Anda di halaman 1dari 86

BDE – 04 = PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH

JEMBATAN

Merepresentasikan Kode / Judul Unit Kompetensi


Kode : INA.5212.113.01.04.07 Judul : Merencanakan Bangunan Bawah
Jembatan

PELATIHAN
AHLI PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
(BRIDGE DESIGN ENGINEER)

2007

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Pelatihan Bridge Desain Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

KATA PENGANTAR

Pengembangan Sumber Daya Manusia di bidang Jasa Konstruksi bertujuan untuk


meningkatkan kompetensi sesuai bidang kerjanya, agar mereka mampu berkompetisi
dalam memperebutkan pasar kerja. Berbagai upaya dapat ditempuh, baik melalui
pendidikan formal, pelatihan secara berjenjang sampai pada tingkat pemagangan di lokasi
proyek atau kombinasi antara pelatihan dan pemagangan, sehingga tenaga kerja mampu
mewujudkan standar kinerja yang dipersyaratkan di tempat kerja.

Untuk meningkatkan kompetensi tersebut, Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan


Konstruksi yang merupakan salah satu institusi pemerintah yang ditugasi untuk melakukan
pembinaan kompetensi, secara bertahap menyusun standar-standar kompetensi kerja yang
diperlukan oleh masyarakat jasa konstruksi. Kegiatan penyediaan kompetensi kerja
tersebut dimulai dengan analisa kompetensi dalam rangka menyusun suatu standar
kompetensi kerja yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi tenaga kerja di
bidang Jasa Konstruksi yang bertugas sesuai jabatan kerjanya sebagaimana dituntut dalam
Undang-Undang No. 18 tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi dan peraturan
pelaksanaannya.

Sebagai alat untuk mengukur kompetensi tersebut, disusun dan dibakukan dalam bentuk
SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang unit-unit kompetensinya
dikembangkan berdasarkan pola RMCS (Regional Model Competency Standard). Dari
standar kompetensi tersebut, pengembangan dilanjutkan dengan menyusun Standar Latih
Kompetensi, Materi Uji Kompetensi, serta Materi Pelatihan yang berbasis kompetensi.

Modul / Materi Pelatihan BDE – 04 / Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan,


merepresentasikan unit kompetensi: “Merencanakan bangunan bawah jembatan dengan
elemen-elemen kompetensi terdiri dari :
1. Menetapkan tipe dan jenis bangunan bawah jembatan.
2. Merencanakan abutment jembatan
3. Merencanakan pilar jembatan.

i
Pelatihan Bridge Desain Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Uraian penjelasan bab per bab dan pencakupan materi latih ini merupakan representasi
dari elemen-elemen kompetensi tersebut, sedangkan setiap elemen kompetensi dianalisis
kriteria unjuk kerjanya sehingga materi latih ini secara keseluruhan merupakan penjelasan
dan penjabaran dari setiap kriteria unjuk kerja untuk menjawab tuntutan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dipersyaratkan pada indikator-indikator kinerja/
keberhasilan yang diinginkan dari setiap KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dari masing-masing
elemen kompetensinya.

Modul ini merupakan salah satu sarana dasar yang digunakan dalam pelatihan sebagai
upaya meningkatkan kompetensi seorang pemangku jabatan kerja seperti tersebut diatas,
sehingga masih diperlukan materi-materi lainnya untuk mencapai kompetensi yang
dipersyaratkan setiap jabatan kerja.

Di sisi lain, modul ini sudah barang tentu masih terdapat kekurangan dan keterbatasan,
sehingga diperlukan adanya perbaikan disana-sini dan kepada semua pihak kiranya kami
mohon sumbangan saran demi penyempurnaan kedepan.

Jakarta, Oktober 2007

KEPALA PUSAT PEMBINAAN


KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

Ir. DJOKO SUBARKAH, Dipl.HE


NIP. : 110016435

ii
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

PRAKATA

Modul ini berisi uraian tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang Ahli Perencanaan
Teknis Jembatan (Bridge Design Engineer) dalam pekerjaan perencanaan bangunan
bawah jembatan. Ada 3 hal yang dicakup dalam modul ini yaitu penetapan tipe dan jenis
bangunan bawah jembatan, perencanaan abutment jembatan dan perencanaan pilar
jembatan.
Untuk dapat menetapkan tipe dan jenis banguan bawah jembatan, seorang Ahli
Perencanaan Teknis Jembatan pertama-tama harus memahami beban-beban yang bekerja
pada bangunan bawah jembatan. Pemahaman tentang beban-beban yang bekerja
memerlukan kemampuan seorang perencana untuk menerapkan standar pembebenan
jembatan jalan raya yang berlaku, bisa didasarkan atas Pedoman Perencanaan
Pembebanan Jalan Raya - SKBI 1.3.28.1987 atau BMS7-C2-Bridge Design Code 1992,
tergantung mana yang dipilih sesuai kesepakatan antara penyedia jasa dan pengguna jasa.
Kemudian untuk dapat merencanakan abutment maupun pilar, seorang Ahli Perencanaan
Teknis Jembatan harus dapat menetapkan kriteria perencanaan yang paling tepat sebelum
melakukan proses perencanaan. Memilih mutu beton yang sesuai dengan kebutuhan,
nampaknya merupakan keharusan bagi Ahli Perencanaan Teknis Jembatan sebelum
memulai dengan proses desain bangunan bawah jembatan. Hal ini dimaksudkan agar
perencanaan yang disiapkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan, tidak semata-mata
keinginan perencana.
Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi materi,
sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam rangka penyempurnaan modul ini.

Demikian modul ini dipersiapkan untuk membekali seorang AHLI PERENCANAAN TEKNIS
JEMBATAN (Bridge Design Engineer) dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
yang berkaitan dengan perencanaan teknis jembatan; mudah-mudahan modul ini dapat
bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Jakarta, Oktober 2007


Penyusun

iii
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


PRAKATA ........................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
SPESIFIKASI PELATIHAN .................................................................................. vi
A. Tujuan Pelatihan ............................................................................................. vi
B. Tujuan Pembelajaran ....................................................................................... vi
PANDUAN PEMBELAJARAN ............................................................................. vii
A. Kualifikasi Pengajar/Instruktur ....................................................................... vii
B. Penjelasan Singkat Modul ............................................................................. vii
C. Proses Pembelajaran .................................................................................... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1-1


1.1. Umun.............................................................................................. 1-1
1.2. Ringkasan Modul ....................................................................... 1-2
1.3. Batasan / Rentang Variabel .................................................. 1-3
1.3.1. Batasan/Rentang Variabel Unit Kompetensi ..................... 1-3
1.3.2. Batasan Rentang variabel Pelaksanaan Pelatihan ............ 1-4
1.4. Panduan Penilaian ..................................................................... 1-4
1.4.1. Acuan Penilaian ................................................................. 1-5
1.4.2. Kualifikasi Penilai ............................................................... 1-5
1.4.3. Penilaian Mandiri ............................................................... 1-7
1.5. Sumber Daya Pembelajaran ................................................... 1-8

BAB 2 PENETAPAAN TIPE DAN JENIS BANGUNAN BAWAH


JEMBATAN ................................................................................... 2-1
2.1. Umum ............................................................................................... 2-1
2.2. Beban-beban Yang Bekerja Pada Struktur Bangunan Bawah .......... 2-1
2.3 Tipe dan Jenis Abutment Jembatan ………………………………….. 2-5
2.4 Tipe dan Jenis Pilar Jembatan .......................................................... 2-7
RANGKUMAN ................................................................................... 2-9
LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI ..................................................... 2-10

iv
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

BAB 3 PERENCANAAN ABUTMENT JEMBATAN .................................... 3-1


3.1 Umum ............................................................................................... 3-1
3.2 Kriteria Perencanaan Abutment Jembatan ....................................... 3-1
3.3 Penerapan Ketentuan Pembebanan ………………………………….. 3-2
3.4 Perhitungan dan Perencanaan Dimensi Abutment Jembatan ........... 3-5
3.4.1. Beban/Gaya-gaya dari Bangunan Atas …………………… 3-5
3.4.2. Beban-beban Bangunan Bawah …………………………… 3-9
RANGKUMAN ................................................................................... 3-27
LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI ................................................... 3-28

BAB 4 PERENCANAAN PILAR JEMBATAN .............. 4-1


4.1 Umum …………………………………………………………………….. 4-1
4.2. Kriteria Perencanaan Pilar Jembatan ................................................ 4-1
4.3 Penerapan Ketentuan Pembebanan ………………………………….. 4-2
4.4 Perhitungan dan Perencanaan Dimensi Pilar Jembatan ................... 4-4
4.4.1. Reaksi Perletakan Pada Girder Akibat Beban Mati 4-6
4.4.2 Reaksi Perletakan Akibat Beban Hidup 4-7
4.4.3. Resume Beban-beban Yang Bekerja pada Pilar Jembatan 4-16
RANGKUMAN ................................................................................... 4-21
LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI ..................................................... 4-22

DAFTAR NOTASI
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN : KUNCI JAWABAN PENILAIAN MANDIRI


DAFTAR PUSTAKA

v
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

SPESIFIKASI PELATIHAN

A. Tujuan Pelatihan
· Tujuan Umum Pelatihan
Setelah selesai mengikuti pelatihan peserta diharapkan mampu :
Melaksanakan pekerjaan perencanaan teknis jembatan berdasarkan standar
perencanaan jembatan jalan raya yang berlaku.

· Tujuan Khusus Pelatihan


Setelah selesai mengikuti pelatihan peserta mampu :
1. Menerapkan ketentuan Undang-Undang Jasa Konstruksi (UUJK).
2. Melakukan koordinasi untuk pengumpulan dan penggunaan data teknis.
3. Merencanakan dan menerapkan standar-standar perencanaan teknis bangunan
atas jembatan.
4. Merencanakan bangunan bawah jembatan.
5. Merencanakan pondasi jembatan.
6. Merencanakan oprit (jalan pendekat), bangunan pelengkap dan pengaman
jembatan.
7. Membuat laporan perencanaan teknis jembatan.

B. Tujuan Pembelajaran dan Kriteria Penilaian


Seri / Judul Modul : BDE – 04 / Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan,
merepresentasikan unit kompetensi: “Merencanakan bangunan bawah jembatan”.

· Tujuan Pembelajaran
Setelah modul ini dibahas diharapkan peserta mampu merencanakan bangunan
bawah jembatan.

· Kriteria Penilaian
1. Kemampuan dalam menetapkan tipe dan jenis bangunan bawah jembatan.
2. Kemampuan dalam merencanakan abutment jembatan.
3. Kemampuan dalam merencanakan pilar jembatan.

vi
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

PANDUAN PEMBELAJARAN

A. Kualifikasi Pengajar / Instruktur


• Instruktur harus mampu mengajar, dibuktikan dengan sertifikat TOT (Training of
Trainer) atau sejenisnya.
• Menguasai substansi teknis yang diajarkan secara mendalam.
• Konsisten mengacu SKKNI dan SLK
• Pembelajaran modul-modulnya disertai dengan inovasi dan improvisasi yang
relevan dengan metodologi yang tepat.

B. Penjelasan Singkat Modul

Modul-modul yang dibahas di dalam program pelatihan ini terdiri dari:

No. Kode Judul Modul


UUJK, Sistem Manajemen K3 dan Sistem Manajemen
1. BDE – 01
Lingkungan
2. BDE – 02 Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
3. BDE – 03 Perencanaan Bangunan Atas Jembatan
4. BDE – 04 Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
5. BDE – 05 Perencanaan Pondasi Jembatan
Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
6. BDE – 06
Pelengkap dan Pengamat Jembatan
7. BDE – 07 Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

Sedangkan modul yang akan diuraikan adalah:


• Seri / Judul : BDE – 04 / Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
• Deksripsi Modul : Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan merupakan
salah satu modul yang direncanakan untuk membekali Ahli Perencanaan
Teknis Jembatan (Bridge Design Engineer) dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap dalam melakukan perencanaan bangunan bawah
jembatan mencakup tipe dan jenis bangunan bawah jembatan, abutment
dan pilar jembatan serta mengacu pada ketentuan-ketentuan perencanaan
jembatan yang berlaku.

vii
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

C. Proses Pembelajaran
Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung
1. Ceramah Pembukaan :
• Menjelaskan Tujuan Pembelajaran. • Mengikuti penjelasan
• Merangsang motivasi peserta • Mengajukan pertanyaan
dengan pertanyaan atau pengalaman apabila kurang jelas. OHT – 1
melakukan koordinasi pengumpulan
dan penggunaan data teknis.
Waktu : 5 menit.
2. Penjelasan Bab 1 : Pendahuluan.
• Modul ini merepresentasikan unit • Mengikuti penjelasan
kompetensi. instruktur dengan tekun
• Umum dan aktif.
• Ringkasan Modul • Mencatat hal-hal penting.
OHT – 2
• Koordinasi • Mengajukan pertanyaan
• Batasan/Rentang Variabel bila perlu.
• Panduan Penilaian
• Panduan Pembelajaran
Waktu : 20 menit.
3. Penjelasan Bab 2 : Penetapan tipe dan • Mengikuti penjelasan
jenis bangunan bawah jembatan instruktur dengan tekun
• Umum dan aktif.
• Beban-beban yang bekerja pada • Mencatat hal-hal penting.
OHT – 3
struktur bangunan bawah • Mengajukan pertanyaan
• Tipe dan jenis abutment jembatan bila perlu.
• Tipe dan jenis pilar jembatan
Waktu : 35 menit.
4. Penjelasan Bab 3 : Perencanaan • Mengikuti penjelasan
abutment jembatan. instruktur dengan tekun
• Umum dan aktif.
OHT – 4
• Kriteria perencanaan abutment • Mencatat hal-hal penting.
jembatan • Mengajukan pertanyaan
• Penerapan ketentuan pembebanan bila perlu.

viii
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

• Perhitungan dan perencanaan


dimensi abutment jembatan
Waktu : 100 menit.
5. Penjelasan Bab 4 : Perencanaan pilar • Mengikuti penjelasan
jembatan instruktur dengan tekun
• Umum dan aktif.
• Kriteria perencanaan pilar jembatan • Mencatat hal-hal penting.
OHT – 5
• Penerapan ketentuan pembebanan • Mengajukan pertanyaan
• Perhitungan dan perencanaan bila perlu.
dimensi pilar jembatan
Waktu : 100 menit.
6. Rangkuman dan Penutup. • Mengikuti penjelasan
• Rangkuman instruktur dengan tekun
• Tanya jawab. dan aktif. OHT – 8
• Penutup. • Mencatat hal-hal penting.
Waktu : 10 menit. • Mengajukan pertanyaan
bila perlu.

ix
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Umum
Modul BDE-04 : Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan merepresentasikan salah
satu unit kompetensi dari program pelatihan Ahli Perencanaan Teknis Jembatan
(Bridge Design Engineer).

Sebagai salah satu unsur, maka pembahasannya selalu memperhatikan unsur-


unsur lainnya, sehingga terjamin keterpaduan dan saling mengisi tetapi tidak terjadi
tumpang tindih (overlaping) terhadap unit-unit kompetensi lainnya yang
direpresentasikan sebagai modul-modul yang relevan.

Adapun Unit kompetensi untuk mendukung kinerja efektif yang diperlukan dalam
Perencanaan Teknis Jembatan adalah :

No. Kode Unit Judul Unit Kompetensi


I. Kompetensi Umum
1. INA.5212.113.01.01.07 Menerapkan ketentuan Undang-undang Jasa
Konstruksi (UUJK).
II. Kompetensi Inti
1. INA.5212.113.01.02.07 Melakukan koordinasi untuk pengumpulan dan
penggunaan data teknis.
2. INA.5212.113.01.03.07 Merencanakan bangunan atas jembatan dan/atau
menerapkan standar-standar perencanaan teknis
jembatan.
3. INA.5212.113.01.04.07 Merencanakan bangunan bawah jembatan.
4. INA.5212.113.01.05.07 Merencanakan pondasi jembatan.
5. INA.5212.113.01.06.07 Merencanakan oprit (jalan pendekat), bangunan
pelengkap dan pengaman jembatan.
6. INA.5212.113.01.07.07 Membuat laporan perencanaan teknis jembatan.
III. Kompetensi Pilihan -

1-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

1.2. Ringkasan Modul


Ringkasan modul ini disusun konsisten dengan tuntutan atau isi unit kompetensi ada
judul unit, deskripsi unit, elemen kompetensi dan KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dengan
uraian sebagai berikut :

a. Adapun unit kompetensi yang akan disusun modulnya:

KODE UNIT : INA.5212.113.01.04.07


JUDUL UNIT : Merencanakan bangunan bawah jembatan.
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan,
keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan untuk
merencanakan bangunan bawah jembatan

Direpresentasikan dalam modul seri/judul: BDE-04 Perencanaan Bangunan


Bawah Jembatan.

b. Elemen Kompetensi dan KUK (Kriteria Unjuk Kerja) terdiri dari:

1. Menetapkan tipe dan jenis bangunan bawah jembatan, direpresentasikan


sebagai bab modul berjudul: Bab 2 Penetapan Tipe dan Jenis Bangunan
Bawah Jembatan.
Uraian detailnya mengacu KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dapat menjadi sub bab
yang terdiri dari:

1.1 Beban yang bekerja pada struktur bangunan bawah jembatan


diperhitungkan sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku.
1.2 Tipe dan jenis abutment jembatan ditetapkan sesuai dengan
persyaratan teknis yang ditentukan.
1.3 Tipe dan jenis pilar jembatan ditetapkan sesuai dengan persyaratan
teknis yang ditentukan.

2. Merencanakan abutment jembatan direpresentasikan sebagai bab mocul


berjudul : Bab 3 Perencanaan Abutment Jembatan.
Uraian detailnya mengacu KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dapat menjadi sub bab
yang terdiri dari:

2.1 Kriteria desain abutment jembatan ditetapkan sesuai dengan


ketentuan teknis yang berlaku.

1-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

2.2 Ketentuan pembebanan jembatan yang berlaku untuk perencanaan


abutment diterapkan.
2.3 Dimensi abutment dihitung dan direncanakan sesuai dengan
persyaratan teknis yang ditentukan.

3. Merencanakan pilar jembatan, direpresentasikan sebagai bab modul


berjudul: Bab 4 Perencanaan Pilar Jembatan.
Uraian detailnya mengacu KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dapat menjadi sub bab
yang terdiri dari:

3.1 Kriteria desain pilar jembatan diterapkan sesuai dengan ketentuan


teknis yang berlaku.
3.2 Ketentuan pembebanan jembatan yang berlaku untuk perencanaan
pilar diterapkan.
3.3 Dimensi pilar dihitung dan direncanakan sesuai dengan persyaratan
teknis yang ditentukan.

Penulisan dan uraian isi modul secara detail betul-betul konsisten mengacu tuntutan
elemen kompetensi dan masing-masing KUK (Kriteria Unjuk Kerja) yang sudah
dianalisis indikator kinerja/keberhasilannya (IUK).

Berdasarkan IUK (Indikator Unjuk Kerja/Keberhasilan) sebagai dasar alat penilaian,


diharapkan uraian detail setiap modul pelatihan berbasis kompetensi betul-betul
mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang mendukung
terwujudnya IUK, sehingga dapat dipergunakan untuk melatih tenaga kerja yang
hasilnya jelas, lugas dan terukur.

1.3. Batasan / Rentang Variabel

Batasan/rentang variabel adalah ruang lingkup, situasi dimana unjuk kerja


diterapkan. Mendefinisikan situasi dari unit kompetensi dan memberikan informasi
lebih jauh tentang tingkat otonomi perlengkapan dan materi yang mungkin
digunakan dan mengacu pada syarat-syarat yang ditetapkan termasuk peraturan
dan produk jasa yang dihasilkan

1.3.1 Batasan/Rentang Variabel Unit Kompetensi

Adapun batasan / rentang variabel untuk unit kompetensi ini adalah:

1. Kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja berkelompok;

1-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

2. Tersedia tenaga ahli yang mampu mengaplikasikan kriteria perencanaan


dan standar perencanaan pembebanan jembatan jalan raya, mampu
menetapkan tipe dan jenis bangunan bawah jembatan, mampu
merencanakan abutment jembatan dan mampu merencanakan pilar
jembatan.

3. Peralatan untuk keperluan perhitungan dan perencanaan yaitu


komputer/laptop (termasuk berbagai software yang diperlukan sesuai
dengan keperluan perhitungan perencanaan), printer, kalkulator bagi
yang belum terbiasa dengan penggunaan komputer, dan alat tulis kantor.

1.3.2 Batasan/Rentang Variabel Pelaksanaan Pelatihan

Adapun batasan / rentang variabel untuk pelaksanaan pelatihan adalah:

1. Seleksi calon peserta dievaluasi dengan kompetensi prasyarat yang


tertuang dalam SLK (Standar Latih Kompetensi) dan apabila terjadi
kondisi peserta kurang memenuhi syarat, maka proses dan waktu
pelaksanaan pelatihan disesuaikan dengan kondisi peserta, namun tetap
mengacu tercapainya tujuan pelatihan dan tujuan pembelajaran.
2. Persiapan pelaksanaan pelatihan termasuk prasarana dan sarana sudah
mantap.
3. Proses pembelajaran teori dan praktek dilaksanakan sampai tercapainya
kompetensi minimal yang dipersyaratkan.
4. Penilaian dan evaluasi hasil pembelajaran didukung juga dengan
batasan/rentang variable yang dipersyaratkan dalam unit kompetensi.

1.4. Panduan Penilaian

Untuk membantu menginterpretasikan dan menilai unit kompetensi dengan


mengkhususkan petunjuk nyata yang perlu dikumpulkan untuk memperagakan
kompetensi sesuai tingkat kecakapan yang digambarkan dalam setiap kriteria unjuk
kerja yang meliputi :

• Pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk seseorang


dinyatakan kompeten pada tingkatan tertentu.
• Ruang lingkup pengujian menyatakan dimana, bagaimana dan dengan metode
apa pengujian seharusnya dilakukan.
• Aspek penting dari pengujian menjelaskan hal-hal pokok dari pengujian dan
kunci pokok yang perlu dilihat pada waktu pengujian.

1-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

1.4.1. Acuan Penilaian

Adapun acuan untuk melakukan penilaian yang tertuang dalam SKKNI


adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku untuk


mendemonstrasikan kompetensi ini terdiri dari:
1. Pemahaman terhadap metoda penetapan tipe dan jenis bangunan
bawah jembatan, perencanaan abutment jembatan dan perencanaan
pilar jembatan.
2. Penerapan metode tersebut pada batir di atas adalah untuk keperluan
perencanaan bangunan bawah jembatan.
3. Cermat, teliti, tekun, obyektif, dan berfikir komprehensif dalam
menerima data lapangan yang diperlukan sebelum digunakan untuk
melakukan perencanaan bangunan bawah jembatan.

b. Konteks Penilaian
1. Unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja yang
menyangkut pengetahuan teori
2. Penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja/ perilaku.
3. Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai
pengetahuan dan keterampilan yang ditetapkan dalam Materi Uji
Kompetensi (MUK).

c. Aspek Penting Penilaian


1. Ketelitian dan kecermatan dalam memahami dan menggunakan
ketentuan teknis, persyaratan teknis maupun data-data yang
diperlukan untuk melakukan perencanaan bangunan bawah
jembatan;
2. Kemampuan melakukan validasi terhadap data-data yang telah
dikumpulkan oleh para petugas lapangan untuk digunakan dalam
melaskukan perencanaan bangunan bawah jembatan;

1.4.2. Kualifikasi Penilai

a. Penilai harus kompeten paling tidak tentang unit-unit kompetensi sebagai


assesor (penilai) antara lain: mrencanakan penilaian, meaksanakan
penilaian dan mreview penilaian yang dibuktikan dengan sertifikat
assesor.

1-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

b. Penilai juga harus kompeten tentang teknis substansi dari unit-unit yang
akan didemonstrasikan dan bila ada syarat-syarat industri perusahaan
lainnya muncul, penilai bisa disyaratkan untuk :

1. Mengetahui praktek-praktek /kebiasaan industri /perusahaan yang


ada sekarang dalam pekerjaan atau peranan yang kinerjanya sedang
dinilai.
2. Mempraktekkan kecakapan inter-personal seperlunya yang
diperlukan dalam proses penilaian.

c. Apabila terjadi kondisi Penilai (assesor) kurang menguasai teknis


substansi, dapat mengambil langkah menggunakan penilai yang
memenuhi syarat dalam berbagai konteks tempat kerja dan lembaga,
industri/perusahaan. Opsi-opsi tersebut termasuk :

1. Penilai di tempat kerja yang kompeten, teknis substansial yang


relevan dan dituntut memiliki pengetahuan tentang praktek-praktek/
kebiasaan industri/ perusahaan yang ada sekarang.
2. Suatu panel penilai yang didalamnya termasuk paling sedikit satu
orang yang kompeten dalam kompetensi subtansial yang relevan.
3. Pengawas tempat kerja dengan kompetensi dan pengalaman
subtansial yang relevan yang disarankan oleh penilai eksternal yang
kompeten menurut standar penilai.
4. Opsi-opsi ini memang memerlukan sumber daya, khususnya
penyediaan dana lebih besar (mahal)

Ikhtisar (gambaran umum) tentang proses untuk mengembangkan


sumber daya penilaian berdasar pada Standar Kompetensi Kerja (SKK)
perlu dipertimbangkan untuk memasukan sebuah flowchart pada proses
tersebut.
Sumber daya penilaian harus divalidasi untuk menjamin bahwa penilai
dapat mengumpulkan informasi yang cukup, valid dan terpercaya untuk
membuat keputusan penilaian yang betul-betul handal berdasar standar
kompetensi.

1-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

KOMPETENSI ASESOR

Kompeten ?
Memiliki
Kompetensi
Assessment

Memiliki
Kompetensi
bidang
Substansi

1.4.3. Penilaian Mandiri

Penilaian mandiri merupakan suatu upaya untuk mengukur kapasitas


kemampuan peserta pelatihan terhadap pengasaan substansi materi
pelatihan yang sudah dibahas dalam proses pembelajaran teori maupun
praktek.
Penguasaan substansi materi diukur dengan IUK (Indikator Unjuk Kerja/
Indikator Kinerja/Keberhasilan) dari masing-masing KUK (Kriteri Unjuk Kerja),
dimana IUK merupakan hasil analisis setiap KUK yang dipergunakan untuk
mendesain/menyusun kurikulum silabus pelatihan.
Bentuk pelatihan mandiri antara lain:

a. Pertanyaan dan Kunci Jawaban, yaitu:


Menanyakan kemampuan apa saja yang telah dikuasai untuk
mewujudkan KUK (Kriteria Unjuk Kerja), kemudian dilengkapi dengan
”Kunci Jawaban” dimana kunci jawaban dimaksud adalah IUK (Indikator
Unjuk Kerja/ Indikator Kinerja/Keberhasilan) dari masing-masing KUK
(Kriteria Unjuk Kerja)

b. Tingkat Keberhasilan Pelatihan


Dari penilaian mandiri akan terungkap tingkat keberhasilan peserta
pelatihan dalam mengikuti proses pembelajaran.
Apabila tingkat keberhasilan rendah, perlu evaluasi terhadap:
1. Peserta pelatihan terutama tentang pemenuhan kompetensi prasyarat
dan ketekunan serta kemampuan mengikuti proses pembelajaran.
2. Materi/modul pelatihannya apakah sudah mengikuti dan konsisten
mengacu tuntutan unit kompetensi, elemen kompetensi, KUK (Kriteria

1-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Unjuk Kerja), maupun IUK IUK (Indikator Unjuk Kerja/ Indikator


Kinerja/Keberhasilan).
3. Instruktur/fasilitatornya, apakah konsisten dengan materi/modul yang
sudah valid mengacu tuntutan unit kompetensi beserta unsurnya
yang diwajibkan untuk dibahas dengan metodologi yang tepat.
4. Mungkin juga karena penyelenggaraan pelatihannya atau sebab lain.

1.5. Sumber Daya Pembelajaran


Sumber daya pembelajaran dikelompokan menjadi 2 (dua) yaitu :
a. Sumber daya pembelajaran teori :
- OHT dan OHP (Over Head Projector) atau LCD dan Laptop.
- Ruang kelas lengkap dengan fasilitasnya.
- Materi pembelajaran.
b. Sumber daya pembelajaran praktek :
- PC, lap top bagi yang yang sudah terbiasa dengan penggunaan komputer
atau kalkulator bagi yang belum terbiasa dengan penggunaan komputer.
- Alat tulis, kertas dan lain-lain yang diperlukan untuk membantu peserta
pelatihan dalam menghitung dan merencanakan bangunan atas jembatan.
c. Tenaga kepelatihan, instruktur/assesor dan tenaga pendukung penyelenggaraan
betul-betul kompeten.

1-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

BAB 2
PENETAPAN TIPE DAN
JENIS BANGUNAN BAWAH JEMBATAN

2.1. Umum

Bab ini mengetengahkan uraian mengenai penetapan tipe dan jenis bangunan
bawah jembatan yang mencakup beban-beban yang bekerja pada bangunan bawah
jembatan, penetapan tipe dan jenis abutment, serta penetapan tipe dan jenis pilar
jembatan.

Beban-beban yang bekerja pada bangunan bawah jembatan, menjelaskan beban


dan gaya yang berasal dari bangunan atas maupun berat sendiri bangunan bawah
jembatan, beban hidup dan gaya-gaya lain, serta kombinasi pembebanan yang
harus diperhitungkan dalam perencanaan abutment maupun pilar jembatan.

Penetapan tipe dan jenis abutment jembatan, menjelaskan faktor-faktor yang perlu
dijadikan pertimbangan dalam menetapkan tipe dan jenis abutment jembatan antara
lain tinggi abutment, kondisi tanah pondasi, dan beban kerja dari bangunan atas.

Penetapan tipe dan jenis pilar jembatan, menjelaskan faktor-faktor yang perlu
dijadikan pertimbangan dalam menetapkan tipe dan jenis pilar jembatan antara lain
tinggi pilar, kondisi tanah pondasi, beban kerja dari bangunan atas, dan jika pilar
dibangun untuk jembatan yang melintasi sungai maka bentuk potongan melintang
pilar berupa bulat telur atau lingkaran lebih tepat untuk dipilih guna memperkecil
terhambatnya aliran air.

2.2. Beban-beban Yang Bekerja Pada Struktur Bangunan Bawah

Beban-beban yang bekerja pada bangunan bawah jembatan diperhitungkan


mengikuti pedoman pembebanan perencanaan jembatan jalan raya yang berlaku,
yaitu Pedoman Perencanaan Pembebanan Jalan Raya - SKBI 1.3.28.1987 atau
BMS7-C2-Bridge Design Code 1992. Penggunaan kedua jenis pedoman tersebut
untuk perencanaan jembatan prinsip dasarnya sama yaitu jembatan direncanakan
dengan memperhitungkan beban dan gaya-gaya dan berbagai kombinasi gaya-gaya
yang bekerja pada elemen-elemennya, kemudian diperiksa apakah elemen-elemen
jembatan tersebut mampu memikul kombinasi gaya-gaya dimaksud. Berdasarkan

2-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

SKBI – 1.3.28.1987 perencanaan jembatan dilakukan dengan cara perencanaan


“tegangan kerja” KBL (keadaan batas daya layan – working stress design) atau
perencanaan cara elastis. Sedangkan berdasarkan BMS7-C2-Bridge Design Code
1992 prosedur perhitungan mempertimbangkan perilaku struktural secara plastis
atau disebut KBU (keadaan batas ultimit atau runtuh). Pada cara KBU, beban yang
bekerja dikalikan dengan faktor beban secara masing-masing (kapasitas ultimit
direduksi oleh faktor reduksi bahan) dan faktor beban untuk kombinasi beban. Hasil
akhir adalah mempertahankan tegangan dalam rentang elastis. Dengan demikian
KBU mengikuti teori kekuatan ultimit dan teori elastis.
Pedoman pembebanan untuk perencanaan jembatan jalan raya merupakan dasar
dalam menentukan beban-beban dan gaya-gaya untuk perhitungan tegangan-
tegangan yang terjadi pada setiap bagian jembatan jalan raya. Penggunaan
pedoman dimaksudkan untuk mencapai perencanaan ekonomis sesuai kondisi
setempat, tingkat keperluan, kemampuan pelaksanaan dan syarat-syarat teknis
lainnya sehingga perencanaan menjadi efektif.

Penggunaan SKBI 1.3.28.1987

Jika menggunakan SKBI 1.3.28.1987, pedoman pembebanan untuk perencanaan


jembatan jalan raya meliputi data-data beban primer, beban sekunder dan beban
khusus serta persyaratan perencanaan untuk penyebaran beban, kombinasi
pembebanan, syarat ruang bebas dan penggunaan beban hidup tidak penuh.
Pedoman berdasarkan SKBI 1.3.28.1987 tersebut dapat digunakan untuk
perencanaan jembatan dengan panjang bentang / 200 m, dengan mengadakan
modifikasi sesuai jenis konstruksi dan kondisi lapangan.

Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang beban-beban yang diperhitungkan
dalam perencanaan jembatan, artinya juga untuk bangunan bawah (abutment dan
pilar) jembatan:

− Beban primer, adalah beban yang merupakan beban utama dalam perhitungan
tegangan pada setiap perencanaan jembatan.
− Beban sekunder, adalah beban yang merupakan beban sementara yang selalu
diperhitungkan dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan
jembatan.
− Beban khusus, adalah beban yang merupakan beban-beban khusus untuk
perhitungan tegangan pada perencanaan jembatan.

2-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

− Beban mati, adalah semua beban yang berasal berat sendiri jembatan atau
bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan yang dianggap
merupakan satu kesatuan tetap dengannya.
− Beban hidup, adalah semua beban yang berasal dari berat kendaraan-
kendaraan bergerak / lalu litas dan/atau pejalan kaki yang dianggap bekerja
pada jembatan.
− Beban mati primer, adalah berat sendiri dari pelat dan sistem lainnya yang
dipikul langsung oleh masing-masing gelagar jembatan.
− Beban mati sekunder, adalah berat kerb, trotoir, tiang sandaran dan lain-lain
yang dipasang setelah pelat dicor. Beban tersebut dianggap terbagi rata di
semua gelagar.

Penggunaan beban-beban tersebut untuk perencanaan bangunan bawah jembatan


termasuk kombinasi pembebanannya dilakukan dengan mengacu pada ketentuan
dan peryaratan teknis yang secara rinci diatur dalam SKBI 1.3.28.1987.

Penggunaan BMS7-C2-Bridge Design Code 1992

Jika perencana menggunakan BMS7-C2-Bridge Design Code 1992 sebagai


pedoman perencanaan teknis, maka beban-beban dan parameter-parameter lain
yang diperhitungkan adalah sebagai berikut:

− Beban pelaksanaan, adalah beban sementara yang mungkin bekerja pada


bangunan secara menyeluruh atau sebagian selama pelaksanaan.
− Beban mati, adalah beban tetap.
− Aksi rencana, adalah aksi nominal yang telah bertambah atau berkurang oleh
faktor beban.
− Lajur lalu lintas rencana, adalah strip dengan lebar 2.75 m dari jalur yang
digunakan dimana pembebanan lalu lintas rencana bekerja.

− Jangka waktu aksi, adalah perkiraan lamanya aksi bekerja dibandingkan dengan
umur rencana jembatan. Ada 2 macam kategori jangka waktu yang diketahui:
• Aksi tetap, adalah aksi yang bekerja sepanjang waktu dan bersumber pada
sifat jembatan, cara jembatan dibangun dan bangunan lain yang mungkin
menempel pada jembatan.
• Aksi transient, yaitu aksi yang bekerja dengan waktu yang pendek, walaupun
mungkin terjadi seringkali.

2-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

− Aksi lingkungan, termasuk pengaruh yang timbul akibat temperatur, angin, aliran
air, gempa dan penyebab-penyebab alamiah lainnya.

− Beban hidup yang dimaksud dalam tatacara ini adalh beban transient.

− Faktor beban, adalah pengali numerik yang digunakan pada aksi nominal untuk
menghitung aksi rencana. Faktor beban diambil untuk memperkecil kesalahan-
kesalahan yang disebabkan oleh:
• Adanya perbedaan yang tidak diinginkan pada beban.
• Ketidaktepatan dalam memperkirakan pengaruh pembebanan.
• Adanya perbedaan ketepatan dimensi yang dicapai dalam pelaksanaan.

− Aksi nominal, adalah aksi yang dianggap mampu bekerja memikul beban akibat
periode ulang banjir 50 tahun jika data statistik dinilai cukup dan dapat
digunakan untuk perhitungan banjir ulang dimaksud. Jika data statistik tidak
cukup, maka harga nominal dianggap kira-kira mendekati akibat yang diperoleh
karena banjir ulang 50 tahun.

− Faktor beban biasa, adalah faktor pegaruh dari aksi rencana karena
pengurangan keamanan konstruksi.

− Lajur lalu lintas biasa adalah lajur yang diberi marka pada permukaan untuk
mengendalikan lalu lintas.

− Faktor beban terkurangi, adalah faktor yang digunakan apabila pengaruh dari
aksi rencana mengakibatkan penambahan keamanan.

− Lebar jembatan adalah lebar keseluruhan dari jembatan yang dapat digunakan
oleh kendaraan termasuk lalu lintas bisaa, bahu yang diperkeras, marka median,
dan marka yang berupa strip. Lebar jalan membentang dari trotoir yang
dipertinggi ke trotoir lainnya. Atau kalau trotoir tidak dipertinggi, adalah dari
penghalang bagian dalam ke penghalang lainnya.

− Tipe Aksi. Dalam hal-hal tertentu aksi bisa meningkatkan respon total jembatan
(mengurangi keamanan) pada salah satu bagian jembatan, akan tetapi
mengurangi respon total (menambah keamanan) pada bagian lainnya, sehingga:
• Tak dapat dipisah-pisahkan, artinya aksi tidak dapat dipisah ke dalam salah
satu bagian yang mengurangi keamanan dan bagian lain yang menambah
keamanan (misalnya pembebanan ”T”).

2-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

• Tersebar, dimana bagian aksi yang mengurangi keamanan dapat diambil


berbeda dengan bagian aksi yang menambah keamanan (misalnya beban
mati tambahan).
• Berat dari suatu benda adalah gaya gravitasi yang bekerja pada massa
benda tersebut (kN).
Berat = massa x g, dimana g = percepatn akibat gravitasi.

Penggunaan beban-beban tersebut untuk perencanaan bangunan bawah jembatan


termasuk kombinasi pembebanannya dilakukan dengan mengacu pada ketentuan
dan peryaratan teknis yang secara rinci diatur dalam BMS7-C2-Bridge Design Code
1992.

2.3. Tipe dan Jenis Abutment Jembatan

Abutment adalah suatu bangunan yang didesain untuk meneruskan beban dari
bangunan atas, baik beban mati atau beban hidup, berat sendiri dari abutment
(beban mati) dan tekanan tanah ke tanah pondasi.
Jenis dari abutment yang sekarang lazim digunakan adalah abutment dari beton
bertulang (minimal mutu sedang), sedangkan dari abutment tipe lama dikenal jenis
abutment yang dibuat dari pasangan batu kali, sering disebut sebagai abutment tipe
gravitasi. Berikut ini diberikan bentuk umum dari tipe-tipe abutment yang sering
digunakan:

Tipe T Terbalik
Tipe Gravitasi Tipe Balok Kepala Tipe T Terbalik
dengan Penopang
Gambar 2-1 Tipe-tipe Abutment

Abutment tipe gravitasi pada umumnya dijumpai pada jembatan-jembatan jalan


raya maupun jembatan jalan kereta api yang dibangun pada masa kolonial. Tinggi
abutment tipe gravitasi ini pada umumnya dibatasi sampai dengan 5 m, bahan yang
dipilih untuk abutment tipe ini pasangan batu kali. Pada umumnya abutment tipe ini

2-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

dipilih karena kondisi tanah dasar baik dan memungkinkan untuk dibuat pondasi
langsung.
Abutment tipe balok kepala (pile cap) sekarang sering digunakan, dimaksudkan
untuk memperkecil berat sendiri dari abutment, sementara itu untuk mencapai tanah
keras diperlukan tiang pancang karena lokasi tanah keras yang berfungsi sebagai
pondasi untuk memikul jembatan lokasinya “agak dalam” atau “dalam” dihitung dari
permukaan tanah dasar.

Abutment tipe T terbalik, ini merupakan tipe yang mulai digunakan pada era tahun
1970-an sampai sekarang, pada umumnya digunakan apabila tinggi abutment
berkisar antara 6-12 m. Kadang-kadang perencana mengambil tipe ini meskipun
tinggi abutment hanya 2 m, atau bahkan untuk abutment dengan tinggi 15 m juga
masih menggunakan tipe ini. Abutment tipe T terbalik ini dapat dipikul oleh tiang
pancang, atau sumuran atau bahkan pondasi langsung tergantung, pada kondisi
tanah di bawah abutment.

Abutment tipe T terbalik dengan penopang, tipe ini jarang digunakan, pada
umumnya digunakan apabila tinggi abutment berkisar antara 9-20 m. Kadang-
kadang perencana mengambil tipe ini meskipun tinggi abutment hanya 5 m, padahal
sebenarnya dapat digunakan alternative lain yaitu tipe T terbalik tanpa penopang.
Abutment tipe T terbalik ini dapat dipikul oleh tiang pancang, atau sumuran atau
bahkan pondasi langsung tergantung, pada kondisi tanah di bawah abutment.
Permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan tipe ini adalah keberadaan
penopang akan menyulitkan pemadatan timbunan oprit jembatan.
Berikut ini diberikan grafik yang menunjukkan hubungan antara tipe abutment
dengan tinggi pemakaian:

Tinggi Pemakaian (m)


Tipe Abutment
0 5 10 15 20
Tipe T Terbalik
dengan Penopang

Tipe T Terbalik

Tipe Semi Gravitasi

Tipe Gravitasi

Sumber : Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Penterjemah Ir. L. Taulu dkk,
Ir. Suyono Sosrodarsono – Kazuto Nakazawa - 1981

2-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

2.4. Tipe dan Jenis Pilar Jembatan

Pilar adalah suatu bangunan yang didesain untuk meneruskan beban dari bangunan
atas, baik beban mati atau beban hidup, berat sendiri dari pilar (beban mati) ke
tanah pondasi. Dari segi jenis, pilar dibuat dari beton bertulang minimal mutu
sedang.

Apabila pilar jembatan ditempatkan di sungai, maka pertama-tama yang harus


dipertimbangkan adalah memilih bentuk pilar yang sekecil mungkin mempengaruhi
arus air sungai terutama pada waktu banjir. Arus air sungai mengalami hambatan
yang kecil apabila potongan pilar berbentuk bulat telur dengan dinding pilar yang
tipis serta arah dinding pilar sejajar dengan arah aliran air . Atau bisa juga potongan
pilar berbentuk lingkaran, akan tetapi apabila diameter lingkaran cukup besar juga
akan mengganggu aur air banjir. Potongan melintang pilar berbentuk lingkaran ini
akan lebih cocok digunakan untuk jembatan yang melintasi sungai dengan posisi
”skew”. Dalam hal ini, kemanapun arah aliran, luas penampang basah sungai yang
terganggu oleh adanya pilar tetap sama.

Pada sketsa pilar tersebut di bawah, diberikan bentuk-bentuk umum pilar yang
dibangun di sungai serta di darat:

Tipe pilar yang dibangun di sungai

Tipe pilar yang dibangun di darat

Gambar 2-2 Tipe-tipe Pilar


Sumber : Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Penterjemah Ir. L. Taulu dkk,
Ir. Suyono Sosrodarsono – Kazuto Nakazawa – 1981

2-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Perencanan pilar jembatan perlu memperhatikan penggerusan akibat aliran air banjir di
sekitar dinding pilar. Ternyata penggerusan terdalam terjadi pada bagian lengkungan
dinding. Sudut kemiringan lereng yang tergerus kurang lebih sama dengan sudut
material dasar yang terkumpul dalam air yaitu sekitar 30-40 derajat meskipun bervariasi
sesuai dengan ukuran butir, merupakan penggerusan berbentuk kerucut.

Untuk jelasnya lihat sketsa berikut:

Gambar 2-2 Penggerusan sekitar pilar oleh arus banjir


Sumber : Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Penterjemah Ir. L. Taulu dkk,
Ir. Suyono Sosrodarsono – Kazuto Nakazawa – 1981

Pada gambar di atas terlihat bahwa scouring terjadi di ujung bawah pilar tempat air
banjir “menabrak” dinding pilar. Jika scouring akibat arus air tambah besar, bisa terjadi
keruntuhan pilar yang akhirnya menyebabkan jembatan runtuh.

2-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

RANGKUMAN

1. Bab 2 dari modul ini menjelaskan beban yang bekerja pada struktur bangunan
bawah jembatan, tipe dan jenis abutment jembatan, dan tipe dan jenis pilar
jembatan.

2. Beban yang bekerja pada struktur bangunan bawah jembatan menjelaskan jenis-
jenis beban dan gaya yang bekerja pada abutment maupun pilar jembatan dengan
mengambil acuan dari Pedoman Perencanaan Pembebanan Jalan Raya - SKBI
1.3.28.1987 maupun BMS7-C2-Bridge Design Code 1992. Prinsip-prinsip dasar dari
dari kedua pedoman/tatacara diuraikan dalam garis untuk memberikan gambaran
apabila perencana akan menggunakannya.

3. Tipe dan jenis abutment jembatan, menjelaskan apa yang menjadi dasar dalam
memilih tipe-tipe abutment jembatan, apa hubungan antara tipe dengan tinggi
abutment, apa keuntungan memilih pile cap dibanding tipe yang lainnya.

4. Tipe dan Jenis pilar jembatan, menjelaskan apa yang menjadi dasar dalam memilih
tipe-tipe pilar jembatan, apa hubungan antara tipe dengan tinggi pilar, apa bedanya
tipe pilar di sungai dengan tipe pilar yang dibangun di darat. Kemudian juga
diberikan contoh bagaimana air banjir dapat menggerus dasar pilar, yang jika
dibiarkan akan mengancam stabilitas pilar.

2-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI

Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar/ instruktur, maka pertanyaan
dibawah perlu dijawab secara cermat, tepat dan terukur.

Kode/ Judul Unit Kompetensi :


INA.5212.113.01.04.07 : Merencanakan bangunan bawah jembatan

Soal :
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Menetapkan tipe dan jenis
bangunan bawah
jembatan.

1.1. Beban yang bekerja 1.1. Apakah anda mampu a. .........................


pada struktur menghitung beban
b. .........................
bangunan bawah yang bekerja pada
jembatan struktur bangunan c. .........................
diperhitungkan bawah jembatan? dst.
sesuai dengan
ketentuan teknis
yang berlaku

1.2. Tipe dan jenis 1.2. Apakah anda mampu a. .........................


abutment jembatan menetapkan tipe dan
b. .........................
ditetapkan sesuai jenis abutment
dengan persyaratan jembatan sesuai c. .........................
teknis yang dengan persyaratan dst.
ditentukan. teknis yang
ditentukan?

1.3. Tipe dan jenis pilar 1.3. Apakah anda mampu a. .........................
jembatan ditetapkan menetapkan tipe dan
b. .........................
sesuai dengan jenis pilar jembatan
persyaratan teknis sesuai dengan c. .........................
yang ditentukan persyaratan teknis dst.
yang ditentukan?

2-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

BAB 3
PERENCANAAN ABUTMENT JEMBATAN

3.1. Umum

Bab ini mengetengahkan uraian mengenai perencanaan abutment jembatan yang


mencakup kriteria perencanaan abutment jembatan, penerapan ketentuan
pembebanan dan perhitungan / perencanaan dimensi abutment jembatan.

Kriteria perencanaan abutment jembatan, berkaitan dengan persyaratan mutu bahan


yang akan digunakan untuk abutment. Mutu bahan yang digunakan akan
memberikan gambaran bagi bridge design engineer untuk menentukan batasan-
batasan tegangan ijin dalam proses perhitungan konstruksi.

Penerapan ketentuan pembebanan, dimulai dengan memilih, standar pembebanan


yang mana yang akan digunakan dalam perencanaan abutment. Atas dasar standar
pembebanan yang telah dipilih tersebut, bridge design engineer menyusun tata urut
proses perhitungan, diawali dengan menghitung beban-beban yang bekerja,
berbagai gaya yang diperhitungkan akan berpengaruh pada desain abutment,
tekanan tanah dan kombinasi dari beban dan gaya-gaya yang mempunyai pengaruh
paling tinggi dalam perhitungan perencanaan abutment.

Perhitungan dan perencanaan abutment, merupakan perhitungan yang didasarkan


atas beban mati, beban hidup, tekanan tanah dan gaya-gaya lain yang disusun
secara terstruktur mengikuti proses perhitungan sebagaimana ditentukan di dalam
pedoman pembebanan jembatan jalan raya yang digunakan. Hasil perhitungan
nantinya akan digunakan sebagai masukan dalam penyiapan gambar rencana, yang
merupakan salah satu komponen dari produk perencanaan teknis jembatan.

3.2. Kriteria Perencanaan Abutment Jembatan

Penentuan kriteria perencanaan untuk abutment tergantung pada tipe dan jenis
abutment yang dipilih. Modul ini membatasi diri pada abutment yang dibuat dari
beton bertulang, sehingga seluruh aspek perencanaan didasarkan atas perilaku
beton bertulang. Ada 3 jenis beton yang dikenal pada saat sekarang yaitu:

3-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

− Beton mutu tinggi (K-400, K450, K-500 dan K-600)


− Beton mutu sedang (K-250, K-300, dan K-350)
− Beton mutu rendah (K-125 dan K-175).

Untuk abutment jembatan, disarankan menggunakan beton K-350. Untuk dapat


membuat beton K-350 perencana harus mempelajari Spesifikasi terlebih dahulu
untuk mengetahui persyaratan-persyaratan bahan penyusun beton K-350 yaitu
semen, air, agregat dan mungkin juga bahan tambah. Dari keempat jenis bahan ini
yang perlu mendapatkan perhatian adalah pemilihan agregat yang terdiri dari
agregat kasar dan agregat halus. Fokus perhatian perlu ditujukan kepada agregat
kasar, dalam hal ini perencana harus memilih, berapa ukuran terbesar agregat kasar
yang akan digunakan. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran
agregat terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan atau
antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus
dicor. Kekuatan karakteristik untuk beton K-350 pada umur 28 hari Fc’ = 29.05 Mpa.

Untuk baja tulangan, menurut Spesifikasi tersedia banyak pilihan, yaitu baja lunak
BJ-24, baja sedang BJ-32, baja keras BJ-39 dan baja keras BJ-48. Namun misalkan
di pasar yang tersedia adalah baja dengan kekuatan karakteristik leleh baja Fy =
400 Mpa, meskipun di dalam Spesifikasi yang tersedia adalah BJ-39 dengan Fy =
390 Mpa, bisa saja kita menggunakan baja BTJD 40 dengan Fy = 400 Mpa. Dengan
demikian kriteria perencanaan untuk perhitungan abutment didasarkan atas Fc’ =
29.05 Mpa dan Fy = 400 Mpa jika menggunakan beton K-350.

3.3. Penerapan Ketentuan Pembebanan

Ada 2 pilihan yang dapat digunakan untuk menghitung perencanaan abutment, yaitu
Pedoman Pembebanan Jalan Raya SKBI – 1.3.28.1987 – UDC 624.042 : 62421
atau BMS7-C2-Bridge Design Code 1992. Sub bab ini akan mengetengahkan
penggunaan BMS7-C2-Bridge Design Code 1992 untuk perencanaan abutment.
Penjelasan lebih rinci tentang Standar BMS7-C2-Bridge Design Code 1992 telah
ditulis dalam Modul BDE-03 Bab 4 Sub Bab 4.1. Sub-sub Bab 4.1.1., dapat
digunakan sebagai referensi untuk Modul BDE-04 Bab 3 Sub Bab 3.3 ini.

Untuk memudahkan penerapan ketentuan pembebanan tersebut ke dalam istilah-


istilah yang lazim digunakan dalam perencanaan jembatan selama ini, maka istilah
yang digunakan di sini masih didasarkan atas istilah-istilah lama yaitu beban mati,

3-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

beban hidup, dan sebagainya, tidak menggunakan istilah baru seperti aksi tetap,
aksi transient, aksi lingkungan dan sebagainya.

Penjelasan selanjutnya tentang Sub Bab ini berkaitan dengan Sub Bab 3.4,
sehingga penerapan ketentuan pembebanan untuk perencanaan abutment ini perlu
dimulai dengan memahami kondisi yang dihadapi yaitu sebagai contoh: abutment
harus memikul beban bangunan atas yang terdiri dari: 6 balok gelagar I (beton),
pelat lantai beton, kerb, perkerasan aspal, sandaran, dan diafragma. Selain itu juga
terdapat beban-beban bangunan bawah, sehingga beban-beban yang bekerja pada
abutment dengan demikian dapat dirinci sebagai berikut:

• Beban/gaya yang berasal dari bangunan atas:


− Beban Mati
i. Berat sendiri girder
ii. Berat plat lantai
iii. Berat kerb
iv. Berat aspal
v. Berat sandaran
vi. Berat diafragma
− Beban Hidup
i. Beban merata (UDL, Uniform Dead Load)
ii. Beban garis (KEL, Knife Edge Load)
iii. Beban hidup dengan kejut (hanya untuk UDL)
- Catatan : factor kejut diambil dari Dynamic Load Allowance for KEL of
“D” Lane Load – butir 2.3.6 Bridge Design Code, Setion 2 Bridge
Loads, Document No. BMS7-C2.
- Penempatan beban hidup pada lantai jembatan, selebar 5.50 m
beben 100% , sisanya beban 50%.
- Beban UDL yang bekerja pada abutment.
iv. Gaya rem
v. Gaya gesek pada perletakan
− Gaya horizontal akibat gempa

• Beban/gaya yang berasal dari berat sendiri bangunan bawah dan tekanan tanah:
− Berat sendiri abutment
− Penetapan koefisien tekanan tanah
i. Pada kondisi normal

3-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

ii. Pada kondisi gempa


− Tekanan tanah

• Summary: Beban-beban yang bekerja pada abutment.

• Gaya dan momen yang bekerja di dasar abutment.

Kombinasi-kombinasi beban
− Abutment + Tekanan Tanah + Beban Mati Superstructure
− Kondisi normal : Abutment + Tekanan Tanah + Beban Mati / Beban Hidup
Superstructure + Gaya Rem + Gaya Gesek.
− Kondisi Gempa : Abutment + Tekanan Tanah + Beban Mati Superstructure +
Gaya Gesek.

• Perhitungan tulangan dinding abutment


− Penetapan potongan lebar 1.00 meter dari abutment untuk perhitungan
tulangan dinding.
− Penentuan potongan-potongan yang dipertimbangkan ”kritis” dalam memikul
beban-beban yang bekerja (gaya dan momen).
− Perhitungan gaya-gaya dan momen V, H, dan M untuk masing-masing
potongan pada kondisi normal.
− Perhitungan gaya-gaya dan momen V, H, dan M untuk masing-masing
potongan pada kondisi gempa.

• Perencanaan tulangan dinding abutment dengan SKSNI


− Perhitungan tulangan dinding abutment baik pada kondisi normal maupun
kondisi gempa diterapkan pada potongan-potongann yang telah dipilih.
− Penyiapan perencanaan tulangan dinding abutment pada kondisi normal.
− Pemeriksaan kekuatan penampang berdasarkan hancur “tarik” pada kondisi
normal.
− Pemeriksaan kekuatan penampang berdasarkan hancur ”tekan” pada kondisi
normal.
− Penyiapan perencanaan tulangan dinding abutment pada kondisi gempa.
− Pemeriksaan kekuatan penampang berdasarkan hancur “tarik” pada kondisi
gempa.
− Pemeriksaan kekuatan penampang berdasarkan hancur ”tekan” pada kondisi
gempa.

3-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

3.4. Perhitungan dan Perencanaan Dimensi Abutment Jembatan

Berikut ini diberikan contoh perhitungan dimensi abutment dengan data-data beban
yang harus dipikul sebagaimana tersebut di bawah:

1,4 7.5 0,5

1,1 5 x 1,50 1,1

Panjang bentang bangunan atas jembatan L = 40.80 m, diletakkan di atas abutment


di ujung-ujung jembatan. Banyaknya gelagar induk = 6 buah dengan jarak antara
masing-masing gelagar = 1.50 m.
Berat 1 girder = 1.19 ton/m, berat jenis = 2.5 ton/m
Tebal plat lantai beton = 25 cm, berat jenis = 2.5 ton/m
Kerb beton tebal = 25 cm lebar = 1 m, berat jenis = 2.5 ton/m
Aspal tebal 7.5 cm, lebar lebar 7.5 m, berat jenis = 2.3 ton/m
Berat sandaran + beton = 0.052 ton/m
Untuk girder pinggir, berat diapragma = 0.433 ton
Untuk girder tengah, berat diapragma = 0.866 ton
Diminta merencanakan abutment beton bertulang untuk memikul bangunan atas
tersebut di atas.

3.4.1 Beban/Gaya-gaya dari Bangunan Atas

A. Beban Mati

Berat sendiri girder 1.19 x 6 x L/2 = 146.08 Ton


Berat pelat lantai (w x t x y x L)/2 = 239.7 Ton
Lebar (w) = 9.4 m
Tebal(t) = 0.25 m
Berat jenis (γ ) = 2.5 Ton/m

3-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Berat Kerb 2 x (w x t x y x L)/2 = 25.5 Ton


Lebar (w) = 1 m
Tebal(t) = 0.25 m
Berat jenis (γ) = 2.5 Ton/m

Berat Aspal w x t x y x L/2 = 26.39 Ton


Lebar (w) = 7.5 m
tebal(t) = 0.075 m
Berat jenis (γ ) = 2.3 Ton/m

Berat Sandaran = 0.052 x L/2 = 1.06 Ton


Diaphragma = 34.628/2 = 17.31 Ton

Berat beban mati super-struktur (masuk di Abutment) = 456.04 Ton

B. Beban Hidup

beban garis KEL = 44 KN/M = 4.4 Ton/m


( = 12 ton /m / jalur )

Beban terbagi rata UDL = 8 Kpa = 0.8 t/m2


( 2.2 ton / m / jalur )

1. Beban merata (DDL)


q = 2.2 t/m' jalur, lebar jalur = 2.75m maka q = 2.2 /2.75 = 0.8 t/m2
atau lihat BMS section 2.3
L < 30m
q = 8 Kpa = 0.8 Ton/m2 1 kpa = 0.102 t/m2
L > 30m
q = 8.0(0.5 + 15/L) Kpa = 6.94 Kpa = 0.71 t/m2

2. Beban garis ( KEL)


p = 12 t/jalur , lebar jalur = 2.75 m, maka p = 12/2.75 = 4.4 t/m
atau lihat BMS section 2.3
p = 44KN = 4.4 Ton/m 1 KN = 0.1021

3-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

3. Faktor kejut (Impact factor, DLA) BMS section 2.3.6


untuk L < 50 , DLA = 40%
'K = 1 + 0.4 = 1.4

4. Beban hidup dengan kejut ( hanya untuk UDL)


Beban merata (UDL), q = 0.7 t/m2
Beban garis (KEL), p x k = 6.16 t/m

5. Penempatan beban hidup yang masuk pada Abutmen


Lebar plat lantai jembatan Kelas "A" =7.5 m maka penempatan nya adalah
sebagai berikut:
1,0 5.5 1,0

50 50
100%

1,1 4 x 1,80 1,1

6. Beban UDL yang masuk di Abutment


RUDL = (qx100%x(5.5)xL/2) + (q x50% x(2x 1,0)xL/2) = 93.8808 ton
R KEL = (p x 100% x ( 5.5 )) + ( P x 50% x (2 x 1,00) ) = 28.6 ton (tanpa kejut)
R KEL = (p x 100% x ( 5.5)) + ( p x 50% x (0.5) ) = 40.04 (dengan kejut)
Total R UDL + R KEL (tanpa kejut) 122.4808 ton
Total R UDL + R KEL (dengan kejut) 133.9208 ton

7. GayaRem BMS bagian 2 ( 2.3.7 )


untuk L < 80 m
Gaya Rem, Hrem = 250 KN = 25 Ton
(bekerja pada permukaan lantai jembatan arah memanjang )

8. Gaya gesek pada perletakan


Gaya gesek = 15% beban mati
Beban mati super -struktur = 456.04 ton
H gsk = 68.41 ton

3-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

C. Gaya Horizontal Akibat Gempa (Gh) lihat SNI03 - 2833 -1992

Gh = Kh x M (bbn mati spstruktur) = 82.09 Ton


Kh = Kr. f .p. b = 0.18

dimana:

Kh = Koefisien gempa horizontal Ekuivalen


Kr = Koefisien respons gabungan tergantung waktu getar alami (Tg)

(0.3Mp + Ma) 3
Tg = 2π × h detik = 0.47 detik
(3.E.I .g

Wilayah gempa 4 (contoh) didapat k = 0.15

h = tinggi Abutment = 6.06 m

f = faktor struktur = 1

p = faktor kepentingan = 1.2

b = faktor bahan = 1

Mp = Berat Abutment = 279.20 Ton

Ma = beban mati Super Struktur = 456.04 Ton

E = Modulus elastisitas beton

E beton = 4700 Fc ' x 300 x 0,83 (kubus) 23452.953 Mpa = 2345295.29 t/m2

K 300 Fc' = 300 x 0.83 f kubus) = 249 Kg/Cm2 = 24.9 Mpa

I = Momen Inersia Telapak (M4) = 1/12.W abt.b3 = 0.31 M4.

g = percepatan gravitasi = 9.8 m/det2.

h=
6.06 m

(b)
0.70
11 m
( wabt )

3-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

3.4.2 Beban-beban Bangunan Bawah

A. Perhitungan titik berat dan berat Abutment

0.30
0.30

1
0.60
2.00

2
0.45 0.45
0.40 1.40
0.60
0.40 3
0.70
0.30 4 0.45 1.05
5b 5a
0.30 #REF! 0.30
0.70
H = 7.26
6 3.06
1.90 0.50

2.40 0.70 2.40

7 8 0.40

0.80
Y
X

O
0.50 1.50 1.50 1.50 0.50

5.50

static moment to O
V X Y V.X V.Y
T/M M M TM/M TM/M
1 0.450 3.45 6.96 1.553 3.132
2 2.100 3.60 5.96 7.560 12.518
3 1.500 3.15 5.06 4.725 7.592
4 1.425 2.85 4.71 4.061 6.713
5a 0.263 3.33 4.16 0.875 1.092
5b 0.188 2.23 4.16 0.419 0.780
6 6.057 2.75 2.53 16.656 15.327
7 1.200 1.60 0.93 1.920 1.120
8 1.200 3.90 0.93 4.680 1.120
9 11 2.75 0.4 30.250 4.400
11
S 25.382 72.699 53.794

lebar abt = 11.00 m, S = 279.199 799.684 591.737

Xo = 72.699 2.86 m Yo = 53.794 = 2.12 m


=
25.382 25.382

3-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

B. Koefisien tekanan tanah


q

q N
δ

1. Keadaan Normal

φ = 30 γ = 1.8 ton
e = 0 h = 7.261 m
a = 0 q = 0.6.y = 1.08 ton/m (surcharge)
δ = 1/3φ = 10

cos2( φ − θ )
Ka = 2
cos φ.cos ( φ + δ ) 1+
2
sin ( φ + δ ). sin ( φ − α )
cos( φ + δ ).cos( φ − α )

Ka = 0,308

cos2( φ+ θ )
Kp =
cos φ.cos ( φ + δ ) 1-
2
sin ( φ + δ ). sin ( φ+ α ) 2

cos( φ + δ ).cos( φ + α )

Kp = 4,143 3,000

2. Pada Keadaan Gempa

φ= 30 Kh = C x S = 0.18
θ = 0
α = 0
δe = 0
θο = tan -1 KH = 10.20

3-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

cos 2( φ − θο − θ )
Kae = 2
cos θο.cos 2θ.cos ( θ + θο+ δe ) 1+ sin ( φ + δe ). sin ( φ − α − θο )
cos( θ + θο+ δe ).cos( θ − α )
Kae = 0.457

cos 2( φ − θο − θ )
Kpe =
cos θο.cos 2θ.cos ( θ + θο+ δe ) 1+ sin ( φ + δe ). sin ( φ − α − θο ) 2
cos( θ + θο+ δe ).cos( θ − α )
Kpe = 2.669

3. Tekanan Tanah
0,30
0,30

Ta1 0,60
2,00 0,45
0,45 1,40

0,40 0,70
0,45 1,05
0,30 Ta2
0,30
0,30
Ta3
0,50 0,70 Pq
3,06
2,40 0,70 Ta4 2,40

Pa

0,40
Ta5
0,80

σq σa
5,50
a. Keadaan Normal Lebar abutment (Wabt) = 11 m

Pa = 1/2. g. Ka .h2 = 14,637 ton/m Pa x wabt = 161,003 Ton


Pah = Pa. cos d = 14,414 ton/m Pah x wabt = 158,557 Ton
Pav = Pa. sin d = 2,542 ton/m Pav x wabt = 27,958 To

Surcharge ( beban lalulintas )


Pq = q.Ka.h = 2,419 ton/m Pq x wabt = 26,608 Ton
Pqh = Pq. cos d = 2,382 ton/m Pqh x wabt = 26,204 Ton
Pqv = Pq. sin d = 0,420 ton/m Pqv x wabt = 4,621 Ton

3-11
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Tekanan tanah diatas Footing


(Beban Vertikal)

Ta1 = area * γ = 2,160 Ta1 x wabt = 23,760 Ton


Ta2 = area * γ = 7,344 Ta2 x wabt = 80,784 Ton
Ta3 = area * γ = 0,189 Tb1 x wabt = 2,079 Ton
Ta4 = area * γ = 13,224 Tb2 x wabt = 145,459 Ton
Ta5 = area * γ = 0,864 Tb3 x wabt = 9,504 Ton

b. Keadaan Gempa

Pae = 1/2.g.Kae.h2= 21,666 ton/m Pae x wabt = 238,330 Ton

C. Summary: Beban-beban Yang Bekerja Pada Abutment

Hrem

Rspstr
Gh spst Hgsk
h= Pqh
7.26 Pq

Pah
Gh.abt Pqv P
5.26 1/2h = 3.6305 Pae
Pa
2.12 1/3h = 2.42

G.abt

2.86
0.11

R.spstr Faktor beban Ultimate ( lihat BMS )

R mati = 456,04 ton 1,3 = 592,85 ton


R hidup = 133,92 ton 2 = 267,84 ton
H rem = 25,00 ton 2 = 50,00 ton
H gsk = 68,41 ton 1,3 = 88,93 ton
Gh (dari superstruktur )= 82,09 ton 1 = 82,09 ton
G.abt = Mp = 279,20 ton 1,3 = 362,96 ton
Gh.abt = G.abt x Kh = 50,26 ton 1 = 50,26 ton
Pqv = 4,62 ton 1 = 4,62 ton
Pqh = 26,20 ton 1 = 26,20 ton

3-12
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Pav = 27,96 ton 1 = 27,96 ton


Pah = 158,56 ton 1 = 158,56 ton
Pae = 238,330 ton 1 = 238,33 ton

D. Gaya dan Moment Yang Bekerja di dasar Footing


(besaran gaya ditinjau untuk selebar Abutment)

1. Abutment + Tekanan tanah

Σ moment to O
V ( ton ) H ( ton ) X (m) Y (m) Mx (tm) My (tm)
= V.X = H.Y
Abutment :
Mp ( Gabt ) 362.959 2.86 1039.589
Tek tanah :
Pah 158.557 2.42 383.76
Pav 27.958 5.50 153.77
Surcharge : traffic tidak ada
Pqh
Pqv
On footing
Ta1 23.760 - 4.50 - 106.92
Ta2 80.784 - 4.65 - 375.65
Ta3 2.079 - 3.57 - 7.42
Ta4 145.459 4.30 625.47
Ta5 9.504 4.70 44.67

Reaksi dari Super Structure


Beban Mati -
Beban Hidup
Rem
Gaya Gesek
S 652.50 158.56 2353.48 383.76

e = B/2 - ΣM/ΣV = 5.50 2353.48 -- 383.76 = -0.27 m < 1/6 B


--
2 652.50 oke
1/6 B = 0.92 m

Kontrol Geser :

V . Tan f / H = 1.497827 = 2 oke

3-13
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

2. Kondisi Normal (Abutment + Tekanan Tanah + Superstructure)

Σ moment to O
V ( ton ) H ( ton ) X (m) Y (m) Mx (tm) My (tm)
=V.X =H.Y
Abutment :
Mp ( Gabt ) 362.959 2.86 1039.589
Tek tanah :
Pah 158.557 2.42 383.762
Pav 27.958 5.50
Surcharge : -
Pqh 26.204 3.63 95.134
Pqv 4.621 5.50 - 25.41
On footing
Ta1 23.760 4.50 106.92
Ta2 80.784 4.65 375.65
Ta3 2.079 3.57 7.42
Ta4 145.459 4.30 625.47
Ta5 9.504 4.70 44.67

Reaksi dari sup Struc


Beban Mati 592.85 2.98 - 1765.76
Beban Hidup 267.84 - 2.98 - 797.74
Rem 50.00 7.26 363.050
Gaya Gesek 88.93 5.26 467.850

S 1517.82 323.69 4788.63 1309.80

e = B/2 - ΣM/ΣV = 5.50 4788.63 -- 1309.80 = 0.46 m


--
2 1517.82

1/6 B = 0.92 m

e
B

3-14
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

3. Keadaan Gempa (Abutment + Tekanan Tanah + Beban Mati


Superstructure)

Σ moment to O
V ( t/m ) H ( t/m ) X (m) Y (m) Mx (tm) My (tm)
=V.X =HY
Abutment :
Mp (Gabt) 362.959 2.86 1039.589
Gh-abt 50.256 2.12 106.51
Tek tanah :
Pae 238.330 2.42 576.84
Surcharge : tidak dikombinasi
Pqh
Pqv
On footing
Ta1 23.76 4.50 106.92
Ta2 80.78 4.65 375.65
Ta3 2.08 3.57 7.42
Ta4 145.46 4.30 625.47
Ta5 9.50 4.70 44.67

Reaksi dari Super Structure


Beban Mati 362.96 2.98 1081.04
Gh-spst 82.09 5.26 431.86
Beban Hidup
Rem
Gaya Gesek 88.928 5.26 467.85

S 987.504 459.601 3280.753 1583.060

e = B/2 - Σ M/ Σ V = 5.50 3280.753 -- 1583.06 = 1.03 m


--
2 987.504

1/6B = 0.92 m

e
B

Gaya - gaya & Momen yang bekerja didasar Abutment

a. Kondisi Normal ( DL + LL + Tekanan tanah )

3-15
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Vo = 1517,817 Ton = 1517817 Kg


Ho = 323,690 Ton = 323690 Kg
e = 0,46 m
Mo = 695,167 Ton.m = 695167 Kg .m ( ∑ V x e )

b. Kondisi Gempa ( DL + Tekanan tanah )

Vo = 987,504 Ton = 987504 Kg


Ho = 459,601 Ton = 459601 Kg
e = 1,03 m
Mo = 1017,943 Ton.m = 1017943 Kg .m ( ∑ V x e )

Jika memakai Pondasi Sumuran

Kontrol Daya dukung dibawah sumuran :


1. Kondisi Normal

t = V/p.D2 ( 4 + 32 . e / D ) D = 4.00 M ( diameter sumuran)


V untuk 1 sumuran = V/2 = 758.91 Ton
τ max = 115.77 T/m2 = 11.58 Kg /Cm2
τ main = 5.07 T/m2 = 0.51 Kg /Cm2
Kombinasi - 2 ( beban mati + Hidup )

Kontrol Daya dukung dibawah sumuran :


2. Kondisi Gempa

t = V/p.D2 ( 4 + 32 e / D ) D = 4,00 M ( diameter sumuran)


V untuk 1 sumuran = V/2 = 493,75 Ton
τ max = 120,36 T/m2 = 12,04 Kg/Cm2
τ min = -41,73 T/m2 = -4,17 Kg/Cm2

3-16
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Perhitungan tulangan dinding abutment

0,30
0,45 0,30

1
0,60
0,45 2,00

0,45 1,05 2 1,40


0,40
I I Pq
3 A
0,40
0,70
0,30 4 Pa
5b 5a 0,30
0,70

6
3,06
2,40 0,70 2,40
I II
7 B 8 0,40

0,80
9

2,40 0,70 2,40

5,50
Potongan I - I
Tinggi dinding = 2,00 m
Gaya - gaya dan momen dihitung untuk lebar abutment 1 m

a. Kondisi Normal
Σ Moment di "A"
V ( t/m ) H ( t/m ) X (m) Y (m) Mx (tm) My (tm)

Abutment
(1) 0.450 0 0.00
(2) 2.100 0.15 0.32

Tekanan Tanah
Pa = 1/2 . γ . Ka . h 2 . 1.110
Pah = Pa. cos δ = 1.094 0.67 -0.73
Pq = q.Ka.h = 0.666
Pqh = Pq. cos δ = 0.656 1.00 -0.66

Super structure
BB Hidup = R KEL / 1m 12.32
= P x k x Fult
(faktot ultimate = 2)
Rem / Wabt 4.55 2.00 -9.09
Gaya gesek /Wabt

Σ= 0.315 10.476
SV& SH 14.870 8.072 Σ MA = 10.791

3-17
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

b. Kondisi Gempa

V H X (m) Y (m) Mx (tm) My (tm)


Ton Ton
Abutment Vab t x Kh
(1) 0.450 0.081 0 1.7 0.00 -0.14
(2) 2.100 0.378 0.15 0.7 0.32 -0.26

Tekanan Tanah
Pae = 1/2 . γ . Kae . h 2 . 1.644 0.67 -1.10

0.32 1.50
S V & SH 2.550 2.103 Σ MA = 1.81

Potongan II – II
Tinggi dinding = 6.06 m
Gaya-gaya daan momen dihitung untuk lebar abutment = 1 m

a. Kondisi Normal

V ( t/m ) H ( t/m ) X (m) Y (m) Mx (tm) My (tm)

Abutment
(1) 0.450 0.6 0.35
(2) 2.100 0.75 2.05
(3) ( F ult = 1.3 ) 1.500 0.30 0.59
(4) 1.425 0.10 0.19
( 5a ) 0.263 0.58 0.20
( 5b ) 0.188 -0.58 -0.14
(6) 5.357 0.00 0.00

Tekanan Tanah
( F ult = 1 )
Pa = 1/2 . γ . Ka . h2. 10.199
Pah = Pa. cos δ = 10.044 2.02 -20.29
Pq = q.Ka.h . = 2.019
Pqh = Pq. cos δ = 1.989 3.03 -6.03

Super structure
BB mati = Rmati / wabt 53.8957 0.00
( F ult =1.3)
BB Hidup = Rhidup / wab t 24.34924 0.00
( F ult =2)
Rem / wab t 4.545 6.06 -27.55
( F ult = 2 )
Gaya gesek /Wab t 8.084 4.06 -32.83
( F ult = 1.3 )

Σ= 3.226 86.698
SV& SH 89.527 36.880 Σ MA = 89.924

3-18
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

b. Kondisi Gempa
(Potongan II – II)

Σ Moment di "B"
V ( t/m ) H ( t/m ) X (m) Y (m) Mx (tm) My (tm)

Abutment V x Kh M x = V x X x 1,3 M y = V x Kh x Y x 1,0


(1) 0.450 0.08 0.60 -5.761 0.35 -0.47
(2) 2.100 0.38 0.75 -4.761 2.05 -1.80
(3) ( F ult = 1.3 ) 1.500 0.27 0.30 -3.861 0.59 -1.04
(4) 1.425 0.26 0.10 -3.511 0.19 -0.90
( 5a ) 0.263 0.05 0.58 -3.261 0.20 -0.15
(5b ) 0.188 0.03 -0.58 -3.261 -0.14 -0.11
(6 ) 5.357 0.96 0.00 -1.6805 0.00 -1.62

Tekanan Tanah
( F ult = 1 )
Pae = 1/2 . γ .Kae. h 2 . 15.097 2.02 -30.50

Super structure
BB mati = Rmati / wabt 53.8957 0.00
( F ult =1.3)
Gh -spst / wabt 7.462 6.06 -45.23
( F ult =1.0)
Gaya gesek /Wab t 8.084 4.06 -32.83
( F ult = 1.3 )

Σ= 3.226 114.655
S V & SH 65.177 32.674 Σ MA = 117.880

Perencanaan Tulangan Dinding Abutment dengan SKSNI


Potongan I-I
Kondisi Normal

M= 10.791 TM
P 14.870 Ton
γ 1
Mu 1 Ton = 10 KN 107.911 KN.M
Pu 148.700 KN.
h 300 mm
b 1000 mm
d' 70 mm
d 230 mm
Ag
Fc' 1 Mpa = 1N / mm2 K 300 24.9 Mpa
Fy 1 N = 10 -3 KN BJTD 40 400 Mpa
Fs'
Ec = 4700 Fc'
Es 200000 Mpa
β1 = 0.85

3-19
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

e = Mu/Pu 726 mm
Percent tulangan = 1%
ρ = ρ' =As /b.d 0.005
As = As' = ρ x b x d 1150 mm 2
Dicoba tulangan :
6 Diameter 16 mm As = 1206.5 mm 2
jarak tulangan = 20.0 cm
ρ = ρ' =As /b.d 0.0175
Pemeriksaan Pu terhadap beban seimbang Pub :
Cb = (600 x d ) /( 600 + Fy ) 138.00 mm
ab = β1x C 117.3 mm
εs' = 0.003x(C - d' )/ C 0.0015
Fs' = Es x εs' 295.7 Mpa <Fy
Fs' yang dipakai = 295.7 Mpa
Pnb = 0.85Fc'.ab.b + As'.Fs' - As.Fy 2356756 N
2356.76 KN
φ.Pnb = 0.65 * Pnb 1532 KN >Pu
kolom hancur tarik

Pemeriksaan Kekuatan Penampang berdasarkan hancur tarik menentukan


Potongan A-A Kondisi Normal

Pn = 0,85 Fc.b.d [ (h-2e)/2d + ((h-2e)/2d)2 + 2.m.ρ.(1-d'/d)] 439.181 KN

m = Fy/0,85.Fc' 18.90
(h-2e)/2.d -2.50
(1-d'/d) 0.696

φ.Pn = 0.65 * Pn 285 KN


285 >Pu = 148.70 KN oke

Pemeriksaan Kekuatan Penampang berdasarkan hancur tekan menentukan


Potongan A-A Kondisi Normal

Pn = (As'.Fy)/{e/(d-d')+0,50}+b.h.Fc'/{(3h.e/d2) +1,18} 648089.4 N


648 KN
e/(d-d') 4.535619
3.h.e/d2. 12.34649
As'.Fy 482611.2
b.h.Fc' 7470000

φ.Pn = 0.65 * Pn 421 KN


>Pu = 148.70 KN

3-20
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Potongan I – I
Kondisi Gempa

M 1.81 TM
P 2.55 Ton
γ 1
Mu 1 Ton = 10 KN 18.13 KN.M
Pu 25.50 KN.
h 300.00 mm
b 1000 mm
d' 70 mm
d 230 mm
Ag
Fc' 1 Mpa = 1N / mm2 K 300 24.9 Mpa
Fy 1 N = 10 -3 KN BJTD 40 400 Mpa
Fs'
Ec = 4700 Fc'
Es 200000 Mpa
β1 = 0.85
e = Mu/Pu 711 mm
Percent tulangan = 1%
ρ = ρ' =As /b.d 0.005
As = As' = ρ x b x d 1150 mm 2
Dicoba tulangan :
6 Diameter 16 mm As = 1206.5 mm 2
jarak tulangan = 20.0 cm
ρ = ρ' =As /b.d 0.0175
Pemeriksaan Pu terhadap beban seimbang Pub :
Cb = (600 x d ) /( 600 + Fy ) 138.00 mm
ab = β1x C 117.3 mm
εs' = 0.003x(C - d' )/ C 0.0015
Fs' = Es x εs' 295.7 Mpa <Fy
Fs' yang dipakai = 295.7 Mpa
Pnb = 0.85Fc'.ab.b + As'.Fs' - As.Fy 2356756 N
2356.76 KN
φ.Pnb = 0.65 * Pnb 1532 KN >Pu
kolom hancur tarik

Pemeriksaan Kekuatan Penampang berdasarkan hancur tarik menentukan

2
Pn = 0,85 Fc.b.d [ (h-2e)/2d + ((h-2e)/2d) + 2.m.r.(1-d'/d)] 450.234846 KN

m = Fy/0,85.Fc' 18.90
(h-2e)/2.d -2.44
(1-d'/d) 0.696

f.Pn = 0.65 * Pn 293 KN


>Pu = 25.50 KN

3-21
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Pemeriksaan Kekuatan Penampang berdasarkan hancur tekan menentukan

Pn = (As'.Fy)/{e/(d-d')+0,50}+b.h.Fc'/{(3h.e/d2) +1,18} 660231.3 N


660 KN
e/(d-d') 4.444056
3.h.e/d2. 12.09724
As'.Fy 482611.2
b.h.Fc' 7470000

φ.Pn = 0.65 * Pn 429 KN


>Pu = 25.50 KN
Potongan II – II
Kondisi Normal

M 89.924 TM
P 89.527 Ton
γ 1
Mu 1 Ton = 10 KN 899.238 KN.M
Pu 895.267 KN.
h 700 mm
b 1000 mm
d' 70 mm
d 630 mm
Ag
Fc' 1 Mpa = 1N / mm2 K 300 24.9 Mpa
Fy 1 N = 10 -3 KN BJTD 40 400 Mpa
Fs'
Ec = 4700 Fc'
Es 200000 Mpa
β1 = 0.85
e = Mu/Pu 1004 mm
Percent tulangan = 1%
ρ = ρ' =As /b.d 0.005
As = As' = ρ x b x d 3150 mm 2
Dicoba tulangan :
6 Diameter 32 mm As = 4826.1 mm 2
jarak tulangan = 20.0 cm
ρ = ρ' =As /b.d 0.0109
Pemeriksaan Pu terhadap beban seimbang Pub :
Cb = (600 x d ) /( 600 + Fy ) 378.00 mm
ab = β1x C 321.3 mm
εs' = 0.003x(C - d' )/ C 0.0024
Fs' = Es x εs' 488.9 Mpa >Fy
Fs' yang dipakai = 400.0 Mpa
Pnb = 0.85Fc'.ab.b + As'.Fs' - As.Fy 6800315 N
6800.31 KN
φ.Pnb = 0.65 * Pnb 4420 KN >Pu
kolom hancur tarik

3-22
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Pemeriksaan Kekuatan Penampang berdasarkan hancur tarik menentukan


Penampang II – II Kondisi Normal

((h-2e)/2d) + 2.m.ρ .(1-d'/d)]


2
Pn = 0,85 Fc.b.d [ (h-2e)/2d + 2187.14918 KN

m = Fy/0,85.Fc' 18.90
(h-2e)/2.d -1.04
(1-d'/d) 0.889

φ .Pn = 0.65 * Pn 1422 KN


>Pu = 895.27 KN oke

Pemeriksaan Kekuatan Penampang berdasarkan hancur tekan menentukan


Potongan II – II Kondisi Normal

Pn = (As'.Fy)/{e/(d-d')+0,50}+b.h.Fc'/{(3h.e/d2) +1,18} 3525473 N


3525 KN
e/(d-d') 1.793635
3.h.e/d2. 5.314473
As'.Fy 1930445
b.h.Fc' 17430000

φ.Pn = 0.65 * Pn 2292 KN


>Pu = 895.27 KN

Potongan II – II
Kondisi Gempa

M 117.88 TM
P 65.18 Ton
γ 1
Mu 1 Ton = 10 KN 1178.80 KN.M
Pu 651.77 KN.
h 700.00 mm
b 1000 mm
d' 70 mm
d 630 mm
Ag
Fc' 1 Mpa = 1N / mm2 K 300 24.9 Mpa
Fy 1 N = 10 -3 KN BJTD 40 400 Mpa
Fs'
Ec = 4700 Fc'
Es 200000 Mpa
β1 = 0.85
e = Mu/Pu 1809 mm
Percent tulangan = 1%
ρ = ρ' =As /b.d 0.005
As = As' = ρ x b x d 3150 mm 2

3-23
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Dicoba tulangan :
6 Diameter 32 mm As = 4826.1 mm 2
jarak tulangan = 20.0 cm
ρ = ρ' =As /b.d 0.0109
Pemeriksaan Pu terhadap beban seimbang Pub :
Cb = (600 x d ) /( 600 + Fy ) 378.00 mm
ab = β1x C 321.3 mm
εs' = 0.003x(C - d' )/ C 0.0024
Fs' = Es x εs' 488.9 Mpa >Fy
Fs' yang dipakai = 400.0 Mpa
Pnb = 0.85Fc'.ab.b + As'.Fs' - As.Fy 6800315 N
6800.31 KN
φ.Pnb = 0.65 * Pnb 4420 KN >Pu
kolom hancur tarik

Pemeriksaan Kekuatan Penampang berdasarkan hancur tarik menentukan


Penampang II – II Kondisi Gempa

Pn = 0,85 Fc.b.d [ (h-2e)/2d + ((h-2e)/2d)2 + 2.m.ρ.(1-d'/d)] 1041.229 KN

m = Fy/0,85.Fc' 18.90
(h-2e)/2.d -2.32
(1-d'/d) 0.889

φ.Pn = 0.65 * Pn 677 KN


>Pu = 651.77 KN oke

Pemeriksaan Kekuatan Penampang berdasarkan hancur tekan menentukan


Penampang II – II Kondisi Gempa

Pn = (As'.Fy)/{e/(d-d')+0,50}+b.h.Fc'/{(3h.e/d2) +1,18} 2139086 N


2139 KN
e/(d-d') 3.229656
3.h.e/d2. 9.569351
As'.Fy 1930445
b.h.Fc' 17430000

φ.Pn = 0.65 * Pn 1390 KN


>Pu = 651.77 KN

3-24
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Perencanaan Tulangan Footing

0,70
Kondisi Normal
P1 = 97,22 Ton
P2 = 70,97 Ton
P3 = 52,40 Ton
P4 = 33,83 Ton

0,40 Kondisi Gempa


0,40
0,80 P1 = 87,16 Ton
P2 = 53,28 Ton
P3 = 26,46 Ton
P4 = -0,37 Ton
P1 P2 P3 P3
1,50 1,50 1,50

0,50 0,50

5,50

M max = P1 x (1.50 +0.40) + P2 x 0.40 = 213,11 Ton


V max = P1 + P2 = 140,45 Ton

Perhitungan Tulangan Footing


Formula SKSNI

Dasar Foot Atas Foot


Formula Depan Belakang Units

M 213.11 #REF! Tm
Mu 2.13E+09 #REF! N .mm
Mn ( φ = 0.8) 2.66E+09 #REF! N .mm
b 1ton=10000N 1750.0 1000.0 mm
h 800.0 1200.0 mm
d' 100.0 100.0 mm
d 700.0 1100.0 mm
Fy = 400 400 Mpa
f'c = 24.9 24.9 Mpa
β1 = 0.85 0.85
Design by single Reinforcement
Rn = Mn / b . d2 3.107 #REF! N / mm
m = Fy / 0.85 . f'c 18.899 18.899 -
p = 1/m ( 1 - (1 - 2 . m . Rn / Fy ) 0.5 ) 0.008 #REF! -
p min = 1.4 / Fy 0.004 0.0035 -
p max = 0.75 x 0.85 . f'c . β1 . 600 0.020 0.02024 -
Fy ( 600 + Fy)

3-25
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

p Yang Dipakai 0.008 #REF! -


As = p . b . d As' = 40% As 4135.39 10338.483 #REF! mm2
Diameter Tulangan ( D ) 19 32 25 mm
As = 284 804 491 mm2
Jumlah Tulangan 15 13 #REF! buah
Jarak Tulangan 12 13 #REF! cm
Tulangan Bagi :
As' = 0.18% .b.h 2520 2160 mm2
Diameter Tulangan ( D ) 16 19 mm
As = 201 284 mm2
Jumlah Tulangan 13 8 buah
Jarak Tulangan 42 0 cm

Perhitungan tulangan akibat geser

Dasar Foot Atas Foot


Formula
Depan Belakang Units

V 0.00 #REF! Ton


Vu = Gaya Geser 0.00 #REF! N
Vn = Vu / φ ( φ = 0.6) 0.00 #REF! N
bw : Lebar 1750.00 1000.00 mm
d : Jarak tul ke serat luar 700.00 1100.00 mm
0.5
Vc = 1/6 ( f'c) . bw . d 1018789.62 914831.50 N
φ V c = Vc . 0.6 611273.77 548898.90 N
Vs perlu = Vu / φ - Vc -1018789.62 #REF! N
Diameter Tulangan = D Sn D ..... 19 19 mm
Jumlah sengkang (Sn) 4 4
Jarak Tulangan(S) = Av . fy . d / Vs tul min #REF! cm

4D19 - 30

3-26
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

RANGKUMAN

1. Bab 3 ini menjelaskan perencanaan abutment jembatan, mencakup kriteria


perencanaan abutment jembatan, penerapan ketentuan pembebanan, perhitungan
dan perencanaan dimensi abutment jembatan.

2. Kriteria perencanaan abutment jembatan, menjelaskan penentuan kriteria


perencanaan untuk abutment pada dasarnya tergantung pada tipe dan jenis
abutment yang dipilih. Modul ini membatasi diri pada abutment yang dibuat dari
beton bertulang, sehingga seluruh aspek perencanaan didasarkan atas perilaku
beton bertulang. Untuk abutment jembatan, disarankan menggunakan beton K-350,
perencana harus mempelajari Spesifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui
persyaratan-persyaratan bahan penyusun beton K-350 yaitu semen, air, agregat dan
mungkin juga bahan tambah. Selain itu persyaratan baja yang akan digunakan untuk
penulangan beton juga harus dicermati oleh perencana.

3. Penerapan ketentuan pembebanan, menjelaskan ada 2 pilihan yang dapat


digunakan untuk menghitung perencanaan abutment, yaitu Pedoman Pembebanan
Jalan Raya SKBI – 1.3.28.1987 – UDC 624.042 : 62421 atau BMS7-C2-Bridge
Design Code 1992. Modul ini mengetengahkan penggunaan BMS7-C2-Bridge
Design Code 1992 untuk perencanaan abutment.

4. Perhitungan dan perencanaan dimensi abutment jembatan, memberikan contoh


perhitungan abutment jembatan dengan menguraikan beban/gaya-gaya dari
bangunan atas, beban-beban bangunan bawah, summary: beban-beban yang
bekerja pada abutment dan gaya/momen yang bekerja didasar footing ditinjau pada
kondisi normal maupun kondisi gempa.

3-27
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI

Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar/ instruktur, maka pertanyaan
dibawah perlu dijawab secara cermat, tepat dan terukur.

Kode/ Judul Unit Kompetensi :


INA.5212.113.01.04.07 : Merencanakan bangunan bawah jembatan

Soal :
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Menetapkan tipe dan jenis Sudah dibuat soalnya di
bangunan bawah Bab 2
jembatan.

2. Merencanakan abutment
jembatan

2.1. Kriteria desain 2.1. Apakah anda mampu a. .........................


abutment jembatan menetapkan kriteria
b. .........................
ditetapkan sesuai desain abutment
dengan ketentuan jembatan sesuai c. .........................
teknis yang berlaku dengan ketentuan dst.
teknis yang berlaku?

2.2. Ketentuan 2.2. Apakah anda mampu a. .........................


pembebanan menerapkan
b. .........................
jembatan yang ketentuan
berlaku untuk pembebanan c. .........................
perencanaan jembatan yang dst.
abutment diterapkan berlaku untuk
perencanaan
abutment?

2.3. Dimensi abutment 2.3. Apakah anda mampu a. .........................


dihitung dan menghitung dan
b. .........................
direncanakan sesuai merencanakan
dengan persyaratan dimensi abutment c. .........................
teknis yang sesuai dengan dst.
ditentukan persyaratan teknis
yang ditentukan?

3-28
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

3-29
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

BAB 4
PERENCANAAN PILAR JEMBATAN

4.1. Umum

Bab ini mengetengahkan uraian mengenai perencanaan pilar jembatan yang


mencakup kriteria perencanaan pilar jembatan, penerapan ketentuan pembebanan
dan perhitungan / perencanaan dimensi pilar jembatan.

Kriteria perencanaan pilar jembatan, berkaitan dengan persyaratan mutu bahan


yang akan digunakan untuk pilar. Mutu bahan yang digunakan akan memberikan
gambaran bagi bridge design engineer untuk menentukan batasan-batasan
tegangan ijin dalam proses perhitungan konstruksi.

Penerapan ketentuan pembebanan, dimulai dengan memilih, standar pembebanan


yang mana yang akan digunakan dalam perencanaan pilar. Atas dasar standar
pembebanan yang telah dipilih tersebut, bridge design engineer menyusun tata urut
proses perhitungan, diawali dengan menghitung beban-beban yang bekerja,
berbagai gaya yang diperhitungkan akan berpengaruh pada desain pilar, tekanan
tanah dan kombinasi dari beban dan gaya-gaya yang mempunyai pengaruh paling
tinggi dalam perhitungan perencanaan pilar.

Perhitungan dan perencanaan pilar, merupakan perhitungan yang didasarkan atas


beban mati, beban hidup, tekanan tanah dan gaya-gaya lain yang disusun secara
terstruktur mengikuti proses perhitungan sebagaimana ditentukan di dalam pedoman
pembebanan jembatan jalan raya yang digunakan. Hasil perhitungan nantinya akan
digunakan sebagai masukan dalam penyiapan gambar rencana, yang merupakan
salah satu komponen dari produk perencanaan teknis jembatan.

4.2. Kriteria Perencanaan Pilar Jembatan

Penentuan kriteria perencanaan untuk pilar tergantung pada tipe dan jenis pilar yang
dipilih. Modul ini membatasi diri pada pilar yang dibuat dari beton bertulang,
sehingga seluruh aspek perencanaan didasarkan atas perilaku beton bertulang. Ada
3 jenis beton yang dikenal pada saat sekarang yaitu:
− Beton mutu tinggi (K-400, K450, K-500 dan K-600)
− Beton mutu sedang (K-250, K-300, dan K-350)
− Beton mutu rendah (K-125 dan K-175).

4-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Untuk pilar jembatan, disarankan menggunakan beton K-350. Untuk dapat membuat
beton K-350 perencana harus mempelajari Spesifikasi terlebih dahulu untuk
mengetahui persyaratan-persyaratan bahan penyusun beton K-350 yaitu semen, air,
agregat dan mungkin juga bahan tambah. Dari keempat jenis bahan ini yang perlu
mendapatkan perhatian adalah pemilihan agregat yang terdiri dari agregat kasar dan
agregat halus. Fokus perhatian perlu ditujukan kepada agregat kasar, dalam hal ini
perencana harus memilih, berapa ukuran terbesar agregat kasar yang akan
digunakan. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat
terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan atau antara
baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor.
Kekuatan karakteristik untuk beton K-350 pada umur 28 hari Fc’ = 29.05 Mpa.

Untuk baja tulangan, menurut Spesifikasi tersedia banyak pilihan, yaitu baja lunak
BJ-24, baja sedang BJ-32, baja keras BJ-39 dan baja keras BJ-48. Namun misalkan
di pasar yang tersedia adalah baja dengan kekuatan karakteristik leleh baja Fy =
400 Mpa, meskipun di dalam Spesifikasi yang tersedia adalah BJ-39 dengan Fy =
390 Mpa, bisa saja kita menggunakan baja BTJD 40 dengan Fy = 400 Mpa. Dengan
demikian kriteria perencanaan untuk perhitungan pilar didasarkan atas Fc’ = 29.05
Mpa dan Fy = 400 Mpa jika menggunakan beton K-350.

4.3. Penerapan Ketentuan Pembebanan

Ada 2 pilihan yang dapat digunakan untuk menghitung perencanaan pilar , yaitu
Pedoman Pembebanan Jalan Raya SKBI – 1.3.28.1987 – UDC 624.042 : 62421
atau BMS7-C2-Bridge Design Code 1992. Sub bab ini akan mengetengahkan
penggunaan BMS7-C2-Bridge Design Code 1992 untuk perencanaan pilar.
Penjelasan lebih rinci tentang Standar BMS7-C2-Bridge Design Code 1992 telah
ditulis dalam Modul BDE-03 Bab 4 Sub Bab 4.1. Sub-sub Bab 4.1.1., dapat
digunakan sebagai referensi untuk Modul BDE-04 Bab 4 Sub Bab 4.3 ini. Untuk
memudahkan penerapan ketentuan pembebanan tersebut ke dalam istilah-istilah
yang lazim digunakan dalam perencanaan jembatan selama ini, maka istilah yang
digunakan di sini masih didasarkan atas istilah-istilah lama yaitu beban mati, beban
hidup, dan sebagainya, tidak menggunakan istilah baru seperti aksi tetap, aksi
transient, aksi lingkungan dan sebagainya.

Penjelasan selanjutnya tentang Sub Bab ini berkaitan dengan Sub Bab 3.4,
sehingga penerapan ketentuan pembebanan untuk perencanaan pilar ini perlu
dimulai dengan memahami kondisi yang dihadapi, yaitu sebagai contoh:

4-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

• Suatu pilar harus memikul beban bangunan atas sebelah kiri bentang 40.80 m
dan sebelah kanan bentang 37.80 m.

• Masing-masing bentang terdiri dari: 6 balok gelagar I (beton), pelat lantai beton,
kerb, perkerasan aspal, sandaran, dan diafragma.

Selain itu juga terdapat beban-beban bangunan bawah, sehingga beban-beban


yang bekerja pada pilar dengan demikian dapat dirinci sebagai berikut:

• Beban/gaya yang berasal dari bangunan atas:


− Beban Mati
i. Berat sendiri girder
ii. Berat plat lantai
iii. Berat kerb
iv. Berat aspal
v. Berat sandaran
vi. Berat diafragma
− Beban Hidup
i. Beban merata (UDL, Uniform Dead Load)
ii. Beban garis (KEL, Knife Edge Load)
iii. Beban hidup dengan kejut (hanya untuk UDL)
- Catatan : factor kejut diambil dari Dynamic Load Allowance for KEL of
“D” Lane Load – butir 2.3.6 Bridge Design Code, Setion 2 Bridge
Loads, Document No. BMS7-C2.
- Penempatan beban hidup pada lantai jembatan yang pada akhirnya
harus di
- Beban UDL yang bekerja pada pilar .
iv. Gaya rem
v. Gaya gesek pada perletakan
− Gaya horizontal akibat gempa

• Beban/gaya yang berasal dari berat sendiri bangunan bawah dan tekanan tanah:
− Berat sendiri pilar
− Penetapan koefisien tekanan tanah
i. Pada kondisi normal
ii. Pada kondisi gempa
− Tekanan tanah

4-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

• Summary: Beban-beban yang bekerja pada pilar .


• Gaya dan momen yang bekerja di dasar pilar .
Kombinasi-kombinasi beban
− Pilar + Tekanan Tanah + Beban Mati Superstructure
− Kondisi normal : Pilar + Tekanan Tanah + Beban Mati / Beban Hidup
Superstructure + Gaya Rem + Gaya Gesek.
− Kondisi Gempa : Pilar + Tekanan Tanah + Beban Mati Superstructure +
Gaya Gesek.
• Perhitungan tulangan dinding pilar
− Penetapan potongan lebar 1.00 meter dari pilar untuk perhitungan tulangan
dinding.
− Penentuan potongan-potongan yang dipertimbangkan ”kritis” dalam memikul
beban-beban yang bekerja (gaya dan momen).
− Perhitungan gaya-gaya dan momen V, H, dan M untuk masing-masing
potongan pada kondisi normal.
− Perhitungan gaya-gaya dan momen V, H, dan M untuk masing-masing
potongan pada kondisi gempa.
• Perencanaan tulangan dinding pilar dengan SKSNI
− Perhitungan tulangan dinding pilar baik pada kondisi normal maupunn
kondisi gempa diterapkan pada potongan-potongann yang telah dipilih.
− Penyiapan perencanaan tulangan dinding pilar pada kondisi normal.
− Pemeriksaan kekuatan penampang berdasarkan hancur “tarik” pada kondisi
normal.
− Pemeriksaan kekuatan penampang berdasarkan hancur ”tekan” pada kondisi
normal.
− Penyiapan perencanaan tulangan dinding pilar pada kondisi gempa.
− Pemeriksaan kekuatan penampang berdasarkan hancur “tarik” pada kondisi
gempa.
− Pemeriksaan kekuatan penampang berdasarkan hancur ”tekan” pada kondisi
gempa.

4.4. Perhitungan dan Perencanaan Dimensi Pilar Jembatan


Berikut ini diberikan contoh perhitungan pilar dengan data-data beban yang harus
dipikul sebagaimana tersebut di bawah:

4-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Direncanakan sebuah pilar jembatan yang harus memikul bangunan atas sebelah
kiri dengan panjang bentang Lkr = 40.60 m dan sebelah kanan dengan panjang
bentang Lkn = 40.60 m.

Sketsa potongan melintang bangunan atas jembatan tersebut adalah sebagai


berikut:

Jika diketahui berat sendiri masing-masing gelagar (G1, G2, G3, G4, G5, G6) =
2.156 ton/m, kemudian reaksi perletakan akibat beban dari diafragma pada girder
tepi G1 = 2.373 ton, reaksi perletakan akibat beban dari diafragma pada masing-
masing girder tengah (G2, G3, G4, G5) = 4.75 ton, reaksi perletakan akibat beban
dari diafragma pada girder tepi G6 = 1.187 ton, hitunglah beban-beban yang
bekerja pada pilar dimaksud. Dimensi pilar sudah ditentukan tersebut di bawah:

4-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Beban-beban mati lainnya seperti berat aspal, berat plat lanti, berat sandaran, berat
kerb betonn dan lain sebagainya disamakan dengan angka-angka yang ada pada
Bab 3 Sub bab 3.4.

4.4.1 Reaksi Perletakan Pada Girder Akibat Beban Mati

A. Reaksi Perletakan Pada Girder Tepi G1

Berat
Beban Yang Bekerja Lebar Tebal qm Bentang Rkr
Jenis
Pada Girder (m) (m) (t/m’) L (m) (ton)
(t/m3)
Aspal 0.5 0.07 2.3 0.0805 40.60 1.63
Pelat Lantai 1.9 0.25 2.5 1.188 40.60 24.11
Barrier -- -- -- 0.804 40.60 16.32
Diafragma tepi 5 buah -- -- -- 2.373
Berat sendiri girder kiri -- -- -- 2.156 40.60 43.77
Reaksi Perletakan Akibat Beban Mati Pada Girder G1 = 88.20

4-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

B. Reaksi Perletakan Pada Girder Tengah (G2, G3, G4, G5)

Berat
Beban Yang Bekerja Lebar Tebal qm Bentang Rkr
Jenis
Pada Girder (m) (m) (t/m’) L (m) (ton)
(t/m3)
Aspal 1.8 0.07 2.3 0.290 40.60 5.89
Pelat Lantai 1.8 0.25 2.5 1.125 40.60 22.84
Diafragma tepi 5 buah -- -- -- -- -- 4.75
Berat sendiri girder kiri -- -- -- 2.156 40.60 43.77
Reaksi Perletakan Akibat Beban Mati Pada 1 Girder Tengah = 77.25

C. Reaksi Perletakan Pada Girder Tepi G6

Berat
Beban Yang Bekerja Lebar Tebal qm Bentang Rkr
Jenis
Pada Girder (m) (m) (t/m’) L (m) (ton)
(t/m3)
Aspal 1.40 0.07 2.3 0.225 40.60 4.57
Pelat Lantai 1.9 0.25 2.5 1.188 40.60 24.11
Barrier -- -- -- 0.804 40.60 16.32
Diafragma tepi 5 buah -- -- -- -- -- 1.187
Berat sendiri girder kiri -- -- -- 2.156 40.60 43.77
Reaksi Perletakan Akibat Beban Mati Pada Girder G6 = 89.96

4.4.2 Reaksi Perletakan Akibat Beban Hidup

A. Beban Merata ( UDL )

q = 2.2 t/m' jalur, lebar lajur = 2.75 m, maka q = 2.2 /2.75 = 0.8 t/m2
atau lihat BMS section 2.3

L > 30 m:
q = 8.0 ( 0.5 + 15 / L ) Kpa = 4.00 Kpa
q = 0.41 Ton / m2 à 1 kpa = 0.102 t/m2

L < 30 m :
q = 2.20 ton / m / 2.75 = 0.80 Ton / m2.

B. Beban garis (KEL)


p = 12 ton/lajur, lebar lajur = 2.75 m, maka p = 12/2.75 = 4.4 ton
atau lihat BMS section 2.3
p = 44 kN = 4.4 Ton à 1 kN = 0.102 ton

4-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Faktor kejut (Impact factor, DLA) à BMS section 2.3.6


untuk L < 50 , DLA = 40%
K = 1 + 0.4 =1.4
Beban hidup dengan kejut
Beban merata (UDL), q = 0.408 t/m2 (tanpa kejut)
Beban garis (KEL), pxK = 6.160 t/m (dengan kejut)

C. Perhitungan Reaksi Perletakan

P beban garis ( KEL ) ditempatk an di tumpuan untuk


memperoleh reaksi maksimum
L kr L kn

Rkr Rkn

L kr = 40.6 m
11.9

1.80 5.50 1.80

100%
50% 50%

G1 G2 G3 G4 G5 G6

1. Reaksi Perletakan Pada Girder Tepi G1

UDL / KEL
Beban Yang
Lebar Bentang Rkr
Bekerja Pada % q p*K
aspal L (m) (ton)
Girder beban (t/m2) (ton)
(m)
UDL 50% 0.408 --- 0.50 40.60 2.07
KEL 50% --- 6.16 0.50 40.60 1.54
Reaksi Perletakan pada girder tepi G1 akibat beban hidup 3.61

Catatan:
Bentang L = 40.60 m tidak berpengaruh untuk perhitungan KEL, karena
reaksi maksimum diperoleh jika beban KEL diletakkan tepat di atas tumpuan
jembatan

4-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

2. Reaksi Perletakan Pada Girder Tengah (G2, G3, G4, G5)

UDL / KEL
Beban Yang
Lebar Bentang Rkr
Bekerja Pada % q p*K
aspal L (m) (ton)
Girder beban (t/m2) (ton)
(m)
UDL 100% 0.408 --- 1.80 40.60 14.91

KEL 100% --- 6.16 1.80 40.60 11.09

Reaksi Perletakan pada 1 girder tengah akibat beban hidup 26.00

3. Reaksi Perletakan Pada Girder Tepi G6

UDL / KEL
Beban Yang
Lebar Bentang Rkr
Bekerja Pada % q p*K
aspal L (m) (ton)
Girder beban (t/m2) (ton)
(m)
UDL 50% 0.408 --- 1.40 40.60 5.80

KEL 50% --- 6.16 1.40 40.60 4.31

Reaksi Perletakan pada girder tepi G6 akibat beban hidup 10.11

D. Gaya Rem (breaking force) pada arah memanjang jembatan

Untuk L < 80 m, Gaya Rem untuk 6 Girder Hbrf = 250 kN = 25 ton.

Gaya rem superstructure (Hbf) untuk masing-masing girder adalah


sebagai berikut:

Hbf pada girder G1 = 0.5 x 25/6 ton = 2.08 ton.


Hbf pada girder G2 = 0.5 x 25/6 ton = 2.08 ton.
Hbf pada girder G3 = 0.5 x 25/6 ton = 2.08 ton.
Hbf pada girder G4 = 0.5 x 25/6 ton = 2.08 ton.
Hbf pada girder G5 = 0.5 x 25/6 ton = 2.08 ton.
Hbf pada girder G6 = 0.5 x 25/6 ton = 2.08 ton.

Hrem kiri = 6 x 2.08 ton = 12.50 ton

4-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

E. Gaya Gesek Perletakan (Bearing Force)

Gaya gesek perletakan (Hbef) arah memanjang diperhitungkan sebesar


5% dikalikan reaksi perletakan akibat beban hidup.

Hbef pada girder G1 = 5% x Rkr girder G1 = 5% x 3.61 ton = 0.18 ton

Hbef pada girder G1 = 5% x Rkr girder G2 = 5% x 26.00 ton = 1.30 ton

Hbef pada girder G1 = 5% x Rkr girder G3 = 5% x 26.00 ton = 1.30 ton

Hbef pada girder G1 = 5% x Rkr girder G4= 5% x 26.00 ton = 1.30 ton

Hbef pada girder G1 = 5% x Rkr girder G5= 5% x 26.00 ton = 1.30 ton

Hbef pada girder G1 = 5% x Rkr girder G6 = 5% x 10.11 ton = 0.51 ton

Hbef kiri = 5.38 ton

F. Perhitungan Gaya Gempa

L kr L kn

Wt kr Wt kn

L kr = 40.6 m, Lkn = 0 m
Wt kr kondisi Fixed beban Mati dihitung Untuk Seluruh Bentang
Wt kn kondisi Move beban Mati dihitung Untuk 1/2 Bentang

1). Beban mati superstructure yang bekerja pada pilar

12.00

Beban mati yang


G1 G2 G3 G4 G5 G6 disalurkan ke pilar Wtkr (ton) Wtkn (ton) Wtotal (ton)
melalui Girder
G1 88.20 88.20 176.40
G2 77.25 77.25 154.50
G3 77.25 77.25 154.50
G4 77.25 77.25 154.50
G5 77.25 77.25 154.50
G6 89.96 89.96 179.92
Total 487.16 487.16 974.32

4-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

2). Berat Pilar (Pier)

12

a 1.25

b1 b2
0.95

1.10 9.80 1.10 3.45 3.45


c

Y
d1 d2 0.4 0.40
e 0.7 0.70
12
4.5

V Y VY
Potongan
Ton m T.m
a 67.50 6.13 413.44
b1 2.35 5.18 12.19
b2 2.35 5.18 12.19
c 211.68 3.10 656.21
d1 2.48 0.83 2.06
d2 2.48 0.83 2.06
e 94.50 0.35 1098.15
383.33 2196.29

2196.29
Y= = 5.73m
383.33
Pier head
a = 67.50 ton
b1 + b2 = 4.70 ton
Berat pier head = 72.20 ton

Kolom
b = 1.80 m 1.80
h = 9.80 m
Tinggi kolom Lk = 4.80 m
9.8
Jumlah kolom Jk = 1 buah
Berat kolom = c = 211.68 ton

4-11
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Berat bangunan atas (super structure) = 974.32 Ton


Berat Pier head = 72.20 Ton
Berat 1/2 kolom ( total ) = 105.84 Ton

Wtp = 1152.36 Ton

Ekolom = 4700 Fc' Mpa = 25332.1 Mpa = 2533208.4 t/m2


K 350 à Fc' = 350 x 0.83 ( kubus ) = 290.5 Kg/Cm2 = 29.05 Mpa

Ukuran Kolom
b = 1.80 m (D)
h = 9.80 m (D)
Lk = 4.80 m
IC = 1/12 x b3 x h = 4.76 m4 (arah memanjang )
3 4
IC = 1/12 x b x h = 141.18 m (arah melintang)
Jumlah kolom = 1 bh

ARAH MEMANJANG
3EI
Kp1 = x60% = 196373 ton/m à untuk 1 kolom
Lk 3
Untuk 1 buah kolom
Kp = 1 x Kp1 = 196373 ton/m
g = 9.8 m/detik2

Wtp
T memanjang = 2 x3.14 = 0.15 detik
g .K p

ARAH MELINTANG

Wtp = 1152.29 Ton


Ec = 2533208 T/m2
Ikol = 141.18 m4
Lk = 4.80 m
12 EI
K p1 = 3
x60% = 2.3E +0.7ton / m
Lk
untuk 1 buah kolom à Kp = 1 x Kp1 = 2.3E+07 ton/m

Wtp
T melintang = 2 x3.14 = 0.01 detik
g .K p

4-12
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Pemeriksaan simpangan seismik agar tidak melampaui jarak lebih


minimum
delta h = 250 Kh.T2 mm

Arah memanjang
Mp

Kh = Cx S = 0.15
C = 0.15 Zone 4 tanah lunak n = 1 x 2 kolom

F = 1.25 - 0.025 x n £ 1 à n = 1
Used = 1
S = 1.0 x F = 1
T = 0.15 detik (diambil yang terbesar)
Jadi delta h = 0.9 mm < 400 mm à oke cukup kaku

3). Menentukan gaya statik ekuivalen rencana, Teq

ARAH MEMANJANG

T'eq = C I S Wt à Wt = berat nominal bagian struktur yang


mengalami percepatan gempa , diambil
sebesar beban mati ditambah beban mati
tambahan (superimposed dead load)

C = 0.15 Sama seperti di atas


I = 1.2 ( LHR > 2000 )
S = 1 Sama spt diatas
Jadi T'eq = 0.18 Wt

Untuk superstruktur, Wt = 974.243 Ton


T'eq = 0.18 x Wt = 175.364 ton untuk 6 girder
per girder = 29.23 ton

Untuk pier head, W t = 72.2025 ton


T'eq = 0.18 x Wt = 12.9965 ton untuk 1 kolom
per kolom = 13.00 ton

4-13
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Untuk Kolom, Wt = 105.84 ton


T'eq = 0.18 x Wt = 19.0512 ton untuk 1 kolom
per kolom = 19.05 ton

29.23
Gambar ......... 13.00
19.05

ARAH MELINTANG

T'eq = C I S Wt à Wt = berat nominal bagian struktur yang


mengalami percepatan gempa, diambil
sebesar beban mati ditambah beban mati
tambahan (superimposed dead load)

C = 0.15 Sama seperti diatas


I = 1.2 ( LHR > 2000 ) Mp

S = 1.0 F 1 Mp
F = 1.25 – 0,025 x n < = 1 à n = 1
n = 2 x 1 kolom

Jadi à T'eq = 0.18 Wt

Untuk superstruktur, W t = 974.24 ton


T'eq = 0.18 x Wt = 175.36 Ton untuk 6 girder
per girder = 29.23 ton

Untuk Pier head, Wt = 72.20 ton


T'eq = 0.18 x W t = 13.00 ton untuk 1 kolom
per kolom = 13.00 ton

Untuk Kolom, Wt = 105.84 ton


T'eq = 0.18 x W t = 19.05 ton untuk 1 kolom
per kolom = 19.05 ton

4-14
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

29.23 Ton per girder


13.00 Ton per kolom
19.05 Ton per kolom
Gambar .........

4). Beban tumbukan à P = 1000 Kn = 100 ton

sudut tumbukan = 100 terhadap as jalan

Px = P cos 100 = 98.5 Ton


0
Py = P sin 10 = 17.4 Ton

Beban Angin Section 2 BMS 2.4.6


TEW = 0 .0006 . CW . ( VW ) 2 . Ab KN
Vw = 25 Km / detik
Cw = 1.25
b = 9.40 m
d = 2.70 m
b/d =3.5

Super elevasi 8 %, Cw dinaikan max 25 %


C W = 1.25 x 1.41 =1.76
Ab = 34 x 3.2 = 108.8 m2

TEW = 0 .0006 . 1.25 . ( 25 ) 2 . 108 KN


= 51.00 KN
= 5.10 ton

5). Gaya Seret Aliran Air ( BMS 2.4.4 )

TEF air = 0.5 . Cd . ( Va )2 .Ad KN ( LF = 1.5 )


Va = 6 m/detik
Luas Proyeksi pilar :
Lebar rata-rata = (4.5+1,8) / 2 = 3.15 m
Tinggi aliran air = 5.00 m

4-15
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Ad = luas proyeksi pilar tegak lurus aliran air x tinggi air = 15.75 m2
Koefisien seret Cd :
Cd = 1.4 ( diambil bentuk persegi )
MAB
TEFair = 396.9 kN = 39.69 ton

5.0
Gaya tumbuk batang kayu
TEF kayu = M ( Vs )2 / d KN

M = massa batang kayu = 2 Ton = 0.2 KN


Vs = kecepatan air permukaan
= 1.4 x Va = 8.4 m / detik
d = lendutan elastis ekivalen
= 0.075 ( pilar beton masif ) 4.5m 1,8
TEFkayu = 188.16 kN
= 18.82 ton

Tekanan air lateral Akibat Gempa (BMS 2.4.7.6)

Tag = 0,58 Kh I Wo b h2. KN


Wo = 9.8 KN/m3.
Kh = 0.15
I = 1.2
h = 5.00 m
b arah memanjang = 12.00 m
b arah melintang = (4,5 +1,8 ) / 2 = 3.15 m
b arah memanjang dan melintang diambil = 12 m
Tag memanjang = Tag melintang = 306.94 ton
= 30.69 kN

4.4.3 Resume Beban-beban Yang Bekerja pada Pilar Jembatan

Berikut ini diberikan resume beban-beban yang bekerja pada pilar jembatan,
berupa gaya-gaya yang bekerja pada pier head, bebann angin, gempa, dan
kombinasi-kombinasi pembebanan baik pada keadaan elastis maupun
keadaan ultimate.

4-16
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

• Gaya-gaya pada Pier Head

Bentang Kiri Bentang Kanan


Girder
DL LL Rem Bearing DL LL Rem Bearing

G1 88.20 3.61 2.08 0.18 88.20 3.61 2.08 0.18


G2 77.25 26.00 2.08 1.30 77.25 26.00 2.08 1.30
G3 77.25 26.00 2.08 1.30 77.25 26.00 2.08 1.30
G4 77.25 26.00 2.08 1.30 77.25 26.00 2.08 1.30
G5 77.25 26.00 2.08 1.30 77.25 26.00 2.08 1.30
G6 89.96 10.11 2.08 0.51 89.96 10.11 2.08 0.51

S 487.16 117.72 12.50 5.89 487.16 117.72 12.50 5.89

Beban Angin
Hw = 5.10 ton

Gempa melintang
Dari super structure (tiap girder) = 29.23 ton
Pada Pier head (top kolom) = 3.00 ton
Pada tiap tengah kolom = 19.05 ton

Gempa memanjang
Dari super structure (tiap girder) = 29.23 ton
Pada Pier head (top kolom) = 13.00 ton
Pada tiap tengah kolom = 19.05 ton

• Perhitungan Momen

0.55 0.55

0.35 0.35
Rem, Bearing a Rem , Bearing , Gempa
P1 P2
L= 40.6 m L= 40.6m

3.45 H.gempa kolom

4-17
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

P1.DL 487.16 ton


P1.LL 103.09 117.72 ton
P2.DL 487.16 ton
P2.LL 114.90 117.72 ton
Rem kr 12.50 ton
Rem Kn 12.50 ton
Bearing Kr = 5% live load 5.89 ton
Bearing Kn = 5% live load 5.89 ton
Gempa sp strukture 175.36 ton ( Kh.Wt ---- > Kh = 0.18 )
Berat struktur Pier = 383.33 ton
Gempa oleh Pier = 69.00 ton ( Kh.Wt ---- > Kh = 0.18 )

TITIK b:

Kombinasi : 1 ( beban mati + beban hidup ) kanan & kiri


Elastis Ultimate
Beban Gaya Lengan Momen Vo Ho ulm.faktor Momen Vo Ho
ton m ton.m ton ton ton.m ton ton
P1 DL 487.16 -0.55 -267.94 487.16 1.3 -348.32 633.31
P1 LL 117.72 -0.55 -64.75 117.72 2 -129.49 235.44
Rem 12.50 3.45 43.13 12.50 2 86.25 25.00
Bearing 5.89 3.45 20.31 5.89 1.3 26.41 7.65

P2 DL 487.16 0.55 267.94 487.16 1.3 348.32 633.31


P2 LL 117.72 0.55 64.75 117.72 2 129.49 235.44
Rem 12.50 3.45 43.13 12.50 2 86.25 25.00
Bearing 5.89 3.45 20.31 5.89 1.3 26.41 7.65

G.PIER 383.33 0.00 0.00 383.33 1.3 0.00 498.33 0.00


0.00
0.00

126.88 1593.09 36.78 225.31 2235.83 65.31


G.sumuran 65.31
130.62

4-18
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Kombinasi : 2 ( beban mati + gempa) kanan & kiri


elastis Ultimate
Beban Gaya Lengan Moment Vo Ho ulm.faktor Moment Vo Ho
ton m ton.m ton ton ton.m ton ton
P1 DL 487.16 -0.55 -267.94 487.16 1.3 -348.32 633.31
P1 LL -0.55 0.00 0.00 2 0.00 0.00
Rem 3.45 0.00 0.00 2 0.00 0.00
Bearing 3.45 0.00 0.00 1.3 0.00 0.00

P2 DL 487.16 0.55 267.94 487.16 1.3 348.32 633.31


P2 LL 0.55 0.00 0.00 2 0.00 0.00
Rem 3.45 0.00 0.00 2 0.00 0.00
Bearing 3.45 0.00 0.00 1.3 0.00 0.00

G.PIER 383.33 0.00 0.00 383.33 0.00 1.30 0.00 498.33 0.00
gempa oleh berat sendiri ( g-horizontal )
GH,girder 175.36 3.45 605.01 175.36 1 605.01 175.36
GH,Pier 69.00 5.73 395.33 69.00 1 395.33 69.00

1000.34 1357.65 244.36 1000.34 1764.95 244.36

Kombinasi : 3 ( beban mati + beban hidup ) & beban mati kanan


Elastis Ultimate
Beban Gaya Lengan Moment Vo Ho ulm.faktor Moment Vo Ho
ton m ton.m ton ton ton.m ton ton
kiri
P1 DL 487.16 -0.55 -267.94 487.16 1.3 -348.32 633.31
P1 LL 117.72 -0.55 -64.75 117.72 2 -129.49 235.44
Rem 12.50 3.45 -43.13 12.50 2 -86.25 25.00
Bearing 5.89 3.45 -20.31 5.89 1.3 -26.41 7.65
kanan
P2 DL 487.16 0.55 267.94 487.16 1.3 348.32 633.31
P2 LL 0.55 0.00 0.00 2 0.00 0.00
Rem 3.45 0.00 0.00 2 0.00 0.00
Bearing 3.45 0.00 0.00 1.3 0.00 0.00

G.PIER 383.33 0.00 0.00 383.33 1 0.00 383.33


0.00
0.00

-128.18 1092.04 401.72 -242.15 1502.06 415.99

4-19
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Beban-beban yang bekerja pada titik b di pilar:

Kombinasi 1 elastis:

V = 1593.09 ton

M = 126.88 ton.m

H = 36.78 ton

Kombinasi 1 ultimate:

V = 2235.83 ton

M = 225.31 ton.m

H = 36.78 ton

Kombinasi 2 elastis:

V = 1357.65 ton

M = 1000.34 ton.m

H = 244.36 ton

Kombinasi 2 ultimate:

V = 1764.95 ton

M = 1000.34 ton.m

H = 244.36 ton

Kombinasi 3 elastis:

V = 1092.04 ton

M = -128.18 ton.m

H = 401.72 ton

Kombinasi 3 ultimate:

V = 1502.06 ton

M = -242.15 ton.m

H = 415.99 ton

4-20
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

RANGKUMAN

1. Bab 3 ini menjelaskan perencanaan pilar jembatan, mencakup kriteria perencanaan


pilar jembatan, penerapan ketentuan pembebanan, perhitungan dan perencanaan
dimensi pilar jembatan.

2. Kriteria perencanaan pilar jembatan, menjelaskan penentuan kriteria perencanaan


untuk pilar pada dasarnya tergantung pada tipe dan jenis pilar yang dipilih. Modul ini
membatasi diri pada pilar yang dibuat dari beton bertulang, sehingga seluruh aspek
perencanaan didasarkan atas perilaku beton bertulang. Untuk pilar jembatan,
disarankan menggunakan beton K-350, perencana harus mempelajari Spesifikasi
terlebih dahulu untuk mengetahui persyaratan-persyaratan bahan penyusun beton
K-350 yaitu semen, air, agregat dan mungkin juga bahan tambah. Selain itu
persyaratan baja yang akan digunakan untuk penulangan beton juga harus dicermati
oleh perencana.

3. Penerapan ketentuan pembebanan, menjelaskan ada 2 pilihan yang dapat


digunakan untuk menghitung perencanaan pilar, yaitu Pedoman Pembebanan Jalan
Raya SKBI – 1.3.28.1987 – UDC 624.042 : 62421 atau BMS7-C2-Bridge Design
Code 1992. Modul ini mengetengahkan penggunaan BMS7-C2-Bridge Design Code
1992 untuk perencanaan pilar.

4. Perhitungan beban-beban yang bekerja pada pilar jembatan, memberikan contoh


perhitungan pilar jembatan dengan menguraikan perhitungan beban mati yang
berasal dari girder dan beban mati tambahan lainnya, perhitungan beban hidup UDL,
perhitungan beban hidup KEL, reaksi perletakan, gaya rem, gaya gesek perletakan,
gaya gempa, gaya seret aliran air, gaya-gaya pada pier head dan lain-lain sampai
kombinasi pembebanan.

4-21
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI

Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar/ instruktur, maka pertanyaan
dibawah perlu dijawab secara cermat, tepat dan terukur.

Kode/ Judul Unit Kompetensi :


INA.5212.113.01.04.07 : Merencanakan bangunan bawah jembatan

Soal :
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Menetapkan tipe dan jenis Sudah dibuat soalnya di
bangunan bawah Bab 2.
jembatan

2. Merencanakan abutment Sudah dibuat soalnya di


jembatan. Bab 3.

3. Merencanakan pilar
jembatan.

3.1. Kriteria desain pilar 3.1. Apakah anda mampu a. .........................


jembatan diterapkan menerapkan kriteria
b. .........................
sesuai dengan desain pilar jembatan
ketentuan teknis sesuai dengan c. .........................
yang berlaku ketentuan teknis dst.
yang berlaku?

3.2. Ketentuan 3.2. Apakah anda mampu a. ..........................


pembebanan menerapkan
b. ..........................
jembatan yang ketentuan
berlaku untuk pembebanan c. ..........................
perencanaan pilar jembatan yang dst.
diterapkan berlaku untuk
perencanaan pilar?

3.3. Dimensi pilar 3.3. Apakah anda mampu a. ..........................


dihitung dan menghitung dan
b. ..........................
direncanakan sesuai merencanakan
dengan persyaratan dimensi pilar sesuai c. ..........................
teknis yang dengan persyaratan dst.
ditentukan teknis yang
ditentukan?

4-22
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

4-23
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

DAFTAR NOTASI

Ag = Luas penampang melintang penuh bagian komponen beton


As = Luas penampang melintang tulangan baja
DLA = Dynamic Load Allowance, Faktor beban dinamis untuk KEL dari
pembebanan lajur D.
E = Eksentrisitas, jarak suatu gaya ke suatu titik
Ebeton = Modulus elastisitas beton
Es = Modulus elastisitas baja
Fc’ = Kuat tekan karakteristik silinder beton pada umur 28 hari
Fy = Kekuatan karakteristik leleh baja
g = Percepatan gravitasi, nilainya = 9.8 m/det2
Gh = Gaya horizontal akibat gempa
H = Gaya horizontal
Hgsk = Gaya gesek pada perletakan
Hrem = Gaya rem, bekerja pada permukaan lantai jembatan arah
memanjang
I = Momen Inertia
IC = Momen Inertia pada kolom pilar jembatan
Ka = Koefisien tekanan tanah aktif
Kae = Koefisien tekanan tanah aktif pada kondisi gempa
KEL = Knife Edge Load (beban garis)
Kh = Koefisien gempa horizontal ekivalen
Kp = Koefisien tekanan tanah pasif
Kpe = Koefisien tekanan tanah pasif pada kondisi gempa
Kr = Koefisien response gabungan tergantung waktu getar alami Tg
Lkr = Panjang bentang jembatan sebelah kiri
Lkn = Panjang bentang jembatan sebelah kanan
M = Momen lentur
Ma = Beban mati superstructure
Mp, Gabt = Berat abutment
Mu = Kekuatan batas ultimate dalam lentur
Mx = Momen lentur yang diperoleh dari V dikalikan jarak x
My = Momen lentur yang diperoleh dari H dikalikan jarak y
p = Intensitas beban garis, dalam kN/m
Pa = Tekanan tanah aktif
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Pae = Tekanan tanah aktif pada kondisi gempa


Pah = Tekanan tanah aktif arah horizontal
Pav = Tekanan tanah aktif arah vertikal
Pq = Tekanan tanah akibat surcharge (beban lalu lintas)
Pqh = Tekanan tanah arah horizontal akibat surcharge (beban lalu lintas)
Pqv = Tekanan tanah arah vertikal akibat surcharge (beban lalu lintas)
Pu = Beban aksial pada keadaan ultimate
q = Intensitas beban merata dalam kPa
r = Rasio tulangan tarik
Rkr = Reaksi perletakan pada bentang jembatan di sebelah kiri
Rkn = Reaksi perletakan pada bentang jembatan di sebelah kanan
R KEL = Reaksi perletakan akibat KEL
R UDL = Reaksi perletakan akibat UDL
t = Gaya geser
Ta1 = Tekanan tanah di atas “footing” (akibat beban vertikal) pada lapis
ke-1
Ta2 = Tekanan tanah di atas “footing” (akibat beban vertikal) pada lapis
ke-2
Ta3 = Tekanan tanah di atas “footing” (akibat beban vertikal) pada lapis
ke-3
TEF = Gaya seret aliran air / benda hanyutan
TEW = Beban angin
Teq = Gaya statik ekivalen rencana
Tg = Waktu getar alami
UDL = Uniformly Distributed Load (beban merata)
V = Gaya vertikal
Wabt = Lebar abutment
Wt Berat nominal bagian struktur yang mengalami percepatan gempa
Wt-kr = Lebar abutment
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

KUNCI JAWABAN PENI LAIAN MANDIRI

Kode/Judul Unit Kompetensi:

INA.5212.113.01.04.07 : Merencanakan bangunan bawah jembatan

Soal :

Jawaban:
Pertanyaan
No. Apabila ”Ya” sebutkan butir-butir
Setiap Elemen Kompetensi Ya Tdk
kemampuan anda

1.
Elemen Kompetensi:
Menetapkan tipe dan jenis
bangunan bawah jembatan
Pertanyaan:

1.1. Apakah anda mampu Ya a. Mampu menjelaskan jenis-jenis beban yang


menghitung beban bekerja pada bangunan bawah jembatan
yang bekerja pada
struktur bangunan b. Mampu menghitung beban yang bekerja
bawah jembatan? pada bangunan bawah jembatan

1.2. Apakah anda mampu Ya a. Mampu menjelaskan tipe-tipe abutment yang


menetapkan tipe dan lazim digunakan dalam perencanaan
jenis abutment jembatan
jembatan sesuai
dengan persyaratan b. Mampu memilih type abutment yang paling
teknis yang ditentukan? sesuai jika tinggi abutment dari tanah asli
diketahui.

1.3. Apakah anda mampu Ya a. Mampu menjelaskan tipe-tipe pilar yang


menetapkan tipe dan lazim digunakan dalam perencanaan
jenis pilar jembatan jembatan
sesuai dengan
persyaratan teknis yang b. Mampu memilih tipe pilar yang paling sesuai
jika diketahui sudut antara as jembatan
ditentukan?
dengan arah arus sungai diketahui.

1 dari 3
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Jawaban:
Pertanyaan
No. Apabila ”Ya” sebutkan butir-butir
Setiap Elemen Kompetensi Ya Tdk
kemampuan anda

2. Elemen Kompetensi:
Merencanakan abutment
jembatan

2.1. Apakah anda mampu Ya a. Mampu menjelaskan kriteria desain yang


menetapkan kriteria digunakan dalam perencanaan abutment
desain abutment jembatan
jembatan sesuai
b. Mampu memilih material yang dapat
dengan ketentuan
digunakan untuk membuat abutment
teknis yang berlaku?

2.2. Apakah anda mampu Ya a. Mampu menjelaskan prinsip-prinsip


menerapkan ketentuan pembebanan menurut BMS7-C2-Bridge
pembebanan jembatan Design Code 1992 untuk perencanaan
yang berlaku untuk abutment jembatan.
perencanaan
b. Mampu menetapkan jenis-jenis beban yang
abutment?
bekerja pada abutment jembatan untuk
keperluan perhitungan abutment jembatan.
2.3. Apakah anda mampu Ya a. Mampu menghitung beban-beban mati untuk
menghitung dan perencanaan abutment
merencanakan dimensi
abutment sesuai b. Mampu menghitung beban-beban hidup
dengan persyaratan untuk perencanaan abutment
teknis yang ditentukan?

2 dari 3
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

Jawaban:
Pertanyaan
No. Apabila ”Ya” sebutkan butir-butir
Setiap Elemen Kompetensi Ya Tdk
kemampuan anda

3. Elemen Kompetensi:
Merencanakan pilar
jembatan.
3.1. Apakah anda mampu Ya a. Mampu menjelaskan kriteria desain yang
menerapkan kriteria digunakan dalam perencanaan pilar
desain pilar jembatan jembatan
sesuai dengan
ketentuan teknis yang b. Mampu memilih mutu material yang dapat
berlaku? digunakan untuk membuat pilar

3.2. Apakah anda mampu Ya a. Mampu menjelaskan prinsip-prinsip


menerapkan ketentuan pembebanan menurut BMS7-C2-Bridge
pembebanan jembatan Design Code 1992 untuk perencanaan pilar
yang berlaku untuk jembatan.
perencanaan pilar?
b. Mampu menentukan beban-beban yang
bekerja pada bangunan pilar jembatan.

3.3. Apakah anda mampu Ya a. Mampu menghitung beban-beban mati untuk


menghitung dan perencanaan pilar jembatan.
merencanakan dimensi
pilar sesuai dengan b. Mampu menghitung beban-beban hidup
persyaratan teknis untuk perencanaan pilar jembatan.
yang ditentukan?

3 dari 3
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

DAFTAR PUSTAKA

1. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Pusat Litbang Jalan dan Jembaatan,

Badan Penelitian dan Pengembangan – Departemen Pekerjaan Umum – Januari

2007.

2. Teknik Fondasi II, Hary Christady Hardiyatmo – 2003.

3. Teknik Fondasi I, Hary Christady Hardiyatmo – 2002

4. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Joseph E. Bowls/Johan K. Hainim – 1991.

5. Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan – Beban Jembatan, BMS7-C2-Bridge

Design Code 1992, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.

6. Pedoman Pembebanan Jalan Raya SKBI – 1.3.28.1987 – UDC 624.042 : 62421,

Departemen Pekerjaan Umum.

7. Rancangan 3 Pedoman Konstruksi dan Bangunan – Standar Pembebanan Untuk

Jembatan – Pd x-xx-2004-B – Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.

8. Mekanika Tanah, L.D. Wesley – 1988.

9. Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Ir. Suyono sosrodarsono – Kazuto Nakazawa – Ir.

Taulu dkk. 1981.

10. ACI Manual of Concrete Practice – Structural Design, Structural Specification,

Structural Analysis – ACI Publication, 1978.

11. Foundation Design, Wayne C. Teng – 1979.

Anda mungkin juga menyukai