Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HAKIKAT DAN FLUIDITAS KEBUDAYAAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

AMINAH

AGUSTINA

FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

KAMPUS B PASARWAJO

2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Sosiologi Agama dengan judul “Hakikat Dan Fluiditas Kebudayaan”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis
makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

Pasarwajo, Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL----------------------------------------------------------------- i
KATA PENGANTAR--------------------------------------------------------------- ii
DAFTAR ISI-------------------------------------------------------------------------- iii
BAB I PENDAHULUAN----------------------------------------------------------- 1
A.Latar Belakang--------------------------------------------------------------- 1
B. Rumusan Masalah----------------------------------------------------------- 1
C. Tujuan Makalah------------------------------------------------------------- 1
BAB II PEMBAHASAN------------------------------------------------------------ 2
A.Pengertian Kebudayaan----------------------------------------------------- 2
B.Fluiditas kebudayaan-------------------------------------------------------- 3
BAB III KESIMPULAN------------------------------------------------------------ 5
A. Kesimpulan-------------------------------------------------------------------- 5
DAFTAR PUSTAKA---------------------------------------------------------------- 6

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Agama merupakan suatu hal yang dijadikan sandaran penganutnya ketika


terjadi hal-hal yang berada diluar jangkauan dan kemampuannya karena sifatnya
yang supra natural, sehingga diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang
empiris.

Pengaruh agama terhadap masyarakat dapat dipelajari melalui


kebudayaan, sistem sosial dana kepribadian. Ketiga aspek itu merupakan
fenomena sosial yang komplek dan terpadu yang pengaruhnya dapat diamati pada
perilaku manusia.

B. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1. Apa itu hakikat kebudayaan

2. Jelaskan defenisi fluiditas kebudayaan beserta contohnya

C. Tujuan Makalah

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui hakikat


kebudayaan dan fluiditas kebudayaan beserta contohnya

1
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Kebudayaan

Mengutip Rene Char, penyair Perancis, “kebudayaan adalah warisan kita


yang diturunkan tanpa surat wasiat (notre heritage n’est precede d’aucun
testament). Lewat kutipan itu, dapat dikemukakan bahwa pada awalnya
kebudayaan adalah nasib, kemudian baru kita memanggulnya beban kebudayaan
itu, sebelum kita bangkit dalam kesadaran untuk turut membentuk dan
mengubahnya.

Kutipan itu menunjukkan bahwa pada satu sisi kebudayaan adalah suatu
produk masa lalu dan pada sisi yang lain adalah proses yang kita lakukan dengan
menggunakan produk itu. Melalui kutipan ini, akan dikemukakan juga
kecenderungan melihat kebudayaan sebagai realitas kata benda (produk masa lalu)
atau sebagai kata kerja (proses).

Kalangan ilmu sosial sering melibatkan kebudayaan sebagai realitas,


sesuatu yang sudah diciptakan, dihasilkan, dibentuk, atau sudah dilembagakan. Ini
berarti kebudayaan dianggap sebagai produk, bukan sebagai proses.
Kuntjaraningrat memandang kebudayaan dalam tiga wujud, yaitu sebagai sistem
ide-ide, sistem tingkah laku, dan sebagai perwujudan benda-benda budaya. Ketiga
wujud itu dipandang Kuntjaraningrat sebagai produk. Jadi, yang dimaksud dengan
ide diatas adalah ide yang sudah terbentuk pada suatu kelompok etnis. Tingkah
laku yang dimaksud, misalnya sistem interaksi dan yang sudah dimantapkan
bahkan dikembangkan, dan kebudayaan material yang diperhatikan adalah ciptaan
berupa benda-benda fisik yang sudah jadi.

Mengemukakan kebudayaan sebagai produk, barangkali berasal dari cara


pandang yang mencermati budaya sebagai artefak ansich. Anggapan tersebut akan
berhadapan dengan mereka yang menilai budaya dari segi proses, seperti mereka
yang menekankan kebudayaan pada ide-ide kognitif saja, yang menekankan
kebudayaan dianggap sebagai system pengetahuan atau system yang makna
(system of meaning), atau yang menekankan pada ide-ide normative yang

2
menyebabkan kebudayaan dianggap sebagai system nilai (system of value).
Demikian juga dalam membicarakan tingkah laku, penekanan dapat diberikan
kepada tingkah laku yang berpola, baik tingkah laku sebagai hasil interaksi yang
distabilkan dalam pranata sosial maupun sebagai proses yang ditentukan oleh
suatu stimulus luar, baik stimulus individual dan mometan yang menentukan
respons yang bersifat behavioristik maupun stimulus yang berasal dari struktur
yang lebih permanen yang menimbulkan respons yang bersifat sosio-
deterministik. Selanjutnya, benda-benda kebudayaan material dapat dipandang
sebagai alat yang menghubungkan manusia dengan alam (ini kemudian
menghasilkan teknologi), ataupun dipandang sebagai sarana dalam membina
hubungan dengan orang lain (yang kemudian menghasilkan benda-benda symbol
yang merupakan materialisasi nilai atau makna tertentu).

B.Fluiditas kebudayaan

Fluiditas adalah pelenturan suatu budaya ketika ia masuk pada wilayah


kebudayaan lain. Pelenturan itu membuat symbol budaya tersebut
memetamorfosis dalam maknanya yang baru. Sekaligus membuat simbol yang
sama menjadi memiliki ketidak jelasan dibandingkan dengan symbol asalnya.
Pelenturan ini terjadi karena manusia bukan mesin fotokopi yang bisa dan mau
menciplak apa yang diterimanya; manusia selalu menyiasati apa yang diterimanya
secara sadar atau tidak sadar.
Contoh yang menarik tentang fluiditas ini adalah kaligrafi. Didunia islam,
pada awalnya kaligrafi merupakan seni rupa alternative yang dilakukan berupa
muslim pada saat ada larangan menggambar makhluk yang bernyawa. Maka seni
rupa dikembangkan dengan mengeksplorasi bentuk huruf arab yang lentur.
Artinya, seni rupa terdiri tidak diatas kenaturalannya dalam menggambarkan
objek, tetapi dalam makna yang didapat dari kalimat suci yang dieksplorasi dalam
bentuk tertentu yang tidak menyerupai makhluk hidup. Namun, pada masyarakat
tertentu, di Cirebon misalnya kaligrafi berubah menjadi bentuk gambar yang tetap
mempertahankan aturan asalnya (mengeksplorasi bentuk huruf dari kalimat suci).
Dalam bentuk barunya ini, kaligrafi tetap dinikmati lewat perenungan makna
lafadnya sekaligus juga bentuk yang dikemukakannya. Misalnya kaligrafi kalimat

3
syahadatayn dalam bentuk orang yang sedang duduk tahiyyat atau bentuk semar,
dan kaligrafi bismillah dalam bentuk burung terbang.

4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mengutip Rene Char, penyair Perancis, “kebudayaan adalah warisan kita
yang diturunkan tanpa surat wasiat (notre heritage n’est precede d’aucun
testament). Lewat kutipan itu, dapat dikemukakan bahwa pada awalnya
kebudayaan adalah nasib, kemudian baru kita memanggulnya beban kebudayaan
itu, sebelum kita bangkit dalam kesadaran untuk turut membentuk dan
mengubahnya.
• Fluiditas
Fluiditas adalah pelenturan suatu budaya ketika ia masuk pada wilayah
kebudayaan lain. Pelenturan itu membuat symbol budaya tersebut
memetamorfosis dalam maknanya yang baru. Sekaligus membuat simbol yang
sama menjadi memiliki ketidak jelasan dibandingkan dengan symbol asalnya.

5
DAFTAR PUSTAKA

Agus Subandi, Sosiologi Agama, Bandung: Universitas Islam Negeri Sunan


Gunung Jati Press, 2010.
Amin, M. Darori. Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2002.
Anthony Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Moderen: Suatu Analisis dari
Karya-Karya Dukheim dan Max Weber, Terj. Soeheba K., Jakarta: UI
Press, 1986.

Anda mungkin juga menyukai