Anda di halaman 1dari 10

PERLINDUNGAN SUMBER DAYA GENETIK DAN PENGETAHUAN

TRADISIONAL DENGAN HAK PATEN

Dosen Pembimbing :

Ida Bagus Sutama, S.H., M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1.
2. Ni Komang Indira Amanda Ariani 2004551425
3.
4. I Kade Yoga Pradnya Santika 2004551428
5.
6.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2022
BAB I

Penduhuluan

1.1 Latar Belakang


Sumber Daya Genetik (SDG) merupakan salah satu bagian dari sumber daya hayati
(biological resources) dimana SDG mempunyai peranan yang penting sebagai fondasi yang
pada intinya untuk menjamin keberlangsungan hidup umat manusia karena keterkaitannya
dengan berbagai aspek kehidupan yang ada. SDG pada khususnya berkaitan erat dengan
aspek ketahanan pangan, pelestarian lingkungan, pembangunan berkelanjutan, dan ekonomi.
SDG menjadi krusial karena letak keanekaragaman fenotipe yang diperlihatkan masing-
masing spesies. Keanekaragaman ini sangat esensial karena banyak orang bergantung hidup
padanya. WHO mencatat 80% penduduk dunia bergantung pada tumbuhan herbal, bahkan
25% dari obat-obatan modern yang berasal dari tumbuhan. Sekitar 74% dari 121 bahan aktif
yang merupakan komponen utama obat seperti digoksin, ephedrin, tubocucorin, dan lain-lain
berasal dari tumbuhan tropis. 
Beragamnya SDG dan pengetahuan tradisional yang berkaitan dengan pemanfaatan SDG
perlu dijaga kelestariannya dan dikembangkan agar dimanfaatkan secara berkelanjutan
sebagai sumber daya pembangunan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana
diamanatkan dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terwujud.
Namun, kekayaan SDG Indonesia telah menarik minat banyak perusahaan dari negara-negara
maju untuk turut mengambil bagian dalam pemanfaatannya.Terjadi proses penjarahan SDG
atau sering dikenal dengan istilah biopiracy. Biopiracy adalah praktik eksploitasi sumber
daya alam dan pengetahuan masyarakat tentang alamnya tanpa izin dan pembagian manfaat.
Dalam praktik ini pencurian materi genetik terjadi yang kemudian disalahgunakan
keberadaannya untuk dikomersialisasikan dan sifatnya hanya menguntungkan pihak-pihak
tertentu saja. Indonesia adalah salah satu negara yang telah menjadi korban
praktik biopiracy.  Mulai dari 19 hak paten tempe, sebanyak 13 hak paten telah dipatenkan
oleh Amerika Serikat dan 6 hak paten lagi telah dipatenkan oleh Jepang. Kemudian, tanaman
keladi tikus yang digunakan untuk pengobatan kanker dan tumor saat ini telah dibudidayakan
besar-besaran di Malaysia, tanpa izin dari pemerintah Indonesia. Paten dari beberapa produk
perusahaan kosmetik Jepang yang berasal dari tanaman asli Indonesia, dan masih banyak lagi
kasus biopiracy yang terjadi di Indonesia.
Potensi sumber daya genetik yang besar di Indonesia diikuti dengan biopiracy dan
misappropriation yang besar pula mengharuskan Pemerintah Indonesia membuat regulasi
yang mengatur perlindungan terhadap sumber daya genetik yang lengkap dan terintegrasi.
Selain amandemen Undang-Undang tentang Paten, alternatif lainnya adalah dengan membuat
peraturan yang khusus mengatur tentang sumber daya genetik. Adanya berbagai regulasi
setelah meratifikasi beberapa perjanjian internasional dianggap masih ada celah untuk
terjadinya pencurian sumber daya genetik dan penyalahgunaan pemanfaatan sumber daya
genetik di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja yang menjadi dasar hukum dan ruang lingkup hak paten?
2. Bagaimana sistem perlindungan hak paten?
3. Bagaimana cara melindungi sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional dengan
hak paten?
1.3 Landasan Teori
A. Sumber Daya Genetik
Istilah Sumber Daya Genetik (SDG) atau genetic resources mulai dikenal dalam
penyusunan kebijakan internasional terkait pertanian, lingkungan hidup, hak
kekayaan intelektual, dan kebijakan perdagangan. Yang dimaksud dengan SDG
adalah bahan genetik yang memiliki nilai guna, baik secara nyata maupun yang masih
berpotensi.
Selanjutnya bahan genetik dijelaskan sebagai unit fungsional hereditas yang terdapat
dalam tumbuhan, hewan, atau mikrobiologi. Bahan genetik diartikan juga sebagai
semua bahan dari tumbuhan, binatang, jasad renik atau asal lain termasuk
derivatifnya yang mengandung unit-unit fungsional pewarisan sifat (hereditas). SDG
tersebut merupakan komponen dari sumber daya alam hayati, dan sumber daya alam
hayati merupakan bagian dari keanekaragaman hayati.
SDG bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik sebagai bahan pangan, bahan
obat-obatan, bahan industri, ataupun untuk pemenuhan hobi, rekreasi, dan lain
sebagainya kehidupan manusia. Pemanfaatan SDG dapat dilakukan secara in-
situ dan ex-situ. Secara in-situ berarti SDG tersebut dikembangkan dalam ekosistem
dan habitat alamiahnya. Secara ex-situ berarti SDG tersebut dikembangkan di luar
daya genetik tersebut. Untuk itu perlu ada regulasi yang jelas untuk melindungi
sumber daya genetic khas Indonesia.
B. Pengetahuan Tradisional
Pengetahuan tradisional merujuk pada pengetahuan, inovasi, dan praktik dari
masyarakat asli dan lokal di seluruh dunia. Dikembangkan dari pengalaman melalui
negara-negara dan diadaptasi ke budaya lokal dan lingkungan, pengetahuan
tradisional ditransmisikan secara lisan dari generasi ke generasi. Hal itu menjadi
kepemilikan secara kolektif dan mengambil bentuk cerita, lagu, folklore, peribahasa,
nilai-nilai budaya, keyakinan, ritual, hukum masyarakat, bahasa daerah dan praktik
pertanian, mencakup pengembangan spesies tumbuhan dan keturunan binatang.
Pengetahuan tradisional utamanya merupakan praktik alamiah, secara khusus seperti
dalam wilayah pertanian, perikanan, kesehatan, hortikultural dan kehutanan.
Menurut Carlos M. Correa, pengetahuan tradisional itu terdiri dari informasi pada
penggunaan biologi dan bahan-bahan lainnya bagi pengobatan medis dan pertanian,
proses produksi, desain, literatur, musik, upacara adat, seni dan teknik lainnya,
termasuk di dalamnya nilai budaya yang tidak berwujud.
Dari beberapa pengertian ini dapat diartikan bahwa pengetahuan tradisional
merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat daerah atau tradisi yang
sifatnya turun temurun, dengan ruang lingkup yang sangat luas. Pengetahuan
tradisional dapat meliputi bidang seni, tumbuhan, arsitektur, pengobatan, dan lain
sebagainya.
Indonesia adalah negara yang kaya akan pengetahuan tradisional. AMAN
memperkirakan jumlah masyarakat adat di Indonesia berkisar 50 – 70 juta atau sekitar
20% dari penduduk Indonesia. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang dominan
bila dibandingkan dengan perkiraan indigenous people secara regional di Asia dan
dunia. Masyarakat adat memiliki pengetahuan tradisional yang sudah mereka
gunakan secara turun temurun, termasuk pengetahuan tradisional mereka dalam
pemanfaatan
sumber daya genetik.
C. Hak Paten
Hak Paten dilindungi oleh Undang-Undang No. 13 Tahun 2016 tentang Paten
(UU Paten), di mana yang dimaksud dengan paten adalah hak eksklusif yang
diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk
jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi tersebut atau memberikan
persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
Unsur utama dari paten adalah invensi, di mana invensi diartikan sebagai ide
inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik
di bidang teknologi berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan
pengembangan produk atau proses.
Hak paten sendiri terbagi menjadi 2 jenis, yaitu paten dan paten sederhana. Di
mana, hak paten atas invensi dapat diberikan apabila invensi tersebut adalah invensi
yang baru, mengandung langkah inventif, dan dapat diterapkan dalam industri.
Sedangkan hak paten sederhana atas invensi sama dengan paten, yang membedakan
adalah invensi atas paten sederhana tidak perlu mengandung langkah inventif namun
cukup dengan pengembangan dari produk atau proses yang sudah ada.

1.4 Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan dalam paper ini adalah bahan hukum sekunder yang
dimana menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul Pengantar Penelitian
Hukum menyebutkan bahwa bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang
memberikan penjelasan mengenai hukum primer yang diperoleh dari studi kepustakaan
berupa literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian.

1.5 Teknik Analisis Bahan Hukum


Teknik analisis bahan hukum yang digunakan dalam paper ini adalah menggunakan teknik
analisis deskriptif kualitatif :
1) Analisis Deskriptif
Menurut Sugiyono, analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
berhasil dikumpulkan sebgaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
2) Analisis Kualitatif
Menurut Sugiyono, metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci

Adapun tujuan paper ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena dalam paper
ini data yang dihasilkan berupa data deskriptif yang diperoleh dari data-data berupa tulisan,
kata-kata, dokumen yang berasal dari sumber atau informan yang diteliti dan dapat dipercaya.

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Perlindungan Hukum

Pengertian Perlindungan Hukum

Kehadiran hukum dalam masyarakat adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan


kepentingan-kepentingan yang biasa bertentangan antara satu sama lain. Maka dari itu, hukum
harus bisa mengintegrasikannya sehingga benturan-benturan kepentingan itu dapat ditekan
seminimal mungkin. Menurut Satjito Rahardjo bahwa “perlindungan hukum adalah adanya
upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu Hak Asasi Manusia
kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut”. Menurut Philipus
M. Hadjon, “perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat,serta
pengakuan terhadap hak – hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasakarkan
ketentuan umum dari kesewangan atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat
melindungi suatu hal lainnya”. Menurut Hetty Hasanah “perlindungan hukum yaitu merupakan
segala upaya yang dapat menjamin adanya kepastian hukum, sehingga dapat memberikan
perlindungan hukum kepada pihak-pihak yang bersangkutan atau yang melakukan tindakan
hukum”.

2.2 Bentuk perlindungan hukum

Menurut Philipus M. Hadjon,23 sarana perlindungan Hukum ada dua macam, yaitu :

1. Sarana Perlindungan Hukum Preventif Pada perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum
diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan
pemerintah . Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa. Perlindungan hukum preventif
sangat besar artinya bagi tindak pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena
dengan adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati
dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi.

2. Sarana Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan


perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Pengadilan Administrasi di Indonesia termasuk
kategori perlindungan hukum ini. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah
bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak
asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasanpembatasan dan
peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah. Prinsip kedua yang mendasari perlindungan
hukum terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan
dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-
hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.

2.3 Sumber Daya Genetik dan Pengetahuan Tradisional Dalam Konsep WIPO

World Intellectual Property Organization (WIPO) memberikan definisi pengetahuan tradisional


sebagai berikut : “Knowledge, know-how, skills and practices that are developed, sustained and
passed on from generation to generation within a community, often forming part of its cultural or
spiritual identity”. Traditional knowledge (TK) is a living body of knowledge passed on from
generation to generation within a community. It often forms part of a people`s cultural and
spiritual identity. WIPO`s program on TK also addresses genetic resources (GRs) and traditional
expressions (TCEs)”.

Pengetahuan tradisional menurut WIPO diklasifikasikan menjadi: pengetahuan pertanian


(agricultural knowledge), pengetahuan ilmiah (scientific knowledge), pengetahuan lingkungan
(ecological knowledge), pengetahuan obatobatan termasuk di dalamnya obat dan penyembuhan
(medicines knowledge including related medicine and remedies), pengetahuan terkait
keanekaragaman. genetic (biodiversity-related knowledge).

Pada prinsipnya upaya untuk melindungi pengetahuan tradisional sebagai hak komunal memang
mulai dilakukan melalui mekanisme WIPO yaitu dengan membentuk WIPO Fact-finding
Missions (WIPO-FFMs) dan The WIPO Intergovernmental Committee (IGC) on Intellectual
Property and Genetic Resources, Traditional Knowledge and Folklore, maupun melalui
pembentukan konvensi Internasional.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1

3.2

3.3 Melindungi Sumber Daya Genetik dan Pengetahuan Tradisional dengan Hak Paten

Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 13 Tahun 2016. Paten adalah hak eksklusif
yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk
jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi tersebut atau memberikan persetujuan
kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Hak eksklusif atas paten ini, bisa diperoleh
inventor apabila permohonan patennya mendapat persetujuan (granted) dari negara penerima
paten, artinya apabila negara yang mendapat pengajuan permohonan paten itu menolak
permohonan patennya maka secara otomatis kepemilikan hak eksklusifnya hilang. Perlu
diketahui bahwa bentuk pelindungan HKI sifatnya teritorial, jika inventor ingin mendapat
hak eksklusif atas patennya di negara lain, maka inventor harus mengajukan permohonan
pelindungan hak patennya ke negara tersebut. Perlu di ingat juga bahwa tidak semua
permohonan paten dapat di terima, terdapat berbagai tahapan pemeriksaan paten yang harus
dilalui sebelum hak patennya diberikan oleh negara tersebut.

Hak paten hanya diberikan atas hasil invensi di bidang teknologi. Pada prinsipnya segala
macam invensi dapat dipatenkan dengan syarat invensi tersebut baru dan memang belum
pernah ada dalam lapangan teknologi yang bersangkutan. Paten memang erat kaitannya
dengan teknologi. Di negara maju, peran teknologi menjadi perhatian utama dalam
menjawab permasalahan ekonomi dan meningkatkan daya saing.

Tantangan ekonomi ke depan adalah bagaimana negara tersebut mampu survive dalam
mengembangkan suatu inovasi secara konsisten dan berkelanjutan. Hal tersebut dapat
dilakukan melalui pembentukan lembaga penelitian pemerintah, swasta, pemanfaatan sumber
daya alam, pemberdayaan SDM, sistem jaringan informasi penelitian, pengembangan dan
penerapan teknologi di bidang-bidang strategis dalam bentuk publikasi ilmiah, layanan
teknologi maupun wirausahawan teknologi.

Menjawab tantangan tersebut, Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya
genetik dan pengetahuan tradisional sering dimanfaatkan dan tidak dilibatkan oleh inventor
luar negeri untuk menghasilkan invensi baru. Permasalahan lain yang perlu diperhatikan
dalam upaya melindungi sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional dengan Hak Paten
adalah bahwa faktanya Indonesia tidak memiliki database atas asset-aset sumber daya
genetik dan pengetahuan tradisional asli bangsa Indonesia, sehingga memudahkan sekali
pencurian. Selain itu kemampuan SDM dalam negeri untuk mengembangkan inovasi atau
riset dari pengetahuan tradisional dan biaya pengurusan hak paten yang mahal seringkali
menjadi kendala.

Melalui Pasal 26 ayat (1) Undang-undang No. 13 Tahun 2016 Tentang Paten, Pemerintah
telah menerapkan suatu kebijakan di bidang pembaharuan hukum perihal penggunaan invensi
yang berkaitan dengan sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional harus disebutkan
secara jelas dan benar apabila bahan yang dipergunakan dalam invensi berkaitan pada
sumber daya genetik atau pengetahuan tradisional Indonesia dalam deskripsi pengajuan
permohonan paten. Selain itu masih di pasal yang sama di ayat (3), pemerintah menerapkan
adanya syarat pembagian hasil atas akses pemanfaatan dan pengunaan sumber daya genetik
sebagaimana dimaksud melalui mekanisme peraturan perundang-undangan dan perjanjian
internasional di bidang sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional.

Sebagai pelaksanaan Undang-undang tersebut, maka Pemerintah mengeluarkan Peraturan


Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia No. 38 Tahun 2018 Tentang Permohonan
Paten. Pasal 24 ayat (1) mengatur bahwa permohonan paten yang berasal atau berkaitan
dengan sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional harus disebutkan dengan jelas dan
benar dalam deskripsi paten. Dalam ayat (2) ditentukan bahwa informasi tentang
pengetahuan tradisional yang dimaksud di tetapkan oleh lembaga resmi yang diakui oleh
pemerintah, sedangkan dalam ayat (3) dipertegas dengan ketentuan yang mewajibkan
Pemohon paten untuk membuat surat pernyataan yang menyatakan kebenaran dan kejelasan
asal sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional tersebut.

BAB IV

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai