JSBPSDM 1(2)(2020)
Kasmawati
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskrpisikan secara konseptual pemanfaatan google form dalam pelaksanaan supervisi
akademik. Hakikat supervisi sebagai serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola proses pembelajaran ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran. Supervisi
akademik berfungsi membantu guru-guru mengembangkan kompetensinya dengan tujuan pembelajaran. Dengan
google form, supervisor (pengawas) melaksanakan supervisi akademik secara efektif dan efisien. Beberapa keunggulan
google form yaitu; (1) instrumen yang digunakan menarik perhatian, (2) bisa menggunakan bergai jenis tes atau
angket, (3) dapat direspon dimana dan kapan pun, (4) tidak menggunakan kertas dan pulpen, tapi bisa menggunakan
android, (5) dapat dianalisis dengan cepat dan otomatis, (6) dapat dikerjakan secara kolaborative. Oleh karena kepada
para pengawas disarankan agar dapat menggunakan google form dalam kegiatan supervisi akademik.
PENDAHULUAN
Nampaknya penggunaan teknologi informasi dalam dunia pendidikan tidak selalu berjalan
mulus, karena ternyata kemajuan teknologi tidak selalu diikuti dengan kualitas sumberdaya
manusia. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Bonita Destiana, ia
menyampaikan bawah menselaraskan kemajuan teknologi dan kualitas guru masih sulit
dilakukan karena kebanyakan guru masih terbiasa dengan metode lama dalam proses
pembelajaran, yaitu metode ceramah yang berorentasi pada konten untuk menyelesaikan materi,
padahal sekolah-sekolah telah memiliki sarana dan prasana pendukung pembelajaran berbasis
teknologi informasi seperti laboratorium komputer, lcd projector dan akses internet (Bonita
Destiana, 2014).
Unesco Institute for Statustics (UIS) memberi perhatian terhadap penggunaan teknologi
informasi dalam dunia pendidikan yang terkait dengan tingkat kapasitas atau infrastruktur
nasional (mislanya listrik dan internet) untuk mengintegrasikan alat teknologi informasi baru
disekolah, jenis teknologi informasi yang saat ini diabaikan atau ditekankan yang sehubungan
dengan kegunaan dan keterjangkauan, pendistribusian alat-alat teknologi informasi di seluruh
negeri, pemerataan penggunaan teknologi informasi oleh anak laki-laki dan perempuan, dan
pelatihan bagi guru agar dapat menggunakan teknologi informasi dalam mengajar di kelas.
Unesco mengakui bahwa teknologi informasi memiliki peran penting dalam memperluas akses,
menghilangkan pengecualian dan meningkatkan kualitas pendidikan (Unesco, 2014).
142
ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020
Selain itu untuk mewujudkan kinerja mengajar yang baik bagi guru, harus ada kegiatan
supervisi sebagai upaya memberi bantuan dan layanan untuk meningkatkan kualitas guru
mengajar di kelas sebagai bentuk dari mengembangkan potensi dan kualitas guru. Peningkatan
mutu pembelajaran dan profesionalisme guru dalam kinerjanya sangat berkaitan erat dengan
kefektifan pelayanan supervisi. Dari segi model, secara umum supervisi itu, terdiri dari supervisi
akademik, supervisi managerial dan supervisi kliniks dengan karakteristka pelaksanaan yang
berbeda dari teori-teori itu. Dari ketiga supervisi tersebut penelitia memfokuskan
pembahasannya pada supervisi kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah, supervisi kelas ini
sebagai bagian dari pelaksanaan supervisi akademik di sekolah.
Dalam hal pelaksanaannya sendiri, terdapat kendala-kendala yang dihadapi dalam kegaitan
supervisi kelas. kendala-kendala itu bisa datang dari dalam diri kepala sekolah berupa
kompleksitas tugas menagerial kepala sekolah, yang mana tugas supervisi tidak dapat dilakukan
sendiri oleh kepala sekolah, tugas yang tidak dapat dilakukan sendiri itu dapat diatasi dengan
melakukan pendelegasian wewenang oleh kepala sekolah kepada wakasek-wakasek atau guru-
guru senior.
Berdasarkan uraian di atas, untuk mewujudkan pelaksanaan supervisi akademik agar efektif
dan efisien maka perlu digunakan alat bantu teknologi. Salah satu aplikasi di internet yang dapat
digunakan adalah google form, mengingat dalam pelaksanaan supervisi, banyak menggunakan
instrumen dalam bentuk tes atau angket.
SUPERVISI AKADEMIK
Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan
dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Glickman (1981) mendefinisikan
supervise akademik sebagai rangkaian kegiatan untuk membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Esensi
supervisi akademik bukan menilai unjuk kerja guru melainkan membantu guru mengembangkan
kemampuan profesionalimenya.
Dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan apa yang
harus dilakukan pengawas sekolah dalam melakukan pemantauan, supervisi, dan evaluasi.
Supervisi proses pembelajaran harus dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian hasil pembelajaran. Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian
contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi, sedangkan evaluasi dilakukan untuk menentukan
kualitas pembelajaran secara keseluruhan Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan
cara membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses, dan
mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru
(Kemdikbud, 2012).
Hakikat supervisi sebagai serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan
pembinaan aspek pembelajaran. Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan
penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan
acuan perencanan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan
pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang
diberikan benar-benar tepat sasaran. Jadi bantuan yang diberikan itu harus mampu memperbaiki
dan mengembangkan situasi belajar mengajar. Supervisi dengan model ini selanjutnya dikenal
dengan supervisi artistik (Kemdikbud, 2012).
Mekanisme supervisi artistik diperlukan untuk menemukan kegiatan pembelajaran yang
kurang sesuai dengan kaidah dan selanjutnya dapat ditindaklanjuti dengan perbaikan kegiatan
pembelajaran berikutnya (Acheson & Gall, 1997). Jadi supervisi artistik sebagai salah satu
sarana pengembangan dan koreksi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Pengembangan
disini dapat berarti bahwa dengan dilakukannya supervisi artistik kegiatan pembelajaran, maka
kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru akan menjadi semakin meningkat atau berkualitas.
Sedangkan koreksi disini dapat berarti bahwa dengan supervisi kekurangan yang terjadi akan
dapat diketahui dan diperbaiki pada kegiatan berikutnya.
143
ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020
Supervisi akademik di lakukan oleh para pengawas di mulai dengan penyusunan program
supervisi akademik meliputi program tahunan dan program semester. Kedua program tersebut
baik tahunan dan program semester di buat pada setiap awal tahun ajaran baru. Program
tahunan dan program semester ini di buat secara kolektif oleh seluruh pengawas sekolah dasar.
Para pengawas membuat secara bersama-sama yang bertempat di kantor dinas pendidikan.
Didalam pertemuan para pengawas, mereka menyusun program-program apa saja yang akan
dilaksanakan selama satu tahun. Para pengawas mempunyai program-program yang berbeda
sesuai dengan kebutuhan sekolah. Revisi program itu meliputi penambahan program-program,
tergantung dengan kebutuhan sekolah.
Program kepengawasan tahunan/ semesteran merupakan hasil pengawasan dari pada tahun
sebelumnya yang di identifikasikan dan dianalisis. Selanjutnya hasil dari pada analisis itu
dipadukan dengan kebijakan yang berlaku. Masing-masing pengawas mempunyai target
tersendiri dan cara sendiri dalam menyusun program-program yang penting.Selain program
kepengawasan yang meliputi program tahunan dan program semester, perencanaan pembinaan
guru juga di lengkapi dengan beberapa instrumen pendukung. Instrumen pendukung tersebut
berupa instrumen observasi, dokumen administrasi proses pembelajaran. Instrumen observasi
rencana pelaksanaan pembelajaran serta instrumen pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Instrumen ini juga sangat membantu pengawas dalam melaksanakan sebagian besar tugasnya
yang sudah tercantum di dalam program tahunan dan program semester.
Instrumen observasi dokumen administrasi proses pembelajaran meliputi pengecekan 13
dokumen penting yang di gunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Ke tiga belas dokumen
tersebut adalah (1) standar kompetensi/ kompetensi dasar, (2) program tahunan, (3) program
semesteran, (4) pemetaan, (5) silabus, (6) Rencana Pelaksanaan Program Pembelajaran, (7)
kriteria ketuntasan minimal, (8) jurnal guru, (9) buku nilai, (10) kisi-kisi soal, (11) analisis nilai,
(12) program perbaikan dan pengayaan dan (13) buku sumber. Semua dukumen tersebut di nilai
dengan baik, cukup ataupun kurang. Kriteria baik di berikan jika dokumen yang di periksa sudah
di buat dengan sempurna, nilai cukup diberikan jika sudah di buat tetapi belum sempurna dan
memerlukan beberapa perbaikan, sedangkan nilai kurang diberikan jika guru yang bersangkutan
belum membuat dokumen sama sekali.
Penilaian pelaksanaan pembelajaran meliputi, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
kegiatan penutup. Adapun kegiatan pendahuluan meliputi: apersepsi dan motivasi dan
penyampaian kompetensi dan rencana kegiatan. Kegiatan inti meliputi peguasaan materi
pembelajaran, penerapan strategi pembelajaran yang mendidik, penerapan pendekatan scientific,
penerapan pembelajaran tematik terpadu, pemamfaatan sumber belajar/media dalam
pembelajaran, pelibatan peserta didik dalam pembelajaran, penggunaan bahasa yang benar dan
tepat dalam pembelajaran. Kegiatan penutup meliputi perangkuman pelajaran dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan, melakukan penilaian, memberi umpan balik terhadap
proses pembelajaran, serta memberi tugas dan menyampaikan rencana pertemuan pada
pertemuan selanjutnya.
Supervisi akademik berfungsi membantu guru-guru mengembangkan kompetensinya
dengan tujuan pembelajaran (Bahri, 2014). Dengan demikian berarti esensi supervisi akademik
itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran melainkan
membantu guru mengembankan kompetensinya.Yang menjadi sasaran program supervisi
akademik adalah untuk membantu guru bagaimana belajar yang sebenarnya dan meningkatkan
kemampuan mereka sendiri guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan bagi
siswa- siswa nya, deskripsi tersebut sesuai dengan pernyataan Suhardan (2010) yang mengatakan
supervisi harus realistik dan dapat dilaksanakan sehingga benar-benar membantu mempertinggi
kinerja guru.
Dengan demikian dapat di pahami bahwa pelaksanaan program supervisi akademik harus
lebih mengarah kepada subjek guru sebagai fasilitator pembelajaran di kelas. Dari tinjauan
tersebut dapat di fahami bahwa program supervisi akademik hendaknya memberi pertolongan
kepada guru dalam penyanpaian pembelajaran.
144
ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020
145
ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020
banyak lagi. Ketika berbagi formulir anda dengan orang lain, anda dapat mengatur mereka
untuk tampil dengan tema yang mengesankan dengan akses yang mudah.
Adapun beberapa keunggulan pembuatan penilaian kinerja dosen pada proses pembelajaran
menggunaka Google Form adalah: 1) Tampilan Form yang menarik. Aplikasi ini menyediakan
fasilitas kepada penggunanya untuk memasukkan dan menggunakan foto atau logonya sendiri di
dalam survey tersebut. Aplikasi ini juga memiliki banyak template yang membuat kuis dan
kuesioner online tersebut semakin menarik dan berwarna. 2) Memiliki berbagai jenis tes yang
bebas dipilih. Aplikasi ini menyediakan fasilitas pilihan tes yang bebas digunakan sesuai dengan
keperluan pengguna. Misalnya pilihan jawaban pilihan ganda, ceklis, tarikturun, skala linier, dan
lain sebagainya. Anda juga dapat menambahkan gambar dan video YouTube ke dalam kuis
anda. 3) Responden dapat memberikan tanggapan dengan segera di mana pun. Aplikasi ini
dapat digunakan setiap orang secara gratis untuk membuat kuisioner online dan kuis online
menggunakan laptop atau handphone yang terhubung dengan internet lalu membagikan alamat
link formnya kepada para responden sasaran atau menempelkannya di sebuah halaman website.
Para respondennya dapat memberikan tanggapannya dimanapun dan kapanpun dengan
mengklik alamat web atau link yang dibagikan pembuat kuisioner tersebut menggunakan
komputer atau handphone yang terhubung ke internet. Semua tanggapan dan jawaban orang
lain akan secara otomatis ditampung, disusun, dianalisa dan disimpanoleh aplikasi Google Form
dengan cepat dan aman. 4) Formulirnya responsive. Berbagai jenis kuis dan kuesioner dapat
dibuat dengan mudah, lancar dan hasilnya tampak profesional dan indah. 5) Hasilnya langsung
tersusun dianalisis secara otomatis. Tanggapan survei anda dikumpulkan dalam formulir
dengan rapi dan secara otomatis, disertai info tanggapan waktu nyata dan grafik hasil tanggapan.
Pengguna juga dapat melangkah lebih jauh bersama hasil data dengan melihat semuanya di
Spreadsheet, yakni aplikasi semacam Ms. Office Excel. 6) Dapat dikerjakan bersama orang lain.
Kuisioner dan Quiz menggunakan aplikasi ini dapat dikerjakan bersama orang lain atau siapa
saja yang diinginkan oleh pengguna.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa supervisi akademik yang dilakukan
dengan menggunakan Google Form sebagai media atau alat bantu, maka pelaksanaan supervisi
tersebut bisa lebih efektif dan eifisien karena: (1) instrumen yang digunakan menarik perhatian,
(2) bisa menggunakan bergai jenis tes atau angket, (3) dapat direspon dimana dan kapan pun, (4)
tidak menggunakan kertas dan pulpen, tapi bisa menggunakan android, (5) dapat dianalisis
dengan cepat dan otomatis, (6) dapat dikerjakan secara kolaborative. Oleh karena itu, di zaman
sekang ini yang serba internet, maka sangat disayangkan jika para pangawas tidak
memanfaatkan keunggulan yang dimiliki oleh Google Form sebagai alat bantu dalam
melakukan supervisi akademik.
DAFTAR PUSTAKA
146
ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020
Acheson, K. A., & Gall, M. D. (1997) Techniques in the Clinical Supervision of the Teachers:
Preservice and Inservice Applications (4th ed.). White Palins, NY: Longman.
Glickman, C.D. (1995). Supervision of Instruction. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Johnson, David W, Rohnson Holubec. (2010). Collaborative Learning. Strategi pembelajaran untuk
Sukses Bersama. Bandung: Penerbit Nusa Media.
Bahri, S. (2014). supervisi akademik dalam peningkatan profesionalisme guru. Jurnal Visipena,
V(1), 100–112.
Daryanto, M. (2010). Administrasi pendidikan. Jakarta: Rineke Cipta
Djailani AR. (2014). Supervisi Pendidikan : Petunjuk Praktis bagi Pengawas, Kepala Sekolah dan Guru.
Alfabeta: Bandung
Sahertian, A. Piet. (2008). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Slameto. (2016). Supervisi pendidikan oleh pengawas sekolah. Jurnal Manajemen Pendidikan, 3(2),
192–206.
Yusufhadi Miarso. (2009). Menemai Benih Teknologi Pendidikan, Cet. 4, Jakarta: Prenada Media
Group
Ishak Abdullah, Darmawan. (2013). Teknologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya
Jamal Ma’mur Asmani. (2011). Tips Efektif Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
Dunia Pendidikan, Jogjakarta: Diva Press
Bonita Destiana, (2014). Faktor Determinan Pemanfaatan TIK dan Pengaruhnya Terhadap
Kinerja Guru pada SMK. Jurnal Pendidikan Fokasi, 4 (3).
UNESCO. (2014). Institus for Statistics (UIS), Information and Communication Technology
(ICT) In Education in Asia. Information Papars, 6 (22).
147