Semester 2 (Dua)
Disusun oleh:
NIP : 01020304050607
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang
mana atas rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Hasil
Pelaksanaan Supervisi Akademik di SMA Tadika Mesra Yogyakarta Tahun
Pelajaran 2020/2021 yang diselenggarakan oleh sekolah kami.
Laporan ini juga merupakan salah satu bukti bagi kepala sekolah dalam
melaksanakan kewajibannya untuk melaporkan hasilnya. Isi laporan ini secara umum
lebih menekankan pada pemahaman-pemahaman konsep dan cara
mengimplementasikannya di lapangan dalam upaya penjaminan dan peningkatan
mutu pendidikan di sekolah.
Dalam kesempatan kali ini pula kami menghaturkan ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah ikut membantu sehingga
terselesaikan laporan ini. Akhirnya kami beharap semoga Laporan ini berguna
khususnya bagi penyusun dan berbagai pihak yang berkepentingan pada umumnya.
Kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini sangat dinantikan.
Penyusun
INI DAFTAR ISI YA GAES
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran bisa terjadi di dalam kelas, diluar kelas, dan atau di
laboratorium. Kelas dalam pengertian ini adalah kelompok belajar siswa bukan
ruangan belajar. Bidang garapan supervisi akademik sekurang-kurangnya adalah
menilai dan membina guru dalam, (a). Penyusunan dan pelaksanaan kurikulum tahun
2013 (Kurtilas), (b). Penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, (c).
Pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik),
dan (d). Penggunaan media dan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran, serta (e). Perencanaan dan pelaksanaan PTK
Kegiatan Supervisi akademik yang dilaksanakan oleh kepala sekolah terdiri atas
memantau, menilai, membina, melaporkan, dan menindak lanjuti. Memantau artinya
kegiatan mencermati, mengamati, merekam, mencatat berbagai fenomena atau
kegiatan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Menilai artinya kegiatan
mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyimpulkan data untuk menentukan
tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Membina artinya kegiatan yang terencana,
terpola dan terprogram dalam mengubah pola pikir dan pola tindak guru dalam proses
pembelajaran. Melaporkan artinya kegiatan menyampaikan hasil-hasil pengawasan
akademik baik secara lisan maupun tulisan kepada atasan dalam hal ini kepala dinas
pendidikan dan kepada pengawas pembina. Menindak lanjuti artinya kegiatan
membahas, mengolah dan memanfaatkan hasil-hasil supervisi untuk perbaikan
pembelajaran dan program supervisi akademik selanjutnya.
B. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah
8. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Kualifikasi Akademik
dan Kompetensii Guru
9. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Guru dalam
Jabatan
10. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan
11. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian
12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses
13. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Pemenuhan Beban
Kerja Guru
14. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kredit;
15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
C. Tujuan
KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori
1. Pengertian Supervisi Akademik
Made Pidarta (1999:22) mengemukakan bahwa jika supervisi dipandang dari apa
yang ingin dicapai maka hal itu merupakan tujuan supervisi. Adapun tujuan supervisi
tersebut mencakuip tujuan akhir, tujuan kontinyuitas, tujuan dekat dan tujuan
perantara. Adapun penjelasan dari tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut,
c. Tujuan perantara adalah mendidik para siswa dengan baik dan menegakan disiplin
kerja guru.
a. Ilmiah
2) Objektif, berarti data yang didapat berdasarkan pada observasi nyata yang
diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar bukan
tafsiran pribadi.
b. Demokratis
c. Kooperatif
Kooperatif berasaskan kerja sama untuk menciptakan situasi belajar
mengajar yang lebih baik.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yang
sebagian besar melalui indera penglihatan menghasilkan stimulus yang diorganisir
dan diinterprestasikan, sehingga individu mengerti tentang objek yang diinderanya
dengan melibatkan perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman individu
(Walgito, 1990:53). Oleh karena itu, persepsi masing- masing individu saling berbeda
antara satu dengan lainnya. Persepsi merupakan proses yang digunakan individu
mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna
kepada lingkungan mereka. Meski demikian, apa yang dipersepsikan seseorang dapat
berbeda dari kenyataan yang obyektif.
Menurut Daviddof (dalam Walgito 1997:53), “Suatu proses yang dilalui oleh
suatu stimulus akan diterima panca indera kemudian diorganisasikan dan
diinterpretasikan, sehingga individu menyadari yang di inderanya itu”. Atkinson dan
Hilgard (dalam Walgito 2001:73) mengemukakan bahwa persepsi adalah “Proses
dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan”.
Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus.
Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak,
kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru
kemudian dihasilkan persepsi. Menurut Walgito (2001:75) bahwa: “Proses terjadinya
persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh
individu”. Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi (dalam Walgito
2001:73) sebagai “Pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya
stimuli”.
Dengan demikian, persepsi guru dapat disimpulkan sebagai proses pemahaman
guru dalam mengintepretasikan dan memaknai suatu objek yang diindera melalui
pancaindera sehingga guru mengerti dan memahami objek tersebut sesuai
karakteristik diri guru tersebut.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka pikir ini berangkat dari data awal di lapangan tentang pelaksanaan
supervisi kepala sekolah yang belum maksimal. Hal tersebut mengakibatkan
minimnya kelengkapan perencanaan pembelajaran dalam hal silabus dan rancangan
pembelajaran (RPP) guru kelas. Selain itu hasil penilaian kompetensi pedagogik guru
kelas yang rendah. Hal ini menjadi suatu fenomena untuk diteliti tentang bagaimana
pelaksanaan supervisi, masalah dalam supervisi dan model supervise akademik yang
dapat digunakan untuk melakukan pembinaan kompetensi pedagogik.
Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan studi
pendahuluan tentang potensi dan masalah supervisi kepala sekolah di SMA Tadika
Mesra Yogyakarta. Tahap selanjutnya yaitu mengumpulkan data maupun kajian
melalui survei kepustakaan (book survey) tentang model supervisi akademik teknik
mentoring. Tahap ketiga yaitu melaksanakan pengembangan model berdasarkan
kebutuhan di lapangan. Tahap keempat yaitu melakukan validasi dengan tenaga ahli
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009)
tentang model yang dibuat. Tahap yang terakhir adalah perbaikan atau revisi model
berdasarkan hasil validasi dari pakar. Berikut kerangka berpikir yang dapat dijelaskan
pada diagram ini:
Gambara
Masalah dalam Pengembangan
pelaksanaan
Pelaksaan Model
Supervisi
pelaksanaan
Studi pengumpulan perbaikan dan
model evaluasi model
pendahuluan data feedback
supervisi
C. Identifikasi Masalah
Permasalahan dalam supervisi yang kami hadapi ialah persepsi negatif para
guru tentang penyelenggaraan supervisi akademik.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan
yang sebagian besar melalui indera penglihatan menghasilkan stimulus yang
diorganisir dan diinterprestasikan, sehingga individu mengerti tentang objek yang
diinderanya dengan melibatkan perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman
individu (Walgito, 1990:53). Oleh karena itu, persepsi masing- masing individu
saling berbeda antara satu dengan lainnya. Persepsi merupakan proses yang
digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam
rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski demikian, apa yang
dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang obyektif.
Menurut Daviddof (dalam Walgito 1997:53), “Suatu proses yang dilalui oleh
suatu stimulus akan diterima panca indera kemudian diorganisasikan dan
diinterpretasikan, sehingga individu menyadari yang di inderanya itu”. Atkinson
dan Hilgard (dalam Walgito 2001:73) mengemukakan bahwa persepsi adalah
“Proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam
lingkungan”.
Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap
stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke
dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses
yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi. Menurut Walgito (2001:75)
bahwa: “Proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan
pendidikan yang diperoleh individu”. Proses pembentukan persepsi dijelaskan
oleh Feigi (dalam Walgito 2001:73) sebagai “Pemaknaan hasil pengamatan yang
diawali dengan adanya stimuli”.
Dengan demikian, persepsi guru dapat disimpulkan sebagai proses
pemahaman guru dalam mengintepretasikan dan memaknai suatu objek yang
diindera melalui pancaindera sehingga guru mengerti dan memahami objek
tersebut sesuai karakteristik diri guru tersebut.
Sampai di titik ini, kami mengidentifikasikan ada 2 (dua) permasalahan, yaitu:
a. Persepsi Guru Terhadap Supervisi Akademik Ditinjau Dari Lama Mengajar.
Guru dengan masa kerja yang lebih lama memersepsikan supervisi akademik
cendrung kearah sebagai pemenuhan administrasi sekolah. Sementara guru
baru memersepsikan supervisi akademik lebih kearah fungsional, yaitu
memperbaiki dan membantu kinerja guru.
b. Persepsi Guru Terhadap Supervisi Akademik Ditinjau Dari
Pangkat/Golongan.
Guru yang memiliki pangkat/golongan lebih tinggi memersepsikan supervisi
akademik cendrung kearah manfaat atau tujuan supervisi akademik itu sendiri.
Sementara guru yang mempunyai pangkat/golongan lebih rendah cendrung
memandang supervisi akademik sebagai kebutuhan administrasi yang dapat
mempengaruhi pangkat/golongannya.
D. Hipotesa
1. Ho1: Tidak ada persepsi negatif guru terhadap supervisi akademik
ditinjau dari lama mengajar.
Ha1: Ada persepsi negatif guru terhadap supervisi akademik.
2. Ho2: Tidak ada persepsi negatif guru terhadap supervisi akademik ditinjau
dari pangkat.
Ha2: Ada persepsi negatif guru terhadap supervisi akademik
Sahertian, Piet. A dan Frans Mataheru Dip. 1981. Prinsip & Tekhnik Supervisi
Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.