Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

HASIL PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK

SMA TADIKA MESRA

Tahun Pelajaran 2020/2021

Semester 2 (Dua)

Disusun oleh:

Nama : Dr. Maman Abdurrahman

NIP : 01020304050607

Jabatan : Kepala SMA Tadika Mesra


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang
mana atas rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Hasil
Pelaksanaan Supervisi Akademik di SMA Tadika Mesra Yogyakarta Tahun
Pelajaran 2020/2021 yang diselenggarakan oleh sekolah kami.

Laporan ini juga merupakan salah satu bukti bagi kepala sekolah dalam
melaksanakan kewajibannya untuk melaporkan hasilnya. Isi laporan ini secara umum
lebih menekankan pada pemahaman-pemahaman konsep dan cara
mengimplementasikannya di lapangan dalam upaya penjaminan dan peningkatan
mutu pendidikan di sekolah.

Dalam kesempatan kali ini pula kami menghaturkan ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah ikut membantu sehingga
terselesaikan laporan ini. Akhirnya kami beharap semoga Laporan ini berguna
khususnya bagi penyusun dan berbagai pihak yang berkepentingan pada umumnya.
Kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini sangat dinantikan.

Yogyakarta, 22 Juli 2021

Penyusun
INI DAFTAR ISI YA GAES
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Supervisi akademik adalah menilai dan membina guru dalam rangka


meningkatkan kualitas proses pembelajaran agar diperoleh hasil belajar peserta didik
yang lebih optimal. Tujuan supervisi akademik yang dilaksanakan oleh kepala
sekolah adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Oleh sebab itu, sasaran
supervisi akademik adalah guru dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran bisa terjadi di dalam kelas, diluar kelas, dan atau di
laboratorium. Kelas dalam pengertian ini adalah kelompok belajar siswa bukan
ruangan belajar. Bidang garapan supervisi akademik sekurang-kurangnya adalah
menilai dan membina guru dalam, (a). Penyusunan dan pelaksanaan kurikulum tahun
2013 (Kurtilas), (b). Penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, (c).
Pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran (pendekatan, metode, dan teknik),
dan (d). Penggunaan media dan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran, serta (e). Perencanaan dan pelaksanaan PTK

Untuk itu kepala sekolah sekurang-kurangnya harus menguasai empat bidang


materi, yakni: (1) Pengembangan kurikulum, (2) Strategi/pendekatan/metode/teknik
pembelajaran, (3) Media dan teknologi informasi-komunikasi dalam pembelajaran,
serta (4) Penelitian tindakan, baik tindakan kelas maupun tindakan sekolah. Tanpa
menguasai empat bidang materi tersebut tidak mungkin kepala sekolah bisa menilai
dan membina guru dalam aspek-aspek pembelajaran.

Kegiatan Supervisi akademik yang dilaksanakan oleh kepala sekolah terdiri atas
memantau, menilai, membina, melaporkan, dan menindak lanjuti. Memantau artinya
kegiatan mencermati, mengamati, merekam, mencatat berbagai fenomena atau
kegiatan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Menilai artinya kegiatan
mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyimpulkan data untuk menentukan
tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Membina artinya kegiatan yang terencana,
terpola dan terprogram dalam mengubah pola pikir dan pola tindak guru dalam proses
pembelajaran. Melaporkan artinya kegiatan menyampaikan hasil-hasil pengawasan
akademik baik secara lisan maupun tulisan kepada atasan dalam hal ini kepala dinas
pendidikan dan kepada pengawas pembina. Menindak lanjuti artinya kegiatan
membahas, mengolah dan memanfaatkan hasil-hasil supervisi untuk perbaikan
pembelajaran dan program supervisi akademik selanjutnya.

B. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah
8. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Kualifikasi Akademik
dan Kompetensii Guru
9. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Guru dalam
Jabatan
10. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan
11. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian
12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses
13. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Pemenuhan Beban
Kerja Guru
14. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kredit;
15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

C. Tujuan

Maksud diadakannya supervisi akademik ini antara lain:

1. Menguasai konsep, prinsip, teori dasar, karakter dan kecenderungan


perkembangan tiap mata pelajaran.
2. Menguasai konsep, prinsip, teori dasar, karakter dan kecenderungan
proses pembelajarn/pembimbingan mata pelajaran.
3. Membimbing guru dalam penyusunan silabus mata pelajaran berdasarkan
standar isi, standar kompetensi, dan kompetensi dasar.
4. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik
pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran
5. Membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran tiap
mata pelajaran
6. Membimbing guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, laboratorium
dan di lapangan
7. Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan
menggunakan media serta fasilitas pembelajaran/bimbingan.
8. Membimbing guru dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk
pembelajaran/bimbingan.
BAB II

KERANGKA TEORI

A. Landasan Teori
1. Pengertian Supervisi Akademik

Supervisi merupakan suatu bagian yang penting dalam pendidikan, supervisi


mengandung arti yang luas namun intinya sama yaitu kegiatan yang bertujuan untuk
membantu guru demi terwujudnya proses belajar siswa yang lebih baik. Hal tersebut
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Syaiful Sagala (2000:229), bahwa supervisi
merupakan bantuan bagi guru dalam mengajar supaya guru lebih baik lagi dalam
mengajar. Petugas sekolah melakukan supervisi pengajaran terhadap stafnya untuk
memelihara (maintain) atau mengubah pelaksanaan kegiatan di sekolah yang
langsung berpengaruh terhadap proses mengajar guru dalam usaha meningkatkan
hasil belajar siswa. Kegiatan supervisi mampu meningkatkan kemampuan dan
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.

Made Pidarta (2009:2), memberikan pengertian supervisi sebagai suatu kegiatan


membina para pendidik dalam mengembangkan proses pembelajaran, termasuk
segala unsur penunjangnya. Dictionary of Education Good Center (dalam Sahertian,
2000:17) mengemukakan bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah
dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki
pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan
perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran
dan metode serta evaluasi pengajaran.

Dengan demikian, supervisi akademik dapat disimpulkan sebagai pengembangan


dan perbaikan situasi belajar mengajar demi menciptakan, memperbaiki dan
memelihara organisasi kelas agar siswa dapat mengembangkan minat, bakat dan
kemampuan secara optimal agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Supervisi
akademik adalah serangkaian kegiatan bantuan profesional yang berupa pemberian
dorongan, bimbingan, dan arahan kepada guru agar dapat meningkatkan
kemampuannya dalam melaksanakan proses pembelajaran demi mencapai tujuan
pembelajaran dan mengatasi permasalahan yang dihadapi pada saat melaksanakan
proses pembelajaran. Supervisi merupakan kegiatan membina dan dengan membantu
pertumbuhan agar setiap orang mengalami peningkatan pribadi dan profesinya.

2. Tujuan Supervisi Akademik

Made Pidarta (1999:22) mengemukakan bahwa jika supervisi dipandang dari apa
yang ingin dicapai maka hal itu merupakan tujuan supervisi. Adapun tujuan supervisi
tersebut mencakuip tujuan akhir, tujuan kontinyuitas, tujuan dekat dan tujuan
perantara. Adapun penjelasan dari tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut,

a. Tujuan akhir adalah mencapai pertumbuhan dan perkembangan para siswa.

b. Tujuan dekat adalah mengembangkan proses belajar mengajar yang tepat.

c. Tujuan perantara adalah mendidik para siswa dengan baik dan menegakan disiplin
kerja guru.

Syaiful Sagala (2006:235), menyebutkan bahwa tujuan dari supervisi


akademik adalah,

a. membantu guru-guru dalam Mengembangkan proses belajar mengajar, lebih


memahami mutu, pertumbuhan dan peranan sekolah.

b. membantu guru-guru dalam Menerjemahkan kurikulum kedalam bahasa belajar


mengajar.

c. Membantu guru-guru mengembangkan staf sekolah.

Dengan demikian, tujuan supervisi akademik dapat disimpulkan sebagai


peningkatan kualitas proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan sekolah
dan juga mencapai tujuan pendidikan nasional. Guru meningkatkan kualitas proses
pembelajaran agar menjadi lebih baik dengan cara pembinaan para melalui pemberian
layanan dan bantuan guna meningkatkan kompetensi profesionalnya sehingga proses
pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih baik dan pada akhirnya kualitas belajar
siswa meningkat.

3. Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik

Menurut Piet. A Sahertian dan Frans Mataheru (1982:23) mengungkapkan bahwa


seorang pemimpin pendidikan atau kapala sekolah dalam melaksanakan supervisi
hendaknya bertumpu pada prinsip-prinsip supervisi yaitu:

a. Ilmiah

Prinsip ilmiah mencakup tiga unsur yaitu,

1) Sistematis, berarti dilaksanakan secara teratur, terencana dan kontinyu.

2) Objektif, berarti data yang didapat berdasarkan pada observasi nyata yang
diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar bukan
tafsiran pribadi.

3) Instrumen, berarti kegiatan supervisi dapat menggunakan angket, observasi,


percakapan pribadi, termasuk di dalamnya adalah penggunaan Closed Circuit
Television (CCTV).

b. Demokratis

Prinsip demokratis menjunjung tinggi asas musyawarah dan memiliki


jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain.
Prinsip demokratis mengandung makna yang menjunjung tinggi harga diri dan
martabat guru bukan berdasarakan atasan atau bawahan tetapi berdasarkan
kesejawatan.

c. Kooperatif
Kooperatif berasaskan kerja sama untuk menciptakan situasi belajar
mengajar yang lebih baik.

d. Konstruktif dan kreatif

Konstruktif dan kreatif bersifat membina inisiatif guru serta


mendorongnya untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa
terdorong untuk mengembangkan potensi-potensinya. Sehingga nantinya guru
mengubah pola pikir yang otokrat dan korelatif menjadi konstruktif dan kreatif.

4. Teori Persepsi Guru

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yang
sebagian besar melalui indera penglihatan menghasilkan stimulus yang diorganisir
dan diinterprestasikan, sehingga individu mengerti tentang objek yang diinderanya
dengan melibatkan perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman individu
(Walgito, 1990:53). Oleh karena itu, persepsi masing- masing individu saling berbeda
antara satu dengan lainnya. Persepsi merupakan proses yang digunakan individu
mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna
kepada lingkungan mereka. Meski demikian, apa yang dipersepsikan seseorang dapat
berbeda dari kenyataan yang obyektif.
Menurut Daviddof (dalam Walgito 1997:53), “Suatu proses yang dilalui oleh
suatu stimulus akan diterima panca indera kemudian diorganisasikan dan
diinterpretasikan, sehingga individu menyadari yang di inderanya itu”. Atkinson dan
Hilgard (dalam Walgito 2001:73) mengemukakan bahwa persepsi adalah “Proses
dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan”.
Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus.
Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak,
kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru
kemudian dihasilkan persepsi. Menurut Walgito (2001:75) bahwa: “Proses terjadinya
persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh
individu”. Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi (dalam Walgito
2001:73) sebagai “Pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya
stimuli”.
Dengan demikian, persepsi guru dapat disimpulkan sebagai proses pemahaman
guru dalam mengintepretasikan dan memaknai suatu objek yang diindera melalui
pancaindera sehingga guru mengerti dan memahami objek tersebut sesuai
karakteristik diri guru tersebut.

B. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang


disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan, kemudian dianalisis secara
kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan variabel
tersebut yang selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesa.1

Kerangka pikir ini berangkat dari data awal di lapangan tentang pelaksanaan
supervisi kepala sekolah yang belum maksimal. Hal tersebut mengakibatkan
minimnya kelengkapan perencanaan pembelajaran dalam hal silabus dan rancangan
pembelajaran (RPP) guru kelas. Selain itu hasil penilaian kompetensi pedagogik guru
kelas yang rendah. Hal ini menjadi suatu fenomena untuk diteliti tentang bagaimana
pelaksanaan supervisi, masalah dalam supervisi dan model supervise akademik yang
dapat digunakan untuk melakukan pembinaan kompetensi pedagogik.

Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan studi
pendahuluan tentang potensi dan masalah supervisi kepala sekolah di SMA Tadika
Mesra Yogyakarta. Tahap selanjutnya yaitu mengumpulkan data maupun kajian
melalui survei kepustakaan (book survey) tentang model supervisi akademik teknik
mentoring. Tahap ketiga yaitu melaksanakan pengembangan model berdasarkan
kebutuhan di lapangan. Tahap keempat yaitu melakukan validasi dengan tenaga ahli

1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009)
tentang model yang dibuat. Tahap yang terakhir adalah perbaikan atau revisi model
berdasarkan hasil validasi dari pakar. Berikut kerangka berpikir yang dapat dijelaskan
pada diagram ini:

Gambara
Masalah dalam Pengembangan
pelaksanaan
Pelaksaan Model
Supervisi

pelaksanaan
Studi pengumpulan perbaikan dan
model evaluasi model
pendahuluan data feedback
supervisi

C. Identifikasi Masalah
Permasalahan dalam supervisi yang kami hadapi ialah persepsi negatif para
guru tentang penyelenggaraan supervisi akademik.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan
yang sebagian besar melalui indera penglihatan menghasilkan stimulus yang
diorganisir dan diinterprestasikan, sehingga individu mengerti tentang objek yang
diinderanya dengan melibatkan perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman
individu (Walgito, 1990:53). Oleh karena itu, persepsi masing- masing individu
saling berbeda antara satu dengan lainnya. Persepsi merupakan proses yang
digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam
rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski demikian, apa yang
dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang obyektif.
Menurut Daviddof (dalam Walgito 1997:53), “Suatu proses yang dilalui oleh
suatu stimulus akan diterima panca indera kemudian diorganisasikan dan
diinterpretasikan, sehingga individu menyadari yang di inderanya itu”. Atkinson
dan Hilgard (dalam Walgito 2001:73) mengemukakan bahwa persepsi adalah
“Proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam
lingkungan”.
Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap
stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke
dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses
yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi. Menurut Walgito (2001:75)
bahwa: “Proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan
pendidikan yang diperoleh individu”. Proses pembentukan persepsi dijelaskan
oleh Feigi (dalam Walgito 2001:73) sebagai “Pemaknaan hasil pengamatan yang
diawali dengan adanya stimuli”.
Dengan demikian, persepsi guru dapat disimpulkan sebagai proses
pemahaman guru dalam mengintepretasikan dan memaknai suatu objek yang
diindera melalui pancaindera sehingga guru mengerti dan memahami objek
tersebut sesuai karakteristik diri guru tersebut.
Sampai di titik ini, kami mengidentifikasikan ada 2 (dua) permasalahan, yaitu:
a. Persepsi Guru Terhadap Supervisi Akademik Ditinjau Dari Lama Mengajar.
Guru dengan masa kerja yang lebih lama memersepsikan supervisi akademik
cendrung kearah sebagai pemenuhan administrasi sekolah. Sementara guru
baru memersepsikan supervisi akademik lebih kearah fungsional, yaitu
memperbaiki dan membantu kinerja guru.
b. Persepsi Guru Terhadap Supervisi Akademik Ditinjau Dari
Pangkat/Golongan.
Guru yang memiliki pangkat/golongan lebih tinggi memersepsikan supervisi
akademik cendrung kearah manfaat atau tujuan supervisi akademik itu sendiri.
Sementara guru yang mempunyai pangkat/golongan lebih rendah cendrung
memandang supervisi akademik sebagai kebutuhan administrasi yang dapat
mempengaruhi pangkat/golongannya.

D. Hipotesa
1. Ho1: Tidak ada persepsi negatif guru terhadap supervisi akademik
ditinjau dari lama mengajar.
Ha1: Ada persepsi negatif guru terhadap supervisi akademik.
2. Ho2: Tidak ada persepsi negatif guru terhadap supervisi akademik ditinjau
dari pangkat.
Ha2: Ada persepsi negatif guru terhadap supervisi akademik

Syaiful Sagala. (2000). Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sahertian, Piet. A dan Frans Mataheru Dip. 1981. Prinsip & Tekhnik Supervisi
Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.

Pidarta, Made. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai