Anda di halaman 1dari 8

118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)

VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129


JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

POTRET ORANG MISKIN DARI PERSPEKTIF KEKUATAN

Oleh
Ishartono1, Binahayati Rusyidi2, Santoso Tri Raharjo3

1. Pusat Studi Kesejahteraan Anak dan Keluarga FISIP-Unpad


2. Pusat Studi Kesejahteraan Anak dan Keluarga FISIP-Unpad
3. Pusat Studi Kewirausahaan Sosial, CSR, dan Pengembangan Masyarakat FISIP-Unpad

Email:

(kesosish@gmail.com; titi.rusyidi06@gmail.com; santoso.tri.raharjo@unpad.ac.id )

“Jika kita berhenti memandang orang miskin sebagai korban atau beban dan mulai mengenali
mereka sebagai pengusaha yang tangguh dan kreatif, sebuah dunia baru berpeluang akan terbuka
(Prahalad ,2009)

Abstrak
Tesis ini dilatarbelakangi oleh permasalahan kemiskinan yang masih saja menjadi beban
dunia. Sudah banyak upaya untuk menanggulanginya. Sudah banyak penelitian untuk mengkajinya.
Namun upaya dan kajian itu pada umumnya memandang kemiskinan dari perspektif masalah. Tesis
ini mengkaji kemiskinan dari perspektif kekuatan. Perspektif ini meyakini bahwa setiap individu
mempunyai kekuatan. Penjabaran perspektif kekuatan dalam tesis ini menggunakan konsep yang
dikembangkan oleh Clay Graybeal yaitu Resources, Options, Possibilities, Exceptions, dan Solutions
(ROPES).
Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pendekatan
ini digunakan karena penggalian aspek-aspek kekuatan tersebut (ROPES) memerlukan deskripsi
yang mendalam. Subyek penelitian ini adalah orang miskin yang menjadi peserta Program Keluarga
Harapan (PKH) di Desa Hegarmanah, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Informannya
adalah 4 orang peserta PKH dan 3 orang tokoh masyarakat yang ditentukan secara purposive. Teknik
pengumpulan yang digunakan adalah wawancara mendalam.

Kata Kunci: Kemiskinan, Perspektif Kekuatan

Pendahuluan kemiskinan. Secara politis PBB tahun 2000


memfasilitasi terselenggaranya Millenium
Salah satu masalah sosial yang sudah Summit yang menghasilkan deklarasi MDGs.
berabad-abad tak kunjung terpecahkan hingga Untuk 2015-20130 PBB memfasilitasi
saat ini adalah masalah kemiskinan. Secara pertemuan negara-negara anggotanya dan
statistik hingga saat ini masih ada ratusan juta menghasilkan deklarasi Sustainable
penduduk dunia ini yang berada di bawah garis Development Goals (SDGs). Ini memberikan

46
118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)
VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129
JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

indikasi bahwa kemiskinan masih merupakan poverty lead to different ways to tackle it”. (UN
permasalahan yang menjadi perhatian serius High Commisioner for Human Rights,
dunia. Di tingkat nasional, Indonesia sendiri 2012:1). Pernyataan ini memberikan inspirasi
juga memandang kemiskinan ini sebagai peneliti untuk memandang kemiskinan tidak
permasalahan yang serius, sehingga tahun dari sisi yang selama ini banyak digunakan,
2010 pemerintah mengeluarkan program baik oleh praktisi maupun teoritisi, baik oleh
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan pemerintah, LSM maupun organisasi
membentuk Tim Nasional Percepatan internasional. Sisi yang akan digunakan disini
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang adalah sisi kekuatan dari orang miskin. Dengan
dipimpin langsung oleh Wakil Presiden. kata lain peneliti akan meneliti orang miskin
dari perspektif kekuatan.
Pekerjaan Sosial adalah satu profesi
yang sudah berabad-abad pula terlibat dalam Dengan cara pandang yang berbeda,
penanganan orang miskin. Secara tradisional maka penelitian ini akan memberikan
Pekerjaan Sosial menggunakan problem based pemahaman yang berbeda terhadap
perspective dalam keterlibatannya menangani kemiskinan. Memahami kemiskinan dari
orang-orang miskin. Artinya perhatian perspektif kekuatan akan mendapatkan
penanganan kemiskinan difokuskan pada gambaran tentang kekuatan yang dipunyai oleh
penanganan permasalahan atau kelemahan- orang miskin. Jika pemahaman ini digunakan
kelemahan yang dihadapi orang miskin. Pada dalam penanganan kemiskinan, maka
tiga dasa warsa terakhir ini muncul strengths pendekatan dan cara berpikir dalam
based perspective di kalangan praktisi menentukan kebijakan maupun program
Pekerjaan Sosial. Perspektif ini mengkritisi pengentasan kemiskinan akan berbeda pula.
perspektif berbasis masalah yang dianggap Perbedaan ini terjadi karena dengan
tidak efektif menghasilkan perubahan perilaku menggunakan perspektif kekuatan, arah dari
yang sustainable, bahkan menumbuhkan penyusunan kebijakan maupun program
ketergantungan terhadap sumber-sumber di adalah mendayagunakan kekuatan atau sumber
luar dirinya (Laura Ellis and Elaine Weekse, daya orang miskin, bukan mengatasi
2011:1). Kritik lain juga ditujukan terhadap kelemahan atau kekuarang orang miskin.
perspektif berbasis masalah ini. Laursen Dengan cara pandang yang berbeda, hasil
(2003)mengemukakan bahwa pendekatan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah
deficit akan memberikan dampak turunnya satu bahan masukan untuk pengembangan
motivasi dan aspirasi untuk unggul (dalam kebijakan dan program-program pengentasan
Maryann Roebuck, 2007:5). kemiskinan di masa yang akan datang.
Jika perspektif berbasis masalah
memfokuskan perhatian dan intervensinya
pada masalah, maka perspektif berbasis Masalah Kemiskinan
kekuatan justru memfokuskan perhatiannya
Bagi Indonesia sendiri kemiskinan
pada kekuatan dari klien. Perspektif ini
masih saja menjadi masalah serius yang
meyakini bahwa setiap individu mempunyai
dihadapi sejak lama. Seriusnya masalah
kekuatan. bahwa “setiap orang, tanpa kecuali,
kemiskinan ini bagi Indonesia dapat dilihat
mempunyai asset internal dan eksternal,
dari kebijakan pemerintah dalam
kompetensi, serta sumber daya (Dennis
menanggulangi kemiskinan. Ada dua
Saleeby, 2000, 127), tentu termasuk orang
kebijakan pemerintah yang fenomenal dalam
miskin.
penanggulangan kemiskinan. Pertama
Satu hal lagi yang melatarbelakangi kebijakan pemerintah yang dikenal dengan
penelitian adalah bahwa “Different Program Inpres Desa Tertinggal (IDT).
understandings of poverty, different Program ini merupakan upaya pemerintah
approaches and ways of thinking about dalam penanggulangan kemiskinan secara

47
118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)
VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129
JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

nasional dan terpadu. Bukan upaya nasional menjadi lebih besar karena kemiskinan juga
yang sektoral, yang sebelumnya dilakukan menjadi akar permasalahan berbagai masalah
oleh pemerintah. Program ini dikeluarkan sosial. “It’s unquestionable that crime ranks
melalui Inpres No. 5 tahun 1993 tentang high among the effects of poverty” , Causes &
Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan. Effects of Poverty On Society, Children &
Pelaksanaan program IDT ini dikoordinasikan Violence poverties.org Research for social &
oleh Badan Perencanaan Pembangunan economic development - See more at:
Nasional (Bappenas). Ke dua kebijakan http://www.poverties.org/effects-of-
pemerintah yang lebih dikenal sebagai poverty.html#sthash.lFOQKxdi.dpuf
Program Percepatan Penanggulangan Published March 2011 - Updated May
Kemiskinan. Seperti halnya dengan Program 2013:8). Bukan hanya kriminalitas,
IDT, program ini juga bersifat nasional dan kemiskinan juga dapat mengakibatkan gizi
terpadu atau lintas sektoral. Program ini buruk, sehingga rentan terhadap penyakit dan
didasari oleh Perpres No. 15 tahun 2010 bahkan kematian. Kemiskinan juga dapat
tentang Percepatan Penanggulangan menjadi faktor penyebab rendahnya tingkat
Kemiskinan. Pelaksanaan program ini pendidikan. Jadi sangatlah wajar jika UUD
dikoordinasikan oleh Tim Nasional Percepatan 1945 mengamanatkan agar fakir miskin
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang dipelihara oleh negara
secara nasional diketuai langsung oleh Wakil
Presiden. Jika pemerintah pusat mengeluarkan Kemiskinan merupakan salah satu
kebijakan nasional, yang terpadu, maka fenomena sosial yang mendapat perhatian dari
kebijakan ini dapat mengindikasikan seriusnya berbagai disiplin ilmu. Perhatian dari disiplin
masalah kemiskinan yang dihadapi Indonesia, ilmu ini antara lain berupa pemahaman tentang
apalagi Wakil Presiden sendiri yang kemiskinan, dalam bentuk definisi atau
memimpin pelaksanaan kebijakan ini. pengertian maupun karakteristik kemiskinan,
serta faktor-faktor yang terkait dengan
Secara statistik jumlah penduduk kemiskinan. Karena masing-masing disiplin
miskin di Indonesia juga dapat dijadikan ilmu mempunyai obyek formal dan obyek
indikator keseriusan masalah kemiskinan. material, maka masing-masing disiplin ilmu
Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin di akan mempunyai perspektif yang berbeda
Indonesia diperkirakan berjumlah 31,02 juta dalam memandang dan memahami
jiwa (BPS, 2010). Jumlah penduduk miskin kemiskinan. Karena perspektif yang berbeda,
(penduduk dengan pengeluaran per kapita per maka akan diperoleh berbagai definisi dan
bulan di bawah Garis Kemiskinan) di kerakteristik kemiskinan
Indonesia pada Maret 2010 mencapai 31,02
juta (13,33 persen). Jumlah ini turun 1,51 juta Adanya berbagai definisi dan
dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin karakteristik tentang kemiskinan ini
pada Maret 2009 yang sebesar 32,53 juta mengindikasikan bahwa kemiskinan ini
(14,15 persen). Meskipun jumlah penduduk multidimensional. Masing-masing disiplin
miskin di Indonesia menunjukkan akan memandang, memahami, dan kemudian
kecenderungan menurun, namun secara mendefinisikan serta mendeskripsikan
absolut jumlah penduduk miskin ini masih kerakteristik kemiskinan sesuai dengan
sangat besar, 31 juta jiwa. Sesuai dengan UUD dimensi yang menjadi fokus perhatian masing-
1945 negara harus menanggung beban ini. masing disiplin ilmu. Perbedaan pemahaman
Artinya keberadaan penduduk miskin di tentang kemiskinan ini mengakibatkan adanya
Indonesia masih menjadi masalah yang besar. perbedaan pendekatan dan cara berpikir
tentang kemiskinan. Perbedaan-perbedaan ini
Permasalahan kemiskinan bukan pada akhirnya akan mengakibatkan terjadinya
semata-mata berupa beban Negara untuk perbedaan cara dalam menanggulangi
memelihara penduduk miskin sesuai amanat kemiskinan. Itulah yang telah terjadi selama
UUD 1945. Permasalahan kemiskinan ini ini.

48
118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)
VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129
JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

Masing-masing pendekatan ini tentu Dari Problems Perspective ke Strengths


mempunyai fokus perhatian yang berbeda- Perspective
beda. Karena fokus perhatiannya berbeda,
maka pijakan awal dari tindakan dalam Perspektif berbasis masalah atau
mengatasi masalah kemiskinan ini juga problem based perspective ini disebut juga
berbeda. Kebijakan maupun program yang “the deficit approach, the problem-based
dikeluarkan pun dapat berbeda-beda pula. Atas approach”. Perspektif ini digunakan dalam
dasar hal tersebut, maka sah saja kemiskinan praktik Pekerjaan Sosial sejak “kelahiran”
ini dipandang dari perspektif kekuatan. profesi ini. Perspektif ini terus digunakan oleh
para Pekerja Sosial dalam menangani masalah
sampai dengan munculnya perspektif berbasis
kekuatan. Perspektif berbasis masalah adalah
Pekerjaan Sosial dan Kemiskinan cara pandang Pekerja Sosial dalam menangani
masalah yang terfokus pada masalah-masalah
Bagi Pekerjaan Sosial, kemiskinan
atau kekurangan dan kebutuhan kliennya.
merupakan “major problem”. Sejarah lahirnya
Dengan perspektif ini tindakan-tindakan
profesi Pekerjaan Sosial ini tidak dapat
pertolongan yang dilakukan Pekerja Sosial
dilepaskan dari upaya mengatasi permasalahan
terfokus pada tindakan untuk mengatasi
kemiskinan, yang pada awalnya masih dalam
masalah dan memenuhi kebutuhan kliennya.
bentuk kegiatan charity. Dalam sejarahnya
kontribusi Pekerjaan Sosial dalam penanganan Perspektif berbasis masalah ini sering
kemiskinan diawali dengan kegiatan charity disebut juga “pathologist approach”, karena
secara individual. Orang-orang membantu pengaruh pendekatan yang digunakan dalam
orang miskin karena dilandasi sikap charity, praktik kedokteran, yang memang
amal, berdasarkan ajaran agama. Kegiatan menggunakan pendekatan patologis atau
membantu orang miskin ini kemudian “diagnostic approach”. Secara historik
berkembang dalam bentuk kegiatan yang kelahiran Pekerjaan Sosial sebagai profesi
terorganisasikan. Muncullah organisasi- tidak dapat dilepaskan dari pengaruh praktik
organisasi kemasyarakatan yang kedokteran, karena “dibidani” oleh seorang
mengorganisasikan dan menyelenggarakan dokter (Mary Richmond). Perspektif berbasis
bantuan-bantuan bagi orang-orang miskin. masalah ini kemudian secara tradisional
Pemberian bantuan kepada orang miskin mendominasi praktik pemberian pertolongan
dilakukan secara terorganisasi. Meskipun yang dilakukan para Pekerja Sosial.
kegiatan pemberian bantuan kepada orang Pada dua dekade terakhir muncul
miskin sudah mengalami perkembangan dalam perspektif baru, yaitu “Strengths Perspective”.
penyelenggaraanannya, namun masih semata- Perspektif ini memfokuskan pandangannya
mata didasari oleh motif charity. Di Eropa dan terhadap penyandang masalah pada sisi
Amerika Serikat organisasi-organisasi kekuatan yang ada pada penyandang masalah,
kemasyarakatan yang menghimpun para bukan pada masalah atau kekurangan.
pekerja sosial ini didominasi oleh organisasi Sebelum istilah perspektif berbasis kekuatan
yang berbasis keagamaan, terutama gereja. ini digunakan, sudah ada beberapa pendekatan
Sampai akhirnya lahirnya Pekerjaan Sosial yang sangat mirip dengan perspektif berbasis
professional sebagai sebuah profesi. Para kekuatan, seperti “development resilience”,
pekerja sosial professional ini adalah para “healing and wellness”, “solution focused
aktivis sosial yang dididik dalam pendidikan therapy”, “asset-based community
formal Pekerjaan Sosial. Dari sini dapat development”. (Saleebey, 2002). Perspektif
terlihat betapa sangat eratnya kaitan berbasis kekuatan atau “the strengths-based
permasalahan kemiskinan dengan profesi perspective” itu sendiri mulai digunakan sejak
Pekerjaan Sosial. tahun 1980.

49
118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)
VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129
JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

Perspektif ini memandang bahwa tidak mampu mereka capai menyebabkan


“setiap orang mempunyai sumber daya dan secara sasat mata seakan-akan mereka adalah
kapasitas untuk mengembangkan kehidupan orang-orang yang tidak berdaya, yang hanya
mereka yang belum dimanfaatkan” (Saleeby dapat menunggu bantuan atau tindakan amal
dalam Graeme Stuart., 2012,1) Dalam orang lain. Lebih lanjut Prahalad
melaksanakan intervensi terhadap klien, mengemukakan bahwa “orang miskin
Pekerja Sosial memfokuskan pada kekuatan bukanlah penguras sumber daya dari orang-
yang ada pada klien, daripada masalah, orang kaya di dunia ini. Mereka itu dapat
kekurangan, dan hal-hal yang bersifat menjadi sumber inovasi dan pada akhirnya
pathologis (Chapin, 1995; Early & GlenMaye, justru menjadi mesin perputaran perdagangan
2000; Saleebey, 1992d; Weick et al., 1989, global dan kemakmuran”
dalam Graeme Stuart, 2012,1)). Treatment
yang dilakukan adalah mendayagunakan
kekuatan-kekuatan klien yang dihasilkan dari ROPES
asesmen, bukan mengatasi masalahan klien Bahwa perspektif berbasis kekuatan
Jadi sejak munculnya perspektif memandang penyandang masalah dari
tersebut, mulailah terjadi pergeseran perspektif masalahnya tetapi dari kekuatannya, bukan
dari perspektif berbasis masalah ke perspektif berarti perspektif ini menyangkal adanya
berbasis kekuatan. Perspektif ini seharusnya masalah. “It is important to understand the
juga terjadi dalam penanganan masalah strengths-based approach is not about denying
kemiskinan. Sudah saatnya terjadi perubahan that people do experience problems and
cara pandang terhadap orang miskin. Sudah challenges and these issues do need to be taken
saatnya masalah kemiskinan ini dipandang dari into consideration of a more holistic
perspektif kekuatan. Perspektif ini meyakini approach”. (Wayne Hammond,2010:1).
bahwa “setiap orang, tanpa kecuali, Dalam bahasa yang lain Saleebey
mempunyai asset internal dan eksternal, mengemukakan bahwa “perspektif kekuatan
kompetensi, serta sumber daya (Dennis bukan berarti meninggalkan sama sekali model
Saleebey, 2000, 127). medik atau patoologis.Schizophrenia adalah
nyata. Kekerasan seksual adalah nyata”
“Jika kita berhenti memandang orang (Dennis Saleebey, 2001:233). Demikian pula,
miskin sebagai korban atau beban dan mulai kemiskinan itu nyata. Perpsektif berbasis
mengenali mereka sebagai pengusaha yang kekuatan tidak menolak adanya kenyataan
tangguh dan kreatif, sebuah dunia baru
bahwa orang mengalami kemiskinan.
berpeluang akan terbuka (Prahalad ,2009). Perspektif ini hanya melihat sisi atau dimensi
Kita sering kali keliru memberikan persepsi lain dari penyandang masalah. Perspektif ini
terhadap orang miskin. Kita sering kali hanya melihat sisi lain dari orang miskin.
berpikir bahwa orang-orang miskin itu
senantiasa menunggu uluran tangan kita, Penelitian ini merupakan kegiatan
menunggu bantuan kita, menunggu amal kita, asesmen berbasis kekuatan terhadap orang
padahal pikiran kita ini tidak selalu benar. miskin. Penjabaran dari kekuatan ini
“Secara keseluruhan orang miskin tidak menggunakan konsep yang telah
mencari amal kita; mereka mencari dikembangkan oleh Clay Graybeal
kesempatan untuk menggunakan keterampilan (2001;p237-238) yaitu Resources, Options,
dan tenaga mereka untuk memperbaiki Possibilities, Exceptions, dan Solutions
keadaan mereka” .(A New Paradigm for (ROPES). Graybeal telah menggunakannya
Poverty Relief, Posted by: john in Books , sebagai kerangka acuan dalam melakukan
2011). Mereka adalah orang-orang yang selalu asesmen Pekerjaan Sosial dengan strengths
mencoba berusaha untuk memperoleh sesuatu perspective. Resources disini meliputi sumber-
guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. sumber :Pribadi, Keluarga, Lingkungan
Hanya saja, kemampuan dan kesempatan yang sosial,Keorganisasian, dan Komunitas .
Sementara itu Options yang dilakukan meliputi

50
118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)
VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129
JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

: Fokus perhatian saat ini, Apa yang dapat kesempatan mereka untuk menambah
diakses saat ini, Apa yang tersedia dan belum penghasilan keluarga dengan berdagang,
dicoba atau digunakan. Sedangkan menjadi buruh cuci ataupun juru masak
Possibilities menyangkut Fokus masa depan, mahasiswa pondokan. Sikap masyarakat yang
Imaginasi, Kreativitas, Visi masa depan, tidak membeda-bedakan statstus ekonomi, ikut
Permainan, serta Gagasan-2 yang belum memberikan ketenangan bagi orang miskin.
dilakukan. Exceptions dihadapi meliputi Mereka tidak perlu merasa rendah diri, karena
situasi pada Saat masalahnya tidak terjadi, Saat masyarakat menghargainya. Kelembagaan
mengalami permasalahan berbeda, Saat yang ada di lingkungannya, seperti PKK,
sebagian dari hipotesis di masa depan terjadi, belum memberikan manfaat yang nyata bagi
dan Perjuangan menjaga keselamat, bertahan, mereka. Sumber-sumber pelayanan dari
dan terus berjuang. Terakhir adalah Solutions pemerintah yang ada di desanya sudah
meliputi konstruksi solusi bukan pada memberikan manfaat nyata, seperti Perogram
pemecahan masalah, solusi yang dapat Keluarga Harapan (PKH), Kartu Indonesia
berjalan, keberhasilan yang sudah dicapai, Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP).
rencana melanjutkan usaha yang berhasil, Meskipun belum mampu mengentaskan
hikmah-hikmah yang dialami, rencana mereka dari kemiskinan, sekurang-kurangnya
tindakan atas hikmah-hikmah yang terjadi. sudah membantu mereka bertahan hidup.
Setiap keluarga memiliki pilihan-
Potret Orang Miskin pilihan untuk menjalani kehidupan
keluarganya. Pilihan-pilihan tersebut dapat
Hasil penelitian memberikan gambaran dilihat dari pandangan mereka atas masa
bahwa orang miskin yang kebetulan masih depan, impian-impian, kreatifitas, visi ke masa
berada pada usia produktif selalu berusaha depan, kesenangan, atau tentang sesuatu hal
menjaga kesehatan. Mereka juga rajin yang ingin mereka coba. Pilihan untuk
berolahraga dengan mengikuti kegiatan senam. memberikan prioritas pada keberlangsungan
Tujuannya agar dapat tetap beraktivitas perkembangan anak-anaknya, baik
memenuhi kebutuhan keluarga. Mereka juga pendidikan, ekonomi, maupun kebahagiannya
melakukan rekreasi, meskipun hanya sekedar telah memberikan kekuatan dan motivasi
jalan-jalan ke mal bersama anak. Bersabar dan untuk terus bertahan dan berjuang. Demikian
ikhlas menjalani kehidupan ini memberikan pula dengan perbaikan ekonomi keluarga,
ketenangan dalam menghadapi dengan melakukan usaha-usaha untuk
ketidakmampuan ekonomi. Keluarga menjadi meningkatkan penghasilan keluarga. Mereka
sumber kekuatan dan motivasi untuk bertahan menginginkan anak-anak mereka kelak
menghadapi permasalahan kemiskinan memperoleh jodoh terbaik. Beberapa informan
keluarganya. Anak yang sehat, yang taat pada bahkan bercita-cita dapat menjalankan ibadah
orang tua, yang rajin sekolah, merupakan umroh kelak, membuka warung nasi, serta
sumber semangat untuk bertahan. Kerabat juga suami yang baik. Rumah yang layak huni juga
memberikan kontribusi yang signifikan dalam merupakan impian keluarga. Beberapa
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Saling informan memiliki keterampilan merias, dan
menolong di antara kerabat memperingan mampu menari tradisional. Selain itu kegiatan
beban hidup. Kepedulian tetangga menambah berolah raga juga merupakan aktivitas rutin
ketenangan. Beberapa program pemerintah yang biasa dilakukan. Mereka memiliki cita-
sebetulnya dapat menambah kekuatannya, cita dan visi untuk memperbaiki
namun belum semuanya diakses. Para ibu kehidupannya, dengan tetap sabar dan tabah
rumah tangga dari keluarga miskin ini telah menjalaninya.
memilih untuk fokus mencari penghasilan bagi
Beberapa aspek berkenaan dengan
keluarganya. Kemampuan memanfaatkan
pengecualian-pengecualian antara lain asumsi
situasi atau peluang usaha akibat munculnya
tentang seandainya masalah kondisi miskin
pondokan-pondokan mahasiswa, memberikan

51
118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)
VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129
JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

mereka tidak terjadi, atau kalau masalahnya kemiskinan. Mengapa kekuatan-kekuatan itu
berbeda, perkiraan asumsi kehidupan mereka tidak didayagunakan? Karena program-
di masa depan, dan yang terpenting adalah program pengentasan kemiskinan selama ini
bagaimana keluarga mereka dapat tetap menggunakan “problem based perspective”,
bertahan menghadapi kemiskinan. Pernikahan sehingga perhatian dan intervensinya terfokus
usia dini, perceraian dan penikahan berulang, pada permasalahan, kekurangan, atau
ditenggarai merupakan penyebab timbulnya kelemahan yang ada pada mereka untuk
kemiskinan. Hal yang membuat mereka dapat diatasi. Dengan perspektif kekuatan ini
bertahan hingga saat ini adalah keyakinan diharapkan akan ada perubahan kebijakan
yang kuat atas agama, serta keberadaan anak- dalam mengentaskan masalah kemiskinan ini.
anak merupakan faktor kuat yang membuat
Sasaran dari penggunaan perspektif
mereka bertahan. kekuatan dalam memecahkan masalah
Orang miskin juga memiliki alternatif- (kemiskinan) adalah mendayagunakan
alternatif solusi . Upaya yang telah dilakukan kekuatan yang ada pada penyandang masalah.
antara lain mengumpulkan modal dari Dengan demikian, implikasi dari hasil
penghasilannya sehari-hari. Tujuannya untuk penelitian ini adalah mendayagunakan
berwirausaha di kemudian hari, seperti kekuatan-kekuatan yang pada pada orang
misalnya membuka warung nasi, warung miskin tersebut. Dalam kasus orang miskin
kelontong, maupun menjadi pedagang kaki yang menjadi peserta Program Keluarga
lima agar bisa membantu suaminya bekerja. Harapan (PKH), maka tanggung jawab
Selain itu mereka berupaya meningkatkan mendayagunakan kekuatan-kekuatan yang ada
keterampilan tata rias, kemampuan memasak pada peserta PKH ini dapat dibebankan kepada
untuk membuka warung nasi. Selain itu juga para Pendamping PKH.
tetap memelihara kesehatan keluarga. Para pendamping PKH ini perlu diberi
pelatihan pengembangan perspektif kekuatan.
Penutup Mereka perlu melakukan asesmen ulang
terhadap keluarga-keluarga miskin peserta
Telah dikemukakan bahwa perspektif
PKH. Hasil asesmen berbasis kekuatan ini
kekuatan ini didasari suatu prinsip bahwa
dijadikan pijakan untuk menyusun program-
setiap individu itu mempunyai kekuatan,
program dengan tujuan mendayagunakan
demikian juga dengan keluarga miskin.
kekuatan-kekuatan yang ditemukan untuk
Berbagai kekuatan telah digali pada keluarga
mengatasi masalah kemiskinan mereka.
miskin ini. Dengan menggunakan konsep
ROPES dari Clay Graybeal penelitian ini telah
menemukan kekuatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Penggunaan perspektif kekuatan bukan
serta merta meniadakan permasalahan. Graybeal, Clay, 2001, Strengths-Based Social
Perspektif ini hanya merupakan cara Work Assessment: Transforming the
memandang suatu permasalahan dari sisi Dominant Paradigm, Families
kekuatan. Penggunaan perspektif kekuatan Society, The Journal of
dalam mengkaji kemiskinan, tidak serta merta Contemporary Human Services, Vol
meniadakan kemiskinan tersebut. 82, No. 3.
Meskipun berbagai kekuatan telah Laura Ellis and Elaine Weekse, 2011, Why
ditemukan, namun pada kenyataannya saat ini Use a Strengths-Dede Approach
mereka miskin. Hal dapat terjadi karena Instead of a Deficit-Based
kekuatan-kekuatan yang ada pada mereka itu Approach?,
tidak atau belum didayagunakan, baik oleh www.mtroyal.ca/cs/groups/
mereka sendiri maupun oleh para pengelola public/.../pdf
dan pelaksana program-program pengentasan _why_strengths_not_deficit.pdf

52
118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)
VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129
JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

Maryann Roebuck,2007, The Strength-Based Office of the United Nations High


Approach : Philosophy and Principles Commissioner for Human Rights
for Practice, Principles and Guidelines for Human
Rights Approach to Poverty
Raharjo, ST. 2015. “Pekerjaan Sosial Reduction Strategies, 1991, What
Generalis, Suatu Pengantar Bekerja Poverty is, http://www.thl.fi/thl-
Bersama Organisasi dan Komunitas”, client/pdfs/b8f78a80-ac1d-49ff-a50a-
Edisi Revisi Buku, Unpad Press, f6e14fd80dde diunduh 15
januari2015
Raharjo, ST. 2015. “Dasar Pengetahuan
Pekerjaan Sosial”, Buku, Unpad Press Office of the United Nations High
Commissioner for Human Rights
Raharjo, ST., Taftazani, BM., Apsari, NC.,
Principles and Guidelines for Human
Santoso, MB. 2016. “PANDUAN
Rights Approach to Poverty
PRAKTIKUM MIKRO (Konseling
Reduction Strategies [online]
dan Pengembangan Diri)”. Buku.
Available at ,
Unpad Press.
http://www.ohchr.org/Documents/Pu
Raharjo, ST. 2015. “Assessment dan blications/ PovertyStrategiesen. pdf >
Wawancara dalam Prakti Pekerjaan [Accessed 10 January 2012]
Sosial dan Kesejahteraan Sosial”,
Social Work Policy Institute, 2013, Poverty –
Edisi Revisi Buku, Unpad Press
http://www.socialworkpolicy.org
Saleebey, Dennis, 1996, Strengths Perspective research/poverty.html 2feb2013)
in Social Work Practice : Extentons
The World Bank , 2001, World Development
and Cautions, National Association of
Report 2000/2001, Attacking, © 2001
Social Works Inc.
The International Bank for
--------------, 2000, Poer in The People; Reconstruction and Development /
Strengths and Hope, in Advances in The World Bank, 1818 H Street,
Social Work, Vol, 1 No. 2, Indiana N.W., Washington, D.C. 20433,
University School of Social Work. U.S.A.

--------------, 2006, Strengths Perspective in United Nations, 1995, World Summit for
Social Work Practice, 4/e, Allan Social Development, Copenhagen,
Bacon 75 Arlington, Boston. Denmark,
www.un.org/documents/ga/conf166/
Tammie O’Nei, 2006, Human Rights and aconf166-9.htm, diunduh
Poverty Reduction: Realities, 25agustus2015
Controversies and Strategies, An ODI
Meeting Series (editorial), Overseas --------------------, 2013, The Millennium
Development Institute 2006. Development Goals Report. New
York,
BPS, 2009, Profil Kemiskinan di Indonesia
Maret 2009, Berita Resmi Statistik
BPS, No. 43/07/Th. XII, 1 Juli 2009 ,
Jakarta.
------------, 2010, Profil Kemiskinan di
Indonesia Maret 2010, Berita Resmi
Statistik, BPS, No.45/07/Th. XIII, 1
Juli 2010, Jakarta.

53

Anda mungkin juga menyukai