Anda di halaman 1dari 11

Hakikat Kehidupan

Disusun untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah tafsir tahlili


(Q.s Arrum 9-14)

Dosen Pengampu:
Ust. Hidayatullah. MA.

Oleh :
Ahmad Maymun
Abdullah Kafabihi

PROGRAM STUDI ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT PTIQ JAKARTA
2019
A. Surat Ar Rum ayat 9 – 14
ْ ‫ار‬++َ‫ َّو ٗة َوأَث‬+ ُ‫ُوا َك ۡيفَ َكانَ ٰ َعقِبَةُ ٱلَّ ِذينَ ِمن قَ ۡبلِ ِهمۡۚ َكانُ ٓو ْا أَ َش َّد ِم ۡنهُمۡ ق‬ ْ ‫ض فَيَنظُر‬ ‫أۡل‬
‫ُوا‬ ِ ‫ُوا فِي ٱ َ ۡر‬ ْ ‫أَ َو لَمۡ يَ ِسير‬
‫ت فَ َما َكانَ ٱهَّلل ُ لِيَ ۡظلِ َمهُمۡ َو ٰلَ ِكن َكانُ ٓو ْا‬ ِ ۖ َ‫ض َو َع َمرُوهَٓا أَ ۡكثَر ِم َّما َع َمرُوهَا َو َجٓا َء ۡتهُمۡ ُر ُسلُهُم بِ ۡٱلبَيِّ ٰن‬ َ ‫ٱأۡل َ ۡر‬
٩
َ‫أَنفُ َسهُمۡ يَ ۡظلِ ُمون‬
١٠ ْ ُ‫ت ٱهَّلل ِ َو َكان‬
َ‫وا بِهَا يَ ۡست َۡه ِزءُون‬ ْ ‫ى أَن َك َّذب‬
ِ َ‫َٔا ٰي‬+َِ‫ُوا ٔ‍ب‬ ْ +ُ‫ثُ َّم َكانَ ٰ َعقِبَةَ ٱلَّ ِذينَ أَ ٰ َٓسٔـ‬
ٓ ٰ َ‫ُٔوا ٱلس ُّٓوأ‬
١١
َ‫ق ثُ َّم يُ ِعي ُد ۥهُ ثُ َّم إِلَ ۡي ِه تُ ۡر َجعُون‬ ۡ ‫ٱهَّلل ُ يَ ۡب َد ُؤ ْا ۡٱل‬
َ ‫خَل‬
١٢
َ‫َويَ ۡو َم تَقُو ُم ٱلسَّا َعةُ ي ُۡبلِسُ ۡٱل ُم ۡج ِر ُمون‬
١٣ ْ ُ‫َولَمۡ يَ ُكن لَّهُم ِّمن ُش َر َكٓائِ ِهمۡ ُشفَ ٰ َٓع ُؤ ْا َو َكان‬
َ‫وا بِ ُش َر َكٓائِ ِهمۡ ٰ َكفِ ِرين‬
١٤
َ‫َويَ ۡو َم تَقُو ُم ٱلسَّا َعةُ يَ ۡو َمئِ ٖذ يَتَفَ َّرقُون‬
Artinya;

9. Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan
bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang itu
adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta
memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang
kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah
sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim
kepada diri sendiri

10. Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih
buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya

11.Allah menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan


(menghidupkan)nya kembali; kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan

12. Dan pada hari terjadinya kiamat, orang-orang yang berdosa terdiam berputus asa

13. Dan sekali-kali tidak ada pemberi syafa´at bagi mereka dari berhala-berhala mereka dan
adalah mereka mengingkari berhala mereka itu

14. Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan
B. Mufrodat

َ‫ ۡٱل ُم ۡج ِر ُمون‬: orang-orang yang berdosa terdiam berputus asa

َ‫يَتَفَ َّرقُون‬ : (manusia) bergolong-golongan

‫قُ َّو ٗة‬ : kuat

C. Penjelasan kata

َ ‫ُوا ٱأۡل َ ۡر‬


‫ض‬ ْ ‫َوأَثَار‬ : Mereka mengubahnya dengan cara membajak, menanam, dan
membangun.

‫َو َع َمرُوهَٓا‬ : Mereka memakmurkan bumi lebih dari apa yang telah dilakukan oleh
orang orang musyrik.

ِ ۖ َ‫ٱلبَيِّ ٰن‬+
‫ت‬ ۡ +ِ‫لُهُم ب‬+‫ُس‬
ُ ‫ ٓا َء ۡتهُمۡ ر‬+‫ َو َج‬: Para rasul itu membawa dalil dalil, hujjah hujjah, petunjuk
petunjuk yaitu berupa mukjizat dan yang lainnya.

َ‫ َو ٰلَ ِكن َكانُ ٓو ْا أَنفُ َسهُمۡ يَ ۡظلِ ُمون‬: Mereka zalim, yaitu mengingkari, berbuat syirik, dan maksiat,
sehingga mereka menjerumuskan diri mereka sendiri dalam kehancuran.

‫ى‬ ْ +ُ‫أَ ٰ َٓسٔـ‬


ٓ ٰ َ‫ُٔوا ٱلس ُّٓوأ‬ : yakni dnegan mengingkari, berbuat syirik dan maksiat, karena itu
seburuk buruk kejahatan.

ْ ُ‫ت ٱهَّلل ِ َو َكان‬


‫وا‬ ْ ‫ أَن َك َّذب‬: Mereka mengingkari ayat ayat Allah dan mengingkarinya.1
ِ َ‫َٔا ٰي‬+َِ‫ُوا ٔ‍ب‬

1
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar, (Jakarta : Darus Sunnah, 2011), hlm 641.
D. Tafsir dan Penjelasan

Ayat 9

Qira’at :

‫ُر ُسلُهُ ْم‬


menurut qira’at Abu Amru dibaca

‫ُر ْسلُهُ ْم‬

َ‫ثُ َّم َكانَ ٰ َعقِبَةَ ٱلَّ ِذين‬


menurut qira’at Nafi, Ibnu Katsir, dan Abu Amru dibaca

2
. َ‫ٱل َّ ِذين‬ ُ‫ثُ َّم َكانَ ٰ َعقِبَة‬

Lihatlah sejarah dunia, maka hal itu cukup sebagai pelajaran. Bila sejarah kaum kafir
terdahulu tidak dapat dijadikan pelajaran, maka mereka tidak akan dapat mengambil pelajaran
apa yanag akan terjadi di akhirat. Sebaliknya, bila kita memprercayai siksa yang menimpa
kaum kafir di dunia, maka kita dapat mempercayai apa yang dikabarkan Allah tentang akhirat.
Untuk itu bila ingin mengetahui apa apa yang tidak kita ketahui ambilah sarana melalui apa
apa yang diketahui guna ungtuk mengetahuinya. Jadi, berjalan di bumi untuk melihat akhir
perjalanan kaum kafir dan apa yang mereka derita adalah penting. 3 Melalui ayat ini Allah
mengecam dan mengancam orang orang yang tidak mau atau enggan menggunakan
pikirannya.

Yang dimaksud ‫فَيَنظُرُوا‬ maka mereka melihat adalah dengan pandangan mata yang
mengantar kepada pencapaian tujuan yang benar. Ini karena kaum musyrikin Mekkah itu
sering kali berjalan dan melihat bekas bekas peninggalan umat yang lalu. Namun, mereka
tidak menarik pelajaran darinya. Dengan adanya perintah melihat dengan mata kepala pada
ayat ini, dan perintah berpikir pada ayat sebelumnya, tergabunglah perintah untuk
menggunakan daya pikir dan daya fisik guna mencapai kebenaran. Keduanya, diharapkan
dapat menggugah daya kalbu sehingga manusia dapat beriman dengan benar dan baik.4

Berjalan di bumi memiliki dua tujuan utama yaitu: Pertama, meneliti. Kedua, untuk
mencari rezeki atau investasi. Untuk meneliti setiap tanda kekuasaan Tuhan yang ada di bumi.
2
Wahbah az zuhaili, Tafsir Al-Munir, (Jakarta:Gema Insani,2016) hlm, 246.
3
Syech Mutawalli Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi jilid 10,(Medan:Penerbit Duta Azhar, 2011) hlm, 519.
4
Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah ‘Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an’, (Jakarta:lentera Hati, 2002) hlm. 167
Contohnya, semenanjung arab tidak memiliki tumbuhan, sebaliknya Spanyol sangat hijau.
Setelah diteliti ditemukan bahwa setiap belahan bumi memiliki kekayaan alam tersendiri dan
keistimewaan masing amsing. Yang gersang dan bergurun pasir ini ternyata mengandung
minyak begitu dahsyat. Gunung yang dulunya dijauhi manusia, ternyata saat ini merupakan
gudang makanan dan kekayaan. Lihat apa yang terjadi disemenanjung Sinai yang dulunya
tanpa penghuni sekarang telah menjadi kota. Demikianlah Allah menebar kekayaan
diberbagai tempat agar semua daerah saling terkait satu dengan yang lain dan saling
membutuhkan. Jadi, jangan iri dan dengki atas kekayaan seseorang karena kekayaan
seseorang itu akan mengalir kepada dirimu juga secara otomatis.5

Kata ُ‫ ٰ َعقِبَة‬aqibah digunakan oleh al- Qur’an dalam arti kesudahan yang baik maupun
yang buruk. Berbeda dengan kata ‫عقبى‬ uqba yang hanya berarti kesudahan baik, kecuali
dalam hal hal tertentu yang dipahami dari konteks ayat.

Kata ‫ َّوة‬++ُ‫ ق‬quwwah adalah suatu kondisi yang menjadikan pemiliknya mampu
membendung kerusakan dan menghalangi upaya pihak lain merugikannya. Dengan demikian,
ia merupakan kumpulan dari sekian hal yang menjadikan pemiliknya mampu
mempertahankan kesempurnaan eksistensinya. Kekuatan satu umat adalah kemampuan
bersama mereka menangkis musuh serta mempertahankan diri, baik melalui sumber daya
manusianya, atau alat perang, kekuatan ekonomi, serta sarana sarana yang lain.6

Kata ْ ‫ أَثَار‬atsaru terambil dari kata ‫ االثا رة‬al itsarah yaitu upaya menggerakkan
‫ُوا‬
sesuatu, baik material maupun immaterial. Dorongan kepada masyarakat untuk mengambil
langkah dan tindakan tertentu digambarkan dengan kata tersebut. Ayat tersebut dapat
dipahami dalam arti membangun pertanian, dapat juga dalam arti menghasud dan
menggerakkan masyarakat untuk memberontak atau melakukan revolusi. Ibn Asyur
cenderung memahaminya dalam arti menghasud dan memprovokasi, dengan alasan bahwa
membajak membangun pertanian telah termasuk dalam pengertanian memakmurkan bumi.

Kata ‫ َع َمرُوهَٓا‬amaruha / memakmurkannya terambil dari kata ‫ عمر‬amara yang pada


mulanya berarti antonim kehancuran. Dari kata yang sama, lahir kata umur yaitu yang berarti
usia dalam arti masa untuk memakmurkn badan dengan ruh. Dengan demikian, maksud kata
yang digunakan ayat diatas adalah membangun wilayah mereka sehingga dapat bertahan
hidup lama dalam situasi yang nyaman. Pembangunan yang dimaksud disini adalah
5
Syech Mutawalli Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi jilid 10, (Medan:Penerbit Duta Azhar, 2011), hlm. 520.
6
Tafsir Al Misbah ‘Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an’, hlm. 168.
pembangunan material berupa gedung gedung yang tinggi serta pertanian yang lebih maju
dibandingkan dengan masyarakat jahiliyah.

Ayat 10

Al Qur’an mengajak orang orang yang mendustakan dan mengolok ayat ayat Allah
SWT agar mereka itu berjalan dimuka bumi, sehingga mereka tak terkucil ditempat mereka
seperti katak dalam tempurung. Juga agar mereka mentadabburi akibat yang diterima oleh
para pendusta dan pengolok olok agama, dan hendaknya mereka siap siap untuk menerima
akibat yang sama. Juga agar mereka menyadari bahwa hukum Allah itu satu, dan hukum
tersebut tak pernah dilonggarkan kepada seseorangpun. Juga agar mereka meluaskan
cakrawala berpikir mereka sehingga mereka memahami kesatuan umat manusia, kesatuan
dakwah, dan kesatuan akibat yang diterima oleh seluruh generasi umat manusia. Dan, pola
pandang inilah yang amat diusahakan oleh Islam untuk ditanamkan dalam hati dan akal orang
beriman. Al Qur’an sering mengulang ulang penekanan ini.7

Isa’ah / kejahatan lawan ihsan / kebaikan. Telah kita terangkan bahwa ihsan adalah
meninggalkan yang baik dalam keadaan baik, atau ditambah nilai kebaikannya. Contohnya,
sumur sebagai sumber air untuk diminum. Bila dikotori dan dicemari maka hal itu disebut
merusak. Bila ditembok bibir sumur agar kotoran dan pasir tidak masuk atau dibuat pompa air
ini namanya menambah nilai kebaikan. Bila tidak mampu berbuat baik secara maksimal,
minimal tidak dikotori saja sudah bagian dari kebaikan.

a. Munasabah ayat 9 dan 10

Ayat ayat ini berkaitan dengan rangkaian ayat sebelumnya. Ia memuat ancaman bagi
orang orang musyrik serta suruhan agar mereka berpikir dan memerhatikan berbagai ciptaan
yang membawa pada bukti atas wujud Allah SWT dan keesaan Nya dalam penciptan dan
bahwa dia adalah Tuhan Yang maha esa dan tidak ada sekutu bagi Ny. Penjelasan penjelasan
seperti ini dismapaikan setelah penjelasan tentang pengingkaran mereka terhadap Allah SWT
melalui pengingkaran terhadap janji jani Nya dan keberadaan hari kebangkitan.8

b. Intisari ayat 9 dan 10

7
Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, (Jakarta : Gema Insani, 2004), hlm. 134.
8
Wahbah az zuhaili, Tafsir Al-Munir, (Jakarta:Gema Insani,2016), hlm. 76.
1. Anjuran dan kewajiban untuk memikirkan segala yang ada dialam semestaini.
Sesungguhnya merenungkan penciptaan langit, bumi dan diri manusia yang
diciptakan dengan hikmah, kemaslahatan dan keadilan serta yang memiliki jangka
waktu tertentu yang pasti berakhir, semua itu merupakan bukti bagi wujud, keesaan,
kekuasaan sang khaliq serta bukti atas terjadinya kebangkitan kembali.
2. Memerhatikan kejadian kejadian masa lampau sebagai pelajaran dan hal yang harus
dipetik hikmahnya.
3. Bersandar atau mengandalkan kekuatan fisik, banyaknya harta kekayaan banyaknya
anak adalah suatu kekeliruan yang nyata. Karena itu semua tidak berguna bagi
pemiliknya di hari Kiamat kelak.

Ayat 11

Qiro’at

َ‫تُ ۡر َجعُون‬
Abu Amr membaca

9
َ‫ي ُۡر َجعُوْ ن‬
Kelompok ayat ini berbicara tentang bukti bukti keesaan Allah SWT, serta kekuasaan
Nya dalam mengatur dan mencipta seluruh wujud dari yang terkecil hingga yang terbesar. Dia
yang mencipta dan memberi kehidupan dan sarananya dan dia pula yang mematikan semua
makhluk ciptaan Nya, juga pula Dia lah yang memberikan ganjaran, balasan terhadap
perbuatan yang telah diperbuat oleh manusia.

Ketika redaksi al Qur’an sampai kepada pembangkitan dan kembalinya manusia, Al


Qur’an memaparkan satu adegaan dari adegan adegan hari kiamat, dan menggambarkan nasib
akhir kaum beriman dan orang orang yang mendustakan agama ketika mereka kembali kepada
Allah SWT. Juga menyingkapkan tentang tak bernilainya tindakan orang orang yang
mengambil sekutu disamping Allah, dan kerancuan akidah orang orang musyrik.10

Ayat 12

9
Tafsir Al-Munir, hlm. 76
10
Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an (Jakarta : Gema Insani, 2004) hlm 135
Makna َ‫ي ُۡبلِسُ ۡٱل ُم ۡج ِر ُمون‬ orang orang yang berdosa terdiam berputus asa diam seribu
bahasa karena putus asa dan tidak dapat mengeluarkan alasan. Dia tidak tau apa yang harus
dikatakan dan tidak pula ditemukan orang yang mau membelanya. Pemimpin dan pembesar
mereka pun telah mendahului disiksa. Tidak ada harapan untuk dapat selamat dari siksa.

Kata ُ‫ي ُۡبلِس‬ digunakan untuk makna terdiam karena bingung dan berputus asa
menghadapi situasi yang sulit.11 Dengan kata yablisu ditemukan kata iblis artinya makhluk
yang putus asa dari rahmat Allah.

‫إ ِ َذا‬+ َ‫ة ف‬+ٗ +َ‫ُوا بِ َمٓا أُوتُ ٓو ْا أَ َخ ۡذ ٰنَهُم بَ ۡغت‬


ْ ‫ب ُكلِّ َش ۡي ٍء َحتَّ ٰ ٓى إِ َذا فَ ِرح‬
َ ‫ُوا بِ ِهۦ فَت َۡحنَا َعلَ ۡي ِهمۡ أَ ۡب ٰ َو‬
ْ ‫ُوا َما ُذ ِّكر‬
ْ ‫فَلَ َّما نَس‬
٤٤
َ‫هُم ُّم ۡبلِسُون‬
44. Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila
mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka
dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa

Saat mereka melupakan manhaj Allah, maka dia pun menyiksa mereka didunia ini.
Namun saat siksaan itu ditimpakan tidak dalam keadaan mereka yang apa adanya, tapi dia
diberikan kenikmatan dan kemakmuran serta kemegahan, hingga saat semuanya dilenyapkan
maka siksaan itu sangat pedih. Ia bagaikan orang yang dijatuhkan dari ketinggian. Kalau
disiksa dalam keadaan miskin dan susah itu hal biasa, karena kemiskinan dekat dengan
siksaan.

11
Tafsir Al Misbah ‘Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an’, hlm. 173.
Ayat 13

Disini bagaikan pengikut dan yang diikuti. Ini sama dengan murid murid yang gagal
yang suka bermain dan malas belajar hingga saat nilai ujian keluar, maka keduanya saling
menyalahkan satu dengan yang lain.

Jadi, saat nilai keluar, hancurlah seluruh kekerabatan yang telah terbentuk dan
terbangun sekian lama. Terputuslah semua hubungan yang mengikat ahli batil di dunia.

َ‫وا بِ ُش َر َكٓائِ ِهمۡ ٰ َكفِ ِرين‬


ْ ُ‫َو َكان‬

dan adalah mereka mengingkari berhala mereka itu.

Kenapa tidak? Karena semua hakikat telah terbuka. Terbuka kepalsuan dan kebohongan
persahabatan mereka itu.12

Ayat 14

Orang - orang yang bersatu didunia dalam kejahatan dan kesesatan akan berpisah
dihari kiamat. Satu sama lain akan menjadi musuh, dari yang dulunya berstatus sahabat kental
kini menjadi musuh bebuyutan. Berbeda dengan mukminin, hingga pelaku maksiat dari
mukminin pun merasa tenang saat berada bersama dengan orang orang yang taat. Karena yang
taat dapat memberi syafaat kepada pelaku maksiat.13

c. Munasabah ayat 11 – 14

Dalam ayat sebelumnya, Allah sudah menuturkan bahwa nasib akhir dan kesudahan
orang orang kafir adalah pasti berujung di neraka. Hal ini secara emplisit mengisyaratkan
i’aadah dan hasyr (hari berbangkit, hari kiamat, hari makhsyar). Kemudian, disini Allah SWT
ingin memaparkan dalil dan bukti bukti tentang hal itu (i’aadah dan hasyr), yaitu bahwa zat
yang memulai penciptaan manusia dari permulaan dengan kuasa dan kehendak Nya, dia pasti
kuasa dan mampu untuk mengembalikan dan mengulangnya kembali. Kemudian Allah juga
menjelaskan apa yang akan terjadi pada saat manusia kembali kepada Nya pada hari kiamat.

Dalam hal ini, Allah SWT menginformasikan bahwa pada hari itu, manusia
terklarifikasikan menjadi dua golongan , golongan di Surga

12
Syech Mutawalli Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi jilid 10,(Medan:Penerbit Duta Azhar, 2011) hlm 527
13
Tafsir Sya’rawi jilid 10, hlm 527.
d. Intisari ayat 11 – 14
1. Allah SWT , dialah yang memulai penciptaan makhluk dari permulaan dan dia pula
yang akan mengulang penciptaan makhluk dan mengembalikannya seperti semula
dengan kuasa Nya.
2. Pada hari kiamat, orang orang musyrik dan orang orang kafir tidak memiliki hujjah,
argumentasi, alasan yang bisa mereka gunakan untuk membela diri. Karena itu,
mereka bungkam seribu bahasa tanpa bisa berbicara apa apa. Begitu juga, mereka
tidak menemukan seorang penolong dan pemberi syafaat pun bagi mereka yang bisa
menyelamatkan mereka dari azab Allah.
3. Terjadi keterpisahan antara orang orang mukmin dengan orang orang kafir. Orang
orang mukmin tinggal didalam surga keabadian sedangkan orang orang kafir, mereka
tinggal didalam adzab Jahannam dengan kekal selama lamanya.14

14
Tafsir Al-Munir, hlm. 82.
Daftar pustaka

Azzuhaili, Wahbah. Tafsir al-Munir, Terj. Abdu Hayyie, dkk. 2016. Gema Insani. Jakarta. Jilid. 11
Cet 1
Jabir, A, B. Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar. 2011. Jakarta : Darus Sunnah.
Quthb, Sayd. Tafsir fi Zhilalil Qur’an. 2004. Jakarta: Gema Insani.
Shihab, Quraisy. Tafsir Al Misbah ‘Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an.’ 2002. Jakarta:lentera
Hati,
Sya‟rawi, M, M. Tafsir Sya‟rawi, Terj. Dr. H. Zainal Arifin, MA., 2011. Duta Azhar, Medan, 2011.

Anda mungkin juga menyukai