2
SEJARAH
Bulutana berawal dari keberadaan salah seorang keturunan
Sombaya ri Gowa, yaitu karaeng Data yang memisahkan diri dari
Kabupaten Gowa
Dahulu terdapat 7 rumah yang sama dan setiap rumah menghadap
ke arah Timur (78° Timur, LS 5° 16’ 28”, BT 119° 50’ 32”), Semua
rumah menghadap ke timur yang berarti penghormatan terhadap
matahari sebagai pembawa kehidupan di dunia ini
3
SEJARAH
masyarakat sekitar mempercyai ketika Tujuh rumah tersebut yaitu:
ada rumah baru dibangun yang biasa 1. Balla Lompoa
disebut rumah kedelapan, rumah 2. Balla Jambu
tersebut akan terbakar. Hal tersebut
terus berlangsung setiap ada rumah 3. Balla Tinggia
baru atau kedelapan yang didirikan 4. Balla Nyalang
sehingga dikenal dengan mitos “tujuh 5. Balla Coleng
rumah”. 6. Balla Bajini
7. Balla Bongki
4
SEJARAH
Mitos berakhir sekitar tahun 1965 ketika terjadi kebakaran rumah kedelapan
yang terakhir . Pada tahun 1971 terjadi peristiwa naas yaitu terbakarnya 4
rumah di Butta Toa akibat lampu tempel, rumah yang terbakar yaitu Balla
Tinggia, Nyalang, Coleng, dan Bajini. Hal ini disebabkan oleh kelalaian
penghuni di Balla Tinggia, salah satu nama rumah adat yang terbakar, yang
tidak sengaja menyenggol lampu tempel tersebut ke kain dan api mulai
membesar sehingga merembet ke rumah di sekitarnya. Walaupun pada masa
itu jarak antara rumah berjauhan, namun karena langkanya sumber dan
persediaan air maka kebakaran besar tidak dapat dihindarkan. Masyarakat
memutuskan untuk menjaga Balla Jambu dan Balla Lompoa dari kepungan api.
Rumah Balla Bongki sebelumnya sudah hilang lebih dahulu, baik penghuni
dan rumahnya. Hal ini yang menjadi misteri hingga kini. Oleh karena itu, saat
ini hanya tersisa dua rumah adat yang berusia ratusan tahun
5
SEJARAH
LANTAI DINDING
Materialnya menggunakan bambu, proses Bambu yang dipakai membuat atap berasal
pembuatannya dengan cara bambu dipotong pendek
lalu dibelah lagi menjadi beberapa bagian kemudian dari wilayah sekitar Balla Jambu yang sengaja
bagian luar bambu akan dibelah kemudian di “Cuppe” ditanam untuk kebutuhan atap balla jambu
(pada bagian Bambu akan dibelah sedikit) kemudian
bagian yang sudah di “Cuppe” akan di “pasappi” Biasanya atap diganti setelah 7 tahun atau
(dikaitkan) pada kaso atap rumah sehingga dapat apabila pada bagian atap telah rusak
disusun membentuk atap
STRUKTUR DAN MATERIAL
JENDELA PINTU
TANGGA
• Pada lingkungan sekitar Balla Jambu banyak ditumbuhi tanaman perdu dataran
tinggi, terdapat pula pohon pinus, pohon kelapa, pohon nangka, pohon bambu,
pepaya dan pohon cengkeh.
• Sebagian besar warga berprofesi sebagai petani
• Kebutuhan pangan warga sekitar berasal dari sawah dan kebun mereka sendiri
• Kebutuhan ekonomi bersumber dari penjualan kopi dan cengkeh
SOSIAL BUDAYA
ATURAN-ATURAN YANG BERLAKU DIDALAM RUMAH ADAT
BALLA JAMBU
1 2 3
ADAT SAMPULONRUA
Masyarakat muslim Bulutana memiliki Peristiwa migrasi lokal dimasa lampau disebut dalam
kepercayaan tentang adanya kebiasaan sejarah mereka dengan istilah assulukang sisang. Proses
yang dapat mendatangkan migrasi lokal tersebut didorong oleh faktor penduduk atau
kemaslahatan bila diindahkan, tetapi
anggota komunitas Adak Sampulonrua yang semakin
bila diabaikan menjadi latar bencana
berkembang. Sementara, ada aturan adat yang melarang
untuk membuat bangunan rumah diluar tujuh rumah yang
Balla Lompoa dan Balla Jambu adalah telah ada di Butta Toa Buluttana pada masa itu Akhirnya,
rumah yang menjadi pusat sebagai solusi sebahagian kecil penduduk Butta Toa Buluttana
pelaksanaan ritual Adak Sampulonrua
memilih untuk pindah atau bermigrasi ke luar dari kawasan
sekaligus menjadi simbol yang
Butta Toa Buluttana untuk membuka pemukiman baru.
mengikat, dan menjadi pemersatu
komunitas adat Buluttana
SOSIAL BUDAYA
KOMUNITAS ADAT DI BULUTANA
ADAT SAMPULONRUA
Empat pokok landasan nilai adat bagi komunitas Adak Sampulonrua
Patumbu
PatumbuTau Katallassang
Attompolo Appalili
Pa’buntingang
Assaukang
Pa’bangungang Tummoterang
Ammole riPamasena
Balla
SEKIAN