Anda di halaman 1dari 2

STRONG OBJECTIVITY DAN WEAK OBJECTIVITY

Oleh: Agnes Budi Kuntari


Batch 42B/01669180078

Latar Belakang Obyektifitas

Kehidupan sosial digunakan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Obyektifitas dalam sebuah
penelitian sosial merupakan sesuatu yang dicari oleh komunitas atau masyarakat. Para
peneliti social science pada masa positivisme melakukan penelitian dan memahami
permasalahan sosial dengan sikap yang netral dan obyektif, berdasarkan statistik,
prosedural yang berulang, dengan nilai yang diasumsikan sebagai “keadilan dan kebenaran”.

Konsep mengenai Obyektifitas menjadi bahan perdebatan oleh para ahli filsafat. Selama
bertahun-tahun, para ahli filsafat menemukan fakta, bahwa penjelasan saintifik tidak cukup
menjelaskan penelitian-penelitian mengenai permasalahan sosial, nilai-nilai sosial, dan
konflik kepentingan seperti dalam feminism, post colonialism, dan lain sebagainya. Tidak
adanya keterikatan antara sains dan nilai akan membahayakan.

Memaksimalkan Obyektifitas dalam sebuah penelitian mengacu kepada penelitian yang


bebas nilai, netral, natural dan tidak bias. Lalu, bagaimana memaksimalkan obyektifitas
dalam sebuah penelitian? Tuntutan dalam penelitian yang obyektif adalah upaya peneliti
untuk menyatukan diri atau melebur dengan obyek penelitiannya dengan maksimal.

Pendekatan obyektifitas kuat (strong objectivity) dan obyektivitas lemah (weak objectvity)
berbeda dengan pendekatan tradisional yang mengganggap bahwa obyektivitas adalah
sebuah pandangan yang terbebas dari nilai netral dan obyektif, berdasarkan statistik,
prosedural yang berulang, dengan nilai yang diasumsikan sebagai “keadilan dan kebenaran”.
Akan tetapi ada upaya untuk memaksimalkan obyektifitas dari suatu penelitian. Menurut
Sandra Harding, ada dua jenis obyektifitas, obyektivitas kuat dan obyektivitas lemah.

Apa Obyektivitas Kuat?

Obyektivitas kuat adalah istilah yang digunakan oleh filsuf feminist, Sandra Harding untuk
sebuah pendekatan (approach). Obyektivitas kuat menegaskan bahwa kehidupan sosial dan
situasi sosial itu melibatkan latar belakang budaya. Pendekatan ini menawarkan sebuah
metode penelitian yang dimulai dari kehidupan orang yang terpinggirkan. Pendekatan ini
digunakan untuk melakukan penelitian tentang perempuan, kelas marjinal, kelas minoritas,
terpinggirkan, serta kelompok-kelompok yang memiliki pandangan yang berbeda dengan
orang yang berkuasa. Untuk memperkuat obyektifitas, penelitian dimulai dari masuk dan
meleburnya nya peneliti dalam kehidupan komunitas atau masyarakat yang sedang diteliti
melalui pendekatan dari komunitas atau kelompok tersebut.

Apa Obyektivitas Lemah?


Obyektivitas lemah adalah istilah yang digunakan untuk sebuah pendekatan yang dilakukan
dari sudut pandang orang yang berkuasa atau kelompok dominan. Penelitian dimulai dari
masuk dan meleburnya nya peneliti dalam kehidupan komunitas atau masyarakat yang
sedang diteliti tersebut.

Obyektivitas Kuat VS Obyektivitas Lemah

Objektivitas yang kuat adalah istilah yang diciptakan oleh filsuf feminis Sandra Harding, yang
dikenal karena karyanya tentang teori sudut pandang feminis. Harding menunjukkan bahwa
penelitian yang dilakukan dari kehidupan wanita "sebenarnya memperkuat standar
objektivitas".

Objektivitas yang kuat dapat dikontraskan dengan "objektivitas yang lemah" dari penelitian
yang seharusnya bernilai netral. Objektivitas yang kuat dikemukakan berbeda dengan
objektivitas ilmiah karena objektivitas yang kuat mempertimbangkan bias peneliti, sesuatu
yang menurut Harding tidak pernah dapat benar-benar dihapus; pengalaman hidup seorang
peneliti akan selalu menjadi lensa di mana mereka melihat dunia dan kemudian penelitian
mereka.

Dari sudut pandang feminis, pertanyaan tentang objektivitas berasal dari jenis proyek
pengetahuan apa yang objektif dan mana yang tidak, dan mengapa; perlu atau tidaknya
objektivitas; dan bagaimana, atau jika, dimungkinkan untuk mencapai objektivitas.
Pertimbangan ini muncul setidaknya sebagian dari kekhawatiran tentang seksisme dan bias
androsentris dalam kehidupan dan penelitian ilmiah yang dominan. Objektivitas yang kuat
berpendapat bahwa ada bias androsentris dalam penelitian karena peneliti laki-laki
berusaha untuk menjadi peneliti netral, di mana Harding berpendapat itu tidak mungkin.
Harding menyarankan refleksivitas peneliti, atau pertimbangan posisi peneliti, dan
bagaimana hal itu memengaruhi penelitian mereka, sebagai objektivitas "yang lebih kuat"
daripada para peneliti yang mengaku sepenuhnya netral. Pengetahuan dan bias yang
mempengaruhinya harus dinilai secara adil oleh komunitas ilmiah dan terletak dalam
sejarah sosial.

Sumber:

Harding, Sandra. “Strong Objectivity”: A Response to the New Objectivity Question.Synthese,


Vol.104, No. 3, Feminism and Science (Sep., 1995), pp.331-349. Springer

Feminist Epistemology and Philosophy of Science. First published Wed Aug 9, 2000;
substantive revision Thu Feb 5, 2009,
https://stanford.library.sydney.edu.au/archives/spr2009/entries/feminism-epistemology/,
diunduh pada tanggal 24/04/2019.

Ward, Steven. Being Objective about Objectivity: The Ironies of Standpoint Epistemological
Critiques of Science, https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0038038597031004008,
diunduh pada tanggal 25/04/2019.

Anda mungkin juga menyukai