Anda di halaman 1dari 13

Makalah Dibuat Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Tafsir


Semester Dua
Dosen Pengampu Mohamad Sholihin, S. Th.I.,M.Pd

Oleh
Fenti Condrowati, A.Ma. Kep, S.Pd (20.86208.145)

PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020 / 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah

Al-Quran adalah mukjizat terbesar yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW.

Kemukjizatan Al-Quran tidak hanya berlaku pada zaman Nabi saja, melainkan belaku untuk

sepanjang masa.

Zaman Nabi, kemukjizatan Al-Quran terlihat dengan kekuatan sastranya yang tinggi

sehingga mengalahkan ahli sastra pada waktu itu dan memang pada zaman Nabi adalah

zaman keemasan dalam ilmu sastra. Namun, pada era sekarang yang mana zaman ilmu

pengetahuan dan teknologi seakan-akan menuntut atau menguji kemukjizatan Al-Quran yang

dipercaya kemukjizatannya berlaku sepanjang masa.

Dalam makalah ini akan menguraikan hasil uji kemukjizatan Al-Quran yang

dihadapkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai tugas mata kuliah Tafsir

Tarbawi dengan tema “Ayat Tentang Kewajiban Belajar Mengajar”.


BAB II

PEMBAHASAN

A.  Ayat Tentang Kewajiban Belajar Mengajar

1.a.  Qs Al-Ghasiyah Ayat 17-20


ْ َ‫صب‬
â ١٩ á ‫ت‬ ِ َ‫ َواِلَى ْال ِجب‬ â ١٨ á‫ت‬
ِ ُ‫ال َك ْيفَ ن‬ ْ َ‫أَفَاَل يَنظُرُونَ إِلَى اإْل ِ بِ ِل َك ْيفَ ُخلِق‬
ْ ‫ َواِلَى ال َّس َما ِء َك ْيفَ ُرفِ َع‬ â ١٧ á‫ت‬

ِ ْ‫ َواِلَى ْاألَر‬ 
ْ ‫ض َك ْيفَ ُس ِط َح‬
     â ٢٠ á ‫ت‬

b.  Terjemah

17.  Tidaklah mereka  perhatikan unta, bagaimana ia diciptakan?

18.  Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?

19.  Dan gunung-gunung, bagaimana ditegakkan?

20.  Dan bumi, bagaimana dihamparkan?[1]

c. Mufradat

Arti Lafadz Arti Lafadz

Gunung ِ َ‫ْال ِجب‬


‫ال‬ Mereka melihat/memperhatikan َ‫يَنظُرُون‬

Ditegakkan ْ َ‫صب‬
‫ت‬ ِ ُ‫ن‬ Unta ‫اإْل ِ بِ ِل‬

Bumi ِ ْ‫ْاألَر‬
‫ض‬ diciptakan ْ َ‫ُخلِق‬
‫ت‬

Dihamparkan ْ ‫ُس ِط َح‬


‫ت‬ langit ‫ال َّس َما ِء‬
ditinggikan ‫ت‬ْ ‫ُرفِ َع‬

d.  Penjelasan

ْ َ‫فَ ُخلِق‬vvvvvv‫ ِل َك ْي‬vvvvvvِ‫رُونَ إِلَى اإْل ِ ب‬vvvvvvُ‫أَفَاَل يَنظ‬ Tidaklah mereka perhatikan unta, bagaimana


Ayat  ‫ت‬ ia

diciptakan?! Disini Allah swt. mengkhususkan unta sebagai objek pengamatan, mengingat

bahwa ia adalah hewan paling berguna bagi bangsa arab ketika itu. Dan memang ia

sesungguhnya adalah hewan yang mengagumkan. Meski memiliki tubuh serta kekuatan yang

amat besar, ia begitu patuhnya, bahkan kepada seorang yang lemah atau anak kecil sekalipun.

Demikian pula dalam hal kemampuannya mengangkut beban yang berat ke tempat-tempat
yang berjarak jauh. Dengan mudahnya ia duduk ketika akan dibebani atau ditunggangi, lalu

bangkit berdiri lagi untuk meneruskan perjalanan. Memiliki watak sabar menghadapi

beratnya perjalanan, haus dan lapar. Sedikit saja rerumputan sudah cukup baginya, berbeda

dengan hewan-hewan lain yang sejenis. Dan masih banyak lagi kelebihan dn

keistimewaannya yang tidak dimiliki hewan selainnya. Kelebihan keistimewaan itu bukan

karena besar tubuhnya, sehingga dapat disamakan dengan gajah, misalnaya. Sebab, gajah –

meskipun memiliki sebagian keistimewaan yang dimiliki oleh unta – namun ia tidak

menghasilkan susu, dagingnya tidak dimakan, dan cara mengendalikannya pun tidak

semudah unta.

ْ ‫فَ رُ فِ َع‬vv‫ َما ِء َك ْي‬vv‫الس‬


            Ayat ‫ت‬ َّ ‫ َواِلَى‬ Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Yang dimaksud

dengan ‘ditinggikan’ adalah pengaturan benda-benda yang berada diatas kepala kita, seperti

matahari, bulan dan bintang-bintang, masing-masing dalam garis peredarannya, tidak pernah

menyimpang dan tidak pernah pula merusak tatanannya.

ْ َ‫ب‬v ‫ص‬
            Ayat ‫ت‬ ِ َ‫ َواِلَى ْال ِجب‬ Dan gunung-gunung,  bagaimana ditegakkan. Yakni untuk
ِ ُ‫ال َك ْيفَ ن‬

menjadi tanda bagi para musafir dan tempat berlindung dari kejaran orang-orang zalim. Di

samping itu, pada galibnya ia adalah juga pemandangan indah bagi siapa yang melihatnya.

            Ayat ‫ت‬ ِ ْ‫واِلَى ْاألَر‬   Dan


ْ ‫ ِط َح‬vvv‫فَ ُس‬vvv‫ض َك ْي‬ َ bumi, bagaimana dihamparkan. Yakni dengan

meratakan permukaannya dan menjadikannya mudah dimanfaatkan oleh manusia, untuk

bermukim diatasnya atapun berjalan di segala penjurunya.

e.  Inti Kajian

Pemilihan unta, langit, gunung-gunung, dan bumi sebagai contoh, mengingat bahwa

semua ciptan ini adalah yang senantiasa dilihat oleh orang-orang Arab dilembah-lembah dan

gurun pasir mereka. Karenanya, memang selayaknya semua itu disebutkan dalam satu

rangkaian, agar dapat pula tercakup dengan mudah dalam pengamatan yang diminta dari

mereka. Oleh sebab itu, seandainya orang-orang yang mengingkari maupun yang lalai itu,

mau memperhatikan sebagian yang mereka saksikan sehari-hari, bagaimana semua itu terjadi
– tentunya masing-masing orang sesuai kemampuan penalarannya – niscaya mereka akan

menyadari bahwa semua itu adalah ciptaan yang tak mungkin terwujud dan terpelihara

kecuali oleh adanya Sang Pencipta, yaitu Allah Swt. Dan bahwa Dia Yang Maha Kuasa atas

penciptan semua itu, lalu memeliharanya dan mengaturnya dalam suatu tatanan yang

dibangun-Nya atas dasar hikmah, niscaya Dia Maha Kuasa pula untuk membangkitkan

kembali manusia pada suatu hari, ketika setiap pelaku akan menerima balasan atas segala

perbuatannya.

Dan sebagaimana Allah Awt. telah menciptakan semua itu, sedangkan manusia tidak

mengetahui cara penciptaanya, dan yang mereka ketahui hanyalah apa yang dapat mereka

saksikan dihadapan mereka. maka sedemikian itu pula berkenaan dengan apa yang Ia

ciptakan pada ‘hari’ itu kelak. Mereka tidak akan mengetahui cara Ia melakukannya, tetapi

yang mereka ketahui hanyalah keberadaan semua itu dihadapan mereka, persis sebagaimana

mereka kini menyaksikan segala ciptaan Allah Swt. (dalam kehidupan dunia).

Nah, apabila keadaannya sudah begitu jelas, maka yang diperlukan sekarang hanyalah

sekerdar peringatan dan penalaran, yang dapat membuahkan pelajaran dan kesadaran.

2. a.  QS Al Ankabut Ayat 19-20


á١٩â ٌ‫ ۚ إِ َّن ٰ َذلِكَ َعلَى هَّللا ِ يَ ِسير‬vُ‫ق ثُ َّم ي ُِعي ُده‬ َ ‫ئ هَّللا ُ ْالخَ ْل‬
ُ ‫أَ َولَ ْم يَ َروْ ا َك ْيفَ يُ ْب ِد‬
á٢٠â ‫ق ۚ ثُ َّم هَّللا ُ يُن ِش ُئ النَّ ْشأَةَ اآْل ِخ َرةَ ۚ إِ َّن هَّللا َ َعلَ ٰى ُكلِّ َش ْيء قَ ِدي ٌر‬
َ ‫ض فَانظُرُوا َك ْيفَ بَدَأَ ْالخَ ْل‬ ِ ْ‫قُلْ ِسيرُوا فِي اأْل َر‬
b.  Terjemah:

(19). Dan apakah tidak mereka perhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari

permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah

mudah bagi Allah.

(20). Katakanlah: "Mengembaralah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah

memulai penciptaan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah memunculkan

kemunculan yang lain. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 
c. Mufrodat

Arti Lafadz Arti Lafadz

gunung ‫ِسيرُوا‬ Memperhatikan ‫يَ َروْ ا‬

ditegakkan ِ ْ‫اأْل َر‬


‫ض‬ Menciptakan َ ‫ْال َخ ْل‬
‫ق‬

Kuasa ‫قَ ِدي ٌر‬ mengulangi kembali vُ‫يُ ِعي ُده‬

Mudah ‫يَ ِسي ٌر‬

d. Penjelasan

“Dan apakah tidak mereka perhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari

permulaannya.”  (pangkal ayat 19). Allah tidaklah akan dapat dilihat dengan mata. untuk

meyakinkan adanya Allah, hendaklah perhatikan alam yang diciptakan oleh Allah. Dalam

ayat yang tengah kita renungi ini terdapatlah panggilan kepada manusia yang selama ini

kurang memperhatikan, bahkan tidak teguh kepercayaannya tentang adanya Yang Maha

Kuasa. atau kalaupun ada kepercayaan bahwa Tuhan itu ada, tidak diperhatikannya

bagaimana caranya kita sebagai Insan menghubungi Al-Khalik itu. untuk mencari Allah

perhatikanlah alam. kian diperhatikan, akan kian teranglah dalam hatimu bantahan terhadap

pendirianmu yang selama ini mengatakan Tuhan itu tidak ada. diawal ayat ini kita dianjurkan

memperhatikan bagaimana Allah memulai penciptaan. banyak terdapat permulaan penciptaan

Ilahi yang sangat ajaib, yang mustahil begitu teratur dan mengagumkan kalau dia terjadi

sendirinya.

Permulaan penciptaan manusia sendiri. Dari tetesan air kama atau mani yang berpadu

satu, dari diri seseorang perempuan dan seorang laki-laki, terkumpul didalam rahim perankan

perempuan. Dalam sekian hari dinamai nuthfah (segumpal air pekat), kemudian

menjadi ‘alaqah  (segumpal darah), kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging),

kemudian daging itu berangsur tumbuh tulang-tulang didalamnya. Kemudian datang daging

lain memalut tulang itu. Setelah 3 kali 40 hari mulailah dia bernyawa dan setelah 9 bulan 10
hari, lahirlah ke dunia. Bukan segumpal air yang terpadu dari seorang laki-laki dengan

perempuan tadi lagi, melainkan seorang manusia.

“kemudian itu Dia mengulanginya kembali.” artinya, bahwasanya manusia sendiri

bila sampai umurnya, dia pun mati. tetapi satu waktu kelak manusia yang telah mati itu bisa

pula dihidupkan kembali dalam kejadian yang baru.

Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (ujung ayat 19). Manusia

ini hidup didunia, kelak akan mati, dan setelah mati kelak, menurut ukuran waktu yang

ditentukan Allah akan dibangkitkan kembali.  yang bernama hari kiamat, semuanya itu adalah

urusan yang mudah saja bagi Allah. Maka tidaklah mustahil jika manusia kelak dibangkitkan

kembali dalam keadaan yang lain, dihari yang bernama kiamat, karena belum termakan di

akal dan penyelidikan kita. Karena barang yang kita lihat setiap hari sendiripun, yang

berulang-ulang kejadian tidak jugalah dapat kita manusia memecahkan rahasianya., namun

bagi Allah hal itu adalah perkara yang mudah saja.

Katakanlah: "Mengembaralah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah

memulai penciptaan (manusia) dari permulaannya, (pangkal ayat 20). Disini perintah itu

sudah lebih tegas lagi. Manusia disuruh mengembara di muka bumi. Supaya dia jangan

membeku saja tidak berfikir, tidak menyelidiki. Yang khusus di suruh memperhatikan

bagaimana asal mulanya permulaan kejadian didunia ini.

Lanjutan ayat menyuruh manusia sampai kepada penyelidikan selanjutnya:

“kemudian Allah memunculkan kemunculan yang lain.” Artinya ialah setelah manusia

memperhatikan awal permulaan penciptaan awal ini sampai menjadi ilmu, dianjurkanlah

manusia supaya merenungan kemungkinan yang amat luas bagi Maha Penguasa itu. Setelah

Dia sanggup menciptakan awal permulaan kejadian menurut jalan yang mudah bagiNya,

tetapi manusia bagaimanapun pintarnya tidak dapat menciptakan seperti itu, niscaya akan

bangunlah pancaindera menangkap hasil dari penyelidikan alam, untuk mengambil

kesimpulan bahwa alam ini memang ada Penciptanya, dan pencipta itu sanggup dan mudah
saja memunculkannya kelak dalam permunculan yang lain. Ujung ayat dtutup dengan kata

tegas: “Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”  (ujung ayat 20).

e.  Inti Kajian

Kalau manusia sudah insaf dan mengakui bahwa segala permulaan penciptaan itu

sangat teratur dan mengagumkan, meninggalkan kesan bahwa Pencipta itu memang Maha

Kuasa, maka tidaklah ada jalan lagi buat memungkiri bahwa Dia pun Maha Kuasa pula

membuat bentuk alam kelak dalam bentuk yang lain, dan mengulangi kehidupan manusia

dalam alam yang lain. Segala yang kita pandang sulit dan mustahil, bagiNya adalah perkara

mudah belaka. 
3.    Qs Al Baqoroh ayat 44, 171, 269
a.      Qs Al Baqoroh ayat 44
á٤٤â  َ‫َاب أَفَالَ تَ ْعقِلُون‬ َ َّ‫أَتَأْ ُمرُونَ الن‬
َ ‫اس بِ ْالبِرِّ َوتَن َسوْ نَ أَنفُ َس ُك ْم َوأَنتُ ْم تَ ْتلُونَ ْال ِكت‬
Artinya :“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu
melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat), maka tidaklah kamu
berpikir ?“
Mufrodat

Arti Lafadz Arti Lafadz

Menyuruh ‫تَأْ ُم ُر‬ luasnya kebaikan ُّ‫ْالبِر‬

Penjelasan

khitab ini ditujukan kepada orang-orang yang mempunyai kitab, yakni para rahib dan

pendeta . ada sebuah riwayat yang dicerirtakan oleh Ibnu Abbas , bahwa ayat ini diturunkan

berkenaan dengan rahib-rahib yahudi Madinah. Mereka memerintahkan kepada orang-orang

yang mereka beri nasihat secara rahasia agar beriman kepada Nabi Muhammad Saw. Tetapi

mereka sendiri tidak pernah beriman.

Imam As-Suddi mengatakan “Mereka memerintahkan orang-orang agar taat pada Alah

swt. Dan melarang berbuat maksiat. Sedangkan mereka sendiri melakukan apa yang mereka

larang.

Yang dimaksud lupa disini adalah meninggalkan. Hal ini karena tabi’at manusia ialah

tidak akan melupakan hal yang baik atau bermanfaat untuk dirinya. Dalam hal ini, mereka
tidak akan mau didahului oleh orang lain untuk mendapatkannya didalam ayat ini sengaja

diungkapkan dengan perkataan lupa dengan tujuan mubalaghah. Sebab, mereka sudah terlalu

tidak memperhatikan terhadap apa yang seharusnya segera mereka kerjakan. Jadi, seakan –

akan ayat tersebut mengatakan.” Jika kalian yakin terhadap janji kitab atas hal-hal yang baik ,

dan acaman-ancamannya jika ditinggalkan, mengapa kalian melupakan dirinya sendiri.

Jelas, uslub seperti ini mengandung nilai celaan sangat tajam karena

seseorang yang tidak konsekwen dengan apa yang dikatakan, maka hal tersebut akan menjadi

bomerang bagi dirinya sendiri.

b.        Al-Baqarah ayat 171

á١٧١â  َ‫ص ٌّم بُ ْك ٌم ُع ْم ٌي فَهُ ْم اَل يَ ْعقِلُون‬ ُ ‫َو َمثَ ُل الَّ ِذينَ َكفَرُوا َك َمثَ ِل الَّ ِذي يَ ْن ِع‬
ُ ۚ ‫ق بِ َما اَل يَ ْس َم ُع إِاَّل ُدعَا ًء َونِدَا ًء‬

Artinya : “Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah

seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan

seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.”

Arti Lafadz Arti Lafadz

bisu ‫بُ ْك ٌم‬ Perumpamaan ‫َمثَ ُل‬

buta ‫ُع ْم ٌي‬ Tuli ‫ص ٌّم‬


ُ

Penjelasan

Ibnu Abbas r.a. berkata, “Ayat ini diturunkan mengenai segerombolan kaumYahudi

ketika diajak leh Nabi Saw. masuk Islam, mereka menjawab, ‘Bahkan kami mengikuti apa

yang kami dapat dari bapak-bapak kami’. Maka Allah menurunkan ayat ini.”

Kemmudoian Allah memberi contoh perumpamaan terhadap hal yang demikian.

Perumpamaan orang kafir yang tidak dapat melihat dan mengikuti tuntuna ajaran Allah itu,

dalam kesesatan dan kebodohan mereka bagaikan binatang yang tidak mengerti apa-apa,

hanya semata-mata mendengar suar memanggil, apakah untuk diberi makan atau untuk

dibantai, tidak mengerti.Karena degil (keras kepaa) dan fanatik bodoh, maka mereka tetap
pekak untuk mendengar hak kebenaran Allah, bisu bisu dalam seribu bahasa untuk

mengatakan yang hak bahkan buta untuk melihat segala jalan yang baik, sehingga tetap tidak

mengerti. 

c.     Al-Baqarah ayat 269


ِ ‫ي ُْؤتِي ْال ِح ْك َمةَ َمن يَ َشا ُء ۚ َو َمن ي ُْؤتَ ْال ِح ْك َمةَ فَقَ ْد أُوتِ َي َخ ْيرًا َكثِيرًا ۗ َو َما يَ َّذ َّك ُر إِاَّل أُولُو اأْل َ ْلبَا‬
á٢٦٩â  ‫ب‬

Artinya : “Allah menganugerahkan hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan

As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi

hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan tak ada yang dapat

mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal.”

Arti Lafadz Arti Lafadz

Mengambil pelajaran ‫يَ َّذ َّك ُر‬ menganugerahkan ِ ‫ي ُْؤ‬


  ‫ت‬

Penjelasan

‫ي ُْؤتِي ْال ِح ْك َمةَ َمن يَ َشا ُء‬

Allah swt memberi hikmah dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, dan menjiwai

empunya kepada siapa saja yang dikehendaki Allah. dengan demikian, ia dapat membedakan

antara hakikat dan pulasan (palsu), disamping mudah mengetahui mengetahui antara godaan

da ilham (inspirasi).  

semua yangbisa mnampung hikmah ini, adalah akal yang mampu memberi keputusan

dalam menelusuri segala sesuatu dengan berbagai argumentasi, disamping menyelidiki

hakikatnya secara bebas. Siapa saja yang telah dianugerahi akal seperti ini, maka ia akan

mampu membedakan antara janji Yang Maha Pengasih dan ancaman setan. Ia akan

berpegang pada janji Allah, dan membuang jauh-jauh ancaman setan.

Menurut Abdullah bin Abbas yang dimaksud dengan hikmah dalam ayat ini adalah

pengetahuan mengenai Al-Qur’an atau mengetahui apa yang terkandung didalamnya yakni

hidayah, hukum, rahasia dan hikmah.


Ayat yang mulia ini menjunjung tinggi pengertian hikmah dengan memberinya

pengertian yang sangat luas. Bahkan, ayat ini juga memberi petunjuk agar menggunakan

akal, yang merupakan perangkat manusia paling mulia.

‫َو َمن ي ُْؤتَ ْال ِح ْك َمةَ فَقَ ْد أُوتِ َي َخ ْيرًا َكثِيرًا‬

siapa saja yang diberi taufik (pertolongan Allah) akan mengerti mengenai ilmu yang

bermanfaat ini. Ia juga akan di tuntun oleh Allah menggunakan akalnya secara sehat dan

diarahkan kejalan yang benar. Ini berarti, ia telah mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.

berarti pula, ia mampu menundukkan kekuatan yang telah diciptakan Allah untuknya, seperti

pendengaran, penglihatan, pemikiran, rasa dan citra untuk tujuan yang bermanfaat bagi

dirinya. Ia juga bisa mempersiapkan untuk melaksanakan apa yang dikehendaki.

Kemudian, ia arahkan segala sesuatunya kepada Yang Maha menciptakan, yang hanya

karena Allah ia ini ada, dan hanya kapadaNya-lah ia akan kembali. 

Dengan demikian, ia tidak akan menyerah kepada godaan setan yang membujuknya.

bahkan jiwanya akan tetap kokoh menghadapi berbagai rintangan. Sebab, ia berkeyakinan

bahwa segala sesuatu itu terjadi atas kodrat Ilahi dan kehendak-Nya. Orang seperti ini,

jiwanya akan merasa tenang, imannya tetap kokoh didalam menghadapi segala keadian dan

peristiwa zaman.

Tidak akan bisa mengambil hakikat dari ilmu pengetahuan dan bisa terpengaruh oleh

ilmu itu, hingga kehendaknya bisa dikendalikan dan tunduk pada kemauannya, melainkan

hanya  orang-orang yang mempunyai akal sehat dan berjiwa luhur, yang mampu menyelami

hakikat kenyataan.

Dengan ilmu pengetahuannya, mereka mampu memilih hakikat kehidupan yang

bermanfaat bagi dirinya, yang bisa membuat dirinya bahagia dalam kehidupan ini, sekaligus

bisa meniti tangga kebahagiaan ukhrawi. semoga Allah mengelompokkan kita kedalam

golongan mereka. 
TAFSIR DAN AZBABUNUZUL QS.Al Ghasyiyah 17-20

AZBABUN NUZUL
Menurut Mustafa al Maraghi, Surat Al Ghasyiyah turun di Makkah setelah surat Adz-
Dzariyat sehinggga tergolong kelompok Surat Makiyah. Suguhan artikel kali ini kami ambil
dari Al Quran surat tersebut dari ayat 17 sampai 26 yang terjemahannya sebagai berikut:
"Apakah mereka tidak memperhatikan tentang unta bagaimana dijadikan? Dan tentang langit
bagaimana ditinggikan? Dan tentang gunung bagaimana ditancaplan? Dan tentang bumi
bagaimana dihamparkan? Maka peringatkanlah, sesungguhnya engkau adalah pemberi
peringatan. Engkau bukanlah penguasa. Kecuali siapa yang berpaling dan ingkar. Maka Allah
akan menyiksa mereka dengan siksaan yang besar. SeSungguhnya kepada Kami mereka akan
kembali. Kemudian sesungguhnya bagi Kami perhitungan mereka." Asbabun Nuzul, sebab
turunnya ayat tersebut yakni ayat ke 17.26 adalah ketika turun ayat tentang siksaan neraka
dan nikmat surga di awal surat Al Ghasyiyah, orang-orang kafir takjub dan menganggap aneh
hal itu maka Allah menurunkan ayat lanjutannya yang menyuruh memperhatikan benda-
benda di alam sekitar agar bisa memahami kebenaran akan akhirat nanti. At Tabrisyi
mengemukakan sebuah hadist dari Ubay bin Ka'ab bahwa Nabi Muhammad Saw.bersabda,
"Barang siapa membaca surat Al Ghasyiyah maka Allah menghisabnya dengan hisab yang
ringan."
Surat Al Ghasyiyah ini menarik untuk di simak, setelah dari ayat ke satu sampai ayat ke
16, Allah berfirman tentang wajah wajah muram dan wajah ceria di hari kiamat nanti, tentang
makanan di neraka dan kenikmatan di surga, dalam ayat ke-17 Allah berfirman tentang unta,
lalu tentang langit, kemudian tentang gunung dan ahirnya tentang daratan bumi. Setelah itu,
baru menyuruh memberi peringatan dan memastikan siksaan besar pada orang kafir serta
perhitungan bagi mereka.
Dalam surat ini Allah sengaja menyusun ayat-ayat berselang-seling antara hal-hal
akhirat 4 ayat, dunia 4 ayat, akhirat lagi. Antara alam gaib, alam nyata,alam gaib lagi. Antara
ilmu aqidah 4 ayat, ilmu alam 4ayat, ilmu aqidah lagi. Antara bumi 4ayat, langit 4ayat, bumi
lagi. Irama dengan amplitudo yang sangat kontras ini seakan menyatakan pikiran manusia
dari keadaan tertidur lelap larut dalam aktivitas sia-sia agar bangun dan menjelajahi makna
wujud segala sesuatu di sekitar. Ini adalah salah satu gaya bahasa Al Quran yang ampuh
dalam menembus hati manusia.
TAFSIR
17. Maka,tidakkah manusia merenungkan bagaimana menakjubkannya unta diciptakan oleh
allah.tidaklah mereka memperhatikan bagaimana allah menyempurnakan bentuk unta
tersebut dan memberinya bebrbagai berlebihan yang tidak dimiliki oleh hewan-hewan
lainnya?
18. Tidakkah kalian memperhatikan langit dan berfikir tentang bagaimana atap yang besar ini
bisa berdiri tegak tanpa penyangga sedikitpun dan tanpa kekurangan apapun.
19.Tidakkah mereka memperhatikan bagaimana gunung-gunung itu berdiri tegak dan
menancap di permukaan bumi dengan indahnya,hingga terlihat seakan-akan gunung itu
seperti jari-jari telunjuk yang bertasbis dan bersaksi kepada allah akan ke esa annya.
20. Tidakkah mereka memperhatikan bagaimana bumi ini diciptakan dan kemudian
dihamparkan permukaanya untuk tempat berlangsungnya hidup manusia dan makhluk-
makhluknya.

Anda mungkin juga menyukai