Anda di halaman 1dari 11

SUMBER DAYA GENETIK

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6

 M. TAUFAN TRI UTAMA (B11116108)


 DERMAWAN INDAR JAYA (B011181424)
 NADIFA TSARWA AMARLY (B011181429)
 DIMAS HARIYONO (B011181541)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Sumber Daya Genetik
1. Pengertian Sumber Daya Genetik
Di dalam Convention on Biological Diversity (CBD), Sumber Daya Genetik (SDG)
diartikan sebagai material genetik yang mempunyai nilai nyata atau potensial (genetic
material of actual or potential value). Adapun material genetik yang dimaksud adalah bahan
dari tumbuhan, binatang, jasad renik atau jasad lain yang mengandung unit-unit fungsional
pewarisan sifat (hereditas). Kameri-Mbote (1997) mengartikan SDG sebagai pembentuk basis
fisik hereditas dan penyedia keanekaragaman genetik yang ada pada suatu populasi atau
spesies. Menurutnya, SDG terdiri dari plasma nutfah tanaman, hewan dan organisme lainnya.
Adapun yang dimaksud dengan plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam
kelompok makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan
dan dikembangkan atau dirakit untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru.
The international Treaty on Plant Genetic Resoources for Food and Agriculture
(ITPGRFA) menjelaskan bahwa sumber daya genetik merupakan nilai nyata atau potensial
dari tumbuhan bagi pangan dan pertanian. SDG merupakan karakter tumbuhan atau hewan
yang dapat diwariskan, dapat bermanfaat atau berpotensi untuk dimanfaatkan oleh manusia,
yang mengandung kualitas yang dapat memberikan nilai atas komponen keanekaragaman
hayat, seperti nilai ekologi, genetik, sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, pendidikan, budaya,
rekreasi dan estetika keanekaragaman hayati tersebut dan komponennya.
Merujuk pada pengertian di atas, pengertian SDG ini meliputi tanaman, hewan atau
mikroba yang memiliki unit fungsional hereditas yang bernilai, baik itu secara nyata maupun
potensial. SDG mempunyai nilai multidimensi, baik itu nilai ekologi, social, budaya, maupun
ekonomi. Dalam kaitannya dengan pemanfaatan SDG secara komersial, maka nilai ini berarti
nilai ekonomi dari SDG tersebut. Masih menurut CBD, materi genetik dapat meliputi benih,
potongan, sel dan seluruhnya atau sebagian dari organisme yang memiliki unit fungsional
hereditas. Selain itu, DNA atau RNA yang diekstraksi dari tanaman, hewan ataupun mikroba
juga bisa dimasukkan dalam defnisi materi genetik. Menurut Pasal 2 CBD, SDG bisa berada
secara in situ, yaitu di dalam ekosistem dan habitat alaminya dan dalam jenis-jenis
terdomestikasi atau budidaya di dalam lingkungan tempat sifat-sifat khususnya berkembang.
Sedangkan lainnya berada secara ex situ, yaitu berada diluar habitat alaminya misalnya di
bank benih atau bank gen.
2. Ruang Lingkup Sumber Daya Genetik
 Ruang lingkup Material:
 Sumber daya genetik hewan yang selanjutnya disebut SDG Hewan adalah hewan
atau material genetiknya, tetapi tidak termasuk ikan atau material genetiknya, yang
mengandung unit-unit yang berfungsi sebagai pembawa sifat keturunan, baik yang
bernilai aktual maupun potensial, yang dapat dipergunakan untuk menciptakan
rumpun atau galur baru. ( Pasal 1 ayat 1 PP No. 48 Tahun 2011 Tentang Sumber
Daya Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak). Selain peternakan, SDG yang terkait
hewan lainnya adalah perikanan yang diatur melalui UU Perikanan. Pada hewan atau
ternak sumber daya genetik terdapat dalam jaringan, bagian-bagian hewan lainnya,
semen, telur, embrio, hewan hidup, baik yang muda maupun yang dewasa.
 Sumber Daya Genetik Tanaman adalah materi genetik dari tanaman yang
mempunyai nilai nyata atau potensial, materi genetik dari tanaman adalah bahan dari
tanaman, termasuk materi propagasi reproduksi dan vegetatif, yang mengandung
unit-unit fungsional pewaris sifat (hereditas). (Pasal 1 huruf a dan b Peraturan
Menteri Pertanian nomor: 67/Permentan/Ot.140/12/2006 tentang Pelestarian dan
Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman). Pada tanaman, sumber daya genetik
terdapat dalam biji, jaringan, bagian lain tanaman, serta tanaman muda dan dewasa.
 Jasad Renik .
Jasad renik adalah makhluk hidup yang berukuran sangat kecil dan tidak dapat
dilihat secara kasat mata melainkan harus dengan bantuan mikroskop, misalnya
amuba, ragi, virus, dan bakteri. Jasad renik dapat digunakan sebagai proses
mikrobiologis untuk memproduksi tanaman atau hewan yang bersifat
transgenik/rekayasa genetika (Penjelasan pasal 9 huruf d dan huruf e UU Paten).
 Ruang Lingkup Pemanfaatan:
 Aspek ekonomis dalam pemanfaatan SDG berkaitan erat dengan
bioprospecting. Bioprospecting dapat diartikan sebagai serangkaian
kegiatan yang meliputi koleksi, penelitian, dan pemanfaatan sumber daya
genetik dan biologi secara sistematis guna mendapatkan sumber-sumber
baru senyawa kimia, gen, organisme, dan produk alamiah lain untuk tujuan
ilmiah dan/atau komersial.
 Aspek sosial atau kemanusiaan dalam pemanfaatan sumber daya
genetik dikaitkan dengan ketahanan pangan. Ketahanan pangan merupakan
salah satu isu paling sentral dalam pembangunan pertanian dan
pembangunan nasional. . Hal ini disebabkan oleh ketahanan pangan sangat
terkait erat dengan ketahanan sosial, stabilitas sosial, ketahanan nasional
serta stabilitas ekonomi. Dalam konteks penyediaan pangan, diversifikasi
adalah salah satu cara adaptasi yang efektif untuk mengurangi risiko
produksi. Dengan kata lain, diversifikasi pangan dapat mendukung
stabilitas ketahanan pangan sehingga dapat dipandang sebagai salah satu
pilar pemantapan ketahanan pangan. Sumaryanto menyatakan
bahwa kontribusi diversifikasi dalam peningkatan kapasitas produksi dapat
dilakukan melalui: (1) peningkatan luas baku lahan dan sumber daya pesisir
untuk memproduksi pangan, (2) perbaikan distribusi spasial sumber daya
lahan dan air untuk memproduksi pangan, dan (3) peningkatan
produktivitas air untuk pangan.
 Aspek yang terakhir adalah terkait dengan upaya konservasi dan pelestarian SDG.
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk melakukan konservasi genetik, (1)
Konservasi exsitu, yang dikerjakan/dibangun di luar wilayah asal tanaman, meliputi
kebun benih, kebun klon, bank klon, dan pertanaman uji provenans. Konservasi
dengan cara ini sangat menguntungkan guna kepentingan pemuliaan dan program
penghutanan kembali yang dikaitkan dengan peningkatan kualitas genetik; dan (2)
Konservasi in-situ, yang dikerjakan/dibangun di wilayah tanaman berasal. Secara
teoritis, konservasi in-situ lebih menguntungkankan sebab selain jenis tumbuhan yang
akan dikonservasi, juga termasuk di dalamnya habitat atau ekosistem dimana
tumbuhan tersebut tumbuh dan berkembang juga ikut dipertahankan.
B. Keterkaitan Sumber Daya Genetik dengan Hak Kekayaan Intelektual
Pada tahun 2016 Telah dibentuk Undang-Undang Paten yang baru, yaitu Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten yang mencabut dan menggantikan Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten. Berbeda dengan Undang-Undang Paten
yang lama, di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 mencantumkan ketentuan
mengenai paten yang berasal dari sumber daya genetik, dalam Pasal 26 ayat (1) menyatakan
bahwa “Jika Invensi berkaitan dengan dan/atau berasal dari sumber daya genetik dan/atau
pengetahuan tradisional, harus disebutkan dengan jelas dan benar asal sumber daya genetik
dan/atau pengetahuan tradisional tersebut dalam deskripsi.” Dijelaskan dalam penjelasan
Pasal 26 ayat (1) bahwa “Alasan penyebutan asal dari sumber daya genetik dan/atau
pengetahuan tradisional dalam deskripsi supaya sumber daya genetik dan/atau pengetahuan
tradisional tidak diakui oleh negara lain dan dalam rangka mendukung Access Benefit
Sharing (ABS).”
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi
tersebut atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Pemegang
Paten mempunyai hak mutlak atas invensinya yang berlaku terhadap setiap orang. Hak atas
invensi itu bersifat monopoli (exclusive right), artinya Pemegang Paten adalah satu-satunya
yang dapat menggunakan haknya dan dapat pula melarang orang lain menggunakannya tanpa
izin Pemegang Paten. Dengan diaturnya paten yang sumbernya berasal dari sumber daya
genetik dan pengetahuan tradisional dalam Undang-Undang Paten, diharapkan segala
pemanfaatan sumber daya genetik tidak disalahgunakan dan dimanfaatkan oleh pihak asing
untuk diklaim hak patennya, serta adanya hak bagi Indonesia untuk tetap memiliki/menguasai
dan mendapatkan pembagian keuntungan (benefit sharing) penemuan atau invensi yang
sumbernya berasal dari sumber daya genetik Indonesia. Pengaturan mengenai pendaftaran
paten yang berasal dari sumber daya genetik dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016
tentang Paten membawa berbagai implikasi bagi perkembangan hak kekayaan intelektual di
Indonesia di bidang paten.
C. Aturan Terkait Sumber Daya Genetik
 PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.2/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2018
TENTANG AKSES PADA SUMBER DAYA GENETIK SPESIES LIAR DAN
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN ATAS PEMANFAATANNYA

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2013 telah diratifikasi tentang


Pengesahan Nagoya Protocol on Access to Genetic Resources and the Fair and Equitable
Sharing of Benefits Arising From Their Utilization to the Convention on Biological Diversity
(Protokol Nagoya tentang Akses pada Sumber Daya Genetik dan Pembagian Keuntungan
yang Adil dan Seimbang yang Timbul dari Pemanfaatannya atas Konvensi Keanekaragaman
Hayati); untuk mendukung penerapan Protokol Nagoya perlu instrumen pengaturan terhadap
akses dan pembagian keuntungan yang adil dan seimbang dari pemanfaatan sumber daya
genetik spesies liar; perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
tentang Akses pada Sumber Daya Genetik Spesies Liar dan Pembagian Keuntungan atas
Pemanfaatannya.
 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN
2011 TENTANG SUMBER DAYA GENETIK HEWAN DAN PERBIBITAN
TERNAK

Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan


dan Kesehatan Hewan, bangsa Indonesia mempunyai landasan hukum untuk mengelola
sumber daya genetik (SDG) Hewan dan perbibitan ternak sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sosial-budaya, dan ekonomi. Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, antara lain mengamanatkan untuk mengatur
lebih lanjut ketentuan mengenai pengelolaan SDG Hewan dan perbibitan ternak dalam
Peraturan Pemerintah.

SDG Hewan merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang dikuasai oleh negara dan
dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Penguasaan negara atas SDG Hewan
dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah
kabupaten/kota berdasarkan sebaran asli geografis SDG Hewan yang bersangkutan. SDG
Hewan dikelola melalui kegiatan pemanfaatan dan pelestarian. Pemanfaatan SDG Hewan
dilakukan melalui pembudidayaan dan pemuliaan, sedangkan pelestarian SDG Hewan
dilakukan melalui konservasi di dalam habitatnya dan/atau di luar habitatnya serta upaya lain
seperti konservasi lekat lahan.Pemanfaatan SDG Hewan salah satunya digunakan sebagai
materi genetik untuk pembentukan benih atau bibit. Pemerintah menetapkan kebijakan
perbibitan ternak untuk mendorong ketersediaan benih atau bibit ternak bersertifikat dan
melakukan pengawasan dalam pengadaan dan peredarannya dalam rangka pembangunan
peternakan berkelanjutan.

Penyediaan dan pengembangan benih atau bibit ternak dilakukan dengan


mengutamakan produksi dalam negeri. Pemerintah berkewajiban membina para pelaku usaha
pembenihan dan/atau pembibitan untuk menjamin ketersediaan benih atau bibit ternak yang
bermutu dalam jumlah yang memadai secara berkelanjutan. Pemerintah menetapkan wilayah
sumber bibit dan wilayah yang berpotensi menghasilkan suatu rumpun dan/atau galur dengan
mutu tinggi dan menjaga keragaman dalam jenis (variation within species) untuk sifat
produksi dan/atau reproduksi. Agar pemanfaatan dan pelestarian SDG Hewan serta perbibitan
ternak dapat terlaksana dengan baik, diperlukan adanya suatu sistem dokumentasi dan
jaringan informasi SDG Hewan dan perbibitan ternak.
 PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 67/Permentan/OT.140/12/2006
TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK
TANAMAN

Sumber Daya Genetik Tanaman merupakan kekayaan negara yang tidak ternilai
harganya, keberdaanya tersebar di berbagai tempat, dan merupakan bahan dasar yang penting
untuk dimanfaatkan dalam kegiatan pemuliaan untuk memperoleh varietas tanaman unggul
baru untuk keperluan Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman,
memepretahankan keberadaan keanekaragaman dan potensinya perlu dilakukan kegiatan
pencarian, pengumpulan, pemuliaan dan pengembangannya untuk memenuhi kebutuhan
pemuliaan diperlukan juga Sumber Daya Genetik Tanaman yang berasal dari luar wilayah
Republik Indonesia dengan tukar-menukar

 UU NO.13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN

Pemanfaatan Sumber Daya Genetik di beberapa negara saat ini semakin meningkat. Namun
demikian pencurian Sumber Daya Genetik dan/atau Pengetahuan Tradisional untuk tujuan komersial
(biopircay) dan penyalahgunaan pemanfaatan sumber daya genetik (misappropriation) juga semakin
banyak. Rezim Hak Kekayaan Intelektual, khususnya Paten dan Perlindungan Varietas Tanaman
tidak memberikan perlindungan yang cukup atas sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional.
Convention on Biological Diversity (CBD) 1992 memberikan kesempatan mengenai pengaturan
perlindungan sumber daya hayati yang sudah mulai punah karena dimanfaatkan secara bebas oleh
perusahaan-perusahaan farmasi dunia. Nagoya Protocol on Access to Genetic Resources and the Fair
and Equitable Sharing of Benefits Arising from their Utilization to the CBD 2010 dan FAO
International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (ITPRFA) 2004
memberikan ketentuan mengenai akses sumber daya genetik yang dilakukan berdasarkan mutually
agreed terms, prior informed consent dan fair and equitable of benefit sharing. Indonesia telah
meratifikasi berbagai perjanjian internasional yang berkaitan dengan akses sumber daya genetik dan
saat ini Indonesia telah mempunyai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten yang juga
mengatur agar sumber daya genetik Indonesia terlindungi. Hadirnya Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2016 tentang Paten melengkapi upaya-upaya pemerintah Indonesia dalam menyelamatkan
sumber daya genetik dari biopiracy dan misappropriation. Dengan berbagai kebijakan Nasional saat
ini, kita dapat menganalisis upaya-upaya yang tepat untuk memperkuat perlindungan sumber daya
genetik di Indonesia dengan tetap membuka kerjasama dengan pihak asing untuk memanfaatkan
bersama sumber daya genetik Indonea dengan adanya benefit sharing yang adil.
D. Contoh Sumber Daya Genetik
Sumber daya genetik sebagai wujud keanekaragaman hayati merupakan bahan genetik
yang terdiri dari tanaman, hewan, jasad renik atau lainnya, yang mempunyai kemampuan
pewarisan sifat (hereditas). Adapun contoh sumber daya genetik diantaranya:
1. Tanaman
A. Melon Gama merupakan hasil persilangan kultivar Melodi Gama 1 dan penggaluran
melon komersial LADIKA,Melon Melodi Gama 3 memiliki sejumlah ciri unggulan
yaitu toleran terhadap penyakit jamur tepung,dapat dipanen dalam waktu sekitar 2
bulan, dan memiliki ketahanan terhadap cekaman basah ,Ciri unggul terakhir ini unik.
Sebab ini berarti Melodi Gama 3 dapat memberikan hasil panen yang baik juga
apabila ditanam pada musim hujan. Padahal melon umumnya memberikan hasil
panen yang baik apabila ditanam pada musim kemarau. Sebagaimana yang kami
(penulis merupakan salah satu author-nya) laporkan dalam IPTEK, Journal of
Proceeding Series pada tahun 2014,melon ini juga telah di-uji multilokasi-kan (uji
penanaman di lokasi tanam yang berbeda) pada musim hujan dan terbukti memiliki
keseragaman untuk sejumlah cirinya. Dari sisi buah, Melodi Gama 3 memiliki bentuk
bulat, kulit berwarna kuning emas, aroma harum, daging tebal dan rasa manis, Maka,
buah ini sangat tepat untuk disajikan kepada para penikmat melon yang suka
mengkonsumsinya dalam jumlah banyak.

B. Persilangan alami maupun buatan dari Musa acuminata dengan Musa balbisiana
Ciri dari kelompok pisang ini adalah gabungan dari Musa acuminata dan Musa balbisiana
atau bisa disebut Musa paradisiaca. karena merupakan pisang persilangan, jadi ciri yang
mudah dikenali terdapat ciri dari Musa acuminata dan Musa balbisiana. Kelompok pisang
jenis ini biasanya dimanfaatkan sebagai pisang yang dikonsumsi segar dan pisang olahan.
Kultivar pisang yang dapat langsung dikonsumsi segar misalnya pisang Raja Sere (AAB),
sedangkan yang termasuk pisang olahan misalnya pisang Nangka (AAB), Kepok (AAB)
Awak atau atau Siam. Jenis pisang olahan yang secara internasional dikelompokkan
dalam plantain adalah yang termasuk dalam genom AAB mempunyai bentuk buah yang
ramping, tidak beraturan dan rasanya agak renyah. Pisang yang termasuk dalam
kelompok ini adalah pisang Tanduk atau pisang Candi.

2. Ternak (Hewan)
A. Sapi Bali merupakan salah satu Sumber Daya Genetik Ternak asli Indonesia yang
mempunyai banyak keunggulan. Beberapa keunggulan sali Bali, antara lain
memiliki daya tahan tubuh yang baik terhadap cekaman lingkungan, mampu
tumbuh dengan baik pada kondisi buruk, tingkat produktivitasnya tinggi dan
kualitas daging yang baik.

B. Domba Garut memiliki bentuk umum tubuh yang relatif besar dan berbentuk
persegi panjang, bulu panjang dan kasar. Domba Garut memiliki keunggulan pada
ukuran tubuhnya yang besar, sehingga dapat dihasilkan daging domba dalam
jumlah banyak dan lezat.
C. Kambing Damascene berasal dari wilayah Damaskus, Suriah. Hewan ini
merupakan kambing hasil rekayasa genetika. Wujudnya terbilang aneh dan
bahkan terlihat seperti habis tertabrak. Mukanya dan hidungnya pun terlihat rata.

3. Jasad Renik

Dalam dunia kedokteran misalnya produksi hormone insulin tidak lagi disintesis dari
hewan mamalia tetapi dapat diproduksi oleh sel-sel bakteri dengan cara cloning. Contohnya
pembuatan insulin manusia oleh bakteri, pembuatan vaksin terhadap virus AIDS.

Sumber Pustaka:

Masrur, Devica Rully.2018. Upaya Perlindungan Sumber Daya Genetik Berdasarkan


Undangp-Undang Nomor 13 tahun 2016 tentang Paten.Jurnal Jurisprudence.Vol 8 (2).Hlm.
54-55

Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2011 Tentang Sumber Daya Genetik Hewan dan
Perbibitan Ternak

Peraturan Menteri Pertanian nomor: 67/Permentan/Ot.140/12/2006 tentang Pelestarian dan


Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor


P.2/Menlhk/Setjen/Kum.1/1/2018 Tentang Akses Pada Sumber Daya Genetik Spesies Liar
Dan Pembagian Keuntungan Atas Pemanfaatannya

Rahayu, Puji Nur,dkk. Makalah Konservasi Sumber Daya Genetik.,PROGRAM STUDI


AGROEKOTEKNOLOGI, Universitas Brawijaya
Redi, Ahmad,dkk.2015.Analisis dan Evaluasi Hukum tentang Pemanfaatan Sumber Daya
Genetik.Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasinal Badan Pembinaan
Hukum Nasional Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

UU No.13 Tahun 2016tentang Paten

https://today.line.me/id/v2/article/z9p83K

https://www.berbagaireviews.com/2020/09/pengertian-pemuliaam-hewan-beserta.html?m=1

https://warstek.com/2019/08/09/melon/

https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/rekayasa-genetik-dan-contohnya-5988/

Anda mungkin juga menyukai