Anda di halaman 1dari 2

PUBERTAS DINI

Kartika

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Jl Raya Dukuh waluh, PO BOX 202 Purwokerto 53182

E-mail : kartikawiarto@yahoo.co.id

Pubertas adalah sebutan untuk satu masa, dimana tubuh mengalami pertumbuhan,
perkembangan dan banyak mengalami perubahan. Pada masa pubertas ini, tubuh berkembang
jauh lebih cepat dibandingkan masa-masa lain selama hidup (kecuali pada saat-saat masih
bayi). Tubuh berkembang demikian cepat, dan pada saat itu akan menemukan dan
mempelajari banyak hal-hal baru. Satu hal yang baik untuk mengetahui dan memahami
perubahan-perubahan tersebut pada masa pubertas sebelum hal tersebut terjadi, dan satu hal
yang mesti diingat, bahwa setiap orang akan mengalami hal itu, yaitu mengalami masa-masa
pubertas. Namun perlu diingat pula, bahwa tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam
perkembangannya. Setiap orang adalah unik, dan memiliki jadwal masing-masing kapan
memasuki dan dengan cara seperti apa menempuh masa pubertas ini. Penentuan tepat waktu
atau tidaknya suatu peristiwa pubertas adalah masalah yang kompleks.

Contohnya, dimensi yang mungkin terlibat tidak hanya status biologis dan usia
pubertas, tetapi juga usia kronologis, tingkat kelas di sekolah, fungsi kognitif dan kematangan
sosial (Petersen, 1987). Untuk beberapa remaja, transisi melalui masa pubertas merupakan
hal yang sulit, tetapi untuk sebagian besar orang hal tersebut bukanlah hal yang sulit. Masa
pubertas menampilkan tantangan baru dengan memunculkan perubahan perkembangan, tetapi
sebagian besar remaja mampu mengatasi tantangan tersebut dengan baik.

Proses yang melibatkan status biologis dan usia pubertas, tetapi juga usia kronologis,
tingkat kelas di sekolah, fungsi kognitif dan kematangan sosial berjalan bersama sehingga
menghasilkan diri kita di masa remaja. Setiap orang akan memiliki sedikit perbedaan, hingga
membuat mereka tumbuh dan berkembang dengan cara dan waktu yang sama persis. Tidak
ada dua orang yang sama persis mengalami perkembangan di masa pubertas ini. Beberapa
temanmu mungkin terlihat lebih dewasa dibanding yang lain. Mungkin kamu menemukan
teman terdekatmu suaranya berubah menjadi berat, sedangkan kamu sendiri tetap memiliki
suara ‘kecil’ seperti anak-anak. Atau mungkin juga kamu merasa risih menjadi gadis paling
tinggi di kelas, atau menjadi satu-satunya pria yang mesti bercukur setiap minggu.

Pubertas merupakan fase transisi di mana terjadi perubahan dari masa anak-anak
menuju dewasa. Di fase ini, tubuh disiapkan untuk menjadi dewasa dengan terjadinya
perubahan pada fisik, hormon dan mental. Tapi beberapa faktor dapat menyebabkan anak
mengalami pubertas lebih awal. Secara umum, tanda awal pubertas yang normal mulai
muncul pada anak perempuan pada usia 8-13 tahun, sedangkan pada anak laki-laki pada usia
9-14 tahun. Bila tanda seksual sekunder pada anak perempuan muncul sebelum usia 8 tahun
dan anak laki-laki sebelum usia 9 tahun, hal itu disebut pubertas prekoks atau pubertas dini.
Akibat bila seorang remaja mengalami pubertas dini, awalnya pertumbuhan badannya akan
lebih tinggi, tetapi karena tulang menutup lebih cepat maka menyebabkan tubuhnya lebih
pendek dari teman lainnya yang mengalami pubertas normal. Di samping itu, bila terlalu
cepat mengalami pubertas maka hormonnya akan tinggi dan itu akan menjadikan anak
dewasa lebih cepat, padahal mentalnya belum siap menjadi dewasa.

Tidak hanya secara psikologis dan pertumbuhan badan, pubertas dini juga dapat
meningkatkan risiko kanker dan tumor di kemudian hari, karena tingkat hormon estrogen,
progesteron (pada perempuan) dan testosteron (pada laki-laki) dapat memicu beberapa tumor
yang bisa menjadi ganas. Saat ini mungkin bukan hal aneh menemukan anak kelas lima
sekolah dasar sudah mengalami menstruasi. Secara fisik, tubuh mereka juga terlihat lebih
dewasa dengan payudara yang sudah tumbuh. Namun, menurut sebuah penelitian, perempuan
remaja yang mengalami pubertas di usia kurang dari 11 tahun, ternyata berkecenderungan
lebih besar berperilaku buruk. Tingkah laku ini antara lain bertengkar di sekolah, tidak ikut
jam pelajaran, dan kabur dari rumah karena lebih mudah terpengaruh tingkah laku teman
dekatnya yang buruk.

Menurut Biro salah satu faktor risikonya pubertas dini adalah, obesitas yang terjadi pada usia
anak. Obesitas ini kemudian merusak keseimbangan hormon yang memicu tumbuh kembang
sel lebih cepat. Akibatnya meski secara fisik anak tampak lebih besar, hal tersebut tidak
berjalan seimbang dengan kemampuan kognitif dan sosialnya. Remaja yang matang terlalu
dini atau terlambat matang biasanya membutuhkan banyak dukungan, terutama bila mereka
sudah merasa bahwa ada yang salah dengan diri mereka.

Anda mungkin juga menyukai