Anda di halaman 1dari 3

Judul : Agama dalam Pandangan Weber

Nama : Pandu Waliyyu Ramadhon

NPM : 1606831823

Refrensi :

Johnson, D. P. (1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jilid 2. Jakarta: Gramedia.

Pengaruh Ide Agama

Weber mengakui pentingnya kondisi materil dan posisi kelas ekonomi dalam
mempengaruhi kepercayaan, nilai, dan perilaku manusia. Dia berusaha untuk
memperluas pandangan Marx mengenai stratifikasi. Namun, Weber kurang sepakat bila
perilaku manusia hanya dipengaruhi oleh ekonomi dan kondisi materil, tanpa
memandang agama sebagai salah satu faktor yang juga berperan dalam pembentukan
perilaku manusia.Weber menyatakan bahwa orang mempunyai kepentingan ideal dan
materil. Kepentingan ideal dapat mempengaruhi motivasi manusia secara independen,
kendati kadang-kadang bertetangan dengan kepentingan materilnya.

Protestan dan Perkembangan Kapitalisme

Dalam bukunya yang berjudul The Protestant Ethic and the Spirit of
Capitalisme, berusaha menjelaskan secara kesluruhan mengenai pengaruh ide-ide yang
bersifat independen dalam perubahan sejarah. Secara sederhana, dia memberikan
penjelasan mengenai aspek-aspek tertentu dalam etika protestan merupakan perangsang
yang kuat dalam meningkatkan pertumbuhan sistem ekonomi kapitalis dalam tahap-
tahap pembentukannya.

Pengaruh yang merangsang ini dapat dilihat sebagai suatu elective affinity
(konsistensi logis dan pengaruh motivasional yang bersifat mendukung secara timbal-
balik) antara tuntutan etis tertentu yang berasal dari kepercayaan Protestan dan pola-
pola motivasi ekonomi yang perlu untuk pertumbuhan sistem kapitalisme.
Baik Protestantisme maupun kapitalisme menyangkut pandangan hidup yang
rasional sistematis. Etika protestan memberi tekanan pada usaha menghindari
kemalasan dan menekankan kerajinan dalam melaksanakan tugas dalam semua segi
kehidupan, khususnya dalam pekerjaan dan kegiatan ekonomi.

Dia menekankan hubungan yang saling bergantung, sehingga dia pun


berpendapat Protestantisme juga dipengaruhi oleh pertumbuhan kapitalisme. Hingga
kita dapat menyimpulkan bahwa Protestantisme membantu pertumbuhan kapitalisme di
masa awalnya, tapi akhirnya dirusak oleh bentuk kapitalisme itu sendiri yang sudah
benar-benar sekuler.

Protestantisme sebagai Protes terhadap Katolisisme

Bagi Weber, etika Protestan memperlihatkan suatu orientasi agama yang bersifat
asketik dalam dunia yang jauh lebih lengkap daripada agama besar apa pun lainnya,
termasuk Katolisisme. Bersama dengan pergeseran dalam tekanan pada peran yang
tepat dan ruang lingkup gereja, pembaru-pembaru Protestan merendahkan pejabat-
pejabat gereja yang secara religius lebih unggul.

Sebaliknya, mereka mengemukakan semua orang sama di mata Allah dan


memiliki kesempatan yang sama pula untuk mengabdi kepada Allah menurut
pangglannya sendiri. Kehidupan agama tidak terbatas pada keikutsertaan dalam
kehidupan sakramental gereja; kewajiban-kewajiban itu juga meliputi pekerjaan
seseorang, dan sesungguhnya mencakup keseluruhan hidupnya. Gambaran singkatnya,
kekhasan Protestan adalah bahwa orang yang sangat setia pada pekerjaannya dilihat
sebagai tugas agama.

Etika Protestan dan Proses Sekularisasi

Weber menekankan bahwa ide-ide tertentu dalam Protestantisme


memperlihatkan suatu perubahan dari tradisionalisme ke suatu orientasi yang lebih
rasional. Etika Protestan membawa sukses dalam bidang materi, khususnya dalam hal
ilmu pengetahuan dan ekonomi. Godaan untuk menikmati hasilnya membantu
hilangnya motivasi agama untuk mengikuti gaya hidup asketik yang dituntut oleh
Protestantisme. Tekanan agama Protestan pada kegiatan dunia ikut menghasilkan suatu
situasi dimana dunia adiduniawi dan dunia sesudah kematian itu pelan-pelan hilang dari
kesadaran.

Protestantisme Dibandingkan dengan Agama-agama Lain

Dalam membandingkan pelbagai agama lain di dunia dengan Protestan,


penekanan Weber pada pengaruh sistem kepercayaan agama-agama itu terhadap pola
motivasi dan tindakan dalam dunia sekuler, khususnya ekonomi. Bahwa orang Hindu
yang setia mengikuti kewajiban sesuai kastanya, biarawan Budha yang berusaha
menjauhkan diri dari dunia untuk hidup dalam kemiskinan, pemuda Konfusian dengan
rasa susila yang tinggi, Yahudi yang mengajak ummatnya untuk meninggalkan dewi-
dewi kaum kafir yang palsu dan menantikan abad mesianik, hingga orang Katolik yang
setia di abad pertengahan yang dengan penuh kepercayaan melaksanakan upacara-
upacara ritus yang digariskan gereja  semua tipe kepribadian tersebut sangat
bertentangan dengan orang Protestan Borjuis yang tekun bekerja secara sistematis dan
rasional, sebagai suatu panggilan yang bernilai religius.

Kemampuan untuk mendorong tindakan jangka panjang, disiplin, sistematis


dalam pekerjaan sekuler sebagai suatu tugas agama, merupakan kekhasan etika
Protestan menurut Weber. Meskipun pada akhirnya, kapitalisme (dan komitmen
pekerjaan yang menjadi dasarnya) menjadi berdikari dan sebenarnya membantu
kerusakan orientasi agama yang bersifat asketis dalam Protestantisme.

Anda mungkin juga menyukai