Anda di halaman 1dari 37

GAMBARAN HASIL CROSSMATCH DENGAN LAMA INKUBASI 30

MENIT DI UDD PMI KABUPATEN MALANG

LAPORAN TUGAS AKHIR

SEPTYANI ENGGAR PRATIWI


NIM.P17440195024

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KESEHATAN TERAPAN

PRODI D-III TEKNOLOGI BANK DARAH MALANG

2020
GAMBARAN HASIL CROSSMATCH DENGAN LAMA INKUBASI 30
MENIT DI UDD PMI KABUPATEN MALANG

Laporan tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Studi Diploma III Teknologi Bank Darah
Jurusan Kesehatan Terapan – Politeknik Kesehatan Malang

SEPTYANI ENGGAR PRATIWI


NIM. P17440195024

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KESEHATAN TERAPAN

PRODI D-III TEKNOLOGI BANK DARAH MALANG

2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Laporan Tugas Akhir oleh Septyani Enggar Pratiwi

(NIM. P17440195024) telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Malang, Malang,

Pembimbing Utama Penguji

…………………......... ………………….......

NIP. NIP.
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Laporan Tugas Akhir oleh Septyani Enggar Pratiwi

(NIM. P17440195024) telah dipertahankan di depan dewan penguji pada

tanggal……………………….

Dewan Penguji

Penguji Ketua, Penguji Anggota I,

…………………... ..............................
NIP. NIP.

Mengetahui :

Ketua Jurusan Kesehatan Terapan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

………………………………………
NIP.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rakhmatNya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan baik. Laporan
Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Akhir
dan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Ujian Akhir Program di
Program Studi Diploma III Teknologi Bank Darah Malang Jurusan Kesehatan
Terapan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. Atas terselesaikannya Laporan
Tugas Akhir, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.


2. Ketua Jurusan Kesehatan Terapan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

3. Ketua Program Studi Diploma III Teknologi Bank Darah Malang.

4. …………………. selaku Dosen Pembimbing I

5. …………………. selaku Dosen Pembimbing II

6. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuannya selama


penelitian dan penyelesaian laporan ini. Penulis berharap semoga Laporan Tugas
Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Malang,.....................

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN...............................Error: Reference source not foundi
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
ABSTRAK........................................................ Error: Reference source not foundv
KATA PENGANTAR............................................................................................. v
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR BAGAN............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................
1.4 ManfaatPenelitian.............................................................................
1.4.1 Teoriti…………………………………………..
1.4.2 Praktis………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Transfusi Darah…………………………………………………
3.2 Pemeriksaan Pra Transfusi………………………………………
3.3 Pemeriksaan Golongan Darah………………………………………
3.4 Pemeriksaan Crossmatch………………………………………..
3.5 Interpretasi Hasil Crossmatch……………………………………….
3.6 Lama Inkubasi………………………………………………………..
3.7 Kerangka Teori……………………………………………………
3.8 Kerangka Konsep……………………………………………………
BAB III METODOLOGI
Jenis dan Design Penelitian…………………………………………….
Subyek Penelitian…………………………………………………………
Populasi dan Sampel.............................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………….
Fokus Studi……………………………………………………………..
Definisi Operasional ……………………………………………………..
Pengumpulan Data…………………………………………………….
Analisi Data dan Penyajian Data……………………………………………
Etika Penelitian…………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transfusi darah merupakan salah satu hal yang penting dalam

menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat kesehatan. Indikasi

transfusi darah dan komponen darah tepat apabila dapat mengatasi kondisi

yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna yang tidak dapat

diatasi dengan cara lain. Pemberian transfusi darah harus berpegang pada

prinsip bahwa manfaat yang akan diterima oleh pasien jauh lebih besar

dibandingkan risiko yang akan ditanggung, sehingga semboyan “Getting

the right blood to the right patient at the right time and the right place”

harus benar-benar dilaksanakan (Gantini, 2014).

Dalam perkembangannya transfusi darah harus dilaksanakan sesuai

dengna prosedur ketat oleh tenaga profesional menggunakan darah yang

aman dan berkualitas serta diperlukan beberapa pemeriksaan yang akurat.

Serial pemeriksaan sangat diperlukan pada tahap pretransfusi agar

mendapatkan darah yang sesuai dan aman untuk transfusi darah. Serial

pemeriksaan ini antara lain pemeriksaan golongan darah ABO dan Rh

pasien dan donor, uji saring dan identifikasi antibodi donor dan pasien, uji

silang serasi atau yang lebih di kenal dengan Crossmatch Test atau disebut

juga Compatibility testing antara darah donor dan pasien (Gantini, 2014).

Pemeriksaan crossmatch yang digunakan di UDD PMI Kabupaten

Malang adalah metode semi otomatis menggunakan metode tabung dan


metode gel. Waktu inkubasi yang dibutuhkan kedua metode ini ± 15-30

menit suhu 37°C (Amiruddin, 2015). Sel dan serum diinkubasi selama 15-

30 menit untuk memberi kesempatan antibodi melekat pada permukaan

sel, lalu ditambahkan serum antiglobulin dan bila penderita mengandung

antibodi dengan eritrosit donor maka akan terjadi gumpalan. Reaksi silang

yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja tidak dapat

mengesampingkan aglutinin Rh yang hanya bereaksi pada suhu 37° C

(Syafitri,2014)

Metode tabung menggunakan teknik yang lebih ketat yaitu

menggunakan beberapa fase pemeriksaan dan medium pemeriksaan lebih

banyak, misalnya menggunakan bovine albumin, serum coombs dan

inkubasi pada suhu 37° C yang akan menambah sensitivitas pemeriksaan.

Permasalahan dalam pemeriksaan crossmatch, salah satunya adalah

prosedur pemeriksaan.

Permasalahan yang sering terjadi di UDD PMI Kabupaten

Malang adalah crossmatch dengan masa inkubasi terlalu lama. Hal ini

terjadi karena Hal ini terjadi karena bebrapa faktor termasuk karena faktor

kekurangan Sumber Daya Manusia khususnya di ruangan UDD PMI

Kabupaten Malang sehingga petugas UDD mengerjakan pemeriksaan

crossmatch hanya sendiri, sehingga untuk efisiensi petugas tidak

melakukan inkubasi sesuai prosedur. Penelitian mengenai hal ini belum

pernah dilakukan sehingga perlu untuk dilakukan penelitian mengenai

pengaruh hasil crossmatch metode Gel test dengan inkubasi yang terlalu

lama
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut : Bagaimana hasil crossmatch dengan lama masa inkubasi

30 menit UDD PMI Kabupaten Malang?

1.3 Tujuan Penelitian


1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hasil crossmatch yang di inkubasi dengan waktu

30 menit di UDD PMI Kabupaten Malang.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi hasil crossmatch dengan lama masa

inkubasi 15 menit di UDD PMI Kabupaten Malang.

b. Untuk mengidentifikasi hasil crossmatch dengan lama masa

inkubasi 30 menit di UDD PMI Kabupaten Malang.

1.3 Manfaat Penelitian


1.3.1 Manfaat Praktis

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai pemeriksaan

crossmatch dengan lama inkubasi 30 menit di UDD PMI Kabupaten

Malang.

1.3.2 Manfaat Teoritis

Dapat dipakai sebagai data awal penelitian maupun terkait lama

masa inkubasi pada hasil crossmatch.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transfusi Darah


2.1.1 Pengertian Tranfusi Darah
Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah
dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien) dengan tujuan
mengganti darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi
shock dan mempertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Proses
transfusi darah harus memenuhi persyaratan yaitu aman bagi
penyumbang darah dan bersifat pengobatan bagi resipien
(Setyati,2010). Pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanan
kesehatan meliputi perencanaan, pengarahan dan pelestarian pendonor
darah, penyediaan darah, pendistribusian darah dan tindakan medis
pemberian darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan (Permenkes 91, 2015).
Transfusi darah memberikan efek terapi bagi resipien, yang

mengalami pendarahan atau trauma dalam jumlah yang besar transfusi

darah dilakukan untuk mengganti volume yang hilang sedangkan untuk

resipien yang memiliki penyakit autoimun atau rusaknya sel darah

merah karena penghancuran yang berlebihan, transfusi darah dilakukan

untuk kelangsungan hidupnya sampai jangka panjang (Maharani, &

Noviar, 2018).

2.2 Pemeriksaan Pra Transfusi

2.2.1 Uji Pra Tranfusi

Uji pratransfusi memiliki beberapa istilah lain seperti

pretransfusion testing atau compatibility testing. Uji pra transfusi


adalah serangkaian pemeriksaan yang dilakukan sebelum produk darah

ditransfusikan pada pasien. Uji pratransfusi ini identik dengan

crossmatching (direct compatibility test) meskipun dalam aplikasinya

pada uji pratransfusi ini terdapat pemeriksaan awal serta ada

pemeriksaan lanjutan yang harus dilakukan apabila hasil crossmatching

tidak sesuai. Uji pratransfusi di internal laboratorium pada umumnya

menghabiskan waktu sekitar satu jam. Waktu pengerjaan dapat lebih

pendek ataupun lebih panjang tergantung jenis dan metode pemeriksaan

serta kendala yang dihadapi selama prosedur berjalan. Pemeriksaan

pratransfusi bertujuan agar sel-sel darah yang ditransfusikan dapat

hidup di tubuh pasien dan tidak menimbulkan kerusakan pada sel darah

pasien (Stoe, 2011).

2.2.2 Syarat PraTransfusi

Pemeriksaan Pratransfusi pada laboratorium, darah yang

didapatkan harus dilakukan pemeriksaan golongan darah donor dan

pasien ABO dan rhesus, pemeriksaan skrining antibodi, pemeriksaan

crossmatch, pengolahan komponen darah, dan uji saring terhadap

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD). Setiap pemeriksaan

Pratransfusi pada laboratorium harus dilakukan oleh petugas yang

terlatih menggunakan metode, reagen dan peralatan yang telah

divalidasi. Adapun pemeriksaan Pratransfusi pada laboratorium sebagai

berikut (Permenkes no 91, 2015):

a. Pemeriksaan IMLTD adalah suatu proses pemeriksaan darah untuk

menghindari infeksi penyakit yang menular lewat transfusi darah


b. Pemeriksaan Golongan darah adalah pemeriksaan yang dilakukan

untuk mendeteksi keberadaan antigen dipermukaan sel darah merah

dengan cara mereaksikan sel darah manusia dengan antisera–A dan

antisera-B

c. Pemeriksaan skrining antibodi adalah pemeriksaan yang dilakukan

menggunakan sel panel standar (sel-sel golongan darah O yang

telah diketahui fenotifnya antigennya) untuk mendeteksi

keberadaan antibodi yang tidak diharapkan terutama alloantibody

dalam serum terhadap antigen dari sistem penggolongan darah.

Menurut Zundel (2012), berdasarkan Word Health Organization

(WHO) uji pratransfusi minimal yang harus dikerjakan di laboratorium

adalah pemeriksaan golongan darah sistem ABO dan Rhesus serta

crossmatching. Sedangkan berdasarkan standar American Association

of Blood Bank(AABB), tahapan-tahapan uji pratransfusi tidak hanya

terbatas pada pemeriksaan laboratorium saja, tetapi juga meliputi

cakupan yang lebih luas. Mulai dari permintaan darah sampai

pelabelan produk darah sebelum di distribusikan ke pasien. Adapun

tahapan uji pratransfusi menurut standar AABB adalah sebagai berikut:

1. Pengisian formulir permintaan darah.

2. Identifikasi pasien dan pengambilan sampel darah pasien.

3. Pemeriksaan terhadap sampel pasien (kelayakan sampel untuk

diperiksa, pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus,

pemeriksaan skrining dan identifikasi antibodi, membandingkan

hasil pemeriksaan saat ini dengan hasil pemeriksaan sebelumnya).


4. Pemeriksaan terhadap sel darah merah donor (konfirmasi

pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus).

5. pemilihan darah donor, pilih komponen darah dengan golongan

darah ABO dan Rhesus yang kompatibel dengan pasien

6. Melakukan pemeriksaan crossmatch.

7. Melakukan pelabelan komponen darah sesuai dengan identitas

pasien dan pendistribusian produk darah.

Pada kondisi emergenci dan waktu untuk melakukan uji pratransfusi

sangat terbatas, maka darah dapat dikeluarkan setelah dilakukan

pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus baik pada donor

maupun pada pasien dan diikuti dengan immediate-spin crossmatch.

Namun, sebisa mungkin dianjurkan untuk tetap dapat melakukan

crossmatch secara komplit sebelum darah di distribusikan. Pada

situasi yang ekstrim (hanya tersedia waktu 10-15 menit), jika tidak

mungkin dilakukan pemeriksaan crossmatch maka komunikasi dengan

dokter yang meminta tentang prosedur penyiapan darah tanpa melalui

pemeriksaan rutin wajib dilakukan (Makroo, 2009).

2.3 Konsep Golongan Darah

2.3.1 Pemeriksaan golongan darah

Pemeriksaan golongan darah adalah suatu prosedur laboratorium

yang dilakukan untuk menentukan jenis golongan darah. Pada uji

pratransfusi, pemeriksaan golongan darah minimal yang harus

dikerjakan adalah golongan darah sistem ABO dan Rhesus (D typing).

Pemeriksaan golongan darah dilakukan baik pada donor maupun pada


pasien. Pemeriksaan golongan darah untuk mendeteksi keberadaan

antigen dipermukaan membran sel darah merah dengan cara

mereaksikan darah manusia dengan antisera A dan antisera B. Prinsip

pemeriksaan golongan darah yaitu reaksi antigen yang terdapat pada

permukaan eritrosit dengan antibodi yang sama sehingga terbentuk

aglutinasi. Berdasarkan jenis peralatan penunjang yang digunakan,

pemeriksaan golongan darah secara manual dapat dikerjakan dengan

tiga metode, yaitu metode Slide test atau glass slide, metode Tube test,

metode Microwell plate atau microplate test (Mulyantari & Yasa,

2017).

Berdasarkan sistem ABO, ada 4 jenis golongan darah sesuai

dengan jenis antigen dan antibodi yang dimiliki masing-masing

golongan. Individu dengan golongan darah A memiliki antigen A pada

sel darah merahnya dan antibodi B dalam plasmanya. Individu dengan

golongan darah B memiliki antigen B dan antibodi A, sedangkan

individu golongan darah AB mempunyai antigen A maupun antigen B

dan tidak memiliki antibodi A maupun B dalam plasmanya. Individu

dengan golongan darah O tidak memiliki antigen A maupun B tetapi

mempunyai antibodi A dan B dalam plasmanya (Gantini, 2014).

Golongan darah Rhesus merupakan sistem golongan darah

terpenting kedua dalam pelayanan transfusi. Antigen Rhesus bersifat

sangat imunogenik. Antibodi Rhesus baru terbentuk bila ada paparan

antigen Rhesus. Istilah Rhesus positif dan Rhesus negatif rutin

digunakan di masyarakat dan para ahli, ketika menyebutkan jenis


golongan darah. Misalnya A positif atau A negatif. Rhesus positif

mengindikasikan adanya salah satu antigen Rhesus pada sel darah

merah, umumnya antigen D (Gantini, 2014).

Rhesus negatif mengindikasikan tidak adanya antigen D pada sel

darah merah seseorang. Berbeda dengan antigen ABO, antigen Rhesus

hanya diekspresikan oleh sel eritrosit dan tidak oleh jaringan tubuh

yang lain termasuk leukosit dan trombosit. Antigen D memiliki makna

klinis yang signifikan sama seperti antigen A dan B. Antibodi D tidak

ditemukan pada semua individu golongan darah Rhesus negatif. Anti-

D baru terbentuk setelah seseorang dengan Rhesus negatif terpapar

Rhesus positif (Gantini, 2014).

2.4 Pemeriksaan Crossmatch

2.4.1 Pengertian Crossmatch

Pemeriksaan crossmatch adalah pemeriksaan kesesuaian darah

pasien dan denga darah donor yang dilakukan secara invitro. Dimana

dalam pemeriksaan ini kita mengetahui apakah sel darah donor dapat

hidup di dalam tubuh pasien dan mengetahui ada atau tidaknya antibodi

di dalam serum pasien, maupun dalam serum donor yang bereaksi

dengan sel pasien (Permenkes no 91, 2015).

Berdasarkan standar dari American Association of Blood Bank

(AABB), uji silang serasi didefinisikan sebagai suatu pemeriksaan yang

menggunakan metode yang mampu menunjukkan inkompatibilitas

sistem ABO dan adanya antibodi signifikan terhadap antigen eritrosit

dan juga menyertakan pemeriksaan antiglobulin. Kecuali tidak tersedia


fasilitas, jika tidak ada antibodi yang signifikan pada sampel pasien

yang baru atau riwayat pemeriksaan sebelumnya, immediate spin uji

silang serasi dapat digunakan untuk mendeteksi inkompatibilitas ABO

(Blaney and Howard, 2013).

Tujuan utama crossmatching adalah untuk mencegah terjadinya

reaksi transfusi baik reaksi transfusi yang bersifat mengancam nyawa

maupun reaksi transfusi ringan atau sedang yang dapat mengganggu

kenyamanan pasien. Tujuannya adalah memaksimalkan masa hidup in

vivo sel-sel darah yang ditransfusikan (Makroo, 2009).

Berdasarkan jenis komponen darah pasien dan donor yang

direaksikan, uji silang serasi memiliki dua tujuan, yaitu:

1. Mendeteksi adanya antibodi dalam serum pasien (termasuk anti-A

& anti-B) yang dapat menghancurkan eritrosit yg ditransfusikan,

2. Mendeteksi antibodi dalam serum donor yang akan masuk ke

dalam tubuh pasien. Kedua tujuan di atas berkaitan dengan jenis uji

silang serasi mayor dan minor yang akan dibahas lebih lanjut pada

bahasan berikutnya (Blaney and Howard, 2013).

Tahapan uji crossmatch antara lain identifikasi contoh darah pasien

yang benar, mengecek riwayat pasien sebelumnya, memeriksa

golongan darah pasien, darah donor yang sesuai golongan darah

pasien, pemeriksaan crossmatch, pelabelan yang benar sebelum darah

dikeluarkan. Crossmath menurut urgensi permintaan darah bagi

seorang pasien dibagi dalam tiga kategori yaitu crossmatch rutin,

crossmatch emergency dan crossmatch persiapan operasi


pemeriksaan crossmatch ada dua yaitu pemeriksaan uji silang

serasi mayor dan pemeriksaan uji silang serasi minor. Pemeriksaan uji

silang serasi mayor adalah serum yang direaksikan dengan sel donor,

apabila didalam serum pasien terdapat antibodi terhadap sel donor

yang sesuai, maka dapat merusak sel donor tersebut. Sedangkan

pemeriksaan uji silang serasi minor adalah serum donor yang

direaksikan dengan sel darah pasien. Apabila sudah dilakukan

pemeriksaan skrining dan identifikasi antibodi terhadap darah donor,

maka pemeriksaan minor tidak perlu dilakukan lagi (Setyati ,2010).

Pemeriksaan crossmatch terdapat 2 metode yaitu metode tabung

dan metode gel. Waktu inkubasi yang dibutuhkan kedua metode ini ±

15-30 menit suhu 37°C (Permenkes 91, 2015). Sel dan serum

diinkubasi selama 15-30 menit untuk memberi kesempatan antibodi

melekat pada permukaan sel, lalu ditambahkan serum antiglobulin dan

bila penderita mengandung antibodi dengan eritrosit donor maka akan

terjadi gumpalan (Gantini, 2014). Pemeriksaan crossmatch dengan

metode tabung merupakan metode bakuan, tetapi memiliki

keterbatasan antara lain diperlukan waktu cukup lama yaitu antara

sekitar 45−60 menit. Pada metode tabung diperlukan pencucian sel

tiga kali dan penambahan bovine albumin, serum coombs yang akan

menambah sensitivitas pemeriksaan (Gantini, 2014). Pemeriksaan

crossmatch dengan metode gel test lebih cepat dibandingkan dengan

metode tabung. Metode gel terdiri dari partikel gel dekstran

akrilamida di tabung mikro dan serum coomb yang berasaskan


mereaksikan antibodi yang terdapat dalam serum/plasma dengan

antigen dalam sel darah merah di tabung mikro, lalu diputar ke

centifuges, sehingga terbentuk aglutinasi. Bila bereaksi positif,

aglutinat terperangkap dalam gel, sedangkan bila negatif, antibodi

tidak menempel di sel darah merah dan sel tersebut secara bebas

melewati gel ke bagian bawah tabung mikro (Gantini, 2014).

2.4.1 Pemeriksaan Crossmatch Metode Tabung

Crossmacth dengan metode tabung dapat dikerjakan untuk crossmatch

mayor maupun crossmatch minor. Crossmatch mayor adalah reaksi

antara sel darah merah donor dengan serum atau plasma pasien,

sedangkan crossmatch minor adalah reaksi antara sel darah merah

pasien dengan plasma donor (Makroo, 2009). Pemeriksaan

Crossmatch dengan metode tabung dilakukan dalam tiga fase sesuai

dengan jenis antibodi golongan darah yang memiliki karakter yang

berbeda (setyati.2010).

Fase I : fase suhu kamar (20°C sampai 25°C) dalam medium saline

untuk mendeteksi antibodi complete yang bersifat IgM (cold

antibody).

Fase II : fase inkubasi pada suhu 37°C dalam medium bovine albumin

untuk mendeteksi adanya antibodi IgG dan IgM.

Fase III: fase antiglobulin test, semua antibodi incomplete yang telah

diikat pada sel darah merah akan beraglutinasi (positif)

dengan baik setelah penambahan coomb’s serum.


Gambar 1. CrossmatchMetode tabung

Sumber :Mulyani dan Yasa, 2016.

Prinsip pemeriksaan crossmatch metode tabung adalah sel donor

dicampur dengan serum penerima (mayor crossmatch) dan sel

penerima dicampur dengan serum donor (minor crossmatch) dalam

bovine albumin 20% akan terjadi aglutinasi atau gumpalan dan

hemolisis bila golongan darah tidak cocok. Sel dan serum kemudian

diinkubasi selama 15-30 menit untuk memberi kesempatan antibodi

melekat pada permukaan sel, lalu ditambahkan serum antiglobulin dan

bila penderita mengandung antibodi dengan eritrosit donor maka

terjadi gumpalan (Setyati, 2010).

2.4.2 Pemeriksaan Crossmatch Metode Gel

Yves Lampiere dari Perancis menemukan metode gel test dan

mengembangkan metode gel di Switzerland pada akhir 1985 sebagai

metode standar sederhana yang memberikan reaksi aglutinasi dan

dapat dibaca dengan mudah. Metode gel pertama kali digunakan untuk

pemeriksaan rutin pada tahun 1988, saat ini telah digunakan lebih dari

80 negara termasuk Indonesia (Setyati, 2010).


Dibawah ini adalah contoh hasil prinsip aglutinasi metode gel test

dengan hasil sebagai berikut

Gambar 2. Prinsip crossmatch metode gel test

(Sumber :Mulyani dan Yasa, 2016)

Prinsip pemeriksaan crossmatch metode gel adalah penambahan

suspensi sel dan serum atau plasma dalam microtube yang berisi gel

di dalam buffer berisi reagen (Anti-A, Anti-B, Anti-D, enzim, Anti-

Ig G, Anti komplement). Microtube selanjutnya diinkubasi selama

15 menit pada suhu 37º C dan disentrifus. Tahap inkubasi akan

memberi kesempatan antigen pada permukaan sel darah merah

berikatan dengan antibodi pada serum atau plasma sehingga

membentuk aglutinasi. Pada tahap sentrifugasi, sel yang

beraglutinasi kuat akan tertangkap pada bagian atas matrik gel

sedangkan sel yang beraglutinasi lemah akan pindah ke bagian

bawah matrik gel. Aglutinasi yang terbentuk akan terperangkap di

atas permukaan gel. Aglutinasi tidak terbentuk apabila eritrosit

melewati pori-pori gel, dan akan mengendap di dasar microtube

(Harmening, 2012).
Gambar 3. Derajat aglutinasi pada pemeriksaan

crossmatch dengan metode gel test

(Sumber :Mulyani dan Yasa, 2016)

Derajat aglutinasi pada gel tes dinilai dari 1+ sampai 4+ dan

reaksi mixed-field. Aglutinasi 4+ ditandai oleh mengelompoknya

seluruh sel darah merah pada permukaan microtube dan tidak ada

eritrosit disepanjang microtube atau di bagian bawahnya. Reaksi

3+ ditunjukkan oleh sebagian besar sel darah merah berada pada

permukaan gel dan beberapa mulai turun ke bagian bawah gel.

Reaksi 2+, eritrosit terdistribusi disepanjang microtube. Reaksi 1+,

mayoritas eritrosit mengendap pada dasar gel dan sebagian kecil

naik ke bagian atas gel. Pada reaksi negatif seluruh eritrosit berada

pada bagian bawah gel. Pada reaksi yang mixed field, sebagian

eritrosit ada dipermukaan gel dan sebagian mengendap pada dasar

gel. Eritrosit yang ada dipermukaan gel adalah eritrosit yang

mengalami aglutinasi, sedangkan eritrosit yang mengendap di

dasar gel adalah eritrosit yang tidak mengalami aglutinasi

(Harmening, 2012).
2.5 Interpretasi hasil Crossmatch

Menurut Tamba (2019), interpretasi hasil uji silang serasi sebagai

berikut:

2.5.1 Mayor, minor, autokontrol didapatkan hasil negatif, maka hasil

pemeriksaan darah cocok antara darah pasien dengan darah donor,

maka darah boleh ditransfusikan. Jika pada mayor terdapat

hasilnya positif, minor dan autokontrol hasilnya negatif, maka hasil

pemeriksaan inkompatibel atau darah tidak cocok dan darah tidak

boleh dikeluarkan. Pemeriksaan ini kemungkinan disebabkan

karena kesalahan pemeriksaan golongan darah pasien atau donor,

atau adanya alloantibody pada serum pasien yang bereaksi dengan

antigen sel darah merah donor. Lakukan pemeriksaan subgroup

dan telusuri riwayat transfusi pada pasien, serta lakukan skrining

dan identifikasi antibodi pada serum pasien.

2.5.2 Jika mayor, minor hasilnya positif, autokontrol hasilnya negatif.

Pada hasil pemeriksaan ini kemungkinan disebabkan karena darah

donor dengan Direct Coomb’s Test (DCT) positif, adanya

alloantibody di dalam serum pasien yang bereaksi pada antigen sel

darah merah donor dan darah tidak boleh dikeluarkan.Dari

pemeriksaan tersebut dilakukan penanganan dengan melakukan

pemeriksaan Direct Coombs test (DCT) pada donor, lakukan

skrining dan identifikasi antibodi pada serum pasien.


2.5.3 Mayor hasilnya negatif, minor dan autokontrol hasilnya positif,

maka hasil pemeriksaan adalah inkompatibel atau darah tidak

cocok antara darah pasien dengan darah donor, maka darah tidak

boleh dikeluarkan. Pada pemeriksaan ini kemungkinan disebabkan

oleh adanya autoantibody didalam darah merah pasien. Dan

dilakukan penanganan dengan melakukan pemeriksaan Direct

coomb’s test (DCT) pada donor, serta lakukan pemeriksaan

skrining dan identifikasi antibodi pada serum pasien.

Pada hasil mayor, minor dan autokontrol didapatkan pemeriksaan

positif, yang berarti hasil pemeriksaan inkompatibel atau tidak

cocok dengan darah pasien dan darah donor, maka darah tidak

boleh dikeluarkan. Pada hasil pemeriksaan ini kemungkinan

disebabkan adanya autoantibody dan alloantibody dalam serum

pasien. Dari pemeriksaan tersebut dilakukan penanganan dengan

pemeriksaan Direct Coomb’s Test (DCT) pada pasien. Apabila

positif, dilanjutkan dengan pemeriksaan skirining dan identifikasi

antibodi pada serum pasien.

2.6 Lama Inkubasi

Tahapan inkubasi mempunyai tujuan untuk memberikan

kesempatan antibodi yang ada pada serum pasien menyelimuti

antigen sel darah merah. Reaksi antigen dan antibodi

membutuhkan waktu optimum untuk inkubasi. Jika waktu inkubasi

terlalu cepat, maka antigen dan antibodi tidak mempunyai cukup

waktu untuk menghasilkan reaksi yang baik. Jika waktu inkubasi


terlalu lama, maka ikatan antigen dan antibodi yang sudah terjadi,

dapat terurai kembali. Pada saat melakukan tahapan inkubasi untuk

suatu pemeriksaan crossmatch, maka waktu optimum inkubasi

harus sesuai (Maharani danNoviar, 2018)


BAB III

METODOLOGI

3.1 Jenis Rancangan Penilitian

Jenis Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian pra

eksperimen dengan pendekatan static group comparasion. Rancangan

penelitian yang digunakan adalah rancangan kuantitatif. Static group

comparasion adalah suatu penelitian yang dilakukan perlakuan tanpa diawali

pretest dan dengan kontrol sebagai pembanding kemudian diberikan posstest.

Hasil pengukuran pada kelomnpok yang mendapatkan perlakuan kemudian

dibandingkan dengan hasil pengukuran pada kelompok kontrol.

3.2 Subjek dan Objek Penelitian

3.2.1 Subjek Penelitian

Adapun subjek penelitian ini adalah Sampel darah pasien yang

ingin melakukan transfusi dan darah donor yang ada di UDD PMI

Kabupaten Malang.

3.2.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah hasil crossmatch yang dilakukan dengan

inkubasi selama 30 menit dan hasilnya dinyatakan dengan

inkompatibel/kompatibel.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu untuk dipelajari

dan ditarik kesimpulannya sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012). Populasi dan


sampel dalam penelitian ini adalah:

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pasien yang akan

melakukan transfusi darah dan darah donor yang sudah lulus uji Infeksi

Menular Lewat Transfusi Darah seperti HIV, HBsAg,HCV dan Sifilis.

Sampel dalam penelitian ini sampel pasien yang melakukan pemeriksaan

crossmatch dan darah donor yang sesuai dengan golongan darah pasien.

Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling karena

terdapat kriteria tertentu yaitu:

a. Darah pasien dan darah donor tidak lisis, tidak lipemik.

b. Darah pasien yang tidak memiliki riwayat reaksi transfusi darah.

c. Pasien dengan diagnosa penyakit non imun

d. Pasien dengan permintaan darah 1 kantong Pack Red Cells

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UDD PMI Kabupaten Malang. Waktu

penelitian dilaksanakan dibulan november-desember 2020.

3.5 Fokus studi dan Definisi Operasional

3.5.1 Fokus Studi

Fokus penelitian adalah kajian utama dari masalah yang

akan dijadikan titik acuan penelitian (Notoatmodjo 2010). Fokus

studi pada penelitian ini adalah hasil crossmatch dengan lama masa

inkubasi 30 menit di UDD PMI Kabupaten Malang.


3.5.2 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

Nama Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Variabel Operasional
Crossmatch Suatu Observasi gel test 1=Compatibl Nominal
pemeriksaan e
untuk 2=Incompati
mencocokkan ble
darah pasien
dan darah
donor.
Lama selang waktu Observasi inkobator 30 menit Rasio
inkubasi yang
berlangsung
untuk
memberi
kesempatan
antigendan
antibodi
berikatan.

3.6 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini menggunakan data primer yang di

peroleh dari hasil pemeriksaan crossmatch dengan lama masa inkubasi

selama 15 menit (sebagai control) dan 30 menit (sebagai perlakuan).

3.7 Pengolahan Data dan Penyajian Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis

deskriptif. Analisa secara deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau

memberi gambaran terhadap hasil crossmatch dengan lama inkubasi 30

menit di UDD PMI Kabupaten Malang. Data di sajikan dalam bentuk tabel

dan grafik.
3.8 Etika Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan etika penelitian sebagai

berikut : 

(1) Prinsip manfaat

a.  Bebas dari eksploitasi

Data dari objek dalam penelitian harus dihindari dari keadaan

yang tidak menguntungkan. Informasi yang telah didapatkan,

tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan

objek dalam bentuk apapun.

b. Resiko (benefist ratio) Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan

resiko dan keuntungan yang akan berakibat kepada objek.

(2) Prinsip keasilan (Right to justice)

Untuk menjamin kerahasiaan atas data atau informasi yang telah

diberikan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (Anonymiti) dan

rahasia (Confidentiality) dari objek penelitian

3.8. Rencana Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah di

rencanakan seperti yang dapat dilihat pada lampiran 2.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UDD PMI Kabupaten Malang dengan

subjek penelitian pasien yang ingin melakukan transfusi darah sebanyak 10

pasien dan darah donor sebanyak 10 kantong.

1. Gambaran Golongan Darah Pasien dan Donor

Tabel 2. Golongan darah pasien dan donor pada pemeriksaan crossmatch

Golongan darah Golongan Frekuensi Persentase


pasien darah donor
A+ A+ 3 30%
B+ B+ 1 10%
AB+ AB+ 2 20%
O+ O+ 4 40%
Total 10 100%

Berdasarkan tabel 2 diatas, dapat dilihat pasien dan donor dengan

golongan darah A+ sebanyak 3 pasien dan 3 kantong darah donor, golongan

darah B+ sebanyak 1 pasien dan 1 kantong darah donor, golongan darah AB+

sebanyak 2 pasien dan 2 kantong darah donor, golongan darah O+ sebanyak 4

pasien dan 4 kantong darah donor.

2.Gambaran Hasil Pemeriksaan Crossmatch

Gambaran hasil pemeriksaan Crossmatch dilakukan dengan lama

inkubasi 15 menit (sebagai control) dan 30 menit sebagai perlakuan. Sesuai

dengan standart prosedur operasional, lama inkubasi yang digunakan pada

melakukan pemeriksaan crossmatch adalah 15 menit namun pada penelitian ini

dilakukan juga dengan lama inkubasi 30 menit. Hasil pemeriksaan crossmatch

dengan lama inkubasi 15 menit dapat dilihat pada tabel 3 dan hasil pemeriksaan

crossmatch dengan lama inkubasi 30 menit dapat dilihat pada tabel 4.


Tabel 3. Hasil Crossmatch dengan lama inkubasi 15 menit

IDENTITAS NO HASIL CROSSMATCH


NO GOLDA KETERANGAN
KANTONG
PASIEN MY MN AC
1 EL F4176514A A+ NEG NEG NEG COMPATIBLE
2 NR F4176529A O+ NEG NEG NEG COMPATIBLE
3 ES F4178865A O+ NEG NEG NEG COMPATIBLE
4 MM F4216171A AB+ NEG POS POS INCOMPATIBLE
5 PD F4228349A O+ NEG NEG NEG COMPATIBLE
6 BL F4228412A A+ NEG NEG NEG COMPATIBLE
7 AD F4176540A O+ NEG NEG NEG COMPATIBLE
8 UL F4182907A AB+ NEG NEG NEG COMPATIBLE
9 MDS F4180775A B+ NEG NEG NEG COMPATIBLE
10 LL F4178600A A+ NEG POS POS INCOMPATIBLE

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat hasil crossmatch dengan lama inkubasi

15 menit diperoleh hasil sebagai berikut : pada pasien MM dan LL diperoleh

hasil crossmatch minor positif dan auto controlnya positif sehingga hasil

crossmatch nya incompatible atau darah tidak cocok antara darah pasien dengan

darah donor, maka darah tidak boleh dikeluarkan. Pada pemeriksaan ini

kemungkinan disebabkan oleh adanya autoantibody didalam darah merah

pasien. Sedangkan pasien lainnya diperoleh hasil mayor negatif, minor negatif

dan auto control negatif sehingga hasil crossmatchnya compatibel atau cocok

antara darah pasien dengan darah donor, maka darah boleh ditransfusikan

kepada pasien.
Tabel 4. Hasil Crossmatch dengan lama inkubasi 30 menit

IDENTITAS NO HASIL CROSSMATCH


NO GOLDA KETERANGAN
KANTONG
PASIEN MY MN AC
1 EL F4176514A A+ NEG NEG NEG COMPATIBLE
2 NR F4176529A O+ NEG NEG NEG COMPATIBLE
3 ES F4178865A O+ NEG NEG NEG COMPATIBLE
4 MM F4216171A AB+ NEG POS POS INCOMPATIBLE
5 PD F4228349A O+ NEG NEG NEG COMPATIBLE
6 BL F4228412A A+ NEG NEG NEG COMPATIBLE
7 AD F4176540A O+ NEG NEG NEG COMPATIBLE
8 UL F4182907A AB+ NEG NEG NEG COMPATIBLE
9 MDS F4180775A B+ NEG NEG NEG COMPATIBLE
10 LL F4178600A A+ NEG NEG NEG COMPATIBLE

Berdasarkan tabel 4. dapat dilihat hasil crossmatch dengan lama inkubasi

30 menit diperoleh hasil sebagai berikut : pada pasien MM diperoleh hasil

crossmatch minor positif dan auto controlnya positif sehingga hasil crossmatch

nya incompatible atau darah tidak cocok antara darah pasien dengan darah

donor, maka darah tidak boleh dikeluarkan. Pada pemeriksaan ini kemungkinan

disebabkan oleh adanya autoantibody didalam darah merah pasien. Sedangkan

pasien lainnya diperoleh hasil mayor negatif, minor negatif dan auto control

negatif sehingga hasil crossmatchnya compatibel atau cocok antara darah pasien

dengan darah donor, maka darah boleh ditransfusikan kepada pasien.

Tabel 5. Hasil Crossmatch dengan lama inkubasi 15 menit dan 30 menit

Hasil Pemeriksaan  Crossmatch 15 Menit Crossmatch 30 Menit


Compatible 8 sampel 9 sampel
Incompatibel 2sampel 1 sampel
Gambar 1. Grafik Hasil Pemeriksaan Crossmatch 15 menit dan 30 menit

4.2 Pembahasan

Pada gambar 1. Dapat dilihat bahwa pada hasil pemeriksaan crossmatch

dengan lama inkubasi 15 menit diperoleh hasil incompatibel 2 sampel dan

compatibel 8 sampel. Sedangkan pada lama inkubasi 30 menit diperoleh hasil

pemeriksaan berupa incompatibel 1 sampel dan compatibel 9 sampel. Terlihat

perbedaan pada sampel dengan iodentitas LL. Pada pasien LL hasil crossmatch

dengan lama inkubasi 30 menit terdapat hasil crossmatch nya compatibel

( Mayor Negatif, Minor Negatif , Auto controlnya positif) sedangkan pada

inkubasi 15 menit hasil crossmatch nya Incompatibel. Hal ini terjadi karena

kemungkinan terjadi negatif palse. Lama inkubasi pada crossmatch yang sesuai

dengan prosedur ialah 15 menit. Pada saat lama inkubasinya 30 menit artinya

lama inkubasinya diperlama sehingga Jika waktu inkubasi terlalu lama, maka

ikatan antigen dan antibodi yang sudah terjadi, dapat terurai kembali sehingga

memperoleh hasil negatif palse.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fermadani

(2017) bahwa hasil crossmatch mayor dengan dan tanpa inkubasi semuanya
negatif. Crossmatch minor dengan inkubasi semuanya negatif (100%), tanpa

inkubasi menunjukkan hasil negatif 12 sampel (75%), dan 4 sampel (25%)

positif. Hasil uji beda Wilcoxon menghasilkan p = 0,046 (p < 0,05) yang

berarti terdapat perbedaan bermakna, sehingga dapat disimpulkan bahwa

pemeriksaan crossmatch tanpa inkubasi beresiko memberikan hasil yang tidak

tepat.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Hasil crossmatch dengan lama inkubasi 15 menit ialah ditemukan 2

pasien yang hasilnya incompatible yaitu pasien MM dan LL.

2. Hasil crossmatch dengan lama inkubasi 30 menit ialah ditemukan 1

pasien yang hasilnya incompatible yaitu pasien MM.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian pengaruh lama inkubasi terhadap

hasil crossmatch, berikut adalah beberapa saran yang dapat diterapkan ;

Diharapkan bagi petugas Bank Darah untuk melakukan proses crossmatch

dengan lama inkubasi sesuai dengan SOP ( 15 Menit).


DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 2
Tabel Rencana Kegiatan Penelitian
No Tahapan Kegiatan   Waktu
Sept Okt Nov Des jan Batas
Yudisuim
I Tahap Perencanaan
Penelitian
a. Identifikasi maslah V

b. Penyusunan Proposal V

c. Seminar Proposal V

II Pelaksanaan rencana
Penelitian (analisis data)
a. Pengumpulan Data V V V

b. Analisis Data V V V

III Mengkomunikasikan Hasil


Penelitian 
Menyusun laporan
Menyamakan hasil
a. Penyusunan Revisi V V
proposal

b. Seminar Akhir V

IV Konsultasi Pembimbing V V V V V

Anda mungkin juga menyukai