkat desa sendiri banyak terjadi mengindikasikan adanya pengaruh globalisasi
di berbagai tempat dunia yang tergantung dalam desa sendiri tidak selalu berada dalam sisi
pada konteks ideologis apa yang mereka antagonisme. Pemaknaan mengenai soft influence
artikulasikan. Secara mayoritas, resistensi sendiri sendiri dapat diartikan sebagai bentuk afirmasi
dilakukan banyak terjadi di kasus negara Dunia desa terhadap pengaruh global yang ditunjukkan
Ketiga dengan major issue yang dikedepankan dengan strategi desa dalam merangkul pengaruh
adalah isu ekologis dan developmentalisme. global guna mengukuhkan eksistensi maupun
Ekologis sendiri terkait dengan adanya kerusakan survivalitasnya. Sedangkan yang dimaksudkan
lingkungan yang diakibatkan pola eksplorasi dengan hard influence sendiri lebih dimaknai
maupun eksploitasi secara masif oleh para adanya intervensi yang terlalu menekan terhadap
pemodal terhadap kegiatan mereka di sana. kehidupan desa sehingga menjadikan desa sendiri
Implikasinya adalah kerusakan permanen berada dalam posisi rentan.
terhadap jumlah sumber daya ekonomi lokal
Perbincangan mengenai pemaknaan desa
yang selama ini menjadi penyokong kegiatan
dari segi soft influences lebih dimaknai dalam
perekonomian ekstraktif warga.
bentuk kerjasama yang dilakukan oleh desa
Berbagai kasus yang mengatasnamakan untuk memperkenalkan potensi desanya agar
resistensi masyarakat petani di desa sendiri lebih dikenal di dunia luar. Model pengembangan
diinisasi oleh gerakan NBA (Narmada Bachao
Andalan) yang terjadi di kawasan India yang saat 9
Wasisto Raharjo Jati, Pengantar Kajian Globalisasi, (Jakarta:
itu menentang adanya pembangunan dam yang Mitra Wacana Media, 2013), hlm.155.

24 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 17–26


desa yang sedemikian diaktualisasikan dalam dengan potensi wisata alam yang perlu dijual.
bentuk kerjasama pariwisata maupun kerjasama Artinya di sini diperlukan adanya penguatan
ekonomi. Adapun dalam klausul kerjasama kerjasama yang dilakukan hubungan tripartit
ekonomi yang diajukan sebenarnya lebih banyak antara pelaku pariwisata, pelaku lokal, dengan
pada proses ekonomi kreatif dan mandiri. pemerintah itu sendiri.
Sedangkan dalam bentuk hard influences sendiri Sedangkan pengaruh globalisasi ke dalam
lebih mengarahkan kepada bentuk eksploitasi ranah desa yang berupa pengaruh berat (hard
terhadap perekonomian desa baik itu berupa influences) lebih banyak menyoal pada perilaku
alih fungsi kepemilikan sumber daya ekonomi eksploitasi maupun eksplorasi yang dilakukan
maupun lain sebagainya. oleh pemerintah maupun swasta dalam sumber
Perbincangan mengani soft influences sendiri daya ekonomi desa. Dalam taraf ini, posisi
terkait dengan upaya memperbaiki karakter desa bukanlah dimaknai sebagai mitra strategis
ekonomi pedesaan dengan cara mengaplikasikan dalam pengembangan ekonomi global. Namun
teknologi dan pembangunan kreatif lewat industri justru diposisikan sebagai satelit perekonomian
pariwisata. Hal inilah yang kemudian mendorong bagi negara maupun kapitalis swasta dalam
terciptanya berbagai macam program desa wisata pembangunan ekonominya. Tidak jarang
yang digulirkan di berbagai daerah Indonesia. kemudian adanya pola represif yang dilakukan
Penguatan menjadi desa wisata ini pada dasarnya aparatus negara sendiri berujung konflik
merupakan bentuk revitalisasi ekonomi desa dengan para pemuka desa yang tetap ingin
agar tidak hanya hidup subsisten dengan mempertahankan adanya ekologi wilayahnya.
ekonomi agraris semata. Revitalisasi maupun Konflik yang mengemuka antara desa vis
transformasi desa agraris menjadi desa wisata a vis negara maupun swasta sendiri berujung
pada dasarnya menguatkan faktor komplementer pada kerusuhan komunal di berbagai tempat
dari ekonomi agraris yakni suasana alam yang baik itu memakan korban jiwa ataukah tidak.
belum dioptimalkan secara penuh menjadi Dalam berbagai macam konstelasi politik yang
potensi motivator ekonomi. menyangkut konflik sumber daya alam selalu
Komoditisasi adanya alam rural yang masih melibatkan adanya gerakan perlawanan yang
perawan inilah yang kemudian mendorong melibatkan para petani maupun kelompok
kreativitas dalam menggali internet untuk pedesaan. Berbagai bentuk resistensi tersebut
menjadi ajang promosi. Adanya infiltrasi hadir dan termanifestasikan dalam berbagai
global melalui internet inilah yang kemudian macam bentuk pola dan demonstrasi tersebut.
menjadikan promosi desa wisata menjadi cepat Secara makro, globalisasi memang memberikan
tersebar. Disamping pula, peran aktif pemerintah implikasi dikotomis terhadap perkembangan
daerah setempat dalam mendorong setiap desa antara positif dengan negatif. Semuanya
potensi ekonomi penduduknya tersebut. Adapun itu tergantung pada pemaknaan desa dalam
mekanisme inisiasi dalam mempertautkan konstelasi global sekarang ini, apakah globalisasi
unsur global ke dalam kultur pedesaan yakni itu dihadirkan sebagai peluang ataukah tantangan.
dengan menguatkan adanya peran community Semuanya itu nanti berpulang pada pemangku
development baik itu melalui forum PNPM dan pembuat kebijakan mengenai desa dan
Pariwisata maupun juga Musrenbang melalui globalisasi terkait dengan usaha survivalitas dan
hubungan tripartit antara pemerintah dengan durablitas desa dalam memanfaatkan sebagai
pelaku sektor pariwisata. Namun juga bisa globalisasi.
melalui cara pembangunan secara partisipatoris
melalui hubungan bipartit dengan pelaku wisata. Penutup
Dalam kasus desa wisata maupun desa cyber ini
Perbincangan mengenai pengaruh global
banyak diaplikasikan melalui pengembangan
dalam pedesaan sendiri perlu dimaknai secara
desa-desa baik di Jawa maupun luar Jawa. Hanya
mendalam terkait pengaruhnya kepada kehidupan
saja dalam pengembangan desa wisata perlu
masyarakat. Secara dikotomis, pengaruh
juga diperhatikan mengenai konteks kesesuaian
globalisasi terhadap desa sendiri dimaknai

Globalisasi dan Kemiskinan Desa ...| Wasisto Raharjo Jati | 25 


dalam dua perspektif yakni positif dan negatif. Robertson, Roland (Eds.). 1997. Global Modernities.
Jika merunut pada dramaturgi historis, masuknya London: Sage Publication.
globalisme ke dalam pedesaan sendiri dimaknai Sihbudi, Riza & Nurhashim, Moch, (Eds.). 2001.
sebagai entitas yang negatif. Hal ini dikarenakan Kerusuhan Sosial di Indonesia : Studi Ka-
sus Kupang, Mataram, dan Sambas. Jakarta:
kuatnya mazhab developmentalisme yang
Grasindo.
berkembang sehingga menjadikan desa sebagai
Sosialismanto, Duto. 2006. Hegemoni Negara: Eko-
subordinasi dari sebuah rezim ekonomi. Oleh
nomi Politik Pedesaan Jawa. Yogyakarta: La-
karena itulah, sejarah globalisme di pedesaan pera Pustaka Utama.
sendiri didominasi oleh sejarah resistensi yang Wignjosoebroto, Soetandyo. 2005. Pasang Surut Oto-
dilakukan oleh kalangan petani maupun kalangan nomi Daerah: Sketsa Perjalanan 100 Tahun.
marjinal lainnya. Jakarta: Yayasan TIFA.
Adapun dalam zaman global sekarang ini,
adanya terminologi desa wisata maupun desa Jurnal
cyber sendiri pada dasarnya merupakan bentuk Hardin, Garret. 1968. “Tragedy of The Commons”.
revitalisasi desa dengan memberdayakan unsur Science New Series 162 (3859).
alamnya maupun unsur ekstratif lainnya. Hal
inilah yang menjadi modal dan motivasi penting
dalam menjadikan desa bukan sebagai objek
yang diabsorbsi secara ekonomis. Namun justru
menjadi mitra dimana desa adalah mitra sekaligus
subjek penting dalam pembangunan ekonomi.

Daftar Pustaka

Buku
Geertz, Clifford. 1983. Involusi Pertanian. Jakarta:
Bharata Aksara.
Jati, Wasisto Raharjo. 2013. Pengantar Kajian Glo-
balisasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Maschab, Mashuri. 2013. Politik Pemerintahan Desa
di Indonesia. Yogyakarta: PolGov Press.
Ostrom, Ellinoir. 1990. Governing the Commons: The
Evolution of Institutions for Collective Action.
Cambridge: Cambridge University Press.

26 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 17–26


ANEKSASI RUSIA DI KRIMEA DAN KONSEKUENSI BAGI UKRAINA

THE RUSSIA’S ANNEXATION OF CRIMEA AND ITS CONSEQUENCES


FOR UKRAINE

Indriana Kartini

Peneliti Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 10, Jakarta
E-mail: indriana.kartini@gmail.com
Diterima: 6 Agustus 2014; direvisi: 2 September 2014; disetujui: 10 Desember 2014

Abstract

The annexation of Crimea by the Russian Federation was launched after the downfall of Ukraine President
Viktor Yanukovych who has been alleged by the opposition as pro-Russian. The referendum which has been con-
ducted by Crimean people in post-annexation has reinforced the Crimean demand for independence from Ukraine
and its choice to unify with Russia. Although the referendum has been viewed as illegal by Ukraine authority, in
fact, Crimea is now under Russia’s authority. This article focuses on the Russia’s annexation of Crimea by analysing
Russia’s strategic interests as a driving force for the annexation; analysing the position of Ukraine, Russia, and
Crimea after the demise of the USSR; and the consequences of the loss of Crimea for Ukraine that has changed the
constellation of domestic politics, society, and economics, and also the land border between Ukraine-Crimea-Russia.

Keywords : annexation, Russia, Crimea, Ukraine.


Abstrak

Aneksasi wilayah Krimea oleh Rusia terjadi menyusul jatuhnya Presiden Ukraina Viktor Yanukovych yang
dianggap pro Rusia oleh kelompok oposisi. Referendum yang dilakukan rakyat Krimea pasca aneksasi menegaskan
kembali tuntutan kemerdekaan Krimea dari Ukraina dan pilihan untuk bergabung dengan Rusia. Meski referendum
tersebut dianggap tidak sah oleh Kiev, secara de facto Krimea kini berada di bawah penguasaan Kremlin. Tulisan
ini memfokuskan pada aksi aneksasi Rusia di Krimea dengan menganalisis kepentingan strategis Rusia di wilayah
Krimea yang mendorong aksi aneksasi; termasuk menganalisis posisi Ukraina, Krimea, dan Rusia pasca runtuhnya
Uni Soviet; serta konsekuensi lepasnya Krimea dari Ukraina yang merubah konstelasi politik domestik, sosial, dan
ekonomi, serta batas wilayah Ukraina-Krimea-Rusia.

Kata Kunci : aneksasi, Rusia, Krimea, Ukraina.

Pendahuluan Krisis di Krimea terjadi setelah adanya


Aksi aneksasi yang dilakukan Rusia di gerakan Euromaidan atau “Eurosquare”, yakni
semenanjung Krimea – wilayah Ukraina yang gelombang demonstrasi di Ukraina pada 21
terdiri dari Republik Otonom Krimea dan kota November 2013 yang menginginkan Ukraina
Sevastopol – pada Februari 2014, mengejutkan melakukan integrasi dengan Eropa. Aksi
komunitas internasional. Krisis internasional ini protes tersebut meluas menjadi seruan untuk
melibatkan Rusia dan Ukraina, dimana Ukraina memberhentikan Presiden Viktor Yanukovych
kehilangan kontrol atas wilayah tersebut. Akibat dan pemerintahannya yang pro Rusia. Aksi
aneksasi itu, secara de facto semenanjung Krimea protes juga memfokuskan pada isu ideologi dan
berada di bawah penguasaan pemerintah Federasi geopolitik yang membagi negara ke dalam dua
Rusia meski belum diakui oleh PBB. bagian, yakni “Eropa vs Rusia” atau “forward

Aneksasi Rusia di Krimea dan Konsekuensi bagi Ukraina | Indriana Kartini | 27 
to the West vs. back to the USSR”.1 Aksi protes penggabungan Republik Krimea dan Sevastopol
mencapai puncaknya pada pertengahan Februari ke dalam Federasi Rusia. Pada 27 Maret 2014,
2014 ketika aparat kepolisian merespon aksi Majelis Umum PBB mengeluarkan Resolusi
protes pro Uni Eropa dengan cara konfrontatif 68/262 yang menyatakan bahwa referendum
yang justru membuat gelombang protes semakin Krimea tidak valid dan penggabungan Krimea ke
besar. Sebagai konsekuensinya, pada 21 Februari dalam Rusia adalah ilegal. Pada 15 April 2014,
2014 Presiden Viktor Yanukovych meninggalkan parlemen Ukraina mendeklarasikan Krimea
ibukota negara, Kiev. sebagai wilayah yang sementara ini dianeksasi
Parlemen Ukraina kemudian memberhentikan oleh Rusia. Untuk mengatasi kekisruhan politik,
Yanukovych dan menunjuk presiden sementara, pada 25 Mei 2014, pemilu presiden digelar di
Arseniy Yatsenyuk dan membentuk pemerintahan Ukraina yang akhirnya dimenangkan oleh Petro
sementara. Pemerintahan baru itu mendapat Poroshenko, dengan suara mencapai 55,9 %
pengakuan dari PBB dan Uni Eropa. Namun, mengalahkan mantan PM Yulia Tymoshenko,
Rusia memandang pemerintahan Yatsenyuk yang memperoleh suara sekitar 12 %.3
sebagai ilegal dan merupakan bentuk kudeta. Berdasarkan latar belakang tersebut, tulisan
Rusia bahkan menuduh Amerika Serikat dan ini akan memfokuskan pada aksi aneksasi
Uni Eropa mendanai dan mengarahkan “revolusi Rusia di wilayah Krimea yang dilandasi oleh
Ukraina” dan memandang bahwa Yanukovych faktor historis serta faktor kedekatan kultural
diberhentikan secara ilegal dan tetap menganggap dan geografis. Tulisan ini dibagi ke dalam lima
Yanukovych sebagai presiden Ukraina. bagian. Bagian pertama menganalisis posisi
Pada 26 Februari 2014, pasukan pro- Ukraina pasca runtuhnya Uni Soviet. Bagian
Rusia mulai menguasai semenanjung Krimea. kedua menganalisis latar belakang historis dari
Banyak yang mempercayai bahwa pasukan penggabungan Krimea ke dalam Ukraina. Bagian
tersebut merupakan personel militer Rusia. ketiga menganalisis tuntutan otonomi Krimea
Pada saat orang-orang bersenjata menguasai terhadap Ukraina. Bagian keempat menganalisis
gedung parlemen Krimea, anggota parlemen kepentingan strategis Rusia di Krimea dan
Krimea melakukan pemungutan suara untuk keputusan Rusia menganeksasi Krimea. Bagian
memberhentikan pemerintahan Krimea, kelima menganalisis konsekuensi lepasnya
mengganti perdana menteri dan menyerukan Krimea bagi Ukraina. Bagian keenam membahas
referendum mengenai otonomi Krimea. Tak lama sikap Barat atas kasus Krimea.
kemudian, pada 16 Maret 2014, dilaksanakan
referendum mengenai sikap politik Krimea untuk Ukraina Pasca Runtuhnya Uni Soviet
bergabung dengan pemerintah Federasi Rusia Runtuhnya Uni Soviet membawa perubahan
dengan perolehan suara 96,77% (Krimea) dan besar bagi negara-negara pecahan Soviet dan
95,6% (Sevastopol).2 Eropa Timur. Tatkala rezim sosialis runtuh dan
Referendum ini ditentang oleh Uni Eropa, pemerintahan terpusat mengalami perpecahan,
AS, Ukraina dan warga Tatar Krimea karena kategorisasi sosial berdasarkan model ideologi
dipandang bertentangan dengan hukum menjadi tidak relevan lagi. Dalam hal ini,
internasional. Pada 17 Maret 2014, parlemen kebanyakan identitas nasional di negara-negara
Krimea mendeklarasikan kemerdekaan Krimea post-Uni Soviet bersifat politis dan didefinisikan
dari Ukraina dan memutuskan untuk bergabung oleh negara. Perubahan dari totalitarianisme
dengan Federasi Rusia. Pada 18 Maret 2014, menjadi pluralisme politik berhubungan
Rusia dan Krimea menandatangani perjanjian dengan konstruksi negara dan pembentukan
kembali identitas nasional. Masalah formasi dan
1
Anastasiya Ryabchuk, “Right Revolution? Hopes and Perils
of the Euromaidan Protests in Ukraine”, Debatte: Journal of implementasi strategi nasional, definisi yang
Contemporary Central and Eastern Europe, 3 Februari 2014.
2
VoA News, “Crimea Applies to join Russia”, http:// 3
Liputan6, “Petro Poroshenko Umumkan Kemenangan pada
www.voanews.com/content/voting-under-way-in-crimea- Pilpres Ukraina”, 26 Mei 2014, http://m.liputan6.com/news/
referendum-to-join-russia/1872380.html, 17 Maret 2014, read/2054588/petro-poroshenko-umumkan-kemenangan-pada-
diakses pada tanggal 19 Mei 2014. pilpres-ukraina, diakses pada tanggal 10 Juni 2014.

28 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 27–41 


tepat dari prioritas geopolitik dan kepentingan orientasi yang pro-Barat. Pada 1993, misalnya,
nasional yang vital telah menjadi faktor yang Ukraina berupaya menciptakan zona stabilitas
menentukan dalam sejarah dan masa depan di Eropa Timur, tetapi ide ini gagal karena
politik Ukraina.4 kurangnya dukungan dari negara-negara Eropa
Perkembangan Ukraina sebagai negara Barat dan Eropa Tengah. Sementara itu, Presiden
independen menghasilkan perubahan penting Leonid Kravchuk menggunakan nasionalisme
dalam identitas nasional. Terdapat perdebatan untuk mengalihkan perhatian dari kegagalan
panjang mengenai bagaimana Ukraina reformasi ekonomi. Kravchuk mengembangkan
menempatkan dirinya dalam lingkungan politik luar negeri yang menyeimbangkan Rusia
keamanan Eropa yang baru, apakah berintegrasi dengan Barat namun dilandasi oleh nasionalisme
dengan Rusia dan terikat dengan struktur militer Ukraina yang justru memperburuk hubungan
Commonwealth of Independent States (CIS) dengan Rusia. Kravchuk justru menggambarkan
ataukah (seperti halnya Polandia dan negara- Rusia sebagai sumber utama ketidakstabilan
negara Eropa Tengah) berintegrasi dengan Barat, dan ketidakamanan Ukraina. Leonid Kuchma,
meningkatkan hubungan dengan NATO, Uni yang menggantikan Kravchuk pada 1997, tidak
Eropa, AS dan negara-negara Eropa Barat? banyak mengubah politik luar negeri Ukraina.
Meski Kuchma dituduh lebih pro-Rusia, namun
A. Lieven dalam bukunya “Ukraine and
dirinya tetap berpegang pada politik luar negeri
Russia: A Fraternal Rivalry”, mengungkapkan
yang dilandasi nasionalisme Ukraina.6
bahwa Rusia dan Ukraina secara historis sangat
dekat dan keterikatan kedua negara terlalu Oleh karena itu, konsep “nation” di Ukraina
kompleks untuk dipisahkan. Lieven melihat masih belum terdefinisikan dengan jelas.
bahwa masa depan Ukraina sebagai sebuah Beberapa politisi memandang bahwa Ukraina
negara independen adalah dengan bekerja dapat menemukan identitas nasional yang
sama erat dengan Rusia. Sementara, Yaroslav riil dengan membedakan dirinya dari kultur
Bilinsky dalam bukunya “Endgame in NATO’s dan ideologi Rusia dan dengan mendorong
Enlargement: The Baltic States and Ukraine”, nasionalisme etnis di Ukraina. Yaroslav Bilinsky
menyerukan percepatan proses ekspansi NATO mengungkapkan bahwa “to build Ukraine as a
dengan memasukkan empat negara yang berada non-ethnic-based civil society has not worked
di perbatasan Rusia sebelah Barat (Latvia, out”. Namun, pendekatan ini mendapat kritikan
Livonia, Estonia, dan Ukraina) dengan argumen dari Andrew Wilson dan Alexander Motyl yang
bahwa tindakan ini akan menciptakan lingkungan menegaskan bahwa nasionalisme etnis tidak
keamanan yang lebih aman dan akan memperkuat mesti dipersepsikan sebagai kepentingan vital
stabilitas di Eropa Timur dan Tengah.5 sebuah bangsa. Ukraina seringkali dipandang
sebagai sebuah masyarakat terbelah dengan
Pemerintah Ukraina sendiri telah
komunitas pro-Rusia yang kuat terdiri dari
mengeluarkan pernyataan-pernyataan ambivalen
minoritas Rusia dan warga Ukraina yang
seperti memperkuat kerja sama dengan Rusia
berbahasa Rusia. Sekitar 55% populasi Ukraina
di satu sisi, sementara di sisi lain mempererat
lebih memilih menggunakan bahasa Rusia untuk
hubungan dengan NATO secara simultan.
berkomunikasi di rumah. Bahkan, dua pertiga
Dalam pandangan Moskow, Ukraina adalah
dari seluruh populasi Ukraina menyatakan bahwa
bagian integral dari “lingkungan” Rusia, dan
Rusia sebagai bahasa pertama mereka.7
status independen Ukraina seringkali dipandang
sebagai fenomena temporer. Sementara itu, Wilayah Krimea saat ini mencerminkan
terdapat ketidakjelasan kepentingan dalam situasi seperti digambarkan di atas, yang
masalah Ukraina di Barat, dimana hal ini merefleksikan perubahan politik, sosial dan
menyulitkan Ukraina untuk menciptakan ekonomi terkini yang terjadi di Ukraina. Sejak
tahun 1920, Krimea merupakan bagian dari
4
Carina Korostelina, “The Multiethnic State-building Dilemma:
National and Ethnic Minorities’ Identities in the Crimea”,
National Identities, Vol. 5, No.2, 2013, hlm. 142. 6
Ibid., hlm. 143.
5
Ibid. 7
Ibid.

Aneksasi Rusia di Krimea dan Konsekuensi bagi Ukraina | Indriana Kartini | 29 
Federasi Rusia, namun pada 1954 ditransfer ke suara mendukung kemerdekaan Ukraina. Pada
Republik Sosialis Soviet Ukraina, dan terakhir 1 Desember 1991, warga Ukraina melakukan
dimasukkan ke dalam negara independen Ukraina pemungutan suara untuk mendukung kemerdekaan
pada tahun 1991. Populasi Krimea sekitar Ukraina. Bahkan, warga etnis Ukraina yang
hampir 2,5 juta jiwa. Etnis Rusia meliputi 64% minoritas di Krimea turut memberikan suara.
populasi; 23% adalah etnis Ukraina; 10% etnis Besarnya suara yang mendukung kemerdekaan di
Muslim Tatar Krimea; dan 3% terdiri atas etnis Ukraina mengecewakan Rusia. Hal ini mengingat
Belarusia, Armenia, Yunani, Jerman, Yahudi dan survei yang dilakukan sebelum Agustus 1991 di
etnis lainnya.8 Moskow menyebutkan hanya 9% warga Krimea
Pada 18 Mei 1944, sejumlah 250.000 warga mendukung kemerdekaan Ukraina.11
Tatar Krimea yang dituduh berkolaborasi dengan Pertanyaannya kemudian, mengapa
Jerman selama okupasi, dideportasi dari Krimea. mayoritas warga Krimea (hampir 85 %)
Sejumlah 40% dari mereka meninggal, baik pada mendukung kemerdekaan pada 1 Desember
saat dideportasi maupun selama tahun pertama 1991? Hal ini menurut Korostelina berkaitan
dari dua tahun penempatan di “zona khusus” dengan pengaruh opini popular bahwa Ukraina
di Uzbekistan. Selama sepuluh tahun terakhir, dapat mengelola ekonomi secara mandiri
diperkirakan setengah dari populasi etnis Tatar dan perdebatan mengenai kedaulatan yang
yang dideportasi telah kembali ke tanah kelahiran telah diawali oleh negara-negara Balkan pada
mereka. Namun kenyataannya, etnis Tatar yang 1990-1991. Persepsi popular yang berkembang
telah kembali ke Krimea, tidak mendapatkan pada saat itu adalah Ukraina lebih bekerja
akses pendidikan, pekerjaan dan perumahan. keras dan lebih terorganisir ketimbang Rusia.
Sebagai akibatnya, hubungan antara etnis Terlebih lagi, kedaulatan dan kemerdekaan di
Slavia Krimea dengan Tatar Krimea mengalami Krimea tidak bergantung pada etnis, budaya
ketegangan. Salah satu problem utamanya adalah dan nasionalisme linguistik dari elit kultural di
sejumlah 98.800 warga Tatar yang telah kembali Kiev dan Ukraina Barat, melainkan didasarkan
ke Krimea tidak memiliki kewarganegaraan pada faktor ekonomi. Hal ini menjadi argumen
Ukraina, dan mayoritas (sekitar 64.100) tetap teritorial untuk penentuan nasib sendiri, yang
mempertahankan paspor Uzbekistan. Sementara, mempengaruhi etnis Rusia dan etnis Ukraina
hukum Ukraina melarang warganya memegang berbahasa Rusia di Krimea pada saat pemungutan
dua status kewarganegaraan. Berdasarkan hukum suara pada 1991.12
Ukraina, calon warga negara dari etnis Tatar harus
meninggalkan kewarganegaraan Uzbekistan. Posisi Strategis Krimea di antara
Sebagai protes atas kebijakan itu, sejumlah Ukraina dan Rusia
20.000 warga Tatar melakukan demonstrasi di
Ukraina menempati wilayah strategis di antara
Simferopol pada bulan Mei 1999. Sementara itu,
Uni Eropa, Federasi Rusia, dan wilayah Laut
etnis Rusia yang tinggal di Krimea, menyimpan
Hitam Turki. Dalam sejarah, Ukraina merupakan
impian dari Alexander Solzenitsyn, 9 bahwa
“battle ground” bagi kekuatan dunia kala itu13,
suatu saat nanti Ukraina, Belarusia, dan etnis
yakni Grand Duchy Lithuania, Kekaisaran
Slavia di utara Kazakhstan akan bergabung
Ottoman, the Polish-Lithuanian Commonwealth,
dalam Rusia Raya, yang dipersatukan oleh ikatan
Crimean Tatar Khanate dan Muscovy. Di masa
darah, sejarah, dan keyakinan Kristen Orthodoks
modern, wilayah ini merupakan persinggungan
Rusia.10
antara wilayah kekuasaan Rusia, Habsburg, dan
Pada 26 Agustus 1991, parlemen Ukraina Ottoman. Dalam batas kontemporer, Ukraina
melakukan pemungutan suara dengan hasil 346
8
Ibid. 11
Ibid.
9
Alexander Solzenitsyn adalah salah satu penulis roman Rusia 12
Ibid.
besar abad ke-20 yang meraih penghargaan Nobel dalam Sastra
pada 1970. 13
Gwendolyn Sasse, the Crimea Question: Identity, Transition
and Conflict, (Cambridge: Harvard University Press, 2007),
��
Korostelina, op.cit, hlm. 143. hlm. 1.

30 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 27–41 


muncul pertama kali dalam sejarah sebagai menarik adalah, Majelis Nasional Tatar Krimea
negara independen. Semenanjung Krimea terletak (Kurultay) yang pertama kali memunculkan
di sebelah selatan Ukraina, memisahkan Laut nama “Krimea” (Qirim) merujuk pada Revolusi
Azov dari Laut Hitam yang membuat kekuatan Oktober. 15 Dalam sejarahnya, etnis Tatar Krimea
dunia menginginkan kontrol atas wilayah maritim berasal dari anggota Golden Horde Turki yang
(lihat Peta Krimea). Lokasinya yang strategis didirikan oleh Batu Khan di awal abad ke-13.
itu menjadi rebutan bagi Kekaisaran Ottoman Menyusul penaklukan Krimea oleh Golden
dan Rusia dan kedua kekuatan dunia tersebut Horde pada pertengahan abad ke-13, kelompok
meninggalkan jejak yang kuat di semenanjung etnis Turki ini didorong untuk menetap disana,
Krimea.14

Sumber: BBC.com, http://www.bbc.com/news/world-europe-26595776, diakses pada


tanggal 19 Mei 2014.

Gambar 1. Peta Krimea

Selama dua abad, semenanjung Krimea menggantikan populasi etnis Slavia. Wilayah
berada di bawah kekuasaan Kekaisaran (Turki tersebut dipimpin oleh sejumlah gubernur yang
dan Rusia) dan di bawah pemerintahan Komunis ditunjuk oleh Tatar Khan yang berbasis di kota
Rusia, dan ini merupakan kekuasaan ‘asing’ Saray di bawah wilayah Volga. Hingga akhir
terakhir yang berkuasa di Krimea. Krimea abad ke-14, Krimea dan ibukotanya, Solhat,
dikuasai Rusia setelah serangkaian serangan digunakan oleh Tatar Khan sebagai wilayah
militer melawan Kekaisaran Ottoman pada semi-netral dalam hubungan diplomatik dengan
1783. Historiografi di masa Tsar Rusia dan dinasti Mamluk Turki di Mesir.16
Uni Soviet tidak pernah menampilkan Krimea Di bawah slogan “Crimea for Crimeans”
sebagai teritori dari satu kelompok nasional. Yang (Krimea untuk rakyat Krimea), Kurultay dan
14
Elena Mizrokhi, “Russian ‘separatism’ in Crimea and NATO:
Ukraine’s Big Hope, Russia’s Grand Gamble”, Chaire de 15
Sasse, op.cit., hlm. 44.
recherche du Canada, 2009, hlm 2, http://www.psi.ulaval.ca/
fileadmin/psi/documents/Documents/Travaux_et_recherches/ 16
David R. Marples & David F. Duke, “Ukraine, Russia, and
Crimee.pdf, diakses pada tanggal 4 Mei 2014. the Question of Crimea”, Nationalities Papers, Vol. 23, No. 2,
1995, hlm. 262.

Aneksasi Rusia di Krimea dan Konsekuensi bagi Ukraina | Indriana Kartini | 31 
Partai Nasional (Milli Firqa) mengajukan lain: sistem ekonomi yang sama dan kedekatan
multietnis Krimea sebagai unit otonom dalam teritorial; kedekatan ekonomi dan hubungan
Federasi Rusia. Permintaan ini tidak diterima kultural antara Provinsi Krimea dan Ukraina.
oleh pemerintah pusat Soviet dan justru merespon Dekrit tersebut disetujui secara hukum pada 26
dengan membungkam para cendekiawan Tatar. April 1954 dan disetujui oleh Kruschev.20 Transfer
Pada 1930an – periode represi dan pemaksaan Krimea ke Ukraina ini terjadi pada periode de-
kolektivisasi di Uni Soviet – hasilnya 35 hingga Stalinisasi setelah kematiannya. Yang terjadi
40 ribu warga Tatar Krimea, dari total populasi kemudian, setelah Krimea diberikan kepada
200 ribu, dideportasi ke Siberia. Sejumlah Ukraina, konstitusi etnis dan linguistiknya telah
besar warga Tatar yang belum tersentuh tidak mengalami transformasi sebagai akibat kebijakan
bisa menghindar dari deportasi masal di akhir deportasi Soviet atas populasi Tatar.
Perang Dunia II yang kemudian dikirim ke Elena Mizrokhi mengungkapkan bahwa
Republik Asia Tengah Soviet seperti Uzbekistan, terdapat tiga pandangan dalam sejarah Krimea
Kazakhstan, Tajikistan dan beberapa wilayah yang muncul dari tiga kelompok etnis yang
lainnya di Uni Soviet. Sebagai gantinya, Soviet ada di wilayah itu. Etnis Tatar memandang
mengirim penduduk etnis Slavia/Rusia ke Krimea bahwa keberadaan kelompok etnis Tatar sejak
pada 1930an di bawah kebijakan pembangunan abad ke-15 hingga ke-18 menjadi bukti bahwa
regional Soviet. 17 Perubahan demografis ini mereka satu-satunya penduduk asli Krimea
mempengaruhi keseimbangan etnis di wilayah sehingga Krimea merupakan satu-satunya tanah
itu. Setelah Perang Dunia II, karakter Krimea air mereka. Sedangkan dalam pandangan Rusia,
lebih ditekankan pada etnis Slavia/Rusia. Dalam Krimea secara alamiah merupakan bagian dari
konsepsi historis yang baru, etnis Tatar Krimea Rusia, sementara Tatar merupakan bagian dari
muncul sebagai warga asing sehingga keterikatan invasi dan kolaborator asing. Krimea dipandang
historis mereka dengan teritori Krimea diabaikan. sebagai bukti kejayaan Catherine Agung dan
Pendekatan revisionis ini merupakan bagian dari Kekaisaran Tsar Rusia. Sementara bagi Ukraina,
kebijakan Stalin pada masa deportasi 1944, untuk Krimea selalu terkait dengan Ukraina berdasarkan
menghilangkan keberadaan etnis Tatar Krimea geografi, budaya, dan etnisitas, termasuk di masa
yang telah lama hadir dan memperkaya khazanah Ukraina masih menjadi bagian Rusia. Ketiga
budaya di semenanjung Krimea.18 narasi yang berkompetisi ini menjadi faktor
Wilayah Krimea ditransfer dari Rusia ke penyebab problematika di Krimea. Ketiganya
Ukraina pada 1954. Hal ini terjadi dalam rangka juga menjelaskan mengapa terjadi ketegangan
merayakan ulang tahun ke-300 Perjanjian etnis di Krimea dan mengapa problematika itu
Perevaslav yang ditandatangani antara Hetman menimbulkan respon panas dari ketiga komunitas
Bohdan Khmelnytsky dari Ukraina dan Tsar di semenanjung Krimea, dari pemerintah pusat
Rusia Aleksei Mikhailovich. Pada Februari 1954, Ukraina, dan dari pihak ketiga, Federasi Rusia.21
pemerintah Rusia mengeluarkan petisi kepada Orientasi pro-Rusia di Krimea merupakan
pemerintah Soviet untuk menyetujui transfer hasil kesadaran nasional populasi Rusia di
tersebut. Pada 19 Februari 1954, seluruh pihak semenanjung Krimea, sekaligus menimbulkan
yang berkepentingan di Rusia, Ukraina dan resiko separatisme di Krimea. Namun, gerakan
Krimea memperdebatkan isu tersebut, termasuk nasionalis ini cenderung tidak berkelanjutan
ketua dewan kota Simferopol dan Sevastopol, karena ketidakjelasan identitas Rusia dan Soviet.
dan P. Lyalin, Deputi Pertama Dewan Provinsi Kenyataannya, Krimea masih bersifat konfliktual
Krimea.19 Transfer wilayah Krimea kemudian bagi masa depan semenanjung itu. Pertama,
dibenarkan dengan beberapa kriteria antara tidak semua warga menginginkan Krimea pisah
dari Ukraina. Sementara itu, etnis mayoritas di
17
Ibid., hlm. 94.
Krimea menyuarakan aspirasi untuk bergabung
18
Ibid., hlm. 118.
19
Oblast adalah sebuah pembagian administratif yang dipakai ���
Marples dan Duke, op.cit., hlm. 271-272.
oleh negara-negara Slavia, sebuah istilah dari bahasa Rusia yang
artinya adalah “daerah”, “wilayah” atau “provinsi”. ��
Elena Mizrokhi, op.cit., hlm 3.

32 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 27–41 


dengan Rusia. Dalam situasi ini, muncul gagasan aktif dalam arena politik. Koalisi “Rusia” sendiri
dwi-kewarganegaraan, yang mengilustrasikan baru terbentuk pada tahun 1993.25
aspirasi warga di Ukraina Timur dan Barat, Di era reformasi Gorbachev (1984-
dalam rangka memperoleh status baru yang 1991) beberapa gerakan politik (pro-Ukraina,
mengakomodir aspirasi komponen Rusia di komunis, dan pro-Rusia) tumbuh di Krimea dan
wilayah Ukraina. Sikap warga Ukraina juga bertransformasi ke dalam partai politik. Partai-
bersifat ambivalen dimana para penduduk tertarik partai ini mulai dengan tuntutan restorasi otonomi
kepada Rusia dan Ukraina, tetapi tidak pernah Krimea, dengan mengedepankan status khusus
benar-benar berhubungan secara intens satu sama Krimea pada 1989, dan kemudian menuntut
lainnya. Penting untuk diperhatikan bahwa meski dilakukannya referendum regional mengenai
Rusia merupakan etnis mayoritas di Krimea, status semenanjung untuk bergabung dengan
namun bukan hanya mereka satu-satunya yang referendum nasional mengenai masa depan
menginginkan kebijakan yang lebih pro-Rusia di Ukraina pada 1 Desember 1991. Inilah untuk
wilayah Krimea, dan Ukraina secara keseluruhan. pertama kalinya Partai Komunis Krimea mulai
Oleh karena itu, bisa diungkapkan bahwa iklim memobilisir opini publik untuk mendukung
politik di wilayah itu merupakan “mirror- “penentuan nasib sendiri” (self-determination)
image” dari iklim etnis yang tidak sepenuhnya Krimea. Pemilu lokal pada Maret 1990,
pro-Ukraina ataupun pro-Rusia, tetapi berkisar mengonfirmasi peran Partai Komunis dalam
di antara keduanya. 22 Semenanjung Krimea, pemerintahan regional, dan perdebatan mengenai
dimana mayoritas warga etnis Rusia-nya tidak otonomi semakin intensif.26
sepenuhnya beraliansi dengan Rusia (seperti
Langkah nyata untuk merestorasi otonomi
kasus Abkhazia dan Ossetia Selatan), menjadi
diambil oleh Provinsi Soviet Krimea pada
simbol ambisi kekuasaan Rusia di semenanjung
September 1990, yang mengadopsi pernyataan
tersebut.
yang disampaikan ke Uni Soviet dan parlemen
tertinggi Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia
Tuntutan Otonomi Krimea berkaitan dengan keinginan untuk menghapus
Munculnya “separatisme Rusia” di Krimea keputusan yang dibuat pada 1945-46 dalam
mewarnai iklim politik di era 90an. Potensi hal perubahan status otonom Republik Soviet
konflik di Krimea muncul pada pertengahan Sosialis menjadi oblast, yakni unit administratif
1990 yang disebabkan oleh dua faktor. Pertama, yang secara hierarki berada di bawah republik.
minoritas Muslim Tatar23 yang mengalami sejarah Gerakan ini dipimpin oleh Nikolai Bagrov, ketua
pembersihan etnis dan yang terkini mengalami parlemen Krimea. Tuntutan yang berkaitan
diskriminasi sosio-ekonomi dan politik di dengan status Krimea mendapatkan momentum
bawah Ukraina. Faktor kedua yang mengancam setelah deklarasi Ukraina sebagai negara
keseimbangan di semenanjung adalah kehadiran berdaulat pada Juli 1990. Gerakan separatis
sejumlah besar minoritas Rusia 24 dimana yang ada sejak awal 1990, dimana kelompok
setelah runtuhnya Uni Soviet merasa “asing” di Rusia merepresentasikan gelombang terakhir,
dalam negara merdeka Ukraina. Kenyataannya, harus dipandang dalam konteks dan reaksi atas
“separatisme” Krimea, pada awalnya tidak nasionalisme Ukraina.27
diusung oleh etnis Rusia Krimea, melainkan oleh Dorongan untuk kemerdekaan di
etnis Tatar dan kelompok Komunis yang sangat semenanjung Krimea terus berlangsung. Parlemen
tertinggi Soviet Krimea mengeluarkan deklarasi
mengenai status hukum dan kenegaraan Krimea
���
Ibid, hlm. 4. dengan menyatakan bahwa penghapusan status
Berdasarkan hasil Sensus Ukraina 2001, populasi Tatar
��� otonomi Krimea adalah inkonstitusional dan
Krimea di wilayah Republik Otonom Krimea adalah 243.400
jiwa (12%) dari total populasi 2.024.000 jiwa. Mizrokhi, op.cit., hlm. 5.
��

Berdasarkan hasil Sensus Ukraina 2001, populasi etnis Rusia


���
Sasse, op.cit., hlm. 135.
��

di wilayah Republik Otonom Krimea adalah 1.180.400 jiwa


(58,3%) dari total populasi 2.024.000 jiwa. Ibid., hlm. 20.
��

Aneksasi Rusia di Krimea dan Konsekuensi bagi Ukraina | Indriana Kartini | 33 
mempertahankan status Krimea dalam bentuk kedua belah pihak, mendefinisikan Krimea
Republik Soviet Sosialis Otonom Krimea. Di sebagai bagian otonom dari Ukraina. Namun,
saat yang sama, para deputi sepakat mengadakan versi final dari perjanjian itu berbeda dengan
referendum mengenai status kemerdekaan versi awal. Hal ini dipandang oleh otoritas
Krimea pada 20 Januari 1991. Referendum yang Krimea dan Muslim Tatar sebagai pengkhianatan.
diikuti oleh 81,4% pemilik suara, menghasilkan Majelis Tatar menentang perjanjian pembagian
93,3% mendukung pembentukan Republik Soviet kekuasaan antara Ukraina dan Krimea karena
Sosialis Otonom Krimea. Namun, mayoritas etnis dilakukan tanpa persetujuan rakyat Tatar Krimea.
Tatar memboikot referendum dan menegaskan Mismanagement yang dilakukan Ukraina dalam
bahwa mereka juga berhak menentukan nasib perjanjian pembagian kekuasaan menjadi katalis
Krimea. Pembentukan Republik Soviet Sosialis bagi seruan otonomi Krimea sehingga insiden ini
Otonom Krimea pada 1991 merupakan restorasi meluas menjadi karakter separatis.31
Republik Soviet Sosialis Otonom pertama dan Ketegangan memuncak pada 5 Mei 1992,
terakhir kalinya yang didukung rakyat.28 tatkala Crimean Verkhovna Rada (Parlemen
Partai-partai lokal yang mendukung Krimea), yang dimotori oleh Yuri Meshkov,
kemerdekaan berupaya menggunakan momentum pemimpin Partai Republik Krimea mengadopsi
suksesnya referendum pertama. Referendum lokal UU Kemerdekaan Krimea dan konstitusi baru.
lainnya mengenai kemerdekaan Republik Krimea Parlemen juga melaksanakan referendum
dilakukan di awal 1992 dan dalam beberapa mengenai kemerdekaan pada 2 Agustus 1992.
bulan Gerakan Republik Krimea 29 berhasil Konstitusi Krimea yang baru sangat ambigu
mengumpulkan 180.000 tanda tangan sebagai karena menyatakan Republik sebagai sebuah
syarat hukum untuk melaksanakan referendum negara, namun juga menegaskan posisinya di
yang juga menjadi simbol konfrontasi langsung dalam Ukraina. Dengan mengadopsi konstitusi
dengan Ukraina. Tak lama kemudian, sebelum dan mengancam referendum kemerdekaan,
penentuan jadwal referendum diputuskan Nikolai Bargov menginginkan Kiev untuk
parlemen Krimea, Presiden Ukraina Leonid membuat konsesi dan bernegosiasi dengan
Kravchuk, mengeluarkan pernyataan keras tawaran yang lebih baik. Menanggapi hal ini,
menentang referendum dan menegaskan bahwa parlemen Ukraina melakukan intervensi. Pada
referendum diorganisir oleh separatis yang 13 Mei 1992, Parlemen Ukraina menolak UU
menginginkan situasi destabilisasi di antara Kemerdekaan Krimea dan menyatakan sebagai
rakyat Krimea, juga dalam hubungan Ukraina- inkonstitusional dan memerintahkan Parlemen
Krimea, serta hubungan Ukraina-Rusia. Dalam Krimea membatalkannya dalam waktu dua
situasi ini, baik pihak Ukraina maupun Krimea minggu. Presiden Kravchuk dan pemimpin
tidak siap untuk berkompromi.30 Krimea, Barghov, melakukan kompromi
Di saat pemimpin Krimea memfokuskan yang menyangkut tuntutan bahwa parlemen
diri dengan ambisi separatis, pemerintah pusat Krimea membatalkan referendum. Kedua pihak
Ukraina menginisiasi langkah awal menuju kemudian menyetujui status Krimea sebagai
negara federalis sebagai solusi atas ketegangan di bagian konstituen dari Ukraina yang kemudian
semenanjung. Parlemen Ukraina mengeluarkan dideklarasikan oleh Parlemen Krimea setelah
draft UU Pembagian Kekuasaan antara Ukraina Juni 1992. Setting politik di semenanjung ini
dan Republik Krimea. Dokumen yang disetujui kemudian menjadi penyebab munculnya gerakan
yang lebih radikal.32
���
Ibid., hlm. 138.
Kepentingan Strategis Rusia di Krimea
The Republican Movement for Crimea didirikan oleh
���

Yuri Meshkov pada 19 November 1992. Kemudian pada Keterlibatan Rusia dalam politik Krimea,
24 Oktober 1992 berubah menjadi the Republican Party of khususnya yang berkaitan dengan kemerdekaan
Crimea. Partai ini adalah partai politik separatis regional yang
memperjuangkan pemisahan diri Krimea dari Ukraina dan
bergabung dengan Rusia. 31
Ibid.
30
Mizrokhi, op.cit., hlm 6. 32
Ibid., hlm. 7.

34 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 27–41 


di semenanjung tersebut, merupakan akibat dari dari keputusan 1954. Selama kurun waktu 1992-
perasaan residual di antara politisi Rusia bahwa 1993, parlemen Rusia meningkatkan tuntutannya
Krimea adalah bagian dari sejarah dan wilayah atas Krimea dan Sevastopol. Akhirnya pada
integral Rusia. Federasi Rusia sulit menerima 23 Januari 1992, Duma dan Kementerian Luar
kemerdekaan Ukraina setelah pecahnya Uni Negeri menentang transfer Krimea ke Ukraina,
Soviet. Persepsi ini diyakini oleh kelompok yang menimbulkan protes keras dari Ukraina.
komunis dan nasionalis radikal Rusia. Deputi Hubungan Rusia-Ukraina memburuk setelah
Komunis Duma (Majelis Rusia) dan Deputi deklarasi ini. Wakil Presiden Rusia Alexander
Komite Duma untuk geopolitik, Yuri Nikiforenko Rutskoi mengunjungi Krimea pada 1992 dan
memberikan penjelasan mengenai reunifikasi menyerukan pemisahan wilayah dari Ukraina dan
Rusia dan Ukraina dalam debat pada bulan Maret sebulan kemudian parlemen Rusia mengeluarkan
1998 mengenai ratifikasi Perjanjian Persahabatan resolusi mendeklarasikan bahwa transfer Krimea
Rusia-Ukraina. Nikiforenko menegaskan bahwa ke Ukraina pada 1954 adalah ilegal. 36
Rusia tidak menginginkan separuh Ukraina, Aktifnya seruan Duma bagi kemerdekaan
melainkan seluruh Ukraina termasuk rakyatnya Krimea dan/atau reunifikasi dengan Rusia muncul
agar mendukung reunifikasi tersebut.33 Walikota setelah Meschkov memegang kekuasaaan di
St. Petersburg, Anatoly Sobchak, berargumen Krimea. Kerja sama antara Krimea dan Rusia
bahwa Krimea tidak pernah menjadi bagian ini memberikan tekanan ganda kepada Kiev.
Ukraina dan tidak ada dasar hukum atau moral Namun, politisi mainstream Rusia tidak tertarik
bagi Ukraina untuk mengklaim Krimea. 34 untuk mengusung persoalan status Krimea dalam
Opini publik tampaknya juga setuju dengan Ukraina, dan lebih mengutamakan status stasiun
pandangan nasionalistik ini. Dalam polling Armada Laut Hitam Rusia di Sevastopol. Dalam
yang diadakan pada 1992, 51% responden hal ini, Presiden Rusia Boris Yeltsin, menjaga
berpandangan Rusia dan Ukraina seharusnya jarak dari resolusi parlemen. Kenyataannya,
tergabung dalam satu negara, dan 31% anggota elit politik Rusia yang mendukung
berpandangan kedua negara tetap terpisah gerakan separatis Rusia di Krimea merupakan
tapi dengan perbatasan terbuka. Hanya 8% pengritik pemerintahan Yeltsin. Sementara
yang berpandangan bahwa kedua negara harus pemerintah Rusia menerapkan kebijakan
mengembangkan hubungan yang normal seperti moderat dalam persoalan di semenanjung
dengan negara lain (kontrol perbatasan, peraturan Krimea, namun Yeltsin, melalui Dubes Rusia
visa, pajak, dan lain-lain).35 di Ukraina, berpandangan bahwa Sevastopol,
Retorika nasionalis yang kuat dari stasiun Armada Laut Hitam harus disewakan
lingkungan tertentu politik Rusia diikuti oleh kepada Rusia. Dalam beberapa kesempatan,
resolusi legislatif. Pada pertengahan 1992, Yeltsin menegaskan bahwa persoalan Krimea
Komite Hubungan Luar Negeri dan Hubungan merupakan masalah internal Ukraina. Namun,
Ekonomi Eksternal diketuai oleh Vladimir Lukin, kebijakan aktual Kremlin, seringkali kontradiktif
salah satu pendiri partai liberal demokratik Rusia, dengan posisi resmi pemerintah dalam persoalan
Yabloko, mendistribusikan mosi nya kepada para Krimea. Misalnya, pada Mei 1992, perjanjian
penegak hukum Rusia bahwa keputusan yang pembagian kekuasaan akhirnya tercapai antara
dibuat parlemen tertinggi Soviet Rusia tahun delegasi parlemen Krimea dan Ukraina. Untuk
1954 adalah invalid dan tidak memiliki kekuatan merespons hal ini, Yeltsin, mengutus Rutskoi ke
hukum. Sebagai konsekuensinya, parlemen Krimea, sebagai ketua delegasi. Di Sevastopol,
Rusia melakukan pemungutan suara untuk Rutskoi, menegaskan kembali klaim Rusia atas
mengadopsi resolusi yang menginstruksikan dua Krimea, bahwa pandangan umum menyatakan
komitenya meninjau kembali konstitusionalitas bahwa semenanjung Krimea merupakan bagian
dari Rusia. Dalam hal ini, netralitas Yeltsin
33
Ibid., hlm. 8.
34
Sasse, op.cit., hlm. 15.
35
Mizrokhi, op.cit., hlm. 8. 36
Ibid.

Aneksasi Rusia di Krimea dan Konsekuensi bagi Ukraina | Indriana Kartini | 35 
dipertanyakan dengan melihat pernyataan Aneksasi Rusia di Krimea
utusannya sendiri.37 Aneksasi Rusia di Semenanjung Krimea pada
Tahun 1993 menandai perubahan dalam Februari dan Maret 2014, telah membawa
politik luar negeri Rusia, menjauhi, apa yang Eropa ke dalam krisis sejak berakhirnya Perang
disebut Andrei Kozyrev, orientasi atlantisis Dingin. Invasi Rusia di wilayah Ukraina ini
pro-Barat, menjadi lebih nasionalistik, yang merupakan eskalasi taktik yang telah digunakan
mencerminkan dukungan terhadap separatis Kremlin selama dua dekade terakhir dalam
Krimea. Pada pertengahan Juli 1993, ketika mempertahankan pengaruhnya di bekas wilayah
parlemen Rusia mengeluarkan instruksi untuk Uni Soviet. Sejak 1990an, Rusia telah mendukung
mempersiapkan draft UU “untuk mengabadikan secara langsung maupun berkontribusi dalam
status federal dari kota Sevastopol dalam pecahnya empat wilayah etnis di Eurasia, seperti
Konstitusi Federasi Rusia”, terdapat 166 suara Transnitria, sebuah negara di Moldova yang
mendukung, dan 1 suara menolak. Perubahan mendeklarasikan kemerdekaan, yang terletak di
ini terjadi setelah kemenangan partai Komunis antara Sungai Dniester dan Ukraina; Abkhazia,
dan nasionalis ekstrim pada pemilu Duma Rusia, di pantai Laut Hitam Georgia; Ossetia Selatan,
Desember 1993. Tentu saja, retorika Rusia atas di utara Georgia; dan Nagorno-Kharabakh,
isu Krimea ditujukan untuk “konsumsi” domestik wilayah pegunungan di barat daya Azerbaijan
di Rusia, khususnya untuk kemenangan pemilu. yang mendeklarasikan kemerdekaannya di bawah
Persepsi patriot Rusia bahwa Armada Laut Hitam perlindungan Armenia, menyusul terjadinya
dan persoalan Krimea saling berkaitan, menguat, perang sipil yang brutal. Dalam kasus ini,
salah satunya dipengaruhi oleh publikasi kutipan Moskow, telah menciptakan, apa yang disebut
surat yang dikirim oleh Lukin kepada Ruslan dengan “frozen conflict” di negara-negara ini,
Khasbulatov, ketua Parlemen Tertinggi Soviet dimana wilayah yang memisahkan diri berada di
Rusia yang merekomendasikan Krimea sebagai luar kontrol pemerintah pusat, sementara otoritas
kartu tawar dalam perselisihan mengenai armada. de facto lokal, menikmati proteksi dan pengaruh
Dalam konteks ini, elit puncak Rusia pasca Rusia.40
runtuhnya Uni Soviet, ingin memberi tekanan Hingga Rusia menganeksasi Krimea, situasi
kepada Ukraina melalui ancaman konflik sosial di semenanjung berjalan sesuai dengan skenario
di Krimea (dan keterlibatan militer Rusia di yang telah dikenal. Moskow menggunakan
dalamnya) dalam rangka mengamankan aksesnya ketegangan etnis dan menggelar kekuatan
ke Sevastopol.38 militer terbatas ketika terjadi kekisruhan politik,
Pada April 2010, dilakukan perjanjian antara sebelum mendorong revisi teritorial yang
pemerintah Ukraina dengan Rusia yang dikenal mengijinkan Moskow menginjakkan kakinya
dengan nama “Fleet for gas” sebagai barter di wilayah yang bertikai. Dalam kasus aneksasi
untuk perpanjangan masa penyewaan Armada Krimea, Rusia telah meninggalkan taktik lama
Laut Hitam Rusia di Sevastopol dimana Ukraina dan berani meningkatkan resiko. Keberanian
memperoleh diskon harga 30% untuk impor Rusia bertindak jauh di Krimea, dibandingkan
gas dari Rusia. Perjanjian yang ditandatangani dengan kasus-kasus sebelumnya, didorong
pada 21 April 2010 antara Presiden Yanukovych oleh faktor strategis Ukraina bagi Rusia dan
dengan Presiden Medvedev memutuskan bahwa keinginan kuat Presiden Rusia Vladimir Putin
Rusia mendapat konsesi perpanjangan masa sewa untuk menunjukkan konfrontasinya dengan
hingga 25 tahun setelah 2017 dengan tambahan 5 Barat, yang dipandang elit Rusia sebagai hipokrit
tahun masa sewa (dari 2042-2047).39 Perjanjian dan antagonistis terhadap kepentingan Rusia.
ini dianggap kontroversial di Ukraina. Dengan melihat intervensi Rusia di beberapa
bekas wilayah Soviet, dapat diasumsikan bahwa
37
Ibid., hlm. 9.
38
Ibid., hlm 9-10. April 2010, diakses pada tanggal 5 Oktober 2014.
39
Ivan Watson & Maxim Tkachenko, “Rusia, Ukraine Agree 40
Jeffrey Mankoff, “Russia’s Latest Land Grab: How Putin
on Naval Base-for-Gas Deal”, http://edition.cnn.com/2010/ Won Crimea and Lost Ukraine”, Foreign Affairs, Vol. 93, No.
WORLD/europe/04/21/russia.ukraine/index.html?hpt=T2, 21 3, Mei/Juni 2014.

36 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 27–41 


strategi yang dijalankan Rusia berhasil di masa Sebaliknya, Rusia menuntut perubahan politik
lalu. Namun, apabila diamati lebih jauh, setiap luar negeri di Azerbaijan, Georgia, dan Moldova,
kali Rusia mengancam integritas negara tetangga dengan berupaya menahan aspirasi Georgia untuk
dalam upaya mempertahankan pengaruhnya, bergabung dengan NATO. Melebihi konflik
hasilnya justru kontra produktif bagi Rusia. di awal 1990an dan di Georgia pada 2008,
Dukungan Moskow kepada gerakan separatis Kremlin menganggap aneksasi di Krimea sebagai
dalam perbatasan mereka, telah membuat serangan langsung terhadap Barat, termasuk
negara-negara seperti Azerbaijan, Georgia, dan juga Ukraina. Putin meyakini bahwa dirinya dan
Moldova, menghentikan ketergantungan mereka Rusia memperoleh hasil lebih, dari konfrontasi
terhadap Rusia dan memulai kerja sama dengan dengan AS dan Eropa, yakni konsolidasi posisi
Barat. Dalam konteks ini, Jeffrey Mankoff politiknya di Rusia dan meningkatkan status
mengungkapkan bahwa Ukraina kemungkinan internasional Moskow, ketimbang bekerja sama
akan mengikuti pola yang sama. Dengan dengan Barat.43
menganeksasi Krimea dan mengancam intervensi Meski terdapat perbedaan aksi dalam kasus
militer di wilayah timur Ukraina (Donetsk Krimea, namun yang tidak berubah dalam taktik
dan Luhansk), Rusia hanya akan mendorong Kremlin sejak masa Uni Soviet adalah pandangan
nasionalisme Ukraina dan mendorong Kiev paternalistik Rusia terhadap negara-negara
mendekatkan diri dengan Eropa.41 tetangga pasca Soviet. Rusia terus menganggap
Dalam beberapa kasus di atas, Rusia mereka sebagai wilayah pengaruhnya, dimana
melakukan intervensi ketika pengaruhnya Moskow memiliki “kepentingan khusus”,
terancam. Dalam beberapa kesempatan, Rusia seperti yang diungkapkan oleh PM Rusia Dmitry
secara konsisten mengklaim bahwa negaranya Medvedev. Di awal 1990an, pejabat Rusia
bertindak dalam kerangka tanggung jawab untuk menggambarkan negara-negara pecahan Soviet
melindungi (responsibility to protect) kelompok sebagai tetangga terdekat Rusia. Terminologi
minoritas yang terancam. Namun, dalam itu sekarang sudah tidak popular, tetapi dalam
kenyataannya, Rusia lebih mengedepankan benak elit Rusia masih berpandangan bahwa
keuntungan strategis dibandingkan dengan negara-negara bekas Soviet di Eropa Timur
pertimbangan humanitarian dan etnonasional. dan Eurasia tidak berdaulat penuh dan Moskow
Komitmen untuk melindungi etnis Rusia yang tetap memiliki hak spesial atas negara-negara
terancam dan populasi minoritas lainnya di luar tersebut. Dengan mempertahankan pengaruh
Rusia mungkin berhasil utuk konsumsi domestik, Rusia di negara-negara bekas Uni Soviet,
namun keinginan pemerintah Azerbaijan, membantu pemimpin Rusia mempertahankan
Georgia, dan Moldova untuk keluar dari orbit image kebesaran Rusia. Di bawah Putin, Rusia
geopolitik Rusia-lah yang menyebabkan Moskow berupaya untuk mengembangkan pengaruhnya
melakukan intervensi. Pada saat terjadi aneksasi dengan mendorong integrasi ekonomi dan
Krimea, Putin dan pemerintahannya secara hati- politik dengan negara-negara post-Soviet,
hati berbicara mengenai perlindungan terhadap melalui pembentukan Uni bea cukai dengan
“warga Rusia” (orang-orang yang mendapatkan Belarusia dan Kazakhstan. Rusia juga berupaya
paspor Moskow) dan “warga berbahasa Rusia” membentuk Uni Eurasia, blok supranasional baru
(termasuk mayoritas warga Ukraina) ketimbang yang diklaim Putin mengikuti model Uni Eropa
merujuk secara langsung pada “etnis Rusia”.42 yang akan dilucurkan pada tahun 2015, dimana
Penting untuk dicatat bahwa meski Rusia Belarusia dan Kazakhstan telah menandatangani,
merasa bebas melakukan intervensi politik dan sementara Armenia, Kyrgyzstan, dan Tajikistan
militer di semua kasus (kecuali di Krimea), Rusia telah menunjukkan ketertarikannya44.
tidak pernah secara formal melakukan aneksasi Putin berupaya mengubah blok Eurasia
wilayah atau mengganti pemerintah lokal. menjadi blok alternatif kultural dan geopolitik

41
Ibid. 43
Ibid.
42
Ibid. 44
Ibid.

Aneksasi Rusia di Krimea dan Konsekuensi bagi Ukraina | Indriana Kartini | 37 
bagi Barat dan Putin menegaskan bahwa blok ini politik internal, geopolitik, maupun ekonomi
tidak akan berarti tanpa keikutsertaan Ukraina di dalam bentuk hilangnya properti negara di
dalamnya. Impian Eurasia ini – dimana prospek semenanjung, termasuk sektor energi dan
perjanjian kerja sama antara Ukraina dan Uni pertambangan serta infrastruktur pelabuhan
Eropa pada November 2013 menjadikan Ukraina yang signifikan bagi eksportir Ukraina. Selain
tidak masuk dalam Uni Eurasia – menjadi itu, muncul pula permasalahan demarkasi.
perhatian besar Putin dan mendorongnya Secara de facto, perbatasan darat antara Ukraina
untuk memberikan konsesi kepada Presiden dan Krimea berada di antara wilayah Republik
Viktor Yanukovych berupa jaminan pinjaman Otonom Krimea dan wilayah Kherson Ukraina,
kepada Ukraina, dengan harapan Kiev menolak sepanjang 20 km. Rusia kemungkinan akan
tawaran dari Brussel. Namun, perkembangan berupaya mengambil alih sebagian wilayah
di Ukraina tidak sesuai dengan harapan Rusia. Arabat Spit yang merupakan bagian dari wilayah
Tindakan Yanukovych menolak menandatangani Kherson untuk mengontrol stasiun kompresor
perjanjian dengan Uni Eropa telah mengakibatkan pipa gas yang menyuplai Krimea. Negosiasi
protes yang berujung dengan digulingkannya awal mengenai batas perairan di Laut Azov tidak
Yanukovych dari kursi presiden. Ditambah lagi, lagi relevan mengingat titik awal pembagian
pada 21 Maret 2014, pemerintahan sementara wilayah perairan berubah secara fundamental.
Ukraina akhirnya menandatangani perjanjian Yang penting dilakukan adalah menentukan
dengan Uni Eropa. demarkasi wilayah perairan dan batas benua di
Meski Moskow memiliki berbagai cara yang barat Krimea, dimana terdapat ikan, minyak, dan
dapat digunakan untuk meluaskan pengaruh gas alam; dan untuk menentukan rute pelayaran
regionalnya, seperti ekspor energi dan ikatan ke pelabuhan Odessa, Belgorod, Nikolayev
perdagangan, tetapi dukungan terhadap gerakan dan Kherson. Ukraina tidak mau menunda
separatis merupakan senjata kuat. Negara-negara perundingan dalam persoalan ini karena jika
yang bergantung pada perlindungan Rusia, seperti hal itu dilakukan maka dapat diartikan sebagai
Abkhazia, Ossetia Selatan, Transnitria, dan pengakuan atas perubahan teritorial. Dalam hal
sekarang Krimea, berperan sebagai wilayah untuk ini, pemerintah Ukraina akan terus mempercepat
memproyeksikan pengaruh politik dan ekonomi demarkasi batas wilayah darat Ukraina/Rusia di
Rusia. Moskow tidak membantu Nagorno- luar Krimea, meski Moskow akan menghalangi
Karabakh secara langsung, namun membantu upaya tersebut.46
Armenia. Abkhazia, Ossetia Selatan, Transnitria Sementara itu, dari perspektif ekonomi,
mengizinkan Rusia untuk menempatkan pasukan efek hilangnya Krimea bagi Ukraina hanya
di wilayah mereka, begitu pula dengan Armenia. berpengaruh pada makro ekonomi dalam lingkup
Dalam hal ini, Abkhazia dan Ossetia Selatan terbatas (Krimea menyumbangkan 3,6% bagi
menjadi tempat bernaung sekitar 3.500 pasukan GDP Ukraina tahun 2013). Namun, hal ini akan
Rusia, serta sekitar 1.500 personel Federal mengakibatkan efek serius bagi sektor ekonomi
Security Service; Transnitria memiliki 1.500 tertentu yang disebabkan oleh pengambilalihan
tentara Rusia di wilayahnya; dan Armenia properti Ukraina yang terletak di semenanjung
memiliki sekitar 5.000 pasukan Rusia. Salah satu oleh pemerintahan Krimea. Hilangnya sektor
alasan penting mengapa Moskow menganeksasi energi lokal dan aset pertambangan merupakan
Krimea adalah nilai strategis semenanjung itu harga mahal yang harus dibayar Ukraina,
yang juga menjadi stasiun Armada Laut Hitam termasuk perusahaan Chomomornaftohaz.
Rusia.45 Perusahaan ini merupakan salah satu dari tiga
perusahaan tambang negara yang dimiliki oleh
Konsekuensi Lepasnya Krimea bagi NAK Naftogaz Ukraina dan salah satu perusahaan
Ukraina
46
Tadeusz A. Olszanski, Agata Wierzbowska-Miazga, “The
Bagi Ukraina, lepasnya Krimea menimbulkan consequences of the Annexation of Crimea,” http://www.osw.
beberapa konsekuensi, baik perubahan konstelasi waw.pl/en/publikacje/analyses/2014-03-19/consequences-
annexation-crimea, 19 Maret 2014, diakses pada tanggal 3
45
Ibid. Oktober 2014.

38 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 27–41 


yang memproduksi gas dalam waktu cepat di presiden dan pemilu parlemen. Sebelumya,
tahun 2014.47 Namun demikian, kerugian Ukraina Krimea dan Sevastopol memiliki 13 kursi di
akibat lepasnya produksi Chomomornaftohaz parlemen Ukraina. Hilangnya kursi anggota
tidak merubah keseimbangan gas Ukraina secara parlemen dari Krimea dan Sevastopol akan
fundamental. memperlemah kubu pro-Rusia di parlemen.
Lepasnya Krimea juga dikaitkan dengan Namun, hilangnya sejumlah 13 kursi di parlemen
berkurangnya zona ekonomi eksklusif Ukraina tersebut tidak akan mengancam jumlah kuorum
di Laut Hitam dan Laut Azov. Dalam prakteknya, di parlemen. Jika perwakilan Krimea yang
hal ini meniadakan kesempatan bagi Ukraina terpilih mengundurkan diri, maka hal ini tidak
untuk mengimplementasikan proyek ekstraksi mempengaruhi fungsi parlemen, mengingat kursi
hidrokarbon dari Laut Hitam yang telah mereka secara otomatis akan diisi oleh kandidat
direncanakan untuk dilakukan bersama dengan lainnya dari partai lain. Lebih lanjut, lepasnya
perusahaan Barat. Misalnya, di akhir 2013 Krimea akan mendorong perdebatan mengenai
Ukraina telah menandatangani perjanjian dengan masa depan negara Ukraina. Status Krimea akan
ENI dan EdF untuk ekstraksi gas alam dari menjadi permasalahan dalam diskusi tentang
bats benua di Selat Kerch; dan pada 19 Maret konstitusi baru Ukraina, mengingat mustahil
2013, perusahaan British Shell menarik diri dari mempertahankan UU lama yang berkaitan
negosiasi untuk penandatanganan kontrak dalam dengan otonomi Krimea.50
proyek ekstraksi hidrokarbon dari batas wilayah
Skifski di Laut Hitam.48 Sikap Barat atas Kasus Krimea
Konsekuensi ekonomi yang signifikan Setelah Krimea mendeklarasikan kemerdekaan
lainnya adalah perubahan kepemilikan perusahaan dari Ukraina, Rusia langsung bergerak cepat.
swasta yang beroperasi di Krimea. Kemungkinan Presiden Rusia Vladimir Putin meminta parlemen
terbesar adalah ekspansi bisnis Rusia dalam skala untuk meratifikasi perjanjian pada 18 Maret
besar yang tidak hanya berkaitan dengan otoritas 2014 untuk mengadopsi dua wilayah baru,
lokal. Dalam konteks ini, terdapat ketidakpastian Republik Krimea dan kota Sevastopol, ke dalam
mengenai status aset Krimea di masa depan yang teritori Rusia. Dua hari kemudian, diadakan
masih dimiliki kelompok bisnis besar Ukraina. referendum di Krimea dimana 96,77% pemilih
Pengusaha Ukraina seperti  Rinat Akhmetov, Rusia mendukung penggabungan Krimea dengan
Dmytro Firtash dan Andriy Klyuyev masih Rusia. Li Zhiguo, peneliti studi Rusia dari
memiliki bisnis di Krimea. Meskipun otoritas China Institute of International Studies (CIIS)
Krimea menegaskan bahwa mereka tidak akan mengungkapkan bahwa kepentingan Barat di
mengambil alih bisnis swasta, tetapi dalam kasus Ukraina tidak secara serius menggelar perang.
energi lokal, terdapat tanda-tanda kemungkinan Namun bagi Rusia, Krimea sangat penting untuk
nasionalisasi seluruh fasilitas listrik. Ditambah direbut meski dengan resiko perang.51
lagi, banyak pengusaha Ukraina yang memiliki Dalam konteks ini, negara-negara Eropa
perumahan mewah di Krimea dan menyewakan yang bergantung pada gas alam dari Rusia,
pantai dengan luas ribuan hektar di wilayah tidak akan mengambil upaya ekstrim melawan
pantai selatan Krimea.49 Rusia. Dalam pidato pada 19 Maret 2014, Putin
Dari perspektif politik domestik, konsekuensi mengungkapkan bahwa dia akan menghormati
lepasnya Krimea adalah bahwa persoalan tersebut keinginan rakyat Krimea, dengan menekankan
akan menjadi tema utama dalam perdebatan bahwa keputusan Krimea sejalan dengan hukum
politik Ukraina, termasuk dalam kampanye internasional, khususnya Artikel 1 Piagam
PBB yang menetapkan prinsip persamaan dan
47
Pada 2013 perusahaan ini meningkatkan produksinya menjadi
1,65 billion cubic metres (bcm), dimana dalam jangka pendek
dapat memenuhi kebutuhan gas di semenanjung, yang berkisar
antara 1,7 dan 2 bcm. 50
Ibid.
48
Ibid. Ding Ying, “Compromising Over Crimea - Moscow’s
51

Absorption of Crimea may Trigger a New “cool war” between


49
Ibid. Russia and the West”, Beijing Review, 27 Maret 2014.

Aneksasi Rusia di Krimea dan Konsekuensi bagi Ukraina | Indriana Kartini | 39 
penentuan nasib sendiri (self-determination).52 seorang pebisnis dengan pengalaman panjang
Namun demikian, Li Zhiguo mengungkapkan dalam pemerintahan, yang jauh mengungguli
bahwa situasi akan berbeda jika Barat berhenti mantan PM Yulia Tymoshenko. Poroshenko
menekan Rusia setelah Presiden Ukraina yang pro-Barat menjanjikan ikatan ekonomi dan
terguling, Viktor Yanukovych, mengumumkan politik yang lebih erat dengan negara-negara
diadakannya pemilu presiden lebih dini sebagai Barat. Namun, mengingat Rusia menyuplai
salah satu cara mengakhiri krisis politik pada 21 sebagian besar kebutuhan gas alam dan menjadi
Februari 2014.53 pasar terbesar Ukraina, maka Presiden Ukraina
Sementara itu, kekuatan politik di wilayah yang baru terpilih harus pula memperbaiki
barat Ukraina berniat untuk membersihkan hubungan dengan Rusia.
kekuatan pro-Rusia yang ada di wilayah timur Dalam konteks wilayah timur Ukraina yang
Ukraina, dan meningkatkan krisis politik di Kiev ingin mengikuti jejak Krimea, jika wilayah timur
yang membuat marah Rusia. Saat ini Putin ingin Ukraina dapat berbagi dalam proses politik
memberikan pelajaran kepada Barat yang telah Ukraina pasca pemilu, dimana Rusia masih
mendukung “Revolusi Oranye” di Ukraina pada memiliki suara dalam urusan domestik Ukraina,
2004.54 Dalam pidatonya, Putin terus menyerang maka Rusia tidak akan mengintervensi lebih
sikap hipokrit dan standar ganda yang dijalankan jauh dalam urusan politik domestik Ukraina.
AS. Dengan direbutnya Krimea yang dianggap Namun, jika kekuatan pro-Rusia tidak dilibatkan
Rusia sebagai “wilayahnya yang hilang”, reputasi dalam pemilu, maka Moskow akan terus
personal Putin sebagai pemimpin kuat dan mendukung keinginan wilayah timur Ukraina
tangguh semakin tinggi. untuk bergabung dengan Rusia. Mengingat
Dalam hubungan antara Barat dan Rusia, Barat tidak memiliki banyak kepentingan di
diprediksikan akan memasuki tahap “cool war”, Ukraina, maka kecil kemungkinan terjadi konflik
dimana pertentangan kedua pihak lebih lemah militer di Ukraina dalam kasus Krimea. Apalagi
ketimbang masa Cold War. Jika semua pihak tanpa bantuan Barat, Ukraina tidak memiliki
tetap berkomitmen untuk mendapat solusi politik, kemampuan untuk mengkonfrontir kekuatan
masih ada harapan bagi stabilitas regional. besar seperti Rusia.
Sementara itu, komunitas internasional khawatir Sebagai reaksi atas krisis Krimea, Presiden
bahwa referendum di Semenanjung Krimea akan AS Barack Obama mengungkapkan bahwa AS
memicu efek domino di timur Ukraina, dimana tidak akan mengambil tindakan militer di Ukraina
kota-kota yang pro-Rusia (Donetsk dan Luhansk) melawan Rusia. Obama juga menegaskan
akan mengikuti jejak Krimea dan mencoba bahwa AS mendorong hubungan terbuka antara
bergabung dengan Rusia.55 Ukraina, Rusia, dan Barat. Pada 5 Maret 2014,
Kekhawatiran dunia internasional akan efek Obama menegaskan bahwa masih terbuka ruang
domino masih terbuka, dengan melihat hasil bagi Ukraina untuk menjadi kawan bagi Barat
pemilu presiden Ukraina yang diadakan pada maupun Rusia. Obama juga mengingatkan
25 Mei 2014 lalu. Dalam pemilu tersebut, keluar Rusia untuk tidak ikut campur dalam urusan
sebagai pemenang adalah Petro Poroshenko, domestik Ukraina, meski mengakui bahwa
Rusia memiliki kepentingan yang “legitimate”
52
Ibid.
di negara tersebut.56
53
Ibid.
Penutup
54
Revolusi Oranye adalah serangkaian protes dan persitiwa
Untuk meredakan krisis di Krimea, pada 17
politik yang terjadi di Ukraina pada akhir November 2004
hingga Januari 2005, setelah pemungutan suara dalam pemilu April 2014, ditandatangani perjanjian antara
presiden Ukraina 2014 yang dipandang diwarnai oleh korupsi, Rusia, Ukraina, AS, dan Uni Eropa di Jenewa.
intimidasi terhadap pemilih. Revolusi ini sebagai respon
terhadap terjadinya kecurangan pemilu dengan tuntutan konkrit
Perjanjian ini tampaknya tidak akan sepenuhnya
untuk menolak hasil pemilu dan menuntut dilakukannya pemilu mengakhiri konflik di Ukraina, tetapi setidaknya
ulang dengan pengawas independen.
55
Ding Ying, op.cit. 56
Ibid.

40 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 27–41 


menunjukkan bahwa Kremlin dan White House sia’s Grand Gamble”. Chaire de recherche du
berupaya menghindari memburuknya situasi Canada.
regional. Perjanjian ini menuntut semua pihak Marples, David R. & David F. Duke. 1995. “Ukraine,
untuk menghindari penggunaan kekerasan, Russia, and the Question of Crimea”, Nation-
alities Papers 23(2).
intimidasi atau aksi provokasi. Di samping
itu, perjanjian ini memberikan amnesti kepada Mankoff, Jeffrey 2014. “Russia’s Latest Land Grab:
How Putin Won Crimea and Lost Ukraine”.
pemrotes yang menguasai gedung-gedung
Foreign Affairs 93(3).
pemerintah dan menyerahkan senjata mereka.
Pemerintah Ukraina menyetujui untuk melakukan
amandemen konstitusi dan melindungi hak-hak Surat Kabar dan Website
minoritas serta melakukan dialog nasional setelah VoA News. “Crimea Applies to Join Russia”. 17 Maret
2014 http://www.voanews.com/content/voting-
pemilu presiden 25 Mei 2014. Namun sayangnya,
under-way-in-Crimea-referendum-to-join-rus-
perjanjian ini tidak menjelaskan perlucutan sia/1872380.html.
senjata dan amandemen konstitusi secara lebih
Olszanski Tadeusz A., Agata Wierzbowska-Miaz-
detail.57 ga. “The consequences of the Annexation of
Dibalik kelemahannya, perjanjian ini Crimea”. 19 Maret 2014. http://www.osw.waw.
merefleksikan kesamaan tujuan masing-masing pl/en/publikacje/analyses/2014-03-19/conse-
pihak untuk menormalkan kembali situasi. Dalam quences-annexation-Crimea.
hal ini, Putin menyadari bahwa Barat tidak Liputan6. “Petro Poroshenko Umumkan Kemenangan
akan menolerir separasi selanjutnya di Ukraina pada Pilpres Ukraina”. 26 Mei 2014. http://m.
liputan6.com/news/read/2054588/petro-poro-
karena akan mengeliminir “buffer zone” antara
shenko-umumkan-kemenangan-pada-pilpres-
Rusia dan Eropa. Sementara itu, secara politik ukraina.
dan diplomatik, AS dan Uni Eropa tidak akan Watson, Ivan & Maxim Tkachenko. “Rusia, Ukraine
mengeluarkan keputusan PBB dengan efek Agree on Naval Base-for-Gas Deal”. 21
hukum, mengingat Rusia memiliki hak veto April 2010. http://edition.cnn.com/2010/
permanen sebagai anggota Dewan Keamanan WORLD/europe/04/21/russia.ukraine/index.
PBB. html?hpt=T2.
Ying, Ding. 27 Maret 2014. “Compromising Over
Crimea - Moscow’s Absorption of Crimea May
Daftar Pustaka Trigger a New “cool war” between Russia and
the West”. Beijing Review.
Buku ------, 1 Mei 2014. “A Fragile Foursome - The Ukrai-
Sasse, Gwendolyn. 2007. The Crimea Question: Iden- nian Crisis will Persist, but a Recent Four-Way
tity, Transition and Conflict. Cambridge: Har- Agreement May Not”. Beijing Review.
vard University Press.

Jurnal
Ryabchuk, Anastasiya. 2014. “Right Revolution?
Hopes and Perils of the Euromaidan Protests in
Ukraine”. Debatte: Journal of Contemporary
Central and Eastern Europe.
Korostelina, Carina. 2013. “The Multiethnic State-
building Dilemma: National and Ethnic Mi-
norities’ Identities in the Crimea”, National
Identities 5(2).
Mizrokhi, Elena. 2009. “Russian ‘separatism’ in
Crimea and NATO: Ukraine’s Big Hope, Rus-

Ding Ying, “A Fragile Foursome - The Ukrainian Crisis will


57

Persist, but a Recent Four-Way Agreement May Not”, Beijing


Review, 1 Mei 2014.

Aneksasi Rusia di Krimea dan Konsekuensi bagi Ukraina | Indriana Kartini | 41 
42 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 43–54 
IMPIAN TIONGKOK: NASIONALISME TIONGKOK MELINTAS
BATAS DALAM PEMBANGUNAN TIONGKOK

CHINA DREAM: CHINESE NATIONALISM ACROSS BORDERS IN


CHINA DEVELOPMENT

Hayati Nufus

Peneliti Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 10, Jakarta
E-mail: hayatii.nufus@gmail.com
Diterima: 29 Juli 2014; direvisi: 19 September 2014; disetujui: 3 Desember 2014

Abstract

China Dream, of which its core meaning is national rejuvenation of the Chinese nation, is the President Xi
Jinping’s slogan for governing China today. This paper analyzes the efforts of China's rejuvenation through the
China Dream slogan. Through this slogan, China wants to revive the past glory that once belonged to China and
to evoke a sense of nationalism within its society. Moreover, this idea also aims to strengthen the legitimacy of Xi
Jinping and the Chinese Communist Party in its domestic politics. One of the programs conducted by China to
realize its goal is to rebuild the Silk Road (by land and sea) through the idea of One Belt, One Road. Relating to
this, the revival of China is also an attempt to legitimize China’s position as a major power in international politics.

Keywords: China Dream, the rejuvenation of China, Silk Road, China Diplomacy.

Abstrak

Impian Tiongkok dengan kata kunci kebangkitan nasional bangsa Tionghoa merupakan slogan Presiden Xi
Jinping dalam memerintah saat ini. Tulisan ini menganalisis upaya kebangkitan Tiongkok melalui slogan tersebut.
Tujuan digunakannya slogan tersebut adalah untuk membangkitkan kembali kejayaan masa lalu yang pernah
dimiliki Tiongkok dan membangkitkan rasa nasionalisme rakyat. Selain itu, gagasan ini juga memiliki tujuan
untuk memperkuat legitimasi Xi Jinping dan Partai Komunis Tiongkok di dalam politik dalam negerinya. Salah
satu program yang dilakukan oleh Tiongkok untuk mewujudkan cita-citanya adalah dengan membangun kembali
Jalur Sutra melalui gagasan Satu Sabuk, Satu Jalur. Bila dikaitkan dengan pembangunan Satu Sabuk, Satu Jalur,
kebangkitan Tiongkok juga merupakan upaya untuk melegitimasi posisi Tiongkok sebagai negara besar di kancah
politik internasional.

Kata Kunci: Impian Tiongkok, Kebangkitan Tiongkok, Jalur Sutra, Diplomasi Tiongkok.

Pendahuluan hanya berfungsi sebagai pengungkap ide atau


Secara konseptual, slogan sebagai salah satu pikiran, tetapi juga dapat digunakan sebagai alat
simbol bahasa dapat dimanfaatkan sebagai penggerak atau menimbulkan dampak emosi
alat politik untuk mempertahankan kekuasaan. pada orang lain. Penggunaan slogan sebagai
Hal ini sesuai dengan pendapat Gorys Keraf visi dalam pemerintahan juga menjadi tradisi
(1990)1 yang menyatakan bahwa bahasa tidak turun-temurun yang masih terus dilakukan oleh

1
Gorys Keraf, Linguistik Bandingan Tipologis, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1990), hlm. 136.

Impian Tiongkok: Nasionalisme Tiongkok Melintas Batas ... | Hayati Nufus | 43 
para pemimpin Tiongkok hingga saat ini. Slogan- negara yang kuat, bangsa yang sejahtera, dan
slogan yang dipilih oleh pemimpin Tiongkok masyarakat yang bahagia.
digunakan untuk menarik perhatian rakyat dan Xi juga menyatakan bahwa Impian Tiongkok
juga sebagai alat untuk membangkitkan semangat bukan hanya milik bangsa Tionghoa saja.
di hati masyarakat Tiongkok. Selain itu, slogan Kesejahteraan yang ingin dicapai melalui Impian
yang dipilih juga dijadikan sebagai visi yang Tiongkok diharapkan dapat dirasakan oleh seluruh
menunjukkan arah kebijakan-kebijakan politik masyarakat di dunia. Inilah yang menjadikan
yang akan diambil oleh Tiongkok. Impian Tiongkok berbeda dengan Impian
Presiden Tiongkok generasi kelima, Xi Amerika (American Dream). 5 Kebangkitan
Jinping, tidak luput dari tradisi penggunaan Tiongkok dilakukan dengan damai, dengan
slogan sebagai visi pemerintahannya. Xi Jinping cita-cita agar dapat membawa keuntungan bagi
memilih slogan yang dikenal dengan : 中国梦 negara-negara berkembang lainnya yang ada di
zhōngguó mèng (Impian Tiongkok). Gagasan sekitar Tiongkok.
mengenai中 国 梦 zhōngguó mèng (Impian Salah satu program yang dilakukan oleh
Tiongkok) pertama kali disampaikan oleh Xi Tiongkok demi mewujudkan cita-cita tersebut
pada saat menghadiri sebuah pameran bertema adalah dengan pembangunan 一 带 一 路
Jalan Kebangkitan yang dilaksanakan pada yidai yilu (Satu Sabuk, Satu Jalur). Gagasan
tanggal 29 November 2012 di Museum Nasional tersebut mengandung dua agenda besar yaitu
Tiongkok. Xi Jinping memberikan penjelasan pembangunan Sabuk Ekonomi Jalur Sutra dan
lebih lanjut tentang gagasan tersebut dalam Jalur Sutra Maritim Abad 21.6
pidatonya pada acara penutupan Sidang Pertama
Jalur Sutra di masa lampau merupakan
Kongres Rakyat Nasional Tiongkok yang ke-12
jalur perdagangan yang sangat penting bagi
di Beijing. Semenjak saat itu, istilah中国梦
pengembangan ekonomi Tiongkok sejak
zhōngguó mèng (Impian Tiongkok) menjadi zaman dinasti. Berkaca dari sejarah pentingnya
sebuah istilah yang sering muncul di televisi, eksistensi Jalur Sutra sejak di masa lampau
media massa, maupun di papan-papan iklan ini, pemerintah Tiongkok memiliki keinginan
pinggir jalan-jalan Tiongkok. 2 Bahkan, pada untuk membangun dan menghidupkan kembali
bulan Desember 2012 media massa Tiongkok Jalur Sutra, sesuai dengan tujuan kebangkitan
menyebutkan bahwa karakter 梦 mèng (mimpi) dalam Impian Tiongkok. Presiden Xi Jinping
menjadi karakter yang paling banyak digunakan
menggunakan gagasan pembangunan kembali
sepanjang akhir tahun 2012.3
“Sabuk” dan “Jalan” Sutra abad 21 sebagai cara
Secara garis besar, perwujudan Impian untuk menghubungkan Tiongkok masa lalu
Tiongkok menurut Xi Jinping terdapat dalam dengan masa kini.7 Tidak dapat dipungkiri bahwa
kata kunci: kebangkitan besar bangsa Tionghoa. sejarah telah mencatat Jalur Sutra sebagai simbol
Xi Jinping menyatakan: “….我以为,实现中 kekuatan dan keberhasilan Tiongkok di masa
华民族伟大复兴,就是中华民族近代以来最 lampau. Presiden Xi mencoba mengingatkan
伟大的梦想....” “…Menurut saya, mewujudkan kembali dunia internasional akan kejayaan yang
kebangkitan besar bangsa Tionghoa merupakan pernah dimiliki oleh Tiongkok tersebut.
impian terbesar bangsa Tionghoa pada abad
ini….”.4Dalam rangka mewujudkan kebangkitan
bangsa Tionghoa tersebut, harus dibangun sebuah 5
Li Yu, “Yu Wujin: “Zhongguo Meng” Ji zaofu Zhongguo ye
zaofu shijie”, CSS Today, 29 Maret 2013, http://www.csstoday.
2
Joyce Lee, “Expressing the Chinese Dream”, The Diplomat, net/Item/58148.aspx , diakses pada tanggal 20 Mei 2014.
28 Maret 2014, http://thediplomat.com/2014/03/expressing-
the-chinese-dream/?img=1#postImage , diakses pada tanggal 6
Sun Dan, “Wei he Yi Dai Yi Lu?”, Economic Daily, 27
27 Juni 2014. September 2014, http://www.ce.cn/ztpd/xwzt/guonei/2014/
ydyl/wjzl/201409/27/t20140927_3610622.shtml , diakses pada
3
“Chasing the Chinese Dream”,. The Economist, 4 Mei 2013. tanggal 29 September 2014.
4
Sambutan Xi Jinping pada saat menghadiri pameran “Jalan 7
Sun Dan, “Wei he Yi Dai Yi Lu?”, Economic Daily, 27
Kebenaran”, Zhongguo Gongchandang Xinwen Wang 30 September 2014, http://www.ce.cn/ztpd/xwzt/guonei/2014/
November 2012, http://cpc.people.com.cn/n/2012/1130/ ydyl/wjzl/201409/27/t20140927_3610622.shtml , diakses pada
c64094-19746088.html , diakses pada tanggal 25 Juni 2014. tanggal 29 September 2014.

44 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 43–54 


Rancangan pembangunan Sabuk Ekonomi Keterbukaan), 三个代表 Sange daibiao (Tiga
Jalur Sutra dan Jalur Sutra Maritim Abad 21 Perwakilan), dan 科学发展观 Kexue fazhan
ini nantinya akan melewati banyak negara, guan (Konsep P embangunan I lmiah) di
baik di Eropa maupun di Asia. Indonesia masa lampau lebih bersifat teknis dan arahan
merupakan salah satu negara yang perairannya praktis. Sementara, konsep 中国梦 zhōngguó
akan dilalui oleh Jalur Sutra Maritim Abad mèng (Impian Tiongkok) yang digagas oleh
21. Jalur Sutra Maritim tersebut akan melewati Presiden Xi terlihat seperti ditujukan untuk
Selat Sunda dan Selat Malaka. Gagasan Jalur menginspirasi dan membangkitkan kembali
Sutra Maritim ini bersinggungan dengan visi semangat rakyat Tiongkok.
Presiden Jokowi untuk menjadikan Indonesia Hal yang menarik dari penggunaan slogan-
sebagai Poros Maritim Dunia. Peluang kerja slogan oleh para pemimpin Tiongkok adalah
sama pembangunan maritim terbuka lebar bagi bahwa slogan tersebut juga memiliki fungsi yang
Indonesia dan Tiongkok. Meskipun demikian, cukup penting bagi Partai Komunis Tiongkok
masih terdapat perdebatan di dalam negeri (PKT). Presiden Tiongkok yang sekaligus
kita apakah peluang kerja sama pembangunan menjabat sebagai Sekretaris Umum PKT
maritim tersebut akan menguntungkan Indonesia, menggunakan slogan untuk melegitimasi
atau justru akan mengganggu kepentingan kekuasaannya, dan untuk mendapatkan
nasional kita sendiri. kepercayaan masyarakat. Seperti pada masa
Sementara dari sisi Tiongkok, untuk dapat kepemimpinan Presiden Hu Jintao yang lalu
mewujudkan rencana pembangunan Satu Sabuk, (2002-2012), di tengah mulai munculnya
Satu Jalur, kepentingan negara-negara lain desakan serta tuntutan masyarakat Tiongkok
yang akan dilalui oleh jalur tersebut tentu tidak atas keadilan sosial, PKT meresponnya dengan
dapat dikesampingkan begitu saja. Gagasan mengeluarkan slogan-slogan seperti: 执 政
pembangunan dua Jalur Sutra ini mau tidak 为 民 Zhizheng wei min “memerintah untuk
mau akan membuat Tiongkok lebih aktif dalam rakyat”, 和谐社会 Hexie shehui “masyarakat
mengusahakan kerja sama agar negara-negara harmonis”, dan 科学发展观 Kexue fazhan guan
yang dilalui dapat mendukung kelancaran “konsep pengembangan ilmiah”. 8Penggunaan
pembangunan Jalur Sutra darat dan maritim. Kita slogan-slogan tersebut pada kenyataannya dapat
perlu memahami makna kebangkitan yang ingin meredam tuntutan masyarakat yang muncul pada
dicapai oleh Tiongkok melalui Impian Tiongkok saat itu. Dasar ideologi-ideologi “harmoni” yang
dan pembangunan Satu Sabuk, Satu Jalur berasal dari ide konfusianisme yang mengakar
tersebut. Dengan demikian, diharapkan kita dapat di tengah masyarakat dicoba untuk ditumbuhkan
lebih memahami maksud dan tujuan Tiongkok, kembali melalui slogan-slogan yang ada.
dan dapat memaknai kebangkitan Tiongkok Dengan menggunakan nilai-nilai yang dekat
sebagai sebuah peluang yang menguntungkan. dengan kehidupan masyarakat, partai dapat
Berdasarkan latar belakang seperti yang telah dengan mudah menarik kembali kepercayaan
dipaparkan di atas, tulisan ini bertujuan untuk rakyatnya.
menganalisis upaya kebangkitan Tiongkok Gagasan mengenai中国梦zhōngguó mèng
melalui Impian Tiongkok dalam pembangunan (Impian Tiongkok) yang dicetuskan oleh Xi
Satu Sabuk, Satu Jalur. Jinping tidak hanya semata-mata menggambarkan
visi Tiongkok di bawah pemerintahannya. Lebih
Makna中国梦 Zhongguo Meng (Impian jauh lagi, kita bisa melihat adanya usaha Xi
Tiongkok) bagi Xi Jinping dan Partai Jinping untuk menggunakannya sebagai alat
Komunis Tiongkok politik yang menguntungkan baginya dan bagi
Pemilihan slogan 中 国 梦 zhōngguó mèng PKT.
(Impian Tiongkok) sebagai visi Tiongkok oleh Xi
Jinping agak berbeda dengan apa yang dilakukan 8
Min Xinpei, “China’s rule by slogan is faltering”, Taipei Times,
oleh para pendahulunya. Slogan-slogan seperti 19April 2013, http://www.taipeitimes.com/News/editorials/
archives/2013/04/19/200356008/2, diakses pada tanggal 18
开 革 开 放 Kaige kaifang (Reformasi dan Juni 2014.

Impian Tiongkok: Nasionalisme Tiongkok Melintas Batas ... | Hayati Nufus | 45 
Penggunaan Impian Tiongkok berkaitan erat kembali peran partai dalam perkembangan
dengan tujuan Xi untuk menguatkan dukungan Tiongkok hingga saat ini.
rakyat atas posisinya sebagai pemimpin. Latar Sejarah mencatat bahwa Tiongkok pernah
belakang keluarga Xi, terutama ayahnya yang menjadi sebuah bangsa yang besar sejak masa
pernah mendapatkan “hukuman” atas tuduhan dinasti hingga abad ke-18. Baru pada saat
mengkhianati partai dapat menjadi bumerang imperialisme Barat mulai masuk melalui Perang
yang sewaktu-waktu menyerangnya. Tuduhan Candu pada tahun 1840 dan memaksa Tiongkok
atas ayahnya tersebut menempatkan posisi Xi untuk membuka pintu perdagangannya, kekuasaan
menjadi sulit untuk dapat diterima oleh PKT Tiongkok perlahan mulai mundur. Setelah Perang
sejak masa mudanya. Xi bahkan harus melewati Candu, Tiongkok mulai memasuki abad yang
10 kali pendaftaran dengan 9 kali ditolak untuk disebut dengan “abad penghinaan”. Wilayah yang
menjadi anggota PKT. Dengan posisinya semula berada di bawah kedaulatan Tiongkok
sebagai pemimpin Tiongkok saat ini, Xi harus menjadi terpecah-pecah dan terjajah. Di tengah
menunjukkan citra bahwa ia adalah tokoh yang desakan dan ancaman imperialisme Barat itulah
mengabdi dan bisa melebur dengan rakyat. rakyat Tiongkok kemudian mulai bangkit dan
Untuk itu melalui Impian Tiongkok, Xi Jinping melakukan perlawanan. Pembentukan Partai
menghubungkan takdir negara dengan nasib Komunis Tiongkok dan berdirinya Republik
masing-masing rakyatnya. Rakyat Tiongkok di bawah pimpinan Mao Zedong
Di samping untuk melegitimasi posisinya dianggap sebagai titik terbukanya jalan Tiongkok
sebagai pemimpin Tiongkok, konsep Impian untuk kembali mendapatkan apa yang menjadi
Tiongkok juga membawa pengaruh dalam haknya. Wilayah-wilayah yang semula diduduki
melegitimasi kekuatan PKT. Di tengah dinamika oleh pemerintah kolonial berhasil dimiliki
politik dan munculnya berbagai permasalahan di kembali.
dalam negeri Tiongkok, terutama permasalahan Dalam acara pameran Jalan Kebangkitan
kesenjangan sosial dan kemiskinan yang yang dilaksanakan pada 29 November 201210
tak kunjung usai, harapan kebangkitan dan dipaparkan gambaran mengenai penderitaan
kesejahteraan melalui slogan yang dihidupkan Xi yang dialami oleh masyarakat Tionghoa di
Jinping ini menjadi sebuah angin segar. Dengan bawah kolonialisme asing yang kemudian
penekanan bahwa Impian Tiongkok adalah mimpi berhasil “diselamatkan” oleh Partai Komunis
seluruh rakyat Tionghoa, lebih mudah bagi Xi Tiongkok. Sebagaimana yang disampaikan oleh
Jinping untuk mengasosiasikan mimpi masing- Xi: “每一个中国人想起那段历史都会感到
masing rakyat dengan mimpi negara. Rakyat pun 心痛”(Setiap warga Tiongkok yang teringat
akan menggantungkan impiannya pada partai akan masa sejarah (yang memilukan) itu akan
sebagai pemegang kekuasaan di negara. Hal ini merasa sakit hati).11
membuat posisi PKT dan negara menjadi sangat
Ada dua sisi emosi yang coba dibangkitkan
penting bagi rakyat.
oleh Xi Jinping melalui momen di atas. Pertama
Selain itu, Xi juga menggunakan slogan adalah perasaan sakit hati rakyat Tiongkok yang
Impian Tiongkok untuk membangkitkan rasa coba diingatkan kembali dengan memperlihatkan
nasionalisme dan perasaan cinta tanah air di “abad penghinaan” yang menjadi bagian dari
hati masyarakat Tionghoa. Tujuan utama dalam sejarah Tiongkok. Kedua adalah perasaan bangga
slogan tersebut adalah实现中华民族伟大复兴 atas berdirinya PKT yang menjadi penyelamat
(mewujudkan kebangkitan nasional bangsa bagi mereka dan kesadaran bahwa mereka
Tionghoa). 9 Bukan tanpa alasan Xi Jinping pernah menjadi bangsa yang besar. Kedua
menggunakan momen pameran Jalan Kebangkitan
10
Ren Xiaosi, The Chinese Dream: What It Means for China
untuk mengutarakan konsep kebangkitan nasional and the Rest of the World”, (Beijing: New World Press, 2013),
yang dimilikinya. Xi mencoba mengingatkan hlm. 5.
11
Leng, Rong, “Shenme Shi Zhongguo Meng, Zenme Lijie
9
“What does Xi Jinping’s China Dream mean?”, BBC, 6 Juni Zhongguo Meng”, 27 Juni 2014, http://paper.people.com.cn/
2013, http://www.bbc.com/news/world-asia-china-22726375 , rmrb/html/2014-06/27/nbs.D110000renmrb_01.htm , diakses
diakses pada tanggal 25 Juni 2014. pada tanggal 28 Juni 2014.

46 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 43–54 


perasaan tersebut menjadi sebuah kekuatan untuk menunjukkan “kebangkitan” dalam
spiritual tersendiri yang mampu membangkitkan Bahasa Mandarin yang digunakan oleh Xi dan
semangat nasionalisme di antara masyarakat Sun. Xi memilih menggunakan kata: 复 兴
Tiongkok. Dengan kepercayaan rakyat kepada fuxing, sedangkan Sun menggunakan kata
PKT, ditambah dengan jiwa nasionalisme yang 振兴 zhanxing. Kedua kata tersebut memang
semakin menguat di hati rakyat, Xi Jinping memiliki arti yang mirip, yaitu kebangkitan.
melalui gagasan Impian Tiongkok mencoba Perbedaannya adalah, kata 复 兴fuxing merujuk
menjadikan peran negara menjadi sangat penting pada makna “memulihkan atau mengembalikan
bagi rakyatnya untuk mewujudkan kehidupan pada kondisi kejayaan dan kemakmuran yang
bangsa yang kuat, rakyat yang sejahtera, dan sudah ada sebelumnya”, sedangkan kata 振
兴 zhenxing bermakna “membentuk atau
masyarakat yang bahagia.
menghasilkan kondisi jaya dan makmur yang
belum pernah ada sebelumya”.14
Kebangkitan Nasional Tiongkok : Dari
Melalui pemilihan kata yang digunakan
Sun Yatsen hingga Xi Jinping oleh Xi ini dapat dipahami bahwa kebangkitan
Gagasan mengenai kebangkitan bangsa Tionghoa nasional yang diinginkan oleh Impian Tiongkok
sebagaimana yang terkandung dalam Impian adalah dengan mengembalikan kejayaan dan
Tiongkok sebenarnya bukan merupakan hal kemakmuran yang pernah dimiliki oleh Tiongkok
baru.12 Semangat kebangkitan bangsa selalu sebelumnya. Pada masa pemerintahan Deng
mewarnai pemerintahan Tiongkok dari masa Xiaoping, fokus dari kebangkitan Tiongkok
ke masa. Hampir semua presiden Tiongkok diejawantahkan melalui seruan untuk “penyegaran
menggunakan landasan kebangkitan nasional kembali Tiongkok” yang digaungkan pada awal
Tiongkok pada masa pemerintahannya, hanya tahun 1980an. 15 Hal yang ditekankan oleh
saja konteks yang digunakan berbeda-beda. Deng pada saat itu adalah bagaimana membuat
Hanya pada masa Mao Zedong saja yang Tiongkok menjadi lebih kuat dan sejahtera. Maka
tidak menggunakan konsep kebangkitan dari itulah Deng menggagas konsep revolusi
bangsa Tionghoa di dalam pemerintahannya. dan keterbukaan Tiongkok. Selain itu, upaya
Gagasan mengenai kebangkitan nasional penyegaran Tiongkok juga lebih difokuskan
bangsa Tionghoa pertama kali digagas oleh Sun pada pembaruan yang dilakukan Tiongkok pasca
Yatsen sebelum terbentuknya Republik Rakyat kerugian yang dialami Tiongkok atas adanya
Tiongkok. Sementara di era modern, konsep Revolusi Kebudayaan16 dan kejahatan yang
kebangkitan nasional bangsa Tionghoa baru dilakukan oleh Gang of fours.17
digunakan kembali pada awal tahun 1980an.
Seruan mengenai kebangkitan nasional tersebut
14
Tim Perkamusan Indonesia-Tionghoa, Kamus Praktis
Indonesia-Tionghoa, Tionghoa-Indonesia. (Jakarta: Dian
menempatkan PKT sebagai pemegang tugas Rakyat, 2008)
utama dalam mengembalikan posisi kejayaan
Tiongkok.13
15
Zheng, op.cit.

Sun Yatsen, tokoh nasionalis Tiongkok, pada 16


Revolusi Kebudayaan atau yang disebut dengan 文化大革
masa perjuangan menuju Revolusi Tiongkok 命 (Wenhua Dageming) adalah pergolakan sosial besar-besaran
yang terjadi pada tahun 1966 sampai dengan tahun 1976. Masa
1911 pernah mengungkapkan seruan berupa : Revolusi Kebudayaan ini sering dianggap sebagai salah satu
振兴中华 Zhenxing Zhonghua “Kebangkitan masa suram dalam perkembangan Tiongkok, karena pada
Bangsa Tionghoa”. Jika dicermati sekilas masa ini terjadi “pembersihan” secara besar-besaran terhadap
orang-orang atau aparatur negara yang dianggap sebagai
memang gagasan yang diungkapkan oleh Xi “antek kapitalis”. Banyak terjadi kekacauan dan kekerasan,
Jinping tentang Impian Tiongkok sama persis banyak korban berjatuhan, dan warisan karya seni Tiongkok
dengan milik Sun Yatsen. Akan tetapi, perbedaan yang dianggap tidak sesuai dengan ruh komunisme juga
dihancurkan. Tiongkok mengalami kerugian yang besar akibat
yang mendasar adalah pada pemilihan kata adanya Revolusi Kebudayaan ini. Tokoh-tokoh yang dianggap
bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi pada masa ini
12
Leng, Rong, “Shenme Shi Zhongguo Meng, Zenme Lijie adalah Kelompok Empat (Gang of Fours) yang terdiri dari Jiang
Zhongguo Meng”, 27 Juni 2014, http://paper.people.com.cn/ Qing (Istri Mao Zedong), Zhang Chunqiao, Yao Wenyuan, dan
rmrb/html/2014-06/27/nbs.D110000renmrb_01.htm , diakses Wang Hongwen.
pada tanggal 28 Juni 2014.
17
Zheng, op.cit.
13
Ibid.

Impian Tiongkok: Nasionalisme Tiongkok Melintas Batas ... | Hayati Nufus | 47 
Sementara itu, setelah kepemimpinan Adapun yang dimaksud dengan jalan
Deng Xiaoping, konsep kebangkitan juga Tiongkok adalah jalan yang sesuai dengan
masih digunakan oleh Jiang Zemin dan Hu karakteristik Tiongkok. Satu-satunya jalan yang
Jintao. Presiden ketiga dan keempat Tiongkok dianggap sesuai dengan karakteristik Tiongkok,
ini menitikberatkan tujuan kebangkitan pada menurut Xi adalah dengan menggunakan
kekuatan Tiongkok di tingkat nasional dan standar sosialisme yang berkepribadian Tiongkok.
hidup yang lebih baik bagi masyarakat Tiongkok Sementara yang dimaksud dengan semangat
pada tingkat individual. Konsep ini dapat dilihat Tiongkok pada poin keharusan yang kedua
sebagai kelanjutan dari ide “penyegaran kembali adalah semangat mencintai tanah air. Dengan
Tiongkok” yang dicanangkan oleh Deng. Namun, adanya semangat cinta tanah air yang terus
penekanan kebangkitan Tiongkok bukan lagi dikembangkan di tengah-tengah masyarakat,
dilihat dari jatuhnya Tiongkok akibat Revolusi maka seluruh rakyat Tionghoa dapat bersatu.
Kebudayaan, tetapi mundur hingga fase sejarah Setelah seluruh masyarakat Tionghoa dapat
yang lebih terbelakang lagi, yaitu dengan melihat bersatu, maka kekuatan Tiongkok pun dapat
bagaimana kekuatan Barat pada masa kolonial terhimpun. Kekuatan yang terbentuk dari seluruh
menyebabkan keterbelakangan dan jatuhnya himpunan masyarakat Tiongkok inilah yang
kejayaan Tiongkok. menjadi kekuatan utama dalam perwujudan
Konsep kebangkitan berlandaskan nilai-nilai kebangkitan bangsa Tionghoa.19
sejarah tersebutlah yang kemudian dilanjutkan Dalam perwujudannya, Impian Tiongkok
oleh Xi Jinping dalam gagasan Impian Tiongkok. harus sejalan dan disesuaikan dengan cita-cita
Gagasan ini mengandung nilai sejarah yang partai dalam rancangan “dua abad” atau dua
tinggi. Semangat kebangkitan sudah dimiliki kali 100 tahun. Rencana “dua kali 100 tahun”
oleh bangsa Tionghoa bahkan sejak mereka yang dimaksud yaitu cita-cita Tiongkok untuk
dihadapkan pada Perang Candu ataupun perang mewujudkan “masyarakat kelas menengah”
melawan Jepang. Harapan akan Tiongkok yang pada tahun 2021 (100 tahun berdirinya PKT),
lebih baik, harapan akan kebahagian hidup serta mewujudkan “negara sosialis modern yang
generasi-generasi selanjutnya, membentuk kaya, kuat, demokratis, beradab, dan harmonis”
kekuatan dan semangat dalam diri masing- pada tahun 2049 (100 tahun berdirinya Republik
masing rakyat Tiongkok untuk mengusahakan Rakyat Tiongkok).20
kebangkitan Tiongkok. Oleh karena itu, gagasan Apa yang ingin dicapai oleh Impian
tentang Impian Tiongkok ini merupakan mimpi Tiongkok bukan hanya semata-mata membawa
yang penuh dengan harapan.18 keuntungan bagi rakyat Tiongkok saja. Xi
Sebagai panduan dalam mewujudkan mengungkapkan bahwa Impian Tiongkok
Impian Tiongkok, Xi memberikan prinsip 三 merupakan impian seluruh masyarakat Tionghoa
个必须 San ge bixu “3 keharusan” yang harus yang sejalan dengan impian seluruh masyarakat
dipatuhi, yaitu: di dunia.21 Bahwa mewujudkan sebuah bangsa
1. 必 须 走 中 国 道 路 Bixu zou Zhongguo yang sejahtera dan rakyat yang bahagia adalah
daolu Harus menempuh jalan Tiongkok. cita-cita seluruh negara yang ada di dunia.
Dalam mewujudkan cita-cita Impian Tiongkok
2 . 必 须 弘 扬 中 国 精 神 Bixu siyang
Zhongguo jingshen Harus dengan
19
Zhang Li, “San Ge Bixu: Shixian Zhongguo Meng de Bi
memelihara semangat Tiongkok.
Sheng Fabao”, Renmin Wang Lilun, 11 April 2013, http://
3. 必须凝聚中国力量 Bixu ningju theory.people.com.cn/n/2013/0411/c40537-21102009.html ,
diakses pada tanggal 25 Juni 2014.
Zhongguo liliang Harus menghimpun
kekuatan Tiongkok.
20
Leng Rong, “Shenme Shi Zhongguo Meng, Zenme Lijie
Zhongguo Meng”, Renmin Wang, 27 Juni 2014, http://paper.
people.com.cn/rmrb/html/2014-06/27/nbs.D110000renmrb_01.
htm , diakses pada tanggal 24 Juli 2014.
18
Sambutan Xi Jinping pada saat menghadiri pameran “Jalan
Kebenaran”, Zhongguo Gongchandang Xinwen Wang, 30 21
“Zhongguo Zhu Meng Zhi Lu Yu Shijie Tonghang”, Xinhua
November 2012, http://cpc.people.com.cn/n/2012/1130/ Net, 19 Agustus 2013, http://www.xinhuanet.com/world/
c64094-19746088.html , diakses pada 25 Juni 2014. jrch/20130819.htm , diakses pada tanggal 22 Februari 2014.

48 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 43–54 


ini, pada saat yang bersamaan Tiongkok juga lalu lintas yang padat. Tiongkok melihat potensi
akan berusaha mendorong dan membantu besar di wilayah perairan Indonesia tersebut
perkembangan negara-negara lain di dunia, untuk mendukung rencana pembangunan Jalur
khususnya negara-negara berkembang yang ada Sutra Maritimnya.
di sekitarnya. Tiongkok akan berbagi kesempatan Gagasan Satu Sabuk, Satu Jalur yang ingin
untuk berkembang dengan negara-negara lain. dibangun oleh Tiongkok mengacu pada Jalur
Dengan demikian hal tersebut akan membantu Sutra yang sudah ada sejak dulu. Sabuk Ekonomi
negara lain untuk mewujudkan impian mereka Jalur Sutra akan dibangun sesuai dengan Jalur
masing-masing. Sutra darat, sementara Jalur Sutra Maritim Abad
21 akan dibangun berdasarkan Jalur Sutra yang
Diplomasi Tiongkok dalam melalui laut. Jalur Sutra sendiri bukanlah hal
pembangunan Satu Sabuk, Satu Jalur yang baru bagi Tiongkok. Jalur ini sudah dibuka
Rencana pembangunan Satu Sabuk, Satu Jalur sebagai jalur penghubung ekonomi Tiongkok
merupakan program yang sangat mendukung sejak masa pemerintahan dinasti Han pada abad
terwujudnya cita-cita Tiongkok di atas. ke-3 SM. Akan tetapi, nama Jalur Sutra baru
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, dikenal setelah pada abad ke-18 Masehi disebut
Impian Tiongkok membawa nilai-nilai sejarah sebagai Jalur Sutra (The Silk Road) oleh seorang
yang besar. Pembangunan Satu Sabuk, Satu Jalur peneliti bernama Von Richtoven yang berasal
juga tidak dapat dilepaskan dari fase sejarah yang dari Jerman.23 Jalur ini memiliki kontribusi besar
pernah dilalui oleh Tiongkok. Program rancangan sebagai jantung perekonomian Tiongkok di masa
pembangunan Satu Sabuk, Satu Jalur tersebut lampau. Selain itu, Jalur Sutra juga menjadi
merupakan perwujudan paling nyata dalam penghubung antara Tiongkok dengan dunia luar,
pencapaian tujuan kebangkitan bangsa Tionghoa. membuka jalan bagi terjadinya hubungan dan
Tiongkok ingin membangkitkan kembali penyebaran kebudayaan dari Timur ke Barat,
kebanggaan dan kejayaan yang pernah dicapai atau sebaliknya.
melalui adanya Jalur Sutra. Keinginan untuk Jalur Sutra pada masa lampau terdiri dari
membangun dan menghidupkan kembali Jalur dua jalur besar, yaitu melalui darat dan laut. Jalur
Sutra pertama kali diungkapkan oleh Xi Jinping darat pun masih terbagi-bagi menjadi beberapa
pada saat mengadakan kunjungan kenegaraan jalur, melalui Tiongkok bagian utara, tengah, dan
di Kazakhstan pada bulan September 2013. Xi selatan. Jalur utara menghubungkan Tiongkok
lalu menegaskan lagi inisiatifnya untuk kembali dengan Eropa sampai Laut Mati, jalur tengah
membangun Jalur Sutra pada saat berkunjung ke menghubungkan Tiongkok dengan Eropa hingga
Indonesia pada bulan Oktober 2013.22 tepian Laut Mediterania, sedangkan jalur selatan
Bukan tanpa alasan jika Xi memilih menghubungkan Tiongkok dengan Afghanistan,
menyampaikan gagasan pembangunan Satu Iran, dan India. Sementara itu, Jalur Sutra yang
Sabuk, Satu Jalur ini di Kazakhstan dan dilalui oleh kapal-kapal pelayaran melalui jalur
Indonesia. Dua negara ini adalah dua negara laut dimulai dari kota Guangzhou yang terletak
yang memiliki potensi yang besar bagi Tiongkok. di Tiongkok bagian selatan menuju ke Selat
Kazakhstan menjadi penghubung Tiongkok Malaka, Srilanka, India, terus hingga ke pantai
dengan negara Asia Tengah yang lain seperti Iran, timur Afrika.24 Berikut Gambar 1. Adalah Peta
dan Turkmenistan hingga Teluk Persia. Sumber Jalur Sutra kuno yang dimiliki oleh Tiongkok.
daya alam yang dimiliki negara-negara tersebut
juga cukup besar. Sementara, letak geografis
Indonesia berada pada jalur strategis perairan 23
Heri Ruslan, “Menelusuri Jalur Sutra”, Republika Online,
internasional. Perairan Indonesia merupakan 3 November 2013, http://www.republika.co.id/berita/dunia-
salah satu perairan internasional dengan arus islam/khazanah/13/11/03/mvova0-menelusuri-jalur-sutra,
diakses pada tanggal 14 Februari 2014.
22
Li Yu, “Yu Wujin: “Zhongguo Meng” Ji zaofu Zhongguo ye 24
“Jalan Sutra”, CRI Online, 1 Mei 2014, http://indonesian.
zaofu shijie”, CSS Today, 29 Maret 2013, http://www.csstoday. cri.cn/chinaabc/chapter14/chapter140501.htm , diakses pada
net/Item/58148.aspx , diakses pada tanggal 20 Mei 2014. tanggal 14 Juni 2014.

Impian Tiongkok: Nasionalisme Tiongkok Melintas Batas ... | Hayati Nufus | 49 
Sumber : http://images.takungpao.com/2014/0407/20140407023229164.jpg diakses pada tanggal
22 Juni 2014.

Gambar. 1. Peta Jalur Sutra Kuno Tiongkok

Dapat dilihat pada peta di atas bahwa Tengah dan Eropa. Sementara, Jalur Sutra
jalur yang dilalui oleh Jalur Sutra bukan hanya Maritim rencananya akan menghubungkan jalur
mencakup negara-negara di Asia saja, tetapi juga perdagangan melalui pelayaran sebagaimana
melewati negara-negara di Eropa. Jalur ini tentu yang ditunjukkan oleh garis biru putus-putus
menjadi bukti keberhasilan Tiongkok yang pada pada gambar. Jalur tersebut akan menghubungkan
saat itu sudah dapat menjangkau wilayah-wilayah pelabuhan-pelabuhan yang ada di Tiongkok
yang jauh darinya. Selain itu, jalur tersebut dengan Samudra Hindia, Teluk Persia, Laut
memberikan banyak keuntungan ekonomi bagi Merah, hingga ke Teluk Aden.25
Tiongkok melalui perdagangan yang dilakukan Jika dibandingkan antara Gambar 1 dan
dengan negara-negara yang dilewati. Gambar 2, dapat dilihat bahwa cakupan wilayah
Konsep rancangan Satu Sabuk, Satu Jalur yang nantinya akan dilalui oleh Jalur Sutra yang
yang akan dibangun oleh Tiongkok tidak berbeda baru lebih banyak dari pada Jalur Sutra kuno
jauh dengan Jalur Sutra yang sudah ada. Untuk Tiongkok. Ada keterhubungan antara Sabuk
lebih jelas, rancangan pembangunan Sabuk Ekonomi Jalur Sutra dan Jalur Sutra
Ekonomi Jalur Sutra dan Jalur Sutra Maritim Maritim Abad 21. Ini artinya, lebih banyak
Abad 21 dapat dilihat pada Gambar 2. negara-negara yang akan dirangkul dalam
Pada Gambar 2, garis putus-putus merah kerja sama oleh Tiongkok. Hubungan antara
menunjukkan jalur yang akan dibangun oleh Tiongkok dengan negara-negara di Asia ataupun
Tiongkok melalui Jalur Sutra Darat atau negara berkembang lain yang dilalui oleh jalur
Sabuk Ekonomi Jalur Sutra. Jalur ekonomi tersebut akan membawa pengaruh yang cukup
tersebut membentang dari Xi’an, Tiongkok penting dalam memfasilitasi Tiongkok untuk
hingga ke Venesia, Italia. Jalur Sutra darat ini
akan menghubungkan Tiongkok dengan Asia 25
Ruslan, op.cit.

50 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 43–54 


Sumber : http://www.xinhuanet.com/world/newsilkway/ diakses pada tanggal 22 Juni 2014.

Gambar. 2. Rancangan Pembangunan “Sabuk Ekonomi Jalur Sutra” dan “Jalur Sutra Maritim Abad 21”

mewujudkan kebangkitannya sesuai dengan Sehubungan dengan upaya mewujudkan


cita-cita Impian Tiongkok. kebangkitan nasional Tiongkok melalui
Inisiatif pembangunan kembali Jalur Sutra pembangunan Satu Sabuk, Satu Jalur, Tiongkok
darat dan laut menurut Xi Jinping adalah gagasan melakukan perubahan yang cukup signifikan
yang sesuai dengan keinginan mempercepat dalam arah diplomasi dan politik luar negerinya.
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan Dalam tulisannya mengenai lima keberhasilan
masyarakat Tiongkok ataupun masyarakat di diplomasi Tiongkok pada tahun 2014, Dingding
negara-negara yang akan dilalui jalur tersebut. Chen 28 menyatakan salah satu keberhasilan
Pembangunan Sabuk Ekonomi Jalur Sutra diplomasi Tiongkok adalah terbentuknya strategi
dan Jalur Sutra Maritim Abad 21 diharapkan besar diplomasi Tiongkok yang baru. Strategi
dapat menyediakan platform yang besar untuk besar diplomasi Tiongkok yang baru tentunya
pengembangan kerja sama secara inklusif, yang dilandasi oleh visi Impian Tiongkok. Gagasan
dilandasi oleh adanya kesamaan budaya dan kebangkitan Tiongkok membuat diplomasi
ikatan sejarah yang mendalam.26 Bagi Tiongkok, Tiongkok menjadi lebih terbuka. Tiongkok
kerja sama dalam kerangka Satu Sabuk, Satu menjadi lebih percaya diri dan lebih aktif dalam
Jalur ini merupakan kunci penting yang akan diplomasinya. Hal ini berbeda dengan diplomasi
mendorong perkembangan secara global, bukan Tiongkok pada masa Mao Zedong dan Deng
hanya bagi Tiongkok saja.27 Xiaoping yang cenderung “keeping the low
profile”.29
26
Huang Rui, “Xi Jinping: Jiakuai Tuijin Sichou Zhi Lu Jingji
Dai he 21 Shiji Haishang Sichou Zhi Lu Jianshe”, Xinhua Net, connectivity-44022 , diakses pada tanggal 5 Oktober 2014.
6 November 2014, http://news.xinhuanet.com/politics/2014- 28
Chen Dingding, “The Top 5 Achievements of Chinese
11/06/c_1113146840.htm , diakses pada tanggal 5 Oktober 2014.
Diplomacy in 2014”, The Diplomat, 31 Desember 2014, http://
27
Muhammad Zamir, “Chinese ‘Silk Road’ Initiative for thediplomat.com/2014/12/the-top-5-achievements-of-chinese-
Wider Connectivity”, The Daily Star, 1 Oktober 2014 http:// diplomacy-in-2014/ , diakses pada tanggal 5 Oktober 2014.
www.thedailystar.net/chinese-silk-road-initiative-for-wider- 29
Muhammad Zamir, “Chinese ‘Silk Road’ Initiative for

Impian Tiongkok: Nasionalisme Tiongkok Melintas Batas ... | Hayati Nufus | 51 
Diplomasi Tiongkok yang lebih aktif ini dalam menghadapi perselisihan dengan negara
sesuai dengan apa yang disampaikan oleh lain. Jika terjadi sengketa dalam kerja sama,
Xi Jinping dalam Konferensi yang diadakan Tiongkok harus mengutamakan penyelesaian
oleh PKT dalam rangka membahas tentang konflik dengan jalan dialog atau konsultasi.33
perkembangan politik luar negeri Tiongkok pada Hal penting lain yang menjadi prioritas
tanggal 28-29 November 2014 di Beijing.30Xi Tiongkok dalam diplomasinya adalah menjalin
menyampaikan bahwa interaksi Tiongkok dengan hubungan yang baik dengan negara-negara
komunitas-komunitas internasional menjadi berkembang, terutama negara-negara yang
lebih dekat apabila dibandingkan dengan tahun- berbatasan langsung dengan Tiongkok. Prioritas
tahun sebelumnya. Menurut Xi, Tiongkok saat ini tentu bisa dipahami terkait dengan program
ini sedang berada pada tingkatan yang sangat pembangunan Satu Sabuk, Satu Jalur Tiongkok.
krusial dalam era perkembangannya. Maka Asia Timur dan Asia Tenggara adalah negara-
dari itu, Tiongkok harus mampu menyejajarkan negara yang paling dekat dengan Tiongkok.
diri dalam perkembangan global untuk dapat Tiongkok menyadari bahwa kekuatan wilayah
mempertahankan atau bahkan meningkatkan regional juga berperan penting bagi Tiongkok.
perkembangan negaranya sendiri. 31Namun Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok menyatakan
demikian, Xi berpesan bahwa dalam memandang bahwa pada tahun 2013 jumlah perdagangan
perkembangan global, Tiongkok tidak boleh Tiongkok dengan negara di Asia Timur dan
mengesampingkan pandangan-pandangan dan Asia Tenggara mencapai 1,14 juta USD. 34
nilai-nilai yang menjadi karakteristik Tiongkok. Angka tersebut melampaui angka perdagangan
Dalam menentukan arah pembangunannya, Tiongkok dengan Amerika ataupun dengan Uni
Tiongkok juga harus menimbang masalah Eropa.
kepentingan domestik dan internasional, dan
Tiongkok sadar bahwa negara-negara di
harus tetap menjunjung prinsip perkembangan
kawasan Asia-Pasifik merupakan kawasan
secara damai.
yang memiliki potensi besar untuk mendukung
Selain mengutamakan perkembangan secara perkembangannya dari segi ekonomi.
damai, dalam diplomasi barunya ini Tiongkok Pembangunan Satu Sabuk, Satu Jalur salah
juga mengembangkan konsep kerja sama “win- satunya tentu bertujuan untuk memanfaatkan
win cooperation” dalam berhubungan dengan potensi di kawasan Asia Pasifik tersebut. Selain
negara-negara di sekitarnya.32Konsep kerja sama itu, Tiongkok juga mengeluarkan inisiatif
tersebut dilakukan dengan berlandaskan pada pembangunan Bank Investasi Infrastruktur Asia.
persahabatan, ketulusan, keuntungan bersama, Inisiatif-inisiatif yang mengarah pada kerja
dan inklusifitas. Kerja sama tersebut juga harus sama ini dapat dipahami mengingat Tiongkok
dilandaskan pada prinsip menjunjung tinggi memiliki ketergantungan kepada negara-
hukum, menghargai prinsip nonintervensi dalam negara disekitarnya dalam hal pemenuhan
urusan internal negara lain, serta menghargai kebutuhannya akan bahan produksi mentah,
pilihan independen negara lain. Tiongkok juga pasar, investasi, dan teknologi. Kedamaian dan
harus mengutamakan penyelesaian secara damai kestabilan di kawasan tersebut perlu dijaga
untuk mempertahankan keberlangsungan
Wider Connectivity”, The Daily Star, 1 Oktober 2014 http:// pembangunan Tiongkok. Salah satu cara
www.thedailystar.net/chinese-silk-road-initiative-for-wider-
connectivity-44022 , diakses pada tanggal 5 Oktober 2014. menjaga kedamaian tersebut dilakukan dengan
mengikat negara-negara di sekitar Tiongkok
30
“The Central Conference on Work Relating to Foreign Affairs
was Held in Beijing”, 29 November 2014, http://www.fmprc. dalam kerangka kerja sama ekonomi. Selama
gov.cn/mfa_eng/zxxx_662805/t1215680.shtml , diakses pada Tiongkok masih memiliki kebutuhan tersebut,
tanggal 1 Oktober 2014.
31
Chen Dingding, “The Top 5 Achievements of Chinese 33
Ibid.
Diplomacy in 2014”, The Diplomat, 31 Desember 2014, http://
thediplomat.com/2014/12/the-top-5-achievements-of-chinese- 34
Liu Zhenmin, “Wei Yazhou de Wending yu Fanrong Gongxian
diplomacy-in-2014/ , diakses pada tanggal 1 Oktober 2014. Zhongguo Liliang”, Renmin Wang, 28 April 2014., http://
politics.people.com.cn/n/2014/0428/c1001-24948393.html ,
32
Ibid. diakses pada tanggal 22 Mei 2014.

52 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 43–54 


maka arah diplomasi dan kerja sama Tiongkok dapat dilihat dari segi politik dalam negeri dan
pun tentunya masih akan mengutamakan politik luar negeri Tiongkok.
prinsip pembangunan secara damai dan win-win Xi Jinping menggunakan Impian Tiongkok
cooperation. untuk mendapatkan dukungan rakyat dan
Namun, melihat kecenderungan Tiongkok, melegitimasi posisinya sebagai pemimpin. Tujuan
sepertinya terdapat ambivalensi jika dikaitkan tersebut dicapai dengan cara membangkitkan
dengan sikapnya yang cenderung asertif rasa cinta tanah air dan nasionalisme di hati
jika menyangkut persoalan kedaulatan dan rakyat. Xi sangat memerlukan dukungan
kepentingan nasionalnya. Contohnya di dalam dan legitimasi yang kuat mengingat adanya
kasus sengketa yang terjadi di Laut Tiongkok catatan kelam dalam sejarah latar belakang
Timur dan Laut Tiongkok Selatan yang sampai ayah Xi Jinping yang pernah dituduh menjadi
saat ini belum menemukan penyelesaian. Ideologi “pengkhianat partai”. Selain menjadi legitimasi
mengenai kebangkitan kembali Tiongkok bagi dirinya sendiri, dari segi politik domestik
menjadi cukup mengkhawatirkan bagi negara- Tiongkok, gagasan ini juga dimanfaatkan oleh
negara sekitarnya. Seperti yang sudah dijelaskan Xi untuk memperkuat legitimasi PKT. Di tengah
di atas, konsep kebangkitan Tiongkok yang ingin munculnya berbagai desakan dari rakyat terkait
dicapai yaitu mengembalikan kejayaan atau tuntutan demokrasi, rule of law, pengentasan
keberhasilan yang sebelumnya pernah dimiliki kemiskinan, dan lain sebagainya, Xi Jinping
oleh Tiongkok. Sembilan garis putus-putus ingin mengingatkan rakyat Tiongkok pada peran
yang dijadikan klaim kepemilikan Tiongkok di besar PKT dalam menyelamatkan Tiongkok dari
perairan Laut Tiongkok Selatan menggunakan kesengsaraan di masa “abad penghinaan”. Xi
dasar sejarah bahwa Tiongkok sudah memiliki menggunakan perasaan nasionalisme dan cinta
wilayah tersebut sejak masa lampau. Jika tanah air rakyat Tiongkok untuk mendapatkan
Tiongkok tidak bisa menyelesaikan sengketa kembali kepercayaan mereka terhadap PKT
Laut Tiongkok Timur dan Selatan, suatu saat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam
permasalahan tersebut akan menjadi bumerang pemerintahan Tiongkok. Dengan adanya harapan
dan mengganggu program Satu Sabuk, Satu yang dibawa oleh Impian Tiongkok, Xi mencoba
Jalur yang dibangun atas dasar kerja sama meredam gejolak yang ada di dalam negerinya.
dengan beberapa negara yang juga terlibat dalam Dalam konteks politik internasional,
kasus sengketa itu. Untuk dapat memperlancar upaya pembangunan Satu Sabuk, Satu Jalur
program pembangunan Sabuk Ekonomi Jalur merupakan manifestasi paling nyata dari gagasan
Sutra dan Jalur Sutra Maritim Abad 21, Tiongkok kebangkitan Tiongkok. Upaya pembangunan
harus mampu meyakinkan negara-negara di tersebut bisa dilihat sebagai upaya Tiongkok
sekitarnya bahwa kebangkitan Tiongkok tidak untuk melegitimasi langkahnya dalam menguasai
akan membawa malapetaka bagi negara-negara perekonomian dunia. Pembangunan Satu
lain di dunia. Sabuk, Satu Jalur menjadi alat ekonomi yang
digunakan oleh Tiongkok untuk memanfaatkan
Penutup sebesar-besarnya potensi yang ada di kawasan
Secara konseptual, slogan dapat digunakan di sekitarnya. Selain itu. Satu Sabuk, Satu Jalur
sebagai alat untuk mencapai tujuan politis dalam konteks Impian Tiongkok juga digunakan
tertentu. Xi Jinping memformulasikan kembali sebagai alat politik luar negeri Tiongkok untuk
konsep kebangkitan nasional Tiongkok yang menjalin hubungan di tingkat internasional.
telah ada untuk mencapai tujuan-tujuan politisnya
dan memperkuat posisinya sebagai pemimpin Daftar Pustaka
baru Tiongkok. Formulasi kebangkitan nasional
bangsa Tionghoa disarikan Xi Jinping dalam Buku
bentuk slogan Impian Tiongkok. Tujuan yang
Keraf, Gorys. 1990. Linguistik Bandingan Tipologis.
ingin dicapai oleh Xi melalui slogan tersebut Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Impian Tiongkok: Nasionalisme Tiongkok Melintas Batas ... | Hayati Nufus | 53 
Ren, Xiaosi. 2013. The Chinese Dream: What It Min, Xinpei. “China’s rule by slogan is faltering”. Tai-
Means for China and the Rest of the World”. pei Times. http://www.taipeitimes.com/News/
Beijing: New World Press. editorials/archives/2013/04/19/200356008/2.
Tim Perkamusan Indonesia-Tionghoa. 2008. Kamus Ruslan, Heri. “Menelusuri Jalur Sutra”. Republika
Praktis Indonesia-Tionghoa, Tionghoa-Indone- Online. http://www.republika.co.id/berita/du-
sia. Jakarta: Dian Rakyat. nia-islam/khazanah/13/11/03/mvova0-menel-
usuri-jalur-sutra.
Jurnal “Sambutan Xi Jinping pada saat menghadiri pameran
‘Jalan Kebenaran’”. Zhongguo Gongchan-
Wang, Zheng. 2014. “The Chinese Dream: Concept
dang Xinwen Wang. http://cpc.people.com.
and Context”. Journal of Chinese Political Sci-
cn/n/2012/1130/c64094-19746088.html.
ence, 19: 1-13.
Sun, Dan. “Wei he Yi Dai Yi Lu?”. Economic Daily,
http://www.ce.cn/ztpd/xwzt/guonei/2014/ydyl/
Surat Kabar dan Website wjzl/201409/27/t20140927_3610622.shtml.
Chen, Dingding. “The Top 5 Achievements of Chi- The Economist. 2013. “Chasing the Chinese Dream”.
nese Diplomacy in 2014”. The Diplomat, http:// 4 Mei.
thediplomat.com/2014/12/the-top-5-achieve- “The Central Conference on Work Relating to Foreign
ments-of-chinese-diplomacy-in-2014/ . Affairs was Held in Beijing”. http://www.fmprc.
Huang, Rui, “Xi Jinping: Jiakuai Tuijin Sichou Zhi gov.cn/mfa_eng/zxxx_662805/t1215680.shtml.
Lu Jingji Dai he 21 Shiji Haishang Sichou Zhi “What does Xi Jinping’s China Dream mean?”. BBC.
Lu Jianshe”. Xinhua Net, http://news.xinhuanet. http://www.bbc.com/news/world-asia-chi-
com/politics/2014-11/06/c_1113146840.htm . na-22726375.
“Jalan Sutra”, CRI Online, http://indonesian.cri.cn/ Zamir, Muhammad. “Chinese ‘Silk Road’ Initiative
chinaabc/chapter14/chapter140501.htm. for Wider Connectivity”. The Daily Star. http://
Lee, Joyce. “Expressing the Chinese Dream”. The Dip- www.thedailystar.net/chinese-silk-road-initia-
lomat. http://thediplomat.com/2014/03/express- tive-for-wider-connectivity-44022.
ing-the-chinese-dream/?img=1#postImage. Zhang, Li. “San Ge Bixu: Shixian Zhongguo Meng de
Leng, Rong. “Shenme Shi Zhongguo Meng, Zenme Bi Sheng Fabao”. Renmin Wang Lilun, http://
Lijie Zhongguo Meng”. Renmin Wang. http:// theory.people.com.cn/n/2013/0411/c40537-
paper.people.com.cn/rmrb/html/2014-06/27/ 21102009.html.
nbs.D110000renmrb_01.htm . “Zhongguo Zhu Meng Zhi Lu Yu Shijie Tong-
Li, Yu. “Yu Wujin: “Zhongguo Meng” Ji zaofu Zhong- hang”. http://www.xinhuanet.com/world/
guo ye zaofu shijie”. CSS Today. http://www. jrch/20130819.htm.
csstoday.net/Item/58148.aspx.
Liu, Zhenmin. “Wei Yazhou de Wending yu Fanrong
Gongxian Zhongguo Liliang”. Renmin Wang.
http://politics.people.com.cn/n/2014/0428/
c1001-24948393.html.

54 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 43–54 


PERAN INDONESIA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA
LAUT TIONGKOK SELATAN

INDONESIA’S ROLE IN THE SOUTH CHINA SEA DISPUTE


RESOLUTION

Sandy Nur Ikfal Raharjo

Peneliti Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 10, Jakarta
E-mail: sandy.raharjo@gmail.com
Diterima: 2 Agustus 2014; direvisi: 15 September 2014; disetujui: 2 Desember 2014

Abstract

South China Sea dispute becomes a major challenge to the regional stability for ASEAN member countries,
including Indonesia. The dispute was assumed threatening Indonesia’s defense because the contested location is
next to the Natuna sea border. The dispute also becomes a strategic political issue discussed in ASEAN forum.
Therefore, Indonesia, both as the state that pursue its national interest and as the ASEAN natural leader, is trying
to resolve the dispute through peaceful way. This paper focuses on two things, namely how the general figure of the
South China Sea dispute as a potential threat towards Indonesia and how Indonesia play a role in the resolution
process. By literature review method, this paper finds that the dispute is generally on the polarization stage, while
for Tiongkok-Vietnam relations is on segregation stage. Furthermore, this paper also concludes that Indonesia
still play role in the conflict management level. This is due to relatively weak bargaining position of Indonesia
compared to the disputed parties as the internal factor, as well as differences in resolution approach and third
actors involvement that worsen the situation as the external factors.

Keywords: ASEAN, Indonesia's role, South China Sea dispute, peaceful resolution.

Abstrak

Sengketa Laut Tiongkok Selatan merupakan tantangan bagi stabilitas kawasan, termasuk Indonesia, yang
sedang menyongsong Abad Asia. Sengketa ini menjadi ancaman bagi pertahanan Indonesia karena lokasi yang
diperebutkan berada di dekat perbatasan Indonesia. Selain itu, sengketa ini juga menjadi salah satu isu politik yang
menjadi ganjalan di ASEAN. Oleh karena itu, Indonesia, baik dalam posisi sebagai negara yang memperjuangkan
kepentingannya maupun sebagai pemimpin alami ASEAN, berupaya menyelesaikan sengketa tersebut melalui
jalan damai. Tulisan ini berfokus pada dua hal, yaitu bagaimana gambaran umum dari sengketa Laut Tiongkok
Selatan sehingga menjadi potensi ancaman bagi kepentingan nasional Indonesia dan bagaimana peran Indonesia
dalam upaya penyelesaian sengketa tersebut. Melalui metode studi pustaka, tulisan ini menemukan bahwa sengketa
ini secara umum berada dalam tahap polarisasi, bahkan untuk hubungan Tiongkok-Vietnam sudah masuk tahap
segregasi. Kemudian, peran Indonesia masih dalam tingkat pengelolaan konflik. Hal ini disebabkan oleh hambatan
internal berupa posisi tawar Indonesia yang relatif lebih lemah dibanding negara yang bersengketa maupun hambatan
eksternal berupa perbedaan pendekatan penyelesaian dan keterlibatan pihak-pihak asing yang turut memperkeruh
dinamika sengketa.

Kata Kunci: ASEAN, Laut Tiongkok Selatan, peran Indonesia, penyelesaian secara damai.

Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 55 
Pendahuluan sengketa. Laut Tiongkok Selatan sendiri
Di abad ke-21, konstelasi dunia diprediksi akan berbatasan langsung dengan perairan Indonesia di
berubah. Kekuatan ekonomi dan politik mulai Kabupaten Natuna. Selain itu, dinamika sengketa
bergeser dari Eropa dan Amerika ke wilayah Asia. juga mengganggu kinerja ASEAN. Ada empat
Dalam laporan tahun 2011 berjudul Asia 2050: negara anggota ASEAN yang terlibat sebagai
Realizing the Asian Century, Bank Pembangunan pengklaim, yaitu Vietnam, Malaysia, Brunei, dan
Asia mengkalkulasi bahwa pada tahun 2050 Filipina. Oleh karena itu, isu ini sering dibawa
separuh ekonomi dunia ada di tangan kawasan dalam agenda-agenda rapat ASEAN, seperti yang
ini. Selain itu, pendapatan perkapita akan terjadi di KTT ASEAN di Bali pada tahun 2011.2
naik 6 kali lipat menjadi sekitar 38.600 dolar, Dengan berbagai dampak dinamika sengketa
menjadikan rakyat Asia semakmur orang-orang di atas, Indonesia kemudian mengambil inisiatif
Eropa sekarang. Peningkatan ekonomi yang untuk ikut membantu usaha penyelesaian
pesat ini akan dimotori oleh Tiongkok, India, sengketa Laut Tiongkok Selatan. Selain dorongan
Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, dan kepentingan nasional dalam rangka sistem
Thailand.1 Untuk dapat mewujudkan abad Asia pertahanan negara, usaha Indonesia tersebut juga
tersebut, salah satu syarat yang perlu dipenuhi didorong oleh motivasi moral sebagai pemimpin
adalah stabilitas kawasan untuk mendukung alami (natural leader) ASEAN. Usaha Indonesia
kondisi yang ideal bagi pertumbuhan ekonomi. ini merupakan satu-satunya usaha multilateral
Namun demikian, berbagai sengketa dan yang dilakukan, di saat negara-negara yang
konflik perbatasan di kawasan berpotensi bersengketa, terutama Tiongkok, hanya mau
mengancam stabilitas kawasan Asia tersebut. menggunakan pendekatan bilateral. Apalagi,
Salah satu ancaman yang cukup besar Indonesia juga mempunyai catatan yang baik
pengaruhnya adalah sengketa Laut Tiongkok dalam penyelesaian berbagai kasus di kawasan
Selatan. Wilayah Laut Tiongkok Selatan sendiri seperti konflik internal Kamboja pada dekade
merupakan jalur penting bagi perdagangan 80-an hingga awal 90-an, konflik perbatasan
dunia dan jalur pemasok suplai minyak bumi Thailand-Kamboja, dan terakhir demokratisasi
ke Asia Timur. Sengketa ini melibatkan banyak Myanmar. Pengalaman ini dapat dijadikan acuan
negara, baik secara langsung sebagai aktor bagi peran Indonesia agar penyelesaian sengketa
yang mengklaim kepemilikan wilayah tersebut, Laut Tiongkok Selatan dapat dilakukan secara
maupun secara tidak langsung sebagai aktor yang damai dan efektif.
kepentingannya terganggu. Berdasarkan latar belakang di atas, tulisan
Pada tahun 2014, sengketa Laut Tiongkok ini akan mengeksplorasi dua bahasan utama.
Selatan semakin tereskalasi dengan peningkatan Pertama, bagaimana sebenarnya gambaran umum
ketegangan hubungan, terutama antara Tiongkok dari sengketa Laut Tiongkok Selatan sehingga
dan Vietnam. Aksi pengeboran minyak oleh menjadi ancaman bagi kepentingan nasional
Tiongkok di dekat Kepulauan Paracel telah Indonesia. Kedua, bagaimana peran Indonesia
memicu tubrukan antarkapal dua negara tersebut. dalam upaya penyelesaian sengketa tersebut.
Aksi demo dan pengusiran warga negara
Tiongkok juga terjadi di berbagai wilayah di Intervensi Pihak Ketiga sebagai
Vietnam. Hal ini semakin mempersulit proses Cara Penyelesaian Konflik: Tinjauan
penyelesaian sengketa yang selama ini berjalan Konseptual
alot. Keterlibatan Indonesia yang bukan negara
Indonesia sendiri bukan merupakan salah pengklaim dalam sengketa Laut Tiongkok
satu negara yang mengklaim kepemilikan Selatan secara teoritik dapat dikategorikan
wilayah tersebut, tetapi turut terpengaruh sebagai bentuk intervensi pihak ketiga. Intervensi
oleh dinamika sengketa. Hal ini dikarenakan
kedekatan geografis Indonesia dengan wilayah 2
ASEAN, “Chair’s Statement of the 18th ASEAN Summit, 7-8
May 2011”, http://cil.nus.edu.sg/2011/2011-chairs-statement-
1
Asian Development Bank. Asia 2050: Realizing the Asian of-the-18th-asean-summit/, diakses pada tanggal 19 Desember
Century. (Singapore: ADB, 2011), h. 10. 2013.

56 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 55–70  


ini merupakan salah satu metode yang dipakai pihak mempunyai persepsi bahwa mereka saling
dalam proses penyelesaian sengketa dan konflik. berlawanan. Kedua, sengketa masih dalam tahap
Sebelum menjelaskan secara lebih detail perselisihan, sementara konflik sudah melibatkan
mengenai konsep intervensi pihak ketiga, konfrontasi atau aksi kekerasan secara fisik.
terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai definisi Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
sengketa dan konflik. konflik merupakan kelanjutan dari sengketa yang
Paul K. Huth mendeskripsikan sengketa tereskalasi. Berdasarkan pengertian ini, maka
(wilayah) sebagai perselisihan antarnegara, atau dapat dikatakan bahwa sengketa Laut Tiongkok
bisa juga satu negara menentang hak negara lain Selatan sebenarnya telah tereskalasi menjadi
untuk melaksanakan kedaulatannya, atas tanah konflik karena aksi konfrontasi telah beberapa
air atau batas-batas wilayah kolonial mereka. kali terjadi, walaupun dinamikanya bersifat
Ada tiga faktor kenapa suatu wilayah menjadi fluktuatif.
berharga untuk disengketakan, yaitu karena Dalam penyelesaikan konflik, dikenal istilah
kandungan sumber daya alamnya, komposisi resolusi konflik dan manajemen/pengelolaan
agama dan etnis dalam populasinya, dan konflik. Resolusi konflik secara umum dapat
lokasinya yang strategis secara militer.3 Adapun diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk
konflik didefinisikan oleh Wallensteen sebagai menyelesaikan konflik secara konstruktif dengan
situasi dimana dua atau lebih aktor berjuang cara mencari kesepakatan antara para pihak yang
untuk mendapatkan sumber langka dalam waktu terlibat dalam konflik.6 Menurut Vestergaard,
yang sama4. Sementara menurut Swanström resolusi konflik mencakup dua hal utama, yaitu
Weissmann, konflik terjadi ketika aktor-aktor isu dan relasi (hubungan antaraktor).7 Sementara
tersebut mempunyai posisi yang dipersepsikan itu, pengelolaan konflik adalah pembatasan,
dan diyakini berlawanan dalam satu waktu peredaan, atau pembendungan konflik tanpa
yang sama.5 Dahrendorf menambahkan bahwa harus menyelesaikannya.8 Menurut Wallensteen
konflik sering diasosiasikan dengan ketegangan dan Swanström, pengelolaan konflik harus
terkait dengan pilihan-pilihan dalam membuat melaksanakan perubahan bentuk interaksi dari
keputusan, terkadang diwujudkan dalam bentuk destruktif menjadi kontruktif.9 Dengan demikian,
konfrontasi antara kekuatan atau kelompok sosial dapat dikatakan bahwa pengelolaan konflik lebih
yang ada. berfokus pada relasi antaraktor, bukan isu konflik
Dari definisi di atas, dapat dilihat bahwa ada itu sendiri.
beberapa pendapat yang menganggap sengketa Baik resolusi maupun pengelolaan konflik
dan konflik itu sama. Namun, ada pula yang dapat menggunakan metode negosiasi yang
membedakannya. Perbedaan itu terletak pada hanya melibatkan aktor-aktor konflik maupun
dua hal. Pertama, jika sengketa melibatkan metode intervensi pihak ketiga. Intervensi pihak
unsur perebutan sumber langka yang sama, ketiga adalah cara yang umum dipakai untuk
biasanya berupa wilayah, maka konflik tidak menanggapi konflik yang bersifat merusak dan
harus melibatkan unsur tersebut asalkan kedua berlangsung terus-menerus. Menurut Kelman,
peran pihak ketiga ini merupakan salah satu cara
3
Paul K. Huth. “Territory: Why Are Territorial Disputes untuk membangun kepercayaan (trust-building)
Between States a Central Cause of International Conflict?”,
dalam John A. Vasquez (Ed.), What Do We Know about War,
(Maryland: Rowman and Litttlefield Publisher, 2000). 6
Christopher E. Miller, A Glossary of Terms And Concepts
in Peace And Conflict Studies (2nd Edition), (Costa Rica:
4
Peter Wallensteen, Understanding Conflict Resolution War, University For Peace, 2005).
Peace and The Global System, (London: Sage Publishing,
2002). 7
Bjarne Vestergaard, Erik Helvard, dan Aase Rieck Sørensen,
Conflict Resolution – Working with Conflicts, (Kopenhagen:
5
Niklas L.P. Swanström dan Mikael S. Weissmann, Conflict, Danish Centre for Conflict Resolution, 2011).
Conflict Prevention and Conflict Management and Beyond: A
Conceptual Exploration, (Uppsala: the Central Asia-Caucasus 8
Fred Tanner. “Conflict Prevention and Conflict Resolution:
Institute & Silk Road Studies Program, 2005). Definisi konflik Limits of Multilateralism”. International Review of the Red
dari Wallensteen dan Swanström dikutip dari Awani Irewati, Cross, September 2000.
dkk. 2011. Sengketa Wilayah Perbatasan Thailand-Kamboja,
Jakarta: P2P LIPI. 9
Swanström dan Weissmann, op.cit., hlm. 23.

Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 57 
di antara para pihak yang berkonflik. Dalam membuatkan keputusan yang mengikat yang
situasi konflik, pihak yang berkonflik sulit untuk dianggap adil bagi aktor-aktor yang berkonflik.
mempercayai pihak lawannya, sehingga proses Biasanya arbitrasi dalam sengketa wilayah
komunikasi langsung sulit terjadi. Pihak ketiga diselesaikan melalui Mahkamah Internasional
ini menciptakan suatu situasi yang membuat (International Court of Justice). Keenam,
para aktor konflik tersebut merasa aman dari penjagaan perdamaian (peacekeeping), di mana
eksploitasi dan serangan pihak lain. Hal ini pihak ketiga menyediakan personil militer untuk
tidak berarti bahwa pihak ketiga harus netral mengawasi genjatan senjata atau pelaksanaan
atau bebas kepentingan dalam berbagai aspek. kesepakatan, dapat pula termasuk kegiatan
Bahkan, pihak ketiga dimungkinkan untuk kemanusiaan dan pemulihan pemerintahan sipil.11
melakukan pemberdayaan terhadap salah satu Penentuan jenis intervensi pihak ketiga
pihak ketika terjadi defisiensi kekuatan. Hal yang digunakan bergantung pada isu sengketa/
yang penting harus dimiliki oleh pihak ketiga konflik dan sudah sampai tahap mana konflik
adalah komitmen terhadap integritas proses itu terjadi. Ada beberapa model analisis tahap
penyelesaian. Pihak ketiga diharapkan dapat konflik dan intervensi yang paling sesuai, salah
menjembatani ketidakpercayaan antarpihak satu yang paling sering dipakai adalah Model
dan membuat mereka mampu memasuki proses 9 Tahap Eskalasi Konflik dari Friedrich Glasl.
komunikasi langsung. Pada akhirnya, proses Kesembilan tahap tersebut meliputi 1)hardening,
komunikasi langsung tersebut diharapkan 2) debates and polemics, 3)actions not words,
dapat membangun kepercayaan antarpihak 4)images and coalitions,5)loss of face, 6)
yang bermusuhan, sehingga mereka mampu strategies of threats, 7)limited destructive blows,
menyelesaikan akar konflik secara damai.10 8)fragmentation of the enemy, dan 9)together
Menurut Ronald J. Fisher, setidaknya ada into the abyss. Pada tahap 1-3, penyelesaian
enam jenis intervensi yang biasanya digunakan konflik cukup dilakukan oleh pihak-pihak yang
dalam konflik level internasional. Pertama, berkonflik sendiri. Pada tahap 3-5, intervensi
konsiliasi, yaitu proses intervensi di mana pihak pihak ketiga sudah diperlukan melalui fasilitasi.
ketiga yang dipercayai menyediakan sambungan Pada tahap 5-7, intervensi sudah harus meningkat
komunikasi informal kepada aktor-aktor konflik menjadi mediasi. Pada tahap 6-8, konflik perlu
dalam rangka mengidentifikasi isu, menurunkan diselesaikan dengan arbitrasi. Jika konflik sudah
ketegangan, dan mendorong interkasi langsung, pada tahap 7-10, maka intervensi kekuatan
biasanya dalam bentuk negosiasi. Kedua, (power intervention) yang diperlukan.12
konsultasi, di mana pihak ketiga memfasilitasi Model lain yang lebih sederhana
penyelesaian masalah secara kreatif melalui dikembangkan Ronald Fisher. Ia hanya membagi
komunikasi dan analisis, menggunakan eksalasi menjadi empat tahap. Pertama, tahap
kemampuan hubungan antarmanusia dan diskusi, di mana pihak-pihak yang berkonflik
pemahaman sosial-ilmiah tentang etiologi dan biasanya masih menjaga hubungan baik tetapi
dinamika konflik. Ketiga, mediasi murni, di ragu-ragu untuk melakukan negosiasi. Dalam
mana pihak ketiga memfasilitasi penyelesaian tahap ini, pihak ketiga dapat melakukan konsiliasi
isu-isu substantif melalui penggunaan penalaran, untuk mengajak pihak-pihak yang berkonflik
bujukan, kontrol informasi yang efektif, dan duduk bersama dalam negosiasi. Kedua, tahap
saran pilihan-pilihan penyelesaian. Keempat, polarisasi, yaitu hubungan pihak yang berkonflik
mediasi kekuatan, yaitu mediasi yang melibatkan
penggunaan paksaan melalui mekanisme 11
Ronald J. Fisher, Berghof Handbook for Conflict
imbalan dan hukuman, di mana pihak ketiga Transformation: Methods of Third-Party Intervention,
dapat pula menjadi pemantau dan penjamin (Berlin: Berghof Research Center for Constructive Conflict
Management, 2001), hlm. 11.
kesepakatan. Kelima, arbitrasi, yaitu pihak ketiga
12
Friedrich Glasl, Confronting Conflict, (Bristol: Hawthorn
10
Herbert C. Kelman, “Building Trust among Enemies: The Press, 1999). Lihat juga dalam Thomas Jordan, “F. Glasl:
Central Challenge for International Conflict Resolution,” Konfliktmanagement. Ein Handbuch für Führungskräfte,
International Journal of Intercultural Relations (29), 2005, Beraterinnen und Berater” (resensi buku), International Journal
hlm. 639-650. of Conflict Management, Vol 8:2, 1997, hlm. 170-174.

58 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 55–70  


mulai memburuk, persepsi dan emosi negatif gundukan pasir, dan fitur lain yang terletak di
mulai muncul. Intervensi yang cocok untuk bagian selatan dari Laut Tiongkok Selatan.14
tahap ini adalah konsultasi untuk menghilangkan
mispersepsi dan emosi negatif kedua pihak. 1. Kronologi Sengketa
Tahap ketiga adalah segregasi, di mana pihak Sengketa ini dimulai pada tahun 1946 ketika
yang berkonflik sudah tidak saling percaya Tiongkok mengklaim bahwa Kepulauan Spratly
dan saling menghargai, komunikasi langsung adalah bagian dari Provinsi Guangdong.
sangat terbatas, serta ancaman terhadap musuh Padahal, kepulauan-kepulauan di Wilayah
mulai dilakukan. Pada tahap ini, mediasi Laut Tiongkok Selatan pada waktu itu sudah
kekuatan atau arbitrasi dapat dilakukan untuk diklaim dan dikuasai oleh Jepang saat Perang
mengendalikan permusuhan. Tahap keempat Dunia II. Pada tahun 1951, Perjanjian San
adalah penghancuran, di mana masing-masing Fransisco membatalkan semua klaim Jepang
pihak tidak memandang pihak lain secara tersebut, tetapi belum dicapai resolusi mengenai
manusiawi lagi. Pada tahap ini, kekerasan berupa status kepemilikannya. Pada tahun 1974,
pembunuhan, bahkan genosida dapat terjadi. Tiongkok memperluas klaimnya dengan merebut
Untuk mengatasinya, gabungan intervensi berupa Kepulauan Paracel dari pasukan Vietnam Selatan.
penjagaan perdamaian dan konsultasi mendalam Ketegangan antarnegara semakin memanas
perlu dilakukan untuk mengendalikan kekerasan pada tahun 1988 dengan terjadinya pertempuran
untuk kemudian mengajak mereka kembali antara angkatan laut Tiongkok dengan Vietnam
berunding dan mendorong rekonsiliasi.13 dalam memperebutkan karang Johnson yang
Kerangka konseptual di atas diharapkan menewaskan 70 tentara Vietnam.
dapat membantu menganalisis sudah sampai Pada tahun 1991, untuk memformalkan
tahap mana sengketa Laut China Selatan dan klaim terhadap Spratly dan Paracel, Tiongkok
jenis intervensi apa yang seharusnya dilakukan mengeluarkan Law on the Territorial Sea and
oleh Indonesia agar proses penyelesaian berjalan the Contiguous Zone of the Republic of Tiongkok.
efektif. Lalu empat tahun kemudian, instalasi militer
Filipina di Karang Mischief, Kepulauan Spratly
Sengketa Laut Tiongkok Selatan sebagai direbut Tiongkok. Pada Mei 2000, giliran Filipina
Potensi Ancaman bagi Indonesia yang melakukan tindakan dengan menembak
Laut Tiongkok Selatan adalah perairan yang mati 1 nelayan dan menangkap 7 nelayan
terletak di kawasan Asia Tenggara. Perairan ini Tiongkok yang melewati perairan Filipina di
dikelilingi oleh banyak negara, yaitu Tiongkok, dekat Pulau Palawan. Pada tahun 2011, sengketa
Taiwan, Vietnam, Malaysia, Indonesia, Brunei, semakin rumit saat Senat Amerika Serikat
dan Filipina. Selain berbentuk perairan yang mengeluarkan resolusi yang menyerukan agar
luas, di wilayah ini juga terdapat kepulauan- sengketa diselesaikan secara internasional.15
kepulauan kecil seperti Paracel, Scarborough, dan Pada Juli 2012, Tiongkok membentuk
Spratly. Dari fitur-fitur geografi yang ada di Laut wilayah administratif Sansha yang meliputi
Tiongkok Selatan, Kepulauan Spratly menjadi Kepulauan Paracel dan Spratly. Tiongkok
inti perebutan sebagian besar negara-negara yang juga mengeluarkan edisi paspor baru yang di
bersengketa. Kepulauan ini merupakan kumpulan dalamnya terdapat peta yang menggambarkan
pulau-pulau karang yang luas daratannya kurang bahwa area sengketa di Laut Tiongkok Selatan
dari 4 km², tetapi melingkupi lautan seluas merupakan bagian dari wilayah Tiongkok. Aksi
250.000 km². Pulau-pulau yang terdapat di area sepihak Tiongkok tersebut membangkitkan
tersebut tidak berpenghuni dan relatif tidak ada
aktivitas ekonomi di daratannya. Kepulauan 14
The Adelphi Papers, Southeast Asia, (Oxon: Routledge,
Spartly terdiri atas 230 pulau kecil, karang, 2006), hlm. 33.
15
Anup Kaphle dan Benjamin Gottlieb, “Timeline: Disputes in
the South China Sea”, 2013, http://www.washingtonpost.com/
wp-srv/world/special/south-Tiongkok-sea-timeline/, diakses
13
Fisher, op.cit., hlm. 13. pada tanggal 19 Desember 2013.

Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 59 
sikap protes dari Vietnam dan Filipina. Bahkan Selat Malaka di sebelah barat daya dan Samudra
di Vietnam, terjadi demonstrasi anti-Tiongkok Pasifik di sebelah timur.
secara massal di jalan-jalan kota Hanoi dan Ho Kedua, wilayah ini merupakan bagian dari
Chi Minh pada akhir 2012.16 jalur laut internasional, baik untuk kapal dagang
Pada tahun 2013, Filipina akhirnya dan kadang kapal militer. Jalur ini dikenal
mengambil jalan hukum dengan mengadukan juga sebagai maritime superhighway karena
Tiongkok kepada pengadilan PBB di bawah menjadi salah satu jalur pelayaran tersibuk
kerangka UNCLOS terkait klaim sepihak di dunia. Jumlah kapal tanker yang melewati
Tiongkok terhadap Laut Tiongkok Selatan. Laut Tiongkok Selatan tiga kali lebih banyak
Walaupun demikian, ketegangan tetap berlanjut. dibanding Terusan Suez, dan lima kali lipat
Bahkan pada Mei 2014, saling tabrak kapal milik dibanding Terusan Panama. Diperkirakan 50%
Tiongkok dengan Vietnam terjadi sebagai dampak perdagangan dunia melintas perairan ini. Selain
penempatan peralatan pengeboran Tiongkok di itu, pasokan impor minyak bumi negara-negara
dekat kepulauan Paracel. Insiden ini juga memicu Asia Timur seperti Tiongkok, Korea Selatan,
aksi protes masyarakat Vietnam dengan mengusir dan Jepang dari kawasan Timur Tengah dan
orang-orang berkewarganegaraan Tiongkok dari Afrika juga sebagian besar melewati perairan ini.
negara mereka. Selain minyak bumi, jalur ini juga banyak dilalui
Berdasarkan kronologi di atas, maka dapat kapal yang mengangkut gas alam cair (LNG),
dianalisis bahwa sengketa Laut Tiongkok batu bara, dan bijih besi.17 Berbagai komoditas
Selatan sebenarnya berada di tahap polarisasi, tersebut sangat vital sebagai penggerak industri
yaitu hubungan pihak yang berkonflik mulai negara-negara Asia Timur.
memburuk, persepsi dan emosi negatif mulai Ketiga, lautan di wilayah sekitar kepulauan
muncul, sehingga perlu dilakukan konsultasi. ini diduga mengandung cadangan minyak dan
Bahkan untuk hubungan Tiongkok dengan gas alam yang besar. Walaupun belum ada
Vietnam, dapat dikatakan bahwa mereka sudah penelitian yang berhasil mengkalkulasi berapa
memasuki tahap segregasi, di mana pihak yang jumlahnya, tetapi sedimentasi dari lembah laut
berkonflik sudah tidak saling percaya dan yang ada di wilayah tersebut menunjukkan
saling menghargai, komunikasi langsung sangat tanda-tanda kandungan minyak dan gas. Bahkan,
terbatas, serta ancaman terhadap musuh mulai diperkirakan cadangan minyak dan gas tersebut
dilakukan. Pada tahap ini, seharusnya mediasi merupakan yang terbesar keempat di dunia.18
kekuatan atau arbitrasi lah yang perlu dilakukan Untuk keseluruhan Laut Tiongkok Selatan, salah
untuk mengendalikan permusuhan. satu kalkulasi menyebutkan bahwa cadangan
minyaknya mencapai 213 miliar barel, sementara
2. Isu Sengketa untuk Kepulauan Paracel dan Spratly sekitar
Setidaknya ada tiga hal yang membuat Laut 105 miliar barel. Selain minyak bumi, kawasan
Tiongkok Selatan dan kepulauan yang ada di ini juga diperkirakan mengandung sumberdaya
dalamnya strategis. Pertama, penguasaan terhadap hidrokarbon yang melimpah. Survei Geologi
pulau-pulau tersebut akan sangat menentukan Amerika Serikat (United States Geological
garis batas negara yang menguasainya. Dengan Survey) menaksir bahwa 60-70% hidrokarbon
demikian, laut teritorial dan Zona Ekonomi tersebut berupa gas alam.19
Eksklusifnya pun akan semakin luas, terutama Dengan demikian, penguasaan terhadap
untuk negara-negara kepulauan seperti yang wilayah Laut Tiongkok Selatan setidaknya
diatur dalam UNCLOS 1982. Penguasaan memberikan tiga keuntungan bagi negara tersebut,
wilayah ini akan memberikan keuntungan
geostrategis bagi negara, karena menjadi akses Muhamad Simela Victor, “Kepentingan Tiongkok dan Posisi
17

yang menghubungkan Samudra Hindia melalui ASEAN dalam Sengketa Laut Tiongkok Selatan,” Info Singkat
Hubungan Internasional Vol. IV, No. 08/II/P3DI, 2012.
16
BBC, “Q&A: South China Sea Dispute”, 2014, http://www. 18
Kaphle dan Gottlieb, op.cit.
bbc.com/news/world-asia-pacific-13748349, diakses pada
tanggal 26 Mei 2014. 19
Muhamad dan Simela Victor, op.cit.

60 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 55–70  


yaitu pertahanan militer, keamanan energi, Republik Rakyat Tiongkok merupakan salah
dan ekonomi ekstraktif. Tidak mengherankan satu aktor utama dalam sengketa Laut Tiongkok
jika negara-negara pengklaim gigih dalam Selatan yang mengklaim seluruh wilayah
memperjuangkannya. Bahkan, hal ini sering tersebut. Klaim Tiongkok ini didasarkan pada
dijadikan alat politik bagi pemerintahan yang latar belakang sejarah Tiongkok kuno tentang
berkuasa saat itu untuk mendapatkan dukungan wilayah kekuasaan kerajaannya. Menurut
publik di negaranya masing-masing. Tiongkok, Dinasti Han lah yang menemukan
wilayah ini pada abad ke-2 masehi. Pada abad
3. Aktor Sengketa ke-12, Dinasti Yuan kemudian memasukkan Laut
Sengketa Laut Tiongkok Selatan melibatkan dua Tiongkok Selatan ke dalam peta wilayahnya,
kategori aktor. Pertama, aktor langsung, yaitu yang kemudian kembali diperkuat oleh Dinasti
negara-negara yang mengklaim kepemilikan Ming dan Dinasti Qing pada abad ke-13.21
sebagian atau seluruh wilayah Laut Tiongkok Pada tahun 1947, Tiongkok membuat
Selatan. Dari enam negara yang terlibat peta wilayah yang memuat 9 garis putus-putus
sengketa atas Kepulauan Spratly, dua pihak (nine-dashed lines) yang membentuk huruf U,
mengklaim seluruh wilayah, yaitu Tiongkok dan yang melingkupi seluruh Laut Tiongkok Selatan.
Taiwan; sementara empat negara lainnya hanya Semua wilayah yang berada di dalam garis
mengklaim sebagian, yaitu Vietnam, Malaysia, putus-putus tersebut diklaim Tiongkok sebagai
Filipina, dan Brunei.20 wilayahnya. Hingga akhir 2013, klaim Tiongkok
tersebut masih belum berubah.22

Sumber: BBC. 2014. “Q&A: South China Sea Dispute”, http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-


pacific-13748349 diakses pada 26 Mei 2014.

Gambar 1. Peta Klaim Wilayah Laut Tiongkok Selatan Pernegara

20
Sandy Nur Ikfal Raharjo, “Sengketa Kepulauan Spartly:
Tantangan Bagi Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2011”, 21
Karmin Suharna, “Konflik dan Solusi Laut Tiongkok Selatan
2011, http://politik.lipi.go.id/index.php/in/kolom/politik- dan Dampaknya bagi Ketahanan Nasional,” Majalah Ketahanan
internasional/472-sengketa-kepulauan-spratly-tantangan-bagi- Nasional Edisi 94, 2012, hlm. 33-41.
indonesia-sebagai-ketua-asean-2011, diakses pada tanggal 19
Desember 2013. 22
Ibid.

Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 61 
Klaim Tiongkok tidak hanya diwujudkan ditempati oleh Malaysia di kepulauan tersebut.
dalam bentuk sikap politik, tetapi juga dalam Klaim wilayahnya ini tumpang tindih dengan
bentuk lain. Di bidang militer, Tiongkok sering klaim Tiongkok dan Filipina. 27 Selama ini,
melakukan aksi patroli di perairan tersebut yang Malaysia tidak terlalu aktif dalam ketegangan dan
kadang memicu bentrok dengan kapal dari negara aksi saling membalas antara Tiongkok dengan
pengklaim lain seperti Vietnam dan Filipina. Di Vietnam dan Filipina.
bidang eksplorasi, Tiongkok juga menempatkan Negara keenam yang menjadi aktor langsung
peralatan pengeboran di beberapa titik di Laut dalam sengketa Laut Tiongkok Selatan adalah
Tiongkok Selatan.23 Brunei Darussalam. Brunei sendiri tidak
Pihak kedua yang mengklaim kepemilikan mengklaim pulau-pulau yang ada di wilayah
seluruh wilayah Laut Tiongkok Selatan adalah Laut Tiongkok Selatan, tetapi hanya mengklaim
Taiwan. Sebagai entitas yang pernah mewakili bahwa landas kontinen dan ZEE-nya meliputi
negara Tiongkok secara resmi di Dewan Louisa Reef dan perairan di sekitar Kepulauan
Keamanan PBB, klaim Taiwan juga didasari oleh Spratly.28 Sama seperti Malaysia, Brunei juga
latar belakang sejarah seperti yang dikemukakan kurang terlibat dalam aksi provokatif negara-
oleh Republik Rakyat Tiongkok. Saat ini, negara lainnya yang dapat mengeskalasi konflik.
Taiwan menguasai Pulau Aba/Taiping Dao yang
merupakan pulau terbesar di Kepulauan Spratly.24
Pihak ketiga yang menjadi aktor langsung Tiong

adalah Vietnam. Negara ini mendasarkan Keterangan:

klaimnya pada dua hal. Pertama, warisan kolonial Taiwan Filipina


= hubungan
konfliktual
dari Perancis yang dulu menguasai Kepulauan
= hubungan
Paracel dan Spratly pada awal abad ke-20. permusuhan/

Kedua, argumentasi landas kontinen, di mana penolakan


(hostility)
Kepulauan Spratly merupakan daerah lepas Vietnam Brunei

pantai dari Provinsi Khanh Hoa. Banyak sekali


klaim wilayah Vietnam di Laut Tiongkok Selatan Malaysia
yang tumpang tindih dengan klaim Tiongkok.25
Tidak mengherankan jika kedua negara ini sering
terlibat dalam ketegangan politik dan militer Gambar 2. Hubungan Antaraktor dalam Sengketa
akibat berbagai insiden di Laut Tiongkok Selatan. Laut Tiongkok Selatan

Aktor langsung keempat adalah Filipina.


Klaim wilayah negara ini didasarkan pada prinsip Selain keenam aktor langsung di atas,
landas kontinen yang mencakup kepulauan terdapat pula aktor tidak langsung yang tidak
Spratly. Ada delapan pulau di Spratly yang menjadi pengklaim kepemilikan wilayah tetapi
menurut Filipina menjadi bagian dari Provinsi ikut terlibat dalam dinamika sengketa, baik
Palawan. Filipina juga mempunyai istilah sendiri atas kemauan sendiri maupun atas permintaan
untuk menyebut bagian dari Laut Tiongkok negara pengklaim. Setidaknya ada dua negara
Selatan yang diklaim, yaitu Laut Filipina Barat.26 yang termasuk kategori ini. Pertama, Amerika
Serikat yang diminta Filipina untuk memberikan
Negara pengklaim kelima adalah Malaysia
bantuan dalam rangka menghadapi Tiongkok.
yang menyatakan bahwa sebagian wilayah
Hal ini terkait dengan komitmen Amerika
Kepulauan Spartly adalah miliknya berdasarkan
Serikat terhadap perjanjian pertahanannya
landas kontinen. Ada tiga pulau yang sudah
dengan Filipina. 29 Bahkan pada pertemuan
23
Ibid
27
Ibid

24
Ibid 28
Ibid
25
Ibid 29
Kate McGeown, “US’ stands by Philippines’amid South
China Sea Tension”, 2011, http://www.bbc.com/news/world-
26
Ibid asia-pacific-13899465, diakses pada tanggal 2 Januari 2012.

62 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 55–70  


ASEAN Regional Forum ke-17 tahun 2010, dirinya sebagai negara pengklaim, yang berarti
Hillary Clinton selaku menteri luar negeri berani juga menjadi aktor langsung dalam sengketa
menyatakan kepentingan nasional Amerika tersebut.
Serikat terhadap Laut Tiongkok Selatan, yaitu
kebebasan navigasi, keterbukaan akses terhadap 5. Potensi Ancaman Sengketa bagi Indonesia
sumber daya maritim Asia, dan penghormatan
Ada banyak kepentingan vital Indonesia yang
terhadap hukum internasional.30 Aktor tidak
berpotensi terancam oleh sengketa tersebut.
langsung kedua adalah Indonesia yang sejak
Pertama, dari sisi kedaulatan, sebenarnya
awal 1990-an aktif berupaya mempertemukan
sebagian wilayah ZEE Indonesia masuk dalam
pihak-pihak yang bersengketa.
klaim wilayah Tiongkok di Laut Tiongkok
Selatan yang berbatasan dengan perairan
4. Posisi Indonesia dalam Sengketa Laut Kabupaten Natuna. Kedua, dari sisi keamanan,
Tiongkok Selatan jika sengketa tersebut tereskalasi menjadi perang,
Secara formal, Indonesia menyatakan diri bukan sangat besar kemungkinan perang tersebut akan
sebagai negara pengklaim dalam sengketa Laut meluas hingga ke wilayah Indonesia, sehingga
Tiongkok Selatan. Akan tetapi, banyak analis menjadi ancaman militer yang serius. Ketiga, dari
yang mengatakan bahwa Indonesia seharusnya sisi kepentingan ekonomi, perairan Indonesia di
juga dianggap sebagai negara pengklaim. Hal ini dekat Laut Tiongkok Selatan merupakan wilayah
didasarkan pada fakta bahwa sebagian wilayah dengan potensi perikanan terbesar secara nasional.
ZEE Indonesia di Perairan Natuna juga termasuk Pecahnya perang di kawasan ini dapat merusak
dalam wilayah yang diklaim oleh Tiongkok. ekosistem laut sehingga menurunkan jumlah
Dengan demikian, ada tumpang tindih wilayah produksi ikan. Selain itu, potensi pariwisata
antara Tiongkok dengan Indonesia (lihat kembali bahari Indonesia juga terganggu jika terjadi
gambar di atas). perang di Laut Tiongkok Selatan. Kemudian dari
Jika dilihat kembali berdasarkan perspektif sisi ancaman sosial budaya, pecahnya perang di
hukum internasional, pendapat bahwa Indonesia Laut Tiongkok Selatan berpotensi menimbulkan
seharusnya menjadi negara pengklaim tidak arus pengungsi dari berbagai wilayah perang ke
dapat dibenarkan. Hal ini dikarenakan klaim Indonesia. Hal ini pernah terjadi sebelumnya
Tiongkok dengan 9 garis putus-putusnya tidak ketika terjadi Perang Vietnam, sejumlah besar
berdasarkan pada hukum internasional yang sah, arus pengungsi berdatangan ke Pulau Galang.
tetapi hanya berupa klaim sejarah. Padahal dalam Dengan berbagai dimensi ancaman dari sengketa
hukum internasional seperti UNCLOS, laut tersebut, sudah sepatutnya Indonesia mengambil
teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif dihitung peran dalam proses penyelesaiannya.
dari garis pangkal daratan. Jika daratan terdekat Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa
adalah pulau-pulau di Spratly, maka baik laut Indonesia sendiri memiliki kepentingan
teritorial maupun ZEE negara pengklaim tidak terkait dengan Laut Tiongkok Selatan. Namun
akan bersinggungan dengan laut teritorial dan demikian, hal ini tidak lantas menutup peluang
ZEE Indonesia.31 Indonesia untuk menjadi pihak ketika dalam
Dengan posisi seperti ini, Indonesia proses penyelesaian sengketa. Seperti apa yang
membuka peluang dirinya untuk dapat berperan dikatakan oleh Kelman bahwa pihak ketiga tidak
menjadi pihak ketiga dalam proses penyelesaian harus bebas kepentingan atau netral sama sekali,
sengketa Laut Tiongkok Selatan. Peluang ini asalkan dia mempunyai komitmen terhadap
tidak akan diperoleh jika Indonesia menyatakan integritas proses penyelesaian sengketa/konflik.32

30
Mark Lender, “Offering to Aid Talks, U.S. Challenges
China on Disputed Islands,” 2010, http://www.nytimes.
com/2010/07/24/world/asia/24diplo.html?_r=0, diakses pada
tanggal 2 Januari 2012.
31
Oegroseno, Arif Havas, “Indonesia, South China Sea and the
9-dashed lines”, The Jakarta Post, 9 April 2014. 32
Kelman, op.cit.

Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 63 
Peran Indonesia dalam Upaya Untuk menghadapi ancaman tersebut,
Penyelesaikan Sengketa sistem pertahanan mempunyai tiga fungsi, yakni
fungsi penangkalan, fungsi penindakan, dan
1. Landasan Peran Indonesia dalam Upaya fungsi pemulihan. Tulisan ini akan difokuskan
Penyelesaian Sengketa pada fungsi yang pertama, yaitu penangkalan
Peran Indonesia dalam penyelesaian sengketa mengingat konflik terbuka yang bersifat masif
Laut Tiongkok Selatan setidaknya dapat masih belum terjadi. Fungsi penangkalan
didasarkan pada dua hal. Pertama, untuk merupakan keterpaduan usaha pertahanan untuk
mengantisipasi potensi ancaman ketika sengketa mencegah atau meniadakan niat dari pihak
Laut Tiongkok Selatan tereskalasi menjadi tertentu yang ingin menyerang Indonesia. Fungsi
konflik yang masif. Dalam rangka menghadapi ini dilaksanakan dengan strategi yang bertumpu
potensi ancaman tersebut, maka Indonesia pada instrumen penangkalan berupa instrumen
harus dapat menerapkan pertahanan negara. politik, ekonomi, psikologi, teknologi, dan
Pertahanan negara pada hakikatnya merupakan militer.35
segala upaya pertahanan bersifat semesta, yang Dasar kedua dari keterlibatan Indonesia
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran dalam proses pengelolaan/penyelesaian sengketa
akan hak dan kewajiban seluruh warga negara Laut Tiongkok Selatan adalah sebagai salah satu
serta keyakinan pada kekuatan sendiri untuk wujud cita-cita nasional seperti yang termaktubkan
mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat. yaitu ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keadilan sosial. Dalam Doktrin Pertahanan
NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari Negara Indonesia 2007, pencapaian sasaran
segala bentuk ancaman.33 pertahanan dalam mewujudkan perdamaian
Ancaman yang dihadapi sistem pertahanan dunia dan stabilitas regional adalah bagian dari
negara terdiri atas dua jenis, yaitu ancaman militer misi pertahanan negara yang sepanjang waktu
dan nirmiliter. Ancaman militer adalah ancaman diperjuangkan Indonesia sebagai bagian dari
yang menggunakan kekuatan bersenjata dan masyarakat internasional yang berada dalam
terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan pengaruh global dan regional.
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan Perwujudan perdamaian dunia dan stabilitas
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. regional merupakan kepentingan nasional yang
Dalam konteks Laut Tiongkok Selatan, ancaman harus diperjuangkan dan ditegakkan. Dalam
militer ini dapat berupa perluasan konflik dan konteks tersebut, kerja sama pertahanan akan
perang hingga mencapai wilayah Indonesia. dikembangkan sebagai salah satu instrumen
Sementara itu, ancaman nirmiliter merupakan dalam mewujudkan rasa saling percaya di
ancaman yang menggunakan faktor-faktor antara bangsa-bangsa di dunia melalui bidang
nirmiliter yang dinilai mempunyai kemampuan pertahanan. Sejalan dengan itu, diplomasi
yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan pertahanan akan lebih diefektifkan melalui
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. langkah-langkah yang lebih konkret dan
Ancaman nirmiliter dapat berdimensi ideologi, bermartabat.
politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan Kerja sama pertahanan dilaksanakan dalam
informasi, serta keselamatan umum.34 Dalam lingkup kerja sama bilateral, regional, dan
konteks Laut Tiongkok Selatan, konflik tersebut internasional. Pada lingkup regional, kerja
setidaknya berpotensi menimbulkan masalah sama pertahanan diarahkan bagi terwujudnya
pengungsi dan kerusakan lingkungan laut. kawasan regional yang stabil melalui upaya
bersama antarnegara di kawasan. Prioritas kerja
sama pertahanan adalah dengan negara-negara
33
Departemen Pertahanan Indonesia, Buku Putih Pertahanan
Indonesia, (Jakarta: Departemen Pertahanan, 2008), hlm. 43-44. di kawasan Asia Tenggara untuk menciptakan
34
Ibid., hlm. 27-31. 35
Ibid., hlm. 46-47.

64 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 55–70  


kawasan regional yang stabil,36 seperti yang memberi sumbangsih saran dan pandangan teknis
tersirat dalam cetak biru Pilar Politik-Keamanan mengenai proses negosiasi.
ASEAN. Banyak yang mengira bahwa lokakarya
Sebagai negara yang secara geografis tersebut merupakan bentuk mediasi Indonesia.
dekat tetapi tidak terlibat langsung dalam Padahal, lokakarya tersebut lebih merupakan
sengketa tersebut, Indonesia diharapkan dapat fasilitasi Indonesia untuk meningkatkan
berperan efektif dalam mendudukkan para pemahaman dan rasa saling percaya di antara para
negara pengklaim untuk mencari solusi yang negara pengklaim.38 Dalam konsep mengenai
menguntungkan bagi semua pihak. Hal ini intervensi pihak ketiga, langkah Indonesia
penting untuk dilakukan karena stabilitas kawasan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai konsiliasi.
Asia Tenggara berikut Laut Tiongkok Selatan Indonesia sebagai pihak yang dipercayai
merupakan modal utama dalam mendukung oleh pihak-pihak yang terlibat sengketa Laut
pertumbuhan ekonomi, bukan hanya bagi negara- Tiongkok Selatan menyediakan sambungan
negara anggota ASEAN, tetapi juga bagi mitra komunikasi informal kepada aktor-aktor konflik
ASEAN seperti Jepang, Korea, dan Tiongkok, dalam rangka mengidentifikasi isu, menurunkan
mengingat Laut Tiongkok Selatan merupakan ketegangan, dan mendorong interaksi langsung
jalur laut utama bagi lalu lintas perdagangan dalam bentuk lokakarya.
Asia Timur.37 Setelah sepuluh tahun, kesepakatan sponsor
dengan pihak Kanada berakhir. Posisi sponsor
2. Upaya yang Sudah Dilakukan kemudian digantikan oleh Tiongkok dan Taiwan.
Dalam sejarah penyelesaian sengketa Laut Perubahan sponsor membawa implikasi besar,
Tiongkok Selatan, usaha Indonesia sebenarnya yaitu perundingan yang bersifat multilateral
sudah dimulai sejak akhir 1980-an. Pascainsiden diubah menjadi bilateral. Akibatnya, negara-
perebutan Karang Johnson antara Tiongkok negara yang tidak bersengketa langsung,
dengan Vietnam pada tahun 1988, Indonesia termasuk Indonesia, tidak bisa terlalu jauh terlibat
berusaha menggunakan jalur diplomasi jalur II dalam setiap proses perundingan.
(track II diplomacy) untuk bisa mendudukkan Namun demikian, salah satu hasil dari
para pihak terkait dalam suatu meja. Kala itu, upaya pengelolaan sengketa Laut Tiongkok
Indonesia menggandeng sponsor dari Kanada Selatan adalah tercapainya kesepakatan berupa
melalui Canadian International Development Declaration of the Conduct of the Parties in
Agency (CIDA) dan Universitas British Columbia South China Sea pada tahun 2002. Harapan
dengan mengadakan lokakarya yang disebut the selanjutnya adalah tercapainya Code of Conduct
Workshop on Managing Potential Conflict in the antara pihak-pihak yang bersengketa yang
South China Sea. Pertemuan pertama diadakan memuat mekanisme hukuman dan ganjaran.
pada tahun 1990 dengan menghadirkan semua Setelah 20 tahun pertemuan rutin diadakan
negara pengklaim kepulauan Spratly, termasuk dan hampir tidak pernah terjadi konfrontasi lagi,
Tiongkok. Untuk menghindari kekhawatiran capaian tersebut terganggu dengan tindakan
pihak Tiongkok terhadap persekutuan negara- balas-membalas yang provokatif antara
negara anggota ASEAN, Indonesia menjelaskan Tiongkok, Vietnam, dan Filipina pada tahun
bahwa pertemuan tersebut bersifat informal. 2011. Untuk meredakan ketegangan yang terjadi
Selain itu, Taiwan juga bersedia hadir karena berdekatan dengan ASEAN Summit 2011 ini,
dianggap sebagai pihak tersendiri. Pertemuan Indonesia mengadakan ASEAN Senior Official
ini bersifat multilateral, diadakan satu tahun Meeting di Surabaya pada tanggal 7-11 Juni
sekali dan pada perkembangannya dihadiri oleh 2011. Pertemuan tersebut dihadiri oleh pejabat
seluruh negara anggota ASEAN dalam upaya tinggi negara-negara ASEAN dan negara mitra
dialog. Pembahasan utama pertemuan tersebut
36
Departemen Pertahanan Republik Indonesia, Doktrin
Pertahanan Negara, (Jakarta: Departemen Pertahanan RI, adalah mengenai garis acuan Declaration On the
2007), hlm. 97-98.
37
Raharjo, op.cit. 38
Oegroseno, op.cit.

Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 65 
Conduct of Parties (DOC). Garis acuan tersebut insiden terutama antara Tiongkok dengan
meminta Vietnam, Tiongkok, dan negara-negara Vietnam tetap saja terjadi. Ada tiga faktor
lain yang bersengketa untuk berpegang pada yang menurut penulis menjadi tantangan bagi
DOC yang disepakati pada tahun 2002 lalu agar usaha kepemimpinan Indonesia tersebut, yaitu
menggunakan jalan damai.39 perbedaan pendekatan penyelesaian, lemahnya
Pertemuan di Bali di atas juga memunculkan kekuatan Indonesia di mata para aktor sengketa,
wacana untuk memperluas ASEAN Maritime serta keterlibatan pihak asing.
Forum (AMF) sehingga dapat memasukkan Pada faktor pertama, terjadi perbedaan
Tiongkok dan negara-negara lain dalam forum pendekatan penyelesaian dari negara-negara
diskusi. Setahun kemudian, wacana tersebut yang terlibat sengketa. Di satu sisi, Tiongkok
diwujudkan dengan diadakannya The 1 st menghendaki penyelesaian sengketa melalui jalur
Expanded ASEAN Maritime Forum (EAMF) bilateral. Tiongkok memilih untuk menghadapi
yang diadakan di Manila, Filipina pada Oktober negara-negara pengklaim satu-persatu. Hal
2012. Selain negara-negara anggota ASEAN ini ditengarai sebagai taktik Tiongkok untuk
dan Tiongkok, forum tersebut juga dihadiri oleh menghindari bersatunya suara negara-negara
perwakilan dari Australia, India, Jepang, Selandia anggota ASEAN untuk melawan Tiongkok
Baru, Korea Selatan, Rusia, dan Amerika jika perundingan dilakukan secara multilateral.
Serikat. 40 Salah satu tujuan forum tersebut Sementara itu, Malaysia menghendaki agar
adalah agar dapat berkontribusi pada upaya sengketa ini diselesaikan berdasarkan konvensi
menuju Confidence Building Measures (CBM) PBB tentang Hukum Laut Internasional
dan diplomasi preventif di antara negara-negara (UNCLOS 1982). Pendekatan yang serupa juga
partisipan, yang dilakukan melalui pendekatan diajukan oleh Filipina. Indonesia sendiri melalui
non-security centric.41 ASEAN berusaha mengajukan pendekatan
Dalam level internasional, upaya aktif multilateral di tingkat regional dalam mencari
Indonesia juga ditunjukkan dalam the 21st Meeting solusi yang bisa menguntungkan semua pihak.
of States Parties to the 1982 UN Convention on Perbedaan pendekatan yang diajukan oleh pihak-
the Law of the Sea. Indonesia bersama-sama pihak terkait ini kemudian menyulitkan proses
dengan Filipina, Vietnam, Malaysia, Thailand, penyelesaian sengketa. Jika masing-masing
Laos, dan Singapura mencapai sebuah konsensus negara tetap bersikukuh terhadap pendekatan
bahwa penyelesaian sengketa atas Laut Tiongkok yang diajukannya, sengketa Laut Tiongkok
Selatan harus melalui resolusi damai dan Selatan ini akan terus rentan, di mana konflik
berdasarkan pada UNCLOS.42 dalam pengertian aksi militer bisa terjadi kapan
saja.
3. Tantangan yang Dihadapi Salah satu contoh dampak dari faktor
Wa l a u p u n I n d o n e s i a s u d a h b e r u p a y a perbedaan pendekatan di atas dapat dilihat pada
mendudukkan pihak-pihak yang berkonflik kasus gagalnya pencapaian kesepakatan bersama
dalam Senior Official Meeting dan membuat dalam ASEAN Ministrial Meeting (AMM) ke-45
konsensus dalam pertemuan UNCLOS, insiden- di Kamboja. Kegagalan tersebut merupakan yang
pertama dalam 45 tahun penyelenggaraannya
39
ASEAN, Guidelines on the implementation of the DOC, sejak 1967.43 Hal ini terjadi karena beberapa
Juli 2011.
negara seperti Vietnam dan Filipina meminta
40
“Chairman’s Statement, 1st Expanded ASEAN Maritime agar isu sengketa Laut Tiongkok Selatan
Forum Manila”, 2012, http://www.asean.org/news/asean-
statement-communiques/item/1st-expanded-asean-maritime- dimasukkan dalam draf kesepakatan bersama
forum-manila, diakses pada tanggal 9 September 2014. (joint communique). Sementara itu, Kamboja
41
“Konsep Pembentukan ASEAN Maritime Forum,” Tabloid
selaku tuan rumah, yang juga dikenal dekat
Diplomasi, Agustus 2010, http://www.tabloiddiplomasi.org/
previous-isuue/104-agustus-2010/902-konsep-pembentukan- 43
Prak Chan Thul dan Stuart Grudgings, “SE Asia meeting
asean-maritime-forum.html, diakses pada tanggal 9 September in disarray over sea dispute with China”, 2012, http://
2014. www.reuters.com/article/2012/07/13/us-asean-summit-
idUSBRE86C0BD20120713, diakses pada tanggal 9 September
42
Raharjo, op.cit. 2014.

66 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 55–70  


dengan Tiongkok, bersikukuh untuk tidak Faktor ketiga, yaitu keterlibatan pihak-pihak
memasukkan isu sengketa tersebut. Menurut asing yang turut memperumit dinamika. Sengketa
Kamboja, pertemuan antarmenteri luar negeri Laut Tiongkok Selatan bukanlah semata-mata
ASEAN tersebut bukanlah pengadilan yang dapat sengketa antarnegara dalam memperebutkan
memutuskan sengketa (secara hukum).44 Alasan suatu wilayah, tetapi juga menjadi ajang bagi
Kamboja ini didasari pada preferensi bahwa perebutan pengaruh dua kekuatan besar di Asia
pihak luar seharusnya tidak ikut campur tangan Timur, yaitu Tiongkok dan Amerika Serikat.
dalam masalah penyelesaian Sengketa Laut Tiongkok yang kini berhasil menyusul negara-
China Selatan, yang juga menjadi pendekatan negara established economic power dengan
yang ditekankan oleh Tiongkok.45 menduduki peringkat dua besar ekonomi dunia
Faktor kedua, yaitu kekuatan Indonesia juga terlihat mulai tertarik untuk memperkuat
yang lebih lemah dibandingkan dengan pihak militernya. Di sisi lain, Amerika Serikat juga
yang bersengketa, terutama Tiongkok, menjadi tidak mau kawasan Asia Timur yang sedang
faktor yang determinan. Dari segi ekonomi, menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia ini
data Bank Dunia menunjukkan bahwa pada terlepas dari pengaruhnya.
tahun 2012 Tiongkok merupakan negara dengan Menurut Taylor Fravel, setidaknya ada dua
ekonomi terbesar kedua di dunia, sementara kepentingan utama Amerika Serikat terhadap
Indonesia berada di urutan kelima belas. 46 Laut Tiongkok Selatan.48 Pertama, Amerika
Dari segi militer, anggaran maupun alutsista Serikat berkepentingan agar aksesnya terhadap
Indonesia juga kalah jauh jika dibandingkan Laut Tiongkok Selatan tetap terbuka. Dari sekitar
dengan Tiongkok. Power dan bargaining 5 triliun dolar nilai perdagangan yang melalui
position Indonesia yang lebih lemah terhadap Laut Tiongkok Selatan, 1 triliun diantaranya
Tiongkok mungkin menyebabkan tidak terlalu adalah milik Amerika Serikat. Selain itu, Amerika
diindahkannya konsiliasi Indonesia. Hal ini Serikat juga membutuhkan akses bagi militernya
kemudian berimplikasi pada ketidakberdayaan yang kini fokus pada kawasan Asia Pasifik
Indonesia untuk melawan pendapat Tiongkok dengan bertumpu pada U.S. Pacific Command
yang bersikukuh menggunakan jalur bilateral (USPACOM). Kepentingan kedua, Amerika
dibanding menggunakan jalur multilateral.47 Serikat membutuhkan kestabilan wilayah ini.
Ketika Indonesia hendak memperjuangkan Apalagi, beberapa negara sekutu Amerika seperti
kesepakatan Code of Conduct, maka metode Filipina berada di kawasan tersebut. Penempatan
intervensi pihak ketiga yang harus dilakukan 2500 angkatan laut AS di Darwin, Australia pada
adalah mediasi kekuatan (power mediation). November 2011 dianggap sebagai upaya Amerika
Dalam metode ini, Indonesia harus dapat Serikat untuk menjamin kawasan tersebut tetap
berperan sebagai mediator yang melibatkan stabil. Walaupun pihak Gedung Putih mengaku
penggunaan paksaan melalui mekanisme imbalan bahwa penempatan tersebut untuk memfasilitasi
dan hukuman. Namun demikian, lemahnya latihan militer bersama dengan Australia, tetapi
posisi tawar Indonesia di hadapan negara yang sangat dimungkinkan tentara-tentara tersebut
berkonflik, terutama Tiongkok, menjadikan dikirim ke Laut Tiongkok Selatan jika konflik
model mediasi ini sulit dilakukan. Dengan atau perang terjadi.
demikian, Code of Conduct sebagai produk yang Selain Amerika Serikat, India juga disinyalir
diharapkan pun masih sulit dicapai. turut bermain dan memperumit dinamika
hubungan antar para pihak di Laut Tiongkok
44
”Asean nations fail to reach agreement on South China
Sea,” 2012, http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-18825148,
diakses pada tanggal 9 September 2014.
48
M. Taylor Fravel, “The United States in the South China
Sea Disputes,” dalam 6th Berlin Conference on Asian Security:
45
Thul dan Grudgings, op.cit. The U.S. and Tiongkok in Regional Security, Implications for
Asia and Europe, 2012; M. Taylor Fravel, “Maritime Security
46
Bank Dunia, Gross Domestic Product 2012, 2013, http:// in the South China Sea and the Competition over Maritime
databank.worldbank.org/data/download/GDP.xls, diakses pada Rights”, dalam Patrick Cronin dan William Rogers (Eds.),
tanggal 19 Desember 2013. Cooperation from Strength: The United States, Tiongkok and the
South China Sea, (Washington, DC: Center for New American
47
Raharjo, op.cit. Security, 2012).

Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 67 
Selatan. Kedekatan hubungan India dengan bahkan untuk hubungan Vietnam dengan
Vietnam menjadi satu hal yang penting. Tiongkok sudah masuk tahap polarisasi. Untuk
Hubungan Vietnam dengan Tiongkok dalam menyelesaikan sengketa tersebut, Indonesia
sengketa ini bersifat konfliktual. Dukungan muncul sebagai penggagas upaya-upaya
India terhadap Vietnam menjadi signifikan dan perundingan secara damai dengan mengajak
ancaman bagi Tiongkok karena India memiliki negara-negara yang bersengketa agar mau duduk
kapasitas ekonomi dan militer yang cukup besar. bersama dalam satu forum multilateral. Namun,
Pada Juli 2011, Kapal Laut India, INS Airavat, peran Indonesia tersebut masih menghadapi
yang bergerak ke Nha Trang di selatan Vietnam tantangan-tantangan, baik berasal dari dalam
diperingatkan oleh Tiongkok agar menjauh dari diri Indonesia sendiri berupa relatif lemahnya
perairan Tiongkok. India sendiri menanggapinya posisi tawar terhadap Tiongkok dan negara-
dengan mengatakan bahwa India mendukung negara pengklaim lainnya, maupun berasal dari
kebebasan pelayaran di perairan internasional, luar Indonesia berupa perbedaan pendekatan
termasuk di Laut Tiongkok Selatan, sehingga ia dan keterlibatan pihak-pihak asing yang turut
punya hak untuk melewati perairan internasional memperkeruh sengketa. Akibatnya, Indonesia
di Laut Tiongkok Selatan tersebut.49 kesulitan untuk melakukan intervensi lebih jauh
Selain aktor negara, aktor nonnegara dan masih berkutat pada level intervensi yang
berupa perusahaan-perusahaan minyak juga rendah berupa konsiliasi. Padahal, dalam tahap
turut terlibat dalam sengketa ini. Philex Mining konflik yang sudah masuk polarisasi, Indonesia
Corp, Tiongkok National Offshore Oil Corp., dan perlu melakukan mediasi kekuatan. Dengan kata
Vietnam Oil & Gas Group (Petrovietnam) saling lain, upaya yang dilakukan Indonesia masih
bersaing untuk melakukan survei dan mengebor sebatas pengelolaan, belum pada penyelesaian
wilayah-wilayah di Laut Tiongkok Selatan yang konflik.
masih disengketakan.50 Namun demikian, Indonesia harus tetap
Dengan berbagai tantangan tersebut, optimis bahwa sengketa ini dapat diselesaikan
kepemimpinan Indonesia dalam menyelesaikan dalam koridor perundingan yang damai. Secara
konflik ini diuji kualitasnya. Hingga saat ini militer, Indonesia dan empat negara anggota
prosesnya memang belum selesai sehingga ASEAN yang terlibat sengketa memang tidak
dibutuhkan waktu lagi untuk menentukan apakah bisa menyaingi kekuatan militer Tiongkok.
kepemimpinan itu berhasil atau tidak. Namun, Akan tetapi secara ekonomi, kelima negara
belum selesainya proses justru menjadi peluang tersebut merupakan mitra dagang yang sangat
bagi Indonesia untuk memperbaiki strategi- penting bagi Tiongkok, terutama dalam kerangka
strategi yang digunakan agar penyelesaian ACFTA. Apalagi, resiko kerugian yang akan
sengketa secara damai dapat berjalan efektif. dialami jika Laut Tiongkok Selatan menjadi ajang
pertempuran militer sangatlah besar, mengingat
jalur ini digunakan untuk lalu lintas energi dan
Penutup
perdagangan negara-negara di sekitar kawasan.
Sengketa Laut Tiongkok Selatan merupakan salah Dua faktor ini diharapkan menjadi media bagi
satu ancaman yang berpotensi menimbulkan pembangunan kepercayaan (trust building) yang
dampak negatif yang besar, tidak hanya bagi dapat digunakan Indonesia untuk melanjutkan
Indonesia, tetapi juga bagi stabilitas kawasan di proses penyelesaian sengketa. Kini, target
Asia Tenggara. Hingga saat ini, secara umum yang perlu dicapai Indonesia hanya satu, yaitu
sengketa tersebut berada dalam tahap segregasi, mewujudkan aturan main (Code of Conduct)
di Laut Tiongkok Selatan. Jika aturan main
Leszek Buszynski, “The South China Sea: Oil, Maritime
49
tersebut disepakati, Indonesia akan mendapat dua
Claims, and U.S.—Tiongkok Strategic Rivalry.” The
Washington Quarterly 35:2, 2012, hlm. 139-156.
keuntungan sekaligus. Pertama, ancaman sengketa
tersebut terhadap pertahanan negara menjadi
50
Patrick Barta dan Cris Larano, “Drilling Plans Raise Stakes hilang. Kedua, peran Indonesia akan diakui
in Disputed Seas”, Tanpa Tahun, http://online.wsj.com/news/
articles/SB1000142405311190429250457648407325020564, secara khusus di tingkat regional ASEAN dan
diakses pada tanggal 19 Desember 2013.

68 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 55–70  


secara umum di tingkat Internasional, sehingga Tanner, Fred. 2000. “Conflict Prevention and
akan menaikkan posisi tawar Indonesia sebagai Conflict Resolution: Limits of Multilateralism”.
modal untuk memperjuangkan kepentingan International Review of the Red Cross,
September.
nasional selanjutnya.
The Adelphi Papers. 2006. Southeast Asia. Oxon:
Routledge.
Daftar Pustaka Vestergaard, Bjarne, Erik Helvard, dan Aase Rieck
Sørensen. 2011. Conflict Resolution – Working
with Conflicts. Kopenhagen: Danish Centre for
Buku
Conflict Resolution.
Asian Development Bank. 2011. Asia 2050: Realiz-
Wallensteen, Peter. 2002. Understanding Conflict
ing the Asian Century. Singapore: ADB.
Resolution War, Peace and The Global System.
Departemen Pertahanan Republik Indonesia. London: Sage Publishing.
2007. Doktrin Pertahanan Negara. Jakarta:
Departemen Pertahanan RI.
Departemen Pertahanan Republik Indonesia. 2008. Jurnal
Buku Putih Pertahanan Indonesia. Jakarta: Buszynski, Leszek. 2012. “The South China Sea:
Departemen Pertahanan RI. Oil, Maritime Claims, and U.S.—Tiongkok
Fisher, Ronald J. 2001. Berghof Handbook for Conflict Strategic Rivalry.” The Washington Quarterly
Transformation: Methods of Third-Party 35(2): 139-156.
Intervention. Berlin: Berghof Research Center Kelman, Herbert C. 2005. “Building Trust among
for Constructive Conflict Management. Enemies: The Central Challenge for International
Fravel, M. Taylor. 2012. Maritime Security in the Conflict Resolution.” International Journal of
South China Sea and the Competition over Intercultural Relations (29): 639-650.
Maritime Rights” dalam Patrick Cronin and Suharna, Karmin. 2012. “Konflik dan Solusi Laut
William Rogers, eds., Cooperation from Tiongkok Selatan dan Dampaknya bagi
Strength: The United States, Tiongkok and the Ketahanan Nasional.” Majalah Ketahanan
South China Sea. Center for New American Nasional Edisi 94: 33-41.
Security: Washington, DC. Thomas Jordan. 1997. “F. Glasl: Konfliktmanagement.
Fravel, M. Taylor. 2012. The United States in the Ein Handbuch für Führungskräfte, Beraterinnen
South China Sea Disputes, dalam 6th Berlin und Berater” (resensi buku). International
Conference on Asian Security: The U.S. and Journal of Conflict Management, 8(2): 170-174.
Tiongkok in Regional Security, Implications Victor, Muhamad Simela. 2012. Kepentingan
for Asia and Europe. Tiongkok dan Posisi ASEAN dalam Sengketa
Glasl, Friedrich. 1999. Confronting Conflict. Bristol: Laut Tiongkok Selatan. Info Singkat Hubungan
Hawthorn Press. Internasional Vol. IV, No. 08/II/P3DI.
Huth, Paul K. 2000. “Territory: Why Are Territorial
Disputes Between States a Central Cause Surat Kabar dan Website
of International Conflict?”, dalam John A.
ASEAN. 2011. “Chair’s Statement of the 18th ASE-
Vasquez (Ed.), What Do We Know about War?
AN Summit, 7-8 May 2011”. http://cil.nus.edu.
Maryland: Rowman and Litttlefield Publisher.
sg/2011/2011-chairs-statement-of-the-18th-
Irewati, Awani, dkk. 2011. Sengketa Wilayah asean-summit/.
Perbatasan Thailand-Kamboja, Jakarta: P2P
Bank Dunia. 2013. “Gross Domestic Product 2012.”
LIPI.
http://databank.worldbank.org/data/download/
Miller, Christopher E. 2005. A Glossary of Terms GDP.xls.
And Concepts in Peace And Conflict Studies
Barta, Patrick dan Cris Larano. Tanpa Tahun. “Drill-
(2nd Edition). Costa Rica: University For Peace.
ing Plans Raise Stakes in Disputed Seas.” http://
Swanström, Niklas L.P. dan Mikael S. Weissmann. online.wsj.com/news/articles/SB10001424053
2005. Conflict, Conflict Prevention and Conflict 111904292504576484073250205648.
Management and Beyond: A Conceptual
BBC. 2014. “Q&A: South China Sea Dispute.”
Exploration. Uppsala: the Central Asia-
http://www.bbc.com/news/world-asia-pacif-
Caucasus Institute & Silk Road Studies
ic-13748349.
Program.

Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 69 
Kaphle, Anup dan Benjamin Gottlieb. 2013. “Time- pute with China”. http://www.reuters.com/
line: Disputes in the South China Sea”. http:// article/2012/07/13/us-asean-summit-idUS-
www.washingtonpost.com/wp-srv/world/spe- BRE86C0BD20120713.
cial/south-Tiongkok-sea-timeline/. ”Asean nations fail to reach agreement on South China
Lender, Mark. 2010. “Offering to Aid Talks, U.S. Sea”. 2012. http://www.bbc.co.uk/news/world-
Challenges China on Disputed Islands.” asia-18825148.
http://www.nytimes.com/2010/07/24/world/ “Chairman’s Statement, 1st Expanded ASEAN Mar-
asia/24diplo.html?_r=0. itime Forum Manila”. 2012. http://www.ase-
McGeown, Kate. 2011. “US’ stands by Philippines’amid an.org/news/asean-statement-communiques/
South China Sea Tension.” http://www.bbc. item/1st-expanded-asean-maritime-forum-
com/news/world-asia-pacific-13899465. manila.
Oegroseno, Arif Havas. 2014. “Indonesia, South Chi- “Konsep Pembentukan ASEAN Maritime Forum”.
na Sea and the 9-dashed lines”. The Jakarta 2010. Tabloid Diplomasi. Agustus 2010. http://
Post, 9 April 2014. www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/104-
Raharjo, Sandy Nur Ikfal. 2011. “Sengketa Kepulau- agustus-2010/902-konsep-pembentukan-ase-
an Spartly: Tantangan Bagi Indonesia sebagai an-maritime-forum.html.
Ketua ASEAN 2011.” http://politik.lipi.go.id/
index.php/in/kolom/politik-internasional/472-
sengketa-kepulauan-spratly-tantangan-bagi-
indonesia-sebagai-ketua-asean-2011.
Thul, Prak Chan dan Stuart Grudgings. 2012.
“SE Asia meeting in disarray over sea dis-

70 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 55–70  


POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA DALAM MENGHADAPI
ISU TERORISME INTERNASIONAL1

INDONESIAN FOREIGN POLICY IN DEALING WITH


INTERNATIONAL TERRORISM ISSUE

Ganewati Wuryandari

Peneliti Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 10, Jakarta
E-mail: ndari_ganewati@yahoo.com
Diterima: 30 Juli 2014; direvisi: 5 September 2014; disetujui: 22 Oktober 2014

Abstract

Terrorism is not a new issue, however it has become one of the most important issues of Indonesian foreign
policy. The global fight against terrorism has increasingly gained legitimacy and supports among international
community especially after the September 11, 2001 attacks in New York. Indonesia considers that the fight against
terrorism is not merely to be its international obligation to support the global movement to ameliorate the menace,
it is also to serve its national interest. To combat terrorism, Indonesian foreign policy closely cooperates with other
nations-states in terms of bilateral, regional and multilateral. However, these international cooperations are often
dictated by the perspective of the parties concerned. This paper provides an analysis of Indonesian foreign policy
responses to international terrorism. The work assesses its role in various bilateral, regional and multilateral
cooperation in combating international terrorism.

Keywords: Indonesian foreign policy, international terrorism, international cooperation.

Abstrak

Terorisme bukan isu baru namun menjadi salah satu isu yang semakin penting dalam kebijakan luar negeri
Indonesia. Perang global melawan terorisme memperoleh legitimasi dan dukungan yang semakin meluas dari
masyarakat internasional terutama setelah terjadi tragedi 11 September 2001 di New York. Keterlibatan Indone-
sia dalam perang melawan terorisme ini tidak hanya untuk memenuhi kewajibannya sebagai bagian masyarakat
internasional untuk secara bersama-sama memerangi terorisme, melainkan juga demi memenuhi kepentingan
nasionalnya. Kebijakan luar negeri Indonesia dalam penanganan isu ini sangat mengedepankan kerja sama dengan
negara-negara lain baik bilateral, regional dan multilateral. Namun demikian, kerja sama internasional yang terkait
dengan penanganan isu terorisme internasional harus dicermati karena sangat diwarnai oleh perspektif pihak-pihak
yang berkepentingan. Tulisan ini menganalisis kebijakan luar negeri Indonesia dalam forum bilateral, regional dan
multilateral mengenai isu terorisme internasional.

Kata Kunci: kebijakan luar negeri, terorisme internasional, kerja sama internasional.

1
Tim Peneliti terdiri dari: Ganewati Wuryandari (Koordinator), RR. Emilia Yustiningrum, Nanto Sriyanto, Athiqah Nur Alami.

Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menghadapi ... | Ganewati Wuryandari | 71 
Pendahuluan Dilihat dari pernyataan tersebut, dapat
Terorisme bukanlah isu baru namun menjadi dikatakan Indonesia sesungguhnya belum
aktual terutama sejak terjadinya peristiwa menentukan sikap tegasnya dalam kaitannya
serangan terhadap gedung World Trade Centre dengan kebijakan global AS untuk memerangi
(WTC) di New York, Amerika Serikat (AS) terorisme. Namun, hal ini tidak berarti Indonesia
pada 11 September 2001. Tragedi ini mendorong bersikap pasif dalam merespons persoalan
munculnya pemahaman baru tentang terorisme.2 terorisme. Lima belas hari setelah tragedi 9/11,
Terorisme tidak lagi hanya dipahami sebagai aksi Indonesia menandatangani Konvensi Perserikatan
kejahatan luar biasa yang bersifat nasionalistik Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Pencegahan
dan teritorial, melainkan aksi tersebut juga Sumber Finansial Terorisme (International
memiliki karakter ideologis yang berkorelasi Convention for the Suppression of the Financing
dengan agama dan bersifat lintas negara. of Terrorism 1999).4 Selain untuk memperkuat
payung hukum isu terorisme di level internasional,
Peristiwa 9/11 di atas juga telah memiliki
penandatangan tersebut dimaksudkan untuk
dampak terhadap perubahan konstelasi politik
menunjukkan sikap Indonesia yang menghormati
internasional dengan kecenderungan semakin
dan mengedepankan mekanisme multilateral
eksisnya hegemoni AS. Tragedi ini berkembang
dalam memerangi terorisme daripada aksi
sebagai isu global sebagai akibat dari kebijakan
unilateral AS. Sikap kritis Indonesia tersebut
yang dilancarkan untuk memerangi terorisme
digarisbawahi oleh pernyataan Megawati yang
yang dikenal dengan Global War against
mengecam tindakan unilateral tersebut sebagai
Terrorism. Dalam implementasinya, AS menuntut
“an act of aggression, which is in contravention
dukungan dari komunitas internasional untuk
of international law”.5
bekerja sama memerangi terorisme. Deklarasi
“either you are with us or against us” yang Kebijakan Indonesia di atas dilandasi
dinyatakan oleh Presiden AS George W. Bush oleh persepsi pemerintah yang saat itu masih
tidak memberikan pilihan lain bagi negara-negara menganggap terorisme bukan menjadi ancaman
di dunia selain hanya untuk bersikap mendukung utama bagi keamanan nasional. Maraknya gejolak
atau tidak ikut dalam aliansi AS dalam perang politik domestik, diantaranya tuntutan merdeka
melawan teroris. dari sejumlah wilayah seperti Papua dan Aceh,
menjadikan persoalan separatisme lebih krusial
Menanggapi tragedi tersebut, Indonesia
bagi Indonesia. Hal ini sebagaimana diakui
bersikap responsif. Tidak lama setelah peristiwa
oleh pejabat tinggi pemerintah Indonesia yang
tersebut, Presiden RI Megawati Soekarnoputri
menyatakan bahwa separatisme merupakan “the
mengirimkan surat kepada Presiden Bush berisi
most pressing security threat, not terrorism”.6
ekspresi duka cita dan kecaman Indonesia
Keengganan Indonesia untuk turut serta dalam
yang mengutuk serangan tersebut sebagai
tindakan yang tidak berperikemanusiaan. Hal
yang sama diulangi kembali oleh Megawati Building Worldwide Campaign Against Terrorism: Remarks
by President Bush and President Megawati of Indonesia”, 19
ketika berkunjung ke Washington pada 19 September 2001.
September 2001. Pernyataan tersebut dilandasi
4
Fabiola Desy Unidjaja, “Indonesia Signs UN Convention
sikap Indonesia yang menentang segala bentuk on Terrorism”, The Jakarta Post, 26 September 2001, http://
kekerasan sebagai cara untuk mencapai suatu www.thejakartapost.com/news/2001/09/26/indonesia-signs-un-
tujuan politik, sebagaimana dinyatakan oleh convention-terrorism.html, diakses pada tanggal 12 November
2013.
Presiden Megawati bahwa, “Indonesia has
always been against violence. Anything that 5
Gary LaMoshi, “Indonesia Doth Protest War Too Little”,
Asia Times, 29 Maret 2003, http://www.atimes.com/atimes/
relates to violence, including acts of terrorism,
Southeast_Asia/EC29Ae02.html, diakses pada tanggal 12
we will definitely be against it.”3 November 2013.

2
Matthew J. Morgan, “The Origins of the New Terrorism”,
6
Pernyataan pejabat tinggi pemerintah Indonesia di Jakarta
Parameters, 2004, hlm. 29. pada 20 Juni 2008 dalam Senia Febrica, “Securitizing Terrorism
in Southeast Asia: Accounting for the Varying Responses of
3
Office of the Press Secretary, the U.S. Government, “President Singapore and Indonesia”, Asian Survey, Vol. 50, No. 3, 2001,
hlm. 582.

72 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 71–83  


perang gobal melawan terorisme juga diperkuat Detasemen Khusus 88 atau yang dikenal dengan
oleh pernyataan Wakil Presiden Hamzah Haz Densus 88 pada tahun 2004 dan Badan Nasional
yang pada awalnya menyangkal adanya jaringan Penanggulangan Terorisme yang terbentuk
terorisme di Indonesia.7 Dengan kata lain, pada pada pada 2010.8 Selain melalui upaya legal
saat itu terorisme belum dilihat sebagai ancaman dan kelembagaan, Indonesia juga melakukan
sehingga belum terjadi proses sekuritisasi dalam upaya penegakan hukum melalui aksi-aksi
kebijakan luar negeri Indonesia. penangkapan para tersangka teroris, mengadili
Sikap kritis Indonesia dalam koalisi global dan memenjarakan mereka bila terbukti bersalah
melawan terorisme di atas ternyata tidak di dalam proses pengadilan. Menurut Ansyad
berlangsung lama. Berbagai rentetan aksi Mbay, Kepala BNPT, sampai dengan saat ini
terorisme yang terjadi di Indonesia terutama BNPT telah berhasil menangkap sekitar 810
sejak Bom Bali I pada 2002 telah menyentakkan orang teroris dan membawa 500 orang teroris
Indonesia bahwa aksi terorisme seolah sebagai ke pengadilan.9
bom waktu yang setiap saat bisa terjadi. Rentetan Sedangkan pada lingkup internasional,
peristiwa berikutnya seperti Bom Hotel J.W. komitmen Indonesia untuk penanggulangan ter-
Marriot (2003), Bom Kedubes Australia (2004), orisme terwujud dalam politik luar negeri yang
Bom Bali II (2005) dan Bom J.W.Marriot-Ritz terus menggunakan berbagai upaya bilateral,
Carlton (2009) semakin menguatkan kesadaran regional dan global untuk mengatasi ancaman
bahwa terorisme menjadi ancaman nyata bagi ini. Secara bilateral, Indonesia menggalang kerja
keamanan nasional Indonesia. sama dengan berbagai negara, antara lain AS dan
Perkembangan isu terorisme di tingkat Australia. Sementara dalam konteks regional,
internasional dan domestik tersebut pada akhirnya Indonesia menempatkan ASEAN sebagai bagian
menjadi titik tolak perubahan orientasi kebijakan penting dalam kerja sama penanganan terorisme.
anti-terorisme Indonesia. Komitmen baru untuk Hal ini dikarenakan terorisme di Indonesia diya-
penanggulangan terorisme tersebut dapat dilihat kini memiliki jaringan internasional, termasuk di
pada lingkup domestik dan internasional. beberapa negara ASEAN. Peristiwa Bom Bali I
Pada lingkup domestik, komitmen Indonesia yang melibatkan jaringan teroris dari Malaysia
tersebut tercermin pada tataran legal-formal, memperkuat keyakinan tersebut.10 Pentingnya
kelembagaan dan praksis. Secara yuridis, kerja sama antar negara ASEAN disampaikan
Indonesia mengeluarkan sejumlah peraturan dalam pidato Presiden RI Megawati pada ulang
perundangan terkait penanganan terorisme, yaitu tahun ASEAN ke-36 di Jakarta pada 2003:
seperti Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang (Perpu) Nomor 1 Tahun 2002 yang Regional plans of action to tackle such
kemudian diubah menjadi Undang-Undang (UU) problems had long been established as part and
Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan parcel of ASEAN’s functional cooperation, but
Tindak Pidana Terorisme, Perpu No. 2 Tahun suddenly these appeared to be inadequate in
the face of the cataclysms like terrorist attacks
2002 tentang pemberlakuan Perpu No. 1 Tahun
in the United States and in Bali. These two
2002 pada peristiwa Bom Bali I, Inpres No. tragedies roused the entire civilized world to
4 Tahun 2002, dan Surat Keputusan Menteri the immense danger of international terrorism
Koordinator Bidang Politik dan Keamanan
No. Kep-26/Menko/Polkam/11/2002 tentang 8
Densus 88 ini adalah salah satu dari unit antiteror di
Pembentukan Desk Koordinasi Pemberantasan Indonesia, disamping Detasemen C Gegana Brimob, Detasemen
Penanggulangan Teror (Dengultor) TNI AD alias Grup 5 Anti
Terorisme (DKPT). Teor, Detasemen 81 Kopasus, Detasemen Jalamangkara Korps
Disamping DKPT, pemerintah juga Marinir TNI AL dan Detasemen Bravo (Denbravo) TNI AU.
membangun kelembagaan baru yang dirancang 9
Ansyaad Mbai, “Kebijakan Penanggulangan Terorisme”,
sebagai unit antiteroris. Salah satunya adalah Presentasi disampaikan pada Focus Group Discussion Tim
Polugri P2P LIPI, Jakarta, 14 Mei 2013.
7
Foreign Correspondent, “Hamzah Haz Interview Transcript”, 10
Irfa Puspitasari, “Indonesia’s New Foreign Policy-‘Thousand
23 Oktober 2002, http://www.abc.net.au/foreign/stories/ Friends Zero Enemy’”, IDSA Issue Brief, No. 23, Agustus
s710402.htm, diakses pada tanggal 12 November 2013. 2010, hlm. 4.

Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menghadapi ... | Ganewati Wuryandari | 73 
and other transnational crimes. It became clear untuk menanggulangi terorisme harus sesuai
that no single country or group of countries dengan prinsip demokrasi.12
could overcome this threat alone. In Indonesia’s
view, which is shared by the rest of the ASEAN Berdasarkan uraian di atas terlihat terorisme
members, it would take a global coalition masih menjadi ancaman yang perlu diwaspadai.
involving all nations, all societies, religions and Gerakan dan penyebaran terorisme di Indonesia
cultures to defeat this threat.11 tidak dapat dilepaskan dari konteks regional
dan internasional, oleh karena itu, upaya untuk
Dalam lingkup kerja sama multilateral, mengatasinya juga harus melibatkan banyak
Indonesia mendukung langkah-langkah pihak termasuk negara-negara lain. Hanya saja
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan berperan kerja sama penanggulangan terorisme melalui
aktif dalam berbagai bentuk kerja sama dengan bilateral, regional dan multilateral tidak terlepas
lembaga-lembaga internasional khususnya dalam dari perbedaan kepentingan antar negara yang
rangka penegakan hukum, dan berbagai langkah terlibat. Karakter transnasional yang terdapat
pencegahan, penumpasan, pemberantasan pada aksi terorisme dewasa ini telah menjadi
terorisme serta keamanan internasional. Salah salah satu justifikasi bagi tindakan pelanggaran
satu wujud dukungan itu antara lain dalam norma dasar hubungan internasional, yaitu
Counter-Terrorism Committee (CTC) yang kedaulatan nasional. Kondisi ini menjadi
dibentuk berdasarkan Resolusi DK PBB No. tantangan tersendiri bagi pelaksanaan kebijakan
1373 Tahun 2001. Dalam rangka menindaklajuti luar negeri Indonesia yang bebas aktif, yaitu
pemenuhan kewajibannya sebagai bagian dari penentuan kebijakan luar negeri yang seimbang
CTC, pemerintah Indonesia membuat laporan diantara tekanan internasional dan sensitivitas
capaian upaya penanggulangan terorisme setiap domestik tanpa mengorbankan kepentingan
tahunnya. Selain itu, Indonesia telah meratifikasi nasional. Terkait dengan permasalahan tersebut
7 dari 16 konvensi internasional dan protokol ada dua pertanyaan utama perlu diajukan, yaitu:
dalam isu terorisme. pertama, bagaimana signifikansi isu terorisme
Di dalam upaya penanggulangan terorisme dalam kebijakan luar negeri Indonesia; dan kedua,
di atas, kebijakan luar negeri Indonesia bagaimana kebijakan luar negeri Indonesia di
dilandaskan pada beberapa pilar strategi. tingkat bilateral, regional dan multilateral dalam
Sebagaimana dikemukakan oleh Menteri Luar isu terorisme internasional?
Negeri RI Marty Natalegawa di Symposium on
International Counter-Terrorism Cooperation Terorisme dalam Perspektif Teoritik
yang diselenggarakan oleh Sekretaris Jenderal Hubungan Internasional
PBB di New York pada 19 September 2011, Terorisme dapat dipahami dari berbagai disiplin
pilar-pilar strategi tersebut adalah sebagai ilmu seperti kriminologi, politik, hubungan
berikut: pertama, upaya nasional dan regional internasional, keamanan (war and peace
harus sejalan dengan upaya global; kedua, perang studies), komunikasi dan agama. Kondisi ini
melawan terorisme harus diarahkan pada akar menyebabkan tidak ada definisi terorisme yang
terorisme itu sendiri; ketiga, demi mencapai baku dan berlaku universal, sehingga menjadi
upaya jangka panjang, penggunaan soft power salah satu masalah yang mengganjal bagi kajian
menjadi sangat esensial; dan keempat, upaya terorisme.
Berdasarkan sudut pandang multidisipliner
tersebut di atas, tindakan terorisme sendiri dapat
11
Megawati Soekarnoputri, “ASEAN Today: Challenges
and Responses, Remarks by the President of the Republic didefinisikan dari berbagai segi, yaitu antara lain
of Indonesia on the Occasion of the 36th Anniversary of sebagai kriminalitas, sebagai kekerasan politik
the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN),
Jakarta, 8 Agustus 2003, http://www.asean.org/news/ 12
Permanent Mission of The Republic of Indonesia to
asean-statement-communiques/item/asean-today-challenges- The United Nations, “Statement by H.E. DR. R.M. Marty
and-responses-remarks-by-the-president-of-the-republic-of- M. Natalegawa Minister of Foreign Affairs of Republic
indonesia-on-the-occasion-of-the-36th-anniversary-of-the- of Indonesia at The Secretary-General’s Symposium on
association-of-southeast-asian-nations-asean-jakarta, diakses International Counter-Terrorism Cooperation”, New York, 19
pada tanggal 12 November 2013. September 2011.

74 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 71–83  


(political violence), sebagai bentuk strategi dikaitkan dengan terorisme yang terkait dengan
perang, sebagai bentuk komunikasi, dan sebagai isu nasionalisme tersebut. Namun, perkembangan
perang suci berlandaskan agama.13 Sedangkan pasca Perang Dingin di tahun 1990-an hingga kini
berdasarkan peristilahannya (etimologi), teror menunjukan perubahan dari permulaan sejarah
sendiri berasal dari bahasa Latin “terrere” istilah terorisme ini sendiri. Pada terorisme
yang berarti “menakut-nakuti” yang diserap yang berkembang di tahun 1990-an, keterkaitan
ke dalam bahasa Prancis dan selanjutnya dengan ideologi dan nasionalisme tidak lagi
digunakan pertama kali dalam bahasa Inggris menjadi faktor utama. Saat ini, isu terorisme
pada tahun 1528. Terorisme sendiri memiliki seringkali dikaitkan dengan keyakinan agama
konotasi politis saat digunakan oleh salah satu sebagai motif politik di belakangnya.16 Seperti
faksi dalam Revolusi Perancis. Pada saat itu, dinyatakan oleh Hoffman bahwa “the religious
untuk menanggulangi ancaman kubu monarkis, imperative for terrorism is the most important
Maximilien Robespierre memerintahkan eksekusi characteristic of terrorist activity today.”17
massal 17.000 tahanan untuk memberikan Karakteristik lainnya dari terorisme saat
efek jera kepada lawan politiknya. Dalam ini terkait erat dengan globalisasi. Sebagai
pandangan Robespierre (1794) , teror dipahami fenomena internasional yang tidak bisa dihindari,
sebagai, “nothing else than immediate justice, globalisasi diyakini tidak hanya menjadi motivasi
severe, inflexible; it is therefore an outflow of bagi tindakan terorisme, tapi juga memfasilitasi
virtue, it is not so much a specific principle metode untuk melakukannya. Seperti pernyataan
than a consequence of the general principle berikut, “In today’s globalizing world, terrorists
of democracy applied to the most pressing can reach their targets more easily, their targets
needs of the motherland.“14 Pemerintahan gaya are exposed in more places, and news and
Robespierre ini yang kemudian dikenal dengan ideas that inflame people to resort to terrorism
“rejim teror”. Penggunaan istilah teror kemudian spread more widely and rapidly than in the
berkembang dengan dilekatkan pada kelompok past.”18 Selain kemudahan dalam akses dalam
nonnegara pada saat kelompok anarkis Perancis informasi dan teknologi, fenomena globalisasi
dan Rusia melakukan hal serupa dalam melawan identik dengan penyebaran nilai-nilai Barat
pemerintah yang berkuasa.15 Serapan ini menjadi yang liberal. Masuknya nilai-nilai Barat dan
acuan banyak kajian terorisme dari sudut institusi ke dunia Islam melalui proses globalisasi
pandang ilmu politik yang melihat terorisme dan pasar bebas menjadi penjelasan lain dari
sebagai bagian dari kekerasan guna mencapai latar belakang tumbuhnya terorisme. Proses
tujuan politik (political violence). globalisasi yang melintasi batas-batas negara
Perkembangan yang lebih kekinian dan membawa konsekuensi politik dan ekonomi
menunjukkan penggunaan teror sebagai alat telah mendorong munculnya budaya pasar yang
perlawanan dalam perang kolonial oleh kelompok berorientasi pada kepentingan dan keuntungan
gerilya kemerdekaan pada era antikolonialisme pribadi yang koruptif sehingga meminggirkan
yang merebak pascaPerang Dunia II. Sampai komunitas-komunitas tradisional.19
dengan tahun 1980-an, peristiwa penyanderaan Sementara itu, dalam hal akar penyebab
dan pembajakan pesawat terbang banyak aksi terorisme saat ini relatif beragam. Hal ini
Alex P. Schmid, “Introduction”, dalam Alex P. Schmid (Ed.),
13 tercermin antara lain dalam persidangan Majelis
The Routledge Handbook of Terrorism Research, (New York: Umum PBB pada bulan Oktober 2001. Perwakilan
Routledge, 2011), hlm. 1-2.
14
Joseph J. Easson dan Alex P. Schmid, “Appendix 2.1 250-plus 16
Ibid., hlm. 29.
Academic, Governmental and Intergovernmental Definitions of
Terrorism”, dalam Schmid (Ed.), The Routledge Handbook of Lihat Bruce Hoffman, Inside Terrorism, (New York: Columbia
17

Terrorism Research, (New York: Routledge, 2011), hlm. 99. University Press, 1998).
15
Reuven Young, “Defining Terrorism: The Evolution of 18
Paul R. Pillar, “Terrorism Goes Global: Extremist Group
Terrorism as a Legal Concept in International Law and Its Extend their Reach Worldwide,” The Brookings Review, 19
Influence on Definitions in Domestic Legislation”, Boston (Fall 2001), hlm. 34-37.
College International and Comparative Law Review, Vol. 29,
Issue 1, Article 3, 12-1-200, hlm. 27-28. 19
Morgan, op.cit., hlm. 37.

Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menghadapi ... | Ganewati Wuryandari | 75 
negara-negara anggota PBB memberikan menjadi target terorisme transnasional. Negara
berbagai penyebab timbulnya serangan terorisme demokratis lebih mungkin menjadi target teroris
nonnegara yang menghancurkan menara WTC. internasional tidak hanya karena tipe rezimnya
Armenia, misalnya, menyatakan penyebab semata tapi juga karena tipe kebijakan luar
terorisme adalah kemiskinan. Sementara negara negeri yang negara tersebut tunjukkan.23 Savun
lain Benin, Kosta Rika, Republik Dominina, dan Philips lebih lanjut menyatakan bahwa “a
Finlandia, Malaysia, Palestina dan Namibia more active foreign policy should lead to more
menyatakan bahwa terorisme muncul karena transnational terrorism. 24 Untuk mencapai
adanya ketimpangan sosial, marjinalisasi, kesimpulan itu, variabel yang digunakan untuk
penindasan, pelanggaran hak dasar, ketidakadilan, mengukur kiprah politik luar negeri suatu negara
kesengsaraan, kelaparan, narkoba, prasangka meliputi keterlibatan dalam krisis politik luar
sosial, alienasi kaum muda di tengah situasi negeri dengan negara lain, hubungan aliansi
keterpurukan ekonomi dan instabilitas politik, dengan AS dan frekuensi intervensi di perang
penolakan terhadap Barat dengan segala aspek sipil.25 Jika dilandaskan pada argumen ini, maka
budayanya, ketakutan, dan keputusasaan.20 penyebab Indonesia rentan terhadap serangan
Sementara pendapat dari Benjamin Barber terorisme lintas negara mungkin salah satunya
terkait dengan persoalan keyakinan agama bersumber dari kiprah politik luar negeri
yang menjadi pendorong terorisme, dianggap Indonesia yang asertif.
merupakan persoalan keterasingan identitas Penanganan terorisme internasional
yang berujung pada radikalisme. Amartya saat ini menunjukkan kebaruannya dengan
Sen berpendapat lain atas persoalan identitas mempertimbangkan adanya perubahan karakter
tersebut dengan melihat problem kemiskinan konflik yang asimetris. Aktor yang saling
dan mobilitas sosial sebagai akar radikalisme berkonflik dalam konteks kekinian tidak selalu
yang berkembang menjadi terorisme.21 Cornelia negara yang menjadi aktor utama seperti
Beyer yang mengusung pendapat Johan Galtung paradigma Realisme dalam studi Hubungan
tentang kekerasan sturuktural, menilai bahwa Internasional, namun juga melibatkan aktor
kekerasan struktural yang hadir dalam bentuk non-negara, yaitu seperti teroris yang dalam
baru seperti “invasi” kultural dan interaksi yang versi AS adalah jaringan Al Qaeda. Hanya saja
tidak simetris dengan adanya intervensi politik dalam penanggulangan yang dikedepankan oleh
yang tidak menghormati norma kedaulatan AS, metode yang diajukan masih merupakan
internasional menjadi sebab terorisme menjadi preskripsi kebijakan yang kental nuansa
solusi bagi pelaku tindak teror.22 paradigma Realismenya. Doktrin Pre-emptive
Selain berbagai faktor di atas, pengamat lain Strike dan aksi invasi yang menjadi sendi
menyatakan bahwa kemunculan aksi terorisme utama dalam perang melawan terorisme justru
di satu negara dapat dikaitkan dengan kiprah menempatkan negara dan kedaulatan wilayah
politik luar negeri negara tersebut. Menurut dalam ranah yang dipertanyakan. Tindakan AS
Savun dan Phillips, negara yang memiliki dengan menyerang Afganistan di bawah Taliban
perilaku politik luar negeri tertentu lebih mudah yang dianggap memberi “perlindungan” (safe
menarik terorisme lintas negara (transnational haven) kepada Al Qaeda justru menjadikan
terrorism). Negara-negara yang lebih aktif konflik yang semula dipicu oleh aktor non-negara
terlibat dalam politik internasional lebih mungkin menjadi konflik yang mau tidak mau membawa
negara lain untuk bertanggung jawab. Hal inilah
20
Alex P. Schmid, “Introduction”, dalam Schmid (Ed.), op.cit., yang menjadikan salah satu karakter isu terorisme
hlm. 13-14.
saat ini bercorak “terrorist-sponsored state”,
21
Lihat Amartya Sen, “Violence, Identity, and Poverty”, Journal
of Peace Research, Vol. 45, No. 1, 2008, hlm. 9; Benjamin 23
Burcu Savun dan Brian J. Phillips, “Democray, Foreign Policy
Barber, Jihad vs. McWorld, (New York: Times Books, 1995). and Terrorism”, Journal of Conflict Resolution, Vol. 20, No.
10, 2009, hlm. 2.
22
Cornelia Beyer, “Understanding and Explaining International
Terrorism: On the Interrelation between Human and Global 24
Ibid., hlm. 12.
Security”, Human Security Journal, Vol. 7, Summer 2008,
hlm. 63-67. 25
Ibid.

76 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 71–83  


yaitu teroris yang disponsori negara, misalnya secara multilateral masih membutuhkan peranan
Afghanistan yang dikuasai Taliban. dari negara hegemon yang dapat menegakkan
Sementara itu, dalam sudut pandang norma yang dapat diacu bersama. Namun,
akademik dan norma hubungan internasional, dengan posisi AS yang lebih mengedepankan
isu terorisme mencuatkan kembali pertanyaan aksi unilateral, acuan dari kebanyakan negara-
atas norma mendasar hubungan antara negara, negara yang mendukung kebijakan multilateral
yaitu kedaulatan. Bila pada dasawarsa 1990- adalah norma lain yang mengacu pada upaya
an, kedaulatan versi Westphalia yang sangat penanggulangan terorisme yang sudah mapan.
menekankan pada integritas wilayah sempat Meski tentunya harus mendapatkan modifikasi
dipertanyakan dengan adanya konflik internal dalam pengembangan norma yang akan
akibat dari gagal hadirnya negara dalam dipergunakan mengingat karakter terorisme yang
penyelesaian konflik internal yang berimbas jauh berbeda dari generasi teroris sebelumnya.
pada stabilitas internasional. Diskursus itu Dalam hal ini, pandangan mengenai hubungan
memunculkan konsep human security yang internasional sebagai sebuah interaksi komunitas
meletakkan kedaulatan negara dengan kewajiban internasional menjadi rujukan untuk menilik
negara/pemerintah untuk melindungi hak-hak model yang akan berkembang atau melihat pada
dasar warga negaranya. sisi idealita yang dapat menjadi titik temu dalam
upaya bersama tersebut.28
Selain itu, perkembangan isu terorisme
internasional mutakhir membuka isu masih
lemahnya rejim internasional dalam isu ini.26 Isu Terorisme Global: Kebijakan Luar
Hal ini dapat dicermati dari kesulitan yang Negeri, Implementasi dan Kendala
terjadi saat negara-negara yang secara normatif Isu terorisme telah menjadi tantangan kebijakan
mengutuk aksi teroris untuk dapat bekerja sama luar negeri Indonesia terutama sejak muncul
secara multilateral. Hal itu dapat dilihat dari pertama kali menjadi isu global, yaitu setelah
kesulitan upaya definisi hukum atas terorisme adanya tragedi penyerangan terhadap menara
yang dapat dijadikan rujukan bersama oleh kembar World Trade Center dan gedung Pentagon
banyak negara. Bukan saja definisi akademik di Amerika Serikat (AS) pada 11 September 2001.
yang beragam dikarenakan perbedaan sudut Tantangan utamanya terletak pada penentuan
pandang kajian, definisi hukum atas terorisme pilihan dan pelaksanaan kebijakan luar negeri
oleh banyak negara juga cukup beragam dan yang seimbang di antara tekanan domestik dan
menjadi kendala tersendiri dalam upaya kerja internasional terkait isu terorisme internasional
sama global. Definisi hukum itu yang menjadi tanpa mengorbankankan kepentingan nasional.
landasan normatif dan landasan strategis dalam Adagium “foreign policy begins at home”
menanggulangi ancaman terorisme dan akar yang memang sebuah keniscayaan dalam kebijakan
menjadi penyebab bangkitnya militansi dengan luar negeri, namun demikian Indonesia juga
latar “ideologis” yang terbilang baru ini. sangat memperhitungkan dinamika lingkungan
Berdasarkan paradigma Neo-Liberal eksternalnya.
Institutionalis, 27 kelembagaan yang sedang Tragedi 9/11 terbukti telah memberikan
dibangun dalam penanganan isu terorisme dampak luas pada tataran internasional. Tidak
saja mengubah perspektif global tentang ancaman
26
Menurut Stephen D. Krasner, rezim internasional adalah
terorisme dari era Perang Dingin, peristiwa
“principles, norms, rules, and decision making procedures
around which actor expectations converge in a given issue- tersebut juga menandai lahirnya tatanan politik
area.” Lihat diskusinya dalam Stephen D. Krasner (Ed.), dunia yang bercirikan dengan meningkatnya
International Regimes, (Ithaca, NY: Cornell University Press,
1983).
ancaman keamanan nontradisional yaitu
terorisme. Selain itu, peristiwa tersebut mengubah
27
Lihat Robert O. Keohane, After Hegemony, (Princeton: instrumen yang dibutuhkan untuk mencegahnya,
NJ, Princeton University Press, 1984). Keohane mengusung
ide pembentukan norma dalam hubungan internasional yang
juga sangat ditentukan oleh keberadaan hegemon meski tidak 28
Kedua pandangan terakhir di atas mengacu pada Paradigma
sepenuhnya bergantung pada hegemon pasca-keberlangsungan English School dan Konstruktivisme dalam Hubungan
norma/rezim internasional tersebut. Internasional.

Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menghadapi ... | Ganewati Wuryandari | 77 
sekalipun telah ada institusi-institusi regional dan minat investor luar negeri dan pariwisata di dalam
multilateral yang mengaturnya. Tragedi di atas negeri, terutama di Bali.
juga terbukti memiliki dampak yang signifikan Realitas perubahan lingkungan internasional
terhadap perubahan situasi dan percaturan dan domestik di atas pada gilirannya telah
politik dengan kecenderungan semakin eksisnya memunculkan perspektif baru dalam kebijakan
hegemoni AS. Dengan kebijakan “Global War luar negeri Indonesia. Isu terorisme yang
Against Terrorism”, negara adidaya ini mampu sebelumnya tidak menjadi fokus dalam kebijakan
mengubah isu terorisme menjadi isu global luar negeri, pada akhirnya sejak peristiwa
dengan menyeret negara-negara di dunia untuk Bom Bali I 2002 menjadi salah satu agenda
bergabung dalam koalisi internasional melawan penting dalam hubungan luar negeri Indonesia.
terorisme. Komitmen ini diwujudkan dalam pelaksanaan
Tragedi 9/11 dan serangan bom di tanah politik luar negerinya dengan terus menggunakan
air, khususnya setelah peristiwa Bom Bali 2002 berbagai upaya kerja sama dengan negara-negara
telah menjadi titik balik perspektif pemerintah lain secara bilateral, regional dan multilateral
Indonesia akan sekuritisasi isu terorisme untuk mengatasi ancaman terorisme.
yang sebelumnya terabaikan. Maraknya aksi- Untuk memperkuat diplomasi anti terorisme
aksi terorisme yang terjadi di dalam negeri tersebut, pemerintah Indonesia juga melakukan
menegaskan akan realitas nyata ancaman upaya-upaya penanggulangan terorisme di
terorisme bagi kepentingan nasional. Peristiwa dalam negeri, yaitu dengan penguatan legal
tersebut terbukti memiliki dampak yang luas formal, institusional, dan praksis. Secara legal
terhadap seluruh aspek kehidupan nasional. formal, Indonesia telah berupaya memperkuat
Tidak saja mengancam stabilitas sosial ekonomi regulasi nasional dengan membuat berbagai
dan politik keamanan dalam negeri, tetapi peraturan perundangan baru dan meratifikasi
juga mempengaruhi hubungan Indonesia 7 (tujuh) dari 16 (enam belas) konvenan
dengan negara-negara lain. Isu terorisme dalam internasional terkait terorisme. Sedangkan
realitasnya telah menimbulkan citra negatif secara kelembagaan, Indonesia membentuk
tentang Indonesia di mancanegara, yaitu antara badan khusus untuk menanggulangi terorisme,
lain Indonesia dipandang sebagai negara tidak yaitu antara lain Densus 88 dan Badan Nasional
aman dan dicap sebagai negara “sarang teroris”. Penanggulangan Terorisme (BNPT). Selain
Implikasi-implikasi meluasnya pandangan itu, Indonesia melakukan langkah-langkah
tersebut tercermin melalui kebijakan beberapa praksis untuk melawan terorisme, yaitu
negara, seperti antara lain Amerika Serikat, melalui upaya penegakan hukum secara efektif
Australia dan Jepang, yang mengeluarkan travel terhadap para pelaku terorisme di dalam negeri.
warning dan travel advisory yang ditujukan Mereka ditangkap, diproses di pengadilan dan
kepada warganegaranya yang akan berkunjung dipenjarakan. .
ke Indonesia.
Dengan kombinasi sinergis berbagai upaya
Citra negatif ini tentu merugikan kepentingan internasional dan domestik tersebut, kebijakan
nasional Indonesia yang saat itu tengah berjuang luar negeri Indonesia mengenai terorisme
untuk mendapatkan dukungan internasional diharapkan dapat efektif sehingga mampu
atas upaya pemulihan ekonomi akibat imbas mencapai kepentingan nasional, yaitu pemulihan
krisis moneter tahun 1997. Oleh karena itu, kembali citra dan kredibilitas internasional
Indonesia memiliki kepentingan yang sangat Indonesia. Citra dan kredibilitas Indonesia
besar untuk menanggulangi ancaman terorisme. yang lebih baik pada gilirannya diharapkan
Apalagi maraknya serangan bom teroris di dapat memberikan kemanfaatan baik untuk
dalam negeri pasca Bom Bali 2002 terbukti kepentingan ekonomi dan politik yang lebih luas
memberikan dampak negatif yang signifikan kepada Indonesia.
terhadap pembangunan ekonomi yang salah satu
Kerja sama Indonesia dengan negara-
diantaranya diindikasikan melalui penurunan
negara lain dalam pemberantasan terorisme
dipandang sangat penting. Karakteristik lintas

78 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 71–83  


batas dan bahkan global dari isu terorisme saat namun tekanan domestik yang kuat pada
ini mengingatkan bahwa solusi hanya dapat akhirnya membuat pemerintahannya mengkritik
diupayakan melalui kerja sama internasional. tindakan unilateral AS dalam perang Afghanistan
Bahkan, negara adidaya pun tidak akan mampu atas nama kebijakan perang melawan terorisme.
menangani berbagai tantangan tersebut sendiri, Tekanan domestik tersebut nampak lebih kuat
mengingat karakter tantangan yang tidak pengaruhnya dalam hubungan bilateral Indonesia
dilandaskan pada batas negara. Dalam konteks dengan AS dibandingkan dengan hubungan
ini, Indonesia secara bilateral melakukan kerja bilateral Indonesia-Australia. Berbeda dengan
sama kontraterorisme dengan banyak negara pemerintahan sebelumnya, semasa kepemimpinan
dan salah satu diantaranya adalah dengan AS SBY tidak terlihat tekanan domestik yang
dan Australia. Meskipun kerja sama bilateral signifikan yang mempengaruhi kebijakan luar
Indonesia dengan AS dan Australia ini tidak bisa negeri Indonesia dalam penanganan terorisme.
dipisahkan keterkaitannya dengan kepentingan Kebijakan perang melawan terorisme yang
nasional masing-masing negara, namun kerja tidak hanya menyasar para pelaku terorisme
sama tersebut dapat dikatakan cukup unik tetapi juga negara-negara yang memfasilitasi
dibandingkan dengan kerja sama bilateral lainnya aksi tersebut telah memberikan tekanan pada
yang digalang Indonesia dalam pemberantasan pemerintahan Megawati dan SBY. Namun,
terorisme. Hal ini karena Indonesia, AS dan kedua pemerintahan tersebut nampak mengambil
Australia merupakan ketiga negara yang sama- respons yang berbeda terhadap AS. Pada periode
sama pernah menjadi korban aksi-aksi terorisme. kepemimpinan Megawati, respons terhadap
Dalam perspektif Indonesia, kerja sama bilateral AS telah mendorong Indonesia mengambil
terutama dengan AS dan Australia dilihat kebijakan luar negeri yang berorientasi pada
sebagai instrumen penting dalam diplomasi strategic hedging yaitu Indonesia mendukung
untuk mencapai pemenuhan sasaran kepentingan AS dalam war against terrorism, tetapi dukungan
politik dan ekonomi nasional. Sedangkan, AS Indonesia tetap mempertimbangkan kepentingan
dan Australia juga memandang penting kerja nasional yang menentang aksi sepihak kekuatan
sama bilateral mereka dengan Indonesia dalam negara-negara besar dalam penanganan terorisme
upaya memerangi terorisme. Ini antara lain terkait global. Dukungan itu tetap memberi ruang gerak
dengan fakta bahwa aksi-aksi terorisme saat ini kepada Indonesia untuk bersikap otonom dalam
melibatkan jaringan global melalui sel-sel yang mengambil langkah-langkah taktis-strategis
diduga juga beroperasi di Indonesia. melawan terorisme termasuk dalam menentukan
Dalam rangka kerja sama bilateral dengan sikapnya atas kebijakan terorisme AS. Kondisi
AS dan Australia di atas, Indonesia sering demikian nampak berbeda ketika SBY berkuasa
kali secara keras berhadapan pada tekanan dimana kebijakan luar negerinya nampak selalu
domestik dan internasional yang mempengaruhi menunjukkan komitmen yang konsisten dalam
kebijakan luar negeri-nya. Hanya saja, tekanan mendukung kebijakan AS.
domestik ini terlihat lebih terasa pada masa Berbagai bentuk kerja sama bilateral Indonesia
pemerintahan Presiden Republik Indonesia dengan Australia dan AS dalam memerangi
(RI) Megawati Soekarnoputri dibandingkan terorisme pada gilirannya menumbuhkan rasa
pada masa pemerintahan Susilo Bambang saling percaya dan meningkatkan intensitas
Yudhoyono (SBY). Koalisi antara partai hubungan mereka. Kedua negara tersebut
nasionalis dan partai Islam yang lemah secara semakin menaruh perhatian kepada Indonesia
ideologis dalam mendukung pemerintahan dalam upayanya melawan terorisme. Ini terlihat
Megawati dan Hamzah Haz merupakan salah dari kebijakan kedua negara untuk memberi
satu faktor yang menyulitkan sikap pemerintah bantuan-bantuan yang sifatnya teknis, seperti
terhadap tekanan isu terorisme internasional. kerja sama di bidang pertukaran informasi dan
Ini tercermin melalui sikap pemerintah yang intelijen, di bidang pendidikan dan pelatihan,
awalnya memberikan dukungan moral terhadap dan kerja sama di bidang pembangunan kapasitas
AS dalam kebijakannya melawan terorisme, kelembagaan.

Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menghadapi ... | Ganewati Wuryandari | 79 
Hubungan yang terjalin semakin kuat wadah ASEAN, seperti di Thailand, Filipina
melalui kerja sama bilateral tersebut pada dan Malaysia.
akhirnya dapat dimanfaatkan Indonesia, untuk Terorisme sebenarnya bukan merupakan
mencapai kepentingan nasionalnya yang lebih isu baru di kawasan Asia Tenggara. Persoalan
luas, yaitu menormalisasi hubungan militer ini pada awalnya hanya dianggap sebagai
dengan negara adidaya ini. Upaya diplomasi salah satu bentuk kejahatan transnasional,
panjang yang diupayakan oleh pemerintah seperti halnya penyelundupan obat-obatan dan
Indonesia terutama di kalangan Kongres AS pada penjualan senjata ilegal. Namun, dua isu yang
akhirnya membuahkan hasil pada tahun 2005 terakhir tersebut selama ini dipandang sebagai
yaitu dengan dicabutnya embargo suku cadang persoalan yang lebih krusial bagi negara-negara
dan alutsista Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Asia Tenggara dibandingkan isu terorisme.
oleh AS, termasuk pemulihan keikutsertaan Pandangan tersebut pada akhirnya berubah
Indonesia dalam program IMET (International total sejak tragedi 9/11 dan Bom Bom I 2002,
Military Education and Training). dimana isu terorisme ini mulai menjadi perhatian
Berbeda dengan kebijakan luar negeri negara-negara di kawasan. Sejak peristiwa
Indonesia terhadap AS dalam soal kontraterorisme tersebut, negara-negara ASEAN memiliki
di atas, tekanan internal dan eksternal dalam kepentingan besar dalam persoalan terorisme,
kebijakan luar negeri Indonesia terhadap mengingat sejumlah negara anggota ASEAN
Australia terkait dengan kontra terorisme tidak memiliki akar gerakan terorisme domestik dan
begitu kuat. Yang terjadi adalah Australia yang diyakini merupakan negara asal para pelaku
dianggap sebagai sekutu kuat AS justru menjadi terorisme yang berafiliasi dengan jaringan
sasaran dalam berbagai serangan bom di tanah terorisme internasional. Pentingnya isu teorisme
air. Kerja sama antara Indonesia dan Australia bagi ASEAN ditandai dengan mulai adanya
dilakukan baik pada masa Megawati dan SBY. pembahasan secara tersendiri soal terorisme
Hanya saja, dalam beberapa kerja sama yang dalam sejumlah forum ASEAN. ASEAN juga
dilakukan oleh kedua negara mengindikasikan mengeluarkan Deklarasi Bersama terkait isu
kurang terwujudnya kesetaraan antar keduanya. tersebut pada November 2001. Sementara usaha
Ketergantungan Indonesia atas bantuan dana dari yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam
Australia untuk program-program terkait dalam menanggulangi terorisme di lingkup regional
upayanya melawan terorisme, salah satunya antara lain melalui forum ASEAN Chiefs of
melalui JCLEC, telah menyebabkan munculnya National Police. Untuk lebih memperkuat
efek psikologis yang tidak kondusif, terutama dalam upayanya memerangi terorisme, ASEAN
ketika Indonesia bekerja sama dengan pihak juga mengembangkan pola kerja sama dengan
negara donor, Australia. Dalam kondisi demikian, menjalin kerja sama kontraterorisme dengan
dapat dipahami jika kerja sama bilateral RI- negara-negara mitra dialog seperti AS, Australia,
Australia dalam perang melawan terorisme tidak Cina, dan Rusia. Dalam konteks ini, Polri juga
dapat memberikan keuntungan optimal untuk menjalin kerja sama internasional di berbagai
kepentingan nasional Indonesia. forum ASEAN, seperti ARF dan AMMTC
Dalam konteks kerja sama regional, (ASEAN Ministerial Meeting on Transnational
pemerintah Indonesia telah menempatkan Crime). Selain itu, kerja sama intraanggota
ASEAN sebagai bagian penting dalam upaya ASEAN dalam penanggulangan terorisme juga
penanggulangannya terhadap ancaman terorisme. dilakukan, misalnya antara Indonesia-Thailand
Karakteristik transnasional dari terorisme atau Indonesia-Filipina yang berada dalam
menyebabkan ancaman terorisme di Indonesia payung ASEAN.
diyakini tidak berdiri sendiri, melainkan Sekalipun ada komitmen bersama di ASEAN
memiliki keterkaitan dengan jaringan terorisme untuk menanggulangi terorisme melalui kerja
internasional, termasuk jaringan terorisme yang sama regional, faktanya ASEAN masih memiliki
ada di beberapa negara yang tergabung dalam sejumlah kendala dalam pelaksanaan kerja
sama tersebut. Salah satunya adalah ketiadaan

80 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 71–83  


definisi yang disepakati bersama mengenai Dalam lingkup kerja sama multilateral,
terorisme. Setiap negara anggota ASEAN kebijakan luar negeri Indonesia dalam
memiliki perspektif masing-masing terhadap penanggulangan terorisme tidak lepas dari
terorisme. Kondisi ini mungkin sebagai akibat dinamika yang terjadi akibat diadopsinya
dari perbedaan latar belakang pengalaman Resolusi 1269 (1999) dan Resolusi 1373 (2001)
yang mempengaruhi cara pandang masing- yang menggerakkan banyak negara untuk
masing negara anggota dalam memahami menjadi penandatangan. Resolusi tersebut turut
terorisme. Meskipun demikian, sensitivitas mendorong Indonesia untuk meningkatkan
domestik atas kiprah Indonesia dalam kerja sama kapabilitas nasional dalam menghadapi terorisme.
regional dengan ASEAN dalam penanggulangan Namun, peningkatan kapabilitas tersebut, selain
terorisme tidak terlalu mengemuka dibandingkan didorong oleh resolusi DK PBB tersebut juga
ketika Indonesia melakukan kerja sama bilateral didorong oleh peristiwa terorisme yang merebak
terutama dengan AS. Rendahnya sensitivitas di Indonesia sejak tahun 2002.
ini terlihat dengan relatif rendahnya gejolak di Indonesia terus mendukung langkah-
dalam negeri dalam merespons kebijakan luar langkah PBB dan berperan aktif dalam berbagai
negeri Indonesia di tingkat ASEAN. Sikap ini bentuk kerja sama dengan lembaga-lembaga
kemungkinan dilatarbelakangi oleh beberapa internasional khususnya dalam rangka
faktor, diantaranya adalah realitas masih eratnya pencegahan, penumpasan, dan pemberantasan
hubungan serumpun antar beberapa negara terorisme. Salah satu wujud dukungan itu antara
anggota ASEAN, keinginan untuk menghindari lain keanggotaan Indonesia dalam Komite Kontra
perpecahan di internal ASEAN, dan implementasi Terorisme (Counter Terrorism Committee/CTC)
prinsip ASEAN non-intervention. yang dibentuk berdasarkan Resolusi Dewan
Kendala lain dalam kerja sama regional Keamanan PBB Nomor 1373 Tahun 2001.
ASEAN untuk penanggulangan terorisme terletak Dalam rangka menindaklanjuti komitmen dan
pada belum efektifnya mekanisme Komunitas memenuhi kewajiban sebagai bagian dari CTC
Politik Keamanan ASEAN sebagai bagian dari tersebut, pemerintah Indonesia setiap tahunnya
pembentukan Komunitas ASEAN 2015. Hal ini telah menyusun dan menyerahkan Laporan
terlihat dari ketidakmampuan ASEAN dalam Tertulis kepada komite tersebut mengenai
merespons penangkapan tersangka teroris perkembangan-perkembangan yang dicapai
Hambali oleh AS. ASEAN seakan tidak berdaya dan tengah dilakukan dalam penanggulangan
ketika AS langsung membawa Hambali ke terorisme. Indonesia juga ikut mendukung
Guantanamo, kendati Hambali merupakan warga berbagai produk hukum internasional dalam
negara Indonesia yang tinggal di Malaysia dan penanggulangan terorisme, antara lain Resolusi
ditangkap di Thailand. DK PBB dan Resolusi MU PBB, seperti Resolusi
Selain itu, kendala dalam kerja sama regional tentang Measures to Eliminate International
ASEAN untuk penanggulangan terorisme Terrorism, Resolusi UN Global Counter Terrorism
terletak pada karakteristik kerja sama regional Strategy). Kesungguhan Indonesia memerangi
yang lebih bersifat teknis dan fungsional serta terorisme dalam segala bentuknya merupakan
bukan norm-setting. Prinsip-prinsip dan substansi salah satu bentuk tanggung jawab sebagai
yang digunakan dalam kerja sama regional anggota PBB, khususnya dalam melaksanakan
ASEAN dalam penanggulangan terorisme ini resolusi DK-PBB No. 1267 (1999), 1333 (2000)
harus selalu mengacu pada kesepakatan di tingkat dan 1390 (2002). Untuk itu, pada 23 Oktober
internasional. Ini yang menjadi salah satu faktor 2002 pemerintah RI juga telah mengirimkan
pembentukan norm-setting di level regional surat kepada Ketua Komite Sanksi PBB yang
sulit terwujud, tiap-tiap negara anggota harus pada intinya berisi dukungan pemerintah untuk
mencari kombinasi sinergis antara norm-setting memasukkan Jemaah Islamiyah (JI) ke dalam
internasional yang sudah ada dengan kepentingan New Consolidated List Pursuant to Security
regional serta nasional mereka masing-masing. Council Resolutions 1267 (1999), 1333 (2000)
and 1390 (2002).

Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menghadapi ... | Ganewati Wuryandari | 81 
Hal lain yang penting untuk dicatat dalam sebagaimana diindikasikan dengan keberhasilan
kerja sama multilateral di atas, Indonesia diplomasi Indonesia untuk menormalisasi
mendukung penuh peran Majelis Umum (MU) hubungan militer dengan AS pada tahun 2004.
yang secara kelembagaan merupakan norm- Keberhasilan Indonesia dalam penanganan
setting PBB. Ini terutama terkait ketika MU terorisme ini juga sering dipergunakan sebagai
mendapatkan momentum untuk menyuarakan benchmark oleh negara-negara lain.
persoalan-persoalan yang lebih mendasar di Selain itu, kiprah aktif Indonesia
dalam penanganan terorisme yang sebelumnya membuktikan bahwa mekanisme kerja sama
lebih menekankan pada faktor kekuatan militer. bilateral, regional dan multilateral yang telah
Pasca tragedi 9/11 DK PBB sempat memimpin ditata sebelumnya melalui proses diplomasi
langkah penanggulangan terorisme dengan ternyata telah mendatangkan manfaat yang besar
resolusi-resolusinya yang sekalipun banyak . Oleh karena itu, kerja sama antar negara melalui
mengubah norma dasar internasional, namun mekanisme tersebut tetap terus perlu dilakukan.
harus mendapat dukungan legitimasi dari Hanya saja, kerja sama tersebut sebaiknya tidak
mayoritas anggota PBB. Peran norm-setting yang hanya terfokus pada kegiatan-kegiatan yang
berhasil diraih kembali oleh MU- PBB dengan sifatnya bantuan teknis dan fungsional, melainkan
adanya Global Counter Terrorism Strategy juga harus diarahkan pada tindakan penumpasan
(GCTS) 2006 membuat diskusi mendasar teroris dengan lebih memperhatikan akar
kembali ke permukaan untuk melengkapi dan permasalahan munculnya terorisme itu sendiri.
mengimbangi langkah DK PBB sebelumnya. Sebagaimana dipahami formulasi kebijakan
Di Majelis Umum, Indonesia dapat lebih leluasa dalam menangani terorisme tidak terlepas dari
merumuskan kebijakan yang sesuai dengan aspek ekonomi dan ideologi. Oleh karena itu,
identitas Indonesia sebagai negara demokrasi belakangan ini muncul pemikiran agar terorisme
dengan mayoritas berpenduduk muslim melalui dapat dihadapi secara lebih humanis. Kebijakan
pendekatan soft power. luar negeri Indonesia dalam kontraterorisme
pun lebih diarahkan pada soft power. Upaya
Penutup penanggulangan terorisme secara efektif dapat
Kiprah kebijakan luar negeri Indonesia dalam dilakukan melalui penciptaan kesejahteraan,
isu terorisme telah menorehkan sejumlah pemenuhan kebutuhan hidup yang lebih baik dan
catatan keberhasilan. Sekalipun masih ada perwujudan dialog umat beragama yang lebih
sejumlah kendala di dalam pelaksanaan kerja konstruktif. Hal-hal tersebut sudah seharusnya
sama bilateral, regional dan multilateral, namun menjadi kebijakan di dalam politik luar negeri
kesungguhan dan kerja keras pemerintah dalam Indonesia terutama ketika menjalin kerja sama
upaya mengatasi ancaman dan bahaya terorisme penanggulangan terorisme baik secara bilateral,
telah membuahkan hasil yang positif. Hal ini regional dan multilateral.
ditandai dengan adanya apresiasi tinggi dari
masyarakat internasional terhadap Indonesia, Daftar Pustaka
yang antara lain ditunjang oleh pihak keamanan
Indonesia, misalnya, yang dalam waktu relatif
singkat berhasil menangkap tokoh-tokoh kunci Buku
dibalik berbagai serangan bom tanah air dan Barber, Benjamin. 1995. “Jihad vs. McWorld”. New
York: Times Books.
mengungkap jaringan terorisme yang berkembang
di Indonesia. Keberhasilan Indonesia dalam Easson, Joseph J. dan Alex P. Schmid. 2011. “Appen-
dix 2.1 250-plus Academic, Governmental and
kiprahnya menangani terorisme tersebut mampu
Intergovernmental Definitions of Terrorism”,
memperkuat postur politik luar negeri Republik dalam Schmid (Ed.), The Routledge Handbook
Indonesia. Penguatan postur tersebut digunakan of Terrorism Research. New York: Routledge.
Indonesia untuk didalam meningkatkan daya Hoffman, Bruce. 1998. “Inside Terrorism”. New York:
tawar dalam hubungannya dengan negara lain Columbia University Press.
untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Ini

82 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 71–83  


Krasner, Stephen D. (Ed.). 1983. International Re- Surat Kabar dan Website
gimes. Ithaca, NY: Cornell University Press. “ASEAN Today: Challenges and Responses”. Remarks
Keohane, Robert O. 1984. After Hegemony. Princeton: by the President of the Republic of Indonesia
NJ, Princeton University Press. on the Occasion of the 36th Anniversary of the
Schmid, Alex P. 2011. “Introduction”, dalam Alex P. Association of Southeast Asian Nations (ASE-
Schmid (Ed.). The Routledge Handbook of Ter- AN). Jakarta. 8 Agustus 2003. http://www.ase-
rorism Research. New York: Routledge. an.org/news/asean-statement-communiques/
item/asean-today-challenges-and-responses-
remarks-by-the-president-of-the-republic-of-
Jurnal indonesia-on-the-occasion-of-the-36th-anni-
Beyer, Cornelia. 2008. “Understanding and Explain- versary-of-the-association-of-southeast-asian-
ing International Terrorism: On the Interrelation nations-asean-jakarta.
between Human and Global Security”. Human Foreign Correspondent. “Hamzah Haz Interview Tran-
Security Journal. Vol. 7. script”. 23 Oktober 2002. http://www.abc.net.
Febrica, Senia. 2001. “Securitizing Terrorism in au/foreign/stories/s710402.htm.
Southeast Asia: Accounting for the Varying LaMoshi, Gary. “Indonesia Doth Protest War Too Lit-
Responses of Singapore and Indonesia”, Asian tle”. Asia Times, 29 Maret 2003, http://www.
Survey 50(3). atimes.com/atimes/Southeast_Asia/EC29Ae02.
Morgan, Matthew J. 2004. “The Origins of the New html.
Terrorism”, Parameters. Office of the Press Secretary, the U.S. Government.
Pillar, Paul R. 2001. “Terrorism Goes Global: Extrem- “President Building Worldwide Campaign
ist Group Extend their Reach Worldwide”. The Against Terrorism: Remarks by President Bush
Brookings Review 19 (Fall). and President Megawati of Indonesia”. 19 Sep-
Puspitasari, Irfa. 2010. “Indonesia’s New Foreign tember 2001.
Policy-‘Thousand Friends Zero Enemy’”. IDSA Unidjaja, Fabiola Desy. “Indonesia Signs UN Conven-
Issue Brief No. 23. tion on Terrorism”. The Jakarta Post. 26 Sep-
Savun, Burcu dan Brian J. Phillips. 2009. “Democray, tember 2001. http://www.thejakartapost.com/
Foreign Policy and Terrorism”. Journal of Con- news/2001/09/26/indonesia-signs-un-conven-
flict Resolution 20 (10). tion-terrorism.html.
Sen, Amartya. 2008. “Violence, Identity, and Poverty”.
Journal of Peace Research 45 (1).
Young, Reuven. 2000. “Defining Terrorism: The Evo-
lution of Terrorism as a Legal Concept in Inter-
national Law and Its Influence on Definitions in
Domestic Legislation”, Boston College Interna-
tional and Comparative Law Review 29 (1), 3.

Laporan dan Makalah


Ansyaad Mbai. “Kebijakan Penanggulangan Ter-
orisme”. Presentasi disampaikan pada Focus
Group Discussion Tim Polugri P2P LIPI. Ja-
karta. 14 Mei 2013.
Permanent Mission of The Republic of Indonesia to
The United Nations. “Statement by H.E. DR.
R.M. Marty M. Natalegawa Minister of For-
eign Affairs of Republic of Indonesia at The
Secretary-General’s Symposium on Interna-
tional Counter-Terrorism Cooperation”. New
York. 19 September 2011.

Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menghadapi ... | Ganewati Wuryandari | 83 
84 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 43–54 
AGAMA DAN DEMOKRASI :
MUNCULNYA KEKUATAN POLITIK ISLAM DI TUNISIA,
MESIR DAN LIBYA1

RELIGION AND DEMOCRACY :


THE EMERGENCE OF THE POWER OF POLITICAL ISLAM IN
TUNISIA, EGYPT AND LIBYA

Muhammad Fakhry Ghafur

Peneliti Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 10, Jakarta
E-mail: fakhry_jamahiriyya@yahoo.com
Diterima: 2 Agustus 2014; direvisi: 6 September 2014; disetujui: 25 Oktober 2014

Abstract

Political Islam has a significant influence in the political dynamics in Tunisia, Egypt and Libya, especially
after the Arab Spring phenomenon that began in Tunisia and broad impact on the political constellation in some
Middle Eastern countries. In Tunisia, the effect of political Islam does not only appear at the elite, but also at the
grass roots level with the emergence of mass-based Islamic political movement. While Egypt is a country where the
growth of a variety of movements and transnational Islamic organizations. The post of Hosni Mubarok era bring
to Islamic groups like the Muslim Brotherhood and the Salafis to participate more in the political arena. While in
Libya, after the death of Qaddafi, the Islamic movements play an important role in the dynamics of Libyan politics,
especially after the interim government declared Islamic law in Libya.

Keywords: Middle East, Islamic Politics, Tunisia, Egypt, Libya.

Abstrak

Politik Islam memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam pasang surut pergolakan politik di Tunisia, Mesir
dan Libya terutama pasca fenomena Arab Spring yang berawal di Tunisia dan berdampak luas terhadap konstelasi
politik di sejumlah negara Timur Tengah. Di Tunisia, menguatnya pengaruh politik Islam tidak muncul dalam
tataran elite politik saja tetapi juga dalam tataran grass roots dengan bermunculannya gerakan politik berbasis massa
Islam. Sementara itu, Mesir adalah negara tempat tumbuh dan berkembangnya berbagai gerakan dan organisasi
Islam transnasional. Tumbangnya Husni Mubarok membawa angin segar bagi kelompok Islam seperti Ikhwanul
Muslimin dan Salafi untuk berperan lebih dalam kancah politik praktis. Sementara di Libya, pasca tewasnya Qaddafi,
gerakan Islam memainkan peran penting dalam dinamika politik Libya, terutama setelah pemerintahan sementara
mendeklarasikan hukum Islam di Libya.

Kata Kunci: Timur Tengah, Politik Islam, Tunisia, Mesir, Libya.

1
Tim Peneliti terdiri dari: Muhammad Fakhry Ghofur, M. Hamdan Basyar, Dhuroruddin Mashad, Indriana Kartini, Zainuddin Djafar.

Agama dan Demokrasi ... | Muhammad Fakhry Ghafur | 85 


Pendahuluan rakyat dan kebebasan pers dibatasi, partai politik
Gerakan protes yang terjadi di sejumlah negara dan kelompok oposisi diberangus. Selama
Timur Tengah atau yang lebih dikenal dengan beberapa dekade, gerakan Ikhwanul Muslimin
Arab Spring pada dasarnya merupakan panggilan kerap mendapatkan tekanan dan intimidasi dari
untuk tegaknya demokrasi dan kebebasan.2 pemerintahan Mubarok. Sistem otoritarianisme
Otoritarianisme dan ketidakadilan yang merebak yang berlangsung di Mesir pada akhirnya
luas telah mendorong gelombang protes di mendorong aksi protes rakyat yang memaksa
berbagai negara. Tunisia merupakan negara yang presiden Husni Mubarok turun dari jabatannya.
menjadi pelopor lahirnya gerakan protes yang P as ca l en g s ern y a Hu s n i M u b aro k ,
menentang otoritarianisme dan ketidakadilan. pemerintah transisi dikendalikan oleh Supreme
Arab Spring di Tunisia bermula pada Desember Council of The Armed Forces (SCAF). Berbagai
2010, ketika seorang pedagang buah bernama kebijakan politik telah dilakukan pemerintah
Boazizi melakukan aksi bakar diri sebagai transisi, diantaranya melaksanakan Pemilu
bentuk protes terhadap ketidakadilan rezim yang parlemen dalam tiga tahap yang dilaksanakan
berkuasa. Aksi protes yang dilakukan Boazizi pada November 2011 sampai awal Januari
pada akhirnya memicu amarah rakyat di seluruh 2012. Pada Pemilu Parlemen, partai-partai Islam
santereo negeri yang kemudian menjelma memperoleh suara mayoritas mengungguli
menjadi gerakan revolusi menuntut mundurnya partai nasionalis-sekuler. Partai Kebebasan dan
rezim Zainal Abidin Ben Ali. Lebih dari itu, aksi Keadilan (FJP) berhasil memperoleh 235 kursi
yang dilakukan Boazizi menginspirasi gerakan atau 47,18 persen. Partai An-Nur dari kelompok
protes serupa di negara-negara lain di kawasan Salafi memperoleh 121 kursi. Sedangkan partai
Timur Tengah. Al-Wafd yang berhaluan nasionalis-sekular
Memang, pada masa pemerintahan Zainal memperoleh 38 kursi. Sementara partai aliansi
Abidin Ben Ali, sistem Pemilu multipartai Mesir meraih 34 kursi. 3 Pada Juni 2012
sudah berlangsung di Tunisia, namun politik pemerintah transisi menyelenggarakan Pemilu
otoritarianisme tetap mencolok dalam setiap Presiden. Mohamad Mursi dari FJP berhasil
kebijakan rezim yang mendeskriditkan lawan memenangkan Pilpres yang diselenggarakan
politiknya. Misalnya pada tahun 1991, Ben dalam dua putaran tersebut. Transisi demokrasi
Ali pernah melarang partai An-Nahdhah dan yang tengah berlangsung ditandai dengan kudeta
menangkap 265 anggotanya atas tuduhan kudeta. militer yang memaksa presiden Mursi turun dari
jabatannya.
Pasca tumbangnya Ben Ali, pemerintahan
transisi yang dipimpin Perdana Menteri Caid Gelombang demokratisasi yang berlangsung
Essebsi, berhasil melakukan berbagai program di Tunisia dan Mesir berdampak pada perubahan
reformasi politik seperti pembebasan tahanan iklim politik di beberapa negara termasuk Libya.
politik , mengadili mantan pejabat partai dan Gerakan perlawanan yang berbasis di Benghazi
keluarga Ben Ali yang terlibat kasus korupsi serta berhasil menguasai asset pemerintahan penting
menyelenggarakan Pemilu. Pada Pemilu 2011 dan memaksa pasukan milisi pro Qaddafi
partai An-Nahdah yang merupakan representatif keluar dari Tripoli. Pada 21 Oktober 2011
dari Ikhwanul Muslimin berhasil mendominasi pasukan oposisi yang didukung NATO dapat
perolehan suara. melumpuhkan Qaddafi di Sirte.
Beberapa bulan pasca pergolakan politik di Tewasnya Qaddafi membawa perubahan
Tunisia, protes rakyat serupa juga terjadi di Mesir. signifikan dalam dinamika politik. Di bawah
Pada 25 Januari 2011 terjadi demonstrasi massa Dewan Transisi Nasional (NTC), Libya
yang berpusat di Tahrir Squere. Protes rakyat memasuki era baru dengan membentuk konstitusi
yang terjadi tidak lepas dari kepemimpinan baru dan mengadakan Pemilu Parlemen. Pada
otoriter Husni Mubarok dalam menjalankan Juli 2012, diselenggarakan Pemilu Parlemen
pemerintahan. Pada masanya, hak-hak politik
3
Maria Cristina Paciello, “Egypt : Changes and Challenges of
2
Nazeer Ahmad, “The 2011 Arab Revolution”, www. Political Transition,” Medpro Technical Paper, Social Science
thehistoryofislam.com, diakses pada tanggal 28 Januari 2013. Research Network, Rochester, New York, No. 4, Mei 2011.

86 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 85–100  


pertama dengan jumlah partai peserta Pemilu Tabel 1. Kinerja Pemerintah di Sejumlah Negara
sebanyak 160 partai. Diantara partai yang lahir Timur Tengah
pasca Qaddafi adalah partai National Forces Region, Country
or Country
Civil Liberties
1 (most) to 10
Political Right
1 (strongest)
Corruption
Perception
Rule of Law
-2.5 to 2.5
Human
Development
Alliances (NFA) yang dipimpin Mahmoud Jibril. Grouping to 10 1 to 10 (least (best) Index
corrupt)
Sementara partai-partai Islam diwakili Justice Middle East 5.1 5.6 2.9 -0.3 0.73
Arab League 5.4 6.1 2.8 -0.6 0.70
and Development Party (JDP) yang merupakan Iran 6.0 6.0 1.8 -0.8 0.78

representasi dari gerakan Ikhwanul Muslimin Turkey


Africa Union
3.0
4.1
3.0
4.2
4.4
2.6
0.1
-0.8
0.81
0.49
Libya yang didirikan pada tahun 19424 dan partai Sumber: Freedom House, “Freedom in the World
Al Wathan pimpinan Abdul Hakim Belhaj. Dalam Report”, 2008, http://freedomhouse.org.
Pemilu 2012, partai NFA berhasil memperoleh
suara mayoritas dengan 39 kursi disusul Justice
Tabel 1. memberikan gambaran akan tingkat
and Development Party (JDP) dengan 17 kursi
kinerja pemerintahan di wilayah Timur Tengah
dan National Front Party dengan 2 kursi.
dan Afrika Utara sebelum terjadinya Arab Spring.
Keberhasilan pelaksanaan Pemilu di Libya
Berdasarkan hasil survei Freedom House yang
kemudian diikuti oleh Pemilihan Presiden Libya.
dirilis pada tahun 2008, menunjukkan bahwa
Majelis Umum Nasional telah memilih dua
telah terjadi kemunduran terhadap hak-hak
orang Presiden, antara lain, Mustafa Abu Shagur
politik dan kebebasan sipil di sejumlah kawasan
yang kemudian dicopot karena gagal dalam
yang tercermin dalam seperlima negara-negara di
menentukan kabinet, dan Ali Zaidan yang juga
dunia, dimana paling menonjol adalah di negara
dirundung berbagai persolan ekonomi, politik
jajahan bekas Uni Soviet, Timur Tengah dan
dan keamanan di Libya. Pada November 2012,
Afrika Utara. Dalam survei tersebut sejumlah
Majelis Umum Nasional menetapkan kabinet
negara mengalami penurunan dalam kebebasan
yang dibentuk Ali Zaidan. Kendati demikian,
termasuk Mesir. Menurut Freedom House,
pemerintahan baru tidak lepas dari berbagai
Mesir adalah salah satu contoh negara yang
persoalan domestik karena adanya penolakan
mengimplementasikan konsolidasi demokrasi
dan serangan dari milisi bersenjata dan kabilah.
dengan cara kekerasan terhadap kelompok
Berdasarkan pengalaman yang terjadi di oposisi, masyarakat sipil, dan media independen.5
tiga negara kasus, dapat dijelaskan bahwa proses
Fenomena lain yang berkembang pasca Arab
transisi demokrasi di masing-masing negara
Spring adalah munculnya kekuatan politik Islam
berbeda satu dengan lainnya. Tunisia merupakan
di beberapa negara Timur Tengah. Bagi sebagian
negara yang dengan mudah dapat melalui proses
kalangan, politik Islam sering dipandang sebagai
transisi, sementara Mesir dan Libya meskipun
penggabungan antara “agama dan politik”,
proses transisi telah berlangsung, tetapi masih
atau dalam terminologi Islam modern disebut
terdapat persoalan yang terjadi dengan munculnya
sebagai kolaborasi antara din wa daulah (agama
berbagai konflik antar kekuatan politik.
dan negara).6 Dalam beberapa literatur baik
Sepanjang sejarahnya, Tunisia, Mesir yang ditulis oleh ilmuwan Muslim maupun
dan Libya telah bereksperimen dengan sistem nonMuslim, bahwa politik Islam merupakan
politik dan ekonomi masing-masing. Di bawah cara pandang Islam secara universal dalam
kepemimpinan para rezim, ketiga negara urusan berbangsa dan bernegara. Dr. Schacht,
menjalankan kebijakan politik dan ekonomi bahwa Islam lebih dari sekedar agama, tetapi
masing-masing. Namun, krisis finansial yang juga mencerminkan terori perundang-undangan
melanda seiring semakin meningkatnya angka dan politik. Singkatnya bahwa Islam merupakan
kemiskinan dan pengangguran serta kegagalan
elite dalam membentuk identitas nasionalis
rakyat telah menciptakan krisis politik yang
berdampak luas.
5
Lihat, Freedom in the World Report 2008, https://freedomhouse.
org, diakses pada tanggal Februari 2013.
4
Ibid, www.iai.it/pdf/mediterraneo/.../MedPro-technical- 6
Sayyid Qutb, Ma’alim fi Ath Thariq, (Kairo: Daar Asy Syaruq,
paper_04.pdf, diakses pada tanggal 2 Januari 2013. 1973).

Agama dan Demokrasi ... | Muhammad Fakhry Ghafur | 87 


sebuah sistem yang mencakup agama dan negara Islamisme yang menganggap bahwa Islam bukan
secara bersamaan. 7 Sementara itu, menurut sekedar agama tetapi juga ideologi, nilai, dan
Taqiyuddin An-Nabhani, Politik dipandang doktrin yang memberikan pondasi bagi gerakan
sebagai pengaturan urusan umat di dalam dan di sosial. Karenanya, menurut Denoux politik Islam
luar negeri yang dilaksanakan oleh negara dan merupakan hasil dari instrumentalisasi ideologi,
umat (rakyat), negara secara langsung mengatur nilai dan doktrin Islam dalam sebuah organisasi
urusan kenegaraan, sedangkan umat mengawasi gerakan Islam untuk mencapai tujuan politik
negara.8 sebagai respons terhadap tantangan dan persoalan
Dewasa ini, semangat untuk membumikan dalam kehidupan sosial masyarakat Islam.11
ajaran Islam dalam kehidupan berbangsa dan Dalam realitas politik Timur Tengah saat ini,
bernegara semakin marak seiring dengan politik Islam seolah menjadi kekuatan baru yang
berlangsungnya demokratisasi pasca tergulingnya tidak terbantahkan lagi terutama pasca terjadinya
rezim otoritarianisme di beberapa negara Arab Spring. Menguatnya pengaruh politik Islam
Timur Tengah. Kebangkitan politik Islam atau di Timur Tengah khususnya di tiga negara kasus
revivalisme politik Islam dalam pandangan menjadi permasalahan yang penting untuk dikaji
Bubalo memiliki beberapa bentuk diantaranya terutama ditengah menguatnya tuntutan terhadap
adalah kesadaran masyarakat untuk bertindak demokrasi itu sendiri. Tulisan ini akan mengkaji
sesuai dengan ajaran Islam dalam kehidupan sejauh mana politik Islam dapat menjadi sebuah
sosial-politik. Sementara Dekmeijan memandang kekuatan baru dalam realitas politik di tiga negara
bahwa revivalisme politik Islam ditandai dengan kasus, faktor apa saja yang paling berpengaruh
menguatnya aktivitas keagamaan yang meliputi terhadap munculnya kekuatan politik Islam di
munculnya partai-partai politik, kelompok- tiga negara kasus dan bagaimana korelasinya
kelompok pergerakan dalam masyarakat Islam. dengan perkembangan demokrasi di Timur
Para pemikir Islam seperti Hasan Al-Banna, Al- Tengah.
Maududi, Sayyid Qutb, Khomeini, Muhammad
Baqi Sadr, Said Hawa dan lainnya banyak Dinamika Politik Di Tunisia, Mesir dan
memberikan landasan ideologi pemikiran politik Libya Pra Arab Spring
Islam kontemporer. Olivier Roy memandang
Peristiwa yang terjadi di beberapa negara Timur
bahwa politik Islam adalah gaya baru dari sebuah
Tengah pada penghujung tahun 2010 telah
gerakan Islam yang modern yang memiliki
membuka lembaran baru dalam dinamika politik
tujuan spesifik untuk menciptakan prototipe
di kawasan tersebut. Gejolak politik yang dimulai
masyarakat Islam yang sebenarnya.9 Senada
di Tunisia kemudian menyebar ke berbagai
dengan Roy, Mohammed Ayoob memandang
negara lainnya seperti Libya, Mesir dan Suriah
bahwa Islam bukan sekedar agama tetapi juga
yang saat ini masih bergejolak. Otoritarianisme
sebagai sebuah ideologi politik yang menjadi
dan perilaku korupsi yang menggejala di
alat untuk mencapai tujuan politik yang terefleksi
berbagai lini telah memicu terjadinya gerakan
dari penggunaan simbol dan konsep Islamis
protes yang dimotori oleh kaum muda. Selain
di ranah publik.10 Penggunaan konsep politik
itu, pasca runtuhnya Uni Soviet, negara-negara
Islam pada akhirnya sering dikaitkan dengan
pro-demokrasi di Timur Tengah, seperti AS
dan negara-negara Uni Eropa berusaha untuk
7
C.E. Bosworth, Van Donzel, W.P. Heinrichs, G. Lecomte memperkuat cengkramannya di seluruh kawasan
(Eds.), Encyclopedia of Islam Vol. IV, (Leiden: Brill,1997),
hlm. 350. Timur Tengah yang kaya minyak melalui slogan
“demokratisasi”. Peristiwa di sejumlah negara
8
Taqiyuddin An-Nabhani, Ad-Daulah Al-Islamiyyah, (Beirut:
Timur Tengah dengan latar belakang Arab Spring
Daar al-Ummah, 2002), hlm. 11-13.
pun dipandang oleh dunia internasional sebagai
9
Olivier Roy, The Failure of Political Islam, (Massacusset: titik tolak gerakan kebangkitan demokrasi di
Harvard University Press, 1994), hlm. vii-xi.
negara-negara Arab.
Mohammed Ayoob, The Many Faces of Political Islam,
��

Religion and Politics in the Muslim World, (Ann Arbor: The Guilain Denoeux, “The Forgotten Swamp : Navigating
��

Univesity of Michigan Press, 2008), hlm. 2. Political Islam”, Middle East Policy, Vol. IX, No. 2, 2002.

88 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 85–100  


Gerakan perubahan yang dimotori oleh Terdapat sedikitnya empat partai yang
kaum muda tersebut sejatinya tidak hanya terjadi mendominasi peta politik, diantaranya, An-
di Tunisia, tetapi menjalar ke negara-negara Nahdhah, The Congress for the Republic, Ettakatol
lainnya. Di Mesir, gerakan perubahan disebut dan Modernist Democratic Pole and Democratic
sebagian kalangan sebagai “Revolusi Tahrir” Progressive Party. Partai An-Nahdhah menjadi
yaitu sebuah gerakan yang menghendaki partai popular dan mendominasi mayoritas suara.
perubahan dan menolak sistem otoriter, korup Congress for the Republic Party (CPR) berada
dan diskriminatif terhadap suatu golongan atau pada posisi kedua dengan 30 kursi. Kemudian
disebut juga sebagai “Facebook Revolution” An-Nahdhah, CPR dan Ettakatol membangun
dimana seorang pemuda bernama Wael Ghanim koalisi dengan masing-masing jabatan tertinggi
melalui media sosial dapat menjadi inspiratif dalam pemerintahan. Mustafa Ben Jafar dari
bagi para demonstrans yang menuntut terjadinya Ettakatol menjadi Ketua Badan Legislatif,
perubahan di Mesir.12 Kendati demikian, revolusi pemimpin CPR menjadi Presiden Interim dan
kaum muda tersebut pada akhirnya harus Hamadi Jebali menjadi Perdana Menteri. 13
berhadapan dengan kekuatan-kekuatan politik Dominasi An-Nahdhah dalam Pemilu di Tunisia
yang sudah lebih dahulu eksis, seperti partai- tidak lepas dari peran tokoh-tokohnya yang
partai maupun kelompok pergerakan Islam. diangap dapat membawa perubahan. Disamping
Di Libya misalnya, gerakan perubahan tidak itu, rakyat sudah jenuh dengan kebijakan politik
mampu menandingi ideologi sosialisme yang rezim yang sangat otoriter dan mengedepankan
dibangun Muammar Qaddafi dan peran partai tindakan kekerasan.
National Forces Alliance (NFA). Sepanjang Kuatnya pemerintahan Ben Ali, tidak
dinamika sejarah politik di Timur Tengah, dapat dipisahkan dari peran militer dalam
gerakan-gerakan oposisi kerap mendapat tekanan menjaga kekuasaan selama dua dekade. Sebelum
dari rezim yang berkuasa sehingga hanya menjadi terjadinya Arab Spring gerakan demonstrasi
gerakan underground sampai terjadinya gerakan kerap berhadapan dengan militer Tunisia yang
perubahan yang terjadi di Tunisia. menggunakan kekerasan. Dari sini kita dapat
melihat bahwa militer berperan penting dalam
Dinamika Politik Tunisia Pra Arab menjaga kekuasaan dari perlawanan kelompok
Spring oposisi.
Sebelum terjadinya Arab Spring, Tunisia
merupakan negara sekuler yang menganut sistem Dinamika Politik Mesir Pra Arab Spring
demokrasi electoral, dimana presiden dipilih Sama halnya dengan Tunisia, rezim yang
melalui mekanisme Pemilu dengan masa jabatan berkuasa di Mesir pada umumnya mendapat
selama 5 tahun. Dalam setiap penyelenggaraan dukungan dari militer dan didukung negara-
Pemilu, Zainal Abidin Ben Ali kerap terpilih negara Barat, terutama Amerika Serikat (AS)
sebagai presiden. Hal tersebut tidak lepas dari yang sangat berkepentingan dengan eksistensi
dukungan partai Constitutional Democratic Party kepemimpinan Mesir dibawah kendali militer.
yang menguasai lebih dari 80% kursi di Parlemen. Dengan dominasi militer diharapkan dapat
Sepanjang masa pemerintahannya, Ben Ali kerap melanggengkan kepentingan AS dan negara-
bersikap represif tehadap lawan politiknya. negara Barat baik sosial-politik dan ekonomi di
Meskipun gerakan dan aktivitas kelompok Timur Tengah.
oposisi dapat berkembang, namun mendapat Sejarah berkuasanya rezim militer di Mesir
pengawasan ketat dari pemerintahan rezim. Hal bermula pada tahun 1952, ketika Gamal Abdel
ini mengakibatkan lemahnya partisipasi publik Nasser berhasil mengambil alih kekuasaan
dalam dinamika sosial-politik di Tunisia. dari Raja Farouk. Sejak saat itu, peta kekuatan
Kemudian setelah terjadinya demokratisasi, politik Mesir kerap dikuasai oleh kalangan
beberapa partai politik mulai bermunculan.

Apriadi Tambukara, “Revolusi Timur Tengah: Keruntuhan


���� Alexis Arieff, “Political Transition in Tunisia”, www.crs.gov
��

Para Penguasa Otoriter”, (Yogyakarta: Narasi, 2011). RS21666, 16 Desember 2011.

Agama dan Demokrasi ... | Muhammad Fakhry Ghafur | 89 


militer. Di bawah kendali militer, Mesir menjadi dengan jumlah 400.000 mahasiswa yang tersebar
negara sekuler. Kendati demikian, kebijakan di berbagai jurusan.
pemerintahan Mesir memiliki corak yang Dalam dinamika politik, Mesir bermunculan
berbeda dari satu pemimpin dengan pemimpin sejumlah gerakan politik yang menggunakan
lainnya. Pada masa pemirintahan Gamal Abdel simbol-simbol dan agenda politik Islam. Salah
Nasser, Mesir menerapkan sistem politik sosialis satu gerakan yang kerap menyerukan penerapan
yang lebih cenderung ke “kiri”. Sementara hukum Islam di Mesir adalah Ikhwanul Muslimin.
di bawah pemerintahan Anwar Sadat, Mesir Sejak didirikan pada tahun 1928, IM berubah
tetap didominasi militer dengan kebijakan menjadi gerakan Islam terbesar di Mesir dengan
pemerintahan sekuler yang cenderung “kanan”. basis pendukung kelas menengah perkotaan
Pasca tewasnya Anwar Sadat pada tahun 1981, terdidik. Kuatnya IM tidak lepas dari lima
Mesir dipimpin oleh Hosni Mubarok, seorang prinsip yang menjadi landasan ideologi gerakan,
mantan Komandan Angkatan Udara. Hosni seperti Al-Urubah (Arabisme), Wathaniyyah
Mubarok dikenal sebagai seorang pemimpin (Patriotisme), Qaumiyyah (Nasionalisme) dan
otoriter yang keras terhadap lawan politiknya. Alamiyyah (internasionalisme).14
Banyak para aktivis dari gerakan Islam dan
kelompok oposisi yang ditahan dan dibunuh.
Dinamika Politik Libya Pra Arab
Pada masa Mubarok, militer mempunyai Spring
kedudukan khusus dalam pemerintahan. Partai
Sejarah dinamika politik Libya kontemporer
Nasional Demokrat menjadi partai yang berkuasa
dapat dirunut sejak masa Muammar Qaddafi
sejak Mubarok memimpin. Hal itu tidak lepas
(1969-2011). Sejak saat itu peran dan sepak
dari peran militer yang selalu mendukung
terjang Qaddafi telah mengubah iklim politik
kebijakan Mubarok. Dewan Agung Militer
Libya secara signifikan. Pasca kudeta terhadap
(Supreme Council of the Armed Forces – SCAF)
raja Idris pada 1 September 1969, Qaddafi
didirikan dan memiliki keistimewaan dalam
membentuk sistem politiknya sendiri. Misalnya,
kancah politik Mesir. Selain militer, unsur lain
Uni Sosialis Arab dan konsep negara “Al-
yang berpengaruh dalam politik Mesir adalah
Jamahiriyyah Al-Arabiyyah ASy-Sya’biyyah
kelompok sekular-liberal. Gerakan “Tamarrud”
Al-Libiyyah Al-Isytirakiyyah Al-Uzhma”.
yang menentang pemerintahan presiden Mursi
Untuk mempertahankan kekuasaannya dibentuk
pada 30 Juni 2013 merupakan gerakan yang
Dewan Komando Revolusi yang dipimpin
dimotori oleh kelompok tersebut.
Qaddafi dengan sebagian besar anggotanya
Selain itu, di Mesir terdapat juga kelompok adalah militer. Selain itu, dalam menjalankan
Islam yang mulai tampak pada masa pemerintahan roda pemerintahannya, Qaddafi membentuk
Anwar Sadat. Pasca lengsernya Husni Mubarok, dewan menteri yang diangkat dan diberhentikan
kelompok Islam mulai terjun dalam kancah langsung oleh Pemimpin Revolusi. Pada Januari
politik praktis, seperti Ikhwanul Muslimin yang 1970, Qaddafi menghapus konstitusi 1951 dan
membentuk Freedom and Justice Party (FJP) dan menggantinya dengan konstitusi yang terdapat
kelompok Salafi yang mendirikan partai An-Nur. dalam Kitab Akhdar (Kitab Hijau). Dalam kitab
Dinamika politik Islam di Mesir mulai Akhdar disebutkan bahwa Al-Qaid dalam hal
nampak, ketika terjadi liberalisasi politik dan ini Qaddafi adalah Pemimpin Besar Revolusi
ekonomi pada tahun 1970, banyak diantara dan menjadikan Islam sebagai sumber hukum
para aktivis yang menggunakan simbol-simbol “Al-Islam Huwa Syariatul Mujtama’”.15 Dari
keislaman sebagai sarana dalam kegiatan mereka. sini dapat dilihat bahwa militer melalui Dewan
Sejak saat itu Islamisasi mulai tumbuh dengan
berbagai bentuknya baik dalam kehidupan
pribadi maupun dalam ranah sosial. Disamping 14
Hasan Al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin,
(Solo: Era Intermedia, 2012).
itu, pendidikan agama juga tumbuh pesat dalam
empat dekade terakhir, Universitas Al-Azhar Muammar Qaddafi, Kitabul Akhdhar, (Tripoli: Al-Markaz
��

merupakan salah satu universitas Islam terbesar Al-‘Alami Li Abhats Wa Ad-Dirasat Kitab Al-Akhdhar, 1977).

90 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 85–100  


Komando Revolusi berperan penting dalam dan terror, seperti pada tahun 1990 antara
penyusunan kebijakan dan konstitusi negara. kelompok milisi bersenjata dengan pasukan
Selama hampir empat dekade, aktivitas Qaddafi.
politik yang dibentuk mampu berfungsi dan Disamping kekurangan secara substantif
berjalan dengan baik, terlebih dengan dukungan dari kelompok Islam, kekalahan partai Islam
dana hasil penjualan minyak. Meski demikian, disebabkan oleh kuatnya pengaruh politik
kondisi politik dan ekonomi Libya sempat kelompok liberal. Hal tersebut dikarenakan figur
menurun seiring dengan meningkatnya tekanan kelompok liberal yang memiliki kredibilitas
politik global dan memburuknya hubungan dibanding tokoh lainnya. Mahmoud Jibril adalah
Libya dengan Amerika Serikat dan negara- salah satu tokoh National Forces Alliance yang
negara Barat. Kekacauan politik dan ekonomi memiliki pengaruh yang kuat dalam kancah
di Libya memuncak pasca terjadinya aksi politik Libya terutama pasca era Qaddafi.
demonstrasi Massa di Benghazi pada awal 2011 Karenanya tidak mengherankan jika pada
yang menuntut mundurnya Muammar Qaddafi. Pemilu 2012, Jibril berhasil merangkul berbagai
Gerakan protes yang dimotori oleh kelompok kalangan termasuk kelompok minoritas dan para
Islam pada akhirnya berhasil memaksa Qaddafi aktivis lembaga swadaya masyarakat yang pro
keluar dari persembunyiannya sampai akhirnya terhadap demokratisasi di Libya.
tewas di tangan kelompok oposisi pada Oktober Berdasarkan pengalaman sejarah dinamika
2012. politik di tiga negara, yakni Tunisia, Mesir
Pasca tewasnya Qaddafi, aktivitas politik dan Libya dapat disimpulkan bahwa kendati
publik mulai berjalan dengan berdirinya partai- berbagai lapisan masyarakat mulai dari tingkat
partai politik baik sekular-liberal, nasionalis grassroot sampai elite dapat menikmati aktivitas
maupun Islam. National Forces Alliance (NFA) politik masing-masing, namun militer dan rezim
yang berhaluan nasionalis-liberal menjadi otoriter yang berkuasa tetap mempunyai peran
pemenang Pemilu pertama pasca Qaddafi disusul yang signifikan dalam kancah politik. Dominasi
Justice and Development Party yang merupakan militer dan kuatnya pengaruh rezim, masih
representasi dari kelompok Ikhwanul Muslimin mewarnai dinamika politik dan menjadi ciri
Libya. utama dari sejarah di tiga negara tersebut sebelum
Tidak seperti halnya di Tunisia dan Mesir, terjadinya Arab Spring. Hal ini juga berpengaruh
partai Islam tidak menjadi kekuatan popular, terhadap eksistensi kelompok Islam yang turut
meskipun selama beberapa dekade kelompok serta dalam pertarungan politik namun tidak
Islam menjadi kelompok yang menentang demikian dominan pada suatu sistem politik di
rezim Qaddafi. Terdapat perbedaan mendasar tiga negara tersebut bahkan terjadi perpecahan
antara partai Islam di Tunisa maupun Mesir serta behadapan dengan berbagai pihak yang
dengan partai Islam di Libya. Perbedaan mempunyai pengaruh dalam pandangannya
tersebut didasarkan pada tingkat institusional terhadap kelompok Islam.
dan interaksi dengan masyarakat. Selama masa
kepemimpinan Qaddafi, kelompok Islam tidak Demokrasi dan Kebangkitan Politik
dapat membangun dukungan lokal karena tidak Islam di Tunisia
dapat mengembangkan struktur organisasi dan Musim semi bagi demokratisasi di Timur
institusinya disamping sangat ketatnya konstitusi Tengah atau yang lebih dikenal dengan Arab
yang diberlakukan terhadap partai Islam. Selain Spring berawal di Tunisia pada Desember 2010.
itu, tidak adanya koalisi yang menyatukan Pergolakan politik di Tunisia dilatarbelakangi
partai-partai Islam sehingga partai-partai Islam oleh aksi bakar diri seorang pedagang buah,
yang muncul dalam Pemilu adalah partai-partai Mohamed Bouazizi sebagai aksi protes terhadap
kecil yang memiliki tujuan dan agenda politik sikap represif dan ketidakadilan rezim Zainal
masing-masing. Sebagian rakyat Libya masih Abidin Ben Ali. Siapapun tidak akan menyangka
memandang bahwa kelompok Islam memiliki bahwa aksi tersebut memicu terjadinya gerakan
masa lalu yang erat dengan peristiwa kekerasan protes serupa di negara-negara lainnya di Timur

Agama dan Demokrasi ... | Muhammad Fakhry Ghafur | 91 


Tengah. Tekanan sosial, politik dan ekonomi yang pemenang Pemilu, An-Nahdhah berkoalisi
dirasakan rakyat Tunisia selama tiga dekade lebih dengan partai CPR dan Ettakatol. Beberapa
telah mendorong lahirnya “Revolusi Jasmine”. petinggi partai koalisi berhasil menempati posisi
Tunisia merupakan negara sekuler yang penting dalam pemerintahan. Hamadi Jebali dari
dipimpin oleh rezim otoriter melalui kebijakan partai An-Nahdhah menjadi Perdana Menteri,
yang melarang berdirinya partai oposisi dan Moncef Marzouki pemimpin CPR menjadi
gerakan Islam dengan dasar pemisahan agama presiden dan Mustapha Ben Jafar sebagai Ketua
dan politik. Pada masa pemerintahan Ben Ali, Badan Legislatif. 16 Pasca Pemilu, Majelis
para aktivis kerap mendapat tekanan dari tentara Konstituante Nasional mulai menyusun draf
rezim, bahkan sebagian diantaranya diasingkan konstitusi, dimana salah satu poin yang diusulkan
seperti Rashid Al Gannushi, salah seorang adalah pemberlakuan syariat Islam di Tunisia.
pemimpin terkemuka partai An-Nahdhah. Perjuangan An-Nahdhah dalam mengusung
syariat Islam mengisyaratkan bahwa konsep yang
Sementara pada sektor ekonomi, meskipun
diusung An-Nahdhah tidak jauh berbeda dengan
selama satu dekade terakhir dapat meningkat,
Justice and Development Party (AKP) di Turki.
tetapi kesenjangan sosial menjadi pemandangan
Namun, peran An-Nahdhah dalam membentuk
umum di Tunisia, bahkan angka pengangguran di
negara tidak seluruhnya berjalan mulus. Hal
tahun 2011 semakin meningkat. Ketidakstabilan
tersebut dikarenakan An-Nahdhah berkoalisi
sistem ekonomi di Tunisia tidak lepas dari
dengan dua partai lain yakni CPR dan Ettakatol
korupsi dan penyalahgunaan wewenang pejabat
yang tidak mengusung syariat Islam.
dan keluarga rezim. Puncak dari ketidakstabilan
sosial, politik dan ekonomi di Tunisia terjadi pada Kemenangan partai Islam An-Nahdhah
akhir tahun 2010 ketika terjadi gerakan protes di Tunisia tidak lepas dari beberapa faktor,
yang menuntut mundurnya rezim Ben Ali dari diantaranya bahwa konsep yang dibawa An-
kursi kekuasaannya. Pada 14 Januari 2011, Ben Nahdah berlawanan dengan rezim Ben Ali. Para
Ali semakin kehilangan dukuangan dari pejabat, anggotanya merupakan bagian dari kelompok
rakyat dan militer sehingga mendorongnya untuk oposisi yang tidak pernah terlibat dalam struktur
mengasingkan diri ke Saudi Arabia. Pengasingan pemerintahan rezim Ben Ali. Selain itu An-
tersebut menandai berakhirnya kekuasaan Ben Nahdhah tidak hanya mempromosikan nilai-
Ali yang telah memerintah selama 23 tahun. nilai Islam semata tetapi juga mengusung
identitas nasional dan prinsip-prinsip demokrasi.
Pasca mundurnya Ben Ali, Tunisia memasuki
Disamping itu, basis dukungan An-Nahdhah
babak baru dalam dinamika politik. Pemerintah
adalah masyarakat kelas menengah yang tersebar
transisi membentuk Dewan Transisi untuk
di berbagai daerah di Tunisia. Kemenangan
menyusun regulasi penyelenggaraan Pemilu.
partai An-Nahdhah di Tunisia tersebut menjadi
Penyelenggaraan Pemilu tersebut merupakan
perhatian tidak hanya dari kalangan Islam tetapi
langkah awal dalam demokratisasi Tunisia.
juga bagi kalangan sekular-nasionalis. Bagi
Hal tersebut dikarenakan banyak dari civil
kalangan Islam, kemenangan An-Nahdhah
society dan perwakilan partai yang turut serta
merupakan fenomena baru sepanjang sejarah
dalam Pemilu. Pada era transisi, Ben Achour
politik Tunisia, karena kelompok Islam dapat
Commission, suatu badan pembentuk konsensus
memimpin sekaligus berkoalisi dengan partai
di Tunisia dibentuk. Komisi ini bertujuan
lainnya di parlemen. Sementara kalangan sekuler
untuk membangun konsolidasi demokrasi serta
memandang dengan penuh kekhawatiran dengan
menyusun konstitusi Pemilu.
kebangkitan partai Islam di Tunisia.
Pada Oktober 2012, diselenggarakan
Kekhawatiran sebagian kalangan terhadap
Pemilu legislatif untuk memilih 217 anggota
kebangkitan politik Islam di Tunisia mulai
parlemen yang bertugas membentuk konstitusi
muncul pasca Pemilu. Pada 28 September 2014,
dan pemerintahan baru. Hasil akhir Pemilu
pemerintah pimpinan koalisi An-Nahdhah
menunjukkan partai An-Nahdhah memperoleh
menyatakan akan mundur akibat kekacauan
89 kursi diikuti oleh Congress for the Republic
(CPR) dengan 29 kursi. Di parlemen, partai 16
Arieff, op.cit.

92 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 85–100  


politik yang terjadi. Tuntutan peralihan kekuasaan pengaruh yang cukup signifikan dalam dinamika
tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang politik Mesir. Beberapa tokoh kelompok ini
dianggap terlalu toleran terhadap gerakan Islam menduduki posisi penting dalam pemerintahan.
radikal. Terbunuhnya dua orang tokoh oposisi Sebagai negara dengan mayoritas
menandakan semakin maraknya radikalisme penduduknya beragama Islam, Mesir merupakan
di Tunisia dalam dua tahun terakhir pasca tempat berkembangnya berbagai gerakan dan
Pemilu. Selain itu, pemerintah dianggap telah organisasi Islam. Pasca tumbangnya Husni
gagal dalam mengawal transisi demokrasi di Mubarok, kelompok Islam mulai berperan
Tunisia. Belajar dari pengalaman Ikhwanul dalam kancah politik praktis, Ikhwanul Muslin
Muslimin di Mesir, pada akhir September 2013, misalnya, mendirikan Justice and Development
An-Nahdhah menyatakan bersedia untuk mundur Party (JDP) dan mendapat suara yang cukup
dari pemerintahan. Mundurnya An-Nahdhah signifikan dalam Pemilu Parlemen, Sementara
dari pemerintahan setelah pihak AS, pejabat kelompok Salafi mendirikan partai An-Nur serta
pemerintahan Tunisia serta kelompok oposisi Al-Azhar sebuah institusi yang sangat sentral
melakukan pertemuan untuk membahas jalan dalam hubungan agama dan negara.17
tengah dari pergolakan politik yang terjadi.
Kekuatan politik Islam mulai muncul sekitar
Memang, dinamika politik yang terjadi di
tahun 1970 pada masa kekuasaan Presiden Anwar
Tunisia tidak lepas dari berbagai kekuatan
Sadat. Liberalisasi politik dan ekonomi yang
politik, termasuk AS sebagai upaya untuk
berkembang menyebabkan semakin dinamisnya
mempertahankan kepentingannya di Tunisia.
wacana Islam dalam kehidupan rakyat Mesir.
Bagi kelompok neo konservatif AS misalnya,
Terdapat beberapa kelompok yang berusaha
kebijakan AS dalam mendukung rezim di
untuk menerapakan syariah Islam baik dalam
Timur Tengah adalah sebagai bagian untuk
individu maupun dalam kehidupan sosial-politik
menekan kelompok Islam dalam mendirikan
dan ekonomi. Meskipun demikian, kelompok
negara fundamentalis yang dapat mengancam
Islam memiliki cara pandang yang berbeda
kepentingan Barat dan keamanan internasional.
dalam menyikapi berbagai isu seperti masalah
kewarganegaraan, hak asasi manusia dan
Demokrasi dan Kekuatan Politik Islam masalah-masalah sosial. Bangkitnya kekuatan
di Mesir politik Islam di Mesir memicu kekhawatiran
Mesir merupakan salah satu negara yang di kalangan liberal-sekuler. Kalangan ini
terkena dampak fenomena Arab Spring. Sejak memandang, bahwa kebangkitan Islam akan
gerakan protes muncul menentang rezim Husni membatasi kebebasan dalam kehidupan rakyat
Mubarok, politik Mesir mengalami perubahan Mesir yang sudah tertera dalam konstitusi Mesir.
yang cukup signifikan. Pada Februari 2011, Kekuatan Islam di Mesir mulai muncul pada
Husni Mubarok yang telah memerintah selama masa pemerintahan Anwar Sadat. Liberalisasi
tiga dekade mundur dari jabatannya. Mundurnya politik dan ekonomi telah mendorong munculnya
Husni Mubarok membuka lembaran baru dalam berbagai gerakan dan organisasi keagamaan.
kehidupan sosial-politik Mesir. Islamisasi di Mesir sendiri, tidak terbatas
Pada masa Husni Mubarok, berbagai macam pada sosial-politik semata, tetapi juga dalam
gerakan dan partai politik bermunculan di Mesir. lingkungan aparatur negara. Hal itu dapat dilihat
Diantara kekuatan politik yang memiliki peran dari sikap pemerintah yang lebih menekankan
dalam perpolitikan Mesir adalah Militer. Pada hukum, bahasa dan simbol keagamaan sebagai
masa Husni Mubarok, dibentuk Dewan Agung cara untuk melegitimasi kewenangannnya.
Militer (Supreme Council of The Armed Forces Presiden Anwar Sadat merupakan pemimpin
– SCAF). SCAF mempunyai kedudukan yang yang kerap mendorong munculnya gerakan
cukup istimewa dalam pemerintahan. dan organisasi keagamaan. Pada tahun 1980,
Selain itu, terdapat kelompok liberal-sekular
yang mempunyai basis kalangan menengah Nathan J. Brown, Islam and Politics in the New Egypt,
��

(Washington DC: Carnegie Endowment for International Peace,


atas dan terpelajar. Kelompok ini mempunyai April 2013).

Agama dan Demokrasi ... | Muhammad Fakhry Ghafur | 93 


Anwar Sadat menetapkan hukum Islam sebagai post-Islamis yang terdiri dari para intelektual
sumber konstitusi Mesir. Islamisasi negara independen menganggap bahwa prinsip-prinsip
dengan menggunakan simbol-simbol keagamaan demokrasi sangat sesuai dengan nilai-nilai Islam.
semakin kuat pada masa pemerintahan Husni Demikian juga dengan pandangan terkait korelasi
Mubarok. antara agama, politik dan ekonomi kalangan
Pada masa kepemimpinan Husni Mubarok, Islam saling berbeda pendapat antara satu dengan
simbol-simbol keagamaan kerap digunakan lainnya.
untuk mempertahankan legitimasi kekuasaannya. Berkaca dari dinamika yang terjadi dalam
Islamisasi aparatur negara pun terjadi dalam ranah realitas politik Mesir, aktor Islam dapat dibagi
peradilan agama Mesir. Perkembangan Islamisasi dalam beberapa kelompok, diantaranya, aktor
dalam beberapa dekade terakhir memunculkan Islam resmi, aktor sosial, aktor politik dan aktor
kekhawatiran pada kalangan liberal-sekular intelektual. Aktor Islam resmi merupakan bagian
yang menganggap kebangkitan Islam sebagai dari aparatur negara atau kelompok yang diminta
ancaman terhadap prinsip-prinsip kebebasan dan pendapatnya untuk kemaslahatan bersama,
kewarganegaraan yang tertera dalam konstitusi seperti Al-Azhar, Kementerian Wakaf, Daarul
Mesir. Kekuatan politik Islam, seperti Ikhwanul Ifta’, serta Komite Agama, Sosial dan Wakaf
Muslimin dan Salafi yang mendominasi kancah di Parlemen. Aktor sosial mencakup kelompok
politik Mesir dianggap sebagai ancaman bagi atau organisasi yang banyak melakukan aktivitas
keberlangsungan demokrasi Mesir. Alhasil, sosial dan keagamaan, termasuk pengajian,
dinamika politik Mesir kerap diwarnai oleh penerbitan dan penyediaan layanan sosial. Aktor
perebutan pengaruh dan persaingan terbuka politik merupakan aktor yang berpartisipasi
antara kalangan Islam dengan sekular-liberal langsung dalam politik praktis, termasuk dalam
yang semakin mengerucut dalam beberapa kelompok ini adalah Ikhwanul Muslimin, partai
dekade terakhir. Al-Wasat dan beberapa organisasi militant seperti
Pasca Husni Mubarok, kelompok Islam Al-Jama’ah Al-Islamiyyah dan gerakan Al-Jihad.
mulai berpartisipasi dalam kancah politik. Sedangkan aktor intelektual lebih pada upaya
Kelompok ini mulai menggunakan kekuatan memberikan kontribusi bagi dunia pemikiran
politik untuk membangun masyarakat yang lebih dan isu-sisu kontemporer dengan merujuk pada
religius. Pada Pemilu Parlemen 2012, Ikhwanul sumber ajaran Islam.18
Muslimin melalui Justice and Development Party Pergulatan antar aktor dan kekuatan politik
berhasil mendominasi perolehan suara, disusul di Mesir terlihat pasca tumbangnya presiden
oleh partai An-Nur yang merupakan representasi Husni Mubarok dengan munculnya kelompok
dari kelompok Salafiyah. Selain itu, institusi Islam sebagai pemenang Pemilu 2012. Pada
yang berperan dalam politik Mesir adalah Al 3 Juli 2013 militer berhasil melakukan kudeta
Azhar. Institusi ini memiliki peran penting terhadap presiden Mohammad Mursi, atas
dalam kehidupan rakyat Mesir, terutama dalam dukungan militer kelompok sekuler dapat
menetapkan hukum syariah di tengah masyarakat mengalahkan kelompok Islam dan menguasai
Mesir. Dengan demikian, kelompok Islam di pemerintahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Mesir tidaklah homogen, tetapi memiliki sikap tumbangnya rezim Husni Mubarok tidak serta
dan pandangan yang berbeda terutama dalam merta mengakhiri kekuatan militer, bahkan
menyikapi berbagai isu, seperti kewarganegaraan, semakin kuat setelah Dewan Agung Militer
hak asasi manusia, masalah sosial dan jender. (Supreme Council of The Armed Forces/SCAF)
Kalangan konservatif menolak isu-isu berhasil melakukan beberapa kali amandemen
kontemporer tersebut karena bertentangan pada konstitusi Mesir. Kendati demikian, atas
dengan nilai-nilai Islam, sementara kalangan desakan internasional, militer dengan terpaksa
lain, seperti Al-Azhar dan Ikhwanul Muslimin memberikan peluang kepada elite politik Mesir
memandang bahwa nilai-nilai demokrasi penting Netherlands-Flemish Institute in Cairo dan Al-Ahram Centre
���

untuk ditegakkan sepanjang tetap berpegang for Political and Strategic Studies, Mapping Islamic Actors in
pada prinsip-prinsip Islam. Sedangkan kalangan Egypt, (Cairo: Netherlands-Flemish Institute dan Al-Ahram
Centre for Political and Strategic Studies, 2012).

94 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 85–100  


untuk bersaing dalam kancah politik. Terdapat protes semakin meningkat yang mendorong
beberapa kali Pemilu yang diselenggarakan, pihak militer mengeluarkan ultimatum yang
antara lain, Pemilu Parlemen yang dilanjutkan ditolak presiden Mursi. Sampai akhirnya, militer
dengan Pemilu Presiden. mengambil alih kekuasaan melalui kudeta
Pada Pemilu Parlemen yang diselenggarakan pada 3 Juli 2013. Pasca kudeta militer, kondisi
dalam tiga tahap untuk memilih 498 anggota politik semakin tidak stabil. Militer berusaha
Parlemen, Aliansi Demokratik untuk Mesir yang untuk mendeskriditkan Ikhwanul Muslimin
dipimpin oleh Partai Kebebasan dan Keadilan dari kancah politik Mesir yang berakibat
(FJP) berhasil mendominasi kursi di Parlemen semakin meningkatnya perseteruan antara
dengan 225 kursi, sementara aliansi partai Islam kubu yang bersengketa. Banyak dari kalangan
yang dipimpin partai An-Nur memperoleh 125 para tokoh dan aktivis Ikhwanul Muslimin
kursi.19 Kemenangan kelompok Islam dalam ditangkap dan dibunuh dengan tuduhan telah
Pemilu Parlemen memicu kekhawatiran dari melakukan provokasi terhadap rakyat untuk
kalangan militer dan sekular-liberal, sehingga melawan pemerintah. Di pemerintahan, umat
mereka berusaha untuk mencari peluang untuk Islam tidak memperoleh kursi dalam komite
merebut kekuasaan yang telah dikuasai oleh 50 yang dibentuk pemerintahan Adliy Mansour
kelompok Islam. Hal itu dapat dilihat setelah untuk mengubah paksa konstitusi Mesir hasil
militer melalui SCAF membubarkan parlemen referendum 2012. Rentetan peristiwa tersebut
yang telah disahkan oleh Mahkamah Konstitusi. pada akhirnya semakin menyudutkan kalangan
Tidak sampai disitu, SCAF mengeluarkan dekrit umat Islam dalam kancah politik Mesir.
pada 17 Juni 2012 yang memberikan kekuasaan Melihat situasi yang tidak menentu, Presiden
kepada militer. Melalui dekrit tersebut SCAF Amerika Serikat, Barack Obama menuntut rezim
dapat mengangkat Dewan Konstituante baru yang Husni Mubarok yang berkuasa untuk melakukan
sesuai dengan kepentingan mereka. langkah-langkah perubahan guna mempercepat
Pembubaran parlemen melalui Dekrit transisi politik di Mesir. Bahkan AS telah
tersebut mendorong presiden Mohammad mengutus Menteri Luar Negeri, Hillary Clinton
Mursi mengeluarkan dekrit untuk memulihkan sebagai upaya mendukung proses transisi politik
anggota parlemen yang kemudian ditolak di Mesir. Hal itu berbeda ketika terjadi kudeta
oleh Mahkamah Konstitusi. Pada 12 Agustus militer, AS tidak langsung mengecam peralihan
2012, presiden Mursi mengeluarkan dekrit kekuasaan tersebut yang mengakibatkan
untuk membatalkan kekuasaan legislative kekecewaan dari masyarakat Mesir sendiri.
SCAF. Kemudian pada 22 November 2012, Dari sini dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan
Mursi kembali mengeluarkan dekrit untuk terkait orientasi politik AS di Mesir dan Libya.
mempertahankan Dewan Konstituante dan Di Mesir, AS akan terus mendukung rezim
memberikan kekuasaan yang tidak terbatas penguasa baik sipil maupun militer selama tidak
kepada presiden Mursi. Dekrit yang dikeluarkan menghambat kepentingannya di Timur Tengah.
terakhir ini pada akhirnya mendorong terjadinya Siapa pun yang berkuasa di Mesir baik melalui
demonstrasi massa yang menuntut dicabutnya kudeta maupun dengan cara demokratis, AS
dekrit. Untuk mempertahankan draf konstitusi akan mendukung termasuk dengan kudeta yang
yang telah ditetapkan oleh Dewan Konstituante, dilakukan Abdul Fattah As-Sisi terhadap presiden
presiden Mursi memutuskan untuk mengadaan terpilih Mohammad Mursi. Hal ini dapat dilihat
referendum terhadap draf konstitusi tersebut juga dengan yang terjadi di Libya ketika terjadi
yang pada akhirnya rakyat Mesir mendukung pemberontakan rakyat terhadap rezim Qaddafi,
draf konstitusi tersebut. AS dan negara-negara Barat langsung menjadi
pendukung utama dalam operasi militer untuk
Referendum yang telah dilaksanakan secara
menjatuhkan rezim Qaddafi.
sah tidak serta merta menyurutkan kelompok
oposisi untuk melakukan protes, bahkan gerakan

“Egypt Elections 2011”, http://www.elections2011.eg/index.


���

php/results, diakses pada tanggal 2 Februari 2013.

Agama dan Demokrasi ... | Muhammad Fakhry Ghafur | 95 


Demokratisasi dan Kebangkitan Politik Pertama, partai Islam yang diwakili dua partai
Islam di Libya besar yaitu Justice and Development Party
Libya merupakan salah satu negara di Afrika (JDP) yang merupakan representasi dari gerakan
Utara yang terimbas badai Arab Spring. Seperti Ikhwanul Muslimin Libya serta partai AL-Wathan
halnya yang terjadi di Mesir maupun Tunisia, yang didirikan oleh mantan komandan The Libya
rezim yang telah berkuasa selama kurang lebih 42 Islamic Fighting Group (LIFG) serta mendapat
tahun harus menerima berbagai perlawanan dari dukungan dari kelompok Salafi. Sementara partai
pasukan pro-perubahan. Munculnya perlawanan politik berhaluan nasionalis-sekular terdiri dari
dari rakyat tidak lepas dari beberapa faktor yang partai National Forces Alliance (NFA) yang
melatarbelakanginya. Sistem politik otoriter dipimpin Mahmoud Jibril, National Centrist
dan tidak adanya regenerasi kepemimpinannya Party didirikan oleh Ali Tarhouni serta partai
selama lebih dari empat dekade telah memicu National Front Party yang didirikan Muhammad
semakin meluasnya gerakan protes rakyat. Yusuf Al Magharif seorang mantan duta besar
India pada era Qaddafi.
Pada masa pemerintahan Qaddafi, sistem
politik dibentuk untuk mempertahankan Pada Pemilu parlemen 2012, partai National
kekuasaan. Melalui Kitab Akhdar, Qaddafi Forces Alliance (NFA) berhasil memperoleh
menetapkan kekuasaan yang hampir tak terbatas. suara mayoritas dengan 39 kursi mengungguli
Partai politik, gerakan oposisi dan media massa partai Islam seperti JDP yang memperoleh
diberangus keberadaannya. Banyak diantara para 17 kursi, sedangkan partai Al-Wathan yang
aktivis dan tokoh oposisi ditangkap dan dibunuh. didukung Salafi hanya memperoleh 3,45 persen
Gerakan protes yang terjadi di negara-negara suara.21 Pasca Pemilu 2012, GNC terbentuk
Timur Tengah mendorong gerakan protes serupa di bawah pimpinan Mohammed Al-Magharif.
di Libya menuntut perubahan kepemimpinan. Kemudian pada tanggal 12 September 2013,
Gerakan protes yang terjadi di berbagai santero GNC menyelenggarakan pemilihan Perdana
negeri pada akhirnya memaksa rezim Qaddafi Menteri. Mustafa Abu Shagur yang merupakan
mengakhiri kekuasaannya di tempat kelahirannya calon kuat dari koalisi partai Islam berhasil
di Sirte pada 20 Oktober 2011. Runtuhnya memperoleh 96 suara mengungguli kandidat
rezim Qaddafi tidak lepas dari intervensi asing dari NFA yang memperoleh 94 suara. Namun,
di Libya. Sejak awal20 meletusnya konflik, PBB pada Oktober 2012, Abu Shagur mengundurkan
membentuk United Nation Support Mission in diri setelah mendapat mosi tidak percaya dari
Libya (UNSMIL) yang bertugas mempercepat mayoritas anggota Parlemen dan digantikan
penyelesaian konflik di Libya. Sementara itu, Ali Zaidan. Pengangkatan Ali Zaidan sebagai
NATO melakukan berbagai serangan militer Perdana Menteri membawa harapan bru bagi
untuk melemahkan basis kekuatan Qaddafi. demokratisasi di Libya ditengah konflik akut
yang melanda Libya pasca runtuhnya kekuasaan
Tewasnya Qaddafi membuka lembaran
rezim Qaddafi.
baru dalam dinamika politik Libya. National
Transition Council (NTC) yang didukung
PBB mempercepat proses transisi politik Kebangkitan Politik Islam di Libya
dengan melaksanakan Pemilu dan pembentukan Pasca penyelenggaraan Pemilu 2012, semangat
konstitusi baru. Pada tanggal 7 Juli 2012, NTC untuk menegakkan syariah Islam muncul dalam
menyelenggarakan Pemilu sekaligus momentum kehidupan politik di Libya. Dalam beberapa
penyerahan kekuasaan dari NTC ke General kesempatan tokoh gerakan reformasi Libya,
People Congress (GNC). Terbentuknya GNC Mahmoud Jibril kerap menekankan dukungannya
menjadi langkah awal dalam proses transisi terhadap penerapan syariat Islam. Bersama
di Libya sekaligus menjadi ajang pertarungan dengan tokoh lainnya seperti Mustafa Abdul
berbagai kekuatan politik dalam memperebutkan Jalil, Jibril mendeklarasikan syariat Islam
pengaruhnya. Terdapat beberapa kekuatan partai sebagai sumber hukum di Libya, sebagaimana
politik yang bersaing dalam pemilu Parlemen.
“Libya Election 2012”, www.hnec.ly, diakses pada tanggal
���

20
Tambukara, op.cit. 4 Januari 2013.

96 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 85–100  


yang tertera dalam konstitusi baru, bahwa Libya gerakan perlawanan melawan rezim Qaddafi
merupakan negara yang berdaulat, kekuasaan sebagaimana yang terjadi di Mesir.
tertinggi berada di tangan rakyat. Agama resmi Sejak berkuasanya Qaddafi, IM Libya kerap
negara adalah Islam dengan syariat Islam sebagai mendapatkan intimidasi dari tentara rezim.
sumber hukum negara. Bahasa Arab adalah Banyak dari tokoh dan aktivisnya yang dipenjara
bahasa nasional Libya.22 Penetapan syariat Islam dan dibunuh. Pada tahun 1976 gerakan ini resmi
sebagai sumber hukum di Libya menunjukkan dilarang di Libya, tetapi pada 1986 muncul
akan semangat mengembalikan Islam dalam kembali dalam melakukan serangan terhadap
kehidupan sosial, politik dan ekonomi Libya. rezim. Kemudian seiring dengan fenomena
Sementara itu, koalisi partai Islam di Arab Spring yang menerjang negara-negara
Parlemen semakin kuat dibawah pimpinan Timur Tengah, gerakan ini membentuk Justice
Justice and Development Party (JDP). JDP and Development Party sebagai alat untuk
mampu merangkul kelompok lainnya yang terdiri mewujudkan cita-cita politiknya.
dari para ulama, perwakilan kabilah, pengusaha, Gerakan lain yang juga berpengaruh adalah
akademisi dan masyarakat kelas menengah. Kursi Libya Islamic Fighting Group (LIFG) yang
dari kalangan nonpartai merupakan suara yang didirikan pada tahun 1990 oleh sekelompok
diperhitungkan, berhubung sekitar 80% kursi pejuang Al Qaeda Libya. Tujuan utama gerakan
merupakan tokoh Islam melalui jalur independen. ini adalah menjatuhkan pemerintahan Qaddafi
Dengan kata lain, kelompok Islam di parlemen dan mereformasi sistem politik di Libya. Untuk
telah menguasai 80% suara mengungguli partai lebih berperan dalam kancah politik praktis,
NFA yang memperoleh 70% suara. Karenanya, pasca Qaddafi, gerakan ini berubah nama menjadi
tidak mengherankan jika kelompok Islam dapat Al Harakah Al Islamiyyah Al Libiyyah min
berperan penting dalam menyuarakan aspirasinya Ajli Taghyir (The Libyan Islamic Movement for
terutama yang berkaitan dengan undang-undang Change).24
yang berlandaskan syariat Islam. Sebagai contoh
Terakhir adalah gerakan Salafiyyah yang
misalnya penetapan sistem perbankan Syariah
mempunyai latar belakang dan sejarah yang
dan Ahwal Asy-Syakhsiyyah yang keduanya
cukup lama di Libya. Gerakan ini mulai muncul
menjadi dasar tegaknya komunitas Islam di
dalam dinamika politik Libya pada tahun 1960
Libya.
yang mempunyai visi menegakkan ajaran Islam
Disamping berperan di parlemen, kelompok terdahulu. Dalam perjalanannya kelompok
Islam juga berperan penting dalam perjuangan Salafiyyah mulai terjun dalam politik praktis
melawan rezim Qaddafi melalui berbagai dengan bergabung dalam berbagai partai politik
gerakan. Gerakan Islam seperti Ikhwanul Islam di Libya.
Muslimin dan Al Qaeda adalah gerakan Islam
Bangkitnya kelompok Islam dalam kancah
yang memiliki basis dukungan besar di beberapa
politik Libya pasca Qaddafi menimbulkan
kota seperti Sabha dan Benghazi. Dalam konteks
kekhawatiran dari kubu nasionalis-sekular
politik Libya, gerakan Islam terdiri dari beberapa
dan kelompok milisi bersenjata pro Qaddafi
kelompok, diantaranya Ikhwanul Muslimin Libya
yang masih eksis di beberapa wilayah. Oleh
yang didirikan pada tahun 1949 oleh sekelompok
karena itu, tidak heran jika pasca Qaddafi
alumni mahasiswa universitas Al-Azhar, Mesir.23
berbagai kelompok dan kekuatan politik saling
Karenanya tidak mengherankan jika IM Libya
serang memperebutkan kekuasaan. Konflik
mampu menggerakkan kaum pelajar dalam
antara kubu Islamis yang mendominasi GNC
dan militer serta gerakan milisi bersenjata
“Draft Constitutional Charter for the Transitional
��� di berbagai daerah. Militer yang dipimpin
Stage”, http://www.al-bab.com/arab/docs/libya/Libya-Draft- Khalifa Haftar bermaksud membubarkan
Constitutional-Charter-for-the-transitional-stage.pdf, diakses GNC dan membentuk pemerintahan sementara
pada tanggal 5 Januari 2013.
yang bertugas menyelenggarakan Pemilu.
Umar ‘Asyur, “Daurul Islam fi Bina Daulah ma Ba’da
���

Tsaurah”, www.rcssmideast.org/reviews/, diakses pada tanggal


10 Juli 2013. Ibid.
���

Agama dan Demokrasi ... | Muhammad Fakhry Ghafur | 97 


Militer menganggap GNC telah gagal dalam melarang partai An Nahdhah dan menangkap
menjalankan pemerintahan dan mencederai para tokoh dan aktivisnya. Ketidakstabilan
revolusi, sementara kelompok Islam yang sosial, politik dan ekonomi di Tunisia memuncak
dipimpin Anshar Asy-Syariah menganggap pada akhir 2010, ketika seorang pedagang buah
militer an akan melakukan kudeta. Perseteruan bernama Mohamed Bouazizi melakukan aksi
antara militer dan GNC serta terjadinya perang bakar diri menentang pemerintahan rezim yang
sipil antar etnis di beberapa wilayah menunjukkan disusul gerakan protes besar-besaran di seluruh
semakin kompleksnya konflik Libya ditengah wilayah Tunisia.
menggeliatnya aktivitas politik Islam. Di Mesir, gelombang protes terjadi
menentang pemerintahan rezim Husni Mubarok
Penutup yang dinilai lamban menangani berbagai
Arab Spring yang terjadi di sejumlah negara persoalan ekonomi negara. Sistem otoriter
Timur Tengah dinilai sebagai panggilan bagi yang dibangun sejak 1981 telah menyebabkan
tegaknya kebebasan di Timur Tengah dengan semakin meningkatnya gerakan protes rakyat.
munculnya beberapa fenomena penting Pada saat itu National Democratic Party (NDP)
yang saling terkait satu dengan yang lain, menjadi kendaraan politik untuk mempertankan
diantaranya, demokratisasi, runtuhnya rezim kekuasaan. Alhasil, selama beberapa kali
otoriter dan munculnya kekuatan politik Islam. penyelenggaraan Pilpres (1993, 1999 dan 2005)
Demokratisasi yang terjadi di sejumlah negara Mubarok selalu memperoleh suara mayoritas.
telah mengakibatkan tumbangnya sebagian Hal itu tidak lepas dari pembatasan terhadap
rezim otoriter seperti Zainal Abidin Ben Ali di aktivitas partai dan gerakan oposisi seperti
Tunisia, Husni Mubarok di Mesir dan Muammar partai Ghad, Kifayyah, Ikhwanul Muslimin dan
Qaddafi di Libya. Perstiwa tumbangnya rezim di Salafiyyah. Penentangan terhadap rezim semakin
kawasan sebenarnya bukan kali pertama terjadi, memuncak seiring dengan gerakan protes yang
jauh sebelum terjadinya Arab Spring, pada tahun terjadi di Tunisia. Pasca gerakan protes yang
1979 kaum Mullah dibawah pimpinan Ayatullah berpusat di Tahrir Square, Husni Mubarok
Khomaeni berhasil menumbangkan penguasa yang telah berkuasa selama 23 tahun akhirnya
Iran, Reza Pahlevi. Kemudian pada tahun 2003, tumbang.
rezim Saddam Hussein berhasil ditumbangkan Sementara di Libya, rezim Muammar
melalui intervensi militer AS di Iraq. Qaddafi yang tengah berkuasa selama kurang
Runtuhnya para rezim otoriter di sejumah lebih 42 tahun harus menerima perlawanan
negara Timur Tengah tidak lepas dari sistem dari rakyatnya akibat sistem politik otoriter
politik yang berkembang di negara-negara yang dikembangkannya. Berbagai gerakan
itu. Demokrasi yang berkembang di dunia perlawanan berbasis massa Islam, seperti IM
saat ini saja misalnya tidak bisa begitu saja Libya, LIFG dan Anshar Asy Syariah menjadi
diimplementasikan dengan mudah di berbagai pelopor dalam pertempuran melawan militer
negara. Demokrasi kerap berbenturan dengan loyalis Qaddafi. Sampai pada akhirnya Qaddafi
struktur sosial, politik, ekonomi, budaya dan tewas di kampong halamannya di Sirte pada
agama yang berkembang di suatu negara. 21 Oktober 2011. Tewasnya Qaddafi tersebut
tidak lepas dari intervensi militer NATO selama
Dalam kasus Tunisia, rezim Ben Ali secara
konflik melawan Qaddafi berlangsung. Tewasnya
formal menerapkan sistem politik multi partai,
Qaddafi menandakan dimulainya era baru Libya.
tetapi secara substansi mendukung partai
Rassemblement Constituonnel Democratique Sejalan dengan tuntutan demokratisasi dan
(RCD). Terbukti selama tiga kali pemilu (1994, runtuhnya rezim otoriter, muncul fenomena
1999 dan 2004) RCD mendominasi perolehan menarik lainnya yang terjadi dalam dinamika
suara, bahkan dalam Pemilu 2004 RCD unggul politik Timur Tengah saat ini yaitu kemenangan
dengan 94,48 persen. Disamping itu, berbagai politik Islam.
kekuatan politik yang mengancam kekuasaan Di tiga negara kasus, kelompok Islam
rezim dilarang. Pada tahun 1994 Ben Ali senantiasa mendapat intimidasi dan tindakan

98 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 85–100  


kekerasan dari rezim penguasa. Di Mesir misalnya, bahwa kekuatan nasionalis-liberal melampaui
meskipun Ikhwanul Muslimin dapat bermain kekuatan Islam hampir tiga kali lipat. Meskipun
dalam kancah politik melalui jalur independen, demikian, munculnya partai JDP sebagai partai
tetapi gerakan ini dianggap sebagai organisasi politik berbasis massa Islam mempresentasikan
illegal. Kendati demikian, para tokohnya kekuatan politik Islam yang luar biasa sejak masa
senantiasa menggelorakan semangat juang era Qaddafi.
sehingga IM senantiasa mendapat simpati rakyat. Pengalaman munculnya kekuatan politik
Runtuhnya Husni Mubarok memberikan angin Islam dalam transisi demokrasi di Tunisia,
segara terhadap IM untuk tampil mendominasi Mesir, dan Libya dengan segala plus minusnya
kancah politik Mesir. Melalui Partai Keadilan telah terbukti menjadi inspirasi bagi lahirnya
dan Kebebasan (FJP), IM berhasil menguasai gerakan serupa di sejumlah negara Timur
Parlemen dan berhasil mengusung tokohnya Tengah, seperti Suriah, Yaman, dan Bahrain.
Mohammad Mursi sebagai presiden terpilih. Hal ini menunjukkan bahwa demokratisasi
Kendati pada akhirnya demokrasi yang tengah telah memberikan ruang bagi kekuatan politik
berlangsung dengan aman dan damai tersebut Islam untuk menunjukkan eksistensinya sebagai
harus dikotori oleh peristiwa kudeta militer yang kekuatan utama, sehingga wajar kiranya The
dipimpin Jenderal Abdul Fattah As-Sisi. Economist (April 2011) memandang bahwa Islam
Sementara di Tunisia, politik Islam dapat menjadi pendorong kebangkitan di dunia Arab.
bangkit setelah selama beberapa dekade mendapat
perlakukan diskriminasi dari rezim Zainal Abidin Daftar Pustaka
Ben Ali. Hal itu tidak lepas dari keterbukaan yang
tengah bergelora di Tunisia. Pasca runtuhnya Ben Buku
Ali, Tunisia berusaha untuk menerapkan prinsip-
Al-Banna, Hasan. 2012. �����������������������
Risalah Pergerakan Ikh-
prinsip negara demokrasi. Salah satu langkah wanul Muslimin. Solo: Era Intermedia.
penting adalah membentuk pemerintahan
An-Nabhani, Taqiyuddin. 2002. Ad-Daulah Al-Islami-
demokratis, representatif dan akuntabel melalui yyah. Beirut: Daar al-Ummah.
mekanisme Pemilu. Momen penting itu ternyata Ayoob, Mohammed. 2008. The Many Faces of
berhasil mendongkrak elektabilitas partai Islam. Political Islam, Religion and Politics in the
Partai An-Nahdhah yang berbasis massa Islam Muslim World. Ann Arbor: The Univesity of
berhasil memperoleh suara terbanyak dengan 89 Michigan Press.
kursi dari 217 kursi parlemen. Brown, Nathan J. 2013. Islam and Politics in the New
Berbeda dengan Tunisia dan Mesir, partai Egypt. Washington DC: Carnegie Endowment
for International Peace.
Islam di Libya tampil sebagai kekuatan kedua
di bawah partai nasionalis-liberal. Kekuatan Qutb, Sayyid. 1973. Ma’alim fi Ath Thariq. Kairo:
Daar Asy Syaruq.
politik nasionalis-liberal diwakili oleh tiga
Qaddafi, Muammar. 1976. Kitabul Akhdhar. Tripoli:
kekuatan. Pertama, National Forces Alliance
Al-Markaz Al-‘Alami Li Abhats Wa Ad-Dirasat
(NFA) yang dipimpin Mahmoud Jibril dan Kitab Al-Akhdhar.
mendapat dukungan dari organisasi massa, LSM,
Roy, Olivier. 1994. The Failure of Political Islam.
dan para tokoh nasional Libya. Kedua, National Massachussets: Harvard University Press.
Centris Party (NCP) yang didirikan oleh Ali Tambukara, Apriadi. 2011. Revolusi Timur Tengah,
Tarhouni seorang mantan perdana menteri pada Keruntuhan Para Penguasa Otoriter.
era Mahmoud Jibril. Ketiga, National Front Yogyakarta: Narasi.
Party (NFP) yang didirikan oleh Al Magharif
mantan duta besar pada masa Qaddafi. Dalam Jurnal
Pemilu yang diselenggarakan pada bulan Juli
Denoeux, Guilain. 2002. “The Forgotten Swamp:
2012, NFA memperoleh suara mayoritas dengan Navigating Political Islam”. Middle East Policy
39 kursi melebihi partai Islam JDP yang hanya IX(2).
memperoleh 17 kursi diikuti oleh NFP dengan
2 kursi. Hasil pemilu tersebut memperlihatkan

Agama dan Demokrasi ... | Muhammad Fakhry Ghafur | 99 


Paciello, Maria Cristina. 2011. “Tunisia, : Changes http://www.iai.it/pdf/mediterraneo/medpro/medpro-
and Challenges of Political Transition”. Medro technical-paper_03.pdf.
Technical Report No. 3. ----------- 2011. “Egypt : Changes and Challenges
of Political Transition”. www.iai.it/pdf/
Surat Kabar dan Website mediterraneo/.../MedPro-technical-paper_04.
pd.
Arieff, Alexis. 2011. “Political Transition in Tunisia”.
www.crs.gov RS21666.
‘Asyur, Umar. 2013. “Daurul Islam fi Bina Daulah ma
Ba’da Tsaurah,” www.rcssmideast.org/reviews.

Netherlands-Flemish Institute in Cairo dan Al-Ahram
Centre for Political and Strategic Studies. 2012.
“Mapping Islamic Actors in Egypt”. http://
www.elections2011.eg/index.php/results

100 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 85–100  


PEMILU DAN RELASI EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF1
GENERAL ELECTION AND EXECUTIVE-LEGISLATIVE RELATIONS
Nina Andriana

Peneliti Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 10, Jakarta
E-mail: andriana1183@yahoo.com
Diterima: 19 Agustus 2014, direvisi: 26 September 2014; disetujui: 9 Desember 2014

Abstract

Completion of presidentialism requires reconsideration format representation system, the implementation


of the scheme and the electoral system along the party system. In the context of the implementation of the scheme
and the electoral system, the arrangement is not only related to the urgency of the simultaneous implementation of
the legislative and presidential elections, but also realignment election format itself. Election system adopted by
Indonesia at the moment doesn’t push not only the emergence of presidential candidates who have the competence
and capability, but also tends to distort obsession strengthening of presidentialism as a system of government that
has been mandated by constitutional amendments. Structuring executive-legislative relations is also very important.
Coalition is typically found in parliamentary government, but the multi-party system in presidentialism can not
be ignored. Internal checks and balances mechanism in the House of Representatives and between the House of
Representatives and the President must be addressed.

Keywords: general election, electoral system, presidentialism, political party.

Abstrak

Penyempurnaan presidensialisme memerlukan peninjauan kembali format sistem perwakilan, skema


penyelenggaraan dan sistem pemilu, serta sistem kepartaian. Dalam konteks skema penyelenggaraan dan sistem
pemilu, penataan tak hanya terkait urgensi penyelenggaraan secara simultan antara pemilu legislatif dan pemilu
presiden, melainkan juga penataan kembali format pilpres itu sendiri. Sistem pilpres yang diterapkan oleh Indonesia
saat ini bukan hanya tidak menjanjikan munculnya kandidat presiden yang memiliki kompetensi dan kapabilitas,
tetapi juga cenderung mendistorsikan obsesi penguatan presidensialisme sebagai sistem pemerintahan yang telah
diamanatkan oleh konstitusi hasil amandemen. Penataan relasi eksekutif-legislatif dalam hal ini juga amat penting.
Koalisi yang lazimnya ditemukan pada pemerintahan parlementer, namun dengan sistem multipartai dalam
presidensial hal ini menjadi sesuatu yang tidak bisa diabaikan. Mekanisme checks and balances internal DPR
maupun antara DPR dan Presiden pun harus dibenahi.

Kata Kunci: Pemilu, sistem Pemilu, presidensialisme, partai politik.

Pendahuluan total menjadi sarat eksekutif (executive heavy)


Sejarah politik Indonesia modern antara lain ketika UUD 1945 kembali berlaku selama dua
ditandai oleh pasang-surut pilihan sistem periode sistem otoriter, Demokrasi Terpimpin
pemerintahan dalam konteks relasi eksekutif- Soekarno (1959-1965) dan Orde Baru Soeharto
legislatif. Pendulum relasi yang sarat legislatif (1966-1998). Pengalaman pahit dan traumatis
(legislative heavy) pada era parlementer, berubah atas dominasi Presiden selama sekitar 30 tahun

1
Tim Peneliti terdiri atas Prof (Ris). Dr. Syamsuddin Haris (Koordinator), Prof. Dr. Ikrar Nusa Bhakti, Prof. Dr. R. Siti Zuhro, Dr.
Firman Noor, Irine Hiraswari Gayatri, MA., Muh. Haripin, M.Han., Nina Andriana, S.IP, M.Si.

Pemilu dan Relasi Eksekutif dan Legislatif | Nina Andriana | 101 


Orde Baru tersebut tampaknya melatarbelakangi Meskipun format relasi eksekutif-legislatif
pula nuansa sarat parlementer pada tahun-tahun telah ditata ulang dan skema presidensialisme
pertama transisi demokrasi pascaSoeharto. semakin diperkuat, pengalaman pemerintahan
Tidak mengherankan jika kemudian, pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
pertanggungjawaban Presiden BJ Habibie hasil Pemilu 2004 dan 2009 memperlihatkan
ditolak MPR (1999), dan bahkan lebih jauh lagi belum seimbangnya relasi Presiden-DPR.
Presiden Abdurrahman Wahid yang dipilih secara Sebagai presiden pertama yang dipilih secara
demokratis oleh MPR akhirnya dipecat oleh langsung oleh rakyat dengan masa jabatan
Majelis yang sama (2001)2. yang bersifat tetap, posisi politik Presiden SBY
Meskipun pemerintahan Presiden seringkali tampak ”rentan” dalam berhadapan
Megawati Soekarnoputeri (2001-2004) lahir dengan DPR. Walaupun didukung koalisi politik
dari kekecewaan DPR terhadap Presiden Wahid, yang mencakup sekitar 70 persen kekuatan
hal itu cenderung tidak mengubah pola relasi partai politik di DPR, selama periode Kabinet
Presiden-DPR. Sebagai ketua umum partai Indonesia Bersatu I (2004-2009) Presiden SBY
pemenang Pemilu 1999 dengan jumlah kursi harus melayani sekurang-kurangnya 14 usul hak
terbesar di DPR, Presiden Megawati tidak interpelasi dan delapan usul hak angket partai-
sepenuhnya dapat mengendalikan DPR karena partai politik di DPR terkait berbagai kebijakan
kekuatan PDI Perjuangan hanya sekitar sepertiga pemerintah. Sebagian usul hak interpelasi dan
(153 kursi) dari keseluruhan anggota Dewan (500 hak angket itu justru digulirkan dan didukung
kursi). Selama sekitar tiga tahun tiga bulan masa oleh partai-partai politik yang turut berkoalisi
pemerintahannya, kebijakan Presiden Megawati dengan Presiden SBY3. Dinamika relasi Presiden-
beberapa kali dicoba digugat oleh DPR melalui DPR relatif tidak banyak berubah pada periode
usul penggunaan hak interpelasi, antara lain kedua pemerintahan SBY (2009-2014) kendati
dalam kasus lenyapnya kepemilikan Indonesia intensitas usul hak interpelasi dan hak angket
atas pulau Sipadan dan Ligitan, dan kasus tidak sebanyak periode pertama.
dana bantuan asrama bagi TNI/Polri. Namun
pengalaman traumatik pada era Presiden Wahid Permasalahan dan Pertanyaan
membuat partai-partai politik di DPR menahan Penelitian
diri sehingga Presiden Megawati bisa bertahan
Paling kurang ada empat pengalaman fenomenal
sampai akhir masa jabatannya hingga 20 Oktober
yang pernah dialami Indonesia sejak Proklamasi
2004.
terkait relasi Presiden-DPR. Pertama, ketika
Pengalaman pemerintahan yang sarat Presiden Sukarno selaku kepala negara
eksekutif selama sekitar 30 tahun Orde Baru, membubarkan DPR hasil Pemilu 1955, pemilu
DPR yang mandul pada era yang sama, serta juga demokratis pertama sejak Indonesia merdeka4.
trauma pemberhentian atas Presiden Wahid pada Kedua, tatkala Majelis Permusyawaratan Rakyat
2001, tampaknya turut melatarbelakangi semangat Sementara (MPRS) pada sidang-sidangnya
penataan kembali pola relasi Presiden-DPR ketika selama periode 1966-1967 menolak pidato
dilakukan perubahan atas UUD 1945. Selain pertanggungjawaban Presiden Sukarno berkaitan
itu, melalui amandemen konstitusi, MPR juga dengan Peristiwa Gerakan 30 September
mencabut kekuasaannya sendiri dalam memilih 1965. Pidato Bung Karno itu dikenal sebagai
presiden serta membatasi kekuasaan presiden
selama maksimal dua periode. Singkatnya, UUD
3
Selanjutnya lihat, Syamsuddin Haris, “Format Baru Relasi
Presiden-DPR dalam Demokrasi Presidensial di Indonesia
1945 hasil amandemen tidak hanya menata Pasca-Amandemen Konstitusi (2004-2008)”, Disertasi Doktor
ulang format relasi Presiden-DPR, melainkan pada FISIP UI, 2008.
juga memperkuat skema demokrasi Presidensial 4
Tentang pembubaran DPR hasil Pemilu 1955 lihat di antaranya,
sebagai pilihan politik bagi Indonesia pascarezim Herbert Feith, The Decline of Constitutional Democracy in
otoriter Orde Baru. Indonesia, (Ithaca New York: Cornell University Press, 1962);
Adnan Buyung Nasution, The Aspiration of Contitutional
Government in Indonesia: A Socio-Legal Study of the
2
Syamsuddin Haris, Konflik Presiden-DPR dan Dilema Transisi Indonesian Konstituante 1956-1959, (Jakarta: Pustaka Sinar
Demokrasi di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2007). Harapan, 1992).

102 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 101–128  


Nawaksara dan naskah jawaban susulan terhadap Dalam kaitan ini ada beberapa pertanyaan
pertanyaan MPRS yang disebut Pelengkap relevan yang hendak dijawab dan dirumuskan
Nawaksara. Ketiga, saat MPR hasil Pemilu 1999 solusinya dalam kajian ini:
menolak pidato pertanggungjawaban Presiden BJ 1. Apa yang salah dengan format pemilu,
Habibie pada periode transisi dari rejim otoriter sistem perwakilan, dan model koalisi
Orde Baru ke era pemerintahan yang lebih parpol yang berlaku dewasa ini,
demokratis5. Dan keempat, ketika DPR hasil sehingga relatif gagal melembagakan
Pemilu 1999 memprakarsai Sidang Istimewa pola relasi Presiden-DPR yang
MPR pada 2001 dan akhirnya memecat Presiden seimbang untuk kebutuhan skema
Abdurrahman Wahid6. demokrasi presidensial yang stabil dan
Empat pengalaman historis yang fenomenal efektif.
tersebut mendorong berbagai elemen bangsa, 2. Bagaimana desain pemilu, khususnya
termasuk partai-partai politik hasil Pemilu 1999, pemilu presiden, sistem perwakilan,
melakukan penataan ulang atas format relasi dan model koalisi parpol yang lebih
Presiden-DPR agar tidak hanya lebih seimbang, tepat untuk melembagakan pola relasi
melainkan juga melembagakan pemerintahan Presiden-DPR yang dapat meningkatkan
hasil pemilu yang stabil dan efektif. Namun, efektifitas presidensialisme di
pengalaman pemerintahan Presiden SBY Indonesia?
pascaamandemen konstitusi memperlihatkan
masih kuatnya potensi konflik dan ketegangan
Perspektif Teoritis
politik dalam relasi Presiden-DPR. Koalisi
politik besar pada masa KIB II yang mencakup Secara umum dapat dibedakan tiga sistem
sekitar 75 persen kekuatan partai politik di DPR pemerintahan demokrasi, yakni sistem
yang diharapkan dapat menyangga kekuasaan presidensial (presidential systems), sistem
Presiden ternyata lebih merupakan “beban” parlementer (parliamentary systems), dan sistem
ketimbang solusi bagi produktifitas dan efektifitas semi-presidensial (semipresidential systems)7.
pemerintahan hasil Pemilu 2009. Sistem presidensial berlaku di Amerika Serikat,
sebagian besar negara-negara Amerika Latin,
Presiden SBY adalah presiden pertama yang
dan juga Filipina di Asia Tenggara serta Korea
dipilih secara langsung oleh rakyat dan bekerja
Selatan di Asia Timur. Sistem parlementer
atas dasar konstitusi hasil amandemen yang
berlaku di Inggeris dan pada umumnya
berorientasi pelembagaan format baru relasi
negara-negara jajahan Inggris seperti Australia
Presiden-DPR di satu pihak, dan penguatan
dan India. Sedangkan kasus spesifik sistem
skema demokrasi presidensial di lain pihak.
semipresidensial, yang juga disebut sebagai
Begitu pula DPR hasil Pemilu 2004 adalah
“sistem campuran” atau sistem hibrida, terutama
parlemen pertama yang bekerja berdasarkan
berlaku di Perancis. Selain pembedaan klasik
UUD Negara RI 1945, penyebutan resmi UUD
dan standar tersebut, dalam studinya terhadap 36
1945 hasil amandemen. Namun demikian,
negara demokrasi pada periode 1945-1996, Arend
pemerintahan hasil pemilu tampaknya tidak
Lijphart mengelompokkan sistem demokrasi atas
bekerja sesuai harapan, yakni terbangunnya
dua kategori besar, yakni pemerintahan demokrasi
relasi Presiden-DPR yang relatif seimbang dan
mayoritarian dengan contoh tipikal model
terbangunnya pemerintahan skema presidensial
Westminster Kerajaan Inggris, dan demokrasi
yang benar-benar efektif (governable).
konsensual dengan contoh tipikal Swiss atau
Belgia8. Ciri-ciri demokrasi mayoritarian di
5
Tentang penolakan pidato pertanggungjawaban BJ Habibie,
lihat antara lain, Marcus Mietzner, “Sidang Umum MPR 7
Richard Gunther, “Membuka Dialog Mengenai Pilihan
1999: Wahid, Megawati, dan Pergulatan Perebutan Kursi Institusional di Indonesia: Sistem Presidensial, Parlementer, dan
Kepresidenan”, dalam Chris Manning dan Peter van Diermen Semi-Presidensial”, dalam Ikrar Nusa Bhakti dan Riza Sihbudi
(Eds.), Indonesia di Tengah Transisi: Aspek-aspek Sosial (Eds.), Menjauhi Demokrasi Kaum Penjahat, (Bandung: Mizan-
Reformasi dan Krisis, (Yogyakarta: LKIS, 2000). LIPI-Ford Foundation, 2001).
6
Haris, 2007, op.cit. 8
Arend Lijphart, Patterns of Democracy: Government Forms

Pemilu dan Relasi Eksekutif dan Legislatif | Nina Andriana | 103 


antaranya adalah penggunaan sistem pemilu elemen esensial dari sistem presidensial, yakni
mayoritas-FPTP (first-past-the-post), memiliki (1) presiden atau kepala pemerintahan dipilih
dua partai politik utama, kabinet satu partai, untuk masa jabatan yang bersifat tetap (fixed
sistem perwakilan satu kamar, dan dalam term); (2) presiden dipilih secara langsung oleh
konteks negara kesatuan dengan pemerintahan rakyat ataupun melalui dewan pemilih (electoral
tersentralisasi. Sedangkan demokrasi konsensual college) seperti di Amerika Serikat; dan (3)
memiliki ciri antara lain, penggunaan sistem presiden merupakan kepala eksekutif yang bersifat
pemilu proporsional dengan distrik berwakil tunggal10. Karena itu perlu segera dicatat bahwa
banyak, sistem multipartai, kabinet yang desain institusi dan praktik sistem presidensial
bersifat koalisi, sistem perwakilan dua-kamar, di berbagai negara sebenarnya tidak pernah
dan dalam konteks negara federal dengan seragam, terdapat variasi-variasi yang signifikan,
pemerintahan terdesentralisasi. Pengelompokkan termasuk di negara-negara Amerika Latin di
yang dilakukan Lijphart ini tidak sepenuhnya mana presidensialisme menjadi pilihan popular
sama dengan pembedaan sistem presidensial ketimbang parlementarianisme. Akan tetapi
dan parlementer. Karena itu pula Lijphart tidak terlepas dari berbagai varian presidensialisme,
mengklasifikasikan model demokrasi Amerika hampir semua negara yang menganut sistem
Serikat sebagai salah satu kategori mayoritarian presidensial cenderung menjadikan praktik
ataupun konsensual, sehingga ia menyebutnya presidensialisme di Amerika Serikat sebagai
sebagai model campuran –a mixed majoritarian- inspirasi sekaligus model terbaik.
consensual type of democracy.9 Para ahli perbandingan politik sebenarnya
Sistem presidensial yang dimaksudkan sudah menyadari berbagai problematik
dalam penelitian ini adalah sistem pemerintahan institusional yang melekat pada sistem
yang menempatkan Presiden sebagai pusat presidensial sebagaimana dipraktikkan di
kekuasaan eksekutif sekaligus pusat kekuasaan Amerika Serikat dan diadopsi di negara-negara
negara. Ini berarti bahwa Presiden adalah kepala Amerika Latin. Stabilitas eksekutif yang
pemerintahan dan juga kepala negara. Selain disebabkan oleh masa jabatan presiden yang
itu, sistem presidensial dicirikan oleh pemilihan bersifat tetap, legitimasi dan mandat politik
kepala eksekutif secara langsung oleh rakyat, presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat,
bukan dipilih oleh parlemen seperti berlaku dan pemisahan kekuasaan yang relatif tegas di
dalam sistem parlementer; Presiden bukan bagian antara cabang-cabang kekuasaan pemerintahan
dari parlemen dan tidak bisa diberhentikan oleh –terutama eksekutif-legislatif—adalah tiga
parlemen kecuali melalui proses pemakzulan di antara sejumlah kelebihan utama sistem
(impeachment); dan Presiden tidak dapat presidensial.
membubarkan parlemen sebagaimana halnya Namun demikian di samping kelebihan-
sistem parlementer yang memberi hak kepada kelebihannya dibandingkan sistem parlementer,
kepala negara untuk membubarkan parlemen. sistem presidensial memiliki tiga kelemahan
Ciri lain dari presidensialisme adalah kedudukan pokok, yakni pertama, kemungkinan munculnya
lembaga parlemen yang tidak hanya terpisah kelumpuhan ataupun jalan buntu politik
dari eksekutif melainkan juga independen (deadlock) akibat konflik eksekutif-legislatif.
terhadapnya; serta menteri-menteri yang diangkat Potensi jalan buntu politik itu semakin besar
oleh dan bertanggung jawab kepada presiden. lagi apabila sistem presidensial dikombinasikan
Dari berbagai ciri tersebut, menurut Arend dengan sistem multipartai seperti dikhawatirkan
Lijphart, sebenarnya hanya tiga ciri yang menjadi Mainwaring11. Kedua, kekakuan sistemik yang

and Performance in Thirty-Six Countries, (New Haven and


London: Yale University Press, 1999); Buku Lijphart ini Arend Lijphart, “Presidentialism and Majoritarian Democracy:
10

merupakan hasil studi lanjutan dari buku sebelumnya, Lijphart, Theoritical Observations”, dalam Linz dan Valenzuela (Eds.),
Democracies: Patterns of Majoritarian and Consensus The Failure of Presidential Democracy, Vol. I, hlm 91-105.
Government in Twenty-One Countries, (Yale: Yale University,
1984). 11
Scott Mainwaring, “Presidentialism, Multipartism, and
Democracy: The Difficult Combination”, Comparative Political
9
Ibid, hlm. 36. Studies, Vol. 26, No. 2, 1993, hlm. 198-228.

104 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 101–128  


melekat pada presidensialisme akibat masa pihak lain juga membuka peluang terbentuknya
jabatan eksekutif yang bersifat tetap, sehingga “pemerintahan yang terbelah” (divided
tidak ada peluang mengganti presiden di tengah government), di mana presiden dan parlemen
jalan jika kinerjanya tidak memuaskan publik . dikuasai atau dikontrol oleh partai yang berbeda.
Ketiga, prinsip “pemenang mengambil semua” Pengalaman demokrasi presidensial di AS
(the winner takes all) yang inheren di dalam memperlihatkan, lembaga kepresidenan dan
sistem presidensial yang menggunakan sistem Kongres–sidang gabungan DPR (House of
mayoritas-dua-putaran pemilihan presiden, Representative) dan Senat—sering pula dikontrol
sehingga memberi peluang bagi presiden oleh dua partai yang berbeda, Partai Republik dan
untuk mengklaim pilihan-pilihan kebijakannya Partai Demokrat14.
atas nama rakyat, dibandingkan lembaga Konsep hubungan eksekutif-legislatif
parlemen yang didominasi kepentingan partisan mengacu kepada pola relasi, baik yang dibangun
dari partai-partai politik. Juan Linz bahkan melalui desain institusional maupun terbangun
mengatakan bahwa pemisahan kekuasaan antara dalam realitas politik, antara lembaga eksekutif
lembaga eksekutif dan legislatif di dalam sistem di satu pihak dan parlemen di pihak lain. Berbeda
presidensial cenderung menimbulkan polarisasi dengan sistem parlementer di mana lembaga
dan instabilitas politik, sehingga dianggap eksekutif dan legislatif pada dasarnya merupakan
tidak begitu cocok diadopsi di negara-negara satu kesatuan, maka di dalam sistem presidensial,
demokrasi baru12. eksekutif dan legislatif terpisah satu sama lain.
Terlepas dari posisi teoritis Linz selaku Secara umum, desain institusi dan realitas
penganjur dan pendukung sistem parlementer, relasi eksekutif-legislatif dalam konteks sistem
pengalaman negara-negara Amerika Latin demokrasi diwarnai oleh dua kecenderungan
sendiri memperlihatkan bahwa praktik sistem utama, yakni pertama, pola relasi yang bersifat
presidensial pun bervariasi begitu pula institusi dominasi satu lembaga atas yang lain, baik
pendukungnya, sehingga ia bukanlah suatu dominasi eksekutif atas legislatif maupun
sistem pemerintahan yang homogen. Berbagai sebaliknya. Kedua, pola relasi yang didasarkan
variasi institusi dan praktik sistem presidensial pada keseimbangan kekuasaan di antara eksekutif
itu di antaranya ditentukan oleh format dan legislatif. Sejauhmana kecenderungan pola
presidensialisme –apakah “murni” sebagaimana relasi antara eksekutif dan legislatif di dalam
dipraktikkan di AS, cakupan kekuasaan legislatif realitas sistem presidensial, apakah pola pertama,
yang dimiliki presiden, sistem kepartaian pola kedua, atau fluktuatif di antara kedua pola
dan fragmentasinya, serta disiplin partai di tersebut, tidak hanya ditentukan oleh desain
parlemen. Oleh karena itu, desain institusional institusi yang dibangun dan dilembagakan,
berkenaan dengan kekuasaan presiden dan melainkan juga varabel-variabel lain yang
lembaga legislatif, sistem kepartaian, dan bersifat kondisional suatu negara demokrasi15.
kemampuan presiden mengimplementasikan Bagaimana sesungguhnya pola relasi kekuasaan
agenda-agendanya menjadi faktor-faktor penting antara eksekutif dan legislatif ini menjadi salah
yang turut menentukan stabilitas demokrasi satu faktor penting terbentuknya pemerintahan
presidensial13. yang efektif.
Pemisahan kekuasaan antara lembaga Sementara itu, konsep koalisi lazimnya
eksekutif dan legislatif misalnya, di satu pihak menunjuk pada persekutuan dua partai atau
dipandang sebagai kelebihan presidensialisme lebih yang didasarkan pada kepentingan politik
dibandingkan parlementarianisme, namun di yang sama. Pemerintahan koalisi (coalition
12
Juan J. Linz, “Presidential or Parliamentary Democracy:
Does it Make a Difference”, dalam Linz dan Valenzuela, The 14
Tentang sistem presidensial AS lihat Kantor Program
Failure of Presidential Democracy: Comparative Perspectives, Informasi Internasional Departemen Luar Negeri Amerika
(Baltimore: John Hopkins University Press, 1994). Serikat, Garis Besar Pemerintahan Amerika Serikat, tanpa
tahun.
13
Richard Gunther, Ibid.; Linz dan Valenzuela (Eds.), The
Failure of Presidential Democracy: Comparative Perspectives, 15
Lijphart, 1984, op.cit., hlm. 67-89; Lijphart, 1999, op.cit.,
(Baltimore and London: John Hopkins University Press, 1994). hlm. 116-142.

Pemilu dan Relasi Eksekutif dan Legislatif | Nina Andriana | 105 


government) adalah suatu pemerintahan sistem pemerintahan presidensial di Indonesia
yang dibentuk oleh lebih dari satu partai pascaSoeharto. Format relasi Presiden-DPR
politik16. Pemerintahan koalisi lazimnya adalah sendiri dipengaruhi terutama oleh: (1) format
pemerintahan gabungan partai-partai di dalam institusi yang mewadahi pola relasi Presiden-
sistem parlementer yang berbasis multipartai. DPR; (2) skema pemilu –dalam arti apakah desain
Sedangkan konsep koalisi pemerintahan pemilu benar-benar mendukung terbangunnya
(government coalition) yang dipergunakan format relasi kemitraan yang seimbang di antara
dalam studi ini menunjuk pada pemerintahan keduanya; (3) kualitas pelembagaan parpol,
yang didukung oleh lebih dari satu partai di dalam sistem kepartaian, dan format koalisi parpol;
konteks sistem presidensial. dan (4) kualitas checks and balances dalam
Secara teoritik, model koalisi dapat dibedakan sistem perwakilan. Gabungan keempat faktor
atas tiga kategori, yaitu minimal winning tersebut diasumsikan tidak hanya mempengaruhi
coalition, minority coalition, dan oversized pola relasi Presiden dan DPR, tetapi juga
coalition17. Kategori pertama, “koalisi pemenang berdampak pada kualitas stabilitas dan efektifitas
minimal”, menunjuk pada pemerintahan yang pemerintahan yang dihasilkannya.
mendapatkan dukungan mayoritas sederhana di Konsep pemerintahan yang efektif
parlemen. Kategori kedua, “koalisi minoritas”, (governability) menunjuk pada situasi di mana
koalisi pemerintahan dari partai-partai kecil dan lembaga eksekutif dapat mewujudkan kebijakan
karena itu tidak mendapat dukungan mayoritas yang berorientasi aspirasi dan kepentingan
sederhana di parlemen. Sementara itu kategori rakyat tanpa hambatan berarti dari lembaga
ketiga, “koalisi besar”, menunjuk pada koalisi legislatif. Singkatnya, pemerintahan efektif
pemerintahan yang didukung oleh mayoritas adalah “pemerintahan yang bisa memerintah”.
mutlak partai politik di parlemen. Format Sistem presidensial secara teoritis memungkinkan
koalisi yang terbentuk lazimnya mempengaruhi terwujudnya pemerintahan yang efektif karena
kecenderungan relasi kekuasaan antara lembaga lembaga presiden memiliki legitimasi dan mandat
eksekutif dan legislatif. yang kuat lantaran dipilih secara langsung oleh
Problematika skema presidensial berbasis rakyat. Selain itu, prinsip sistem presidensial
multipartai di Indonesia khususnya sejak 2004 yang memisahkan kekuasaan eksekutif dan
bisa jadi tidak semata-mata terkait realitas politik legislatif memberi peluang bagi Presiden untuk
yang cenderung ”sarat DPR” sehingga koalisi melaksanakan kebijakan pemerintahan tanpa
politik pendukung SBY tidak optimal, melainkan harus terganggu oleh dinamika lembaga legislatif.
juga fakta bahwa mekanisme Pemilu Presiden Asumsinya, semakin minim distorsi dan
yang dianut UU Pilpres tidak menjamin lahirnya interupsi proses pembentukan dan pelaksanaan
Presiden yang bebas dari pengaruh parpol di kebijakan akan membuat pemerintahan lebih
DPR. Skema pemilu legislatif yang mendahului efektif, sehingga pencapaian tujuan bernegara dan
pemilu presiden dan berlakunya prasyarat berbangsa menjadi lebih nyata. Hanya saja sejauh
ambang batas perolehan suara dan atau kursi DPR mana efektifitas pemerintahan di dalam konteks
dalam pencalonan presiden, berdampak pada sistem presidensial tampaknya sangat tergantung
terpilihnya seorang presiden yang sejak awal pada pola relasi antara eksekutif dan legislatif di
sudah terpenjara oleh kekuatan parpol di DPR. satu pihak, dan sistem kepartaian yang berlaku
di pihak lain. Persoalannya, sistem presidensial
Asumsi cenderung akan menghasilkan pemerintahan yang
efektif apabila presiden didukung oleh mayoritas
Studi ini didasarkan pada asumsi bahwa
sederhana kekuatan parlemen melalui minimal
pengelolaan relasi Presiden dan DPR merupakan
winning coalition. Sebaliknya, jika Presiden
faktor yang sangat menentukan efektifitas
hanya didukung kekuatan minoritas parlemen
cenderung membuka peluang pemakzulan bagi
Frank Bealey, Dictionary of Political Science, (Oxford UK:
16

Blackwell Publisher Ltd, 2000), hlm. 64.


Presiden, dan bila Presiden didukung kekuatan
17
Lijphart, 1999, op.cit., hlm. 134-138.

106 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 101–128  


mayoritas mutlak parlemen maka yang cenderung tiga daerah dan atau kota tersebut diharapkan
terjadi adalah pemerintahan yang kolutif18. dapat diperoleh para narasumber wawancara
Studi ini berpandangan bahwa secara umum mendalam dan FGD yang memahami dan
sistem pemerintahan presidensial yang dihasilkan mendalami topik penelitian.
Pemilu Presiden 2004 relatif stabil, namun belum
dapat dikatakan efektif (governable), bukan hanya
Hasil Penelitian
karena kebijakan-kebijakan Presiden seringkali
terpenjara oleh DPR, melainkan juga lantaran Penelitian ini difokuskan pada dua pertanyaan
tingkat produktifitas pemerintah dan DPR sendiri penelitian utama, yaitu (1) Apa yang salah dengan
relatif rendah. Masih rendahnya produktifitas format pemilu, sistem perwakilan, dan model
pemerintah antara lain dapat dilihat dari belum koalisi parpol yang berlaku dewasa ini, sehingga
adanya strategi kebijakan yang dapat diandalkan relatif gagal melembagakan pola relasi Presiden-
untuk mengatasi krisis pangan dan energi, DPR yang seimbang untuk kebutuhan skema
sehingga sebagian besar bahan pangan misalnya, demokrasi presidensial yang stabil dan efektif.
amat tergantung pada impor. Sedangkan kinerja (2) Bagaimana desain pemilu, khususnya pemilu
parlemen yang masih buruk tampak dari kuantitas presiden, sistem perwakilan, dan model koalisi
dan kualitas produk legislasi yang juga relatif parpol yang lebih tepat untuk melembagakan pola
rendah seperti tampak pada persentase jumlah relasi Presiden-DPR yang dapat meningkatkan
RUU yang bisa diselesaikan DPR dibandingkan efektifitas presidensialisme di Indonesia?
target tahunan prolegnas yang hampir selalu Menjawab pertanyaan pertama, apa yang
di bawah 40 persen, serta begitu banyaknya salah?. Berdasarkan diskusi yang dilakukan
UU yang akhirnya digugat melalui mekanisme oleh tim penelitian dengan beberapa ahli di tiga
judicial review di Mahkamah Konstitusi. kota(Yogyakarta, Padang dan DKI Jakarta) yang
menjadi lokasi penelitian terdapat persoalan
mendasar yang memberikan pengaruh yang
Metode Penelitian
cukup besar terhadap persoalan pola relasi
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan Presiden-DPR di Indonesia pascabergulirnya
metode deskriptif-eksplanatif. Pengumpulan data reformasi. Suasana amandemen konstitusi
dilakukan dengan menggunakan dua teknik, yaitu (UUD 1945) yang berlangsung pada masa awal
studi kepustakaan dan studi lapangan. Untuk reformasi disebut dalam suasana yang sarat
studi lapangan dilakukan melalui wawancara dengan kepentingan politik.
mendalam dan FGD (Focus Group Discusssion).
Wawancara mendalam dilakukan terhadap 1. Amandemen UUD 1945 : Inkonsistensi
beberapa narasumber dengan memperhatikan Agenda Reformasi Politik
pengetahuan dan pemahaman narasumber terkait
Jarak waktu yang ditempuh Badan Pekerja MPR
dengan topik penelitian. Dengan demikian, para
(BP MPR) dalam empat kali amandemen dapat
narasumber mencakup baik akademisi maupun
dikatakan tidaklah singkat. Masa kerja BP MPR
praktisi di daerah penelitian. Selain wawancara
ditetapkan berdasarkan dua kali Ketetapan MPR,
mendalam, di daerah penelitian yang sama
yaitu Tap MPR No. IX/MPR/1999 dan Tap
dilakukan juga FGD dengan sebagian narasumber
MPR No. IX/MPR/2000. Lahirnya Tap MPR
yang sama ditambah narasumber lain dengan
kedua dengan substansi yang sama, tidak lain
kualifikasi serupa. Daerah-daerah dan atau
disebabkan oleh kinerja MPR yang tidak mampu
kota yang dipilih secara sengaja sebagai lokasi
menyelesaikan pekerjaannya untuk melakukan
penelitian adalah DKI Jakarta, Surabaya (Jawa
amandemen UUD 1945 dalam kurun waktu 1
Timur), dan Makassar (Sulawesi Selatan). Tanpa
tahun. Sehingga masa kerja BP MPR (Panitia
mengecualikan daerah dan atau kota lainnya, di
Ad Hoc I BP MPR) yang tadinya hanya 1 tahun
(1999-2000) diperpanjang hingga tahun 2002.
18
Denny Indrayana, “Mendesaian Presidensial yang Efektif: Dalam kurun waktu empat tahun (1999-2002)
Bukan Presiden ‘Sial’ atawa Presiden ‘Sialan’”, Makalah
seminar yang diselenggarakan oleh Partai Demokrat, Forum
tersebut, perubahan-perubahan yang cukup
Komunikasi Parpol dan Politisi serta FNS, 13 Desember 2006.

Pemilu dan Relasi Eksekutif dan Legislatif | Nina Andriana | 107 


mendasar dalam tata kelola pemerintahan dan berurutan.19 Sebagai contoh, pada perubahan
negara telah dihasilkan. pertama (Amandemen I) pasal 7 berbunyi:
Berdasarkan naskah UUD 1945 hasil
“Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan
amandemen, ditemukan perubahan besar terkait selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih
dengan pemilu. Jika sebelum diamandemen, kembali dalam masa jabatan yang sama, hanya
hal-hal yang berhubungan dengan pemilu untuk satu kali masa jabatan.”
tersebar dalam berbagai pasal. Baik pasal
mengenai pemerintahan, kekuasaan legislatif dan Dalam pasal ini tampak bahwa pembatasan
sebagainya. Namun, saat ini prinsip-prinsip dasar periode masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden
tentang pemilu telah diletakkan dalam satu bab telah dirumuskan beserta ketentuan untuk dapat
khusus yang diberi nama “Pemilihan Umum”. menjabat pada jabatan yang sama hanya dalam
Hasil yang positif ini menunjukkan para wakil waktu dua kali masa jabatan. Harusnya PAH I
rakyat kala itu menganggap ”cukup” pentingnya merumuskan terlebih dahulu format pemilihan
Pemilu untuk dituangkan secara tegas dalam presiden itu sendiri seperti apa. Karena hal ini
konstitusi tertinggi dinegara ini. Dasar pemikiran sangat berkaitan dengan sistem pemerintahan
yang tersirat dalam percakapan atau catatan yang akan dijalankan nantinya. Tentunya ketika
rapat untuk menjadikan pasal-pasal tentang membicarakan pemilihan umum, ada unsur
Pemilu menjadi satu Bab khusus, adalah untuk kedaulatan rakyat yang harus diperhatikan.
mengembalikan kedaulatan rakyat, yang benar- Tetapi justru perubahan pasal tentang kedaulatan
benar sepenuhnya ditangan rakyat. Mengingat rakyat dan perumusan tentang pemilihan presiden
pemilu adalah salah satu saluran terbesar bagi dilakukan pada perubahan keempat. Sebuah
rakyat menyampaikan aspirasinya dan turut proses amandemen yang tidak serius telah terjadi
serta secara nyata dalam membentuk format di sini, dimana PAH I BP MPR lebih memilih
pemerintahan lima tahun ke depan. perubahan dilakukan demi menutup saluran
kekuasaan yang terlalu besar dari eksekutif, tetapi
Salah satu wujud kedaulatan rakyat yang
mengabaikan prinsip-prinsip dasar demokrasi
benar-benar dari rakyat dan sejalan dengan
dalam hal partisipasi masyarakat sipil.
prinsip pembentukan sistem pemerintahan
presidensial adalah pemilihan presiden yang Selanjutnya dari sisi substansi, argumentasi
dilakukan secara langsung. Di samping hendak yang dikemukakan dalam pembahasan perubahan
menjalankan salah satu dari prinsip pemerintahan pasal tentang pemilu yang dilakukan oleh
presidensial, argumentasi yang juga berkembang PAH I BP MPR RI terlihat tidak didasari oleh
kala itu adalah dengan adanya pemilihan langsung pertimbangan-pertimbangan yang bersifat
presiden dan wakil presiden ini diharapkan menjunjung terlaksananya pemerintahan yang
rekayasa politik dari MPR yang berlangsung lebih demokratis. Meskipun penyebutan-
pada masa Orde Baru dan pada Pemilu 1999, penyebutan dasar sistem presidensial sebagai dasar
dapat diminimalisir. Argumentasi lainnya adalah dalam perubahan format pemilu dikemukakan,
dengan adanya pemilihan langsung presiden namun tetap saja partai politik dalam hal ini
diharapkan pula pilihan rakyat tidak tersandera parlemen berusaha meletakkan kepentingan
oleh kepentingan-kepentingan partai politik. mereka di atas prinsip dasar tersebut. Perubahan
yang dilakukan seringkali lebih bersifat teknis.
Sebelum mendiskusikan bagaimana
Usulan-usulan yang dilontarkan oleh anggota
perdebatan argumentasi dan substansi berlangsung
PAH pun lebih bernuansa kepentingan politis
dalam tiap rapat PAH, penulis mencatat hal
ketimbang nilai filosofis dari sistem presidensial
menarik yang dikemukakan oleh F-PBB
itu sendiri. Hal ini dapat terlihat pada Rapat
berkenaan teknis atau tata cara pelaksanaan
Sinkronisasi Ke-3 PAH BP MPR pada 28 Juni
amandemen UUD 1945 yang dilakukan oleh
PAH BP MPR RI. Melalui wakilnya H. M. Zubair 19
Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat
Bakry, fraksi ini memberikan koreksi bahwa cara Republik Indonesia, Risalah Rapat Panitia Ad Hoc II Badan
tim PAH mengamendemen UUD 1945 selama Pekerja MPR RI Ke-1 s.d 10. Masa Sidang Tahunan MPR RI,
tiga kali perubahan tidak dilakukan secara (Jakarta: Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia, 2002), hlm. 213.

108 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 101–128  


2002. Salah satu wakil dari F-PG, Andi Matalatta, tersendiri yang juga ditambahkan
menyebut bahwa jika Pemilihan Presiden tentang partai politik dan yang kedua
dilaksanakan sebelum Pemilihan DPR dan tentang pemilu dibiarkan tersebar
DPD, maka kampanye Presiden nantinya akan diberbagai bab dan pasal dalam UUD
meneggelamkan kampanye dari calon anggota 1945. Ketiga, semua sepakat dimanapun
DPR dan DPD.20 Sebuah pertimbangan yang tempatnya supaya mencakup pokok-
sebenarnya memperlihatkan ketakutan partai pokoknya saja termasuk prinsip luber
politik sejak awal akan legitimasi absolut yang dan jurdil.
mungkin saja diperoleh presiden terpilih. Apalagi 2. Lalu berkenaan tentang untuk apa
jika sang presiden tidak berasal dari partai mereka pemilu dilaksanakan. Dengan alternatif
sendiri. dua pola, untuk semua (DPR, DPD,
Hal ini sangat berbeda dengan apa yang DPRD, Presiden, Gubernur, Bupati,
disampaikan oleh F-KKI (Kesatuan Kebangsaan Walikota), atau pemilu di sini hanya
Indonesia), bahwa dengan sistem presidensial untuk lembaga perwakilan rakyat.
yang dianut oleh Indonesia, maka idealnya 3. Semua anggota rapat sepakat bahwa
adalah pemilihan Presiden mendahului pelaksanaan pemilu adalah lima tahun
pemilihan legislatif.21 Pada akhirnya usulan yang sekali.
dikemukakan oleh fraksi ini mentah. Realitas ini
4. Penyebutan pelaksana atau
tampak dari tidak ditemukannya lagi gagasan
penyelenggara pemilu, serta lembaga
tersebut pada risalah rapat-rapat setelahnya.
yang mengesahkan pemilu.
Pada saat pasal-pasal dalam Bab Pemilu
dirumuskan, peserta rapat hanya fokus pada
prinsip-prinsip pemilu itu sendiri. Tidak Pada naskah Amandemen UUD 1945 pasal
menemukan adanya usulan dari sistem 6A ayat (1) telah dinyatakan dengan tegas bahwa
presidensial yang mengutamakan pemilihan pemilihan presiden dan wakil presiden secara
presiden kemudian dilanjutkan dengan pemilihan langsung oleh rakyat23, isi pasal ini menunjukkan
legislatif. Pada saat rapat ke-39 Panitia Ad Hoc nuansa “setengah hati” dari anggota PAH
BP MPR tanggal 6 Juni 2000, dengan materi acara I BP MPR untuk benar-benar secara murni
pembahasan tentang Pemilu, masing-masing menerapkan sistem presidensial. Ketentuan
fraksi menyampaikan usulannya mengenai isi pemilihan presiden dalam sistem presidensial
pasal untuk bab yang diberi judul Pemilihan hanya dimaknai sebatas pemilihan langsung
Umum. Beragam usulan muncul dalam rapat oleh rakyat. Penyanderaan pemilihan presiden
tersebut, seperti yang terangkum di bawah ini.22 oleh kepentingan partai politik tampak disengaja
adanya. Mengingat, jika skema pilpres didahului
1. Bahwa hampir seluruh fraksi bersepakat
oleh pileg, maka akan ada kecenderungan parpol
untuk ketentuan mengenai pemilu
memiliki peran besar dalam menentukan peta
masuk ke dalam UUD 1945 yang sudah
pencalonan dan pertarungan dalam pilpres.
diamandemen nanti. Dengan alternatif
dua bentuk, yang pertama dalam bab Tetapi tentunya hal ini tidak akan ditemukan
secara eksplisit dalam naskah risalah rapat PAH I
MPR RI. Justru alasan yang sering dimunculkan
20
Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia, Risalah Perubahan Undang-Undang adalah kekhawatiran akan kembalinya executive
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Tahun Sidang heavy di masa Orde Baru jika popularitas calon
2002, Buku Tiga (Edisi Revisi), (Jakarta: Sekretariat Jenderal
presiden lebih mendominasi. Kekhawatiran
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, 2010),
hlm. 540. legislatif ini nyata mereka wujudkan dengan
merumuskan beberapa pasal yang mengurangi
21
Ibid., hlm. 536.
22
Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat 23
Sekretariat Jenderal MPR RI. Bunyi Pasal 6A ayat (1):
Republik Indonesia, Hasil Rumusan Seminar Panitia Ad hoc ”Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan
I (Sidang Tahunan 2000), Buku kedua Jilid 3C, (Jakarta: secara langsung oleh rakyat”, dalam Undang-Undang Dasar
Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 2012, hlm. 121.
Indonesia, 2000), hlm. 395.

Pemilu dan Relasi Eksekutif dan Legislatif | Nina Andriana | 109 


dengan signifikan hak-hak presiden, dan bahkan Pelaksanaan pemilu legislatif yang
hak prerogatif presiden pun telah dicampuri oleh mendahului pemilihan presiden seperti
legislatif. ini menunjukkan bahwa keinginan untuk
Selanjutnya pada pasal yang sama, tepatnya mengedepankan sistem presidensial dan
ayat (2), ditemukan makna yang ambigu dari isi kedaulatan rakyat telah dicederai dengan
pasal 6A ayat (2) tersebut. Berikut adalah bunyi pertimbangan-pertimbangan politis dan teknis
pasal: yang dibawa oleh parpol di dalam DPR.
Melalui penelusuran naskah risalah rapat-
”Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden rapat PAH Amandemen Undang-Undang Dasar
diusulkan oleh Partai Politik atau gabungan
1945 yang dilakukan, fakta bahwa agenda rapat
Partai Politik peserta pemilihan umum sebelum
pelaksanaan pemilihan umum.”24 dengan topik yang khusus membahas pemilu
berikut format nya yang bernafaskan prinsip
Kata ”pemilihan umum”: yang disebut presidensial dapat dikatakan hanya sedikit.
dalam ayat ini pada akhirnya menimbulkan Indikasi ini pun sudah terlihat sejak awal
tafsir yang ambigu. Tidak ada penjelasan apakah perumusan amandemen UUD 1945 dilaksanakan.
pemilihan umum yang dimaksud di sini adalah Bahkan PAH I BP MPR pada saat itu melakukan
pemilihan umum untuk DPR, DPRD dan DPD dua hal yang saling bertolak belakang. Yaitu
atau pemilihan umum untuk Presiden dan Wakil pada saat yang sama berusaha melembagakan
Presiden. Pada akhirnya partai politik yang demokrasi presidensial dengan pemilihan
berada di DPR RI mengartikan pemilihan umum langsung, namun pada saat itu pula PAH I BP
di sini sebagai pemilihan presiden, sehingga MPR RI memangkas kewenangan dan bahkan
muncullah syarat perolehan kursi dari partai hak preogratif presiden. Hal ini semakin menjadi
politik peserta pemilu untuk dapat mengusulkan ketika mereka tetap bersikukuh agar pelaksanaan
calon presiden dan wakil presiden. Di sini juga pileg mendahului pilpres.
terlihat tidak tegasnya pembedaan antara partai Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya,
politik peserta pemilu dengan partai politik bahwa tidak ada alasan filosofis 25 ketika
pemenang pemilu dan hal ini menyebabkan menetapkan pileg mendahului pilpres, hanya
partai politik besar mempunyai kesempatan lebih persoalan-persoalan teknis seperti persoalan
leluasa mengusulkan calonnya tanpa dipusingkan economic cost, politics and social cost yang
dengan agenda koalisi dengan parpol lain. Perlu disampaikan. Alasan lainnya adalah belum cerdas
juga dicatat, seperti yang disampaikan oleh untuk mengantisipasi perubahan sistem pemilu
Ramlan Surbakti, bahwa dalam hal pemilihan sering pula dikemukakan. Rakyat acapkali
presiden ini, partai politik tidak memiliki peran dianggap sebagai objek dalam bernegara, bukan
didalamnya. Peran mereka justru sangat besar subjek yang menentukan masa depan negara
pada Pemilihan DPR, DPD dan DPRD. Namun dan bangsa.
lewat Pilpres 2004 dan 2009, kita dapat melihat Meskipun PAH I BP MPR RI berisikan
bahwa Pilpres justru sangat dipengaruhi oleh anggota selain partai politik, namun dominannya
kepentingan partai politik. anggota parpol dalam hal ini membuat suasana
Kondisi ini semakin dipertegas dengan pembasahan pasal tentang Pemilu sarat dengan
keterangan yang terdapat pada Pasal 1 ayat 3 kepentingan. Mengingat pembahasan tentang
UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Pemilu yang pemilu sangat mempengaruhi masa depan
menyebutkan bahwa: mereka, tentunya “pengawalan ketat” dilakukan
dalam pembahasan amandemen agar kepentingan
”pemilihan umum presiden dilaksanakan setelah
mereka dimasa depan tetap terakomodasi
pemilihan umum untuk memilih anggota DPR,
DPRD dan DPD” dengan baik. Hal ini senada dengan apa yang
disampaikan oleh Bambang Widjajanto. Ia
menulis bahwa amandemen UUD 1945 dilakukan
oleh lembaga yang sarat dengan vested-interest.
Sekretariat Jenderal MPR RI, Undang-Undang Dasar Negara
24

Republik Indonesia Tahun 1945, 2012, hlm. 121. 25


Pertimbangan filosofis utama dalam penyelenggaraan pemilu

110 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 101–128  


Karena punya kepentingan langsung terhadap presiden tapi juga sebagai dasar yang lebih
produk politik yang dihasilkannya.26 luas bagi konstituen dan bagaimana ini dapat
Untuk menciptakan sistem pemerintahan menjadi daya tarik bagi pemilih, dan harapan
presidensial yang efektif dan efisien, mereka terhadap akuntabilitas dari “presidential
perubahan besar dalam hal pelaksanaan (waktu institutions”. Bagaimana suatu sistem pemilihan
penyelenggaraan) pemilu menjadi sebuah didesain untuk mendorong dan mempromosikan
keharusan yang tidak dapat dihindari. Seperti yang dan bagaimana hal ini akan bekerja barangkali
diusulkan oleh Partnership Governance Reform, tidak terlepas dari sejumlah keterbatasan yang
bahwa salah satu instrumen untuk menciptakan harus diatasi. Contohnya adalah keterbatasan
pemerintahan sistem presidensial yang efektif sistem pemilu dalam hal membantu menciptakan
adalah dengan penataan penyelenggaraan pemilu. relasi yang kuat antara wakil terpilih dengan para
Melalui policy paper -nya tersebut diusulkan pemilih yang mereka wakili.
agar pelaksanaan pemilu tidak lagi menggunakan Secara konseptual sistem untuk memilih
sistem seperti yang telah dilaksanakan pada kepala eksekutif terletak di dua kategori yang
Pemilu 2004 dan 2009. Jika sebelumnya pemilu luas: pemilu langsung dan pemilu tidak langsung
DPR, DPD dan DPRD dilaksanakan bersamaan melalui suatu badan perwakilan dari elektorat.
sedangkan Pilpres setelahnya, maka kedepannya Pemilu langsung seringkali dipercaya untuk
pemilu diadakan dengan format pemilu DPR, mendorong kandidat mencari dukungan dari
DPD dan Presiden dilaksanakan secara serentak. konstituen yang lebih luas dan mempromosikan
Sedangkan DPRD dan Pemilihan Kepala Daerah keterlibatan konstituen dengan akuntabilitas
juga serentak setelah dilaksanakannya Pemilihan publik dari pemimpin terpilih mereka, sementara
Nasional. Jadi nantinya akan ada pemisahan pemilu tidak langsung termasuk contohnya pilpres
antara pemilu nasional dan pemilu daerah. 27 oleh suatu badan perwakilan, majelis pemilihan,
Lembaga ini juga menyebutkan bahwa atau institusi lain yang keanggotaannya bisa
akibat dari penyamaan waktu pelaksanaan pemilu berasal dari pemilihan atau penunjukan. 29
nasional dengan pemilu lokal menyebabkan Pendukung sistem pemilu langsung dan tidak
kedaulatan pemilih masih terbatas (sekali dalam langsung mempunyai dasar argument yang valid
lima tahun) dan partai politik peserta pemilu di samping kritik pada masing-masing sistem,
tidak “takut” kepada konstituennya. Selain itu, keduanya juga menghadapi resiko yang serupa,
dengan penyamaan waktu pelaksanaan tersebut, dan tidak ada yang sama sekali aman dari resiko
diharapkan koalisi yang berlangsung antar parpol dengan berlakunya masing-masing sistem. Setiap
peserta pemilu lebih bersifat ideologis bukan pemerintahan yang terbentuk dari masing-masing
transaksional semata.28 sistem pemilu mempunyai kecenderungan
Skema pemilu yang dihasilkan oleh klaim legitimasi yang berdasarkan pada sistem
amandemen I-IV UUD 1945 memberikan pemilihan.
dampak yang amat besar bagi keberlangsungan Hal ini tidak berarti bahwa pemilihan tidak
sistem pemerintahan presidensial di Indonesia. langsung atau sistem campuran adalah sistem
Terlihat dari proses Pemilu 1999 hingga 2004 yang derajat keabsahannya lebih rendah, itu
sistem pemilu dalam pilpres di Indonesia adalah salah satu pilihan untuk memastikan
mempunyai relasi yang dekat, tidak hanya representasi yang adil dari berbagai konstituen
dilihat sebagai basis kekuasaan dan legitimasi dengan beragam dan aspirasi yang mungkin
saling tumpang tindih. Dari sudut pandang
26
Bambang Widjajanto, Perubahan Konstitusi Setengah Hati, representasi, pemilihan langsung lebih mungkin
dalam Bambang Widjajanto, Saldi Isra dan Marwan Mas (Eds), untuk memberikan kesempatan pemilihan
Konstitusi Baru melalui Komisi Konstitusi Independen, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2002), hlm. 52. bebas dan adil dari beberapa pilihan: yang
mereka lihat sebagai kandidat yang paling
27
Partnership, “Membangun Pemerintahan Presidensial yang
Efektif Melalui Desain Sistem Pemilihan Umum”, Policy Paper
No. /2011, hlm. 18. 29
Contohnya adalah di Yunani, Botswana, Guyana, Suriname,
Micronesia, Kiribati, China, Vietnam, sebelum 2004 di
28
Ibid., hlm. 13. Indonesia.

Pemilu dan Relasi Eksekutif dan Legislatif | Nina Andriana | 111 


cocok untuk mewakili dan menyalurkan aspirasi pengertian ataupun aspek-aspek pelembagaan,
mereka ke pemerintah, yang menawarkan setidaknya pelembagaan adalah keadaan partai
pilihan yang berbeda dari partai-partai politik yang ditandai oleh tiga kondisi.31
yang mereka pilih untuk pemilihan parlemen. Pertama adalah aspek internal yang ditandai
Apakah itu akan menjadi aspirasi berdasarkan oleh sebuah situasi di mana partai mampu
pada setting atau konteks demokrasi yang mempertahankan derajat kesisteman dengan
mencerminkan pluralisme dan keberagaman, memadai, yakni sanggup menjalankan konstitusi
perkembangan politik dan sosial etnis, agenda dan aturan main partai secara konsisten. Segenap
regional, kesetaraan gender, hak-hak kelompok kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh partai
minoritas dan representasi, setiap pemilih akan merupakan hasil kesepakatan yang tegak di
dapat memutuskan pilihan mereka terhadap atas rambu-rambu partai. Berbagai fungsi dan
pemimpin pemerintahan berdasarkan preferensi kewenangan serta aktivitas dijalankan sesuai
dan prioritas masalah mereka sendiri. dengan prosedur dan cita-cita awal yang telah
Mungkin akan penting menekankan ditetapkan. Peran figur atau kekuatan dominan
apa keterbatasan desain sistem pemilu yang yang ada di dalam partai tidak dapat melampaui
mempengaruhi politik pemilihan, dan demokrasi aturan main partai tersebut. Lebih dari itu, partai
itu sendiri. Sistem pemilu sendiri merupakan menjadi media yang menempa disiplin dan
proses administrasi rekrutmen politik , karena ketangguhan prosedural. Kader-kader partai akan
itu tidak dapat diharapkan langsung akan dilatih dan ditempa untuk menempatkan aturan
membawa perubahan yang diharapkan dari main dan konstitusi partai di atas segala-galanya.
sebuah kepemimpinan: pemimpin dan konstituen Akibatnya, kebijakan-kebijakan yang ditetapkan
lah yang mampu mempengaruhi perubahan oleh partai adalah produk kolektif –dan bukan
tersebut. Sistem pemilu merupakan alat utama elitis— yang disetujui oleh mayoritas kader dan
dari proses formal demokrasi perwakilan, ditopang secara kokoh oleh aturan main.
namun seperti dalam proses di sistem apapun, Secara umum, kebijakan-kebjakan partai,
sistem pemilihan umum juga harus didukung dengan demikian, ditetapkan dengan semangat
sepenuhnya oleh representasi (demokrasi) atau konstitusionalisme yang tinggi, yang akhirnya
‘ demos ‘ itu sendiri.
31
Robert Michels, Political Parties: A Sociological Study of
2. Pelembagaan Partai Politik dan Model the Oligarchical Tendencies of Modern Democracy, (New
Koalisi dalam Skema Sistem Pemilu York: The Free Press, 1966); Samuel P. Huntington, Political
Presidensial Kontemporer Order in Changing Society, (New Haven: Yale University Press,
1968); Angelo Panebianco, Political Parties: Organization
Skema pemilu yang telah disepakati lewat and Power, (Cambridge: Cambridge University Press, 1988);
amandemen I-IV mestinya didukung dengan Vicky Randall and Lars Svasand, “Party Institutionalization
in New Democracies”, Party Politics, Vol. 8 January/1/2002;
pelembagaan parpol dan model koalisi yang Mathias Basedau dan Alexander Stroh, “Measuring Party
pada akhirnya dapat menghasilkan sistem Institutionalization in Developing Countries: A New Research
pemerintahan yang efisien dan efektif dalam Instrument Applied to 28 African Political Parties”, GIGA
Working Papers, (Hamburg: GIGA Research Program, 2008);
skema presidensial. Mose Maor, Political Parties and Party Systems, Comparative
Approaches and The British Experience, (London: Routledge,
Pelembagaan Partai Politik 1997); Muchlis, E. (Ed.), Reformasi Kelembagaan Partai
Politik Pasca-Orde Baru di Indonesia, (Jakarta: LIPI Press,
Persoalan lain yang juga relevan adalah 2007); Firman Noor. Institutionalizing Islamic Political Parties
in Indonesia: A Study of Internal Fragmentation and Cohesion
pelembagaan partai. Berbagai makna in the Post-Soeharto Era (1998-2008), Doctoral Thesis, (Exeter:
pelembagaan partai politik telah disampaikan University of Exeter, 2012; Smita Notosusanto, “Analisa AD/
oleh berbagai kalangan dengan berbagai pespektif ART Partai Politik”, http://forum-politisi.org/downloads/
Analisa_AD_ART_Parpol_-_Smita.pdf, 2006; Lili Romli
dan dimensinya. Karya Maurice Duverger 30 (Ed.), Pelembagaan Partai Politik Pasca-Orde Baru: Studi
dianggap sebagai salah satu pelopor terhadap Kasus Partai Golkar, PKB, PBB, PBR dan PDS, (Jakarta: Pusat
Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2008);
kajian pelembagaan ini. Dari beragai definisi,
Philip Selznick, Leadership in Administration. A Sociological
Interpretation, (New York: Row, Peterson and Company,
30
Maurice Duverger, Political Parties: Their Organization 1957); Ramlan Surbakti, “Tingkat Pelembagaan Partai Politik”,
and Activity in the Modern State, (London: Methuen, 1964). Kompas, 6 January 2003.

112 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 101–128  


berpotensi besar meminimalkan semangat kemudian tenggelam tanpa makna. Partai mampu
elitisme dalam nuansa oligarki. Produk-produk memberikan kontribusi positif seiring dengan
kebijakan, termasuk yang terkait dengan strategi usianya. Dengan kata lain, partai mampu terus
politik, dalam nuansa pelembagaan ini, akan eksis dengan memadai dan memberikan pengaruh
melalui proses yang penuh pertimbangan dan terhadap masyarakat dan negara.
rasionalitas yang matang karena melibatkan Terkait dengan independensi, maka partai
lebih banyak elemen-elemen partai. Tidak itu yang terlembaga akan mampu melindungi
saja, sebagai konsekuensinya, kebijakan partai dirinya dari segenap intervensi yang dapat
pada akhirnya juga akan mendapat sokongan mempengaruhi dalam menentukan kehidupan
yang solid dan meluas dari seluruh elemen partai. organisasi partai ataupun pilihan kebijakan.
Sehubungan dengan aspek internal ini, Dalam situasi seperti ini, segenap hubungan
kaderisasi menjadi sebuah hal yang penting di yang terbangun dengan berbagai tokoh, institusi
dalamnya. Dalam sebuah partai yang terlembaga, atau organisasi –baik yang mewakili penguasa
kaderisasi dijalankan sesuai dengan prosedur (state), ormas-ormas pendukung (civil society)
yang telah disepakati dan berlangsung secara atau penyandang dana (economic society)– tidak
kontinum. Kaderisasi tidak menjadi suatu menyebabkan partai menjadi alat kepentingan
kegiatan yang dapat dikompromikan dan mereka. Partai dapat saja mempertimbangkan
berlangsung secara serampangan. Pada sebuah masukan atau saran yang dianggap baik dari
partai yang terlembaga, kaderisasi memainkan berbagai pihak, namun keputusan apakah itu
peran yang strategis yakni, menjadi patokan kemudian menjadi kebijakan partai sepenuh
dalam melakukan rekrutmen jabatan dalam menjadi hak partai dan harus melalui proses yang
partai maupun jabatan publik dan menjadi ajang telah ditetapkan. Sebaliknya partai yang tidak
internalisasi atas ideologi, visi dan norma-norma terlembaga cenderung ringkih dari pengaruh
yang dianut dan dijunjung oleh partai. Dalam atau intervensi kepentingan pihak-pihak di luar
sebuah partai yang terlembaga, dengan demikian, partai. Tidak jarang mereka justru dimanfaatkan
ada sebuah keseragaman cara berfikir, bertingkah atau dikendalikan (terkooptasi) oleh pihak-pihak
laku dan kecenderungan politik yang dianut oleh tersebut di atas.
seluruh kader partai. Dalam nuansa sedemikian, Ketiga, aspek substansial atau kejatidirian,
maka pola strategi politik, termasuk koalisi, yang di mana partai mampu menumbuhkan rasa
dikembangkan oleh kader-kader partai akan ketergantungan kader terhadap partainya
mengalami sebuah kontinuitas atau pemolaan, beredasarkan ideologi atau nilai-nilai yang
di mana ideologi, visi dan norma partai akan diyakini bersama.33 Dengan memiliki karakteristik
menjadi panduannya. Dalam kecenderungan di atas, partai akan lebih sekadar menjadi sebuah
ini, tentu saja pada gilirannya, sebuah koalisi mesin pencari kekuasaan (power-seeking
yang dibentuk oleh semangat oportunistik akan machinery). Partai bukan pula sebuah expandable
ditinggalkan. tool atau alat yang dapat dipertukarkan dengan
Kedua, aspek eksternal yang terkait dengan mudah. Sebaliknya partai menjadi sesuatu yang
situasi dimana partai memiliki independensi dan tidak tergantikan oleh para pendukungnya.
keadaptasian yang tinggi.32 Makna independensi Sehubungan dengan keyakinan atau ideologi
adalah bahwa partai tidak mudah diintervensi yang dianutnya, partai menjelma menjadi sebuah
oleh kepentingan atau agenda asing dari kumpulan ideologis yang menyebabkan pula
manapun, terutama dalam soal pengelolaan adanya rasa ketergantungan secara emosi ataupun
kepengurusan dan kebijakannya. Sedangkan rasional antara kader dengan partainya.
dalam makna keadaptasian adalah partai mampu Partai yang terlembaga, dengan demikian,
beradaptasi dengan situasi lingkungan politiknya akan menjelmakan diri menjadi apa yang
dengan memadai, sehingga setidaknya bukan
merupakan sebuah lembaga yang tumbuh untuk
33
James W. McGuire, Peronism without Peron. Unions,
Parties and Democracy in Argentina, (Stanford: Stanford
University Press, 1997), hlm. 8. Philip Selznick, Leadership
32
Samuel P. Huntington, Political Order in Changing Society, in Administration: A Sociological Interpretation, (New York:
(New Haven: Yale University Press, 1968). Row, Peterson and Company, 1957), hlm. 17.

Pemilu dan Relasi Eksekutif dan Legislatif | Nina Andriana | 113 


disebut oleh Selznick sebagai “the ’receptacle’ masukan parlemen atau sebuah pemerintahan
of group idealism” (wadah dari berkumpulnya demokrasi yang tidak efektif, di mana masing-
orang-orang dengan keyakinan yang sama atau).34 masing cabang trias politica bersikap saling
Partai menjadi media pengejawantahan ideologi, meniadakan (zero sum game). Dalam stuasi ini,
di mana segenap kebijakan maupun strategi atau koalisi pendukung presiden yang terbentuk akan
perhitungan politik harus memiliki kaitan dengan tidak banyak bermanfaat, karena pada akhirnya
ideologi yang diyakini. Kerja-kerja ideologis akan berujung pada dua hal yakni menopang
menjadi sebuah kebiasaan, dengan target utama sebuah pemerintahan oligarkis atau mengalami
mewujudkan kepentingan idealisme dan bukan ketidakberdayaan (disfunctional) untuk dapat
kepentingan individual. Elite hanya merupakan menghidari tekanan legislatif.36
mereka yang paling utama karena pemahaman Namun demikian, belakangan kekhawatiran
dan kinerja, yang ditunjuk sebagai mata rantai Linz dan beberapa ahli politik itu dijawab oleh
kepentingan kolektif yang terpenting. Elite Cheibub. 37 Dari penelitiannya di sejumlah
bekerja atas dasar kepentingan ideologis dan negara pengguna sistem presidensial di pelbagai
kebijakan-kebijakan yang dihasilkan merupakan belahan dunia, Cheibub membuktikan bahwa
hasil penafsiran ideologi yang diabdikan sebagai deadlock merupakan sebuah fenomena yang
bagian dari upaya mewujudkan kepentingan mungkin, namun dalam prakteknya justru amat
ideologi yang lebih besar. jarang terjadi. Pemerintahan dengan dukungan
minoritas dalam parlemen kenyataannya banyak
Koalisi dalam Sistem Presidensial yang mampu bertahan (survive) dan menjalankan
Dalam sistem presidensial, persoalan koalisi pemerintahan dengan baik. Sikap kompromi justru
pemerintah dengan dukungan kekuatan minoritas lebih menggejala ketimbang saling memaksakan
dapat saja tidak berdampak pada jatuhnya diri. Akibatnya, Cheibub melihat tidak ada
pemerintahan. Dalam sistem ini, mungkin korelasi yang kuat antara presidensialisme,
saja seorang presiden didukung oleh koalisi multipartai dan koalisi pemerintahan yang
yang merupakan gabungan partai minoritas pasti menemui kegagalan. Cheibub bahkan
di parlemen. Bagi sebagian kalangan, potensi berkeyakinan bahwa situasi dalam sistem
masalah yang utama dalam sistem presidensial presidensial, terkait dengan masalah koalisi,
adalah terciptanya deadlock berkepanjangan sesungguhnya tidaklah jauh berbeda dengan
antara pihak eksekutif dengan legislatif. Hal ini sistem parlementer, di mana keduanya memiliki
karena kedua lembaga itu berdiri secara terpisah potensi yang sama untuk berhasil ataupun gagal.
dan memiliki legitimasi langsung dari rakyat, Penelitian Cheibub ini merupakan angin
yang memungkinkan keduanya merasa sah untuk segar bagi negara-negara penganut sistem
memprioritaskan apa yang dianggapnya sebagai presidensial dengan mutli-partai, termasuk
aspirasi rakyat. Kekhawatiran atas kelemahan Indonesia. Untuk itu sebetulnya kekhawatiran
mendasar ini telah disampaikan, misalnya, oleh bahwa deadlock dengan sendirinya akan terjadi
Linz dengan mengambil contoh pemerintahan pada pemerintahan presidensial yang didukung
presidensial di Amerikan Latin.35 oleh kekuatan minoritas di parlemen, tidak perlu
Sejalan dengan pandangan Linz, beberapa dirisaukan. Justru kajian Cheibub seharusnya
kalangan kemudian menilai bahwa kombinasi mendorong sebuah koalisi yang ramping namun
antara sistem multipartai dengan presidensial efektif dan aspiratif.
adalah kombinasi yang tidak menguntungkan. 36
Scott Mainwarring, “Presidentialism, Multipartism and
Hal ini karena dampak yang kerap dihasilkan Democracy: The Difficult Combination”, Comparative
Political Studies, 26 (2): 198-228, 1993. Masalah klasik sistem
dari kombinasi tersebut adalah pemerintahan presidensial ini telah di kaji oleh beberapa kalangan, termasuk
tanpa kompromi yang dapat mengabaikan misalnya oleh beberapa sarjana dalam Scott Mainwarring and
Timothy R. S. (Eds.). Building Democratic Institutions: Party
Systems in Latin America, (Stanford: Stanford University
34
Selznick, ibid., hlm. 22. Press, 1995).

Juan Linz, “The Perils of Presidensialism”, Journal of


35 37
Jose A Cheibub, Presidentialism, Parliamentarism and
Democracy 1: 51-69, 1990. Democracy, (Cambridge: Cambridge University Press, 2007).

114 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 101–128  


Persoalan lain yang juga tidak dapat
politisi parpol anggota koalisi, apakah tengah
diabaikan saat menelaah eksistensi koalisi dalam
kecewa dengan Presiden atau sebaliknya
sistem presidensial adalah waktu pembentukan
sedang berbulan madu dengan Yudhoyono. Tak
koalisi, yakni apakah sebelum pemilu presiden
mengherankan jika Golkar dan PKS misalnya,
dilakukan atau sesudahnya. Persoalan ini
seolah-olah tak memiliki beban untuk sewaktu-
terutama sekali terkait dengan soal membangun
waktu berbeda sikap politik dengan parpol
kesamaan visi dan komiten di antara sesama
koalisi lainnya, PD, PAN, PPP dan PKB, seperti
peserta koalisi. Dalam prakteknya, setidaknya
tampak dalam penggunaan hak angket dalam
dalam kasus Indonesia, koalisi yang dibangun
skandal Bank Century dan upaya pengusulan
setelah Pileg (dengan gambaran konstelasi
hak angket pajak yang akhirnya kandas di
politik di parlemen sebagai hasilnya) atau setelah
DPR. Implikasi lain dari koalisi yang bersifat
Pilpres berlangsung cenderung menumbuhkan
pragmatis seperti ini adalah tidak munculnya
praktek dagang sapi yang berefek merugikan
kompetisi antarpartai di parlemen, sehingga
bagi tumbuhnya pemerintahan yang solid dan
tidak tampak perjuangan ideologis parpol dalam
berkomitmen tinggi.
mempengaruhi, mengubah, ataupun membentuk
Terlepas dari persoalan teoritis bahwa kebijakan.
konsep koalisi lazimnya merupakan skema sistem
Kedua, problematik sifat kesepakatan dan
demokrasi parlementer, paling kurang ada empat
kontrak politik. Seperti dilansir berbagai media,
faktor problematik di balik desain koalisi yang
koalisi yang dibentuk oleh Presiden Yudhoyono
dibentuk pada pemerintahan dua periode Presiden
didasarkan pada sejumlah kesepakatan politik
Yudhoyono, yakni problematik basis koalisi,
yang ditandatangani oleh pimpinan parpol
sifat kesepakatan dan kontrak politik, cakupan
anggota koalisi. Selain kesepakatan pada tingkat
materi kesepakatan, dan problematik mekanisme
pimpinan parpol tersebut, Yudhoyono juga
internal koalisi.
mengikat para menteri dari parpol anggota koalisi
Pertama, problematik basis koalisi. dengan kontrak politik yang bersifat individual
Sudah menjadi pengetahuan umum koalisi selain dokumen pakta integritas yang harus
politik pendukung pemerintah yang dibentuk ditandatangani sebagaimana lazimnya kewajiban
oleh Presiden Yudhoyono lebih berbasiskan yang dibebankan bagi setiap pejabat publik.
kepentingan mengamankan kelangsungan Problem mendasar dari sifat kesepakatan politik
pemerintahan hasil pemilu ketimbang faktor tersebut adalah bahwa komitmen koalisi lebih
kesamaan ideologi dan haluan politik tentang merupakan keputusan personal pimpinan parpol
arah reformasi dan penataan bangsa ke depan di tingkat pusat ketimbang suatu komitmen
dari parpol-parpol yang tergabung di dalamnya. parpol secara institusi yang disosialisasikan dan
Sebagai kompensasi dukungan politik parpol dilembagakan secara internal parpol masing-
terhadap pemerintah, Presiden Yudhoyono masing. Di sisi lain, kontrak politik yang bersifat
membagikan kursi menteri kabinet kepada individual antara Yudhoyono dan para menteri
parpol pendukung secara proporsional, yakni dari parpol pada dasarnya tidak bisa mengikat
sesuai perolehan suara setiap parpol dalam parpol secara institusi, karena sesuai UUD 1945
pemilu legislatif. Skema basis koalisi seperti hasil amandemen, otoritas pengangkatan dan
ini dibangun Presiden Yudhoyono, baik ketika pemberhentian para menteri kabinet sepenuhnya
membentuk KIB I (2004-2009) maupun KIB II berada di tangan Presiden. Realitas ini tak hanya
(2009-2014), sehingga hampir sekitar separoh membatasi ruang gerak parpol dalam mengontrol
anggota KIB I berasal dari parpol dan meningkat kader parpol dalam kabinet, melainkan juga tidak
menjadi lebih dari separoh pada KIB II. bisa memberi garansi apa pun bagi Presiden
Konsekuensi logis dari skema koalisi Yudhoyono untuk mengontrol sikap politik
berbasis kepentingan jangka pendek seperti ini parpol di DPR.
adalah lemahnya ikatan dan soliditas koalisi, Ketiga, problematik cakupan materi
sehingga dukungan parpol terhadap pemerintah kesepakatan koalisi. Apa saja cakupan atau ruang
acapkali ditentukan oleh ”mood politik” para lingkup materi yang disepakati oleh parpol koalisi

Pemilu dan Relasi Eksekutif dan Legislatif | Nina Andriana | 115 


pendukung Presiden Yudhoyono sebenarnya tak parpol dalam melembagakan demokrasi
pernah jelas bagi publik. Masyarakat hanya presidensial yang efektif, rendahnya komitmen
menduga-duga cakupan materi kesepakatan bekerjasama dalam koalisi, masih mengentalnya
tanpa memperoleh konfirmasi yang jelas, oligarki pimpinan parpol, dan melembaga serta
baik dari Presiden Yudhoyono maupun parpol tumbuh-suburnya oportunisme para elite atau
anggota koalisi, mengenai isi kesepakatan yang petinggi parpol.
telah ditandatangani oleh pimpinan parpol
koalisi pada 15 Oktober 2009 yang lalu. Secara 3. Urgensi Checks And Balances dalam
umum publik hanya tahu bahwa parpol koalisi Sistem Perwakilan dalam Konteks Sistem
bersepakat mendukung dan mempertahankan Presidensial
pemerintahan Yudhoyono hingga Pemilu 2014 Inkonsistensi pelembagaan demokrasi
dengan kompensasi pembagian kursi menteri presidensial tidak hanya tampak dalam skema
sesuai dengan proporsi kekuatan parpol di DPR. pemilu dan juga format Pilpres yang terpenjara
Keempat, problematik mekanisme internal hasil Pileg, melainkan juga terlihat dalam desain
koalisi. Meskipun Presiden Yudhoyono menata sistem perwakilan dan atau keparlemenen
ulang format koalisi pasca-Skandal Century yang cenderung rancu, dalam arti apakah
dengan membentuk Setgab, menarik bahwa parpol bersifat monocameral, bicameral, atau bahkan
anggota koalisi lebih suka memperdebatkan tricameral. Dampak dari konstruksi sistem
persoalan koalisi secara publik melalui media perwakilan yang cenderung tidak jelas dan rancu
ketimbang mendiskusikannya secara internal itu adalah tidak melembaganya sistem checks
melalui forum rapat Setgab. Sejatinya Setgab and balances yang diperlukan dalam konteks
diciptakan sebagai forum pendahuluan bagi skema sistem presidensial. Oleh karena itu,
parpol koalisi untuk menyepakati atau tidak penataan kembali sistem perwakilan dan atau
menyepakati suatu isu kebijakan strategis keparlemenan perlu lebih jelas arahnya, yakni
tertentu sebelum rapat-rapat formal DPR, tetapi menuju kebutuhan sistem perwakilan dua-kamar
dalam realitasnya para politisi parpol anggota yang memungkinkan terbangunnya sistem checks
koalisi lebih sering memperdebatkan isu-isu and balances eksekutif-legislatif secara lebih
kebijakan secara publik melalui media ketimbang “clear”.
mendiskusikannya dalam rapat-rapat internal Perubahan UUD 1945 menegaskan adanya
Setgab. Akibatnya, berbagai perbedaan pendapat keseimbangan dan kesejajaran antara lembaga-
dan sikap politik parpol koalisi menjadi santapan lembaga tinggi negara, baik eksekutif, legislatif
seksi bagi kalangan media, sehingga polemik maupun yudikatif. Reformasi konstitusi juga
antarpolitisi parpol koalisi seringkali berkembang menghasilkan perubahan yang cukup mendasar
menjadi ”debat kusir” yang tidak bermanfaat, dalam sistem ketatanegaraan kita yaitu dengan
menyita energi, dan belum tentu bermanfaat bagi pengaturan kembali lembaga-lembaga yang
kepentingan bangsa. mengemban amanat konstitusi termasuk
Dari uraian di atas tampak bahwa di luar pembentukan lembaga-lembaga konstitusional
faktor kerancuan koalisi seperti dikemukakan di baru.38
atas, paling kurang ada dua faktor utama lain yang 38
Dalam sejarah ketatanegaraan RI, lembaga-lembaga negara
menyebabkan terbangunnya format koalisi semu yang memegang  ketiga kekuasaan (eksekutif, legislatif,
dan cenderung oportunistik seperti itu. Pertama, yudikatif) pernah disebut sebagai lembaga-lembaga tinggi dan
tertinggi negara, yaitu ketika diatur dalam Ketetapan MPR
skema pemilu yang didahului oleh pemilu RI No. III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan Hubungan
legislatif, sehingga proses pemilu presiden yang Tata-Kerja Lembaga Tertinggi Negara Dengan/Atau Antar
berdampak pada pembentukan koalisi pengusung Lembaga-Lembaga Tinggi Negara. Dalam TAP MPR tersebut,
Presiden, DPR, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah
capres-cawapres yang “didikte” oleh hasil Agung (MA), dan Dewan Pertimbangan Presiden (DPA) disebut
pemilu legislatif. Kedua, rendahnya kualitas dengan lembaga tinggi negara. Ada satu lembaga tertinggi
pelembagaan parpol dan sistem kepartaian dalam negara, yaitu MPR. Setelah mengalami amandemen UUD 1945,
istilah tersebut tidak dikenal lagi. Indonesia hanya mengenal 
rangka memperkuat skema presidensialisme. lembaga negara, baik lembaga negara yang bersifat utama (main
Termasuk di dalamnya, minimnya komitmen state organ, seperti Presiden, DPR, dan MA), maupun lembaga
negara tambahan atau pendukung (auxiliary state organ, seperti

116 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 101–128  


Setelah amandemen UUD 1945 sistem yang individualistik serta bervisi pendek dapat
digunakan dalam hubungan antar lembaga negara diminimalkan. Salah satu contoh dari perubahan
adalah pemisahan kekuasaan berdasarkan prinsip itu adalah dihidupkannya kembali mekanisme
checks and balances. Dalam sistem checks and checks and balances antara eksekutif dan
balances lembaga-lembaga negara ini diakui legislatif. Mekanisme ini diharapkan dapat
sederajat atau setara.39 Tidak ada lembaga negara mengurangi segi destruktif yang mungkin muncul
yang sifatnya superior sebagaimana kedudukan dari sistem tatanan baru sehingga benturan
MPR dulu. Lembaga-lembaga negara seperti kepentingan antara eksekutif dan legislatif dapat
MPR, DPR, DPD, Presiden, BPK, MA dan diminimalkan dan tidak destruktif. Dengan
MK memiliki kedudukan yang sederajat, tidak demikian, diharapkan akan terjadi rasionalitas
ada yang berkedudukan lebih tinggi dari yang politik di Indonesia di mana eksekutif dan
lain. Namun, pada prinsipnya lembaga-lembaga legislatif dapat bersinergi untuk menciptakan
negara saling mengawasi dan mengendalikan satu demokrasi.
sama lain. Inilah inti ajaran checks and balances. Dalam konteks demokratisasi, check
Dalam pandangan Pabottingi (2001) and balance secara teoretis mengarah pada
perubahan konstitusional tersebut merupakan terciptanya demokrasi yang sehat. Indikasinya,
bentuk terjemahan rasionalitas politik tertinggi.40 antara lain, yaitu adanya dinamika politik yang
Namun, penerjemahan rasionalitas politik di berproses secara simultan. Di satu sisi di internal
tataran perubahan konstitusional saja tidak akan badan legislatif mekanisme checks and balances
cukup bila tidak disertai dengan perubahan dilaksanakan secara efektif, di sisi lain tugas
lembaga-lembaga pemerintahan.41 pokok fungsi parlemen juga dilakukan maksimal.
Perubahan konstitusi dan UU selama era Proses yang berlangsung simultan tersebut
reformasi dilakukan dengan harapan bahwa membuat DPR dan DPD memiliki kesetaraan
kepentingan-kepentingan politik sempit dan dalam menjalankan tugasnya, baik sebagai
pengawas kebijakan pemerintah maupun dalam
DPD, Komisi Yudisial, BPK). Ciri yang menonjol dari praktek melaksanakan fungsi legislasi.
ketatanegaraan pada saat itu adalah kuatnya eksekutif atau
dominasi eksekutif (executive heavy), baik dalam hubungannya Tabel 1. menunjukkan pola relasi antara
dengan lembaga legislatif, maupun dengan lembaga yudikatif.  DPR dan DPD. Terciptanya pola-pola hubungan
Lembaga negara yang kedudukan dan kewenangannya setara
39 sebagaimana digambarkan dalam tabel tersebut
menurut UUD 1945 adalah (1) Presiden dan Wakil Presiden, (2) dapat memengaruhi posisi DPR dan DPD sebagai
DPR, (3) DPD, (4). MPR, (5) BPK, (6) MA, (7) KY, (8) MK.
lembaga legislatif. Posisi kedua lembaga yang
40
Dalam tataran teoretis, rasionalitas politik diartikan sebagai tidak setara tersebut akan berpengaruh pula
sebuah cara pandang atau metode berpikir tentang pemerintahan terhadap pola relasi legislatif dan eksekutif.
yang tujuannya untuk menciptakan keamanan politik dan
kemakmuran bagi negara. Rasionalitas politik adalah sebuah Hal ini karena pola relasi yang terbangun
“pemikiran” yang berasumsi bahwa “pemikiran” memainkan akan memunculkan format baru hubungan
peranan penting dalam struktur dan evaluasi kekuasaan di antara DPR, Presiden dan DPD. Partai politik
masyarakat modern. Ilmuwan politik seperti Focoults, misalnya,
menyebut rasionalitas politik sebagai “governmentality”. dan perseorangan adalah sarana sekaligus
Rasionalitas politik mengarahkan tindakan-tindakan yang elemen utama dalam pembentukan legislatif.
dilakukan pemerintah dan menyediakan bahasa yang sama Terbentuknya konfigurasi baru antara DPR dan
antar alat kelengkapan pemerintah dalam proses pembuatan
kebijakan. Rasionalitas politik memiliki definisi yang lebih DPD dalam legislatif dan latar belakang eksekutif
luas dibandingkan dengan doktrin politik atau filosofi politik berpengaruh terhadap pola hubungan eksekutif
karena pemerintahan adalah sesuatu yang kompleks dan oleh dan legislatif. Dengan konfigurasi kekuatan baru
karenanya penggunaan doktrin atau filosofi semata dianggap
tidak cukup. Sebaliknya, rasionalitas politik dipandang tersebut, eksekutif bisa memainkan perimbangan
sebagai sebuah kesatuan political expendiency, kebijakan, kekuatan antara DPR dan DPD, yang sebelumnya
respon terhadap opini publik, doktrin ekonomi dan pengakuan
terhadap hak asasi manusia. Lihat Mochtar Pabottinggi, Lima
didominasi oleh DPR saja. Meskipun pola
Palang Demokrasi, Satu Solusi: Otosentrisitas dan Rasionalitas relasi antara ketiga lembaga tinggi negara ini
dari Sisi Historis Politik Indonesia, makalah disampaikan dinamis dan tak tertutup kemungkinan terjadinya
dalam Seminar “Indonesia Menapak Abad Ke-21” yang
diselenggarakan LIPI, 2001.
deadlock, sekurang-kurangnya ketiganya bisa
41
Ibid.

Pemilu dan Relasi Eksekutif dan Legislatif | Nina Andriana | 117 


saling berperan setara dan tak ada yang digdaya Di tataran demokrasi, keberhasilan
seperti gambaran yang terjadi selama ini. penciptaan akuntabilitas ini pada mulanya
Uraian di atas menegaskan bahwa tegaknya hanya sebatas pada tataran intra-government
sistem checks and balances dimaksudkan sebagai accountability. Pada tahap selanjutnya,
upaya untuk mengelola kekuasaan negara agar akuntabilitas legislatif akan dipersepsikan dan
digunakan untuk kepentingan negara. Adalah jelas diakui oleh masyartakat luas, yang notabene
bahwa penggunaan sistem checks and balances pemberi mandat. Akuntabilitas legislatif ini dapat
dalam kerangka negara demokrasi ditujukan dilihat dari kinerjanya dalam menjalankan fungsi
untuk mengatur penggunaan kekuasaan. Dalam legislasi, anggaran (budgeting) dan pengawasan.
hal ini, kekuasaan negara diserahkan pada tiga Tolok ukurnya, khususnya dapat dilihat dari
lembaga yang berbeda yang masing-masing produk legislasi (berapa banyak UU yang
memiliki kewajiban dan tanggung jawabnya dihasilkan), kontribusinya dalam perencanaan
sendiri. Kekuasaan suatu lembaga dibatasi oleh anggaran, dan efektivitas pengawasan terhadap
kekuatan lembaga yang lain. Oleh karena itu, pemerintah sehingga kebijakan-kebijakan/
makna tanggung jawab dari satu lembaga negara program-program pemerintah betul-betul sesuai
berarti bersedia dan mau dikontrol oleh lembaga dengan kebutuhan rakyat.
lainnya. Keberhasilan mekanisme kontrol
ini akan menciptakan akuntabilitas lembaga
negara secara keseluruhan karena penggunaan
kekuasaan berjalan sebagaimana mestinya.42

Tabel 1. Pola Relasi DPR-DPD


DPR RI
Lemah Kuat
1. Kolusi tersembunyi dan konflik 1. Legislatif dikomando DPR.
Lemah tersembunyi. 2. Legislasi usulan DPD
2. Tidak efektif. diabaikan dan atau tidak
diloloskan.
DPD RI 1. DPD memiliki kewenangan 1. Saling mengimbangi dan
dalam pembahasan dan saling mengawasi. RUU
Kuat persetujuan yang relatif usulan DPD
seimbang. dipertimbangkan.
2. Legislasi terkait daerah 2. Proses legislasi dan
cenderung mengedepan atau pengawasan terhadap
diutamakan. kinerja pemerintah
dijalankan seimbang,
meskipun tak tertutup
kemungkinan munculnya
kompetisi di antara DPR dan
DPD untuk berebut peran.

42
Karl W. Deutch, Politics and Government: How People
Decide Their Fate, (Boston: Houghton Miffin Company,
1970), hlm. 187.

118 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 101–128  


Praktek Sistem Perwakilan yang Rancu Sistem parlemen bikameral di Indonesia
Sebagai konsekuensi logis dipraktekkannya dikategorikan sebagai medium strength
sistem dua kamar (DPR dan DPD), diperlukan bicameralism dengan konstruksi asimetris
nama bagi badan perwakilan yang mencerminkan dan incongruent. Asimetris dalam hal ini bisa
dua unsur perwakilan ini. Sebagai contoh, dibaca bahwa DPD mempunyai kekuasaan
di Amerika Serikat dikenal dengan nama yang subordinat dari kamar pertama (pasal
Congress yang merepresentasikan nama badan 22D Konstitusi hasil amandemen). Disebut
perwakilan yang terdiri dari Senate dan House incongruent karena kamar pertama berbeda
of Representatives. Di kerajaan Belanda wadah dengan kamar kedua. Kamar pertama merupakan
badan perwakilan tersebut dikenal dengan perwakilan dari partai politik, sedangkan kamar
nama “Staten General” yang terdiri dari de kedua merupakan perwakilan teritorial untuk
Earste Kamer (Perwakilan dari Daerah) dan De memilih DPD.45
Tweede Kamer (Perwakilan Seluruh Rakyat). Praktek sistem parlemen bikameral di
Sedangkan di Inggris badan perwakilan itu Indonesia bisa dikategorikan sebagai sistem
disebut Parliament yang terdiri dari House of bikameral lunak (soft bicameral). Karena,
Lords (Perwakilan Golongan) dan House of dalam hal ini kamar kedua (DPD) hanya
Commons (Perwakilan Seluruh Rakyat). Praktik mempunyai hak untuk mengajukan rancangan
sistem bikameral di beberapa negara tersebut undang-undang, tetapi tidak mempunyai hak
menggambarkan kekhasan masing-masing untuk memveto atau menolak RUU tersebut.
negara dalam menjalankan sistem ini tanpa Kasus Indonesia menunjukkan kasus yang
menimbulkan kerancuan wewenang yang aneh. Lembaga  perwakilan dirancang menjadi
dimilikinya sehingga memunculkan konflik sistem bikameral (dua kamar), namun tidak
kelembagaan di internal institusi legislatif.43 mencerminkan sistem dua kamar dalam konsep
Tampaknya nama yang diinginkan untuk perwakilan. MPR mempunyai anggota dan
badan perwakilan dua kamar di Indonesia lingkungan wewenang sendiri, demikian pula
adalah tetap menggunakan nama “Majelis DPD dan DPR. Pengaturan sistem semacam
Permusyawaratan Rakyat” (MPR). Oleh karena ini bukanlah sistem dua kamar, tetapi lebih
itu, konsekuensinya MPR tidak lagi menjadi suatu mengarah pada sistem tiga kamar karena adanya
lingkungan jabatan tersendiri yang mempunyai perwakilan yang mandiri (DPR, DPD, MPR).
wewenang sendiri. Karena wewenang MPR yang Dengan jumlah keanggotaan, kewenangan dan
baru sudah melekat pada wewenang DPR dan kedudukan yang tidak setara antara DPR dan
DPD. Akan tetapi kalau melihat ketentuan Pasal DPD, hal ini dapat dikatakan bahwa sistem yang
2 (1) dan pasal 3 (1,2,3) UUD 1945 sebelum dianut adalah sistem bikameral lunak atau (soft
amandemen, hanya ada dua badan perwakilan bicameral). Sebaliknya, bila kedudukan legislasi
tingkat pusat yang terpisah. Sekarang dengan antara kedua lembaga tersebut setara disebut
hadirnya DPD, ada tiga badan perwakilan. strong bicameral.
Menurut Asshidiqie (2002), meskipun ada Kerancuan sistem parlemen yang
beberapa perubahan terhadap MPR, lembaga dipraktekkan di Indonesia Juga bisa dilihat
ini secara original mempunyai wewenangnya dari UU No. 27 Tahun 2009 tentang MD3
sendiri di luar wewenang DPR dan DPD. Oleh yang cenderung ambigu. Di satu sisi hendak
karena itu, menurutnya MPR masih tetap dapat mempraktekkan sistem bikameral dengan
mempertahankan namanya untuk menyebut nama ditopang oleh DPR dan DPD, sedangkan di sisi
rumah bagi parlemen yang terdiri dari dua kamar lain masih melanggengkan MPR sebagai lembaga
tersebut.44 yang permanen dengan kepemimpinan yang
permanen pula.
43
Bagir Manan, DPR, DPD, dan MPR dalam UUD 1945 baru, Hal tersebut menunjukkan dengan jelas
(Yogyakarta: FH U I I Press, 2003), hlm. 54.
bahwa Indonesia masih gamang dengan
44
Jimly Asshidiqie, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah reformasi sistem parlemen yang berlangsung di
Perubahan Keempat, (Jakarta: Pusat  Studi HTN Fakultas
Hukum UI, 2002), hlm. 162. 45
Lijphart, 1999, op.cit.

Pemilu dan Relasi Eksekutif dan Legislatif | Nina Andriana | 119 


era reformasi sekarang ini. Masalahnya adalah termasuk penyampaian nota keuangan dan
konsep atau desain ketatanegaraan seperti RAPBN.
apa yang akan diaplikasikan sehingga format, Untuk mengatasi isu efisiensi dan efektivitas
arah dan tujuan yang ingin dicapai melalui kinerja parlemen dan mewujudkan sistem
amandemen konstitusi menjadi lebih jelas. bikameral, perlu dilakukan penggabungan
Sebab, kegagalan dalam melakukan hal tersebut sekretariat jenderal MPR, DPR dan DPD. Selain
akan berdampak negatif terhadap efisiensi itu, agar MPR bisa melaksanakan tugasnya
dan efektivitas parlemen dan memunculkan dengan baik dalam amandemen konstitusi,
kerancuan sistem perwakilan di Indonesia. lembaga ini perlu dibantu Komisi Konstitusi.
Masalah kerancuan posisi dan peran MPR
tersebut dalam ketatanegaraan RI harus dibenahi 4. Relasi Eksekutif-Legislatif
dengan menekankan beberapa hal seperti,
Salah satu hasil Amandemen UUD 1945 lainnya
pertama, bagaimana membenahi rangkap jabatan
adalah perbaikan dalam format relasi hubungan
permanen sebagai anggota DPR dan sekaligus
Presiden-DPR. Dalam menata demokrasi di
anggota MPR, atau anggota DPD dan sekaligus
Indonesia, kita tentunya tidak dapat begitu saja
anggota MPR. Kedua, sifat permanen MPR yang
menggunakan kerangka yang ada di negara
diperkuat dengan eksisnya sekretariat jenderal
Barat sepenuhnya. Dengan kata lain, demokrasi
tersendiri karena MPR merupakan institusi ketiga
Indonesia tidak dapat dirajut melalui cara berpikir
dalam struktur parlemen, selain DPR dan DPD.
Barat. Sebagai contoh, meski sebagian besar
Adalah jelas bahwa dalam sistem negara demokrasi di dunia memilih menerapkan
pemerintahan yang demokratis, diperlukan sistem parlementer, Indonesia, karena pengalaman
mekanisme checks and balances antara lembaga penerapan demokrasi parlementer dengan sistem
eksekutif dan legislatif. Sistem bikameral yang multipartai pada era 1940an-1950an yang marak
dianut sejak 2004 dinilai tepat. Namun, perlu dengan ketidakstabilan politik, tetap memilih
ada penguatan fungsi dan peran DPD. Ini untuk menggunakan sistem presidensial dengan
dimaksudkan agar MPR bisa berfungsi sebagai multipartai. Dalam kasus di Indonesia, sistem
majelis nasional yang anggotanya berasal dari presidensial lebih menghasilkan pemerintahan
DPR dan DPD. Keberadaan model ini bisa yang stabil ketimbang sistem parlementer.
memperkuat efektivitas sistem pemerintahan
presidensial.
Format Relasi Hubungan Presiden-DPR
Sebagai konsekuensinya pimpinan MPR
Hasil Amandemen UUD 1945
tidak bersifat permanen tapi adhoc karena
dibentuk untuk memimpin sidang gabungan Namun, berbekal pengalaman menerapkan
antara DPR dan DPD. Untuk menjaga agar kedua sistem presidensial berbasis UUD 1945 asli
lembaga tersebut relatif berimbang (balance), yang melahirkan pemerintahan yang sarat
jabatan pimpinan MPR dipegang secara bergiliran eksekutif menjurus pada sistem otoriter pada
antara pimpinan DPR dan pimpinan DPD dalam era Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto,
setiap masa sidang. Dalam kaitan ini, posisi MPR tidaklah mengherankan jika para anggota DPR
lebih sebagai joint session antara kedua lembaga hasil Pemilu 1999 berupaya untuk mengubah
tersebut untuk melaksanakan beberapa tugas UUD 1945 agar sesuai dengan format politik
utama seperti: (a) membahas dan mengubah baru di era reformasi. Kesepakatan utama yang
UUD; (b) melantik presiden dan wakil presiden; dipegang oleh para anggota MPR (DPR hasil
(c) memberhentikan presiden dan wakil presiden Pemilu 1999 ditambah dengan utusan golongan
sesuai pasal 7B UUD NRI 1945; (d) memilih non-ABRI, Utusan TNI/Polri, Utusan Daerah)
presiden dan wakil presiden untuk menggantikan ialah Negara Kesatuan tetap dipertahankan,
presiden dan wakil presiden yang berhalangan Pembukaan UUD 1945 tidak diubah, perubahan
tetap; dan (d) mendengarkan pidato kenegaraan pasal hanya bersifat adendum (tambahan pasal)
tahunan presiden pada setiap tanggal 16 Agustus, dan bukan amandemen (perubahan menyeluruh).
Namun, ternyata perubahan UUD 1945 dalam

120 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 101–128  


tiga kali masa sidang bukanlah adendum mengherankan jika anggota MPR RI hasil Pemilu
melainkan amandemen yang kemudian dikenal 1999 ditambah dengan mereka yang tidak dipilih
sebagai Amandemen Pertama, Kedua, Ketiga melainkan diangkat yaitu Utusan Golongan
dan Keempat. (termasuk Fraksi TNI dan Polri) dan Utusan
Format relasi yang tadinya hanya ingin Daerah mengamandemen konstitusi atas dasar
membangun checks and balances antara eksekutif pertarungan kekuasaan di dalam MPR sendiri
dan legislatif, ternyata malah membangun format yang menginginkan ditambahnya kekuasaan
baru relasi presiden-DPR yang sarat legislatif legislatif dan dikuranginya kekuasaan presiden.
(legislative heavy). Formula di dalam UUD 1945 Amandemen pertama yang disetujui MPR
sendiri sesungguhnya mengandung kelemahan RI pada 19 Oktober 1999 terkait dengan
karena amendemen dilakukan oleh MPR RI pengurangan peran legislatif presiden untuk
sendiri tanpa mengikutsertakan Presiden dan juga hanya mengajukan Rancangan Undang-Undang
rakyat melalui referendum. Seperti termaktub di (RUU) untuk dibahas bersama DPR dan tidak lagi
dalam Pasal 37 UUD 1945, referendum dapat membahas RUU tersebut.48 Hasil pembahasan
dilakukan oleh MPR jika Sidang Paripurna MPR di DPR atas RUU yang sudah menjadi Undang-
dihadiri oleh paling sedikit dua pertiga anggota undang memang memerlukan pengesahan
MPR dan disetujui oleh paling sedikit dua pertiga Presiden. Amandemen pertama juga membatasi
dari yang hadir tersebut. Formula bahwa hanya masa jabatan presiden dan wakil presiden selama
MPR yang dapat mengubah pasal-pasal di dalam lima tahun dan setelah itu hanya dapat dipilih
konstitusi tanpa mengikutsertakan Presiden kembali untuk satu kali masa jabatan.49
dan rakyat tetap ada di dalam Pasal 37 hasil Pengurangan otoritas Presiden juga
referendum ke-empat, walaupun persyaratannya terjadi pada pengangkatan duta dan konsul
lebih dipermudah. 46 Ini berarti MPR yang dan dalam menerima penempatan duta negara
sudah memberikan mandat kepada kelompok lain yang harus memerhatikan pertimbangan
kerja untuk mengamandemen konstitusi tidak DPR 50. Dalam bidang hukum kewenangan
menggunakan Draf Amandemen Konstitusi yang presiden juga dikurangi yaitu pemberian grasi
sudah dipersiapkan kelompok kerja ini pada dan rehabilitasi yang harus memerhatikan
1999-2000 yang antara lain membuat formula pertimbangan Mahkamah Agung51, sedangkan
amandemen konstitusi yang harus disetujui tiga dalam memberikan amnesti dan abolisi perlu
perempat anggota MPR dan dalam hal yang memerhatikan pertimbangan DPR52. Presiden
terkait dengan integrasi nasional Indonesia juga harus mengikuti aturan UU dalam memberi
harus disetujui oleh sedikitnya lima puluh gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan53.
persen rakyat melalui referendum.47 Tidaklah
Jika kewenangan presiden dikurang,
46
Lihat Pasal 37 UUD 1945. Pada pasal 37 Undang- sebaliknya kewenangan DPR semakin bertambah.
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 amandemen Pasal 20 dan pasal 21 adalah penambahan atas
konstitusi juga tidak mengikutsertakan Presiden dan tidak
juga memerlukan referendum. Pasal 37 UUDNRI 1945 hasil
hak legislasi DPR dalam pembuatan UU. Pasal
amandemen keempat hanya menyebutkan pada ayat (1)
perubahan pasal diajukan oleh sekurang-kurangnya sepertiga
kerja amandemen konstitusi yang dikeluarkan pada 18 Agustus
anggota MPR; perubahan pasal diajukan secara tertulis, bagian
2000. Mengenai Draf Amandemen, lihat Materi Rancangan
pasal mana yang akan diubah berikut alasannya (ayat 2); untuk
Perubahan Undang-Undang Dasar Hasil Badan Pekerja MPR
mengubah pasal-pasal tersebut harus melalui Sidang MPR yang
Tahun 1999-2000 dalam Drs. Marsono, UUD 1945 Sebelum dan
dihadiri sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota
Sesudah Amandemen, (Jakarta: Djambatan), hlm. 83.
MPR (ayat 3); putusan untuk mengubah harus disetujui oleh
sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu dari 48
Pasal 5 ayat (1)
selurih anggota MPR (ayat 4); Khusus mengenai bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan 49
Pasal 7.
perubahan (ayat 5).
50
Pasal 13 ayat (2) dan ayat (3)
47
Lihat, Gary F. Bell, “Division of Powers between the
Executive and Parliament: Comparative Perspectives”. 51
Pasal 14 ayat (1).
Report of a conference on Continuing Dialogues towards
Constitutional Reform in Indonesia International IDEA, 52
Pasal 14 ayat (2).
(Jakarta: International IDEA, Oktober 2001), hlm. 75; TAP/
MPR-RI/IX/2000 tentang pemberian mandat kepada kelompok 53
Pasal 15.

Pemilu dan Relasi Eksekutif dan Legislatif | Nina Andriana | 121 


20A merupakan peningkatan fungsi-fungsi DPR paket calon Presiden dan Wakil Presiden yang
dalam fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan diajukan oleh partai politik atau gabungan partai
fungsi pengawasan. politik yang paket calon Presiden dan Wakil
Pada Amandemen II peran legislasi Presiden Presidennya meraih suara terbanyak pertama
juga dikurangi melalui pasal 20 ayat (5) UUD dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai
NRI 1945, yaitu apabila dalam 30 hari UU yang habis masa jabatannya selambat-lambatnya
sudah dibahas di DPR tidak disahkan Presiden, dalam waktu tiga puluh hari.
UU tersebut secara otomatis berlaku. Ini berarti Pada Amandemen III ini terjadi suatu titik
menghilangkan hak veto presiden atas UU hasil krusial yang menentukan perjalanan bangsa ke
bahasan DPR seperti yang berlaku di Amerika depan di mana Presiden tidak lagi dipilih oleh
Serikat. Amandemen II juga memberikan hak MPR melainkan langsung oleh rakyat (Pasal 6A),
interpelasi, hak angket dan hak menyatakan dihilangkannya persyaratan Indonesia asli untuk
pendapat bagi DPR. 54 Hak presiden untuk, menjadi calon presiden dan wakil presiden (Pasal
dalam kegentingan yang memaksa, menetapkan 6 ayat (1)) dan adanya pembatasan masa jabatan
peraturan pemerintah sebagai pengganti UU juga Presiden dan Wakil Presiden (Pasal 7). Satu sisi
dibatasi melalui Pasal 22A yaitu ketentuan lebih yang menarik, seorang presiden/wakil presiden
lanjut tentang tata cara pembentukan UU diatur juga dapat diberhentikan oleh MPR walaupun
dengan UU. persyaratan untuk itu tidak mudah melainkan
Satu sisi yang menarik, pada Amandemen III melalui proses yang panjang di DPR, Mahkamah
dan IV, MPR mengurangi kewenangannya sendiri Konstitusi dan MPR (Pasal 7A dan 7B dengan
yang dulu sebagai Lembaga Tertinggi Negara yang ayat-ayatnya). Pasal 8 juga memberikan aturan
menjalankan kedaulatan rakyat, kini kedaulatan peralihan wewenang jika presiden mangkat
rakyat dilaksanakan sesuai dengan UU (Pasal atau diberhentikan, terdapat kekosongan wakil
2). MPR tidak lagi memiliki wewenang untuk presiden, dan apabila presiden dan wakil presiden
membuat Garis-Garis Besar Haluan Negara dan mangkat, berhenti atau diberhentikan, atau tidak
memilih presiden seperti masa lalu, melainkan dapat melakukan kewajibannya dalam waktu
hanya mengubah dan menetapkan UUD (Pasal yang bersamaan. Hal yang penting lainnya,
3 ayat (1)), melantik presiden dan wakil presiden dalam relasi Presiden-DPR, Presiden tidak dapat
berdasarkan hasil pemilihan umum dalam sidang membekukan dan/atau membubarkan DPR (Pasal
paripurna MPR (ayat 2), memberhentikan 7C).
presiden dan wakil presiden dalam masa Amandemen III juga terkait dengan
jabatannya menurut UUD (ayat 3); memutuskan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan
usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Kekuasaan Kehakiman. Pada Bab VIIA Badan
Konstitusi untuk memberhentikan Presiden dan/ Pemeriksa Keuangan, Pasal 23E ayat (1)
atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menyebutkan “untuk memeriksa pengelolaan
setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi dan tanggungjawab tentang keuangan negara
kesempatan untuk menyampaikan penjelasan di diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan
dalam Sidang Paripurna MPR; Melantik Wakil yang bebas dan mandiri.” BPK yang bebas dan
Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mandiri itu untuk mengurangi atau meniadakan
mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak intervensi politik baik oleh Presiden maupun
dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa DPR dalam melakukan pemeriksaan keuangan
jabatannya; memilih Wakil Presiden dari dua negara. Hasil pemeriksaannya harus diserahkan
calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kepada DPR, DPRD dan DPD (ayat 2) dan
kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/
jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu atau badan sesuai dengan undang-undang (ayat
enam puluh hari; memilih Presiden dan Wakil 3). Pemilihan anggota BPK dilakukan oleh DPR
Presiden apabila keduanya berhenti secara dengan memerhatikan pertimbangan DPD dan
bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua diresmikan oleh presiden. Ini berarti Presiden
54
Pasal 20A ayat (2).

122 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 101–128  


hanya mengesahkan hasil pilihan DPR yang format politik lama. Kekuasaan kehakiman
sudah dipertimbangkan DPR tersebut.55 presiden juga dikurangi dengan diperlukannya
Pada kekuasaan kehakiman bukan hanya pertimbangan DPR dan Mahkamah Agung serta
mengatur mengenai Mahkamah Agung semata dibentuknya Mahkamah Konstitusi dan Komisi
(Pasal 24 dan Pasal 24A), melainkan juga Komisi Yudisial. Hal penting lainnya, seorang presiden
Yudisial (Pasal 23B) dan Mahkamah Konstitusi tidak memiliki hak untuk membekukan atau
(Pasal 24C). Dibentuknya Komisi Yudisial dan membubarkan parlemen seperti yang terjadi
Mahkamah Konstitusi adalah upaya agar keadilan pada era demokrasi parlementer atau pun era
di negeri ini dapat berjalan secara independen, presidensial sebelumnya.
tanpa kompromi atas dasar integritas para hakim Hal lain yang penting, jika pada format
agung dan hakim konstitusi. Pengaturan ini lama MPR adalah lembaga tunggal yang berhak
bukan saja untuk membangun sistem baru check melakukan amandemen konstitusi seperti
and balances antara eksekutif dan yudikatif, termaktub pada Pasal 37 UUD 1945, pada
melainkan juga sebagai wahana membangun format yang baru, walaupun persyaratan untuk
sistem peradilan yang mampu menopang itu sudah mengalami perubahan, MPR tetap tidak
berjalannya demokrasi substansial di negeri ini. memberikan ruang kepada presiden dan rakyat
Melalui amandemen UUD 1945 menjadi untuk ikut serta aktif dalam proses amandemen
UUD NRI 1945 kini terdapat 6 lembaga tinggi pasal-pasal dalam konstitusi negara.
negara yaitu MPR, Presiden, DPR, DPD, Seperti dikemukakan di atas, format
Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. sistem presidensial yang dipadu dengan sistem
multipartai memang menimbulkan persoalan
Praktik Relasi Presiden-DPR tersendiri dalam praktik relasi Presiden-DPR.
PascaAmandemen Konstitusi Tidak seperti pada sistem parlementer di mana
Pada format politik menurut UUD 1945 tampak semua anggota kabinet adalah juga anggota
jelas betapa para pendiri bangsa kita ingin DPR dan penentuan koalisi ditentukan setelah
membangun suatu sistem politik yang khas pemilu berlangsung, pada sistem presidensial
Indonesia dengan menempatkan MPR bagai anggota kabinet bukan anggota DPR. Penentuan
lembaga tertinggi negara pemegang kedaulatan koalisi juga dilakukan sebelum pemilu presiden
rakyat, pembentuk GBHN dan memilih Presiden dilakukan. Jika pada sistem parlementer baik
dan Wakil Presiden. Format ini berubah total partai maupun anggota DPR terikat pada aturan
setelah dilakukannya empat kali amandemen koalisi yang mengharuskan anggota koalisi
konstitusi atas UUD 1945 menjadi UUD (partai atau individu) wajib mendukung kebijakan
NRI 1945 sejak 1999 sampai dengan 2002. apa pun yang dibuat pemerintahan koalisi, pada
Perubahan mendasar lainnya, jika pada UUD sistem presidensial anggota DPR tidak merasa
1945 sistem presidensial amat syarat eksekutif, memiliki kewajiban untuk mendukung kebijakan
pada perubahan format baru tampak jelas pemerintah karena yang berkoalisi adalah calon
betapa sistem politik amat syarat legislatif dan presiden dan partai-partai pembentuk koalisi,
terjadinya checks and balances bukan hanya bukan antara semua anggota partai dengan
antara eksekutif dan legislatif, melainkan juga capres. Tidaklah mengherankan jika pada sistem
antara eksekutif dan yudikatif. presidensial di Indonesia pun seringkali terjadi
riak gelombang konflik antara presiden dan DPR,
Amandemen UUD 1945 dilakukan agar
khususnya antara Presiden dan anggota partai
berjalannya sistem presidensial tidak lagi
koalisinya sendiri.
dimonopoli oleh seorang Presiden seperti pada
era Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto. Namun satu sisi yang menarik, berdasar
DPR memiliki fungsi dan peran legislasi, atas pengalaman diberhentikannya Presiden
keuangan, dan pengawasan yang lebih besar Abdurahman Wahid oleh MPR pada Juli 2001,
pada era reformasi dibandingkan dengan MPR dalam amandemen III membuat aturan
melalui Pasal 7A dan terlebih lagi Pasal 7B yang
mempersulit diberhentikannya seorang presiden
55
Pasal 23F ayat (1).

Pemilu dan Relasi Eksekutif dan Legislatif | Nina Andriana | 123 


oleh MPR. Presiden Abdurahman Wahid terpilih TNI, Kapolri atau Gubernur Bank Indonesia
menjadi presiden pada 1999 melalui Sidang agar tidak terjadi lagi penolakan lagi oleh DPR
Paripurna MPR dan belum dipilih langsung seperti kasus-kasus sebelumnya. Selain itu, ada
oleh rakyat. Ia didukung oleh kelompok Poros beberapa orang calon duta besar RI yang hasil uji
Tengah gabungan partai-partai Islam dan Golkar kelayakannya oleh DPR mengalami masa sulit
ditambah dengan Utusan Golongan dan Fraksi akhirnya dilantik menjadi Dubes oleh Presiden
TNI/Polri. Adalah Poros Tengah plus pula yang SBY adalah contoh lain dari kekisruhan ini.
kemudian menggulingkan Presiden Abdurahman Adanya pertimbangan DPR dalam pengajuan
Wahid karena terjadinya konflik yang amat tajam calon Panglima TNI, Kapolri atau Gubernur
antara Presiden dan DPR mengenai berbagai Bank Indonesia pada awalnya ditujukan agar
soal dari soal kebijakan mengenai Papua, soal presiden tidak lagi menjadi penentu tunggal
pemberhentian Panglima ABRI, Kisruh dalam jabatan-jabatan penting tersebut. Namun,
penentuan jabatan Kapolri, dan juga dugaan dalam praktiknya, politisasi di DPR-RI menjadi
bahwa presiden akan membubarkan parlemen. penyebab dari pencalonan tunggal oleh presiden.
Format baru relasi Presiden-DPR yang Dalam hal proses legislasi di DPR-RI,
syarat legislatif bukan hanya ditopang oleh konflik antara eksekutif dan legislatif biasanya
Undang-Undang Dasar Negara Republik 1945, terjadi pada proses pengajuan Rancangan
melainkan juga oleh berbagai undang-undang Undang-Undang (RUU) sebelum RUU tersebut
yang mensyaratkan DPR untuk memberi dibahas bersama antara Presiden dan DPR.
pertimbangan dan/atau mengusulkan nama- Contoh kecil dari RUU yang dikembalikan
nama pejabat negara yang akan dilantik oleh DPR antara lain ialah RUU Rahasia Negara
Presiden. Contohnya, calon-calon Panglima yang dianggap dapat memberangus demokrasi,
TNI, Kapolri, anggota Komnas HAM, Hakim penegakan HAM dan pemberdayaan masyarakat
Agung, Hakim Konstitusi, Gubernur Bank serta berpotensi mengancam penyelenggaraan
Indonesia, Duta Besar RI, Deputi Senior Bank pemerintahan yang transparan dan akuntabel58.
Indonesia, Badan Pemeriksa Keuangan harus RUU Keamanan Negara dan RUU Komponen
melalui uji kelayakan di DPR-RI. Ini menegaskan Cadangan yang diajukan oleh pemerintah ke
betapa peran eksekutif DPR semakin besar pada DPR juga dikembalikan oleh DPR kepada
era reformasi ini. Dalam beberapa kasus ini pemerintah untuk diperbaiki. Namun, RUU
menimbulkan konflik dengan Presiden, seperti Keamanan Negara sampai kini belum jelas karena
yang terjadi pada penentuan Panglima TNI, belum dikembalikan pemerintah kepada DPR,
Duta Besar RI, dan Gubernur Bank Indonesia. sedangkan RUU Komponen Cadangan masih
Kasus diajukannya Jenderal Ryamizard Ryacudu dalam taraf perbaikan di Kementerian Pertahanan.
sebagai panglima TNI pengganti Jenderal DPR juga pernah menolak meratifikasi perjanjian
Endiartono Sutanto pada era peralihan dari kerjasama pertahanan (Defence Cooperation
Presiden Megawati Soekarnoputri ke era Presiden Agreement) antara RI-Singapura yang sudah
Susilo Bambang Yudhoyono adalah contoh ditandatangani Presiden SBY dan PM Lee Sien
kekisruhan dalam penentuan jabatan Panglima Loong. Alasan DPR, DCA merugikan Indonesia
TNI56. Kasus ditolaknya Agus Martowardoyo dan tidak ada itikat baik Singapura untuk
dan Raden Pardede sebagai calon gubernur menerapkan Perjanjian Ekstradisi Indonesia-
Bank Indonesia usulan Presiden Susilo Bambang Singapura sebagai syarat penerapan DCA
Yudhoyono oleh DPR pada pertengahan Februari Indonesia-Singapura. Pemerintah akhirnya
2008 adalah contoh lain dari konflik antara sepakat dengan DPR soal tersebut.
Presiden dan DPR57. Tidaklah mengherankan
Dari sisi hak pengawasan oleh Dewan,
jika pada kesempatan berikutnya Presiden SBY
tidak sedikit usulan penggunaan hak interpelasi
hanya mengajukan satu nama calon Panglima
diajukan oleh anggota DPR. Namun, pada
periode pertama pemerintahan Susilo Bambang
“Presiden tak Izinkan Ryamizard ke DPR,” Kompas, 5
56

November 2004.
58
“DPR Kembalikan RUU Rahasia Negara,” Kompas, 29 Mei
57
“DPR Tolak Agus dan Pardede,” Kompas, 13 Maret 2008. 2008.

124 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 101–128  


Yudhoyono, dari 14 usulan interpelasi hanya dasar laut di Blok Cepu. Dua usulan itu kandas di
empat usulan yang lolos di Sidang Paripurna DPR DPR dan tidak lolos di dalam Sidang Paripurna
yaitu interpelasi busung lapar dan penyakit polio DPR. Usulan Hak Angket dan Hak Interpelasi
(2005), interpelasi terhadap kebijakan pemerintah DPR soal kenaikan harga BBM pada 2005 dan
mendukung Resolusi Dewan Keamanan PBB 2008, akhirnya hanya Hak Angket yang lolos dan
tentang kasus nuklir Iran (2007), interpelasi didukung oleh 233 orang mendukung, dan 127
atas penyelesaian kasus KLBI/BLBI (2007), anggota lainnya menolak. Menariknya, mereka
dan interpelasi terhadap kebijakan antisipatif yang mendukung bukan hanya dari kalangan
pemerintah akibat kenaikan harga BBM (2008). oposisi (PDI-P, Gerindra dan Hanura) melainkan
Dari empat interpelasi tersebut, hanya interpelasi juga berasal dari partai pendukung pemerintah
mengenai kenaikan harga BBM yang berjalan seperti PKS, PPP, PAN dan PKB sementara PD
mulus tanpa hingar bingar di DPR, walau Presiden dan PG menolak.
SBY hanya mengirim Menteri Keuangan Sri Dari gambaran di atas tampak jelas betapa
Mulyani Indrawati sebagai wakil pemerintah para anggota partai koalisi pendukung pemerintah
yang memberikan penjelasan kepada DPR. Tiga mengambil jalannya sendiri dan tidak memiliki
lainnya, walau pun menimbulkan kegaduhan rasa memiliki atau senasib sepenanggungan
di DPR pada sidang-sidangnya, akhirnya terhadap pemerintahan tempat mereka berkoalisi.
menguap karena adanya kasus-kasus baru yang Itu sebabnya mengapa tidak ada jaminan bahwa
menimbulkan pengusulan hak interpelasi atau partai anggota koalisi pendukung pemerintah
hak angket yang baru pula, seperti persoalan akan senantiasa mendukung kebijakan atau posisi
semburan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo, pemerintah di parlemen. Ini berbeda dengan
Jawa Timur. sistem parlementer yang anggota parlemen dari
Pada pemerintahan Presiden SBY kedua partai koalisi akan selalu mendukung kebijakan
(2009-2014) hiruk pikuk di DPR terkait dua pemerintah, kecuali bila mereka mendapatkan
hal, pertama kasus bailout Bank Century yang tawaran lebih baik dalam koalisi yang baru
muncul pada 2008 dan mulai diramaikan DPR sehingga mereka mendukung kelompok oposisi
sejak 2009 dan kasus masalah Pajak. Pada yang melakukan mosi tidak percaya terhadap
kasus pertama, DPR akhirnya sampai pada hak perdana menteri yang sedang berkuasa.
interpelasi bahkan membentuk Tim Pengawas
DPR soal Bailout Bank Century, sedangkan Penutup: Penataan ke Depan
kasus pajak menguap di persidangan. Suatu hal
Penyempurnaan presidensialisme memerlukan
yang menarik, kasus Bank Century hingga kini
peninjauan kembali format sistem perwakilan,
belum selesai baik pada tataran hukum di Komisi
skema penyelenggaraan dan sistem pemilu,
Pemberantasan Korupsi (KPK) maupun pada
serta sistem kepartaian. Dalam konteks skema
tataran politik di DPR. DPR hingga tulisan ini
penyelenggaraan dan sistem pemilu, penataan
dibuat, Desember 2013, masih berupaya untuk
tak hanya terkait urgensi penyelenggaraan secara
mendapatkan penjelasan dari Wakil Presiden
simultan antara pemilu legislatif dan pemilu
Boediono yang pada saat kasus Bank Century
presiden, melainkan juga penataan kembali
terjadi menduduki jabatan sebagai Gubernur
format pilpres itu sendiri. Seperti dikemukakan
Bank Indonesia. KPK sendiri sudah melakukan
di muka, sistem pilpres dewasa ini bukan hanya
wawancara terhadap Menteri Keuangan saat itu
tidak menjanjikan munculnya kandidat presiden
Sri Mulyani Indrawati di Washington D.C dan
yang memiliki kompetensi dan kapabilitas, tetapi
terhadap Wakil Presiden Boediono di Kantor
juga cenderung mendistorsikan obsesi penguatan
Wakil Presiden akhir November 2013.
presidensialisme sebagai diamanatkan oleh
Selain hak interpelasi, usulan hak angket konstitusi hasil amandemen.
juga pernah dilakukan DPR dalam kasus-kasus
Dalam konteks UU Pilpres, perlu ditata
kebijakan impor beras, dan kebijakan pengelolaan
ulang mekanisme dan persyaratan pasangan calon
Blok Cepu yang menunjuk ExxonMobil sebagai
presiden/wakil presiden. Format pilpres yang
operator utama pengelolaan sumber minyak bumi
berlaku dewasa ini cenderung menihilkan urgensi

Pemilu dan Relasi Eksekutif dan Legislatif | Nina Andriana | 125 


kompetisi internal parpol dalam seleksi capres parpol dan sistem kepartaian, koalisi permanen
atas dasar kompetensi dan kapabilitas calon meniscayakan perubahan skema pemilu. Dalam
yang akhirnya berdampak pada relatif rendahnya konteks parpol, pelembagaan tidak hanya terkait
kualitas kandidat yang dapat disediakan oleh kebutuhan akan seleksi kepemimpinan secara
parpol menjelang pilpres. Dalam kaitan ini, UU sistemik dan institusional, melainkan penegakan
Pilpres mestinya tidak sekadar memfasilitasi para prinsip-prinsip demokrasi internal parpol itu
pimpinan/ketua umum parpol menjadi capres, sendiri. Di sisi lain, penataan sistem kepartaian
tapi juga hendaknya membuka peluang sebesar- semestinya mengarah pada terbentuknya sistem
besarnya bagi tokoh terbaik dari luar parpol. multipartai sederhana, dalam arti terbatas
Jika tidak, maka yang berlangsung akhirnya secara jumlah, dan kompetitif secara ideologis.
tak lebih dari pergantian kekuasaan presiden Apabila perubahan sistem pemilu yang mengarah
secara lima tahunan tanpa perbaikan signifikan pada model campuran menjadi pilihan ke
bagi kehidupan bangsa kita. Dalam kaitan ini, depan (mengambil unsur-unsur positif sistem
perlu dilembagakan mekanisme pemilihan proporporsional dan sistem pluralitas-mayoritas
pendahuluan internal parpol bagi pasangan calon atau distrik)59, maka penyederhanaan sistem
presiden/wakil presiden. Untuk meminimalkan kepartaian yang menjadi tuntutan dan kebutuhan
potensi munculnya pasangan presiden/wakil skema presidensial menjadi lebih mudah.
presiden yang semata-mata populer secara publik Sementara itu, dalam konteks pemilu,
namun belum tentu capable, perlu dilembagakan selain urgensi penyempurnaan format Pilpres
mekanisme pemilihan pendahuluan -semacam seperti dikemukakan sebelumnya, diperlukan
konvensi atau sejenisnya- bagi pasangan kandidat penataan kembali skema penyelenggaraan pemilu
yang diajukan oleh parpol atau gabungan parpol. menuju model penyelenggaraan pemilu secara
Mekanisme pemilihan pendahuluan diwajibkan simultan/serentak antara pemilu presiden dan
bagi setiap parpol/gabungan parpol dan diatur pemilu legislatif, khususnya legislatif nasional.
dalam UU Pilpres agar setiap parpol melakukan Penataan tersebut mengarah pada dua skema
seleksi capres secara sungguh-sungguh dan pemilu, yakni pemilu nasional (untuk memilih
berorientasi kepada kepentingan dan masa depan Presiden/Wapres, DPR dan DPD) dan pemilu
bangsa kita. lokal/daerah (untuk memilih anggota DPRD
Pelembagaan koalisi atas dasar platform dan kepala-kepala daerah, baik kabupaten/kota
politik yang bersifat permanen adalah agenda maupun provinsi) dengan jeda waktu 2,5 tahun
berikut yang tak kalah penting. Meskipun didahului pemilu nasional. Sekurang-kurangnya
koalisi hanya lazim dikenal dalam konteks keserentakan pemilu perlu dilakukan dalam
demokrasi parlementer, namun dalam skema penyelenggaraan pemilu presiden/wapres dan
sistem presidensial berbasis multipartai koalisi pemilu legislatif, agar pencalonan presiden tidak
merupakan kebutuhan yang tak terelakkan harus terpenjara hasil pemilu DPR, karena dalam
karena hampir selalu muncul potensi terpilihnya skema presidensial, Presiden dan DPR adalah dua
“presiden minoritas”, yakni presiden dengan basis institusi terpisah yang tidak dapat meniadakan
politik minoritas di parlemen. Kendati demikian, satu sama lain.
koalisi politik tersebut semestinya bukan koalisi 59
Penyempurnaan sistem pemilu menuju suatu formula
semu dengan kontrak politik longgar dalam sistem campuran yang memungkinkan aspek representatif di
rangka pembagian kekuasaan (khususnya satu pihak, dan aspek akuntabilitas di pihak lain, terpenuhi.
kabinet) belaka, melainkan diperlukan koalisi Eksperimen sistem perwakilan proporsional dengan daftar
semi-terbuka (2004) dan sepenuhnya terbuka (2009), ternyata
permanen melalui kontrak politik yang bersifat gagal meningkatkan aspek kualitas akuntabilitas wakil. Itu
publik (melalui KPU) dan bersifat notariat agar artinya, di masa depan perlu dipertimbangkan pemberlakuan
parpol koalisi mendukung presiden terpilih untuk sistem perwakilan proporsional dengan daftar tertutup yang
dikombinasikan dengan sistem pluralitas-mayoritas khususnya
jangka waktu lima tahun masa jabatannya. varian first past the post (FPTP) dengan Dapil berwakil
Format koalisi ideal yang bersifat permanen tunggal. Proporsionalitas kombinasi atau percampurannya
tentu bisa didiskusikan. Studi tentang ini dilakukan juga oleh
tentu tidak terbentuk dengan sendirinya. Selain Pusat Penelitian Politik LIPI sebagai bagian tak terpisah dari
memerlukan berlangsungnya pelembagaan kajian ini.

126 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 101–128  


Sejumlah agenda penataan kembali yang Kanpp, Andrew and Vincent Wright. 2006. The
dikemukakan di atas barangkali belum lengkap Government and Politics of France. London:
jika tidak diikuti pelembagaan sistem checks and Routledge.
balances yang kuat, baik yang bersifat internal Lijphart, Arend. 1999. Patterns of Democracy:
Government Forms and Performance in Thirty-
parlemen maupun antara lembaga parlemen dan
Six Countries. New Haven and London: Yale
institusi kepresidenan. Secara internal parlemen, University Press.
perlu dibangun sistem perwakilan dua-kamar
Lijphart, Arend. 1994. “Presidentialism and
di tingkat nasional. Itu artinya, DPD ke depan Majoritarian Democracy: Theoritical
harus memiliki otoritas legislasi kendati tidak Observations”, dalam Linz dan Valenzuela,
harus seluas DPR, dan skema MPR perlu ditata ed., The Failure of Presidential Democracy,
ulang menjadi wadah bagi sidang gabungan Volume I.
DPR dan DPD. Di sisi lain, perlu peninjauan Linz, Juan J. 1994. “Presidential or Parliamentary
kembali ruang lingkup otoritas DPR yang kini Democracy: Does it Make a Difference”, dalam
meluas ke fungsi pengangkatan pejabat publik Linz dan Valenzuela, The Failure of Presidential
Democracy: Comparative Perspectives,
yang seharusnya menjadi otoritas Presiden dalam
Baltimore: John Hopkins University Press.
skema presidensial.
Back, Hanna. 2009. “Intra Party politics and
Local Coalition Formation”, dalam Daniela
Daftar Pustaka Giannetti dan Knneth Benoit (Eds.), Intra-Party
Politics and Coalition Governments, London:
Routledge/EPCR Studies in European Political
Buku Science.
Asshidiqie, Jimly. 2002. Konsolidasi Naskah UUD
Manan, Bagir. 2003. DPR, DPD, dan MPR dalam
1945 Setelah Perubahan Keempat. Jakarta:
UUD 1945 baru. Yogyakarta: FH U I I Press.
Pusat  Studi HTN Fakultas Hukum UI.
Maor, Mose. 1997. Political Parties and Party
Bealey, Frank. 2000. Dictionary of Political Science.
Systems Comparative Approaches and The
Oxford UK: Blackwell Publisher Ltd.
British Experience. London: Routledge.
C h e i b u b , J o s e A . 2 0 0 7 . P re s i d e n t i a l i s m ,
McGuire, James W. 1997. Peronism without Peron.
Parliamentarism and Democracy. Cambridge:
Unions, Parties and Democracy in Argentina.
Cambridge University Press.
Stanford: Stanford University Press.
Deutch, Karl W. 1970. Politics and Government: How
Michels, Robert. 1966. Political Parties: A Sociological
People Decide Their Fate. Boston: Houghton
Study of the Oligarchical Tendencies of Modern
Miffin Company.
Democracy. New York: The Free Press.
Duverger, Maurice. 1964. Political Parties: Their
Mietzner, Marcus. 2000. “Sidang Umum MPR 1999:
Organization and Activity in the Modern State.
Wahid, Megawati, dan Pergulatan Perebutan
London: Methuen.
Kursi Kepresidenan”, dalam Chris Manning
Feith, Herbert. 1962. The Decline of Constitutional dan Peter van Diermen (Ed.), Indonesia di
Democracy in Indonesia. Ithaca New York: Tengah Transisi: Aspek-aspek Sosial Reformasi
Cornell University Press. dan Krisis. Yogyakarta: LKIS.
Gunther, Richard. 2001. “Membuka Dialog Moury, Catherine. 2013. Coalition Government and
Mengenai Pilihan Institusional di Indonesia: Party Mandate, How Coalition Agreements
Sistem Presidensial, Parlementer, dan Semi- Constrain Ministerial Action. London:
Presidensial”, dalam Ikrar Nusa Bhakti dan Routledge.
Riza Sihbudi (Eds.), Menjauhi Demokrasi
Muchlis, E. (Ed.). 2007. Reformasi Kelembagaan
Kaum Penjahat. Bandung: Mizan-LIPI-Ford
Partai Politik Pasca-Orde Baru di Indonesia.
Foundation.
Jakarta: LIPI Press.
Haris, Syamsuddin. 2007. Konflik Presiden-DPR
Nasution, Adnan Buyung. 1992. The Aspiration
dan Dilema Transisi Demokrasi di Indonesia.
of Contitutional Government in Indonesia:
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
A Socio-Legal Study of the Indonesian
Huntington, Samuel P. 1968. Political Order in Konstituante 1956-1959. Jakarta: Pustaka
Changing Society. New Haven: Yale University Sinar Harapan.
Press.

Pemilu dan Relasi Eksekutif dan Legislatif | Nina Andriana | 127 


Panebianco, Angelo. 1988. Political Parties: Noor, Firman. 2012. “Institutionalizing Islamic
Organization and Power. Cambridge: Political Parties in Indonesia: A Study of
Cambridge University Press. Internal Fragmentation and Cohesion in the
Romli, Romli (Ed.). 2008. Pelembagaan Partai Politik Post-Soeharto Era (1998-2008)”. Doctoral
Pasca-Orde Baru: Studi Kasus Partai Golkar, Thesis. Exeter: University of Exeter.
PKB, PBB, PBR dan PDS. Jakarta: Pusat Notosusanto, Smita. 2006. “Analisa AD/ART Partai
Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Politik”. http://forum-politisi.org/downloads/
Indonesia. Analisa_AD_ART_Parpol_-_Smita.pdf.
Selznick, Philip. 1957. Leadership in Administration. Partnership. 2011. “Membangun Pemerintahan
A Sociological Interpretation. New York: Row, Presidensial yang Efektif Melalui Desain
Peterson and Company. Sistem Pemilihan Umum.” Policy Paper No.
Widjajanto, Bambang. 2002. Perubahan Konstitusi /2011.
Setengah Hati, dalam Bambang Widjajanto, Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat
Saldi Isra dan Marwan Mas (Ed), Konstitusi Republik Indonesia. 2002. Risalah Rapat
Baru melalui Komisi Konstitusi Independen. Panitia Ad Hoc II Badan Pekerja MPR RI Ke-1
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. s.d 10. Masa Sidang Tahunan MPR RI. Jakarta:
Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia.
Jurnal
Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat
Linz, Juan. 1990. “The Perils of Presidensialism”.
Republik Indonesia. 2010. Risalah Perubahan
Journal of Democracy 1.
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Mainwaring, Scott. 1993. “Presidentialism, Indonesia Tahun 1945 Tahun Sidang 2002,
Multipartism, and Democracy: The Difficult Buku Tiga (Edisi Revisi). Jakarta: Sekretariat
Combination”. Comparative Political Studies Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat
26(2). Republik Indonesia.
Randall, Vicky and Lars Svasand. 2002. “Party Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat
Institutionalization in New Democracies”. Republik Indonesia. 2000. Hasil Rumusan
Party Politics, Vol. 8 January/1/2002. Seminar Panitia Ad hoc I (Sidang Tahunan
2000), Buku kedua Jilid 3C. Jakarta: Sekretariat
Laporan dan Makalah Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia, 2000.
Basedau, Mathias dan Alexander Stroh. 2008.
“Measuring Party Institutionalization in Sekretariat Jenderal MPR RI. 2012. Undang-Undang
Developing Countries: A New Research Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Instrument Applied to 28 African Political
Parties”. GIGA Working Papers. Hamburg: Surat Kabar dan Website
GIGA Research Program.
“Presiden tak Izinkan Ryamizard ke DPR.” Kompas.
Gary F. Bell. 2001. “Division of Powers between 5 November 2004.
the Executive and Parliament: Comparative
“DPR Tolak Agus dan Pardede.” Kompas. 13 Maret
Perspectives,” Report of a conference on
2008.
Continuing Dialogues towards Constitutional
Reform in Indonesia International IDEA, “DPR Kembalikan RUU Rahasia Negara.” Kompas.
(Jakarta: International IDEA, Oktober 2001). 29 Mei 2008.
Haris, Syamsuddin. 2008. “Format Baru Relasi Surbakti, Ramlan. “Tingkat Pelembagaan Partai
Presiden-DPR dalam Demokrasi Presidensial Politik”. Kompas. 6 Januari 2003.
di Indonesia Pasca-Amandemen Konstitusi
(2004-2008)”. Disertasi Doktor pada FISIP UI.
Indrayana, Denny. 2006. “Mendesaian Presidensial
yang Efektif: Bukan Presiden ‘Sial’ atawa
Presiden ‘Sialan’”. Makalah seminar yang
diselenggarakan oleh Partai Demokrat, Forum
Komunikasi Parpol dan Politisi serta FNS. 13
Desember 2006.

128 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 101–128  


DARI REPRESENTASI POLITIK FORMAL KE REPRESENTASI
POLITIK NON-ELEKTORAL

FROM FORMAL POLITICAL REPRESENTATION


TO NON-ELECTORAL POLITICAL REPRESENTATION
Esty Ekawati

Alumnus Pascasarjana Ilmu Politik


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
E-mail: esty1wati@gmail.com
Diterima: 30 Juli 2014; direvisi: 3 Oktober 2014; disetujui: 21 November 2014

Judul Buku : Representasi Politik: Perkembangan dari Ajektiva ke Teori


Pengarang : Nuri Suseno
Penerbit : Puskapol FISIP UI
Tahun Terbit : 2013
Tebal : 148 + xxii

Abstract

Nowadays democracy is always associated with representation because basically the progress of democratic
representation is a principle that must be enforced in modern politics. The concept of representation simply defi-
ned as “absent but present” has made doubt for political scientist to build theories. Contemporary issues about
political representation in democratic representation’s framework that mainstreaming the election can not answer
the problems of society about minority representation, woman under-representation in politics and phenomenon
of non-electoral representation.

Keywords: democracy, political representation, non-electoral political representation.

Abstrak

Demokrasi dewasa ini selalu dikaitkan dengan representasi karena pada dasarnya perkembangan demokrasi
perwakilan adalah prinsip yang harus ditegakkan di dunia modern. Konsep representasi secara sederhana dapat
diartikan sebagai “menghadirkan yang tidak hadir”. Namun arti ini menimbulkan keraguan dari para ahli dan dalam
perkembangannya mencoba menajamkan konsep ini menjadi sebuah teori. Isu-isu kontemporer mengenai repre-
sentasi politik dalam kerangka demokrasi perwakilan yang mengarusutamakan pemilu, tidak serta merta mampu
menjawab persoalan di masyarakat seperti keterwakilan kelompok minoritas, perempuan dan fenomena representasi
non-elektoral yang juga menjadi persoalan penting untuk dikaji.

Kata Kunci: Demokrasi, Representasi Formal, Representasi non-elektoral.

Pendahuluan
Berbicara mengenai representasi dalam representasi dan perkembangannya hingga
perkembangan politik modern tentu tidak bisa tampil menjadi teori politik representasi,
dapat dilepaskan dari konteks sejarah. Nuri serta keterkaitan konsep representasi dengan
Suseno sebagai penulis buku ini mencoba untuk demokrasi. Uraian mengenai konsep representasi
menyajikan perkembangan asal usul konsep dimulai pada era Romawi Kuno dan kemudian

Dari Representasi Politik Formal ... | Esty Ekawati | 129 


digunakan juga oleh para teolog gereja. Perubahan semua pemerintahan yang absah didasarkan pada
konsep representasi berkembang mengikuti otoritas mutlak seluruh rakyat.2
berbagai perubahan perpolitikan yang terjadi
di dunia baik secara teoritis maupun dalam Representasi Politik versus Demokrasi
tataran praktis. Nuri Suseno mencatat berbagai
Nuri Suseno menuliskan bahwa perubahan
perkembangan konsep tersebut dari sejumlah
konsep representasi berkembang mengikuti
akademisi diantaranya Hannah F. Pitkin, Monica
berbagai perubahan perpolitikan yang terjadi
Brito Viera dan David Runciman, Bernard
di dunia baik secara teoritis maupun dalam
Manin, Carl Schmitt, Mark Warren dan Dario
tataran praktis. Representasi secara sederhana
Castiglione, Nadia Urbinati, Laura Montanaro
bisa diartikan sebagai menghadirkan yang tidak
dan Michael Saward. Selain itu, Nuri Suseno juga
hadir. Jika melihat konsep representasi yang
mengemukakan perkembangan konsep dan teori
diuraikan oleh Hanna F. Pitkin melalui bukunya
representasi khususnya mengenai klaim-klaim
The Concept of Representation, ia menuangkan
representasi/representasi non-elektoral yang
gagasan/teori representasi politik yang melibatkan
berupaya untuk menjawab persoalan representasi
“election’ atau pemilihan sebagai lembaga yang
tanpa melalui politik formal (pemilu).
utama di dalam pemerintahan perwakilan.
Nuri Suseno mengawali uraiannya mengenai Hal ini berbeda dengan Suzzane Dovi yang
representasi dalam konteks sejarah dimana pada mengungkapkan bahwa representasi politik kini
masa-masa terdahulu istilah representasi tidak bukan lagi sebuah konsep terbatas yang hanya
dalam konteks politik namun digunakan dalam berbicara tentang pejabat-pejabat yang dipilih
dunia seni teater yang menggambarkan sebuah (atau ditunjuk) dalam sebuah negara nasional.3
karakter yang diperankan oleh seorang artis. Sedangkan menurut Vieira dan Runciman, ketika
Pada masa Romawi kuno, gagasan representasi berbicara mengenai representasi maka ada tiga
ini dipahami sebagai “acting for” atau “bertindak konsep yang mengikutinya, pertama, pictorial
untuk”.1 Istilah ini kemudian berkembang dan representation, mereka yang dipilih untuk
digunakan oleh para teolog dalam mendiskusikan mewakili harus menyerupai yang diwakilinya.
konsep trinitas dan otoritas penguasa tertinggi Kedua, theatrical representation, wakil yang
gereja. Pemimpin tertinggi gereja seperti Paus, terpilih harus menafsirkan, berbicara dan
merepresentasikan kekuasaan Tuhan di dunia. bertindak untuk pihak yang diwakilinya. Ketiga,
Konsep representasi mendapat makna yang lebih juridical representation, wakil yang terpilih harus
luas dengan kehadiran agama Kristen, dimana bertindak atas nama yang diwakilinya dengan
pada masa ini representasi dimaknai sebagai persetujuan demi kepentingan bersama.4.
hubungan diantara “entities” (makhluk) yang
Perdebatan yang kemudian muncul adalah
tidak harus sama/serupa tetapi dapat mengambil
tentang demokrasi versus representasi. Pitkin
alih peran masing-masing. Dalam konteks saat
dalam bukunya menulis bahwa sepanjang
itu, gereja merupakan badan yang terdiri dari
sejarahnya baik konsep maupun praktik,
komunitas penganutnya, raja, kaisar, dan Paus
representasi hampir tidak ada hubungannya
adalah pimpinan tertingginya dianggap sebagai
dengan demokrasi - pemerintahan oleh rakyat.5
representasi dari umatnya. Akan tetapi, Marsilius,
seorang Aristotelian tidak sependapat dengan 2
Ibid., hlm. 7-9.
para teolog gereja yang menyatakan bahwa
otoritas yang diperoleh penguasa tertinggi gereja 3
Suzzane Dovi, “Political Representation, dalam Stanford
berasal dari Tuhan. Menurutnya, otoritas politik Encyclopedia of Philosophy, (Stanford University Press,
2011), hlm. 6.
harus didapatkan dari persetujuan rakyat dan
4
Nuri Suseno, op.cit. hlm. 6.
5
Viera dan Runciman menjelaskan sikap para ilmuwan politik
dengan menjelaskan perbedaan makna kata demokrasi dan
representasi. Pemaknaan representasi sebagai “hadir’ sekaligus
“tidak hadir’ dipandang sebagai sebuah ketidakpastian dan
1
Nuri Suseno, Representasi Politik : Perkembangan dari
ketidak-konsistenan. Sementara demokrasi merupakan konsep
Ajektiva ke Teori, (Depok : Puskapol FISIP UI, 2013),
yang secara jelas menunjukkan pemerintahan oleh rakyat.
hlm. 6.

130 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 129–136  


Ketidakadaan hubungan diantara representasi Dalam perkembangannya, demokrasi
dengan demokrasi dituliskan oleh Pitkin: representasi menjadi sebuah keharusan
dalam negara modern dengan jumlah
“Keterwakilan tidak harus berarti pemerintahan penduduk yang sangat besar dengan segala
perwakilan. Seorang raja dapat mewakili se-
kompleksitasnya. Nuri Suseno menuliskan
buah bangsa, demikian juga seorang duta besar.
Seorang pejabat publik kadang-kadang dapat seperti yang diuraikan oleh Sarah Child dan
mewakili Negara, dengan demikian institusi- Joni Lovenduski bahwa representasi politik
institusi dan praktik-praktik yang merupakan membantu memecahkan permasalahan negara
perwujudan keterwakilan diperlukan didalam modern melalui pendelegasian atau dengan
sebuah masyarakat besar dan yang terartikulasi- mempercayakan sejumlah kecil orang anggota
kan dan tidak harus terkait dengan pemerintahan majelis permusyawaratan untuk mengangkat
oleh rakyat”.6 kepentingan-kepentingan mereka dan membuat
Hal yang sama juga diuraikan oleh Bernard keputusan-keputusan (wakil terpilih yang
Manin bahwa pemerintahan perwakilan tidak membuat keputusan).8
sama dengan demokrasi. Pada saat ini umumnya Berbicara tentang demokrasi ataupun
orang berpendapat bahwa demokrasi perwakilan representasi tidak akan terlepas dari pembicaraan
adalah sebuah tipe dari demokrasi, tetapi jika tentang pemilihan (election). Untuk membedakan
diteliti lebih lanjut, menurut Manin ini tidak mengenai representasi dan demokrasi maka
tampak.7 dimensi aristokrasi dan pemilihan perlu mendapat
Konsep representasi dan demokrasi perhatian khusus. Dengan adanya dimensi
merupakan hal yang berbeda karena keduanya aristokratis ini maka akan selalu ada perbedaan
tidak lahir dalam satu periode yang sama. diantara para wakil terpilih dan para pemilihnya.
Demokrasi representasi yang kita kenal saat Di dalam sistem pemilihan juga semua warga
ini merupakan sebuah institusi politik yang negara memiliki hak untuk memilih, tetapi
muncul di zaman modern, hasil ‘perkawinan’ tidak semua warga negara memiliki kesempatan
gagasan demokrasi sebagaimana dikenal dalam untuk dipilih. Oleh sebab itu, menurut Manin,
tradisi Yunani dan gagasan representasi yang pemilihan memiliki wajah ganda: egaliter
berkembang dalam agama Kristen dan tradisi dan tidak egaliter sekaligus aristokratis dan
monarki di Inggris. Demokrasi representasi demokratis; dan dimensi-dimensi tersebut hadir
tidak dikenal pada masa Yunani Kuno (yang secara simultan dan tidak terpisahkan.
menggunakan sistem direct democracy). Wajah ganda pemilihan tersebut juga
Pertemuan kedua gagasan ini diungkapkan oleh mendapat dukungan dari Carl Schmitt yang
Pitkin bahwa demokrasi berasal dari Yunani berpendapat bahwa pemilihan merupakan
Kuno dan naik lewat perjuangan dari bawah. metode aristokrasi namun lebih demokratis jika
Demokrasi Yunani adalah demokrasi partisipatori dibandingkan dengan penunjukkan atau suksesi
dan tidak berhubungan dengan representasi. berdasarkan keturunan. Pemilihan memiliki sisi
Sebagai konsep dan praktik politik, representasi aristokrasi karena mengangkat yang superior dan
berasal dari zaman pertengahan, ketika ia para pemimpin, tetapi juga demokratis karena
dipaksakan sebagai sebuah kewajiban oleh menunjuk agen, atau pembantu yang bisa menjadi
monarki. Hanya dalam Perang Sipil di Inggris subordinat (bawahan) tapi juga bisa jadi superior
dan kemudian revolusi demokratis di abad ke-18 (atasan). Sehingga Schmitt mengatakan bahwa
kedua konsep tersebut akhirnya menjadi terkait. – pemilihan memenuhi prinsip representasi
sekaligus prinsip identitas. Prinsip identitas inilah
yang membedakan antara representasi dengan
demokrasi.9
Monica Brito Vieira dan David Runciman, “Representation”
dalam Nuri Suseno, op.cit.,hlm. 6.
6
Hanna F. Pitkin, The Concept Of Representation,
(California: University Of California Press, 1967), hlm. 2. 8
Ibid., hlm. 52-56.
7
Nuri Suseno, op.cit., hlm. 17-18. 9
Ibid., hlm. 66-67.

Dari Representasi Politik Formal ... | Esty Ekawati | 131 


Bagi Schmitt, identitas adalah unsur yang Pitkin juga menguraikan formulasi
tidak dapat dipisahkan dari demokrasi karena tentang representasi dan menyimpulkan
identitas merupakan basis dari pembentukan bahwa perwakilan disini berarti tindakan
demokrasi. Kesamaan dalam satu dan lain hal untuk memenuhi kepentingan yang diwakili
diantara sekelompok individu merupakan unsur dalam upaya merespons kepentingan mereka.
yang diperlukan untuk membentuk identitas. Perwakilan sifatnya haruslah independen;
Kesamaan identitas akan menghilangkan tindakannya harus melibatkan penilaian, dia
perbedaan diantara para wakil yang dipilih atau harus menjadi satu-satunya yang bertindak. Yang
orang yang memerintah (the ruled) dengan para diwakili pun juga harus mampu bertindak secara
pemilih atau orang yang mematuhi perintah. Oleh independen dan tidak hanya diam saja.12
karena itu, menurut Schmitt, “dalam bentuknya Perkembangan teori-teori representasi
yang paling murni, demokrasi tidak sesuai dengan politik dari masa ke masa juga diikuti
representasi.” Meskipun demikian, menurut perkembangan konsep-konsep demokrasi yang
Manin tidak berarti bahwa dalam konsep Schmitt mana telah menghasilkan rumusan mengenai
perbedaan tidak diakui sama sekali. Perbedaan demokrasi deliberasi yang didalamnya terdapat
bagi Schmitt tetap ada diantara yang memerintah upaya untuk memperjuangkan representasi
dan yang diperintah, tetapi perbedaan yang kelompok-kelompok yang tertindas maupun
dimaksudkan disini adalah dalam artian ‘fungsi’. yang termarjinalkan. Sejumlah teoritisi dalam
Manin mengkritisi pemikiran Schmitt dalam hal kelompok ini diantaranya Anne Phillips dan Iris
demokrasi, representasi dan pemilihan. Baginya, Marion Young.
pemilihan (election) memiliki unsur demokratis
Young memberikan konsepsi bahwa
karena memberi warga negara kesempatan
demokrasi adalah sistem yang dapat meminimalisir
yang sama untuk bersuara dalam mengangkat
dominasi dan menciptakan keadilan dan
atau mengganti para wakilnya. Pemilihan juga
partisipasi politik yang luas. Menurutnya,
memiliki sifat aristokrasi karena wakil yang
demokrasi deliberatif memiliki nilai-nilai inklusif
dipilih tidak dapat sama dengan konstituennya
dan kesetaraan politik dimana ketika nilai-nilai
karena memang ada individu atau kelompok yang
ini diimplementasikan maka proses pembuatan
memang memiliki kelebihan tertentu.10
kebijakan akan menciptakan keadilan, “hanya
dalam sistem politik demokrasi seluruh anggota
Representasi Politik dan Demokrasi masyarakat pada prinsipnya memiliki kesempatan
Deliberatif untuk mempengaruhi kebijakan publik untuk
Dalam perpolitikan kontemporer, perkembangan menyalurkan atau menjaga kepentingannya. Kita
teori representasi politik merupakan percaya bahwa proses demokrasi adalah media
perwujudan dari keinginan para teoritisi untuk terbaik untuk mengubah kondisi yang tidak adil
mendemokratiskan representasi. Nuri Suseno dan mewujudkan keadilan.”13
menguraikan ada tiga ciri penting perwakilan Menurut Iris Young, inklusi diperlukan
yang demokratis menurut Castiglione dan untuk mendemokratisasikan representasi karena
Warren; 1). Perwakilan berbentuk hubungan pertama, inklusi meningkatkan legitimasi
principal-agent yang berbasis teritorial dan institusi-institusi demokrasi. Kedua, inklusi
bersifat formal. Ini menjadi dasar pemerintahan merupakan antidote (tindakan untuk mengoreksi)
yang responsif terhadap kepentingan rakyatnya. kesalahan masa lalu. Oleh karena itu, konsepsi ini
2) Perwakilan berada di wilayah kekuasaan memberikan peluang bagi kelompok-kelompok
politik yang bertanggung jawab dan akuntabel yang termarginalkan/terabaikan (oleh konsep
dengan memberikan kesempatan kepada rakyat
untuk dapat memengaruhi dan melakukan
of Democratic Representation” dalam Nuri Suseno, op.cit.,
kontrol. 3). Hak untuk memilih para wakil hlm. 73.
sebagai bentuk persamaan politik.11 12
Pitkin, op.cit., hlm. 209.
10
Ibid., hlm. 69-70. 13
Iris Marion Young, Inclusion and Democracy, (Oxford:
11
Mark Warren dan Dario Castiglione, “The Transformation Oxford University Press, 2000), hlm. 6.

132 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 129–136  


representasi liberal) mendapatkan tempat diwakili. Jika konsepsi representasi Pitkin tidak
pembahasan.14 Hal ini dikritisi oleh Suzzane mampu lagi menjelaskan berbagai fenomena
Dovi, yang menurutnya perspektif eksklusi lebih saat ini dan konsep representasi baru muncul
tepat dalam mengangkat kepentingan kelompok- sebagai konsekuensi dari perubahan perpolitikan
kelompok minoritas dan termarginalkan. dunia, maka muncul pertanyaan adakah
Alasannya pertama, eksklusi merupakan bagian konsepsi atau teori representasi baru yang lebih
dari proses representasi yang tidak dapat ditolak. mampu menjelaskan fenomena tersebut, dan
Kedua, eksklusi bisa memperbaiki representasi apakah representasi tersebut dapat dikatakan
dan fungsi lembaga demokrasi.15 demokratis?. Untuk menjawab pertanyaan
Nadia Urbinati menggunakan konsep tersebut, Nuri Suseno menguraikan konsep
representasi sebagai advokasi untuk representrasi non-elektoral yang dikemukakan
menjelaskan pentingnya deliberasi dalam oleh Michael Saward.
demokrasi representasi. Menurutnya, demokrasi Representasi yang dikemukakan oleh
representasi membutuhkan konsep representasi Saward adalah representasi berdasarkan klaim.
yang memberikan konstituen kekuasaan untuk Dalam hal ini rakyat tidak hanya berfungsi
berpartisipasi dalam pemilihan wakil-wakil sekedar pemilih dalam pemilu, bukan hanya
mereka tetapi masih memberikan kemerdekaan yang diwakili (represented) namun rakyat juga
bagi para wakil tersebut dari konstituennya. menjadi pihak yang penting dan mendapat
Maksudnya disini adalah konstituen dapat perhatian khusus karena rakyat juga berperan
memilih wakil-wakil yang mereka anggap dapat aktif dalam membentuk dan menciptakan
mengadvokasi isu yang merupakan keprihatinan/ representasi.18 Munculnya gerakan-gerakan sosial
menjadi kepentingan konstituen. Akan tetapi, baru melalui peningkatan peran masyarakat sipil
dalam hal ini, para wakil yang dipilih masih dan arus globalisasi memunculkan aktor-aktor
memiliki pilihan untuk memutuskan isu-isu mana baru – diluar partai politik- yang mengangkat
saja yang bisa diperjuangkan.16 isu-isu penting di dunia, dengan mengklaim
bahwa mereka mewakili berbagai kelompok
Persoalan Representasi Politik : orang (etnis, penduduk, bangsa) atau kepentingan
Munculnya Representasi non-Elektoral umum (perubahan iklim, degradasi lingkungan,
punahnya warisan budaya bangsa dan lain-lain)
Teori representasi politik berkembang mengikuti
yang sifatnya transnasional. Inilah yang disebut
perkembangan politik saat ini. Konsep
sebagai representasi informal (karena tidak
representasi formal yang memfokuskan pada
dihasilkan lewat pemilihan umum).
prinsip pemilihan umum, kini dianggap tidak
cukup untuk menjawab fenomena representasi Dalam buku ini, Nuri Suseno memberikan
politik saat ini. Menurut Michael Saward, contoh kelompok representasi informal atau
konsep representasi Pitkin juga terlalu fokus representasi non-elektoral misalnya; Organisasi
pada sang wakil (representative) bukan pada Amnesti Internasional yang berbicara mewakili
pihak yang diwakili (represented),17 Padahal orang-orang yang diperlakukan tidak adil
banyak persoalan yang terjadi di pihak yang (ditangkap atau ditahan tanpa diadili, bahkan
dibunuh karena pandangan politik mereka)
oleh penguasa politik di berbagai negara.
14
Young, “Inclusion and Democracy” dalam Nuri Suseno,
op.cit., hlm. 80. Contoh lainnya adalah Greenpeace yang
merepresentasikan isu lingkungan dan generasi
15
Yang dimaksud Dovi dengan pendekatan eksklusi dalam
representasi adalah mengambil kekuasan dan pengaruh dari
di masa mendatang. Selain itu, ada juga individu
kelompok-kelompok yang mendominasi lembaga demokrasi di masa modern saat ini, Bono, vokalis band
dari kelompok yang secara historis tidak beruntung. Lihat: rock U2 serta aktivis politik Irlandia yang
Nuri Suseno, op.cit., hlm. 80.
mengatasnamakan rakyat Afrika mendesak
Nadia Urbinati, “Representative Democracy: Principles and
16
negara-negara maju untuk menghapuskan utang
Geneallogy”, dalam Nuri Suseno., op.cit., hlm. 85.
negara-negara miskin. Penghapusan utang ini
17
Michel Saward, “The Representative Claim”, dalam Nuri
Suseno, op.cit., hlm. 100. 18
Ibid., hlm.113.

Dari Representasi Politik Formal ... | Esty Ekawati | 133 


seharusnya dapat dialihkan untuk menyediakan diberikan oleh konstituensi yang layak, yang
sarana pendidikan gratis bagi rakyat dan dana terdiri dari konstituensi yang dituju (intended)
pembelian obat murah untuk pengobatan dan konstituensi yang aktual (actual). Konstituen
penderita HIV/AIDS di Afrika. 19 Individu yang dituju adalah kelompok yang dibicarakan
atau kelompok-kelompok tersebut oleh Laura oleh pembuat klaim, sedangkan konstituensi
Montanaro digunakan untuk mengembangkan yang aktual adalah kelompok yang mengakui
teorinya dengan menggunakan intuisi normatif kepentingannya terimplikasi oleh klaim yang
mendasar yang ada di jantung demokrasi: dibuat dan yang menentukan apakah sebuah
“Mereka yang berpotensi dipengaruhi oleh klaim adalah benar untuk atau tentang mereka.22
sebuah keputusan kolektif haruslah mempunyai Jika mengambil contoh tentang upaya yang
kapasitas untuk mempengaruhi keputusan dilakukan oleh Bono U2 dalam klaimnya
tersebut”.20 menyuarakan kepentingan rakyat Afrika maka
Gerakan perempuan dan teori politik dapat disimpulkan bahwa rakyat negara-negara
feminis telah memberikan peran terhadap miskin di Afrika yang tidak mampu membayar
perubahan yang terjadi dalam representasi. utang kepada negara maju adalah konstituensi
Gagasan tentang representasi dari kelompok- yang aktual dan negara-negara maju yang
kelompok minoritas yang tersingkirkan dari memberikan utang kepada negara-negara miskin
perpolitikan dan pengambilan keputusan yang di dunia (khususnya Afrika) adalah konstituensi
dikemukakan oleh teoritisi feminis seperti yang dituju yaitu kelompok yang mendengar,
Anne Phillips dan Iris Marion Young telah membaca, menerima klaim yang dibuat oleh
membantu mencairkan kekakuan. Jika dalam Bono U2 dan memberikan respons terhadap
paham kekirian, konsep kelas adalah komponen klaim tersebut.
utama dalam pembentukan identitas, maka Perdebatan representasi non-elektoral
masa sekarang etnisitas, agama, gaya hidup, memungkinkan pengkajian peranan aktor-aktor
kebudayaan telah berkembang menjadi basis nonformal serta perluasan arena perpolitikan yang
persaingan bagi identitas politik.21 Persoalan yang demokratis keluar batas negara. Menurut Nuri
sering diangkat dalam representasi informal (non- Suseno, kita tidak bisa mengabaikan globalisasi
elektoral) adalah terkait dengan isu legitimasi. dan peranan aktor-aktor nonpemerintah di
Dalam bukunya, Nuri Suseno menguraikan tingkat nasional maupun internasional untuk
bahwa dalam representasi berdasarkan pemilihan menjelaskan isu-isu terkait pengambilan
maka legitimasi dikukuhkan dan diukur melalui keputusan kolektif yang berpengaruh terhadap
pemilihan yang dilakukan secara berkala. Jika kehidupan kelompok masyarakat di suatu
seorang wakil yang telah dipilih berdasarkan wilayah. Namun harus dirumuskan, siapa yang
mekanisme perundang-undangan yang berlaku memiliki otoritas merepresentasikan kelompok
maka dia telah mendapat legitimasi formal dan yang termarjinalkan, kelompok yang terabaikan,
representasinya dianggap demokratis karena atau menyuarakan isu-isu lingkungan, penyakit
melalui pemilihan. Namun, dalam representasi menular seperti flu burung dan HIV/AIDS,
non-elektoral, tidak ada pemilu yang dapat bencana alam, isu pemanasan global dan isu
digunakan untuk mengukur keabsahan atau lainnya.
demokratis tidaknya seseorang yang membuat Salah satu definisi dari demokrasi
klaim politik. menunjukkan suatu aturan mayoritas sederhana
Michael Saward, memecahkan persoalan yang didasarkan pada prinsip “one person,
keabsahan representasi non-elektoral melalui one vote”. Jon Elster mengaitkan hubungan
pengakuan dari konstituensi. Pengakuan haruslah antara konstitusionalisme dengan demokrasi.
Elster mengkonstruksikan bahwa bangsa yang
19
Nuri Suseno, op.cit.,hlm. 90.
demokratis adalah bangsa yang melibatkan
20
Laura Montanaro, “The Democratic Legitimacy of “Self selain mayoritas, maka minoritas atau kelompok
Appointed” Representatives” dalam Nuri Suseno., op.cit.,
hlm. 22.
terabaikan seperti buruh, warga negara asing,
21
Nuri Suseno, op.cit.,hlm. 109-110. 22
Ibid.,hlm. 125.

134 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 129–136  


perempuan, tuna wisma atau minoritas lainnya teori-teori representasi politik yang baru seperti
terlibat dalam sistem pemilihan. 23 Namun representasi non-elektoral (representasi informal
yang cukup berguna dalam mendefinisikan karena tidak merupakan hasil pemilu) telah
istilah tersebut adalah dari Democratic Audit memberikan warna baru bagi perkembangan
UK, yang mengidentifikasi kontrol rakyat dunia representasi dan perpolitikan. Akan tetapi,
dan kesetaraan politik sebagai dua kunci terkait dengan teori representasi non-elektoral
dari prinsip demokrasi dan menggunakannya yang menjelaskan tentang kelompok-kelompok
untuk mengevaluasi demokrasi kontemporer. termarjinalkan kurang dibahas mengenai posisi
Kontrol rakyat merupakan inti dari demokrasi. perempuan dalam politik atau keterwakilan
Suatu sistem tidak bisa mengatakan bahwa dia politik perempuan.
demokratis hanya berdasarkan klaim bahwa ia Perempuan di seluruh dunia pada tingkat
telah memenuhi kebutuhan dan kepentingan sosial kurang terwakili suara dan kepentingannya
masyarakatnya, namun yang menjadi inti di parlemen dan jauh dari keterlibatan dalam
dari demokrasi adalah bagaimana rakyat bisa proses pengambilan keputusan-keputusan
terlibat/ambil bagian dari penentuan penyusunan politik yang menyangkut kepentingan publik
kebijakan politik. Dalam hal ini perlu diingat pada umunya dan kepentingan perempuan
bahwa kebijakan adalah sesuatu yang bukan khususnya. Padahal gerakan perempuan dan
tidak bisa dipertanyakan atau dianggap sebagai teori politik feminis telah memberikan peran
kebenaran absolut dan milik dari sebuah terhadap perubahan yang terjadi. Rendahnya
tirani. Kontrol rakyat merupakan ukuran nilai angka keterwakilan perempuan dalam struktur
independen yang menghubungkan prinsip partai politik dan parlemen, bukanlah akibat
demokrasi kedua yaitu kesetaraan politik.24 keterbatasan aspek ekonomi dan tingkat
Dalam kasus tertentu, kesetaraan politik pendidikan perempuan saja. Namun, rendahnya
berimbas pada partisipasi politik. Jika masih angka keterwakilan perempuan dalam politik
ada perbedaan kelas, gender atau etnis dalam sebenarnya dipengaruhi oleh begitu banyak
masyarakat maka ini merupakan bukti bahwa ada faktor baik itu faktor budaya patriarki, ekonomi,
ketidaksetaraan politik (inequality). Kesetaraan dan sosial politik.
politik tidak secara spesifik menunjukkan Di Indonesia, kecenderungan memahami
jenis perlakuan, ini dapat berarti bahwa setiap representasi politik untuk meningkatkan
orang itu seharusnya sama dalam kekuasannya keterwakilan perempuan masih terbatas pada
mempengaruhi kebijakan dan setiap warga kehadiran perempuan dalam politik formal
negara seharusnya memiliki kesempatan yang saja. Upaya tersebut dilakukan dengan adanya
sama untuk memilih/memenangkan kandidat kebijakan afirmasi melalui kuota untuk memenuhi
tertentu dalam suatu pemilu. Menurut Beitz, jumlah keterwakilan perempuan di partai politik
warga negara harus diperlakukan setara sebagai maupun parlemen. Jika patokan keterwakilan
partisipan dalam proses politik dan juga harus hanya itu, maka masih terjadi ketidaksetaraan
diperlakukan secara adil sebagai subjek dari politik. Pemberlakuan sistem kuota untuk
kebijakan publik.25 perempuan dalam rangka peningkatan angka
keterwakilan politik perempuan baik di partai
Penutup politik maupun parlemen masih menjadi
Buku karya Nuri Suseno ini telah menguraikan paradoks.
banyak teori mengenai representasi politik dari Disatu sisi, kebijakan kuota memang
masa ke masa dan perkembangannya. Bahkan memberikan ruang bagi perempuan untuk bisa
terlibat dalam proses politik, dan diharapkan
Jon Elster, “Introduction” to J. Elster dan R. Slagstad (Eds),
23

“Constitutionalisme and Democracy” dalam Anne Phillips, The


mampu membawa kepentingan perempuan dan
Politic of Presence, (Oxford: Clarendon Press, 1995), hlm. 27. kelompok-nya. Namun, di sisi lain, perempuan-
perempuan yang masuk dalam dunia politik tidak
24
Phillips, ibid., hlm. 27-28.
saja mengalami hambatan dari segi ekonomi dan
25
Charles Beitz, “Political Equality” dalam ibid., hlm. 38. sosial tapi juga persoalan ideologi, mekanisme

Dari Representasi Politik Formal ... | Esty Ekawati | 135 


dan budaya patriarki masih menjadi persoalan untuk benar-benar bisa meluruskan paradoks
yang cukup terjal bagi perempuan. Oleh karena representasi yang terjadi saat ini. Hal ini juga
itu, yang terlihat, pemberlakuan sistem kuota bagi menjadi pekerjaan rumah bagi partai politik untuk
perempuan hanya untuk memenuhi daftar caleg benar-benar memberikan porsi keterwakilan
ataupun patuh terhadap undang-undang yang politik perempuan tanpa diskriminasi.
mengharuskan angka 30%. Padahal persoalan Mewujudkan representasi politik kelompok
keterwakilan yang penting adalah bagaimana minoritas maupun kelompok terpinggirkan
perempuan-perempuan terpilih ini bisa mewakili bukanlah hal mudah untuk diwujudkan karena
kepentingan kelompok-kelompoknya. Skeptisme membutuhkan political will dari elit-elit politik
bahkan muncul untuk mempertanyakan akankah dan pemangku kepentingan.
perempuan-perempuan terpilih yang duduk
di parlemen benar-benar menyuarakan dan Daftar Pustaka
memperjuangkan kepentingan perempuan, atau
justru terjebak dalam dominasi maskulinitas tanpa
Buku
bisa melawan. Dalam segi representasi formal Dovi, Suzzane. 2011. “Political Representation”
yang ada payung hukumnya pun perempuan dalam Stanford Encyclopedia of Philosophy.
masih mengalami under-representation, apalagi Stanford: Stanford University Press.
representasi non-elektoral yang notabene Phillips, Anne. 1995. The Politic of Presence. Oxford:
belum memiliki kerangka hukum formal yang Clarendon Press.
mengaturnya. Pitkin, Hanna F. 1967. The Concept Of Representation.
Terkait dengan representasi informal (non- California: University Of California Press.
elektoral) persoalan klaim yang diuraikan Suseno, Nuri. 2013. Representasi Politik :
dalam buku ini masih meninggalkan pertanyaan Perkembangan dari Ajektiva ke Teori. Depok :
Puskapol FISIP UI.
besar. Apakah jika memang ada kelompok
atau individu yang mengklaim bahwa mereka Young, Iris Marion. 2000. Inclusion and Democracy.
Oxford: Oxford University Press.
mewakili kepentingan kelompok tertentu, itu
dibenarkan oleh kelompok-kelompok yang
diwakili?. Misalnya, Serikat Petani mengklaim
mewakili dan menyuarakan kepentingan para
petani dan buruh di daerah tertentu, seperti
memperjuangkan pembaruan agraria, melindungi
hak asasi petani, mewujudkan kedaulatan pangan,
dan melawan neoliberalisme. Tapi sebenarnya
para buruh tani ini tidak merasa memberikan
mandat atau menyuarakan kepentingannya
lewat organisasi tersebut, bahkan mungkin saja
menurut buruh tani ini mereka tidak mengalami
permasalahan yang harus diperjuangkan. Atau
sebaliknya, keberadaan serikat petani tersebut
justru untuk melakukan represi/penundukan
terhadap petani agar tidak bersuara. Selain itu,
bisa juga kepentingan organisasi terkait persoalan
pendanaan dan kepentingan ekonomi politik
lainnya yang mengatas-namakan petani dan
buruh tani.
Hal itulah yang kemudian menjadi pekerjaan
rumah besar bagi para organisasi-organisasi
yang mengklaim mewakili kelompok minoritas,
kelompok tertindas dan kelompok lainnya

136 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 129–136  


TENTANG PENULIS

Ridho Imawan Hanafi Hayati Nufus


Penulis menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Penulis adalah kandidat peneliti pada Pusat
Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Penelitian Politik. Gelar Sarjana Humaniora
Universitas Dr. Soetomo, Surabaya. diperolehnya dari Program Studi Cina, Fakultas
Melanjutkan S2 di Departemen Ilmu Politik, Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas
FISIP, Universitas Indonesia. Pada 2008-2014 Indonesia pada tahun 2013. Ia mulai bergabung
penulis sebagai peneliti di Soegeng Sarjadi di LIPI dan berkecimpung di dunia penelitian
Syndicate, Jakarta. Kajian yang diminati adalah sejak tahun 2014. Fokus perhatiannya selama
partai politik dan demokrasi. Penulis dapat ini berkisar pada perkembangan politik, sosial,
dihubungi melalui email: ridhoimawan@gmail. dan budaya Tiongkok. Penulis dapat dihubungi
com. melalui email: hayatii.nufus@gmail.com.

Wasisto Raharjo Jati Sandy Nur Ikfal Raharjo


Penulis adalah peneliti Perkembangan Politik Penulis adalah peneliti pada Pusat Penelitian
Nasional Pusat Penelitian Politik (P2P), Politik LIPI. Latar belakang pendidikannya
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia adalah Ilmu Hubungan Internasional untuk S1
(LIPI). Pada tahun 2012, menamatkaan kuliah dan Resolusi Konflik untuk S2. Ia menekuni
(S-1) di Jurusan Politik dan Pemerintahan, studi-studi pembangunan wilayah perbatasan,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) sengketa dan konflik perbatasan, serta isu-isu
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Aktif stabilitas keamanan regional. Penulis dapat
menulis di berbagai jurnal ilmiah nasional dihubungi melalui email: sandy.raharjo@gmail.
terakreditasi dan kolom opini di berbagai com.
media massa, baik lokal maupun nasional.
Bidang kajian yang kini tengah digeluti adalah
Ganewati Wuryandari
globalisasi, politik lokal, ekonomi-politik
internasional serta politik budaya. Penulis dapat Saat ini tercatat sebagai Ahli Peneliti Utama
dihubungi melalui email:  wasisto.raharjo.jati@ di Pusat Penelitian Politik (P2P LIPI).
gmail.com. Mendapatkan gelar Dra. Dari Fisipol, UGM
tahun 1987, MA. Dalam bidang International
Relations, di Department of Politics, Monash
Indriana Kartini University tahun 1994, dan PhD Discipline
Penulis adalah peneliti pada Pusat Penelitian of Asian Studies, the University of Western
Politik (P2P) LIPI sejak 2003 hingga saat Australia, tahun 2006. Ia juga aktif sebagai
ini. Menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan mitra bestari di Jurnal Politica dan Anggota
Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial Pengurus Pusat Asosiasi Ilmu Politik Indonesia
dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran (AIPI), Fokus kajiannya adalah Asia Pasifik,
pada tahun 2002. Penulis melanjutkan studi Australia-Indonesia, Timor Leste, Perbatasan,
S2 di University of Melbourne, Australia, dan Politik Luar Negeri Indonesia, dan isu-isu
memperoleh gelar Master of International kontemporer dalam hubungan internasional.
Politics pada tahun 2008. Penulis juga aktif Penulis dapat dihubungi melalui email: ndari_
dalam Indonesian Society for Middle East ganewati@yahoo.com.
Studies (ISMES). Penulis dapat dihubungi
melalui email: indriana.kartini@gmail.com.

Tentang Penulis | 137 


Muhammad Fakhry Ghafur Esty Ekawati
Penulis adalah peneliti pada Pusat Penelitian Lulus Magister Ilmu Politik Universitas
Politik (P2P) LIPI sejak 2010 hingga sekarang. Indonesia pada 2013. Pernah mengajar di FISIP
Memperoleh gelar sarjana sastra Arab dan Universitas Bung Karno, Jakarta dan FISIP
Studi Islam dari The Faculty of Islamic Call Universitas 17 Agustus 1945, Jakarta. Minat
Tripoli-Libya pada tahun 2006. Magister Ilmu kajian yang ditekuni saat ini adalah tentang
Al-Qur’an dan Studi Islam diperoleh dari perkembangan partai politik dan representasi
Institut PTIQ Jakarta tahun 2009. Penulis dapat perempuan dalam politik. Penulis bisa dihubungi
dihubungi melalui email: fachryghafur@gmail. melalui e-mail: esty1wati@gmail.com.
com.

Nina Andriana
Peneliti Perkembangan Politik nasional Pusat
Penelitian Politik (P2P), Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini adalah
alumnus S2 dari Departemen Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP),
Universitas Indonesia. Minat kajian adalah:
Pemikiran Politik, Komunikasi Politik dan
Politik Kebijakan Tata Kelola Kebencanaan.
Penulis dapat dihubungi melalui email:
andriana1183@yahoo.com.

138 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 137–138 


INDEKS

Indeks Kata Kunci presidensialisme iv, ix, 101, 102, 103, 104, 105,
Aneksasi i, iii, vii, 27, 36 107, 114, 116, 125
ASEAN iv, viii, xii, 55, 56, 60, 61, 63, 65, 66, 67, rekrutmen politik vii, 1, 4, 5, 13, 112
68, 69, 70, 73, 74, 80, 81, 83 Representasi Formal x, 129
Demokrasi a, i, iv, ix, x, 1, 2, 3, 4, 5, 8, 11, 13, 15, representasi non-elektoral v, x, 129, 130, 133, 134,
16, 91, 93, 98, 101, 102, 103, 117, 127, 128, 135, 136
129, 130, 131, 132, 143 Rusia i, iii, vii, viii, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,
Desa i, iii, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 26 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 66, 75, 80
desa global vii, 17 sistem pemilu iv, ix, 101, 104, 110, 111, 112, 125,
Diplomasi viii, 43, 49, 52, 66, 70 126
Ekonomi Politik a, iii, 18, 26 Terorisme i, iv, viii, 71, 72, 73, 74, 75, 77, 78, 80,
81, 83
Globalisasi i, iii, 23, 24, 26
Timur Tengah a, iv, ix, 60, 85, 86, 87, 88, 89, 91,
Impian Tiongkok i, iii, viii, 43, 44, 45, 46, 47, 48,
93, 95, 96, 97, 98, 99
49, 51, 53
Tunisia i, iv, ix, xiii, 85, 86, 87, 88, 89, 91, 92, 93,
Indonesia i, iii, iv, viii, ix, xi, xii, xiii, 1, 2, 4, 7, 8,
96, 98, 99, 100
9, 10, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 23, 24,
25, 26, 27, 43, 45, 47, 49, 54, 55, 56, 59, 61, Ukraina i, iii, vii, viii, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,
63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41
76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 85, 101, 102,
103, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 114, Key Words Index
115, 116, 117, 119, 120, 121, 122, 123, 124,
annexation
125, 127, 128, 129, 135, 137, 138, 141, 142,
144, 145 ASEAN iv, viii, xii, 55, 56, 60, 61, 63, 65, 66, 67,
68, 69, 70, 73, 74, 80, 81, 83
Jalur Sutra viii, 43, 44, 45, 49, 50, 51, 53, 54
CHINA DREAM xii, 43
kebijakan luar negeri iv, viii, ix, 71, 73, 74, 76, 77,
78, 79, 80, 81, 82 DEMOCRACY xiii, 85
Kepala Daerah i, iii, 1, 4, 13, 15, 16, 111 Diplomacy xii, 43, 51, 52, 54
Krimea i, iii, vii, viii, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, Direct Election xi, 1
35, 36, 37, 38, 39, 40 Egypt xiii, 85
Laut Tiongkok Selatan i, iv, viii, 53, 55, 56, 57, 59, foreign policy xii, 71
60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69 general election xiii, 101
Libya i, iv, ix, xiii, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 95, global village xi, 17
96, 97, 98, 99, 138
globalization xi, 17
Mesir i, iv, ix, 31, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 93, 94,
Indonesia i, iii, iv, viii, ix, xi, xii, xiii, 1, 2, 4, 7, 8,
95, 96, 97, 98, 99
9, 10, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 23, 24,
Partai Politik i, iii, 1, 4, 5, 6, 9, 10, 12, 15, 16, 110, 25, 26, 27, 43, 45, 47, 49, 54, 55, 56, 59, 61,
112, 127, 128, 143 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74,
Pemilu a, i, iii, iv, ix, 5, 6, 12, 15, 16, 33, 86, 87, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 85, 101, 102,
89, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 101, 103, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 114,
102, 103, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 115, 116, 117, 119, 120, 121, 122, 123, 124,
116, 120, 121, 143 125, 127, 128, 129, 135, 137, 138, 141, 142,
pilkada langsung vii, 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 144, 145
14, 15 Islamic Politics xiii, 85
Politik Islam a, i, iv, ix, 85, 91, 93, 96

Indeks | 139 
Libya i, iv, ix, xiii, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 95, South China Sea xii, 55, 59, 60, 61, 62, 63, 65, 67,
96, 97, 98, 99, 138 68, 69, 70
Middle East xiii, 85, 88, 99, 137 terrorism xii, 71
non-electoral representation xiv, 129 Tunisia i, iv, ix, xiii, 85, 86, 87, 88, 89, 91, 92, 93,
political party xiii, 101 96, 98, 99, 100
political recruitment xi, 1 ukraine xi, 27
presidentialism xiii, 101 village xi, 17
russia xi, 27
Silk Road xii, 43, 49, 51, 52, 54, 57, 69

140 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014  


PEDOMAN PENULISAN

1. Tulisan yang dimuat harus merupakan kajian ilmiah atas isu dan peristiwa yang berkaitan dengan
politik dalam negeri dan internasional, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
2. Tulisan merupakan karya sendiri, bukan saduran atau terjemahan dan belum pernah dipublikasikan
dalam bentuk dan bahasa apa pun.
3. Tulisan mengandung data atau pemikiran yang baru dan orisinal.
4. Tulisan yang dimuat sepenuhnya menjadi tanggung jawab pribadi penulis yang bersangkutan.
5. Panjang naskah untuk artikel, 20–25 halaman A4, spasi 1,5; book review, 10–15 halaman A4, spasi 1,5.
6. Sistematika artikel hasil pemikiran/telaahan adalah judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); nama
dan alamat institusi; alamat e-mail penulis; riwayat naskah; abstrak (maksimum 150 kata dalam bahasa
Inggris dan 25 kata dalam bahasa Indonesia); kata kunci (4–5 kata kunci); pendahuluan; pembahasan
(terbagi dalam beberapa subjudul); penutup; daftar pustaka.

JUDUL

Penulis

Nama Instansi
Alamat lengkap instansi penulis
Email penulis

Riwayat naskah

Abstract: Abstract in English (max. 150 words)


Keywords: 4–5 words/ phrase

Abstrak: Abstrak dalam bahasan Indonesia (maks. 250 kata)


Kata Kunci: 4–5 kata/ frasa

Pendahuluan
Pembahasan
Penutup
Daftar Pustaka

7. Sistematika artikel review buku (book review) adalah judul; nama penulis (tanpa gelar akademik);
nama dan alamat institusi; alamat e-mail penulis; riwayat naskah; judul buku; pengarang; penerbit;
cetakan; tebal; abstrak (maksimum 150 kata dalam bahasa Inggris dan 25 kata dalam bahasa Indo-
nesia); kata kunci (4–5 kata kunci); pendahuluan; pembahasan (terbagi dalam beberapa subjudul);
penutup; daftar pustaka.

Pedoman Penulisan | 141 


JUDUL

Penulis

Nama Instansi
Alamat lengkap instansi penulis
Email penulis

Riwayat naskah

Judul buku
Pengarang
Penerbit
Tahun Terbit
Tebal

Abstract: Abstract in English (max. 150 words)


Keywords: 4–5 words/ phrase

Abstrak: Abstrak dalam bahasan Indonesia (maks. 250 kata)


Kata Kunci: 4–5 kata/ frasa

Pendahuluan
Pembahasan
Penutup
Daftar Pustaka

1. Tabel dan gambar, untuk tabel dan gambar (grafik) di dalam naskah harus diberi nomor urut.
a. Tabel atau gambar harus disertai judul. Judul tabel diletakkan di atas tabel, sedangkan judul gam-
bar diletakkan di bawah gambar.
b. Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau gambar.
c. Garis tabel yang dimunculkan hanya pada bagian header dan garis paling bawah tabel, sedangkan
untuk garis vertikal pemisah kolom tidak dimunculkan.

Contoh penyajian Tabel:


Tabel 1. Agenda-agenda Besar Konsolidasi
Domain Vertikal Horizontal
Pemantapan kepengurusan partai hinggaPemantapan soliditas elite partai pada
Internal level terendah level DPP
Sosialisasi agenda politik Pemantapan agenda politik menyam-
but pemilu
Pembangunan, pemeliharaan dan peman- Penjajagan koalisi dengan partai-partai
Eksternal tapan dukungan masyarakat lain dan kalangan institusi-institusi
nonpolitik

142 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014  


Contoh penyajian Gambar/Grafik:

100
93.3
90
84.9
80 79.76
DPR
70 70.99
Presiden
60

50
1999 2004 2009

Sumber: Komisi Pemilihan Umum (KPU)


Grafik 2. Tren Partisipasi dalam Pemilu

9. Perujukan sumber acuan menggunakan footnotes, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Format rujukan dari buku: nama penulis, judul buku (italic), kurung buka, kota penerbitan,
titik dua, nama penerbit, tahun terbit, kurung tutup, nomor halaman, titik. Contoh:

Denny J.A., Partai Politik Pun Berguguran, (Yogyakarta: LKIS, 2006), hlm. v.

b. Format rujukan dari buku (bunga rampai): nama penulis artikel, “judul artikel ditulis
tegak dalam dua tanda petik”, dalam, nama editor buku, judul buku (italic), kurung buka, kota
penerbitan, titik dua, nama penerbit, tahun terbit, kurung tutup, nomor halaman, titik. Contoh:

Leonardo Morlino, “Political Parties and Democratic Consolidation in Southern Europe,” dalam
Richard Gunther, P. Nikiforos Diamandouros dan Hans Jurgen Puhle (eds.), The Politics of
Democratic Consolidation: Southern Europe in Comparative Perspective, (Baltimore MD: Johns
Hopkins University Press, 1995), hlm. 315−388.

c. Format rujukan dari jurnal: nama penulis, “judul artikel ditulis tegak dalam dua tanda petik,”
sumber artikel (italic), nomor atau edisi, tahun, h., nomor halaman, titik. Contoh:

Lili Romli, “Peta Kekuatan Politik Setelah Reformasi dan Kecenderungan Koalisi Parpol,” Jurnal
Demokrasi dan HAM, 2000, hlm. 124-125.

d. Format rujukan dari makalah seminar/konferensi: nama penulis, “judul makalah ditulis
tegak dalam dua tanda petik,” makalah, nama/tema seminar, tempat pelaksanaan seminar, waktu,
nomor halaman, titik. Contoh:

Andrea Ceron dan Alessandra Caterina Cremonesi, “Politicians Go Social: Estimating Intra-
Party Heterogeneity (and its Effect) through the Analysis of Social Media,” makalah disampaikan
pada NYU La Pietra Dialogues on Social Media and Political Participation, Florence, 10-11 Mei
2013, hlm. 3.

Pedoman Penulisan | 143 


e. Format rujukan dari media online: nama penulis, “judul artikel ditulis tegak dalam dua tanda
petik,” nama situs, tanggal akses situs. Contoh:

Berita8, “Media Sosial bisa Perkuat Fungsi Partai Politik”, 18 April 2013, http://www.berita8.
com/berita/2013/04/MediaSosial-bisa-perkuat-fungsi-partai-politik, diakses pada tanggal 18
Juni 2013.

f. Format rujukan dari media massa: nama penulis, “judul artikel ditulis tegak dalam dua tanda
petik,” sumber media (italic), tanggal terbit, nomor halaman, titik. Contoh:

Degung Santikarma, “Monumen, Dokumen dan Kekerasan Massal,” Kompas, 1 Agustus 2003,
hlm. 12.

10. Penulisan sumber Daftar Pustaka dibedakan menjadi: buku; jurnal; laporan dan makalah; surat kabar
dan website. Daftar Pustaka dituliskan dengan urutan abjad nama belakang (family name). Format
penulisan sebagai berikut:
a. Format rujukan dari buku
Buku dengan satu pengarang: nama penulis; tahun terbit; judul buku; tempat terbit; nama penerbit.
Contoh:
Caplan, Bryan. 2007. The Myth of the Rational Voter: Why Democracies Choose Bad Policies.
New Jersey: Princeton University Press.

Buku dengan dua pengarang: nama penulis (dua orang); tahun terbit; judul buku; tempat terbit;
nama penerbit. Contoh:
Aspinall, E. dan M. Mietzner. 2010. Problems of Democratisation in Indonesia: Elections, Insti-
tutions and Society. Singapore: ISEAS Publishing.

Buku dengan lebih dari dua pengarang: nama penulis (et al.); tahun terbit; judul buku; tempat ter-
bit; nama penerbit. Contoh:
Ananta, Aris et al. 2004. Indonesian Electoral Behaviour: A Statistical Perspective. Singapore:
ISEAS Publishing.

Artikel/tulisan dalam buku: nama penulis; tahun terbit; judul tulisan; dalam nama editor; judul
buku; tahun terbit; tempat penerbit; nama penerbit. Contoh:
Qodari, M. 2010. “The Professionalisation of Politics: The Growing Role of Polling Organisation
and Political Consultants”, dalam Aspinall, E. dan M. Mietzner (eds.). Problems of Democratisa-
tion in Indonesia: Elections, Institutions and Society. Singapore: ISEAS Publishing.

b. Format rujukan dari jurnal: nama penulis; tahun; judul artikel; nama jurnal; volume jurnal;
nomor jurnal; nomor halaman. Contoh:
Ufen, A. 2008. “From Aliran to Dealignment: Political Parties in post-Suharto Indonesia”. South
East Asia Research, 16 (1): 5–41.

c. Format rujukan dari laporan dan makalah:


Laporan penelitian: nama penulis; tahun terbit; judul laporan; tempat penerbit; nama penerbit.
Contoh:

144 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014  


Mainwaring, Scott, 1998. “Rethinking Party Systems Theory in The Third Wave of Democratiza-
tion: The Importance of Party System Institutionalization.” Working Paper #260 - October 1998,
Kellogg Institute.

Makalah seminar: nama penulis; tahun terbit; judul makalah; nama kegiatan seminar; waktu pelak-
sanaan kegiatan seminar; tempat penerbit; nama penerbit. Contoh:
Ceron, Andrea dan Alessandra Caterina Cremonesi. 2013. “Politicians Go Social: Estimating Intra-
Party Heterogeneity (and its Effect) through the Analysis of Social Media”. Paper disampaikan
pada NYU La Pietra Dialogues on Social Media and Political Participation, Florence, 10–11 Mei
2013.

a. Format rujukan dari surat kabar dan website


Artikel media massa: nama penulis; tahun terbit; judul artikel; nama media massa; tanggal terbit;
nomor halaman. Contoh:
Wahid, Sholahuddin. 1998. “Di Balik Berdirinya Partai-Partai di Kalangan NU”, Republika, 3
Oktober.

Artikel online: nama penulis/institusi; tahun terbit; judul artikel, alamat websites; waktu unduh.
Contoh:

Aspinall, Edward, “The Taming of Ethnic Conflict in Indonesia”, http://www.eastasiaforum.
org/2010/08/05/the-taming-of-ethnic-conflict.

11. Pengiriman Artikel:


»» Naskah dikirim dalam bentuk printout sebanyak 2 eksemplar beserta softcopy ke alamat redaksi
atau dapat dikirimkan melalui email redaksi (penerbitan.p2p@gmail.com).
»» Redaksi memberikan honorarium untuk setiap artikel yang dimuat.
»» Artikel yang diterima setelah deadline akan dipertimbangkan untuk dimuat pada edisi berikutnya.

12. Alamat Jurnal Penelitian Politik:


P2P-LIPI, Widya Graha LIPI, Lantai III & XI
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 10 Jakarta Selatan 12710
Telp/Faks. (021) 520 7118

13. Langganan:
Harga pengganti ongkos cetak Rp. 75.000,- per eksemplar sudah termasuk ongkos kirim biasa. Untuk
berlangganan dan surat-menyurat langsung hubungi bagian sirkulasi Redaksi Jurnal Penelitian Politik.

Pedoman Penulisan | 145 

Anda mungkin juga menyukai