Anda di halaman 1dari 70

ANALISIS MUTU

SEDIAAN FARMASI

Oleh
Prof. Dr. Drs. apt. Hayun, M.Si.
Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia
Parameter mutu Obat Jadi (aspek kimia
farmasi):
◼ identitas (zat aktif efek farmakologi),
◼ kadar komponen aktif biologis (Zat aktif
efek farmakologis dan bahan tambahan yang
dapat mengakibatkan efek biologis: a.l.
pengawet, pemanis, zat warna, cosolvent)
◼ mutu sediaan (disolusi, keseragaman
sediaan, stabilitas, bioekivalensi), dan
◼ kemurnian (cemaran hasil urai,
mikroba).
MetodeAnalisis

◼ Pengujian dilaksanakan menggunakan:


a) Prosedur Standar (baku/resmi) :
- prosedur Farmakope (Compendial),
b) Prosedur alternatif:
- prosedur non baku
- prosedur hasil pengembangan

Prosedur = metode analisis


Prosedur Baku/Standar

◼ Prosedur yang diuraikan dalam Farmakope atau


acuan resmi lainnya (misalnya SNI)
◼ Prosedur baku harus diverifikasi sebelum
digunakan
◼ Semua artikel resmi yang beredar, apabila diuji
menggunakan prosedur baku harus memenuhi
semua persyaratan yang tercantum dalam
monografi.
Metode dan/atau Prosedur lain
◼ Metode dan/atau prosedur lain dapat digunakan jika
lebih unggul dalam ketepatan, kepekaan, presisi,
selektifitas, atau penyesuaian terhadap otomatisasi
atau penyederhanaan data menggunakan komputer,
atau dalam keadaan khusus.
◼ Prosedur dan metode lain harus divalidasi sesuai
Validasi Prosedur dalam Farmakope <1381> dan
harus dapat dibuktikan memberikan validitas yang
setara atau lebih baik.
◼ Apabila prosedur lain, atau metode alternatif
memberikan hasil yang berbeda dengan metode
Farmakope, maka yang dianggap benar adalah hasil
yang menggunakan prosedur Farmakope
Alasan digunakan PA
◼ Keterbatasan sarana dan prasaran sehingga
prosedur farmakope tidak bisa diterapkan

◼ Peningkatan efisiensi (biaya & waktu)

◼ Prosedur Farmakope tidak dapat diterapkan.

◼ Prosedur Farmakope belum ada.


Sumber prosedur lain
◼ Modifikasi prosedur baku (karena: bentuk
sampel diluar ruang lingkupnya) dan
memvalidasi
◼ Prosedur /metode analisis dari publikasi
dalam jurnal ilmiah dll., divalidasi
◼ Pengembangan metode analisis (merancang
dan memvalidasi metode analisis)
Parameter uji validasi metoda analisis
Parameter uji validasi metoda analisis
◼ +/- bergantung sifat spesifik zat uji
◼ Category I: Analytical methods for quantitation of major
components of bulk drug substances or active ingredients
(including preservatives) in finished pharmaceutical products.
◼ Category II: Analytical methods for determination of impurities in
bulk drug substances or degradation compounds in finished
pharmaceutical products. These methods include quantitative
assays and limit tests.
◼ Category III: Analytical methods for determination of
performance characteristics (e.g., dissolution, drug release).
◼ Category IV: Identification tests.
◼ Catatan : untuk uji BA/BE, semua parameter (+)
Selektivitas atau Spesifisitas :
A specific reaction or test is one that occurs only
with the substance of interest, while a selective
reaction or test is one that can occur with other
substances but exhibits a degree of preference for
the substance of interest.
Few reactions are specific, but many exhibit
selectivity” clearly expresses one author’s view on
the situation
→ Dalam analisis lebih direkomendasikan
“selektivitas”.
Selektivitas:
✓ Kemampuan metoda untuk mengukur secara akurat
analit tertentu dalam campuran atau matriks tanpa
adanya gangguan dari komponen lain yang mempunyai
kelakuan (behavior) mirip.
✓ Dinyatakan dalam besarnya bias hasil yang diperoleh
dari analisis sampel yang dicampur dengan cemaran
hasil peruraian analit, senyawa sejenis, dan zat
plasebo, dibandingkan dengan hasil tanpa tambahan
bahan-bahan tsb.
✓ Jika standar cemaran hasil urai tdk dimiliki : Analit
diperlakukan dlm kondisi stress yg cukup utk
mendegradasi analit shg kemurniannya menjadi 80-
90%. Utk bhn baku farmasi larutan analit dilakukan dg
cara : dipanaskan 50oC, disinari (600FC), diasamkan
(HCl 0,1N), dibasakan (NaOH 0,1N), dan dioksidasi
(H2O2 3%). Utk sediaan dilakukan dg cara : pemanasan,
penyinaran, kelembaban (85%).
Uji identifikasi
Dilakukan untuk mengungkap/memastikan/mengkonfir-
masi identitas zat uji.
Metode-metode yang digunakan :
◼Kimia :
Reaksi kimia →warna larutan, warna endapan, titik
lebur kristal hasil reaksi.
◼Fisika-kimia :
➢Spektrofotometri UV/Vis
Bentuk spektrum, λ max & min, Nilai serapan molar
(ε)pada λ max pada pelarut tertentu.
➢Spektrofotometri IR
Bentuk spektrum, posisi-posisi dan intensitas relatif
puncak maksimum.
➢KLT, KCKT, KG : Kesamaan Rf atau tR
Analisis Kualitatif pada KCKT/KGC

Analisis Kualitatif membandingkan waktu tambat/ Retention Time (tR)


sample dengan tRstandar

Sample

Senyawa B
Standar A

Senyawa A
Standar B
Analisis kuantitatif
Metode-metode :
◼ Kimia :
Volumetri (< selektif, << sensitif) →sdh jarang
digunakan u/ analisis zat aktif dlm sediaan.
◼ Fisika-kimia (Instrumen) :
Spektrofotometri UV/Vis (sensitif >, < selektif),
Spektrofluorometri ( > sensitif, > selektif, terbatas),
Kromatografi, jika sistem sesuai :
KCKT (>>selektif,>> sensitif )
KG (>>selektif,>> sensitif, harus termostabil)
KLT(>>selektif, < sensitif dibanding KCKT/KG)
Presisi dan akurasi ?
Penerapan Analisis Kuantitatif
(Penetapan kadar)
◼ Penetapan kadar zat aktif dan cemaran
tertentu dalam bahan baku,
◼ Penetapan kadar zat aktif , senyawa
sejenis dan hasil urai dalam sediaan,
◼ Uji keseragaman sediaan,
◼ Uji disolusi,
◼ Uji stabilitas
◼ Uji ketersediaan hayati
Penyiapan larutan uji sediaan u/
Penetapan kadar (PK)
Sediaan padat (tablet, kapsul dll)
◼ Timbang sejumlah tablet, serbukkan, timbang
saksama sejumlah serbuk setara dengan l.k.
……mg, dst….
◼ Timbang sejumlah kapsul. Keluarkan isi
kapsul, bersihkan cangkang kapsul dan
timbang. Timbang saksama sejumlah isi
setara dengan l.k. …… mg, dst…….
◼ Sejumlah tablet/kapsul masukkan ke dalam
labu takar dst……..
Sediaan semisolid
◼ Timbang saksama sejumlah salep/krim setara
dengan……… mg zat aktif, dst………
Sediaan cair Encer (larutan)
◼ Ukur saksama sejumlah volume cairan setara dengan
…….. mg zat aktif, dst……..
Sediaan cair Kental (mis. sirup)
◼ Timbang saksama sejumlah sediaan setara dengan
sejumlah volume sediaan (tentukan massa jenisnya
terlebih dahulu) dst…….
◼ Ukur sediaan dengan pipet volume yang telah dikalibrasi
khusus, dst…..
◼ Ukur sediaan dengan labu takar, bilas sampai bersih,
bilasan ditambahkan pada cairan yang diukur.
PENIMBANGAN &
TIMBANGAN
◼ Pengujian dan penetapan kadar memerlukan
timbangan yang bervariasi dalam kapasitas,
sensitivitas, dan reprodusibilitas (FI Ed V).
◼ Timbangan harus mempunyai sertifikat
kalibrasi (TERA), dan di
◼ Jika tidak disebut secara spesifik, jika zat uji
diminta untuk ditimbang saksama untuk
penetapan kadar, penimbangan harus
dilakukan menggunakan timbangan yang
mempunyai ketidakmenentuan pengukuran
(measurement uncertainty) (kesalahan
random + sistematik) tidak lebih dari 0,1%
(FI Ed V). → Toleransi penyimpangan 0,1%
Cara Penetapan
MEASUREMENT UNCERTAINTY (MU)
◼ MU = 3 x deviasi standar dari sedikitnya 10 kali
pengulangan penimbangan (anak timbangan baku untuk
kalibrasi), dibagi nominal berat yang ditimbang.
◼ Kelas anak timbangan dipilih shg toleransi bobot yang
digunakan < 0,1% dari berat yg ditimbang.
◼ Kriteria penerimaan : [3 x SD]/m
m = nominal berat yang ditimbang.
◼ Bila MU < 0,001→ timbangan tsb dapat digunakan untuk
menimbang saksama sampel dg berat tersebut atau yang
lebih besar.
◼ Contoh : Timbangan analitik 5 digit dibelakang koma (5-
place → 0,00000 g), hasil pengujian untuk menimbang 50
mg, SD-nya= 0,000013647 g →MU = 0,000040694 → <
0,001 (0,1%)
◼ Kesimpulan : timbangan tsb dapat digunakan untuk
menimbang saksama sampel dg berat > 50 mg
BERAT PENIMBANGAN MINIMUM
(Minimum Weight)
PADA SUATU TIMBANGAN
◼ Ditentukan dg mengidentifikasi besarnya
bobot terkecil yang memenuhi uji MU
◼ Bila MU untuk penimbangan 20 mg dari
timbangan 5-place = 0,00095 →< 0,001
(0,1%) → berat sampel minimum yang dapat
ditimbang oleh timbangan tsb 20 mg.
◼ Bila penimbangan sampel diperlukan wadah,
berat sampel adalah berat zatnya saja.
◼ TUGAS : Uji MU timbangan analitik di lab
KFA Kuantitatif Departemen Farmasi UI (1
timbangan/kelompok)
REVISI USP 41
Balances
◼ The requirements for balances used for materials that
must be accurately weighed (see General Notices, 8.20).
Unless otherwise specified, when substances must be
“accurately weighed”, the weighing shall be performed
using a balance that is calibrated over the operating range
and meets the requirements defined for repeatability and
accuracy.
◼ This range is limited above and below by the maximum
capacity of the balance and begins at the point at which
the balance’s repeatability is less than or equal to 0.10%.
Repeatability
◼ Repeatability is assessed by weighing one test weight NLT 10
times.
◼ [Note – The test weight must be within the balance‘s capacity,
but the weight need not be calibrated. Because repeatability is
virtually independent of sample mass within the balance’s
capacity, use of a small test weight, which may be difficult to
handle, is not required].
◼ Repeatability is satisfactory if two times the standard deviation
(SD) of the weighed value, divided by the nominal value of the
weight used, does not exceed 0.10%.
◼ If this value is multiplied by 1,000, this will yield the starting
point of the operating range for a particular balance.
The smallest operating range
◼ If the SD obtained < 0.41d, where d is the scale interval, replace this
SD with 0.41d.
◼ In this case, repeatability is satisfactory if two times 0.41d, divided by
the nominal value of the weight used, does not exceed 0.10%.
Interpretasi:
◼ < 0.41d in other word < 0.041 mg for an analytical balance with a
readability of 0.1 mg (0,0001 g)
◼ The SD must be replaced by 0.41 d so that the smallest possible
starting point of an operating range of up to 820 d (2 * 0.41 * 1,000)
is obtained.
◼ For an analytical balance with a readability of 0.1 mg, this means the
starting point yielded is 82 mg.
Accuracy
◼ The accuracy of a balance is satisfactory if its weighing value, when
tested with suitable weights, is within 0.10% of the test weight value.
◼ The accuracy of a balance is sufficient if the weighed value displayed
does not differ by more than 0.10% of the conventional mass of the
weight placed on the balance.
◼ A test weight is suitable if it has a mass between 5% and 100% of the
balance‘s capacity.
◼ The conventional mass consists of the nominal value of the weight
used and the actual difference given on its respective calibration
certificate. For this test, only weights may be used that have a
maximum permissible error (mpe) of no more than 1/3 of 0.10%; in
other words, 0.03%.
PEMILIHAN TIMBANGAN ANALITIK*) :
BALANCE READABILITY RECOMMENDED WEIGHT*)
0,0000001 g 1 mg
0,000001 g 2 – 5 mg
0,00001 g 20 – 50 mg
0,0001 g 200 – 500 mg
0,001 g 2–5g
0,01 g 20 – 50 g
0,1 g 200 – 500 g
1g 2 – 5 kg
*) Kapasitas penimbangan.
Test weight = 5-100% kapasitas penimbangan.
Aturan pembulatan Hasil Uji

Nilai yang diamati atau yang dihitung harus dibulatkan ke angka desimal
yang telah disepakati batasnya. Angka-angka tersebut tidak boleh
dibulatkan sampai perhitungan akhir untuk nilai yang dilaporkan.
Perhitungan antara (misalnya kemiringan untuk linieritas) dapat
dibulatkan untuk tujuan pelaporan, tapi nilai asli (yang tidak dibulatkan)
harus digunakan untuk perhitungan tambahan lainnya. Kriteria
penerimaan adalah nilai yang sudah ditetapkan dan tidak dibulatkan.

Jika diperlukan pembulatan, pastikan hanya satu angka pada desimal


terakhir. Jika angka lebih kecil dari lima, maka dihilangkan dan angka
sebelumnya tidak dihilangkan. Jika angka sama atau lebih besar dari
lima, maka dihilangkan dan angka sebelumnya bertambah sebesar satu.
Penetapan kadar zat aktif dalam
sediaan.
Metode :
◼ Volumetri, Spektrofotometri UV/ Vis dan
Spektrofluorometri
✓ Prosedur Farmakope :
Lakukan sesuai yang ditulis pada Farmakope.
Modifikasi pengenceran, lakukan perubahan
perhitungan.
Modifikasi pelarut/cara ekstraksi, lakukan
validasi terlebih dahulu.
✓ Prosedur Alternatif : lakukan validasi terlebih
dahulu.
KCKT/KGC

Prosedur Farmakope
◼ Siapkan sesuai yang ditulis dalam Farmakope.
◼ Lakukan “uji kesesuaian sistem”
➢ Tujuan :
Memastikan keefektifan sistem operasional yang
akan digunakan untuk analisis.
➢ Parameter :
a) Bentuk puncak
Faktor ikutan (T) < 2.
T = 1 → Puncak simetri. T >>, makin tidak
simetri
T dihitung dengan rumus :
W 0,05
T = ----------
2f

b) Efisiensi kolom
Jumlah lempeng teoritis (N)
N = 16 (tR/W)2
Puncak kromatogram
c) Keterpisahan
- Resolusi(R) : Untuk memastikan
terpisahnya puncak kromatogram
komponen-komponen yang berdekatan

2(tR2-tR1)
R = --------------
W2+W1

- Waktu retensi (tR) relatif


Pemisahan dua zat secara kromatografi
d) Simpangan baku relatif , SR (%)

◼ Keberulangan penyuntikkan larutan


baku.
◼ SR (%) = SD/luas puncak rata-rata x
100%
◼ Jumlah penyuntikkan 5 kali.
◼ SR < 2%, jika tidak terpenuhi lakukan
penyuntikkan 1 x lagi→ 6 x
penyuntikkan.
Sistem disesuaikan, jika parameter pada uji
kesesuaian sistem belum terpenuhi.
KCKT
Parameter a s/d c :
◼ Modifikasi komposisi fase gerak : kepolaran, pH, sistem
gradiens kepolaran/pH, bergantung mode kromatografi
yang digunakan.
◼ Modifikasi kecepatan alir fase gerak.
◼ Pengaturan suhu kolom
◼ Ganti kolom : ukuran, merek, jenis.

Pameter d :
◼ Periksa kebocoran : pompa, saluran fasa gerak, tempat
injeksi.
KGC
Parameter a s/d c :
◼ Pengaturan suhu kolom, tempat injeksi, detektor.
◼ Modifikasi kecepatan alir fase gerak.
◼ Ganti kolom : ukuran, merek, jenis.
Pameter d :
◼ Periksa kebocoran fasa gerak

KCKT/KGC
Prosedur Alternatif
◼ Lakukan uji validasi terlebih dahulu
◼ Sebelum prosedur alternatif tervalidasi ini digunakan
untuk analisis, lakukan uji kesesuaian sistem.
Analisis Kuantitatif pada KCKT/KGC
Analisis Kuantitatif membandingkan Area(luas)/Tinggi sample
dengan Area(luas)/tinggi standar

Area Standar

Area Sample

Area Sample Consentrasi


Rumus Umum = X Standar
Area Standar

Perlukan Kurva kalibrasi ?


Tehnik Perhitungan Secara Kuantitatif

◼ Eksternal Standar
◼ Internal Standar
◼ Standar addisi
Standar Adisi

0 1 2 3 4 Standar dengan kadar bervariasi

x x x x x Sampel dengan jumlah sama


MODE (CARA) PEMISAHAN PADA KCKT

✓ Adsorpsi
✓ Partisi : - Normal phase
- Partisi Reverse Phase
✓ Ion Exchange (Pertukaran ion)
✓ Exclusion (Gel Permeation )
PEMILIHAN MODE (CARA) PEMISAHAN

Dasar pemikiran : ANALIT


Sifat fisika kimia
molekul utama BM<2000 BM>2000

Larut/air Tdk larut/air


EKSKLUSI

Camp ionik- ionik Non-ionik


Non-ionik ADSORPSI PARTISI EKSKLUSI

Lemah Kuat FASE FASE


EKSKLUSI
(organik ) (anorganik) TERBALIK NORMAL

PARTISI FASE
TERBALIK Acidic Basic
(anion) (kation)
PASANGAN ION
KONTROL pH (ION PAIR) PENUKAR PENUKAR
ANION KATION
Normal & Reverse Phase

Jenis/Sifat Normal Phase Reverse Phase

Fasa diam (kolom) Polar Non polar

Jenis Kolom Silica, Alumina -C18,-C8, -CN, -Fenol

Fasa Gerak (Eluen) Non polar Polar

MeOH, H2O,
Jenis Eluen Hexane, Chloroform
CH3CN,THF

Senyawa
Polar di awal
Urutan Elusi Non polar di awal
Non polar di belakang
Polar di belakang
Interaksi antara zat uji dan fase gerak sbg fungsi
polaritas
Reverse Phase

Universal (most common choice)

Untuk senyawa polar, non polar, ionik


( asam, basa)
Reverse Phase
Untuk senyawa asam dan basa

➢ Ionik lemah “Ionic Suppression”


(organik)
➢ Ionik lemah-sedang “Ion Pairing”
(organik)
“Ionic Suppression”
“Ion Pairing”
Asam dan basa kuat

A+ + B- A-B

Counter Ion:
PIC A (untuk asam)
PIC B-5 Pentane Sulfonate
PIC B-6 Hexane Sulfonate
PIC B-7 Heptane Sulfonate
Untuk basa
PIC B-8 Octane Sulfonate
Makin panjang rantai C
makin non polar, Rt >
Ion Exchange Chromatography
GPC = Gel Permeation Chromatography
Pemisahan didasarkan pada perbedaan ukuran molekul
KLT Densitometri (TLC Scanner)

◼ Merupakan PA analisis kualitatif dan kuantitatif


◼ > Efisien dari KCKT (Jika prosedur sudah
tervalidasi)
◼ = efektif dg KCKT, asalkan penotolan larutan
sampel kuantitatif.
◼ KLT : mudah dipelajari, disediakan dan
dipelajari; cepat pelaksanaannya; ekonomis;
dan sangat mudah diadaptasi.
Syarat-syarat bercak kromatogram
KLT:

✓ Terpisah dari bercak lain dalam satu track


dan bercak dari track sebelahnya.
✓ Kompak
✓ Ukuran bercak < lebar celah (slit)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas bercak :
◼ Fase diam (jenis dan kualitas pelat lapisan
tipis)
◼ Fase gerak/eluen yang digunakan
◼ Konsentrasi analit
◼ Kualitas penotolan
Guidelines for Stationary Phase
Selection
Silica gel All classes of compounds
Aluminium oxide Basic compounds (alkaloids, amines, etc.),
Steroids, terpenes, aromatic and aliphatic hydrocarbons
Amino phase Sugars, carboxylic acids, sulfonic acids, phenols, purines,
pyrimidines, nucleotides
Cyano phase All classes of compounds, PHB esters
Diol phase All classes of compounds, steroids, hormones
RP 2, 8, 18 phases Polar substances, separation according to
lipophilic properties, chain length,
steroids, tetracyclins, phthalates, barbiturates,
nucleo bases, aminophenols
Polyamide Phenols, flavonoids, nitro compounds
Silica gel impregn. PAHs (caffeine), sugars (boric acid), number of double
bonds (silver nitrate)
Chiral Enantiomers
TLC or HPTLC ?
TLC HPTLC
Average particle size: 10 - 15 µm 5 - 7 µm
Particle size distribution: wide narrow
Layer thickness: 250 µm 100, 200 µm
Number of samples: max. 12 36 - 72
Separation distance: 100 - 150 mm 30 - 70 mm
Running time: 30 - 200 min 3 - 20 min
Solvent consumption: 50 ml 5 - 10 ml
Detection limit, absorbance: 100 - 1000 ng 10 - 100 ng
fluorescence: 1 - 100 ng 0.1 - 10 ng
Sample Application
Prinsip analisis
◼ Kualitatif
Membandingkan kesamaan/kesesuaian
✓ Rf bercak zat uji dengan Rf bercak baku pembanding
✓ Spektrum/kurva serapan bercak zat uji dengan
Spektrum/kurva serapan bercak baku pembanding.
◼ Kuantitatif
Membandingkan densitas (luas puncak) bercak zat uji
dengan densitas (luas puncak) baku pembanding yang
kuantitasnya diketahui.
Bercak kromatogram pasca elusi
Kurva Densitas bercak
Spektrum serapan bercak
Analisis Kuantitatif :
Detection – single level calibration
Sulfamethazine measured at 254 nm
Analisis Kuantitatif :
Detection – multi level calibration
SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai