Anda di halaman 1dari 129

©GN-PSR 2004, Pengunjung ke: 00007186

KONDISI KELUARGA FAKIR MISKIN


Oleh Gunawan dan Sugiyanto

ABSTRAK

Kondisi Keluarga Fakir Miskin merupakan penelitian kasus di 17 propinsi yang


bertujuan untuk mengetahui karakteristik potensi keluarga fakir miskin. Dari
hasil analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini terungkap,
keluarga fakir miskin mempunyai kemampuan untuk survive dalam berbagai
kondisi. Mereka mempunyai strategi yang handal dalam menanggapi
goncangan. Walaupun di satu sisi strategi yang dibangun dapat berdampak
pada keterlantaran anak.

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang.

Kemiskinan sebagai suatu fenomena sosial tidak hanya dialami oleh


negara negara yang sedang berkembang tetapi juga terjadi di negara yang
sudah mempunyai kemapanan di bidang ekonomi. Fenomena ini pada
dasarnya telah menjadi perhatian, isu, dan gerakan global yang bersifat
kemanusiaan (humanity). Hal ini tercermin dari konferensi tingkat tinggi dunia
yang berhasil menggelar Deklarasi dan Program Aksi untuk Pembangunan
Sosial (World Summit in Social Development) di Compenhagen pada tahun
1995. Salah satu fenomena sosial yang dipandang perlu penanganan segera
dan menjadi agenda Tingkat Tinggi Dunia tersebut adalah kemiskinan,
pengangguran, dan pengucilan sosial yang ada di setiap negara. Secara
konstitusional, permasalahan dimaksud telah dijadikan perhatian utama
bangsa Indonesia sejak tersusunnya Undang-Undang Dasar 1945.

Manifestasi dari komitmen Indonesia dimaksud terlihat dari beberapa


lembaga pemerintah maupun swasta yang mempunyai konsentrasi dalam
penanganan kemiskinan. Berbagai model penanganan kemiskinan yang telah
dijalankan cukup banyak, misalnya Program Kesejahteraan Sosial Kelompok
Usaha Bersama Keluarga Muda Mandiri (Prokesos KUBE KMM), Tabungan
Kesejahteraan Rakyat (Takesra), Kredit Usaha Kesejahteraan Rakyat
(Kukesra), Kredit Usaha Kecil Menengah, Jaring Pengaman Sosial (Social
Safety Net Program) dan lain-lain.

Pada dekade 1976-1996, persentase penduduk miskin di Indonesia


pernah mengalami penurunan yaitu dari 40,1% menjadi 11,3%, namun pada
periode 1996-1998 angka ini menjadi 24,29% atau 49,5 juta jiwa. Bahkan
International Labour Organization (ILO) memperkirakan jumlah orang miskin
di Indonesia mencapai 129,6 juta atau sekitar 66,3% (BPS, 1999). Pada
tahun 2002, persentase kemiskinan telah mengalami penurunan, namun
secara absolut jumlah mereka masih tergolong tinggi, yaitu 43% atau sekitar
15,6 juta (BPS dan Depsos 2002). Diantara angka tersebut, diduga jumlah
fakir miskin relatif banyak. Tanpa mengurangi arti pentingnya pembangunan
yang sudah dilakukan, angka kemiskinan tersebut mengindikasikan konsep
model yang dibangun belum mampu membentuk sosial ekonomi masyarakat
yang tangguh.

Beberapa koreksi dari para ahli menunjuk, bahwa salah satu


permasalahan yang mendasar adalah orientasi pembangunan ekonomi yang
kurang berpihak pada golongan berpenghasilan rendah ekonomi (grass root).
Kondisi ni tercermin dari konsentrasi industrialisasi berskala menengah ke
atas, sehingga sektor ekonomi yang dijalankan oleh sebagian besar
masyarakat kurang diperhitungkan. Menurut catatan Halwani (1999),
sebagian besar (98,2%) adalah unit usaha kecil dan industri rumah tangga
dengan tenaga kerja sebanyak 3.484.408 orang (63,3%). Industri yang
tergolong dalam usaha berskala besar dan sedang (0,8%) dengan tenaga
yang terserap sebanyak 1.691.435. (32,7%). Namun jika hasil nilai tambah
dari dua jenis kegiatan tersebut diperbandingkan, maka hasil yang diperoleh
dari sektor industri kecil masih jauh dari yang harapan yakni sebesar 17,8%
(Rp.2,03 trilyun), sedangkan industri berskala besar (0,8%) telah memberikan
nilai tambah Rp.9,35 trilyun (82,2%).

Dalam kerangka penanggulangan kemiskinan tersebut, hampir semua


kajian masalah kemiskinan berporos pada paradigma modernisasi (the
modernisation paradigm) dan the product cantered model yang kajiannya
didasari teori pertumbuhan ekonomi capital dan ekonomi neoclasic ortodox
(Elson, 1977, Suharto, 2002). Secara umum, pendekatan yang dipergunakan
lebih terkonsentrasi pada individual poverty sehingga aspek structural and
social poverty menjadi kurang terjamah. Dalam Suharto (2002) dikemukakan:
In its standardised conception of poverty, for example, the poor are seen
almost as passive victims and subjects of investigation rather than as human
beings who have something to contribute to both the identification of their
condition and its improvement. Beberapa pendekatan dimaksud tercermin
dari tolok ukur yang digunakan untuk melihat garis kemiskinan pada
beberapa pendekatan seperti Gross National Product (GNP), Human
Development Index (HDI) dan Human Poverty Index (HPI), Social Accounting
Matrix (SAM), Physical Quality of Life Index (PQLI).

Berdasar uraian di atas dapat dikemukakan, bahwa dalam mengatasi


masalah kemiskinan diperlukan kajian yang menyeluruh (comprehensif),
sehingga dapat dijadikan acuan dalam merancang program pembangunan
kesejahteraan sosial yang lebih menekankan pada konsep pertolongan. Pada
konsep pemberdayaan, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya untuk
menolong yang lemah atau tidak berdaya (powerless) agar mampu (berdaya)
baik secara fisik, mental dan pikiran untuk mencapai kesejahteraan sosial
hidupnya. Dalam konteks ini, mereka dipandang sebagai aktor yang
mempunyai peran penting untuk mengatasi masalahnya. Menurut Mujiyadi B.
dan Gunawan (2000), pemberdayaan merupakan suatu proses peningkatan
kondisi kehidupan dan penghidupan yang ditujukan kepada masyarakat
miskin. Masyarakat miskin merupakan sumber daya manusia yang berpotensi
untuk berpikir dan bertindak yang pada saat ini memerlukan “penguatan” agar
mampu memanfaatkan daya (power) yang dimiliki. Uraian ini mengisyaratkan,
bahwa langkah awal dalam penanganan masalah kemiskinan (keluarga fakir
miskin) perlu diidentifikasi potensi yang mereka miliki. Permasalahannya
adalah bagaimana karakteristik potensi yang dimiliki oleh masyarakat miskin.

B. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

1. Kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar

2. Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tanggung jawab dan


peranan sosialnya

3. Strategi keluarga dalam menghadapi permasalahan

C. Konsep

Secara harafiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin diberi arti
“tidak berharta-benda” (Poerwadarminta, 1976). Dalam pengertian yang
lebih luas, kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidak-
mampuan baik secara individu, keluarga maupun kelompok, sehingga
kondisi ini rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial yang lain.

Berbagai sudut pandangan tentang pengertian kemiskinan, pada


dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentuk, yakni kemiskinan
struktural, kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut. Dari ketiga sudut
pandang tersebut, penulis membatasi diri dan lebih menekankan pada
kemiskinan absolut, karena pemahaman dari bentuk kemiskinan ini relatif
lebih mengena dalam konteks fakir miskin. Menurut Ginanjar (1997),
kemiskinan absolut adalah kondisi kemiskinan yang terburuk yang diukur
dari tingkat kemampuan keluarga untuk membiayai kebutuhan yang paling
minimal untuk dapat hidup sesuai dengan martabat hidup sesuai dengan
martabat kemanusiaan. Menurut Nasikun (1995), kondisi yang
sesungguhnya harus dipahami mengenai kemiskinan :

“Kemiskinan adalah sebuah fenomena multifaset, multidimensional,


dan terpadu. Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam
kondisi kekurangan sandang, pangan, dan papan. Hidup dalam
kemiskinan seringkali juga berarti akses yang rendah terhadap
berbagai ragam sumberdaya dan aset produktif yang sangat
diperlukan untuk dapat memperoleh sarana pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan hidup yang paling dasar tersebut, antara lain:
informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan kapital. Lebih dari itu,
hidup dalam kemiskinan sering kali juga berarti hidup dalam
alienasi, akses yang rendah terhadap kekuasaan, dan oleh karena
itu pilihan-pilihan hidup yang sempit dan pengap”.

Pandangan ini mengisyaratkan, bahwa permasalahan kemiskinan tidak


hanya berdiri sendiri, sehingga dalam penanggulangannya menuntut
pemahaman, kecermatan dan kehati-hatian. Di dalam diri masyarakat
miskin tidak hanya terdapat kelemahan (kondisi serba kekurangan), tetapi
dalam diri mereka juga terdapat potensi yang dapat dipergunakan sebagai
modal dasar dalam pengembangan dirinya. Kondisi ini mengisyaratkan
bahwa program penanggulangan kemiskinan harus mampu
mengakomodasikan kedua aspek tersebut. Menurut Koenraad Verhagen,
(1996), melebih-lebihkan kemiskinan kita cenderung melupakan apa yang
mereka miliki. Orang-orang miskin bukanlah orang-orang yang “tidak
memiliki” (havenot). Dari sudut pandang ekonomi mereka adalah orang-
orang yang memiliki sedikit” (have-little) di sisi lain orang-orang miskin
memiliki kekayaan budaya dan sosial. Berkaitan dengan pandangan ini,
Gunawan Sumodiningrat (1977) mengemukakan, bahwa strategi untuk
memberdayakan masyarakat terdapat tiga hal yang harus dilakukan yaitu:
(1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang; (2) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki
masyarakat (empowering); dan (3) Pemberian perlindungan, dalam
proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi lebih lemah.

Berdasar uraian di atas dapat dikemukakan, bahwa dalam konteks


penanggulangan kemiskinan, mereka tidak hanya didekati sebagai objek
(gejala yang diamati), tetapi harus dipandang sebagai subjek atau pelaku
yang dikelompokkan dalam golongan masyarakat yang berpenghasilan
rendah (GMBR). Mereka adalah pelaku yang berperan sepenuhnya untuk
menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya, mengarahkan proses
yang mempengaruhi kehidupannya. Oleh karena itu, dalam kerangka
memahami potensi keluarga miskin, paling tidak terdapat tiga bentuk
potensi yang diamati, yakni:

1. Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar,

Tinjauan tentang kemampuan dalam memenuhi kebutuhan akan dilihat


dari aspek (1) pengeluaran keluarga, (2) human capital atau
kemampuan menjangkau tingkat pendidikan dasar formal yang
ditamatkan, dan (3) security capital atau kemampuan menjangkau
perlindungan dasar.

2. Kemampuan dalam pelaksanaan peran sosial

Tinjauan tentang kemampuan peran sosial akan dilihat dari (1)


kegiatan utama dalam mencari nafkah, (2) peran dalam bidang
pendidikan, (3) Peran dalam bidang perlindungan, dan (4) peran dalam
bidang kemasyarakatan.
3. Kemampuan dalam menghadapi permasalahan.

Tinjauan tentang kemampuan dalam menghadapi permasalahan, akan


dilihat dari upaya mereka lakukan untuk mempertahankan diri dari
tekanan ekonomi dan non ekonomi

D. Metode

Kondisi Keluarga Fakir Miskin, merupakan penelitian yang bersifat


deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang potensi
keluarga fakir miskin. Pemilihan lokasi ditentukan secara purposif di
beberapa daerah yang diperkirakan mempunyai kantong kemiskinan.
Lokasi penelitian yang dipilih adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Lampung, Banten, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan
Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.

Jumlah responden pada setiap lokasi 20 responden. LSM dan


Aparat Pemerintah yang menangani kemiskinan diambil secara purposif
minimal 5 orang perwakilan untuk mendapatkan gambaran efektivitas
program anti kemiskinan dan harapan di masa mendatang. Teknik
pengumpulan data yang dipergunakan adalah: (1) Wawancara untuk
responden keluarga miskin; (2) Focussed Group Discussion (Diskusi
Kelompok Terfokus) untuk berbagai unsur terkait (aparat pemerintah lokal,
dinas terkait, tokoh masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang
ada di daerah setempat); dan (3) Studi Dokumentasi, dengan mempelajari
buku dan atau literatur, hasil-hasil penelitian, catatan tertulis dan
sebagainya yang relevan dengan tujuan penelitian studi kasus ini.

Adapun untuk mengetahui (1) Kemampuan dalam pelaksanaan


peran sosial dan (2) Kemampuan dalam menghadapi permasalahan
digunakan teknik scoring (penilaian). Penentuan nilai berdasar dari
frekuensi peran yang dilaksanakan. Ketentuan penilaian dimaksud adalah:
tidak pernah (skor 1) kadang-kadang (skor 2) dan sering (skor 3).
Responden yang memiliki mean mendekati skor 3 adalah tinggi dan skor
jawaban yang mendekati angka 1 adalah rendah.

II. Hasil Penelitian

A. Karakteristik Responden

Berdasar data dan informasi yang terhimpun dari penelitian ini dapat
dikemukakan, bahwa 221 responden masyarakat terdiri dari 67,5% responden
pria dan 32,5% wanita. Angka ini mengindikasikan, bahwa peran penting dari
keluarga fakir miskin untuk kontribusi dalam penelitian ini lebih didominasi oleh
pria. Kondisi ini terjadi karena eksistensi seorang bapak sebagai kepala keluarga
mempunyai peran publik lebih besar dibanding pria. Sebagian besar responden
(88,8%) berstatus kawin, sisanya adalah janda (6,3%) belum kawin (3,1%) dan
duda (1,9%).

Dari segi usia, sebagian besar (72,59%) responden dalam kategori usia
produktif. Rata-rata responden berusia 40 tahun dengan sebaran antara 26
tahun sampai dengan 50 tahun. Sedangkan sisanya (27,41%) berusia di atas 50
tahun. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai buruh dan nelayan kecil
(56,71%) sedangkan sisanya bekerja di sektor lain. Hasil yang mereka peroleh
untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya yang rata-rata adalah 5 orang
tiap keluarga.

B. Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar


Tinjauan tentang pengeluaran keluarga, dalam penelitian ini
digunakan ketentuan Biro Pusat Statistik (BPS). Dalam ketentuan BPS
(2002) disebutkan, bahwa Garis Fakir Miskin (GFM) dilihat dari
pengeluaran sebesar Rp.91.192,00,- per kapita per bulan atau GFM
keluarga (5 jiwa) sebesar Rp.460.960,-. Berdasar ketentuan ini, maka
angka yang diperoleh dari penelitian ini mengindikasikan bahwa keluarga
respoden tergolong dalam kategori di bawah garis kemiskinan. Rata-rata
pengeluaran keluarga responden per bulan sebesar Rp.386.570,-. Jika
rata-rata tiap keluarga berjumlah 5 orang, maka pengeluaran per kapita
per bulan adalah sebesar Rp.77.314,-.

Angka ini menunjukkan, bahwa rata-rata pengeluaran setiap/hari


hanya sebesar Rp.2.600,- atau Rp.13.000 per keluarga. Jika hanya
mendasarkan pada angka tersebut, maka kondisi ini dapat
diinterpretasikan, bahwa sebagian besar pengeluaran lebih
terkonsentrasi untuk makan sehari-hari dan itupun masih relatif kurang
memenuhi standard. Hal ini sangat dimungkinkan terjadi karena hasil
yang diperoleh dari pekerjaan mereka (buruh dan nelayan kecil) relatif
rendah.

Jenis pekerjaan yang menjadi pilihan mereka diduga mempunyai


keterkaitan dengan rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan
sehingga untuk mengakses peluang pekerjaan yang lebih baik relatif sulit.
Ditinjau dari aspek pendidikan, sebagian besar (69,4%) responden
berpendidikan rendah (SD ke bawah). Secara rinci dapat dikemukakan
sebagai berikut: mereka yang Tidak sekolah (1,2%), Tidak Tamat SD
(27,2), Tamat SD sebesar 41,0%, Tamat SLTP (19,3%), Tamat SLTA
(10,5%), dan tamat Perguruan Tinggi (0,7%). Realitas ini menunjukkan,
bahwa kualitas pendidikan sumber daya manusia keluarga fakir miskin
masih jauh dari standard (ketentuan pemerintah dalam bentuk wajib
belajar 9 tahun).
Di sisi lain, beberapa program yang telah sampai kepada mereka
belum dapat meningkatkan pendapatan keluarga secara maksimal. Hal ini
tercermin dari sebagian besar (80%) peserta diskusi terfokus menyatakan
“program peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam kategori
rendah”, sedang untuk peningkatan pendapatan dinyatakan sedang”.
Alasannya adalah “hampir semua program kurang memberikan bimbingan
keterampilan yang memadai, bahkan terdapat beberapa program yang
tidak mengalokasikan dana untuk kegiatan bimbingan keterampilan
karena sesuai dengan sifat bimbingan program yang berorientasi pada
pencegahan.

Berdasar angka dan uraian di atas dapat diinterpretasikan, bahwa


kemampuan mereka untuk keluar dari permasalahan kemiskinan relatif
sulit. Pada kasus ini, pendapatan (hasil), keterampilan dan pendidikan
yang rendah merupakan suatu mata rantai. Keduanya saling berkaitan
dan saling berpengaruh. Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan pandangan
dari Jalaludin Rachmat (1999), bahwa produktivitas yang rendah,
pendapatan yang rendah menyebabkan pendidikan rendah. Pendidikan
yang rendah mengakibatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang
rendah. Kualitas SDM yang rendah menyebabkan produktivitas yang
rendah dan terus begitu. Rangkaian tersebut sering disebut sebagai
vicious circle atau lingkaran setan kemiskinan.

Ditinjau dari aspek kepemilikan tempat tinggal atau rumah,


sebagian besar (77,1%) keluarga telah memiliki rumah sendiri. Selebihnya
14,8% keluarga masih menumpang dan 5,5% keluarga menempati rumah
sewa atau kontrakan. Meskipun dari aspek pengeluaran mereka tergolong
dalam kategori di bawah garis kemiskinan, ternyata mereka telah mampu
menjangkau perlindungan dasar (security capital). Hal ini tentunya
terlepas dari kondisi memadai atau tidaknya rumah yang mereka tempati.
Sebagai ilustrasi, masih banyak dijumpai tempat tinggal yang berlantai
tanah, sulit menjangkau air bersih, dan kondisi yang lebih memprihatinkan
adalah masih dijumpai tempat tinggal yang tidak memiliki pemisah antara
orang dengan ternak yang mereka pelihara.

Dari realitas di atas, pertanyaannya adalah, mengapa eksistensi


mereka masih tetap bertahan hidup dalam berbagai kondisi termasuk
dalam kondisi krisis sekalipun. Kondisi ini mengindikasikan bahwa sekecil
apapun mereka mempunyai potensi untuk survive. Mereka pada dasarnya
bukan masyarakat yang malas bekerja. Mobilitas pekerjaan yang relatif
tinggi telah menuntut alokasi waktu mereka untuk bekerja rata-rata lebih
dari 10 jam. Hal ini terlihat dari alokasi waktu 38,10% responden untuk
mencari penghasilan tambahan. Jenis pekerjaan untuk memperoleh
penghasilan tambahan cukup bervariasi, antara lain bekerja sebagai
buruh, pedagang, peternak, pengrajin, tukang kayu, nelayan dan jasa. Di
sisi lain, dalam komunitas mereka mempunyai solidaritas yang relatif kuat.
Hal ini ditunjukkan dari kegiatan tolong menolong di antara mereka.

C. Kemampuan dalam Pelaksanaan Peran Sosial

Pokok bahasan tentang peran sosial keluarga fakir miskin pada dasarnya
dapat dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu: (a) Peran dalam
bidang ekonomi (b) Peran dalam bidang pendidikan (c) Peran dalam
perlindungan (d) Peran dalam kemasyarakatan. Tinggi rendahnya
kemampuan seseorang dalam pelaksanaan peran sosial dilihat dari
frekuensi peran yang dilaksanakan. Berdasar hasil skoring dari jawaban
responden yang terhimpun dapat dikemukakan, bahwa nilai kumulatif
peran sosial responden tergolong dalam kategori tinggi, yakni 2,45.
namun jika ditelusuri dari masing masing peran yang dimainkan, ada
salah satu peran yang tergolong dalam kategori rendah (1,57) yakni
pelaksanaan peran sosial mereka dalam kemasyarakatan. Secara
numerik, rincian dari hasil skoring pada masing-masing peran sosial
dimaksud dapat dikemukakan sebagai berikut:
Peran keluarga fakir miskin dalam bidang ekonomi yang dilihat dari
kegiatan utama dalam mencari nafkah memperoleh skor 2,88. Peran
dalam pendidikan (pelaksanaan ibadah atau membimbing keluarga;
menanamkan nilai dan norma; mendorong pendidikan keluarga;
mengerjakan kegiatan kerumah-tanggaan; mengasuh anak dan
mendampingi anak belajar) secara kumulatif memperoleh skor sebesar
2,70, Peran dalam perlindungan (melindungi keluarga, turut memecahkan
masalah keluarga, dan turut serta memelihara kesehatan keluarga)
memperoleh skor 2,64. Sedangkan skor yang diperoleh responden dalam
pelaksanaan peran sosial kemasyarakatan tergolong rendah yaitu 1,57.

Secara numerik, angka di atas menunjukkan bahwa peran sosial yang


dilaksanakan oleh keluarga fakir miskin lebih banyak bersifat intern. Atinya
lebih banyak terkonsentrasi dalam urusan keluarga. Kepala keluarga lebih
banyak mengalokasikan waktunya untuk mencari nafkah, pendidikan dan
perlindungan keluarga. Rendahnya skor responden dalam pelaksanaan
peran sosial kemasyarakatan kurang terintegrasi dalam kehidupan
keluarga. Mereka tidak begitu aktif untuk melakukan kunjungan keluarga,
rekreasi, dan kegiatan lain yang berkaitan dengan kelembagaan. Kegiatan
ini tidak dijadikan sebagai kegiatan prioritas. Menurut Sunyoto Usman
(1998) dalam pendekatan perspektif kultural mendekati masalah
kemiskinan pada analisis tingkat masyarakat, kemiskinan terutama
ditunjukkan oleh tidak terintegrasinya kaum miskin dengan institusi-
institusi masyarakat secara efektif.

Kenyataan ini merupakan suatu fenomena yang umum terjadi pada


keluarga miskin. Kondisi ini dapat dipahami mengingat kegiatan mencari
nafkah merupakan kegiatan utama yang masih perlu diperjuangkan demi
keberlangsungan hidup keluarga. Besarnya tuntutan kebutuhan keluarga
membutuhkan konsentrasi lebih besar sehingga waktu mereka lebih
banyak dihabiskan untuk mencari nafkah dan mengatasi permasalahan
yang dihadapi.
D. Strategi Menghadapi Permasalahan Keluarga.

Strategi keluarga fakir miskin dalam menghadapi permasalahan


keluarga, merupakan salah satu indikator variabel potensi mereka. Dalam
konteks ini kemiskinan tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang
statis, tetapi mempunyai dinamika sesuai dengan tantangan dan
perubahan sosial. Walaupun sebagian dari responden penelitian ini
menanggapi permasalahan keluarga dengan penuh kepasrahan,
kesabaran yang terkesan sebagai sikap apatis pasif.

Dalam tata kehidupan dan penghidupan masyarakat, setiap


keluarga tidak akan terlepas dari permasalahan (goncangan dan
tekanan). Permasalahan yang dimaksud di sini dapat berupa
permasalahan ekonmomi maupun sosial. Dari uraian terdahulu telah
dikemukakan bahwa keluarga fakir miskin mempunyai potensi untuk
survive dalam berbagai kondisi. Dinamika dan mobilitas mereka dalam
pekerjaan relatif tinggi. Dalam rangka menanggapi goncangan dan
tekanan (shock and stress), pada dasarnya mereka mempunyai mereka
mempunyai strategi yang cukup handal. Menurut Edi Suharto (2003)
mereka adalah manajer dengan seperangkat aset yang ada di seputar diri
dan lingkungannya.

Berdasar dari data yang terhimpun melalui penelitian ini terungkap


cukup banyak strategi yang dipergunakan keluarga fakir miskin dalam
menghadapi permasalahannya. Bentuk-bentuk strategi dimaksud dapat
dikemukakan sebagai berikut:

1. Optilalisasi sumber daya manusia (SDM)

Strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk


peningkatan penghasilan karena tuntutan hidup yang semakin besar.
Berbagai bentuk strategi yang dibangun oleh keluarga fakir miskin
antara lain: melakukan aktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja,
memanfaatkan atau mengerahkan anggota keluarga untuk
memperoleh penghasilan. Berdasar hasil skoring, strategi ini
memperoleh nilai 2,70. Secara numerik angka ini menunjukkan, bahwa
strategi dimaksud sering dilakukan. Bahkan dalam strategi ini,
sebagian dari mereka adalah anak yang masih duduk di bangku
sekolah. Jika rata-rata dalam keluarga mempunyai 5 orang anggota,
maka kondisi ini merupakan potensi yang relatif besar untuk
mengakses uang.

Di satu sisi, strategi pelibatan anak dalam peran ekonomi ini


akan memupuk kemampuan anak untuk membaca peluang ekonomi.
Mereka akan lebih mampu memanfaatkan situasi dan kondisi untuk
mengakses uang. Namun di sisi lain, strategi ini akan berdampak pada
pemenuhan kebutuhan hak anak terutama hak untuk memperoleh
pendidikan. Sebagian besar waktu yang seharusnya untuk belajar
mereka pergunakan untuk bekerja atau membantu keluarga dalam
peran ekonomi. Akibat lanjut, kualitas pendidikan anak-anak mereka
relatif rendah. Sadar ataupun tidak, pemanfaatan strategi ini dapat
dikonotasikan sebagai suatu jebakan kemiskinan.

2. Penekanan/pengetatan pengeluaran

Penekanan/pengetatan pengeluaran merupakan strategi yang


bersifat pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya
pengeluaran biaya untuk sandang, pangan, biaya sosial, transportasi,
kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Secara
kumulatif hasil skoring terhadap strategi ini memperoleh nilai 2,76.
Angka ini dapat diterjemahkan, bahwa mereka sering menekan biaya
pengeluaran dan menghindari resiko.
Dalam kerangka penekanan/pengetatan pengeluaran, seringkali
mereka mengabaikan kebutuhan pelayanan untuk kesehatan.
Walaupun mereka telah mempunyai kartu sehat dari Dinas Kesehatan.
Pengurangan pengeluaran biaya kesehatan lebih banyak dilakukan,
karena kesehatan tidak menjadi prioritas utama mereka. Perhatian
mereka lebih terfokus kepada kegiatan yang berhubungan dengan
pencarian nafkah.

3. Pemanfaatan jaringan.

Strategi pemanfaatan jaringan, merupakan salah satu upaya


yang ditempuh oleh keluarga fakir miskin dalam mengatasi masalah
keluarga. Jaringan yang dimaksud adalah relasi sosial mereka, baik
secara informal maupun formal dengan lingkungan sosialnya dan
lingkungan kelembagaan. Pemanfaatan jaringan ini terlihat jelas dalam
mengatasi masalah ekonomi dengan pinjam uang kepada tetangga,
mengutang ke warung terdekat, memanfaatkan program anti
kemiskinan, bahkan ada yang pinjam uang ke rentenir atau bank dan
sebagainya).

Secara numerik, skor yang diperoleh dari pemanfaatan jaringan


(2,57). Angka ini menunjukkan, bahwa mereka sering meminta
bantuan kepada relasi sosialnya terutama kepada teman sekerja atau
tetangga. Kondisi ini menunjukkan, bahwa di antara mereka
mempunyai solidaritas yang kuat dan saling percaya. Tampaknya
teman merupakan tumpuan untuk memperoleh pertolongan dan
sebagai tempat pertama yang akan dituju apabila mereka mengalami
masalah. Relasi mereka tidak hanya sebatas di bidang ekonomi, tetapi
mencakup bidang-bidang yang lain, misalnya dalam peningkatan
mental spiritual. Kegiatan ini merupakan strategi yang bersifat aktif
untuk memperoleh dukungan emosional.
III. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Dari segi kuantitas, jumlah keluarga miskin yang relatif banyak


merupakan potensi besar bagi pembangunan nasional. Berbagai upaya
yang telah ditempuh keluarga fakir miskin telah cukup banyak. Jumlah
anggota keluarga yang relatif besar (rata-rata 5 orang) dan setiap anggota
keluarga dapat berperan dalam kegiatan ekonomi, namun realitas
perekonomiannya masih tetap sulit berkembang (statis) dan cenderung
terkesan apatis, dan pasrah pada nasib. Solidaritas di antara mereka (baik
dalam mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi) merupakan potensi
besar untuk pencegahan terhadap munculnya permasalahan sosial lain
yang lebih besar, sehingga mereka tetap mampu bertahan dalam
berbagai kindisi yang serba sulit.

B. Saran

Upaya penanggulangan kemiskinan hingga saat ini telah banyak dilakukan


terutama sejak Indonesia mengalami krisis ekonomi dan moneter semakin
menggema dan dikenal masyarakat luas, bahkan dicari sebagian masyarakat
untuk dapat menikmati program anti kemiskinan. Penyelesaian suatu masalah
secara lebih strategik biasanya tidak kasatmata dan memerlukan waktu. Dalam
kerangka optimalisasi program penanggulangan kemiskinan, perlu
mengakomodasikan potensi keluarga miskin yang acapkali terabaikan.
ISTILAH UMUM KETENAGAKERJAAN

A
ADMINISTRASI TENAGA KERJA
Lembaga yang berfungsi mengkoordinasikan perumusan, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan
ketenagakerjaan dengan tujuan menjamin bahwa perkembangan ekonomi nasional diikuti oleh perbaikan
kondisi sosial pekerja.

ALIH TEKNOLOGI
Alih keterampilan teknik produksi dan peralatan dari satu negara ke negara lainnya.

ANAK
Setiap orang yang berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun.

ANAK-ANAk
Orang laki-laki maupun perempuan yang berumur 14 tahun ke bawah (Undang-Undang No.7 tahun 1951,
pasal 1.d).

ANALISIS JABATAN
Metoda, teknik, serta prosedur untuk mengumpulkan data jabatan, mengolahnya menjadi informasi jabatan
dan menyajikannya untuk berbagai program ketenagakerjaan atau kepegawaian.

ANALISIS KERJA
Proses mengidentifikasi semua kegiatan dan faktor-faktor teknis yang berkaitan dengan pekerjaan melalui
pengamatan dan pengkajian. Analisis ini mencakup identifikasi tugas-tugas yang harus diselesaikan,
termasuk keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dimaksud.

ANALISIS KETERAMPILAN
Tinjauan sistematis terhadap komponen kemampuan kemampuan, sikap, bakat dan prestasi dalam
melakukan pekerjaan tertentu.

ANALISIS PASAR KERJA


Uraian tentang pasar kerja yang memuat kondisi, komposisi kuantitas, penyebaran, dan faktor-faktor lain
yang terdapat dan berpengaruh terhadap penawaran dan permintaan akan tenaga kerja sehingga dapat
dihasilkan kesimpulan maupun pendapat tentang pasar kerja.

ANALISIS PEKERJAAN
Uraian rinci mengenai tugas, kewajiban, tanggung jawab, serta aspek pekerjaan yang lain dan syarat-syarat
yang diperlukan untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan.

ANGKA EMIGRASI
Angka yang menunjukkan jumlah penduduk dari negara tertentu (emigran) selama satu tahun
per 1.000 penduduk di negara asal.

ANGKA MIGRASI
Angka yang menunjukkan jumlah penduduk yang datang dari berbagai negara (imigran) selama satu tahun
per 1.000 penduduk negara tujuan.

ANGKA MIGRASI NETO


Angka yang menunjukkan selisih jumlah migran masuk dan migran keluar dari satu negara selama satu
tahun dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun.

ANGKATAN KERJA
Penduduk dalam usia kerja (15 tahun ke atas) baik yang bekerja maupun yang mencari
pekerjaan pengangguran).

APINDO (ASIOSIASI PENG-USAHA INDONESIA)


Wadah, asosiasi, atau perhimpunan bagi pengusaha yang menangani masalah-masalah sumberdaya
manusia dan hubungan industrial dalam rangka mewujudkan kesejahteraan sosial ekonomi pekerja dan
keluarganya.
ARUS MIGRASI
Sekelompok migran yang berasal dari suatu negara asal tertentu ke negara tujuan yang sama.

ASOSIASI PEKERJA
Organisasi yang dibentuk oleh dan untuk pekerja yang berfungsi mewakili para pekerja dari satu atau
beberapa perusahaan saja yang bertujuan meningkatkan profesionalisme atau kesejahteraan pekerja.

ASURANSI PENGANGGURAN
Asuransi atau pertanggungan tenaga kerja terhadap risiko pemutusan hubungan kerja bukan
karena kemauan sendiri, kesalahan, habis kontrak, atau pensiun tetapi karena terpaksa dan
bersifat sementara untuk mendapatkan pekerjaan baru.

ASURANSI SOSIAL
Asuransi yang mempertanggungkan pekerjaan dan atau keluarganya terhadap satu atau beberapa risiko
sosial seperti kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia, menganggur dan pensiun.

ATURAN KERJA
Aturan atau ketentuan yang harus dipatuhi oleh pemberi kerja dan oleh pekerja di dalam melaksanakan
pekerjaan, hubungan kerja, hubungan antara manusia, kesehatan, serta keamanan perusahaan.

B
BEKERJA
Melakukan kegiatan ekonomi untuk menghasilkan barang dan jasa dalam rangka memenuhi
kebutuhan masyarakat dan dalam waktu yang sama memperoleh pendapatan atau keuntungan.

BERBAGI KERJA
Suatu pekerjaan dilakukan oleh lebih dari satu orang, dengan tujuan supaya hasilnya juga dibagi bersama.

BERKEMAMPUAN
Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu untuk
menghasilkan barang dan jasa dalam jumlah dan kualitas tertentu.

BIMBINGAN JABATAN
Kegiatan pemberian konsultasi kepada pencari kerja dan atau masyarakat untuk memahami diri
sendiri dan dunia kerja, supaya dapat menyiapkan diri, memilih pekerjaan dan membina karier
yang tepat sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

BIMBINGAN KARIER
Bimbingan yang sistematis dan terus menerus kepada setiap individu meningkatkan kemampuannya dengan
memanfaatkan kesempatan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan di tempat.

BOBOT JABATAN
Nilai kuantitatif yang diberikan terhadap suatu jabatan yang ditetapkan berdasarkan suatu metode
pengukuran tertentu antara lain dengan mempertimbangkan peran jabatan tersebut dalam keseluruhan
proses produksi, tingkat kesulitan melaksanakan jabatan, dan syarat jabatan.
BONUS
Bagian dari sisa hasil usaha yang diberikan oleh pengusaha kepada karyawan menjadi tambahan
penghasilan pekerja secara lumsum atau proporsional terhadap tingkat upah dan atau prestasi
pekeja.

BURSA KERJA
Fungsi mempertemukan pencari kerja kerja dengan pengguna tenaga kerja untuk penempatan.

BURUH
Orang yang bekerja pada orang lain atau badan usaha dengan mendapatkan upah.

BURUH AHLI
Buruh yang telah mempunyai keahlian tertentu sehingga sehingga dapat melakukan pekerjaan tertentu,
termasuk dilengkapi mesin-mesin rumit.

BURUH BORONGAN
Buruh yang memborong pekerjaan pada perusahaan atau tempat pekerjaan lain dengan menerima upah
berdasarkan hasil pekerjaannya.

BURUH KASAR
Orang yang bekerja terutama mengandalkan penggunaan tenaga jasmaniah.

BURUH LEPAS
Pekerja atau buruh yang dipekerjakan secara tidak tetap.

BURUH MAGANG
Penduduk yang dilatih di tempat kerja untuk melakukan pekerjaan tertentu baik melalui
kegaitan pelatihan yang diprogramkan maupun dengan cara mengamati dan menirukan dari
tenaga-tenaga yang berpengalaman.

BURUH MARITIM
Pekerja atau buruh yang bekerja di perusahaan pelayaran, perusahaan ekspedisi muatan kapal laut, buruh
bongkar muat di pelabuhan atau buruh yang bekerja di kapal laut.

BURUH MUSIMAN
Pekerja atau buruh yang melakukan pekerjaan sesuai dengan kondisi musim, musim sibuk atau masa
senggang, masa menanam atau masa panen, dan lain-lain.

BURUH NELAYAN
Angkatan kerja yang menyediakan tenaga dan bekerja sebagai nelayan dengan menerima upah.

BURUH PEMBORONG
Pekerja atau buruh yang melakukan pekerjaan berdasarkan pekerjaan yang diborongkan, yang
kemudian tidak bekerja bila kerja borongan tersebut telah diselesaikan.

BURUH TAMBAK
Orang yang bekerja pada pengusaha tambak dengan menerima upah.

BURUH TANI
Seseorang yang bekerja di bidang pertanian dan tidak memiliki tanah pertanian, sehingga berkerja dalam
hubungan kerja dengan menerima upah.
C
CACAT
Berkurangnya atau menurunnya fungsi bagian badan serta jasmani dan atau rohani sebagai
akibat dari kecelakaan atau penyakit, sehingga menurunkan atau menghilangkan kemampuan
bekerja.

CACAT ANGGOTA BADAN


Berkurangnya atau menurunnya fungsi anggota badan tertentu akibat kecelakaan, atau penyakit.

CACAT MENTAL
Tidak sempurnyanya mental atau kondisi dan kemampuan mental yang sangat lemah dan ketidak mampuan
menarik kesimpulan dari berbagai faktor yang saling berkubungan.

CACAT SEBAGIAN
Hilang atau tidak berfungsinya bagian anggota tubuh seseorang untuk waktu yang sangat lama atau
selama-lamanya.

CACAT TETAP
Kehilangan atau tidak berfungsinya bagian tubuh atau gangguan jiwa untuk waktu yang sangat lama.
CACAT TOTAL
Bagian-bagian badan yang sangat vital tidak berfungsi lagi sehingga yang bersangkutan sama sekali tidak
mampu melakukan pekerjaan, termasuk pekerjaan ringan atau sederhana.

CIDERA RINGAN
Luka atau sakit yang dapat disembuhkan tanpa atau dengan pengobatan rawat jalan atau dengan beberapa
hari rawat inap.

D
DAYA LAYAK KERJA; EMPLOIBILITAS
Kemampuan fisik, mental dan intelektual yang dimiliki seseorang termasuk kualifikasi, pengalaman, usia,
dan tingkat spesialisasi yang memungkinkan yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan tertentu.

DISIPLIN KERJA
Kepatuhan dan ketaatan secara sadar terhadap aturan dan ketentuan melakukan pekerjaan dan
menyangkut hubungan kerja dan kondisi kerja.

DISKRIMINASI
Memberikan perbedaan perlakuan mengutamakan seseorang atau sekelompok orang dari yang lain, dalam
penerimaan dan penugasan pegawai, dalam pemberian imbalan dan penghargaan, promosi dan tindakan
disiplin.

(WORKER EQUIVALENTS)

E
EKUVALEN TENAGA KERJA/ETK
Luaran yang dihasilkan oleh seorang pekerja dalam satu hari, yang digunakan sebagai standar atau alat
pembanding.

ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA


Perbandingan (rasio) antara perubahan kesempatan kerja yang daoat diciptakan terhadap perubahan
produk domestik bruto.

EMPLOYEE
Pegawai, pekerja, karyawan, buruh.
EMPLOYER
Pengusaha, pemberi kerja, majikan.

EMPLOYMENT
Kesempatan kerja, lowongan pekerjaan.

ETIKA KERJA
Separangkat nilai atau norma yang dipahami, diterima dan digunakan sebagai pedoman
atau pola tingkah laku melakukan pekerjaan.

EVALUASI JABATAN
Proses menghitung, pekerjaan dalam jabatan secara bobot dan jabatan, antara lain uraian tugas hubungan
jabatan, syarat jabatan, dan imbalan.

F
FAKTOR FAAL KERJA
Segala aktivitas pekerja dalam melakukan pekerjaannya sehubungan dengan proses pekerjaan, lingkungan
kerja, dan alat kerja yang dapat menimbulkan gangguan terhadap pekerja.

G
GAJI
Penghasilan dalam bentuk dan atau natura yang diterima oleh pekerja dari pengusaha sebagai
imbalan atas pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, ditetapkan menurut
persetujuan atau peraturan perundangan, dan dibayarkan atas suatu perjanjian kerja antara
pengusaha dan pekerja.

GIZI KERJA
Kecukupan gizi yang diperlukan oleh pekerja supaya mampu melakukan pekerjaan tertentu.
GOLONGAN INDUSTRI KECIL
Kelompok industri atau usaha yang berdasarkan kreteria yang ditetapkan sebagai usaha kecil.
(Lihat : Industri Kecil).

GOLONGAN LAPANGAN USAHA


Uraian lebih lanjut dari golongan pokok lapangan usaha. Beberapa golongan usaha merupakan rincian paling
kecil. Sedangkan untuk lapangan usaha industri pengolahan, masih diperinci lebih lanjut untuk mencapai
tingkat homoginitas kegiatan dari sekelompok usaha tertentu. Golongan lapangan usaha diberi kode empat
digit, dari angka 1111 sampai 0000.

GOLONGAN POKOK LAPANGAN USAHA


Agregasi dari sekumpulan kegiatan satuan-satuan ekonomi dalam masing-masing golongan pokok uraian
lebih lanjut dari sub sektor lapangan usaha. Golongan pokok lapangan usaha diberi tiga digit, dari angka 111
sampai 000.

GUGUS KERJA
Kelompok pekerjaan yang ada mempunyai syarat kerja yang serupa atau bersamaan beranalog antara lain
menyakut pengetahuan, bakat, dan keterampilan.

JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI INDONESIA

Prijono Tjiptoherijanto
(Universitas Indonesia)

Pendahuluan

Dunia telah mengenal jaminan sosial lebih dari seratus tahun yang lalu, yaitu pada sekitar
tahun 1880-an, yang berawal dari negara Jerman. Jaminan sosial di masa itu berbentuk
antara lain asuransi sakit, asuransi kecelakaan kerja, dan asuransi pensiun. Karena
kegunaannya yang sangat besar bagi kepentingan usaha maupun para pekerja, kemudian
asuransi sosial ini makin dikenal dan menyebar ke seluruh Eropa. Terlebih lagi dengan
terjadinya revolusi industri yang memerlukan lebih banyak pekerja.

Di Indonesia, jaminan sosial mulai dilaksanakan beberapa saat setelah kemerdekaan yaitu
dengan ditetapkannya Undang-undang No.3 Tentang Kecelakaan pada Tahun 1947.
Namun sebenarnya bagi pegawai negeri, jaminan sosial yang berupa pemberian pensiun
telah diberikan sejak jaman kolonial Belanda. Dewasa ini terdapat 5 (lima) lembaga
penyelenggara asuransi/jaminan sosial yaitu PT Taspen, PT Asabri, PT Askes, PT
Jamsostek, dan PT Jasa Raharja.

Dari sudut penyelenggaraannya, jaminan sosial diberikan dengan menggunakan metode


dan sistem tertentu sesuai dengan hal-hal yang dinyatakan dalam peraturan perundang-
undangan yang ada. Metode dan sistem yang ada berkembang terus sejalan dengan
terjadinya berbagai perubahan, baik berupa perubahan sosial, ekonomi, teknologi maupun
demografi. Menjelang abad 21 akan terjadi perubahan sosial dan ekonomis yang cukup
berarti dan mendasar, antara lain berupa: penduduk yang makin menua, struktur keluarga
menjadi lebih kecil, penduduk semakin berpendidikan, masyarakat tradisional (agraris)
berubah menjadi masyarakat industri. Namun demikian, di sisi yang lain pertumbuhan
penduduk masih tinggi di beberapa negara, khususnya negara berkembang dan
terbelakang, sehingga menimbulkan masalah besar dan harus segera ditanggulangi. Karena
apabila tidak, pembangunan ekonomi yang telah diupayakan menjadi kurang berarti.

Perkembangan perekonomian nasional dari sejak tahun 1970-an sampai dengan sebelum
terjadinya krisis pertengahan Juli 1997 yang lalu, telah meningkat, baik di sektor
pemerintah maupun swasta, sehingga memerlukan upaya-upaya untuk memobilisasi dan
memanfaatkan dana masyarakat secara optimal. Sebagai salah satu lembaga keuangan di
luar perbankan, industri asuransi, baik yang berupa asuransi kesehatan, kecelakaan dan
asuransi tenaga kerja ataupun jenis-jenis asuransi lain yang bergerak di bidang pelayanan
jasa-jasa pertanggungan, mempunyai peranan yang penting dalam memupuk dan
memobilisasi dana masyarakat. Kebijaksanaan dan strategi yang dilaksanakan dalam
pembangunan industri asuransi di Indonesia senantiasa diupayakan agar lembaga asuransi
mampu berkembang menjadi lembaga keuangan yang handal, mampu menopang
kebijaksanaan ekonomi makro secara keseluruhan, dan mampu menjawab perubahan-
perubahan yang terjadi dengan cepat.
Dengan dicanangkan kerjasama ekonomi regional antar negara ASEAN di dalam kerangka
AFTA dan akan mulai diberlakukannya liberalisasi di bidang perdagangan barang/jasa
serta investasi pada tahun 2003, industri asuransi nasional dituntut untuk meningkatkan
daya saingnya melalui upaya efisiensi dan profesionalisme. Langkah antisipatif yang dapat
dilakukan oleh perusahaan asuransi antara lain dengan membenahi sistem manajemen,
meningkatkan produk-tivitas, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Perbaikan ini diharapkan akan berdampak positif pada kualitas produk/jasa pelayanan dan
tingkat efisiensi yang dicapai perusahaan, sehingga pada gilirannya peningkatan efisiensi
ini akan meningkatkan daya saing produk asuransi nasional, baik di pasar domestik
maupun di pasar internasional.

Hal tersebut di atas berarti bahwa harus dilakukan reformasi jaminan sosial. Keadaan ini
berkaitan erat dengan aspek kependudukan serta perekonomian. Karena jaminan sosial
merupakan tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara, di samping jaminan sosial itu
sendiri mempengaruhi hidup orang banyak. Dalam konteks tersebut nampak bahwa aspek
kependudukan dan perekonomian akan menempati porsi yang amat vital untuk juga
diperhitungkan bagi proses transformasi jaminan sosial.

Pengertian Jaminan Sosial dan Sistem yang Dipergunakan

Pengertian

Jaminan sosial didefinisikan dengan rumusan-rumusan yang berbeda di berbagai peraturan


perundang-undangan dan dokumen lainnya. Pertama, menurut Undang-undang No.25
Tahun 1997 dinyatakan bahwa Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan
bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari
penghasilan yang hilang atau berkurang, dan pelayanan sebagai akibat suatu peristiwa atau
keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin,
hari tua, dan meninggal dunia. Kedua, menurut Konvensi International Labour
Organization (ILO) Tahun 1952 (102), jaminan sosial (standar minimun) adalah
perlindungan yang diberikan masyarakat untuk para anggotanya melalui seperangkat
instrumen publik, terhadap kesulitan ekonomi dan sosial yang disebabkan karena
terhentinya atau turunnya penghasilan diakibatkan oleh sakit, hamil, kecelakaan kerja,
penggangguran, cacat, hari tua, dan kematian; pemberian perawatan medis; dan pemberian
subsidi bagi keluarga yang mempunyai anak.

Meskipun rumusannya berbeda akan tetapi dalam segi pelaksanaan terdapat beberapa sifat
umum yang dapat dikenali yaitu:

1. Program Publik, karena memberikan hak dan kewajiban secara pasti pada para
pekerja dan pemberi kerja berdasarkan peraturan perundang-undangan, sehingga
bersifat wajib dan harus senantiasa ditegakkan.
2. Perlindungan, memberikan perlindungan yang bersifat dasar untuk menjaga harkat
dan martabat manusia melalui pembiayaan yang dapat dijangkau oleh pekerja dan
pemberi kerja.
3. Risiko Sosial-Ekonomis, merupakan resiko dari berbagai peristiwa sosial-
ekonomis yang mengakibatkan terputusnya atau berkurangnya pendapatan pekerja
serta kebutuhan perawatan medis.
4. Berkelanjutan, bersifat jangka-panjang maupun jangka pendek yang
berkesinambungan
5. Lintas Sektor, mempunyai tujuan sosial yang mempengaruhi hajat hidup orang
banyak, dan tujuan ekonomi yang termasuk dalam kebijakan ekonomi makro,
sehingga memerlukan kerjasama dan koordinasi antarsektor ketenagakerjaan,
kesehatan, keuangan, kependudukan, perindustrian, perdagangan, sosial dan
peranan wanita serta hal-hal lain.

Sistem Jaminan Sosial

Dalam pelaksanaannya, jaminan sosial menggunakan sistem perlindungan karena


mempunyai berbagai program, jenis, metode, pembiayaan, jangka-waktu, kepesertaan
yang berbeda-beda sehingga membutuhkan keterpaduan.

1. Berdasarkan programnya, jaminan sosial dapat dibedakan antara lain dalam:

 pemeliharaan kesehatan (sakit, hamil, bersalin)


 kecelakaan kerja (perawatan, cacat)
 hari tua (pensiun)
 kematian (warisan)

Sedangkan program jaminan pengangguran dan tunjangan keluarga sampai


saat ini masih belum populer sehingga tidak diberikan. Namun demikian
sejalan dengan perkembangan jaman, nampaknya jaminan sosial khususnya
terhadap pengangguran perlu mendapat perhatian. Seperti halnya yang
terjadi akhir-akhir ini, jaminan sosial terhadap para pengganggur sangat
penting mengingat jumlah para penganggur makin besar. Jaminan sosial
yang diberikan pada kelompok ini dapat berupa pemberian makanan (food
stamp) ataupun tempat penampungan (housing subsidy). Memang sangat
disadari dengan kondisi keuangan pemerintah pada saat ini sangat tidak
mungkin melakukan jaminan sosial dalam bentuk ini. Namun pemikiran
untuk memberikan jaminan yang bersifat permanen dan tidak hanya
sementara, seperti JPS (Jaring Pengaman Sosial) itu, tetap perlu digulirkan.

2. Menurut jenisnya, jaminan sosial dibedakan atas:

 asuransi sosial, menggunakan sistem asuransi untuk mengganti kerugian akibat


sakit, kecelakaan dan kematian
 tabungan hari tua, menggunakan sistem tabungan untuk memupuk dana yang akan
diberikan sebagai tunjangan hari tua baik berupa tunjangan pasca karya maupun
uang pensiun
 tanggung jawab pemberi kerja, yang memberikan kewajiban pada pemberi kerja
untuk bertanggung jawab atas kecelakaan, keselamatan dan kesehatan kerja yang
menimpa para pekerjanya
 bantuan sosial, diberikan dengan menggunakan suatu test kebutuhan yaitu terhadap
kejadian bencana alam, jatim-piatu maupun manusia usia lanjut (manula)

Namun secara umum ruang lingkup jaminan sosial yang murni adalah
meliputi asuransi sosial dan tabungan hari tua.

3. Berdasarkan atas metodenya, jaminan sosial terdiri dari 2 (dua) program, yaitu
program jaminan hari tua dan program pemeliharaan kesehatan. Program jaminan
hari tua ditetapkan berdasarkan:

 metode manfaat yang pasti (defined benefits), yaitu kemanfaatan program


ditetapkan secara pasti tanpa atau sedikit memperhitungkan besarnya iuran,
 metode iuran-pasti (defined contribution), yaitu besar iuran ditetapkan dan
kemanfaatannya mengikuti keadaan/besarnya iuran yang terpupuk.

Sedangkan program pemeliharaan kesehatan juga didasarkan atas dua


metode utama yaitu:

 asuransi ganti rugi (idemnity insurance), yaitu penggantian biaya atas perawatan
dan obat-obatan,
 perawatan terkendali (managed care), yaitu pemberian pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.

4. Dari segi pembiayaannya, jaminan sosial dapat dibedakan atas:

 Pay-as-you-go system yaitu suatu jaminan yang dibayarkan dari iuran pada tahun
yang sama atau funded system (dibentuk dana cadangan sebelum pembayaran
jaminan) yang digunakan untuk pembiayaan hari tua.
 Fee-for-service system yaitu suatu imbalan yang dibayarkan pada setiap jasa yang
diberikan atau prepayment system yaitu suatu imbalan yang dibayarkan di muka
sesuai tarif/iuran yang ditentukan khususnya untuk pembiayaan jaminan
pemeliharaan kesehatan.

Pembiayaan pay-as-you-go umumnya digunakan dengan metode defined-


benefit, sedangkan funded system digunakan dalam metode define
contributions. Dan pembayaran fee-for-service umumnya digunakan dalam
metode indemnity insurance,sedangkan prepayment system digunakan
dalam managed care.

5. Dari jangka waktunya, jaminan sosial dikategorikan dalam 2 (dua) hal utama,
yaitu:

 jangka panjang, meliputi periode 15 s/d 30 tahun (hari tua dan kematian)
 jangka pendek yang berkelanjutan, yaitu suatu periode tahun yang terus
diperpanjang (untuk kesehatan dan kecelakaan)

Jangka waktu yang ditetapkan sangat berpengaruh terhadap pembiayaan dan metode yang
diambil. Sedangkan pemilihan dan penetapan sistem memerlukan pertimbangan baik
secara sosial, ekonomis maupun politis. Pertimbangan sosial menyangkut aspek-aspek
demografis seperti angka kelahiran, angka kesakitan, angka kematian, dan umur harapan
hidup. Pertimbangan ekonomis menyangkut keberlanjutannya masing-masing program,
serta dampaknya terhadap kondisi makro ekonomi seperti terhadap tabungan, investasi,
konsumsi maupun inflasi. Sedangkan pertimbangan politis terutama menyangkut
penerimaan masyarakat, pengaturan dan penegakkan hukum, serta keterkaitan dengan
berbagai sektor. Oleh karenanya untuk melaksanakan program jaminan sosial yang terarah
dan tepat sasaran, perlu dikenali berbagai lingkungan strategis yang mempengaruhi hal
tersebut.

Kondisi Kependudukan, Ekonomi dan Sosial

Kondisi Kependudukan

Keberhasilan kebijaksanaan kependudukan yang diwujudkan dalam berbagai program


kesehatan dan KB telah berhasil menurunkan tingkat fertilitas (angka kelahiran),
menurunnya angka kematian kasar, dan menekan angka kematian bayi. Penurunan angka
kematian bayi menurunkan angka kematian kasar, dan sebaliknya meningkatkan umur
harapan hidup. Bila kematian tidak terjadi saat bayi (angka kematian bayi), maka kematian
akan terjadi pada waktu dewasa (level mortalitas). Oleh karena itu level mortalitas
mempunyai hubungan terbalik dengan angka kematian bayi --naiknya level mortalitas
menandakan turunnya angka kematian bayi.

Pada akhir PJP II taraf kehidupan masyarakat diharapkan akan meningkat, dan usia
harapan hidup yang ingin dicapai adalah 70,6 tahun, angka kematian kasar (CDR) 7,4 per
1000 penduduk dan angka kematian bayi (IMR) 26 per 1000 kelahiran hidup. Dengan
angka-angka target tersebut diharapkan jumlah penduduk pada tahun 2018 adalah sekitar
258,2 juta orang. Harapan ini tidak begitu saja diperoleh namun memerlukan kerja keras
untuk mencapainya, terlebih lagi dengan adanya krisis yang melanda bangsa Indonesia.
Dampak yang terjadi akibat adanya krisis ekonomi tersebut adalah tidak terjangkaunya
pembelian alat kontrasepsi bagi kelompok masyarakat bawah maupun yang selama ini
menjadi akseptor mandiri. Dampak lain yang cukup mengkawatirkan adalah penanganan
kesehatan yang makin buruk, baik secara preventif, kuratif ataupun penanganan lainnya
akibat mahalnya obat dan biaya perawatan. Dalam jangka panjang akan terjadi ledakan
penduduk yang tidak sesuai dengan skenario proyeksi yang telah dibuat, disamping itu
akibat penanganan kesehatan yang kurang memadai mengakibatkan bermacam aspek yang
ditimbulkan seperti anemia, kurang energi dan protein, peningkatan angka kesakitan serta
kematian.

Sebagai contoh, angka sasaran harapan hidup untuk tahun 2003 yang diprediksikan
mencapai 69,4 tahun, disesuaikan dengan menurunkan angka sasaran menjadi 68,4 tahun
(Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN, 1998). Namun, dengan harapan bahwa
setelah Pemilu 1998 keadaan perekonomian menjadi semakin membaik dan memberikan
pengaruh positif bagi seluruh kehidupan bangsa, maka angka sasaran harapan hidup yang
harus dicapai sebesar 70 pada tahun 2015 nampaknya dapat dicapai. Sementara itu angka
kematian bayi yang telah disepakati dalam "World Summit for Children" tahun 1990 tetap
harus dipertahankan yaitu di bawah angka 35 per 1000 kelahiran pada akhir tahun 2015
(Suyono, 1995).

Sejalan dengan penurunan angka kematian bayi, angka harapan hidup penduduk Indonesia
telah pula meningkat. Pada tahun 1971 rata-rata angka harapan hidup mencapai 46 tahun
dan pada tahun 1995 telah meningkat menjadi 63 tahun. Hal ini mengakibatkan terjadi
pergeseran ratio ketergantungan terhadap angkatan kerja dari golongan muda ke golongan
tua.

Sementara itu angka mortalitas (angka kematian) - satu dari tiga komponen demografi
yang berpengaruh terhadap jumlah, struktur dan komposisi penduduk -, secara umum
mempunyai kecenderungan menurun pula, meskipun besarnya mortalitas baik menurut
umur ataupun menurut jenis kelamin sangat beragam. Keragaman tersebut menyebabkan
perubahan-perubahan dalam struktur umur penduduk suatu wilayah ataupun komposisi
penduduk menurut jenis kelamin.

Berkaitan dengan fokus perhatian tersebut, penurunan angka kematian bayi dan anak
masih tetap menjadi prioritas utama dari program kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya
telah dilakukan untuk mencapai sasaran "kesehatan bagi semua penduduk di tahun 2000".
Pencapaian sasaran tersebut dilakukan dengan mengembangkan Sistem Kesehatan
Nasional yang merupakan salah satu rencana pembangunan nasional di bidang kesehatan.

Tabel 1. Proporsi Penyebab Kematian Seluruh Umur:


Indonesia, 1980, 1986 dan 1992

Penyakit Penyebab Kematian 1980 1986 1992


No.
Penyakit pembuluh darah dan jantung 5,2 6,2 17,8
1.
2. Tuberkulosis 5,0 5,0 10,8
3. Infeksi saluran pernafasan bawah 7,7 8,9 9,9
4. Diare 6,7 5,2 8,0
5. Tifus dan penyakit saluran pencernaan 3,3 3,1 6,7
6. Luka dan kecelakaan 3,5 4,7 5,7
7. Bronkitis dan asma 2,2 3,8 5,5
8. Neoplasma 3,4 4,3 4,8
9. Sistem syaraf 5,0 3,1 2,8
10. Malaria 0,6 3,4 2,7
Komplikasi kehamilan 1,7
11.
0,8 1,9
12. Penyakit hati 4,2 3,3 1,8
13. Tetanus 6,5 6,6 1,5
14. Difteri, pentusis, campak 1,1 7,5 1,4
15. Perinatal 3,1 5,3 1,3
16. Kelainan lainnya 8,6 17,2 17,4
Total 100,0 100,0 100,0

Sumber: Budiarso (1992); Soemantri (1993) dalam Kantor Menteri Negara


Kependudukan/BKKBN 1995. Transisi Demografi, Transisi Pendidikan dan Transisi
Kesehatan, Jakarta.

Penurunan angka kematian antara lain ditunjukkan dari penurunan angka kematian bayi
yaitu dari 75 kematian dalam periode pertengahan 1979 sampai dengan pertengahan 1984
menjadi 57 per 1000 kelahiran hidup pada periode pertengahan tahun 1989 sampai dengan
pertengahan tahun 1994. Dalam periode yang sama angka kematian post neonatum,
kematian anak dan balita menurun lebih cepat (masing-masing sebesar 30%, 31% dan
26%), sedangkan angka kematian neonatum hanya menurun sebesar 18%. Sementara itu
angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) juga mengalami penurunan dari 450 per
100.000 pada tahun 1986 menjadi 350 per 100.000 pada tahun 1994.

Sementara itu dilihat dari pola penyebab kematian penduduk, sampai dengan tahun 1990
penyebab kematian masih didominasi oleh penyakit yang tergolong konvensional seperti
kelainan (bawaan), tuberkulosis dan penyakit-penyakit sistem sirkulasi dan infeksi saluran
pernafasan. Meskipun demikian secara perlahan penyakit degenarif yang merupakan akibat
pola/gaya hidup mulai meningkat. Pada tahun 1992 persentase penyakit penyebab
kematian tertinggi mulai beralih pada penyakit pembuluh darah dan jantung (lihat tabel-1).
Adanya fenomena polarisasi epidemologi ini memberikan dampak yang lebih berat
terhadap penanganan kesehatan.

Sementara itu, kemajuan di bidang keluarga berencana dengan berbagai teknologinya telah
membantu penurunan angka fertilitas penduduk, meskipun dari secara absolut jumlah
penduduk Indonesia masih tetap menunjukkan peningkatan di masa mendatang. Pada
tahun 2020 penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 254 juta. Keadaan ini
mempengaruhi besarnya angka ratio ketergantungan antara penduduk yang tidak produktif
dan yang produktif. Ratio ketergantungan penduduk muda bergeser ke ratio
ketergantungan pada penduduk tua. Ratio ketergantungan penduduk muda menurun dari
59,6 di tahun 1990 menjadi 31,1 pada tahun 2020. Sebaliknya ratio ketergantungan
penduduk tua meningkat dari 6,5 di tahun 1990 menjadi 10,3 di tahun 2020 (lihat tabel-2).

Tabel 2. Ratio Ketergantungan Indonesia 1990-2025

Ratio Ketergantungan Ratio Ketergantungan


Tahun
Penduduk Muda Penduduk Tua
61,51 6,32
1990
1995 54,08 6,93
2000 46,2 6,97
2005 42,13 7,74
2010 37,87 8,32
2015 34,11 8,74
2020 31,23 10,14
2025 28,98 14,93

Sumber: Kertonegoro. (1997). "Reformasi Jaminan Sosial di Berbagai Negara dalam


Seminar Tentang "Asuransi/Jaminan Sosial dengan Dukungan Sektor Keuangan
Menghadapi Perubahan Sosial-Ekonomi Abad 21", Jakarta, 8 Juli 1997.

Dilihat dari struktur demografi Indonesia, golongan penduduk di bawah umur 15 tahun di
satu pihak masih cukup besar, tetapi di lain pihak, golongan penduduk berumur 60 tahun
ke atas mulai meningkat. Golongan penduduk berumur muda (di bawah 15 tahun)
mengalami penurunan dari 44% pada tahun 1971 menjadi 37% pada tahun 1990. Dengan
demikian antara kedua kelompok tersebut terdapat perubahan yang berlawanan (young
dependency ratio vs old dependency ratio).

Tabel 3. Jumlah dan Pertumbuhan Angkatan Kerja: Indonesia, 1993-2003

Tahun Jumlah Tambahan Pertumbuhan per tahun


1993 81,2 juta
1998 93,8 juta 12,6 juta 2,88%
2003 106,5 juta 12,7 juta 2,54%

Sumber: Ananta dan Anwar (1994) dalam Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN
1995. Transisi Demografi, Transisi Pendidikan dan Transisi Kesehatan, Jakarta.

Angka ketergantungan di pedesaan menunjukkan persentase yang lebih tinggi


dibandingkan dengan daerah perkotaan. Kedua golongan penduduk (muda/tua) tersebut
menggantungkan hidupnya pada golongan penduduk umur produktif. Ratio
ketergantungan golongan penduduk muda makin turun (sesuai jumlahnya yang menurun),
sedangkan ratio ketergantungan golongan penduduk tua makin bertambah (sesuai
jumlahnya yang meningkat).

Permasalahan kependudukan yang juga memiliki hubungan khusus dengan keberadaan


jaminan sosial adalah masalah tenaga kerja. Angka pertumbuhan tenaga kerja berjalan
seiring dengan angka pertumbuhan penduduk. Hal ini berarti, penurunan pertumbuhan
penduduk diikuti oleh penurunan pertumbuhan angkatan kerja, dan angka ini
diproyeksikan akan terus menurun (lihat tabel-3). Meskipun angka angkatan kerja
diproyeksikan terus menurun, masih tetap akan terjadi peningkatan dalan segi jumlah
tenaga kerja. Sementara jumlah peluang kerja tidak meningkat seiring dengan peningkatan
jumlah tenaga kerja. Dampak yang terjadi adalah meningkatnya pengangguran.
Angka pengangguran terbuka telah meningkat dari sebesar 1,66% pada tahun 1980
menjadi 3,2% di tahun 1990. Apabila dilihat dari sisi pendidikan yang ditamatkan maka
pengangguran lebih banyak di kalangan usia muda kelompok umur 10-24 tahun, lulusan
SLTP dan SLTA terutama di daerah perkotaan. Dalam periode 1980-1990, tingkat
pengangguran untuk semua kategori meningkat rata-rata dua kali lipat.Tingkat
pengangguran bagi kelompok umur 10-24 tahun di kota meningkat dari sekitar 8% dalam
tahun 1980 menjadi sekitar 16% pada tahun 1990. Sedangkan di desa dari 3% menjadi 6%
pada periode yang sama.Tingkat pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi
meningkat dari 1,77% pada tahun 1980 menjadi 6,70% pada tahun 1990, dengan rincian di
kota dari 1,78% (1980) menjadi sebesar 7,01% (1990) dan di desa dari hanya 1,75%
(1980) menjadi sebanyak 5,70% (1990).

Terlepas dari angka pengangguran terbuka itu sendiri serta masalah kekurangsesuaian
antara dunia pendidikan dengan dunia kerja, peningkatan pengangguran di kalangan
angkatan kerja berpendidikan, menunjukkan gejala umum yang terjadi pada perekonomian
nasional. Peningkatan pendapatan sebagian masyarakat Indonesia ditambah dengan
bergesernya jasa pendidikan dari barang sosial (public goods) menjadi barang yang lebih
bersifat perorangan (private goods), mendorong kecenderungan jasa pendidikan lebih
banyak dinikmati kelompok menengah ke atas. Justru dengan adanya dukungan dana,
kemungkinan besar para lulusan pendidikan tinggi ini - kalau benar lebih banyak berasal
dari kalangan berpenghasilan lumayan - bersedia menunggu (able to wait) untuk
mendapatkan pekerjaan yang cocok, baik dari segi kesesuaian dengan disiplin ilmunya
maupun dari sisi balas jasa yang akan diterima. Kemampuan menunggu tersebut
tampaknya lebih dominan dari pada bekerja di mana saja dengan gaji berapa saja (working
for the sake of stomach). Dengan demikian, keputusan yang mereka ambil akan
meningkatkan angka pengangguran terbuka di kalangan angkatan kerja berpendidikan.

Kondisi Ekonomi dan Sosial

Kondisi perekonomian suatu negara memegang peranan yang sangat penting dalam
mencapai keberhasilan pada era globalisasi. Negara-negara dengan perekonomian yang
belum efisien dan masih didominasi oleh proteksionisme akan mengalami kesulitan dalam
mencapai regionalisasi ekonomi. Kondisi Indonesia saat ini relatif cukup baik, karena
keberhasilan Indonesia melakukan peningkatan dan mempertahankan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi. Sehingga kemudian Indonesia sudah dapat digolongkan dalam
kelompok negara-negara berpendapatan menengah, meskipun masih pada posisi yang
rendah.

Perkembangan ekonomi Indonesia mulai tumbuh dengan cepat sejak akhir dekade 1980.
Setelah mengalami masa resesi pada awal sampai pertengahan tahun 1980 dengan
pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 2,5% per tahun. Antara tahun 1985 - 1995
dengan adanya berbagai indikasi seperti ekspansi dalam bidang manufakturing dan
konstruksi, perkembangan ekonomi Indonesia tumbuh lebih dari 7% per tahun. Hanya saja
hal yang masih memprihatinkan adalah tetap tingginya angka inflasi dan kecenderungan
akan membengkaknya defisit transaksi berjalan dalam neraca pembayaran.

Kalau beberapa kecenderungan yang kurang menguntungkan tersebut seperti defisit neraca
berjalan dapat ditekan, kemampuan pembayaran bunga dan lain-lain ditingkatkan, atau
pemerintah segera mungkin mengambil langkah kebijaksanaan pengelolan hutang luar
negeri dengan lebih hati-hati atau dengan menekan impor dan meningkatkan ekspor, maka
pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan mengalami banyak masalah dalam kurun
waktu 2-3 tahun mendatang.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, tidak dapat terlepas begitu saja dari
kebijaksanaan makro di bidang ekonomi seperti menggalakkan ekspor non migas,
kemudahan investasi, maupun kebijaksanaan non ekonomi seperti pengembangan sumber
daya manusia, pengupahan, deregulasi dan debirokratisasi dan lain sebagainya.

Globalisasi dan perdagangan bebas yang menuntut daya saing tinggi akan menimbulkan
kebutuhan akan efisiensi, loyalitas dan dedikasi SDM. Dalam waktu dekat ekonomi
Indonesia akan dihadapkan dengan AFTA pada tahun 2003. Kemampuan daya saing
tersebut tergantung pada mutu dan profesionalisme sumber daya manusia sebagai pelaku
ekonomi dan pemeran utama pembangunan nasional.

Hal yang paling penting untuk dipersiapkan pada tahun-tahun menjelang era globalisasi,
1997-2003 adalah mempersiapkan iklim ekonomi yang kondusif untuk peningkatan daya
saing, terutama daya saing hasil industri manufaktur. Deregulasi dan liberalisasi juga perlu
digiatkan untuk meningkatkan daya saing, yang berarti memperkecil peran pemerintah
dalam ekonomi. Peran pemerintah di sini adalah hanya memelihara konsistensi dalam
kebijaksanaan makro ekonomi yang bermuara pada pengendalian inflasi, yang sedapat
mungkin di bawah 5%, seperti angka sasaran yang ditetapkan pada Repelita VI, karena
tingkat inflasi yang besar akan menggoyahkan nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS dan
mata uang asing lainnya. Tingkat inflasi yang tinggi juga akan menyebabkan penurunan
daya beli sebagian besar masyarakat, sehingga melemahkan perekonomian domestik.

Sampai sebelum terjadinya krisis pada pertengahan Juli 1997, perekonomian Indonesia
menunjukkan kinerja yang cukup mantap. Tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 7,82
persen selama tahun 1996 (BPS dalam Perencanaan Pembangunan, 1997). Dengan
demikian pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil mencapai rata-rata sebesar 7,86% per
tahun selama tiga tahun pelaksanaan Repelita VI, yang lebih tinggi dari sasaran rata-rata
7,1% per tahun selama Repelita VI. Pertumbuhan sebesar 7,82% ini juga masih lebih
tinggi dari yang dicapai pada tahun 1994, yakni 7,54%. Tingkat pertumbuhan yang tinggi
ini telah menaikkan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia menjadi 1.140
Dolar Amerika per kapita pada tahun 1996 dibandingkan dengan sebesar 1.032 Dolar
Amerika per kapita pada tahun sebelumnya (1995).

Lembaga seperti INDEF memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 1997 akan
berkisar pada angka 7-8%. Sementara lembaga studi lainnya, ECONIT lebih pasti
menyebutkan 7,5%. Bank Dunia meramalkan sekitar 7,4%. Sedangkan beberapa kalangan
pengamat memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional tahun 1998 akan berada pada
angka sekitar 7,5-7,6%. Dengan timbulnya krisis ekonomi, pertumbuhan sebesar 0% saja
sudah cukup baik.

Agaknya memang banyak kalangan sepakat bahwa angka pertumbuhan ekonomi akan
berada pada tingkat 7,5%, sedikit lebih tinggi dari tahun 1996 lalu. Namun lebih rendah
dari tingkat pertumbuhan pada tahun 1995 yang berhasil mencapai tingkat 8,1%. Hal ini
sebagian besar karena, di luar kebijaksanaan uang ketat yang masih akan diteruskan,
pertumbuhan ekspor dan produksi hasil industri diperkirakan berkembang dengan kurang
menggembirakan karena permintaan luar negeri yang memang melemah. Walaupun pada
kuartal kedua tahun 1996 yang lalu terdapat surplus perdagangan luar negeri sebesar 740
juta Dolar AS, tetapi tanda-tanda perbaikan dalam neraca perdagangan setelah itu belum
juga nampak. Bahkan banyak kalangan yang semakin mengkhawatirkan memburuknya
neraca pembayaran dewasa ini. Terlebih-lebih setelah adanya isue devaluasi akibat kurs
rupiah yang tidak menentu.

Namun di sisi lain tingginya tingkat suku bunga, meski telah menurun, banyak merisaukan
kalangan masyarakat. Bahkan termasuk pejabat yang dalam tugasnya tidak berhubungan
dengan tingkat bunga, apalagi mempunyai kepentingan dengan indikator moneter yang
satu ini. Sebagai dampaknya, diperkirakan penanaman modal dalam negeri akan kurang
berkembang mengingat ketatnya kebijaksanaan kredit serta pengaruh tingkat bunga
tersebut, meskipun di sisi lain, penanaman modal asing masih bisa diharapkan terus
berdatangan dalam bulan-bulan mendatang. Ini merupakan segi yang positif. Namun
dengan kejadian akhir-akhir ini dan adanya kekurangpastian yang disebabkan oleh
kekurangjelasan posisi serta kebijaksanaan Pemerintah sendiri, diperkirakan masih sulit
menarik Penanaman Modal Asing (PMA).

Bersamaan dengan turunnya pertumbuhan ekonomi tersebut diperkirakan tingkat inflasi


juga akan rendah, hanya sekitar 8% saja. Angka ini merupakan angka terendah selama
empat tahun terakhir. Meskipun angka tersebut masih di atas rencana dalam Repelita VI,
yang menetapkan angka inflasi rata-rata 5%, penurunan tersebut cukup melegakan. Namun
demikian, rendahnya inflasi itu bisa saja merupakan refleksi dari rendahnya permintaan
masyarakat akibat pendapatan yang kurang berkembang selama tiga tahun terakhir ini.
Apalagi dengan inflasi yang diperkirakan sebesar 80% sampai akhir tahun 1998, sulit
untuk mengendalikan angka tersebut di bawah 'dua digit' dalam tahun-tahun mendatang.

Pertumbuhan ekonomi selama tiga dasawarsa terakhir ini menimbulkan kesadaran di


dalam diri banyak negara berkembang bahwa proses tersebut tidak selamanya membawa
perbaikan dalam tingkat kehidupan rakyatnya yang sebagian besar boleh dikatakan masih
hidup dalam kemiskinan. Tingkat pendapatan yang lebih rendah mempengaruhi
kemampuan suatu keluarga untuk memiliki akses terhadap pusat pelayanan kesehatan,
pendidikan kesehatan, program/pendidikan tentang makanan, makanan bergizi,
pengeluaran-pengeluaraan lain untuk kesehatan, rumah dan sumber air bersih.

Pendapatan masyarakat merupakan faktor utama penggerak perekonomian nasional,


betapapun kecil peranannya. Kenaikan pendapatan dari sisi konsumsi, akan menggerakkan
pertumbuhan lewat perkembangan produksi dan pemasaran. Sedangkan sisi tabungan akan
memperbesar investasi dan menumbuhkan kreatifitas. Oleh karena itu, upaya
menggerakkan pendapatan masyarakat, betapapun kecilnya lebih bermakna dari sekadar
memperdebatkan angka pertumbuhan semata. apalagi mendebatkan masalah-masalah non-
ekonomi yang kurang relevan di masa krisis seperti dewasa ini.

Pendapatan per kapita ini juga dipergunakan sebagai syarat suatu negara baru sudah lulus
dari predikat negara penerima bantuan (aid recipient), apabila pendapatan per kapita suatu
negara telah mencapai 5.055 Dolar AS per tahun. Meskipun Indonesia memiliki
pendapatan per kapita rendah, namun dimasukkan dalam kelompok negara-negara dengan
pendapatan per kapita cukup tinggi dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pada tahun
1994 pendapatan perkapita Indonesia adalah sebesar 880 Dolar AS. Namun sejak krisis
yang melanda pada bulan Juli 1997, khususnya dengan menurunnya nilai tukar rupiah
terhadap Dolar AS, pendapatan per kapita penduduk diperkirakan menurun hingga kurang
lebih hanya sekitar 300 Dolar AS. Dampaknya adalah makin meningkatnya jumlah
penduduk miskin dan jumlah penganggur. Dengan demikian perkiraan bahwa pada tahun
2000 pendapatan perkapita sebesar 1.215 Dolar AS menjadi suatu yang mustahil. Padahal
pendapatan perkapita sebesar 1.215 Dolar tersebut baru sekitar separuh dari level yang
dianggap 'lulus' (Kompas, Juli 1997).

Anggaran Belanja, Pensiun, dan lain-lain

Selama Repelita VI, penyediaan anggaran untuk belanja pegawai mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Apabila dalam tahun pertama Repelita VI (1994/1995) realisasi belanja
pegawai mencapai sebesar Rp12.595,5 milyar maka dalam tahun anggaran 1995/1996
realisasi mencapai sebesar Rp15.371,9 milyar. Sementara itu dalam tahun ketiga Repelita
VI (1996/1997) disediakan anggaran sebesar Rp18.280,6 milyar untuk belanja pegawai.
Yang berarti selama Repelita VI, belanja pegawai pusat mengalami peningkatan rata-rata
20% per tahun.

Sebagian besar pembiayaan untuk belanja pegawai pusat dipergunakan untuk pembayaran
gaji dan pensiun, sehingga realisasi anggaran untuk gaji dan pensiun juga mengalami
peningkatan yang cukup berarti setiap tahunnya. Apabila dalam tahun anggaran 1969/1970
realisasi pembayaran gaji dan pensiun mencapai Rp48,6 milyar maka dalam APBN
1996/1997 pembayaran gaji dan pensiun dianggarkan sebesar Rp14.763,0 milyar yang
berarti mengalami peningkatan rata-rata sekitar 23,6% setiap tahunnya. Dengan
peningkatan tersebut proporsi pembayaran gaji dan pensiun terhadap total belanja pegawai
pusat juga mengalami peningkatan dari sebesar 54,4% dalam tahun anggaran (T.A.)
1969/1970 menjadi 80,8% dalam T.A 1996/1997

Selanjutnya perkembangan belanja pegawai juga dipengaruhi oleh peningkatan


pembiayaan untuk tunjangan beras, uang makan/lauk-pauk, lain-lain; belanja pegawai
dalam negeri dan belanja pegawai luar negeri. Dalam pos pembiayaan gaji dan pensiun,
beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan anggaran tersebut antara lain untuk
menampung kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, dan kenaikan beberapa jenis
tunjangan pegawai, seperti tunjangan keluarga sebagai akibat adanya perubahan status
marital pegawai, kenaikan tunjangan struktural sebagai akibat dari adanya promosi jabatan,
kenaikan tunjangan fungsional pada beberapa jenis profesi tertentu, kenaikan tunjangan
daerah terpencil, serta diperlukannya tambahan anggaran pembayaran gaji pegawai baru
guna mengisi formasi yang tersedia, yang pengangkatannya dilaksanakan dalam tahun
anggaran 1997/1998.

Pembiayaan aparatur pemerintah mencakup pula pegawai daerah yang merupakan bantuan
pemerintah pusat pada pemerintah daerah untuk turut mewujudkan aparatur pemerintah
daerah yang berdaya guna, berhasil guna, bersih dan berwibawa, serta mampu
mewujudkan keserasian dalam pelaksanaan kewajiban dan tugas umum pemerintah dan
pembangunan daerah.

Sementara dalam upaya meningkatkan tabungan dalam negeri terutama tabungan jangka
panjang, dana pensiun mempunyai kedudukan yang strategis. Karena pada dasarnya dana
pensiun menghimpun tabungan masyarakat yang mempunyai waktu jangka panjang, maka
akumulasi dana yang terhimpun dari penyelenggaraan program pensiun dapat digunakan
untuk pembiayaan investasi jangka panjang seperti pembangunan infrastruktur dan proyek-
proyek produktif yang menciptakan banyak lapangan kerja. Pembangunan proyek-proyek
ini pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat. Program
pensiun merupakan salah satu alternatif untuk memberikan jaminan kesejahteraan kepada
karyawan yang telah selesai masa baktinya. Jaminan tersebut diharapkan dapat
memperkecil masalah-masalah yang timbul berupa kesulitan dalam bidang keuangan
akibat tidak mampu lagi bekerja karena usia lanjut, kecelakaan yang mengakibatkan cacat
tubuh atau meninggal dunia. Sedangkan tujuan penyelenggaraan program pensiun, dilihat
dari sisi karyawan adalah untuk memberikan rasa aman dan ketenangan dalam kerja. Rasa
aman dan ketenangan itu selanjutnya akan dapat meningkatkan motivasi, produktivitas dan
loyalitas pada perusahaan tempat bekerja. Sedangkan bila ditinjau dari sisi pemberi kerja,
perusahaan akan mempunyai nilai lebih dan daya saing karena mendapatkan karyawan
yang berkualitas dan profesional. Dengan demikian penyelenggaraan program pensiun dan
asuransi sosial akan memberikan manfaat baik bagi karyawan maupun bagi perusahaan.

Dana pensiun sebagai salah satu lembaga keuangan di luar perbankan yang menghimpun
dana masyarakat yang bersifat jangka panjang, mempunyai peranan yang cukup penting
dalam menunjang keberhasilan pembangunan nasional. Di samping itu, melalui program
penyelenggaraan pensiun diharapkan produktivitas nasional dapat lebih ditingkatkan
sejalan dengan peningkatan motivasi dan gairah kerja bagi para anggotanya, karena telah
mendapatkan jaminan kesinambungan penghasilan dalam masa pensiun atau hari tuanya.

Harapan dan Kendala

Jaminan sosial yang menjadi harapan bagi seluruh pekerja untuk menunjang hidup para
pekerja tersebut, baik pada saat masih bekerja maupun setelah purna karya, perlu terus
menerus diperhatikan dan disesuaikan dengan kondisi yang ada. Apabila pemerintah
maupun para pengusaha tidak memperhatikan masalah ini, akan timbul reaksi keras dari
publik dan para pekerja itu sendiri. Akhir-akhir ini banyak pekerja menuntut kenaikan
biaya jaminan sosial melalui tindakan demonstrasi dan pemogokan. Dampaknya akan
merugikan kedua belah pihak. Bagi pengusaha hal itu berarti terjadinya penurunan
produktivitas baik dari segi kualitas maupun kuantitas hasil produksi, sedangkan bagi para
pekerja bisa berupa penurunan penghasilan karena tidak masuk kerja, serta lebih parah lagi
apabila sampai terjadi pemutusan hubungan kerja.

Meskipun menjadi harapan bagi semua pekerja agar jaminan sosial ditingkatkan, namun
dengan adanya kondisi ekonomi yang tidak semakin membaik belakangan ini, agaknya
harapan tersebut hanya tinggal harapan. Karena justru banyak usaha-usaha yang
belakangan ini terpaksa harus tutup. Bagi usaha yang masih dapat dijalankan, secara
terpaksa pula tidak dapat memberikan gaji secara penuh. Pemotongan yang bahkan hampir
mencapai separuhnya terpaksa harus dilakukan.

Besarnya jaminan sosial dengan berbagai sistem dan aturannya berkaitan erat dengan
besarnya dana yang dapat dihimpun. Pada saat ini jaminan sosial yang berupa tunjangan
pensiun tidak hanya dapat dinikmati oleh para pegawai negeri sipil dan BUMN namun
juga telah diberikan kepada para pekerja swasta. Kebanyakkan di antaranya dilakukan
melalui pemotongan gaji para pegawai tersebut semasa aktif bekerja, dan merupakan
tabungan bagi hari tua para pekerja. Kebijaksanaan ini hanya diberlakukan di beberapa
usaha swasta seperti perbankan. Meskipun telah dianggap menjadi suatu kemajuan, namun
perlu pula diingat bahwa masih banyak segmen penduduk lainnya yang seharusnya
menerima jaminan sosial, sesuai dengan kondisi yang dimilikinya. Seperti misalnya, di
beberapa negara maju telah diberikan tunjangan perumahan (housing subsidy) dan
makanan (food stamp) yaitu berupa rumah penampungan bagi penduduk yang
menganggur. Sesuatu yang masih merupakan 'mimpi-mimpi panjang' bagi para pekerja dan
kelompok bawah dalam masyarakat Indonesia.

Daftar Pustaka

Abella, M. (1998). Pengiriman dan Penempatan Tenaga Kerja Keluar Negeri. Jakarta:
Yayasan Tenaga Kerja Indonesia.

Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN. (1995). Transisi Demografi, Transisi


Pendidikan dan Transisi Kesehatan di Indonesia. Jakarta: BKKBN.

Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN. (1998). Sambutan Pada Seminar Sehari


Hasil Proyeksi dan Perkiraan Parameter Kependudukan. Jakarta Desember 1998.

Perencanaan Pembangunan. (1995). Perkembangan Ekonomi. No. 3 Desember., Jakarta.

Perencanaan Pembangunan. (1997). Visi Pembangunan 2018. Tantangan Bagi Profesi


Administrasi. Mei No.8
Republik Indonesia. Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 1997/1998, Jakarta.

Sampai Kapan Harus Menetek pada Bantuan Luar Negeri. 16 Juli 1997. Kompas.

Sentanoe, K. (1997). "Reformasi Jaminan Sosial di Berbagai Negara". Disampaikan dalam


Seminar Sehari tentang Asuransi/Jaminan Sosial dengan Dukungan Sektor Keuangan
Menghadapi Perubahan Sosial Ekonomi Abad 21, Jakarta 8 Juli 1997.

Tjiptoherijanto, P. (1996). "Situasi dan Peta Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1997".


Disampaikan pada seminar Prospek, Strategi dan Antisipasi Bisnis tahun 1996 yang
diselenggarakan atas kerjasama Promaster, Gatra dan Harian Sumatra Ekspres, di
Palembang, 21 Desember.

.............. (1997). Pertumbuhan. Jakarta. 2 Januari.


International Funding
International Funding
NGO
NGO
Regulations
Regulations

Seminar
Seminar
Discussion
Discussion
Workshop
Workshop
Training
Training
Conference
Conference
Talk Show
Talk Show
Press Conference
Press Conference

Books
Books
Bulletins
Bulletins
Articles
Articles
Reports
Reports
Posters
Posters
Booklets
Booklets

Public Service Standard


Public Service Standard
Peace and Security
Peace and Security
Local Governance
Local Governance
Institutionalization of
Democracy
Institutionalization of
Democracy
Civil Society
Civil Society

Board of Trustees
Board of Trustees
Management and Staff
Management and Staff
Organizational Structure
Organizational Structure

IPCOS ARTICLES
Bagaimana Mencermati Anggaran: Agenda Gerakan Anti Kemiskinan Struktural di
Indonesia

Mengapa kita harus bekerja bersama-sama… …sudah menjadi keyakinan bahwa rakyat memiliki hak
untuk mempengaruhi pilihan publik yang menentukan kehidupan kita. Anggaran publik merupakan
instrumen utama yang digunakan pemerintah untuk mewujudkan keputusannya, dan masyarakat sipil
memiliki kewajiban moral untuk menjamin bahwa rakyat turut menentukan proses tersebut.( Jim Shultz
-Columbia).

Pengantar

Tidak banyak orang awam di Indonesia yang paham bahwa anggaran negara, baik di tingkat nasional
ataupun sub-nasional (propinsi, kabupaten, kota atau desa), sangat berpengaruh pada kehidupan sosial,
ekonomi dan politik sehari-hari. Persoalannya karena ketidakpedulian masyarakat awam, ataupun tiadanya
akses untuk memperoleh informasi yang memadai bagi semua lapisan masyarakat. Hal yang pertama dapat
ditelusuri dari kurang antusiasnya reaksi atau tanggapan masyarakat terhadap pengumuman anggaran baik
di tingkat nasional, propinsi ataupun kabupaten/kota. Hal yang kedua karena ketertutupan pemerintah untuk
memberikan informasi yang rinci pada masyarakat, bahkan cenderung enggan mengumumkan dan
mempublikasikannya secara luas. Ini adalah warisan masa lalu yang selalu menutupi rincian anggaran
sampai pada pihak-pihak (instansi/dinas) yang bertanggung jawab membelanjakannya

Masalah kita hadapi yaitu kemiskinan bukanlah sekedar persoalan kekurangan makan atau rendahnya
penghasilan. Kemiskinan sebaiknya dipahami pula sebagai ketiadaan kemampuan individu atau kelompok
untuk keluar dari kesulitan ekonomi, sosial dan politik karena terciptanya struktur masyarakat yang
menindas dan kebijakan pemerintah yang mengungkung proses pembebasan dari penindasan. Ketiadaan ini
menyebabkan kemampuan rakyat untuk mengakses keputusan yang strategis-termasuk penganggaran-
sangat lemah dan cenderung tidak pernah diberdayakan.

Mengapa Organisasi Non-Pemerintah perlu


Mencermati Anggaran?

Peran dari Organisasi non-pemerintah sangat besar dalam memperkuat daya kritis masyarakat untuk terlibat
dalam proses pengambilan keputusan khususnya penganggaran. Ada dua sisi yang harus diperhatikan
dalam penganggaran. Pertama, di sisi penerimaan baik berupa penerimaan pajak, non-pajak dan hibah.
Kedua, di sisi belanja berupa belanja pemerintah pusat dan dana perimbangan antara pemerintah pusat dan
daerah. Belanja pemerintah pusat, demikian pula pada umumnya belanja pemerintah propinsi dan
kabupaten/kota, terdiri dari belanja rutin (operasional) dan belanja pembangunan (investasi kapital).
dinas-dinas di daerah. Sedangkan belanja pembangunan umumnya terbagi dalam sektor-sektor kegiatan
yang terbagi dalam beberapa besaran seperti: pendidikan, industri, tenaga kerja, kesehatan, dan seterusnya.

Organisasi non-pemerintah dapat memberikan analisis dan informasi yang terandalkan (kredibel),
membuka akses yang luas bagi masyarakat, dan memberikan sumbangan pemikiran bagi debat tentang
anggaran pada saat yang tepat. Tentu saja peranHome Contact
ini harus Us untuk mempengaruhi bagaimana isyu-
ditujukan
isyu anggaran diarahkan, bagaimana membangun prioritas yang sesuai dengan tuntutan kaum miskin dan
keputusan yang berpihak pada yang tertindas.
Copyright (c) 2005Penentuan prioritas,
www.ipcos.or.id. Allbahkan
rights sering ditandai dengan besarnya
reserved.
anggaran yang dialokasikan, menjadi indikator komitmen dari pemerintah terhadap masalah dan kebutuhan
nyata dalam masyarakat.
ANALISIS Sebab itu kepedulian
PERMINTAAN ENERGIpemerintah
KAYUterhadap
BAKAR penderitaan
OLEH masyarakat miskin harus
pula ditandai dengan penajaman prioritas untuk memperkuat daya kemampuan masyarakat miskin dan
RUMAH TANGGA DI PEDESAAN
tersingkir. Perubahan cara pandang harus dilakukan dan dapat dimulai oleh pemikiran yang kritis dan
cermat dari masyarakat sipil untuk memahami anggaran.
Durri Andriani Djumilah Zain
Universitas Terbuka Universitas
Brawijaya
Pada sisi penerimaan seperti pajak, non pajak (retribusi), serta pinjaman dari pihak lain (hutang) dapat saja
menjadi instrumen yang akan membebani rakyat yang sudah menderita . Pemungutan pajak atau retribusi
pada kelompok yang miskin dan tak berdaya secara sosial politik akan menimbulkan penindasan baru bagi
mereka. Hal tersebut sama pentingnya mencermati hutang yang akan membebani kehidupan sosial
Latar Belakang
ekonomi kita sekarang dan masa mendatang. Sebaliknya perhatian yang besar terhadap kegiatan yang
langsung dinikmati oleh masyarakat miskin untuk membangun aset-aset mereka seperti pendidikan dasar,
Daerah
kesehatan, danAliran
kreditSungai Konto
mikro bisa Hulu terletak
mendukung di Kabupaten
proses pembebasan Malang, meliputi dan kemiskinan.
dari penindasan
dua kecamatan yaitu Pujon dan Ngantang. Daerah ini mempunyai ketinggian
antara 800 m sampai dengan 1100 m di atas permukaan laut, termasuk
daerah dengan lereng yang sangat curam. Sekitar 75% tanah daerah Konto
termasuk
Organisasi peka terhadap
non-pemerintah erosi. jejaring yang sangat luas. Hal ini menjadi satu modal dasar bagi
memiliki
proses gerakan massal yang bisa menggugah pemerintah, baik di tingkat nasional maupun sub-nasional
Kebutuhan
(propinsi energi untukuntuk
dan kabupaten/kota) rumahlebih
tangga, usaha tani sapi
memperhatikan perah sertakaum
kepentingan beberapa
lemah, miskin dan tertindas.
jenis industri kecil hampir seluruhnya didapat dari kayu bakar (95% rumah
Kelemahan utama dari Organisasi non-pemerintah adalah kurangnya keahlian, pengetahuan dan cenderung
tangga,
mencermati 100% peternak
kegiatan sapi perah,
parsial dalam 100%
lingkup pembuat
regional yangbata dan genting).
terbatas. Untuk ituYang
perlu suatu gerakan serentak
dimaksud dengan pengertian kayu bakar dalam penelitian ini adalah kayu
dan berskala nasional dengan titik perhatian yang tetap mengacu pada kepentingan rakyat miskin di
tahun,
wilayah kerjatumbuhan semak Anggaran
masing-masing. belukar maupun
adalah limbah pertanian.
pintu masuk Dari
(entry totalyang paling strategis untuk
point)
kebutuhan kayu bakar untuk rumah tangga, sekitar 70% diperoleh
meningkatkan posisi tawar antara negara dan masyarakat sipil yang peduli dari hutankemiskinan struktural.
dengan
dengan cara mencari. Potensi produksi kayu bakar yang berasal dari hutan
dan tanah rakyat hanya mampu memenuhi 80% kebutuhan rumah tangga
atau 60% kebutuhan seluruh konsumen kayu bakar.

Mengapa
Beberapa cara kita
penghijauan)
harus
penanggulangan lakukan
baik dari sekarang juga?
segi produksi (reboisasi,

maupun dari segi pengendalian konsumsi (misalnya Proyek Pengembangan


Biogas) telah dilakukan dengan tujuan mengurangi pemakaian kayu bakar
yang
Pertama, berasal
kondisi dari hutan sehingga
pemerintahan konsumsi
masa transisi masihtidak melebihi
penuh potensi
tanda tanya produksi
besar kemana kebijakan strategi anti
yang ada.
kemiskinan akanDalam kenyataan
diarahkan. Hal inikonsumsi penggunaan
berarti belum terdapatkayu bakarmengenai
kejelasan masih terusbagaimana memperoleh
bertambah, produksi kayu bakar tidak berubah dan usaha dari segi
dana yang memadai untuk membiayai program-program bantuan bagi masyarakat yang miskin dan yang
rentan pengendalian konsumsi
menjadi semakin khususnya
sulit dalam masih
gejolak belum berhasil
ketidakpastian secara
ekonomi memuaskan.
dan politik.
Berdasarkan masalah di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan alternalif kebijaksanaan yang dapat menguasai penggunaan
Kedua,kayu
memperjelas tentang siapa yang menanggung beban sosial dan ekonomi dari belanja pemerintah
bakar secara
yang seharusnya khusus.
lebih Permasalahan
adil dan utama
didasari pada yang dicoba
kemampuan untuk dianalisis
membayar dari setiap individu warganegara.
Pembayaran hutang negara yang sudah membebani bagian terbesar belanja negara mengakibatkan semakin
banyak program-program yang memihak rakyat miskin dikurangi atau dibatalkan sama sekali. Beban
hutang negara saat ini yang pernah kita nikmati hasilnya masa lampau telah menjadi masalah tersendiri.
Tetapi pertanyaannya adalah siapa sebenarnya yang paling menikmati dari hutang yang besar itu? Dan
siapa yang harus pula menanggung beban yang lebih besar dalam pengembalian hutang tersebut?. Kenyataa
mereka yang memanfaatkan dana hutang untuk kepentingan pribadi – termasuk praktik korupsi - masih
belum dituntut sepenuhnya untuk menutupi dan mengembalikan hutang tersebut.

Ketiga, dalam rangka menunjang semangat partisipasi yang demokratis di masa depan, maka peran rakyat
dan masyarakat
dalam sipil harus lebih besar dalam setiap proses pengambilan keputusan yang strategis,
khususnya penentuan
penelitian prioritas
ini adalah kegiatan pemerintah
variabel-variabel ekonomidan alokasi
dan anggarannya.
non-ekonomi Tiadanya partisipasi yang
apa saja
demokratis
yang menjadi petanda bahwa kegiatan yang disusun pemerintah tidak memiliki semangat
kebersamaan dan berakibat
mempengaruhi pada rendahnya
pola konsumsi tingkat
kayu bakar kepercayaan
untuk rakyat
rumah tangga pada
pada pemerintah.
berbagai
strata, dalam upaya mengurangi konsumsi kayu bakar untuk rumah tangga
tanpa mengurangi jumlah energi yang dibutuhkan. Untuk itu ada tiga
pertanyaan utama yang dicoba untuk dijawab dengan penelitian itu, yaitu:
Darimana
i.
Kita mulai Mencermati Anggaran?
Variabel-variabel ekonomi dan non-ekonomi apa yang
mempengaruhi pola
konsumsi kayu bakar untuk rumah tangga yang terjadi dalam strata
lokasi,
Apakah yang disebut anggaran yang
cara mendapatkan, danberpihak rakyat miskin (pro-poor budget)? Menurut definisi Badan
strata pendapatan?
Pembangunan
ii. Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP),
Apakah terjadi perubahan pola konsumsi anggaran berpihak
kayu bakar rakyat miskin adalah praktik
jika pendapatan
kebijakan penganggaran
rumah yang melibatkan kepentingan dan kebutuhan dasar masyarakat yang paling
miskin. Oleh tangga
sebab itu kecualidari
berubah, perlu mencermati
golongan jumlah rendah
pendapatan besarankeuang yang tercantum tabel anggaran,
golongan
beberapa asumsi dan
pendapatantarget kegiatan yang termuat dalam dokumen Nota Keuangan perlu pula dikritisi.
Asumsi dasar menengah
dan target penting
ke atas?diketahui untuk melihat apakah kegiatan yang dibelanjakan ditujukan pada
rakyat miskin
iii. atau tidak,
Bagaimanakah misalnya
trend memberikan
penggunaan kayu kreditbakar
mikromenjelang
atau penyediaan layanan sosial dasar seperti
tahun 2000,
pendidikan, kesehatan,
dengan santunan sosial, dan kegiatan yang sejenis.
adanya pertambahan penduduk dan peningkatan pendapatan?
Seandainya
trend penggunaan kayu bakar meningkat, upaya apa yang sebaiknya
Masalah yangdilakukan
sering dihadapi
supayaoleh para pemerhati
penggunaan anggaran
kayu bakar dari kalangan
menurun organisasi non-pemerintah
tetapi kebutuhan
adalah mendapatkan rancangan anggaran
energi dapat terpenuhi. atau dokumen anggaran untuk tahun yang berjalan yang telah
diundangkan atau sudah menjadi Peraturan Daerah (Perda). Persoalan akses untuk mendapatkan buku
lengkap anggaran memang menjadiTinjauan usaha yang membutuhkan perjuangan dan keuletan tersendiri. Kecuali
Pustaka
nota keuangan dan data anggaran satuan 2, maka hal yang paling penting adalah mendapatkan dokumen
anggaran serinci mengenai
Penelitian mungkin. Memperoleh
konsumsi kayu dokumen
bakar disampai satuan
Indonesia dariempat (atau sering disebut satuan 3A)
segi analisis
akan membantu
ekonomi telah dilakukan sejak dekade tahun 1980-an, dengan titik lembaga
analisis kita mengetahui lebih rinci bagaimana dan pada berat apa saja anggaran
didistribusikan. Hal lain tentunya
pada pengembangan metodeadalah kemana
survainya kita harus
terutama mencari
cara-cara dokumen tersebut. Beberapa instansi
pengukuran
pemerintah baik di pusat maupun di daerah dapat di jadikan
konsumsi yang baik. Peneliti terdahulu belum banyak mencoba sumber informasi mengenai dokumen
anggaran.
menggunakan alat analisis ekonomi yang dapat digunakan untuk mencari
alternatif pemecahan masalah dalam menurunkan kerusakan lingkungan
(1)sebagai
Dewanakibat
perwakilan rakyat kayu
penggunaan (khususnya di kantorsekretariat
bakar yang berlebihan olehdewan).
penduduk.

(2)Berikut
Bappenas (di tingkat beberapa
dikemukakan nasional) studi
atau Bappeda (di tingkatkonsumsi
yang menganalisis propinsi atau kabupaten/kota).
energi
pedesaan. Hasil studi yang dilakukan oleh Earl (1975) di Katmandu Nepal,
(3)menyatakan
Sekretariat bahwa
negara harga
atau Sekretariat
energi yang Daerah
murah(di tingkat
bukan propinsi jaminan
merupakan atau kabupaten/kota).
bahwa masyarakat akan memilih energi tersebut. Di daerah Katmandu harga
(4)batu
Direktorat Anggaran
bara lebih (Departemen
murah dari pada kayuKeuangan) atau
bakar, tetapi Birocenderung
orang keuangan (kantor Sekretariat Daerah di
tingkat propinsi,
menyukai kabupaten/kota).
kayu bakar. Penemuan Earl (1975) yang lain berhubungan dengan
tingkat pendapatan. Dengan meningkatnya pendapatan, penggunaan kayu
(5)bakar
Komunitas media
menurun, massa
tetapi kadang
sampai padakala memiliki
tingkat dokumen
pendapatan rancangan
tertentu anggaran karena aksesibilitas
kecepatan
mereka dengan anggota dewan perwakilan rakyat.
penurunan berkurang dan sampai pada titik kebutuhan minimal penggunaan

Apa yang Perlu Kita Cermati?


Sesuai dengan fokus perjuangan jangka pendek yang telah menjadi kesepakatan pertemuan KIKIS yaitu:
reklaiming hak atas tanah serta kemiskinan dan Pelanggaran Hak Azasi maka ada beberapa sub sektor
belanja dalam anggaran yang harus dikritisi oleh masyarakat para pemerhati anggaran. Pertama, sektor
pembangunan daerah utamanya subsektor pengembangan wilayah dan pemberdayaan masyarakat. Kedua,
sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup dan tata ruang, khususnya subsektor tata ruang dan
pertanahan. Ketiga, sektor perumahan dan pemukiman, utamanya subsektor pemukiman. Keempat, sektor
kayu bakar menjadi stabil.
pertahanan dan keamanan utamanya subsektor keamanan. Perhatian bukan hanya pada belanja rutin tetapi
juga belanja pembangunan. Subsektor –subsektor yang disebutkan di atas secara langsung ataupun tidak
Studi yang sama dilakukan oleh Wiersum (1982) di Filipina menunjukkan
langsung mempengaruhi kegiatan pemerintah yang berkaitan dengan proses reklaiming tanah dan
bahwa konsumsi kayu bakar perkapita menurun bila jumlah anggota
pelanggaran HAM, utamanya kegiatan yang berhubungan dengan penertiban keamanan masyarakat
keluarga bertambah. Dari segi teori ekonomi berarti ada economies of scale.
(kamtibmas)
Hasil penelitian di dasarkan pada cakupan keluarga untuk kelompok dengan
pendapatan sama.

Dua penelitian yang mengadakan studi konsumsi energi di Indonesia adalah


Nota keuangan biasanya mengawali penyampaian Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja baik di
Strout (1980) dan Pitt (1982). Studi Strout di pusatkan pada konsumsi
tingkat nasional maupun di daerah. Bila kita telah memiliki dokumen Rancangan APBN atau APBD, maka
minyak tanah dengan memanfaatkan data Susenas tahun 1970 dan 1976.
ada beberapa langkah yang dapat kita bandingkan di antara mata anggaran dan diteliti untuk siapa atau
Salah satu kesimpulan studi ini adalah bahwa minyak tanah dan kayu bakar
kegiatan apa.
saling bersubstitusi. Sementara itu Pitt (1982) yang juga mengambil cakupan
Indonesia, menggunakan data Susenas tahun 1978. Untuk mengatakan
kesulitan menetapkan harga kayu bakar, di tahun (1987) memakai
pendekatan dengan menggunakan proporsi tertentu harga arang. Salah satu
Kita dapat mencermati antara sisi penerimaan dan belanja. Sisi penerimaan menyangkut seberapa besar
hasil penelitian di tahun (1982) ini menyatakan tidak ada bukti yang
sumber-sumber rakyat diambil (melalui pajak, retribusi, dan penerimaan cukai). Apakah ada pajak,
mendukung bahwa kenaikan harga minyak tanah menyebabkan orang
retribusi, atau pungutan lain yang tidak adil atau bahkan ditujukan pada kelompok rentan kemiskinan
berpindah ke kayu bakar (berbeda dengan penemuan Strout). Hasil lain yang
seperti para pedagang kaki lima atau sopir angkutan kota atau kelompok-kelompok yang berpenghasilan
diketemukan di tahun (1982) adalah bahwa variabel pendapatan
rendah. Bila ya, mungkin bisa dibandingkan dengan beban yang harus dikenakan pada kelompok yang
mempengaruhi konsumsi kayu bakar secara nyata dengan arah negatif, baik
lebih baik kondisi sosial ekonominya
untuk daerah kota maupun desa di Jawa. Hasil ini dapat diartikan bahwa
kayu bakar sudah menjadi barang tuna nilai (enferior), dan menurut Pitt
(1982) apabila peningkatan pendapatan terus berlangsung akan membantu
mengatasi kerusakan lingkungan.
Sedang pada sisi belanja dapat dibandingkan antara belanja rutin (kegiatan operasional pemerintah) dengan
belanjaBeberapa
pembangunan (kegiatan
penelitian yang yang langsung data
menggunakan untuk kegiatan
primer rakyat).
dalam Berapa besar biaya untuk
penelitian
pemeliharaan
konsumsi rumah
energipara pejabat
untuk dengan
rumah penyediaan
tangga di lakukanpemukiman
antara lain bagi
oleh kelompok
Nasendi miskin. Selain itu bisa
pula dilihat besaran belanja yang rasional untuk pembelian barang atau
(1978), Satyawati (1982) dan tim peneliti IPB (1988) dengan cakupan peralatan kantor seperti komputer
kendaraan operasional
daerah penelitianuntuk
yang kantor gubernur
berbeda. Nasendiatau bupati
(1978) dan sebagainya.
memasukkan variabel
pendapatan keluarga, jumlah keluarga, tingkat pendidikan kepala keluarga
serta umur rata-rata suami isteri dalam model analisis yang digunakan.
Satyawati (1982) menggunakan 6 variabel kontinyu yaitu jumlah keluarga,
Namuntingkat
perlu secara cermatpendidikan
pendapatan, melihat apakah
suami,dalam kegiatan
pendidikan pembangunan
istri, masih terdapat kegiatan seperti
persediaan bahan
biaya administrasi
baku, serta luas tanah; sedang tim peneliti IPB (1988) menggunakan 4 akan kembali ke biaya
umum, pemeriksaan, verifikasi dan penelitian yang biasanya
aparatur dan lembaga
variabel pemerintah.
kontinyu yang samaBanyak
denganAPBD
Nasendi menempatkan
dan menambah sebagian kegiatan
2 variabel barurutin yang dibiayai oleh
belanjayaitu,
pembangunan.
harga minyak tanah serta harga pasar kayu bakar.

Hasil studi masing-masing peneliti menunjukkan bahwa semua variabel


kontinyu yang dipakai dalam model konsumsi kayu bakar untuk rumah
Ada beberapa mata anggaran
tangga seperti pada sisi belanja
tingkat pendapatan, - baik kepala
pendidikan rutin maupun pembangunan
keluarga, umur rata- - yang perlu diperhatikan
sehubungan
rata suami istri, persediaan bahan bakar, harga pasar kayu bakar serta hargaantar mata anggaran dalam
dengan agenda anti kemiskinan KIKIS. Kita dapat membandingkan
satu kelompok atau antara
minyak tanah belanja
tidak ada yangrutin dengan pembangunan.
berpengaruh Mata-mata
secara meyakinkan. anggaran tersebut meliputi:
Dari semua
variabel kontinyu yang digunakan dalam penelitian ini ketiga peneliti hanya
1. menemukan
Sisa lebih/kurang perhitungan
satu variabel sosialanggaran tahun sebelumnya.
yang berpengaruh Karena
nyata yaitu, jumlahanggaran ditetapkan pada awal
tahun anggaram (Fiskal) maka pada umumnya terjadi selisih perkiraan dalam tahun berjalan. Tepat
di pertenggahan tahun anggaran biasa dilakukan revisi dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Tambahan (APBT). APBT dilakukan untuk menyesuaikan antara perkiraan dengan kenyataan
perkembangan ekonomi masyarakat. Sehingga di akhir tahun anggaran akan terjadi pula sisa lebih
atau kurang perhitungan anggaran tahun sebelumnya. Bila terjadi sisa lebih berarti pendapatan
melampaui perkiraan atau belanja tidak sesuai perkiraan. Bila terjadi sisa kurang berarti pendapatan
2. Sektor Pembangunan Daerah mata anggaran no. 09.Di dalamnya ada dua subsektor yang berkaitan
erat dengan pembangunan wilayah yaitu mata anggaran 09.1; sedangkan subsektor pengembangan
wilayah dan pemberdayaan masyarakat pada mata anggaran 09.2. Mata anggaran ini perlu dicermati
karena membiayai kegiatan yang berkaitan dengan upaya pemberdayaan masyarakat. Persoalannya
kegiatan apa dan kelompok mana yang akan diberdayakan. Oleh sebab itu secara rinci perlu
diketahui kemana uang ini akan dialokasikan. Lebih khusus lagi di tingkat propinsi dan
kabupaten/kota, kegiatan-kegiatan yang dibiayai oleh mata anggaran ini harus jelas dan benar-benar
keluarga.
ditujukanPenelitian-penelitian
pada rakyat di luar dari tentang
danakonsumsi energiyang
alokasi umum pedesaan selama oleh
dianggarkan ini, APBN.
meskipun ada penyempurnaan teknik dan pengambilan sampel, identifilkasi
3. Sektor Sumber Daya alam dan Lingkungan Hidup dan Tata ruang mata anggaran no.10 yang terdiri
variabel
dari duamaupun
subsektor cara pengukuran
yaitu: subsektorvariabel,
Sumbermasih terasadan
daya Alam ada Lingkungan
kekurangan,hidup 10.1 dan subsektor
terutama untuk penelitian yang menggunakan data primer. Kekurangan
Tata ruang dan Pertanahan 10.2. Khusus subsektor 10.2 sangat berkaitan erat dengan kegiatan di
tersebut adalah:
bidang pertanahan. Kegiatan penyusunan rencana umum tata ruang (RUTR) perkotaan dan rencana
tataruang dan wilayah (RTRW) sering berbenturan dengan kepentingan masyarakat utamanya pada
i. Terjadinya atau
pengambilalihan variasi konsumsi
konversi yang sangat
peruntukan lahanbesar
yanguntuk
biasa energi yang sengketa pemilikan dan
menimbulkan
sama pada
pemukiman di masyarakat. Kegiatan ini perlu dicermati baik di belanja rutin maupun pembangunan.
populasi
Kita harus secara yang sama,
teliti padabesaran
melihat penelitian
dan dengan penelitian dan
kegiatan-kegiatan waktu
(sub-subsektor). Penelusuran
yang berbeda.
(tracking) anggaran dari kegiatan di bawah sektor ini akan memberikan penjelasan bagaimana uang
rakyat Misalnya,
dibelanjakan konsumsi
dan siapaenergi
yangbiomassa
memperolehperkapita di Jawa
manfaat dari Timur
kegiatan (program ataupun proyek)
menurut
pemerintah.
4. SektorSoemarno
Perumahan(1973) adalah 0,52mata
dan Pemukiman m3, sedang
anggaran menurut Setyawati
no.14 terbagi (1975)
dalam dua katagori: subsektor
adalah
perumahan (14.1) dan subsektor pemukiman (14.2). Sektor ini menyentuh hak dasar rakyat untuk
1,27 m3;
memperoleh di Daerah
tempat tinggal.Aliran Sungai
Perhatian Solo konsumsi
terhadap masalahbiomassa
reklaiming perkapita
tidak dapat dipisahkan dari
menurut Wiersum (1975) adalah 0,36 m3, sementara menurut
penyediaan pemukiman bagi rakyat yang tersingkir. Kebijakan terhadap masalah pemukiman dan
Wongsodijaja
penyediaan rumah yang memadai bagi masyarakat kelompok miskin menjadi isyu penting untuk
(1976) adalah
diperdebatkan 1,13 m3, dan
oleh masyarakat. menurutdiLPHH
Termasuk dalam(1969) adalah
kegiatan 0,74 m2.
ini adalah pengusuran daerah-daerah
ii. Pengambilan sampel.
kumuh dan penertiban daerah di sekitar daerah aliran sungai (seperti di DKI Jakarta).
5. SektorHaeruman
Keamanandan danNasendi (1978)
Ketertiban Umum tidak memberi
mata alasan
anggaran no.mengapa
20. yang terdiri atas dua subsektor
tingkat pendapatan penduduk dipakai sebagai
yaitu: subsektor Pertahanan (20.1) dan subsektor Keamanan (20.2).strata, juga tidakKedua subsektor ini harus
dijelaskan
benar-benar cara mengambil
dicermati duaterjadinya
karena sering desa sebagai sampeloleh
kekerasan dariaparat
tiap lokasi
negara terhadap rakyat yang
yang dipilih.
kegiatannya dibiayai oleh rakyat sendiri. Dalam subsektor pertanahan di tingkat propinsi dan
iii. Belum ditemukannya
kabupaten/kota variabel“pembinaan
mencakup kegiatan ekonomi yang secara meyakinkan
ketertiban umum” yang sering diterjemahkan
mempengaruhi konsumsi kayu bakar. Alasan
menjadi penggarukan dan penggusuran terhadap pedagang kaki untuk hal inilima
diduga
atau tukang becak di
adalah ketidaktepatan dalam mengidentifikasi variabel
perkotaan. Demikian pula penggusuran oleh polisi pamong praja atau hansip ekonomi dan terhadap para
pemukimsosial
liarini
didi masukkan sebagian variabel pengeras dan atau ketidak-
perkotaan.
tepatan pengukuran masing-masing variabel.
iv. Kesimpulan hasil penelitian terlalu umum kurang mencerminkan
spesifikasi sub-sub populasi. Sementara kebijaksanaan di bidang
energi yangmata-mata
Analisis dan mencermati operasionalanggaran
di suatu tersebut
wilayah diseharusnya
atas akan menampung
memberikan gambaran bagaimana
spesifikasi sub-sub populasi yang ada di wilayah tersebut.
keberpihakan pemerintah baik nasional maupun daerah kepada masyarakat miskin dan tertindas. Besar
ataupun kecilnya anggaran bukan satu-satunya indikator perhatian pemerintah tetapi lebih dari itu harus
diketahui kegiatan apa yang telah dibiayai Landasanoleh Teori
uang rakyat melalui anggaran baik APBN maupun APBD.

Menurut teori Klasik, masalah yang dihadapi oleh rumah tangga adalah
melakukan pilihan terhadap jenis serta jumlah barang dan jasa yang
dikonsumsi dalam suatu kombinasi yang dapat mengoptimalkan kepuasan,
Dengan Siapa Kita Diskusikan Rancangan
dengan alat pemuas yang terbatas. Dalam melakukan proses pemilihan
tersebut banyak faktor yang dipertimbangkan oleh rumah tangga, antara lain,
Anggaran?
harga barang itu sendiri harga barang lain, pendapatan, dan selera. Hubungan
fungsional antara faktor yang berpengaruh dengan konsumsi bila dinyatakan
dalam bentuk matematis adalah:

Anggaran bukanX1 = X1 (Pinstrumen


hanya 1, P2, I, Z) ekonomi bagi pemerintah tetapi lebih dari itu telah menjadi alat

kekuasaan dan menjadi keputusan politik yang penting. Oleh sebab itu keputusan tentang anggaran baik di
tingkat nasional maupun daerah membutuhkan legitimasi (keabsahan) dari rakyat melalui wakil rakyat di
lembaga perwakilan. Pengesahan anggaran membutuhkan persetujuan dari lembaga perwakilan rakyat.
Untuk menempatkan agenda rakyat dalam inti diskusi maka perlu dilakukan upaya lobi dan dengar
pendapat umum dengan para wakil rakyat. Setiap penajaman prioritas dan kegiatan yang langsung untuk
melakukan pendekatan dengan anggota dewan perwakilan rakyat baik di tingkat nasional maupun di
daerah.

Teknik pendekatan membutuhkan pengetahuan yang luas mengenai peta politik dan konstelasi atau aliansi
dari para wakil rakyat secara individu maupun fraksi (kepartaian). Pendekatan individual dapat efektif bila
kita dapat membicarakan
X1 = jumlahsecarakonsumsiintensif dengan para pimpinan dewan atau fraksi di dewan perwakilan
rakyat karena Pstruktur
1 = hargadi dewan
barang mamang
itu sendirimasih demikian. Kita dapat pula melakukan pendekatan dengan
fraksi-fraksi yang
P2 = memiliki
harga barangagenda
lainpolitik yang dekat dengan agenda perjuangan KIKIS. Pemahaman
tentang konstelasi, kepentingan politik dan isyu populer dari kita menjadi alat efektif untuk
I = pendapatan
mengagendakan Z =kepentingan
selera (antara masyarakat
lain dapatmiskin dalam
diwakili oleh APBN ataupunusia,
jenis kelamin, APBD. Kemampuan untuk
mengangkat isyu-isyu anti kemiskinan
tingkat pendidikan, jenis yang bisa mempopulerkan partai seorang anggota dewan bisa
pekerjaan).
menjadi alasan paling efektif bagi para wakil rakyat memperjuangkan agenda kaum tertindas.
Fungsi di atas menunjukkan jumlah suatu barang yang dikonsumsi pada
berbagai tingkat harga, pendapatan dan selera yang menghasilkan kepuasan
optimal. Dalam konsumsi kayu bakar di Daerah Aliran Sungai Konto, empat
Selain variabel
dengan para wakil
di atas jugarakyat di lembaga
dipakai, perwakilan,
hanya untuk agenda
harga kayu dan
bakar prioritas
dipakai masyarakat dalam rancangan
2 cara
anggaran dapat dilakukan
perhitungan denganmenggunakan
yaitu dengan pihak komunitas media
harga pasarmassa. Mediatangga
bagi rumah massa memiliki kemampuan untuk
mengubah
yangopini publikserta
membeli terhadap
dipakai isyu tertentu.
harga Kemampuan
bayangan kitatangga
bagi rumah untuk menyebarkan
yang isyu-isyu sentral
dalam mencari.
media massaUntuk akan lebih total
analisis mengefektifkan upaya lobi
wilayah digunakan danbayangan
harga diskusi dengan
karenapara wakil rakyat. Media
massa sebagian
memiliki besar
jaringan yang luas
konsumen terutama
(78%) media yang
menggunakan kayudiakui memiliki
bakar dengan audensi
cara luas di masyarakat
nasional atau daerah.
mencari. Untuk mengukur harga bayangan dipakai konsep opportunity cost
yang digunakan oleh Hyman (1982), yaitu di dasarkan pada upah yang
berlaku di sektor pertanian sesudah memperhitungkan tingkat pengangguran.
Untuk harga barang substitusi dipakai harga minyak tanah, sedang untuk
Pada tingkat paling
mewakili awalselera
besaran sebelum rancangan
dipakai tingkatanggaran diumumkan,
pendidikan serta jeniskegiatan
pekerjaan.konsultasi dan diskusi internal
dengan pihak pemerintah (lembaga eksekutif) perlu pula dilakukan. Untuk tingkat nasional pembicaraan
awal dengan
Secara pihak departemen
keseluruhan keuangan
ada tujuh akan
variabel sangat bermafaat.
independen Untuk tingkat
yang digunakan dalam daerah, pembicaraan awal
denganmodel
BAPPEDA
konsumsi dan kayu
kepala daerah
bakar (Gubernur/Bupati/
untuk Walikota)
rumah tangga, yaitu akan sangat bermafaat untuk
(1) pendapatan
mempertajam
keluargaprioritas
(2) harga dalam
kayuAPBD.
bakar, (3) harga minyak tanah, (4) tingkat
pendidikan istri, (5) tingkat pendidikan suami, (6) jumlah keluarga serta (7)
jenis pekerjaan. Dengan menggunakan analisis permintaan diharapkan dapat
diketahui variabel penentu
mana yang berpengaruh nyata pada pola konsumsi kayu bakar rumah tangga.
Bagaimana menyampaikan isyu anti kemiskinan?
Hasil ini menjadi masukan untuk memilih alternatif kebijaksanaan yang
mengurangi konsumsi kayu bakar, sekaligus dapat mencukupi kebutuhan
energi untuk keperluan yang sama.

Ada beberapa kata kunci untuk menyusun Hipotesis


format analisis anggaran atau mengkritisi rancangan anggaran.
Namun semua bergantung pada kemampuan komunikasi, kampanye dan jejaring yang tersedia. Secara
Berdasarkan
sederhana petunjuk tujuan penelitian
sederhana yang
di bawah inidinyatakan dalam
dapat menjadi tiga pertanyaan,
“latihan awal” untukadamengkiritisi rancangan
dua(APBN
anggaran hipotesis yang
atau dikemukakan sebagai jawaban sementara yaitu:
APBD).

1. Diduga
(1) Berikan duadan
argumen variabel
temuanekonomi
dalam (tingkat pendapatan
bahasa yang dandan
sederhana harga kayudimengerti tanpa
mudah
bakar istilah yang sulit, bila mungkin tampilkan tabel pembanding antara apa yang
membumbui
opportunity
direncanakan cost) tahun
anggaran serta dua variabel
depan dan yangnon-ekonomi (jenisterjadi
sesungguhnya pekerjaan
pada anggaran tahun
dan jumlah
sebelumnya keluarga)
atau tahun berpengaruh
berjalan. secara
Atau antara nyatayang
hal-hal terhadap pola ketidakadilan antar sektor di
menunjukan
konsumsi
sisi belanja (rutinkayu bakar
dengan untuk rumah atau
pembangunan) tangga. Pengaruh
antar empatsatu
sektor dalam variabel
kelompok (pembangunan saja
ini berlaku
atau rutin saja). untuk seluruh kawasan Konto Hulu (lokasi D), rumah
tangga yang ada di lokasi pinggiran hutan yang sekaligus didominasi
kelompok
(2) Tampilkan dalampendapatan
sajian yangrendah (lokasi
informatif A). sejumlah grafik mengenai fakta dan data yang
termasuk
bisa dikumpulkan. Fakta atau data yang valid dan meyakinkan akan banyak membantu
memperjuangkan agenda kaum miskin.

(3) Perkuat hubungan dengan kalangan media massa dan mengajak mereka untuk
menerbitkan/menayangkan/menyiarkan hasil temuan atau argumen kita. Media memiliki kekuatan
dasyat untuk mempengaruhi opini publik dan merubah cara pandang.
(4) Membantu sesama anggota jejaring yang bekerja di akar rumput (grass roots) untuk mendapatkan
data atau fakta primer mengenai penyimpangan atau ketidaktepatan program atau t arget kegiatan
yang dibiayai oleh APBN atau APBD.

2. Diduga perubahan pendapatan berpengaruh positif dan nyata untuk


Kapan mendiskusikan Rancangan Anggaran?
kelompok
rumah tangga miskin di seluruh lokasi baik yang mencari maupun
yang membeli, sedang bagi rumah tangga yang berpendapatan
sedang keatas berpengaruh positif dan meyakinkan untuk rumah
tangga pinggiran hutan (lokasi A) sedang untuk rumah tangga
Anggaran memiliki siklus
pinggiran selama
kota satu tahun.yang
dan kelompok Jadwal pembahasan
membeli rancangan
berpengaruh anggaran perlu dicermati
negatif
mengingat kitaartinya
perlu menyampaikan agenda
kayu bakar menjadi dan argumen
barang interior. tepat waktu dan pada pihak yang paling
menentukan. Pemahaman tentang waktu dan kesempatan yang terbaik untuk setiap daerah akan
menentukan efektifitas diskusi atau perdebatan.
MetodologiBeberapa minggu sebelum disampaikan RAPBN atau
RAPBD selalu terjadi kegiatan konsultasi antar lembaga (komisi anggaran atau Komisi E dengan pihak
pemerintah).
Sampel unit analisis adalah rumah tangga yang menggunakan kayu bakar.
Metode pengambilan sampel adalah acak berstrata (stratified random
sampling) dan sebagainya:

Saat yang 1.
tepat untuk memulai
Responden rumahnegosiasi dengan
tangga pada tiap para
rumahwakil rakyat adalahmenjadi
dikelompokkan sesaat setelah RAPBN atau
RAPBD disampaikan di lembaga
tiga kelompok lokasi: perwakilan. Upaya untuk mendiskusikan rancangan anggaran
membutuhkan kecermatan dan kegigihan tersendiri karena masih besarnya sikap tertutup dari aparatur
negara. Mintalah jadwal
A. Daerah pembahasan
pengguna hutan rancangan APBN
: rumah tangga di Sekretariat
yang bermukim DPRpalingatau
jauhrancangan
1 APBD di
sekretariat DPRD propinsi
km dari atau kabupaten/kota.
pinggiran hutan
B. Lokasi tengah hutan: rumah tangga yang bermukim antara 1 km
sampai 2km
Pada tingkat nasional pembicaraan
dari pinggiran hutan mengenai RAPBN di mulai sekitar bulan September atau sesaat setelah
presiden menyampaikan nota keuangan
C. Lokasi pinggiran ke DPR.
hutan : rumah Sedangkan
tangga untuk tingkat
yang bermukim lebihpropinsi
jauh pembicaraan dimulai
pada saat RAPBN disetujui
dari 3 km DPR menjadi APBN atau sekitar bulan November. Saat ini selalu menunggu
saat jumlah Dana
dariAlokasi
pinggiran Umum
hutan.sudah dipastikan jumlahnya oleh pemerintah pusat. Dan untuk tingkat
kabupaten/kota diskusi terjadi pada bulan November dan Desember sesaat sebelum dimulainya tahun
anggaran baru interval
Ukuran 1 Januarijarak
tahun berikutnya.
pada Perhatikan
tiap lokasi A, B, dantahapan pembicaraan
C menggunakan ukurandi tingkat paripurna, komisi,
panitiayang
anggaran
dipakai Nibbering (1980) pada suatu penelitian di daerah aliran Sungaitentang jadwal yang
dan seterusnya. Sebaiknya jangan pernah lengah untuk bertanya
sewaktu-waktu
Konto, diterus
tambahberubah.
dengan sumber lapangan.

Dari tiap lokasi dipilih secara acak 6 dukuh A, 3 dukuh B, dan 3 dukuh C.
Selanjutnya dilakukan penarikan sampel rumah tangga secara acak yang
Ketepatan dalam
berasal darimencari waktuterpilih
setiap dukuh untuk berdiskusi
sebanyak 50danrumah
berdebat dengan
tangga untuk wakil
tiap rakyat akan menentukan
tingkatdukuh.
keberhasilan mengagendakan
Pada tahap pengambilankepentingan
sampel rumah rakyat dalam
tangga, anggaran.
rumah tanggaPersiapan
yang yang terorganisir
dengantidak
baikmenggunakan
akan mempengaruhi seberapa besar kita dapat mempengaruhi
kayu bakar tidak dikeluarkan. Tujuannya untuk para wakil rakyat untuk
mempedulikan kepentingan
memperoleh informasirakyat.
berapaDukungan datasudah
prosen yang dan hasil
tidakevaluasi terhadap
menggunakan kayuanggaran tahun-tahun
sebelumnya
bakar. Rumah tangga yang tidak menggunakan kayu bakar baru dikeluarkan dari wakil rakyat,
akan banyak menentukan upaya kita mendapatkan perhatian yang luas
komunitas
padamedia massa dan masyarakat
saat menentukan hasil regresisecara luas. hasil.
dan analisis

2. Responden rumah tangga yang terpilih dari setiap dikelompokkan ke


dalam
Kata akhir 2 kelompok pendapatan rumah tangga dengan pendapatan miskin
dan rumah
tangga dengan pendapatan sedang ke atas. Dari analisis tahap dua ini

Perjuangan untuk membantu kaum tertindas harus dimulai dari cara yang paling sederhana namun efektif.
Keikutsertaan dalam proses pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas anggaran adalah salah satu
cara strategis yang harus diperjuangkan. Kesulitan pasti ditemui di lapangan karena kultur politik dan
struktur birokrasi yang masih cenderung tertutup.Tetapi dengan kegigihan dan kuatnya jejaring yang
lebih besar dan kebijakan yang lebih arif dari pemerintah untuk mengatasi kemiskinan struktural di
Indonesia baik di tingkat nasional maupun propinsi dan kabupaten/kota. Selamat berjuang.

diharapkan akan diperoleh inforrnasi ada tidaknya perubahan pola


konsumsi kayu bakar bila ada perbaikan tingkat hidup. Dengan hutan More Contents
lain, dilakukan pengujian hipotesis dua.
3. Responden dipilih di kelompokkan lagi berdasarkan cara
mendapatkan kayu
bakar ke dalam dua kelompok: kelompok mencari dan kelompok
membeli.
Ketiga strata yaitu lokasi, tingkat pendapatan, serta cara
mendapatkan kayu
bakar dipakai dalam analisis karena diduga ketiga strata tersebut
mempengaruhi pola konsumsi kayu bakar untuk rumah tangga.
Adapun data primer diperoleh dengan wawancara menggunakan
daftar pertanyaan serta observasi, serta data instansi diperoleh
terutama dengan mengutip hasil publikasi instansi yang
bersangkutan.

Untuk memperoleh variabel yang mempengaruhi pola konsumsi kayu bakar


bagi rumah tangga dan sekaligus menguji hipotesis satu dipakai model
regresi jamak berganda logaritma dengan elastisitas konstan dalam bentuk:

LnQ = ao + a1 LnP1 + a3 LnPj + a3 Lny + a4 LnHh + a5 Lnts + a6 LnTw +


a7 Z1

Q = jumlah konsumsi kayu bakar per anggota rumah tangga/bulan dalam kg


P1 = harga kayu bakar (Rp/pikul)
Pj = harga minyak tanah (Rp/1)
Y = pendapatan rata-rata anggota rumah tangga (Rp/bulan)
Hh = jumlah keluarga
Ts = pendidikan istri (dalam tahun)
Tw = pendidikan suami (dalam tahun)
Z1 = jenis pekerjaan utama kepala keluarga dengan nilai Z1 = 0 untuk yang
bukan
petani dan Z1 = 1 untuk petani
a1 s/d a7 = parameter variabel penjelas
a0 = penggal garis/jumlah pengaruh variabel lain yang tidak dimasukkan
dalam model

Cara mengukur masing-masing variabel penjelas adalah sebagai berikut:

i. Pengukuran harga

Harga pasar kayu bakar dinilai berdasar harga beli per pikul
di lokasi survai. Berat per pikul penjual kayu anak-anak
dikonversi ke dalam berat per pikul orang dewasa dengan
bobot 0,5. Harga bayangan kayu bakar per pikul adalah nilai
waktu mencari kayu bakar per pikul yaitu jumlah jam
mencari kuli upah sektor pertanian per jam kerja produktif.
Harga minyak tanah merupakan harga beli per liter di lokasi
survai.

ii. Pengukuran Pendapatan

Pendapatan per anggota rumah tangga per bulan adalah total


pendapatan keluarga dalam 1 bulan dibagi jumlah anggota
keluarga. Pendapatan diukur bedasar konsep pemikiran
Friedman yaitu rata-rata pengeluaran riil untuk konsumsi per
bulan sebagai penduga pendapatan permanen. Pengeluaran
yang bersifat insidentil dan atau digunakan untuk tujuan
investasi tidak diperhitungkan sebagai pendapatan. Anggota
keluarga adalah orang yang tinggal dalam satu rumah dan
satu periuk serta menjadi tanggungan keluarga tersebut.

iii. ingkat pendidikan

Tingkat pendidikan diukur berdasar jumlah tahun di bangku


sekolah. Orang yang tidak sekolah tetapi mengikuti program
pemberantasan buta huruf diberi nilai 1 tahun (sesuai dengan
penelitian tim IPB, l988).

iv. Jenis pekerjaan

Jenis pekerjaan adalah pekerjaan utama kepala keluarga.


Untuk melihat ada tidaknya perubahan pola konsumsi antar
strata digunakan uji "F" yaitu dengan membandingkan nilai
F yang di hitung dari data sampel dengan F-tabel berdasar
derajat keyakinan tertentu dengan langkah- langkah: pertama
mencari persamaan garis regresi gabungan kemudian dicari
besar kwadrat simpangan baku (variance) dengan simbol
VET; kedua mencari kwadrat simpangan baku yang tidak
dapat dijelaskan dari masing-masing sampel (VES); ketiga
mencari F-hitung yaitu membandingkan selisih nilai VET dan
VES dengan rumus:

Keterangan:
F = nilai F-hitung
VET = kwadrat simpang baku
VES = kwadrat simpangan baku yang tidak dapat dijelaskan
n1 = jumlah anggota sampel sub populasi 1
n2 = jumlah anggota sampel sub populasi 2
K = jumlah parameter termasuk penggal garis (b0)
Keempat membandingkan F-hitung dengan F-tabel pada derajat keyakinan
tertentu untuk menentukan apakah pola konsumsi rumah tangga pada kedua
strata stabil (Ho diterima) atau tidak stabil (Ho ditolak).

Hasil dan Analisis

Potensi Produksi Kayu Bakar dan Konsumsi Untuk Rumah Tangga. Potensi
total produksi kayu bakar di Daerah Aliran Sungai Konto baik yang berasal
dari tanah rakyat maupun hutan ditaksir sebesar 97.000 m3. Konsumsi
rumah tangga sebesar 125.000 m3 taksiran rendah dan 135.000 m3 taksiran
tinggi. Total produksi kayu hanya mampu memenuhi 80% kebutuhan rumah
tangga dan bila kebutuhan sektor industri kecil dan pertanian dimasukkan,
produksi hanya mampu memenuhi 60% total kebutuhan kayu bakar.
Walaupun hasil limbah pertanian cukup besar (+ 100.000 m3), tetapi
penggunaannya bersaing dengan keperluan lain yaitu untuk pupuk dan pakan
ternak, di samping itu penduduk tidak menyukai limbah pertanian yang
berupa jerami padi serta pelepah jagung untuk bahan bakar karena cepat
habis dan di khawatirkan mudah menimbulkan kebakaran.

Menurut prediksi Proyek Kali Konto potensi hasil kayu bakar yang berasal
dari hutan sampai tahun 2000 bertahan sama dengan produksi dekade tahun
1990. Agaknya produksi kayu bakar yang berasal dari tanah rakyat tahun
2000 juga bertahan seperti sekarang, karena kayu bakar di tanah rakyat tidak
dibudidayakan secara khusus, hanya merupakan hasil sampingan. Bila pola
konsumsi kayu bakar untuk rumah tangga tetap seperti sekarang, dan energi
pengganti lain yang sesuai dengan kemampuan serta kemauan masyarakat
tidak segera diketemukan, krisis energi kayu bakar makin terasa di daerah
ini, dan ancaman terhadap kelestarian hutan akan terus berlangsung.

Karakteristik Rumah Tangga Sampel

Mengetahui ciri-ciri rumah tangga sampel berguna sebagai masukan untuk


memperjelas mengapa rumah tangga menggunakan kayu bakar. Jumlah
rumah
tangga sampel yang menggunakan kayu bakar adalah 92% dengan sebaran
68%
menggunakan kayu bakar untuk memasak tanpa energi lain, dan 24%
menggunakan bersama-sama minyak tanah. Adapun ciri-ciri responden
adalah 60% tergolong miskin, 95% paling tinggi tamat Sekolah Dasar, rata-
rata jumlah keluarga 4-5 orang, dan 82% bekerja sebagai petani (termasuk
sebagai buruh tani); cara memenuhi kayu bakar 76% dengan cara mencari,
sisanya memperoleh dengan cara membeli. Berdasar gambaran responden
rumah tangga sampel dapat dinyatakan bahwa sebagian besar rumah tangga
adalah petani dengan tingkat pendidikan paling tinggi tamat Sekolah Dasar,
serta lebih dari separuh rumah tangga berpenghasilan rendah kelompok
tersebut tidak nyata. Berarti untuk rumah tangga yang berpenghasilan
sedang ke atas konsumsi kayu bakar sudah stabil. Hasil ini sesuai dengan
penemuan Earl di Katmandu, Nepal (1975).

Secara keseluruhan untuk Daerah Aliran Sungai Konto Hulu yang sebagian
besar penduduknya bermukim di pinggiran hutan dan lebih dari separuh
berpenghasilan rendah, elastisitas pendapatan masih positif dan berpengaruh
nyata, artinya kayu bakar masih merupakan barang normal. Hasil ini berbeda
dengan penemuan Pitt (1981) yang menyatakan bahwa kayu bakar di daerah
pedesaan Jawa sudah menjadi barang inferior. Hasil elastisitas pendapatan
yang masih positif dan meyakinkan di kawasan Konto mengandung makna
bila pendapatan terus meningkat dan jumlah yang bekerja di sektor pertanian
tidak berkurang, harapan untuk menurunkan kerusakan hutan sulit terealisir.

Jenis Pekerjaan

Petani secara meyakinkan menggunakan kayu bakar lebih besar dari pada
rumah tangga yang bekerja di luar sektor pertanian. Bagi petani, kayu bakar
bukan saja digunakan untuk memasak bagi kepentingan keluarga sendiri,
tetapi juga untuk memasak bagi pekerja upahan yang bekerja di tanah
mereka, untuk memanaskan badan, mengeringkan kayu bakar serta hasil
pertanian dan bahkan sebagai simbul status sosial. Praise dan Houthakker
(1971) menyatakan bahwa keluarga petani membutuhkan pangan lebih
banyak karena pekerjaannya berhubungan dengan kerja fisik yang berat.
Karena jumlah pangan yang dimasak lebih besar kebutuhan energi untuk
memasak juga lebih besar. Rata-rata rumah tangga petani sampel
menggunakan kayu bakar (per orang) 67% lebih tinggi dibanding dengan
yang bukan petani. Berdasarkan hasil ini, bila proporsi yang bekerja di luar
sektor pertanian dapat dikembangkan dan yang bekerja di sektor pertanian
turun berarti penggunaan kayu bakar dapat dikurangi.

Harga

Harga pasar tidak berpengaruh secara nyata bagi kelompok yang membeli
sebaliknya harga bayangan berpengaruh nyata terhadap kelompok yang
mencari
kayu bakar. Informasi ini dapat diartikan bahwa di kawasan Daerah Aliran
Sungai Konto dengan kondisi 60% rumah tangga sampel adalah miskin,
kayu bakar belum saling menggantikan dengan minyak tanah. Bila harga
kayu bakar naik, mereka tetap bertahap pada kayu bakar untuk memenuhi
kebutuhan dasar minimum dan seandainya terjadi pengurangan konsumsi,
hanya kecil tidak berarti. Ini dapat juga diartikan bahwa subsidi minyak
tanah yang diberikan pemerintah tidak dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat dengan kondisi daya beli minyak tanah masih rendah.
Harga bayangan berpengaruh nyata (jumlah rumah tangga sampel yang
mencari kayu bakar 76%). Harga bayangan mencerminkan jauh dekatnya
rumah tangga dari sumber utama yang menyediakan kayu bakar. Makin jauh
lokasi rumah tangga dari tempat mencari kayu bakar, pemakaian makin di
hemat. Dengan demikian rumah tangga yang bermukim ditepi hutan
menggunakan kayu bakar lebih boros di banding dengan yang bermukim di
kota Kecamatan. Jumlah dukuh yang dekat dengan hutan 53%, kondisi
ekonominya 77% miskin, dan 81% bekerja di sektor pertanian. Dengan
demikian bila ada skala prioritas untuk golongan yang perlu ditangani
terlebih dulu dalam rangka menyelamatkan hutan, maka tepat bila
masyarakat yang bermukim di lokasi A mendapat prioritas utama.

Tingkat Pendidikan dan Harga Minyak Tanah

Kedua variabel ini walaupun tidak berpengaruh secara nyata, tanda koefisien
sebagian besar sesuai dengan hipotesis yaitu negatif untuk pendidikan dan
positif untuk harga minyak tanah. Pengaruh yang tidak nyata untuk
pendidikan diduga karena sebaran jenjang pendidikan tidak merata,
mendekati homogen yaitu setingkat Sekolah Dasar. Pendidikan berhubungan
dengan status pekerjaan. Di daerah pedesaan orang yang makin tinggi
pendidikannya enggan bekerja sebagai petani dan lebih menyukai jenis
pekerjaan lain. Sedang data empiris menunjukkan bahwa mereka yang
bekerja di luar sektor pertanian menggunakan kayu bakar lebih kecil
dibandingkan dengan petani. Maka bila proporsi tingkat pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi ditingkatkan, akan menambah tenaga terampil
yang lebih besar, peluang untuk mendapatkan pekerjaan di luar sektor
pertanian lebih besar dan penggunaan kayu bakar dapat diturunkan.

Dari uji stabilitas koefisien regresi, pola konsumsi antara kelompok rumah
tangga berdasarkan 3 macam strata hasilnya adalah (i) berdasar strata lokasi,
makin jauh lokasi rumah tangga dari sumber produksi kayu bakar, konsumsi
makin turun; (ii) berdasar cara mendapatkan, rumah tangga yang mencari
kayu bakar menggunakan kayu bakar lebih besar dibanding dengan yang
membeli; (iii) berdasar tingkat pendapatan, makin tinggi tingkat pendapatan
elastisitas pendapatan makin mengecil dan akhirnya konsumsi kayu bakar
tidak bertambah lagi atau sudah stabil. Bagi golongan menengah ke atas
yang membeli kayu bakar, barang ini menjadi barang tuna nilai (sesuai
dengan hipotesis 2).

Mengenai R2 pada Tabel R' hasilnya tidak cukp tinggi, tetapi sebagian besar
di atas 0,50. Rendahnya R2 disebabkan karena sifat data cross section yang
kurang besar variasi dari variabel penjelasannya, ada variabel penjelas yang
belum dimasukkan, atau ketidaktepatan penggunaan model. Menurut Rao
dan Miller (1971) bila tujuan utama peneliti menaksir variabel penjelas yang
berpengaruh nyata, maka yang lebih penting adalah memasukkan variabel
penjelas yang menurut teori maupun pertimbangan peneliti perlu
dimasukkan dan bukan memaksimumkan R2 terlebih dahulu. Karena
penelitian ini lebih mengutamakan signifikan/nyata tidaknya pengaruh
variabel penjelas maka yang lebih diperhatikan adalah kuat tidaknya
pengaruh walaupun ada resiko R2 rendah.

Empat Prediksi Kebutuhan Kayu Bakar Rumah Tangga Tahun 2000.


Berdasarkan pertumbuhan penduduk sebesar 1,72% untuk Kecamatan Pujon
dan 0,38% untuk Kecamatan Ngantang, serta pertumbuhan pendapatan per
kapita sebesar 2% maka diperkirakan kebutuhan kayu bakar di wilayah
Konto Hulu untuk rumah tangga sebesar 150.000 m3 per tahun bila 60%
penduduk tergolong miskin. Perkiraan konsumsi kayu bakar untuk rumah
tangga menjadi 164.000 m3 pertahun bila penduduk yang miskin 40%.
Prediksi tersebut didasarkan pada asumsi bahwa yang bekerja di sektor
pertanian tetap 80%, belum diketemukan energi baru sesuai dengan kemauan
dan kemampuan penduduk, proporsii pemakaian limbah pertanian tetap.

Berdasarkan perkiraan Proyek Kali Konto, produksi kayu bakar tahun 2000
sekitar 90.000 m3 (1986) belum termasuk limbah pertanian. Dengan
demikian
diperkirakan terjadi kekurangan sekitar 60.000 m3 atau 40% dari total
kebutuhan
tidak bisa terpenuhi.

Implikasi

Berdasarkan hasil analisis, implikasi kebijaksanaan yang diajukan untuk


mengurangi konsumsi kayu bakar adalah:

i. Jangka panjang

Kebijaksanaan yang meningkatkan pendapatan masyarakat


melalui perluasan kesempatan kerja di luar sektor pertanian.
Peluang kesempatan kerja lebih besar bila tingkat pendidikan
yang menghasilkan tenaga terampil ditingkatkan.
Pelaksanaan kebijaksanaan tersebut perlu ditunjang dengan
program (a) pengembangan sektor- sektor di luar pertanian
yang mempunyai potensi besar untuk berkembang misalnya
bidang pariwisata dan jasa transportasi. (b) Perluasan jenjang
pendidikan formal maupun non formal untuk mempersiapkan
tenaga terampil misalnya mendirikan semacam pusat
pengembang latihan keterampilan kerja di bidang
pertukangan, elektro, mesin, perbengkelan dan lain-lain.
ii. Jangka pendek

Dari hasil analisis terlihat bahwa tanda parameter harga


minyak tanah adalah negatif, berarti penduduk sebenarnya
juga mau menggunakan energi lain, asal sesuai dengan
keinginan mereka. Dengan demikian kebijaksanaan yang
mendorong penelitian dan pengembangan energi alternatif
pengganti kayu bakar adalah penting. Mengingat 60%
responden sampel tergolong miskin, khususnya untuk daerah
pinggiran hutan (lokasi A), maka energi baru yang diciptakan
sebaiknya menggunakan limbah pertanian. Bila limbah
pertanian dimanfaatkan berarti tidak perlu membeli atau bila
membeli harganya sangat murah. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah harga tungku sebaiknya terjangkau oleh
kelompok miskin. Walaupun bahan bakarnya murah bila
tungkunya mahal berarti tidak tepat guna bagi kelompok
berpenghasilan rendah. Proyek pengembangan biogas dengan
kredit lunak sebaiknya tetap dikembangkan, hanya sasaran
konsumen diutamakan pada petani peternak golongan
mampu.

Proyek pengembangan penggunaan limbah pertanian


terutama ditujukan
bagi golongan miskin dengan teknologi tepat guna yang
berciri mempunyai fungsi ganda seperti kayu bakar; bahan
mudah didapat dan harganya terjangkau dengan kondisi
ekonomi sebagian besar masyarakat; harga tungku tidak
lebih mahal dibandingkan harga tungku kayu bakar; proses
pembuatan mudah, maksimum waktu proses sama dengan
lamanya mencari kayu bakar.

Daftar Pustaka

1. Earl, D. E., 1975, Forest Energy and Economic Development,


Clarendon
Press, Oxford.
2. IPB dan Diperta, BP3K. 1981. Program Nasional Penelitian dan
Pengembangan Energi Biomassa di Bidang Pertanian, IPB Bogor.
3. Nasendi, J.B. 1978. Analisis Konsumsi Sumber Daya Energi Kayu
Bakar di Daerah Aliran Sungai Citanduy Jawa Barat, IPB, Bogor.
4. Nibbering, W. et al. 1980. Firewood Trading and Consumption in the
Kali
Konto Project Area. East Jaya. (a socio-economic study in seven
sampel
villages), Malang.
5. Pitt, M. Mz. 1982. The Demand for Energy by Indonesian
Households,
Abbr, version, Jakarta.
6. Proyek Kali Konto. 1982. The Kali Konto Upperwatershed Area in
East
Java, Malang.
7. Prais, S. J. and Houthakker, H. S. 1971. The Analysis of Family
Budgets,
The University Press, Cambridge.
8. Rao and Miller. 1971. Applied Econometrics. Wadsworth Publishing
Com-
pany, Inc, Belmont, California.
9. Satyawati, S. H. 1982. A Quantitative Analysis of House hold Energy
Consumption in Rural West Java Emphasis on Socio - Economic
Influences (PHD Dissertation) Wistcounsin University, Madison.

Kembali ke: Home

Kamis, 06 Oktober 2005 WACANA

Stagflasi Ekses Harga BBM


OlehIhwan Sudrajat

KENAIKAN harga BBM 1 Oktober 2005 makin menambah beban berat rakyat kecil dan
berpenghasilan tetap, yang belum berkurang sejak kenaikan 1 Maret 2005. Kenaikan harga
barang dan jasa pada triwulan I tahun 2005 meningkat lebih besar dibandingkan triwulan
yang sama tahun lalu, bahkan dibandingkan semester sebelumnya.

Kenaikan tertinggi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 10,21%,
diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (3,46%), kelompok
perumahan 2,52% dan kelompok bahan makanan 1,21%.

Keempat kelompok tersebut merupakan kelompok yang mengalami dampak terbesar dari
kenaikan harga BBM. Tingkat inflasi pada triwulan 1-2005 mencapai 3,05%, atau terjadi
perbedaan 2,04% dibanding triwulan yang sama pada tahun 2004 ( Tabel 1).

Kenaikan ini seperti sebuah bejana berhubungan karena akan berpengaruh secara langsung
terhadap daya beli masyarakat. Pada Tabel 2 disajikan persentase biaya BBM dari
pengeluaran menurut sektor.

Di situ terlihat pengeluaran BBM pada rumah tangga mencapai 2,5% dari pengeluaran total
mereka. Artinya, daya beli masyarakat otomatis akan melemah dengan naiknya harga BBM,
belum lagi diperparah dengan ke-naikan harga-harga barang lainnya yang proses produksi
dan distribusinya sangat terkait dengan BBM. Daya beli tentunya berkaitan langsung dengan
kesejahteraan, asumsinya jika daya beli menurun berarti tingkat pendapatan riil menurun dan
pada gilirannya potensi keluarga untuk menjadi lebih miskin menjadi lebih besar.

Kenaikan harga BBM kali ini akan meningkatkan harga barang-barang lebih tajam dibanding
yang lalu. Hal ini terjadi karena kenaikan harga BBM lebih tinggi, ekspektasi masyarakat
terhadap perekonomian nasional makin melemah dan nilai tukar rupiah yang melemah.

Inflasi kadang-kadang berarti juga penerimaan yang lebih tinggi dari pemilik sumber daya.
Jika dipandang dari sisi penerimaan, pada tingkatan tertentu inflasi tidak buruk. Tetapi apa
pun alasannya, inflasi yang tinggi jauh di atas pertumbuhan ekonominya tetap mengundang
kepedihan dan kekecewaan bagi rakyat.

Presiden Ford dan Carter tidak dipilih kembali untuk jabatan kedua karena keduanya tidak
dapat mengendalikan in-flasi. Di era Presiden Reagan, inflasi me-nurun tajam sehingga ia
kembali dipilih untuk masa jabatan kedua.

Dalam pemilihan presiden tahun 1988, George Bush menang antara lain karena
mengingatkan pemilih akan keberhasilan Partai Republik menekan inflasi pada tahun 1980.

Peningkatan harga BBM kali ini merupakan pukulan yang amat berat bagi pelaku usaha.
Mereka yang terbiasa dengan harga BBM murah, kini dihadapkan pada satu kondisi yang
memaksanya harus memikul ongkos BBM yang lebih tinggi. Reaksinya, harga barang akan
dinaikkan untuk menekan biaya operasional yang terus membubung, dengan risiko tidak
semua barang laku terjual atau bisa saja dengan mengurangi out put.

Inilah yang menyebabkan terjadi stagflasi yaitu kombinasi inflasi tinggi dan penurunan
produksi barang. Menurut perhitungan Bank Indonesia, inflasi tahun ini diperkirakan
melampaui angka 9%. Berdasarkan data hingga Agustus 2005, inflasi sudah mendekati
angka 8,5%, sehingga saya menduga tingkat inflasi tahun ini berkisar antara 10,5-12%.

Pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan 5,6-6,2% mungkin tidak akan tercapai sehingga
secara riil sebenarnya ekonomi kita tidak beranjak baik. Kondisi ini berbahaya dan tidak
tertutup kemungkinan peristiwa 1998 akibat inflasi tinggi yang menyebabkan penurunan
daya beli masyarakat mungkin akan terulang, sedangkan penurunan penawaran agregat atau
produksi barang jelas akan menambah jumlah tenaga kerja yang di PHK. Stagflasi juga
berarti terjadinya inflasi yang tidak terantisipasi sangat besar.

Sudah beberapa kali pemerintah membuat statemen tentang asumsi besaran inflasi dalam
penyusunan APBN, namun jarang sekali secara riil mendekati realisasinya. Inflasi tak
terantisipasi membuat banyak masalah, mengakibatkan redistribusi pendapatan dan kekayaan
dari satu kelompok ke kelompok lain sehingga mengurangi kemampuan untuk membuat
rencana jangka panjang dan memaksa mereka yang bertransaksi lebih memperhatikan harga-
harga.

Semakin sulit inflasi diramalkan dan semakin berfluktuasi, semakin sulit juga melakukan
negosiasi jangka panjang. Keseluruhan produktivitas akan turun karena waktu lebih banyak
dihabiskan untuk penyesuaian dengan ketidakpastian sehingga mengurangi waktu yang
tersedia untuk produksi dan konsumsi.

Antisipasi

Ada dua langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi kesakitan rakyat
Indonesia, terutama golongan berpendapatan rendah dan tetap, yaitu berupaya secara terus -
menerus menurunkan tingkat inflasi hingga setinggi-tingginya sama dengan pertumbuhan
ekonomi, dan meningkatkan cadangan devisa pada tingkat yang mampu menumbuhkan
kepercayaan masyarakat internasional terhadap pasar keuangan nasional sehingga stabilitas
nilai tukar relatif terjaga.

Ke depan, siapa pun presidennya, dengan sistem nilai tukar rupiah yang mengambang
mengikuti irama pasar, maka masalah perekonomian nasional akan selalu berawal dari
tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

Perubahan nilai tukar rupiah akan selalu menjadi sumber ketidakpastian ekonomi di masa
datang dan ini merupakan konsekuensi dari sistem ekonomi terbuka yang dianut Indonesia.

Dibandingkan Korea Selatan dan negara-negara Asia Tenggara lainnya, kecuali Singapura,
Indonesia tergolong sangat liberal dalam transaksi keuangan cross border baik dalam valuta
asing maupun rupiah. Hal ini dicerminkan oleh capital control index sebesar 0,35 terpaut
hanya 0,05 dari Singapura yang nilainya 0,30. Sedangkan Korea Selatan, Malaysia, Thailand
dan Filipina dengan nilai indeksnya berturut-turut adalah 0,77; 0,61; 0,60 dan 0,45.

Makin besar nilai indeks, berarti pembatasan arus modalnya lebih ketat (Kurniati, 2000).
Pengawasan modal dihindari karena dikhawatirkan akan mengurangi kepercayaan investor
dan menghambat aliran modal masuk ke Indonesia dan perkembangan serta pendalaman
pasar keuangan domestik. Terlebih Indonesia sangat tergantung pada aliran modal luar negeri
dimana hingga tahun 1997, Indonesia merupakan net importir modal untuk memenuhi
saving investment gap yang besar.

Kontrol modal tidak mungkin dilakukan hanya sekadar untuk menjaga stabilitas nilai tukar,
karena untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi Indonesia masih memerlukan
penanaman modal asing langsung.

Untuk mengatasi tingkat inflasi dan jumlah pengangguran yang makin tinggi, pemerintah
dalam jangka pendek ini harus berhati-hati dalam menerapkan kebijakannya. Kebijakan
fiskal yang sifatnya ekspansif, untuk mendorong tingkat .output swasta guna mengurangi
pengangguran, justru mungkin akan menimbulkan inflasi yang lebih hebat karena
peningkatan yang pesat dari jumlah uang beredar tidak diimbangi dengan peningkatan
penawaran agregat yang memadai.

Pemberian bantuan dana Rp. 100 ribu per keluarga miskin berpotensi inflasioner jika pihak
swasta tidak meresponnya dengan baik.

Oleh karenanya, untuk masa sekarang mungkin pemerintah sebaiknya mendorong terjadinya
peningkatan out put dengan cara melakukan pemotongan tarif pajak. Pengurangan pajak,
akan meningkatkan penghasilan swasta setelah pajak sehingga sektor swasta dapat kembali
merekrut tenaga kerja dan sumber daya lain dalam jumlah yang lebih banyak.

Disamping cara tadi, agar perekonomian terhindar dari ancaman stagflasi, maka Pemerintah
dan Bank Indonesia hendaknya memelihara kredibilitas dari setiap kebijakan yang sudah
dibuat. Pengumuman yang disampaikan kepada masyarakat harus dapat dipercaya dan
mempunyai kredibilitas yang tinggi. Masyarakat harus diyakinkan apa yang dilakukan oleh
otoritas moneter dan fiskal benar-benar akan diterapkan sepenuhnya. Jika dalam
perjalanannya, ternyata menyimpang maka pejabat yang bersangkutan harus berani
mengundurkan diri. Mungkin ketika mengundurkan diri sebagai ekspresi tanggung jawab
terhadap sebuah kegagalan telah menjadi budaya, ekspektasi masyarakat domestik dan
internasional terhadap perekonomian Indonesia dipastikan akan lebih positip. Mudah-
mudahan kita tidak seperti menunggu Godot.(11)

- Ir Ihwan Sudrajat, MM Kabag Pelaporan Analisa dan Pengkajian Pembangunan Biro


Bangda Pemprov Jateng, mhs S3 ekonomi Undip

Berita Utama | Ekonomi | Internasional | Olahraga


Semarang | Sala | Pantura | Muria | Kedu & DIY | Banyumas
Budaya | Wacana
Cybernews | Berita Kemarin

Copyright© 1996-2004 SUARA MERDEKA

[ ABSTRAK PLS ]
ABSTRAK THESIS PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
LULUSAN TAHUN 2005

Asep Iwan Setiawan

PENGELOLAAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN TINGKAT PERTAMA


(Study Kasus pada Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial - BBPPKS
Bandung)

Penelitian ini mengangkat permasalahan utama, yakni : Bagaimana Pengelolaan Pelatihan


Kewidyaiswaraan Tingkat Pertama? yang dijabarkan ke dalam tiga sub permasalahan :
1. Bagaimana perencanaan pelatihan?,
2. Bagaimana pelaksanaan?, dan
3. Bagaimana penilaian Pelatihan ?

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :


1. Mendeskripsikan perencanaan pelatihan,
2. Mendeskripsikan pelaksanaan pelatihan, dan
3. Mendeskripsikan Bagaimana penilaian.

Dari permasalahan dan tujuan penelitian, secara teoritis dapat dikaji dengan konsep pengelolaan.
yang meliputi fungsi-fungsi: perencanaan pelatihan, pelaksanaan pelatihan, dan penilaian
pelatihan, konsep pelatihan bagi orang dewasa, konsep pendidikan luar sekolah dan konsep
widyaiswara dalam pelatihan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan teknik :
1. Studi kepustakaan,
2. Observasi,
3. Wawancara,
4. Studi dokumentasi, dengan subjek penelitian sebanyak 19 orang, dimana analisis data
dilakukan dengan tiga langkah, yaitu : reduksi data, display data, penyimpulan dan
verifikasi, sedangkan validasi dilakukan dengan kreadibilitas, dependabilitas,
tranferabilitas, dan konfirmabilitas.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Balai Besar Pendidikan dan
Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Bandung dalam pelatihan Kewidyaiswaraan Tingkat
Pertama telah melakukan pengelolaan dengan melakukan langkah-langkah: penyusunan
rencana pelatihan, pelaksanaan pelatihan, dan penilaian pelatihan. Dalam penyusunan rencana
pelatihan kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain: kegiatan mengidentifikasi kebutuhan
pelatihan, menyusun desain pelatihan yang meliputi: tujuan pelatihan, kurikulum, metode
pelatihan, pelatih atau fasilitator, peserta, waktu, cara penilaian dan menetapkan atau memilih
media pelatihan yang digunakan. Dalam pelaksanaan pelatihan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan antara lain: persiapan administrasi, sarana, akomodasi dan kelengkapan-kelengkapan
lainnya, dan pemanggilan terhadap calon peserta pelatihan, pembukaan pelatihan, penjelasan
program pelatihan, kegiatan proses pembelajaran, pembulatan, dan penutupan pelatihan. Dalam
penilaian pelatihan melakukan kegiatan-kegiatan antara lain: penilaian kemampuan awal yang
dimiliki peserta (pre test), penilaian terhadap peserta dalam aspek sikap, dan tingkat penguasaan
dalam aspek pengetahuan, dan keterampilan, penilaian terhadap penampilan fasilitator dalam
proses pembelajaran, dan penilaian kemampuan akhir yang dimiliki peserta setelah pelatihan
berakhir (post test) dan penilaian reaksi peserta terhadap penyelenggaraan pelatihan.
Hasil penelitian disimpulkan bahwa pengelolaan pelatihan masih diwarnai kelemahan-kelemahan
diantaranya : pada perencanaan yaitu identifikasi kebutuhan belum tepat sasaran, desain
pelatihan disusun kurang melibatkan pihak-pihak terkait dengan program dan pemilihan media
masih didominasi pihak pengelola, pada pelaksanaan yaitu seleksi peserta tidak ketat, fasilitator
belum mencerminkan sikap dan perilaku yang diharapkan dalam pembelajaran orang dewasa,
sedangkan pada penilaian masih lebih menekankan pada ranah kongnitif dan afektif.

Zusan Zeulvia

MODEL KURIKULUM PELATIHAN PENGGERAK PENDIDIKAN PEMILIH PADA PEMILIHAN


UMUM 2004
(Studi di Komisi Pemilihan Umum Propinsi Jawa Barat)

Penelitian ini merupakan kajian terhadap model kurikulum Pelatihan Penggerak Pendidikan
Pemilih (LPPP) pada Pemilihan Umum 2004 di Komisi Pemilihan Umum Propinsi Jawa Barat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang :
1. model pengembangan kurikulum LPPP,
2. faktor-faktor pendukung dan penghambat implementasi kurikulum LPPP dan
3. syarat dan kualifikasi fasilitator apa saja yang sesuai untuk menerapkan kurikulum LPPP.

Sebagai penuntun, dipergunakan pedoman teoritis yang berhubungan dengan


1. konsep pembelajaran dalam pendidikan luar sekolah yakni a) Knowless (1988), Jarvis
(1963), Goad (1982) serta Graham (2002),
b) Konsep pembelajaran partisipatif dari Knowless (1970) dan Sudjana (1993).
2. Konsep pendidikan pemilih dari Davidson (1993), Catherine Barnes (2001), Ray Rangkuti
(2002), dan Paul Graham (2003),
3. konsep pelatihan dari Mayo & Dubois (1981),Goad (1992),
4. konsep kurikulum dari S. Nasution (1985), Sukmadinata (1988), Sukirno (2000), Ikka
Kartika (2002),
5. konsep yang berkaitan dengan penampilan pelatih dalam pengembangan kurikulum dari
Knowless (1980), Sudjana (1991), Marsh & Stafford (2000). Pengumpulan data dilakukan
melalui studi dokumentasi, wawancara dan observasi aktif pada implementasi kurikulum
LPPP 2004.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitik kualitatif
melalui pengungkapan gejala yang telah dan tengah terjadi. Sampel penelitian adalah tujuh
responden pemeran proses pengembangan dan implementasi kurikulum. Pemilihan responden
dilakukan secara purposive.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa;
1. pertimbangan pengembangan kurikulum berangkat dari kebutuhan organisasi untuk
merealisasikan misinya dalam melakukan pendidikan pemilih,
2. prosedur pengembangan kurikulum menggunakan pendekatan partisipatif,
3. model kurikulum dikembangkan berdasarkan pendekatan kontiuum dengan tipe desain
kurikulum "Problem Centered Design" dengan penekanan "The Core Design",
4. muatan materi kurikulum merupakan kolaborasi materi Voter Information, Voter
Education dan Civic Education,
5. a) Faktor penghambat implementasi kurikulum berakar dari tidak dilakukannya "need
assestment"dan pelibatan seluruh unsur peserta, yakni komponen internal KPU Kota/
Kab,
b) Faktor pendukung paling dominan adalah pelibatan fasilitator dalam pengembangan
kurikulum LPPP dan tim work yang dibangun,
6. Profil fasilitator di mata pemeran memiliki perspektif beragam, terdapat empat rumpun
profil dari dua puluh kualifikasi fasilitator yang dipersepsikan berdasarkan pengalaman
implementasi kurikulum LPPP 2004.

Implikasi hasil penelitian ini mengarah pada;


1. implikasi teoritis; (a) pendekatan partisipatif dalam pengembangan kurikulum perlu
mengakomodir representasi seluruh komponen peserta,
(b) proses pengembangan kurikulum model garis kontinuum merupakan alternatif
menyeimbangkan aspek kebutuhan pelatihan versi organisasi/ agen perubahan maupun
kebutuhan peserta didik,
(c) pengembangan kurikulum LPPP memerlukan tahapan uji coba sebelum implementasi
kurikulum,
(d) perlunya penelitian lanjut tentang kualifikasi fasilitator dalam menerapkan model
kurikulum,
2. Implikasi praktis; (a) perlunya melibatkan narasumber selama proses pengembangan
kurikulum,
(b) perlunya evaluasi menyeluruh untuk mengukur efektifitas sekaligus dampak
implementasi kurikulum

Dede Somarya

PEMBELAJARAN TERPADU DALAM PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN SANTRI


(Studi Kasus pada Pondok Pesantren Daarut Tauhiid di Kota Bandung)

Penelitian ini mempertanyakan tentang bagaimanakah model pembelajaran terpadu, proses


pembelajarannya, hasil belajar dan kemandirian santri mukim Pondok Pesantren Daarut Tauhiid.
Tujuan penelitian adalah mengungkap dan menganalisis tentang : Model pembelajaran terpadu
yang diterapkan, proses pembelajaran terpadu, perubahan-perubahan yang dirasakan santri dan
kemandirian santri dalam kehidupan bermasyarakat.
Teori yang melandasi penelitian ini didasarkan pada model-model pembelajaran terpadu yang
dikembangkan oleh Robin Fogarty. Pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran
yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan (Blane), disisi lain keterpaduan bukan
hanya pada content, tetapi juga pada proses dan pengalaman belajar. Demikian pula secara
beriringan dibahas tentang pembelajaran di pondok pesantren kaitannya dengan pembelajaran
terpadu dalam pembentukan kemandirian santri.
Metode penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan naturalistik melalui studi kasus. Subjek
penelitian terdiri dari dua orang mudabbir, dua orang pengelola pendidikan, empat orang santri
dan empat orang masyarakat. Data diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi
dokumentasi.
Temuan penelitian sebagai berikut :
1. Pembelajaran terpadu telah terjadi di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, dimana
pembelajaran terpadu yang digunakan ada indikasi model shared, tema atau topik
pembelajaran didasarkan pada dua kelompok disiplin ilmu, yaitu keagamaan dan
kewirausahaan,
2. Proses pembelajaran terpadu membahas teori pembelajaran sebesar 50 %, kegiatannya
berlangsung di lingkungan pondok pesantren, dan praktek pembelajaran 50 %,
kegiatannya berlangsung di lingkungan masyarakat dengan melakukan kegiatan ikhtiar,
pengabdian dan khidmat yang dilakukan secara bergiliran oleh santri,
3. Perubahan yang dirasakan santri setelah mengikuti pembelajaran terpadu terdiri dari :
aspek logika, para santri memahami materi belajar dan telah mengantarkannya untuk
selalu belajar dan mencari ilmu; aspek etika, santri selalu berusaha untuk beribadah atau
mendekatkan diri pada Allah SWT serta diusahakan dapat bergaul dengan baik di
masyarakat; aspek estetika, santri memahami pentingnya keindahan, karena dalam
berdakwah tidak semata-mata penyampaian materi tetapi juga seni penyampaiannya;
dan aspek praktika, santri perlu melakukan aktivitas fisik, tetapi terlebih dahulu perlu
menghargai pekerjaan fisik orang lain yang dapat membawanya untuk berbuat serta
dapat membawanya menjadi cekatan dan gesit
4. Bentuk-bentuk kemandirian tercermin dari : ada yang melakukan bisnis secara terfokus
dan bervariasi, ada juga yang bekerja di Daarut Tauhiid, di instansi swasta; ada yang
membelajarkan orang lain, tetapi berbisnis dilakukan pula beriringan; sebagai rasa
kepeduliannya ikut pula kegiatan sosial di masyarakat.

Santri dalam pembelajaran tidak terkotak-kotak baik dari segi materi, proses maupun dalam
pengalaman pembelajaran, tetapi dialami secara terpadu sehingga didalam
mengimplementasikan kemandiriannya dilakukan secara beriringan yang saling menunjang.

Sima Mulyadi

PENUMBUHAN KEMANDIRIAN MELALUI KEGIATAN KEWIRAUSAHAAN KELOMPOK


BELAJAR PAKET B DI PKBM KOTA CIMAHI
(Studi Kasus di PKBM Mitra Dikmas)

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di kota Cimahi, sebagai lembaga maupun sebagai
pendekatan pendidikan luar sekolah yang di arahkan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap
dan keterampilan yang dengan kebutuhan belajar masyarakat dan tuntutan pasar kerja serta
tersedianya sumber pendukung lainnya yang terdapat di masyarakat, tujuannya adalah untuk
meningkatkan kualitas dan taraf hidup melalui kegiatan kewirausahaan sebagai penumbuh
kemandirian ekonomi pada warga belajar paket B setara SLTP.
Kewirausahaan (entrepreneurship) akan muncul apabila seseorang individu berani
mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua
fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan
organisasi usaha. Oleh sebab itu, wirausahawan adalah orang yang memperoleh peluang dan
menciptakan suatu organisasi untuk mengejar peluang itu (Bygrave 1995:14)
Pendekatan yang dilakukan peneliti yaitu pendekatan kualitatif dengan mengamati orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, memahami bahasa dan tafsiran mereka
tentang dunia sekitarnya. Metodologi yang dipakai adalah studi kasus, ini akan mengeksplorasi
fenomena secara utuh dari awal perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak proses
pembelajaran kewirausahaan serta faktor pendukung dan penghambat. Metode ini menekankan
pada satu aspek kehidupan secara mendalam dan intensif.
Temuan penelitian sebagai berikut
1. Pembelajaran kewirausahaan melalui pengajaran keterampilan telah dilakukan di
kelompok belajar paket B setara SLTP PKBM Mitra Dikmas kota Cimahi, pelajaran inti
sesuai GBPP dan pelajaran Mulok sesuai dengan kebijakan PKBM Mitra Dikmas.
2. Proses pembelajaran inti dilakukan di ruang kelas seperti halnya kegiatan sekolah
reguler pada umumnya dan pembelajaran kewirausahaan melalui keterampilan di ruang
praktek KBU mitra dikmas .
3. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran kewirausahaan di PKBM Mitra Dikmas
muncul kendala-kendala dan peluang yang terjadi dalam pengelolaan kejar Paket B
setara SLTP tersebut.
4. Hasil program pembelajaran yang dicapai kejar paket B, warga belajar mengalami
perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotornya walai sebatas keberhasilan
dasar yang berfungsi sebagai penumbuhan saja.
5. Dampak terhadap kemandirian ekonomi belum tercapai mengingat warga belajar masih
berusia setingkat SLTP dan hanya berfungsi untuk menstimulasi kearah persiapan
bekerja dan berusaha dalam bentuk hasil produk keterampilan yang tersedia, ataupun
berbentuk jasa yang bisa di jual.
Sumber dana yang masih dapat diandalkan dalam penyelenggaraan Pusat Kegiatan Belajar
Mengajar Mitra Dikmas masih menggantungkan kepada Pemerintah melalui Diknas kota Cimahi,
dari hasil KBU dan Keterampilan masih belum dapat dijual dan menghasilkan dana untuk
pembelian bahan baku selanjutnya dan inilah yang menjadi pemikiran para pengelola PKBM di
kota Cimahi.

Dedy Kurniadi

KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGELOLA DALAM PENINGKATAN PRESTASI


KELEMBAGAAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT PKBM
(Studi Kasus pada PKBM Konengsari, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung)

Permasalahan penelitian ini berkenaan dengan aspek kemampuan manajerial pengelola PKBM
yang dibutuhkan dalam rangka mengelola PKBM yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh data tentang profil kemampuan manajerial pengelola PKBM, implementasi, peluang
dan tantangan, serta upaya pengelola PKBM dalam menghadapi peluang dan tantangan
tersebut.
Landasan teoritis sebagai landasan pokok berpikir peneliti, bersumber kepada konsep dasar
manajemen dari Terry, Atmosudirdjo, dan Sarwoto. Landasan pemikiran tentang manajemen
pendidikan dan PLS mengacu kepada teori yang disampaikan Gaffar melalui konsep manajemen
stratejik. Pendapat ahli lain yang penulis rujuk adalah Samuel C. Cetro dan J. Paul Peter.
Konsep-konsep dasar tentang PKBM, penulis rujuk kepada Dinas Pendidikan melalui BPKB.
Berdasarkan permasalahan dan landasan teoritis tersebut, penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis yang menggunakan teknik wawancara,
observasi, dan studi dokumentasi. Berlandaskan kepada metode dan teknik tersebut, analisis
dan pengolahan data bersumber kepada subjek penelitian yakni: penilik PLS, Ketua PKBM,
Tutor, dan warga belajar PKBM.
Hasil temuan dan pembahasan menyatakan bahwa profil kemampuan manajerial pengelola
PKBM Konengsari dalam melaksanakan tugas-tugasnya telah memenuhi kriteri manajemen yang
baik. Aspek yang dianalisis adalah: kepribadian, kemampuan profesional, gaya kerja, dan
akuntabilitas pengelola PKBM Konengsari dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya.
Keempat aspek tersebut diterapkan dalam mengelola PKBM terutama dalam membuat
keputusan, menyusun rencana program kegiatan, mengorganisasikan dan melaksanakan
program yang direncanakan, mengendalikan program kegiatan, mengevaluasi pelaksanaan
program, membina hubungan antarmanusia, memerankan gaya-gaya kerja memimpin kelompok,
dan akuntabilitas terhadap fungsi dan peranan. Sistem manajerial tersebut secara signifikan
menunjukkan keberhasilan dan peningkatan yang signifikan terutama terjadi pada tingkat
partisipasi warga belajar dan peningkatan produktivitas program.
Berdasarkan kepada temuan dan pembahasan di atas, penelitian ini menyimpulkan bahwa
sistem pengelolaan PKBM perlu memperhatikan dan mengembangkan aspek-aspek manajerial,
yakni kepribadian, kemampuan profesional, gaya kerja, dan akuntabilitas pengelola dalam
melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya. Keempat aspek tersebut berimplikasi positif
terhadap efektivitas dan efesiensi program.

Mally Maeliah

DAMPAK PROGRAM PEMBELAJARAN KEJAR USAHA BIDANG BUSANA BAGI


KEMANDIRIAN WARGA BELAJAR BERWIRAUSAHA

Salah satu program untuk mengentaskan kemiskinan yaitu melalui pembekalan keterampilan
berwirausaha melalui bidang pendidikan dan pelatihan bagi warga masyarakat yang
berpenghasilan rendah. Program pembelajaran ini diselenggarakan untuk membelajarkan warga
belajar agar memiliki keterampilan dan mampu mengelola suatu usaha yang dapat diandalkan
sebagai sumber penghasilan dalam hidupnya. Peserta pembelajaran pada kegiatan ini
diperuntukan bagi remaja putus sekolah dan ibu-ibu rumah tangga yang pernah mendapatkan
pelatihan keterampilan menjahit, terutama bagi peserta yang terkena PHK yang ingin memiliki
keterampilan
Penelitian ini bertujuan mengungkapkan data empirik tentang dampak program pembelajaran
kejar usaha dalam kemandirian warga belajar berwirausaha di bidang busana di Desa Mekar
Mukti Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung yang dilaksanakan sekitar bulan Agustus sampai
September tahun 2003. Tujuan khusus penelitian ini yaitu:
a) mendeskripsikan proses penyelenggaraan program pembelajaran kejar usaha bidang busana
yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi;
b) menganalisis perubahan perilaku dilihat dari adanya perubahan kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotor dalam berwirausaha bidang busana pada peserta program pembelajaran;
c) mendeskripsikan dampak program pembelajaran kejar usaha bidang busana pada
kemampuan peserta dalam pengembangan atau peningkatan kualitas produk usaha, kegiatan
usaha, pemerolehan pendapatan dan pemanfaatannya dalam peningkatan kualitas hidup meliputi
kesehatan, pakaian, perubmahan, pendidikan anak dan kehidupan beragama.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekaan Kualitatif melalui metode Studi Kasus.
Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peserta program pembelajaran kejar
usaha bidang busana yang selama ini telah mulai berwirausaha di bidang busana baik itu
konfeksi maupun modiste yang masing-masing 3 orang, jadi jumlah subyek penelitian semuanya
6 orang.
Penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwa proses penyelenggaraan program pembelajaran
kejar usaha bidang busana cukup lancar dilaksanakan sehingga mampu memberikan dukungan
kognitif, afektif (perubahan sikap) dan psikomotor (keterampilan mengelola usaha) bagi
pesertanya sehingga mampu mandiri dalam berwirausahanya sehingga mampu meningkatkan
kualitas produk, kegiatan usaha, pendapatan serta pemanfaatannya dalam peningkatan kualitas
hidup keluarganya.
Hasil penelitian, menunjukkan bahwa pihak Desa maupun Dinas Peindustrian hendaknya mampu
lebih profesional dalam mempersiapkan instruktur, materi, analisis peserta yang harus ikut dalam
pembelajaran, fasilitas pembelajaran, serta tindak lanjut yang kontinu terutama dalam membantu
dana usaha peserta yang telah berwirausaha di bidang usaha sampai saat ini.

Popon Sutarsih

PENGELOLAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI APARATUR PEMERINTAH

Peneliti ingin mengangkat permasalahan utama, yakni: Bagaimana pengelolaan pendidikan dan
pelatihan bagi aparatur pemerintah di PKDA I-LAN Bandung, dengan tujuan untuk mengetahui
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan dan pelatihan bagi aparatur pemerintah
yang dilakukan oleh PKDA I-LAN Bandung.
Dari permasalahan dan tujuan penelitian, secara teoritis dapat dikaji dengan konsep manajemen
pelatihan oleh H.D. Sudjana (2000). Menurut konsep ini bahwa manajemen pelatihan adalah
suatu upaya yang dilakukan dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam
penyelenggaraan pelatihan. Fungsi-fungsi tersebut meliputi : konsep perencanaan pelatihan,
konsep pengorganisasian, konsep pelaksanaan pelatihan, dan konsep penilaian pelatihan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus, sedangkan
pengunpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik :
1. Studi kepustakaan,
2. Observasi,
3. Wawancara,
4. Studi dokumentasi dengan subjek penelitian sebanyak 8 orang, dimana analisis data
dilakukan dengan tiga langkah, yaitu : reduksi data, display data, penyimpulan dan
verifikasi, sedangkan validasi dilakukan dengan kreadibilitas, dependabilitas,
tranferabilitas, dan konfirmabilitas.
Temuan hail penelitian sebagai berikut:
1. Secara umum proses pengelolaan pelatihan yang diselenggarakan oleh PKDA I LAN
Bandung berjalan lancar, namun belum sepenuhnya mencerminkan karakteristik (ciri-ciri)
manajemen atau pengelolaan pelatihan yang efektif hal ini nampak dalam penerapan
fungsi manajemen yang belum seluruhnya tercermin pada setiap aspek yang ada. Dalam
perencanaan pelatihan identifikasi kebutuhan hanya dilakukan terhadap pimpinan
lembaga pengirim calon peserta, sedangkan terhadap calon peserta diklat tidak
dilakukan identifikasi kebutuhan.
2. Dalam proses pembelajaran, fasilitator lebih menekankan pada penggunaan pendekatan
penyampaian informasi bukan pada metode partisipatif dengan prinsip pembelajaran
andragogi, materi yang diberikan terlalu banyak teori dibandingkan yang bersifat teknis
3. Penilaian terhadap hasil belajar peserta yang dilakukan oleh panitia penyelenggara
umumnya hasilnya baik, hal ini menunjukkan bahwa peserta menguasai materi yang
diberikan.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa secara umum proses pengelolaan pelatihan yang
selenggarakan oleh PKDA I LAN Bandung berjalan lancar, namun belum sepenuhnya
mencerminkan karakteristik (cirri-ciri) manajemen yang efektif seperti dalam perencanaan belum
dilakukan identifikasi kebutuhan terhadap calon peserta, dalam proses pembelajaran fasilitator
belum sepenuhnya menggunakan metode partisipatif dengan prinsip pembelajaran andragogi,
hasil penilaian terhadap peserta umumnya baik.

AYI HARYANI

PROSES PEMBELAJARAN PEMULIHAN FITRAH INSANI ANAK JALANAN MELALUI


PONDOK ANAK MANDIRI (PAMAN)
(Studi Tentang Pendidikan dan Pembinaan Anak Jalanan di Pondok Pesantren Daarut
Tauhid Bandung)

Penelitian ini mengangkat permasalahan tentang proses pembelajaran pemulihan fitrah insani
anak jalanan dilihat dari segi perencanaan, proses, hasil dan dampak pembelajaran. Tujuan
penelitian adalah mengungkapkan dan melihat hasil dari proses pembelajaran pemulihan fitrah
insani anak jalanan melalui pondok anak mandiri (PAMAN) yang dilaksanakan oleh pondok
pesantren Daarut Tauhid Bandung.
Teori yang mendasari penelitian ini adalah konsep dan teori PLS (Bock & Papagiannis dalam
Suzane K), konsep dan teori pembelajaran (Brigge, Wackman, Miller & Nunally, D. Sudjana ),
Anak jalanan ( Depsos RI.), Perencanaan Pembelajaran (Sudjana), Proses pembelajaran
(Sudjana), Hasil pembelajaran (Ishak Abdulhak), Dampak pembelajaran ( D. Sudjana).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif analitik melalui studi
kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan observasi, wawancara, studi doumentasi.
Wawancara dilakukan terhadap 5 orang sumber utama dan dilengkapi tengan teknik trianggulasi.
Teknik analisi data melalui tahap reduksi data, display data, penarikan kesimpulan dan kegiatan
verifikasi.
Hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program
pembelajaran ini sudah sesuai dengan pedoman kurikulum dan silabus, yaitu menciptakan iklim
belajar, menyusun rencana belajar, merumuskan tujuan belajar, menyusun program kegiatan
belajar, pelaksaanaan proses pembelajaran, metode pembelajaran, serta evaluasi proses, hasil
dan dampak pembelajaran, hasilnya menunjukan adanya perubahan kognitif, afektif, maupun
psikomotor peserta didik kearah yang lebih baik.
Kesimpulan dari penelitian ini diketahui penyelenggaraan program pembelajaran pemulihan fitrah
insani anak jalanan yang diselenggarakan pondok pesantren Daarut Tauhid Bandung secara
kualitas maupun kuantitas telah menunjukan hasil yang sangat positif, dan warga belajar yang
telah mengikuti program ini mengalami peningkatan dan perubahan kearah yang lebih baik.
Implikasi hasil penelitian telah memberikan sumbangan keilmuan, bermanfaat bagi peneliti
sendiri, tindak lanjut penelitian, pengelola dan para instruktur/pengajar, warga belajar yang
terdidik serta peneliti selanjutnya dapat membicarakan lebih luas dan lebih mendalam, sehingga
hasil dari penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan.
Temuan hasil penelitian merekomendasikan bahwa :
1. Proses pembelajaran akan lebih efektif apabila peserta didik dilibatkan secara langsung
dalam setiap tahapan proses pembelajaran secara komprehensif.
2. Meningkatkan koordinasi pola pembinaan dengan berbagai instansi terkait dan
organisasi sosial yang benar-benar peduli dan menaruh perhatian yang besar terhadap
permasalahan anak jalanan, serta pusat-pusat kajian anak jalanan yang dapat dijadikan
sistem sumber dalam pelaksanaan pendidikan.
3. Penyelenggara pendidikan sebaiknya tidak membatasi peserta didik dari kalangan anak
laki-laki saja tetapi juga pada anak perempuan sebab jumlah anak jalanan perempuan
hampir sebanding dengan jumlah anak jalanan laki-laki.
4. Proses pembelajaran yang diterapkan pondok pesantren Daarut Tauhid dalam
pembinaan anak jalanan hendaknya dijadikan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan
pendidikan anak jalanan, dimana penekanan pendidikan yang mencakup jasmani dan
rokhani anak melalui pendekatan zikir, fikir dan ikhtiar.

Itje Sandra Suminar

PEMBELAJARAN KELOMPOK UNTUK KEMANDIRIAN USAHA MASYARAKAT PEDESAAN


(Studi Kasus Program Budidaya Strawberi Harapan Jaya Tani Desa Barusuda Kecamatan
Bayongbong Kabupaten Garut)

Tesis ini menjelaskan tentang pembelajaran kelompok untuk kemandirian usaha masyarakat
pedesaan, dengan tujuan agar dapat menemukan model-model pembelajaran kelompok usaha di
pedesaan. Dengan mengambil studi kasus model pembelajaran kelompok pada kelompok petani
strawberi "Harapan Jaya Tani" untuk mencapai kemandirian usaha di desa Barusuda kecamatan
Bayongbong Kabupaten Garut.
Dikemukakan tiga rumusan permasalahan penelitian, yaitu:
1. Bagaimana proses pembelajaran kelompok tradisional kearah terbentuknya kelompok
kemitraan melalui program budidaya strawberi?
2. Bagaimana proses pembelajaran kelompok tradisional dan kemitraan kearah
terbentuknya sebuah kelompok swadaya masyarakat melalui program budidaya
strawberi?
3. Bagaimana proses pembelajaran kelompok tradisional, kelompok kemitraan, dan
kelompok swadaya masyarakat (KSM) tergabung dalam proses pembelajaran kelompok
masyarakat pedesaan?

Melalui metode PRA (Participatory Rural Appraisal) dan Teori Pendidikan Orang Dewasa
(Andragogi), terlihat bagaimana kronologis proses masuknya program pembudidayaan strawberi
sehingga dapat dikategorikan sebagai model pembelajaran kelompok, meliputi tahap:
(a) Pembentukkan: Krisis (kelompok Tradisional), Krisis - Normalisasi (Kelompok Kemitraan),
Normalisasi- Prestasi (kelompok Swadaya),
b) Pembelajaran: partisipatif;orientasi proses (kelompok Tradisional), Partisipatif-Kolaborasi,
orientasi proses dan hasil (Kelompok Kemitraan), Partisipatif-Kolaboratif-Jaringan Kerja, orientasi
proses-hasil (kelompok Swadaya),
(c) Kegiatan Usaha; kegiatan peningkatan pendapatan (hibah) (kelompok Tradisional), Usaha
Mikro (dana bergulir), Usaha Mikro-Usaha kecil (kelompok Swadaya),
(d) Sifat/ ciri :orientasi social (kelompok Tradisional), wadah penyuluhan/ penerapan model
(Kelompok Kemitraan), terbuka, demokratis, disiplin administrasi/ capasity building (kelompok
Swadaya),
(e) Pendekatan: orientasi pada perubahan sikap; keyakinan, perasaan dan prilaku (Bandura),
berpusat pada masalah, proyektif, dan aktualisasi diri (Sarinivasan).
Metode kualitatif Partisipatif merupakan metode penelitian yang digunakan.Dengan menerapkan
teknik-teknik PRA (Participatory Rural Appraisal) dimana penulis sebagai salah satu instrumen.
Kajian penelitian meliputi 1) tinjauan kelompok Tani"Harapan Jaya Tani" sebagai kelompok, dilihat
dari jenis, fungsi, bentuk, dan proses terbentuknya kelompok tersebut dari mulai kelompok
tradisional sampai kelompok swadaya) proses lembaga pendamping dalam memfasilitasi
kelompok dengan lembaga dana (donor), dan lembaga pendukung (pasar, koperasi dan pihak
terkait). Penelitian ini, lebih menekankan pada pembelajaran kelompok yang dipengaruhi sistem
fasilitasi lembaga pendamping dan pendukung. Sebagaimana tujuan penelitian bahwa;
kelompok, pembina, dan pendana (donor) merupakan tiga komponen yang berinteraksi saling
mempengaruhi satu sama lain untuk menghasilkan model pembelajaran ke arah kemandirian
kelompok.
Model pembelajaran untuk kemandirian usaha masyarakat pedesaan, tidak dapat dipisahkan
antara pendekatan pembelajaran tradisional, kemitraan maupun swadaya. Pada kenyataannya
dalam pendekatan pembelajaran kelompok untuk kemandirian usaha masyarakat pedesaan,
sangatlah relatif tergantung sistem sosial budaya masyarakat setempat. Namun demikian, perlu
menjadi pegangan dasar fasilitator sebelum melakukan pembinaan/ pemdampingan pada
masyarakat pedesaan. Terlebih dahulu pastikan karakter usaha kelompok tersebut. Apakah
masih berbentuk kegiatan peningkatan pendapatan (income generating activity) atau sudah
merupakan kegiatan usaha (Business Activity). Dengan demikian akan memudahkan
menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat bagi kelompok untuk kemandirian usahanya.
Dan pada perkembangannya pendekatan pembelajaran kelompok tradisional, kemitraan, dan
swadaya tidak hanya terpaku untuk diterapkan di pedesaan, bisa juga diterapkan di perkotaan
tergantung dari kejelian dan profesionalisme fasilitator dalam memfasilitasi kelompok usaha
dengan pihak terkait.
Implikasi: pembelajaran untuk kemandirian usaha, pada kelompok tradisional lebih pada kegiatan
peningkatan pendapatan (hibah), dengan pendekatan pengembangan masyaraka, Kelompok
Tradisional-Kemitraan; usaha mikro (bergulir-hibah), dengan pendekatan CD dan kredit mikro.
Sedangkan pada kelompok swadaya; Usaha Mikro-Kecil berorientasi usaha (business like)

SYAHRONI

PELATIHAN KEPEMIMPINAN MAHASISWA DAN DAMPAKNYA BAGI PENINGKATAN


KINERJA ORGANISASI KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BHMN

Penelitian ini didasarkan pada permasalahan pokok, yaitu bagaimana proses pelaksanaan
Pelatihan Kepemimipnan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. Tujuan penelitian ini
untuk mengungkapkan tentang perencanaan pelatihan, pelaksanaan pembelajaran dalam
pelatihan, evaluasi program pembelajaran dalam pelatihan, dan dampak pelatihan kepemimpinan
mahasiswa bagi peningkatan kinerja organisasi kemahasiswaan Universitas Pendidikan
Indonesia, dan dukungan pelatihan kepemimpinan mahasiswa terhadap pelaksanaan program
UPI.
Landasan teori yang dipergunakan sebagai bahan kajian dalam penelitian ini adalah konsep
pendidikan luar sekolah, konsep pelatihan, konsep pembelajaran dalam pelatihan, konsep
kepemimpinan, dan konsep organisasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Subjek
penelitiannya adalah Organisasi Kemahasiswa struktural yang berada tingkat jurusan, fakultas
dan tingkat universitas, pembina organisasi kemahasiswaan dan peserta pelatihan
kepemimpinan mahasiswa. Organisasi Kemahasiswaan sebagai pengelola pelatihan
kepemimpinan mahasiswa ditetapkan 1 sampel dari organisasi kemahasiswaan tingkat jurusan, 1
sampel Organisasi kemahasiswaan tingkat fakultas dan 1 sampel dari organisasi kemahasiswaan
tingkat universitas. Untuk pembina diwakili oleh Kepala Bagian Kemahasiswaan dan untuk
peserta pelatihan dipilih 2 orang peserta dari masing-masing tingkat pelatihan, sehingga
responden berjumlah 10 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,
observasi, dan studi dokumentasi. Langkah-langkah penelitian yang ditempuh adalah
pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan verivikasi data.
Triangulasi dilakukan antara pembina, penyelenggara pelatihan dan peserta pelatihan.
Temuan hasil penelitian pelatihan kepemimpinan mahasiswa di UPI ditemukan pola perencanaan
yang diawali dengan analisis kebutuhan melalui kegiatan wisata organisasi, pelaksanaan
pembelajaran berpedoman pada kurikulum pelatihan yang dibuat oleh organisasi
kemahasiswaan sebagai penyelenggara pelatihan, menggunakan metode dan teknik
pembelajaran orang dewasa, yang saling membelajarkan antara sesama warga belajar, evaluasi
pembelajaran yang cenderung menggunakan pendekatan model evaluasi CIPP (Context, Input,
Process, dan Product) dengan tujuan untuk mengetahu perubahan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kepemimpinan pada diri warga belajar. Sarana dan prasarana yang dipergunakan
untuk pelaksanaan pembelajaran dalam pelatihan cukup memadai. Adanya tutor yang cukup
berpengalaman dalam bidang Organisasi Kemahasiswaan.
Dari keseluruhan hasil temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan
perencaanaan pelatihan diawali dengan analisis kebutuhan, pelaksanaan pembelajaran
berpedoman pada kurukulum pelatihan yang dibuat oleh organisasi kemahasiswaan,
pelaksanaan pembelajaran berjalan baik dan terjadi saling membelajarkan antara warga belajar
dengan tutor, evaluasi ditujukan pada Context, Input, Process, dan Product. Dampak pelatihan
kepemimpinan mahasiswa bagi pengembangan diri peserta dapat melakanakan peran
kepemimpinan, baik kepemimpinan diri sendiri maupun kepemimpinan organisasi, dampak bagi
organisasi dapat meningkatkan kinerja organisasi kemahasiswaan. Daya dukung pelatihan
kepemimpinan mahasiswa terhadap program UPI, yaitu mendukung pelaksanaan program
menata dan membangun kembali organisasi kemahasiswaan agar menjadi infrastruktur
pembinaan kader pimpinan intelektual.

ENUNG HURIFAH

UPAYA PEMBERDAYAAN PENGRAJIN ANYAMAN BAMBU MELALUI PELATIHAN


KETRAMPILAN KERAJINAN ANYAMAN ROTAN BERKUALITAS EKSPORT
(StudiTentang Upaya Pemberdayaan Masyarakat di Desa Gunung Sembung Kecamatan
Pagaden Kabupaten Subang)

Penelitian ini mengangkat permasalahan tentang Upaya Pemberdayaan Masyarakat melalui


Pelatihan Keterampilan Kerajinan Anyaman Rotan dilihat dari segi proses, faktor pendukung dan
penghambat serta dampak pembelajaran pelatihan. Tujuan penelitian untuk mengungkapkan
kajian proses pembelajaran dalam pelatihan keterampilan sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat, faktor pendukung dan penghambat upaya pemberdayaan, dan dampak pelatihan
keterampilan anyaman rotan terhadap upaya pemberdayaan .
Landasan teori dan konsep yang mendukung antara lain :
1. Teori pemberdayaan yang dikemukakan oleh Kindervatter. Ada beberapa strategi yang
dikemukakan yang relevan dengan penelitian ini yaitu Need Oriented, Endogenous,dan
Ecologically Sound.
2. Konsep yang berkaitan dengan proses pembelajaran keterampilan,
3. Konsep yang berkaitan dengan pelatihan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriftif melalui studi kasus.
Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri, teknik pengumpulan data yang dipergunakan
wawancara, observasi dan studi dokumentasi, subyek penelitian pengrajin anyaman bambu yang
telah mengikuti pelatihan sebanyak empat orang dan satu orang instruktur. Penelitian ditempuh
melalui tahapan; tahap orientasi, tahap eksplorasi dan tahap member chek.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa :
1. Proses pembelajaran pelatihan keterampilan anyaman rotan sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat dimana didalamnya ada komponen perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan ; perencanaan pelatihan sudah
cukup baik dan sesuai dengan prosedur penyelenggaraan suatu pelatihan. Pelaksanaan
program pelatihan sudah berlangsung cukup baik, kondisi ini didukung oleh tingginya
minat dan motivasi warga belajar yang selalu aktif mengikuti proses pembelajaran, materi
teori 20 % dan praktek 8o % menggunakan pendekatan partisipatif, metode
pembelajaran individu dan pembelajaran kelompok, pada tahap evaluasi, instruktur dan
penyelenggara hanya melakukan pada akhir proses pelatihan.
2. ada beberapa faktor pendukung dan penghambat
3. Dampak pelatihan terhadap pemberdayaan;

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan, peningkatan pendapatan,dapat membelajarkan


orang lain dan peningkatan partisipasi dalam pembangunan masyarakat.
Implikasi hasil penelitian : Sebagai sebuah sistem pembelajaran, maka proses pembelajaran
keterampilan kerajinan anyaman rotan sangat tergantung dan dipengaruhi oleh komponen-
komponen lain dalam sistem pembelajaran tersebut. Proses pembelajaran tidak terlepas dari
implikasi teori pembelajaran yang menjelaskan bahwa perilaku belajar individu merupakan
perpaduan dari kesiapan individu dan pengaruh dukungan lingkungan. Penyelenggaraan PLS
yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat lebih cepat diterima oleh warga belajar setempat.
Rekomendasi Hasil Penelitian ditujukan kepada :
1. Para perencana dan Pelaksana PLS di Lapangan
2. Pihak Penyelenggara
3. Bagi Warga Belajar
4. Peneliti Berikutnya.

EVIE LATIFAH

PELATIHAN PEMBELAJARANDENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN


KOMUNIKASI (TIK) GUNA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU
(Studi Kasus Terhadap Pelaksanaan Pelatihan Tentang Pembelajaran Menggunakan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Bagi Guru Bidang Studi di Sekolah Salman Al
Farisi Bandung)

Penelitian ini mengangkat permasalahan tentang proses pengelolaan pelatihan pembelajaran


menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi, yang dilihat dari segi perencanaan, proses
pelaksanaan, evaluasi terhadap pelaksanaan pelatihan pembelajarannya, hasil pelatihan dan
dampak kegiatan pelatihan. Tujuan penelitian adalah mengungkapkan pengelolaan pelatihan
pembelajaran yang menggunakan TIK yang dilaksanakan oleh Unit Komputer Yayasan
Pendidikan Salman Al Farisi Bandung. Teori yang mendasari penelitian ini adalah konsep dan
teori Manajemen (Sudjana, Mangkunegaran, Bramley), konsep dan pelatihan (Andrew F. Sikula,
D. Sudjana, Mangkunegara ), Pembelajaran (D. Sudjana, W.H. Burton), Pembelajaran dalam
PLS (Sudjana), Pembelajaran dengan TIK (Seels, Richey, Sayidiman, Moore, Kearsley, McNahh,
Marry L.), Peranan Guru (Adam and Decey, Usman, Wrightman), Kompetensi Guru ( Johnson,
Usman), Dampak pembelajaran ( D. Sudjana).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data
dilakukan melalui kegiatan observasi, wawancara, studi dokumentasi. Wawancara dilakukan
terhadap 5 orang sebagai subjek penelitian dan dilengkapi dengan teknik trianggulasi. Teknik
analisis data melalui penelaahan seluruh data dari berbagai sumber, melakukan reduksi data,
menyusun data dalam satuan, mengkatagorikan data, memeriksa keabsahan data, dan terakhir
menafsirkan data.
Hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, pengelolaan pelatihan pembelajaran
dengan menggunakan TIK sudah sesuai dengan ketentuan dan langkah-langkah manajemen
pelatihan. Hasilnya yaitu membuat perencanaan, melaksanakan kegiatan pelatihan, melakukan
evaluasi proses, evaluasi hasil dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan. Adapun
dalam mengkaji hasil dan dampak dari kegiatan pelatihan, hasilnya menunjukan adanya
perubahan yang positif terhadap aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor peserta pelatihan ke
arah yang lebih baik yaitu meningkatnya kompetensi dan profesionalisme sebagai guru bidang
studi.
Kesimpulan dari penelitian ini secara kualitas maupun kuantitas telah menunjukkan hasil yang
sangat positif, dan peserta pelatihan mengalami peningkatan pengetahuan, wawasan dan
ketrampilan yang lebih baik. Implikasi hasil penelitian telah memberikan sumbangan keilmuan,
bermanfaat bagi peneliti sendiri, tindak lanjut penelitian, pengelola dan para instruktur/pengajar,
peserta pelatihan serta peneliti selanjutnya dapat membicarakan lebih luas dan lebih mendalam,
sehingga hasil dari penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengambilan
keputusan.

ANI HENDRIANI

PENERAPAN PRINSIP PEMBELAJARAN ORANG DEWASA OLEH TUTOR DALAM


PEMBELAJARAN PROGRAM LIFE SKILLS DI PKBM ALPA KOTA BANDUNG JAWA BARAT

Permasalahan mendasar bahwa pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip POD pada program
life skills di PKBM Alpa belum secara optimal. Tujuan penelitian yaitu:
1. Mendeskripsikan profil penyelenggaraan PKBM Alpa dalam membelajarkan masyarakat;
2. Mengungkapkan data berkenaan dengan pemahaman penyelenggara dan tutor
mengenai konsep pembelajaran orang dewasa;
3. Mengungkapkan data mengenai penerapan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa
oleh tutor, dilihat dari pengorganisasian, langkah-langkah metode dan sistem penilaian
pada program life skill;
4. Mengungkapkan data mengenai dampak program life skill yang diselenggarakan di
PKBM Alpa terhadap peningkatan kemandirian warga belajar dalam bekerja dan
berusaha?

Teori dan konsep yang menjadi pijakan: Konsep Lifelong Education (Edgar Faure, Cropley),
Konsep Andragogi (Knowless, Jarvis, Raymond J. Woldwoski), Konsep Belajar Inovatif (Botkin),
Konsep Life Skill, Konsep Community Base Education. Konsep pembelajaran, dengan
penekanan pada sistem pengorganisasian, langkah-langkah, metode dan sistem penilaian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang diterapkan adalah deskriptif
analitik melalui pengungkapan gejala yang telah dan sedang terjadi (expose facto). Teknik
pengumpulan data serta model analisisnya, disesuaikan dengan kaidah-kaidah penelitian
kualitatif. Sumber data terdiri dari pengelola 5 orang, tutor 5 orang, dan warga belajar 5 orang.
Beberapa aspek yang berhasil diungkapkan: pertama; profil PKBM Alpa dalam emmbelajarkan
masyarakat berhaisl diungkapkan bahwa PKBM Alpa merupakan bagian dari perusahaan Alpa
spare part dengan visi, terwujudnya masyarakat yang berahlak mulia, berbudi pekerti luhur,
cerdas, terampil, mandiri, berdaya saing dan gemar belajar. Misi membelajarkan masyarakat dan
memasyarakatkan belajar. Jenis program yang dikembangkan:
1. Kejar Paket A Setara SD,
2. Keaksaraan Fungsional,
3. PADU,
4. Kejar Paket B Setara SLTP,
5. Kejar Paket C Setara SMU,
6. KBU,
7. Program Keterampilan (life skills),
8. Program Magang.

Dasar penetapannya disesuaikan dengan minat, respon dan tuntutan masyarakat sekitar serta
kebutuhan pokok, potensi yang ada dan program yang diajukan Subdin Dikmas PLS.
Program unggulannya Life skills spare part motor. Kedua; Penyelenggara dan tutor memahami
konsep POD masih parsial dan praktis. Penerapan prinsip-prinsip pembelajaran pendidikan
orang dewasa pada program life skills yang paling menonjol, dalam menetapkan materi
pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan. Penetapan tempat, waktu, metode, media serta
sistem evaluasi didasarkan pada proses belajar dan bekerja dan pada proses produksi. Cara
penyampaian materi dengan learning by doing. Ketiga; Terjadinya peningkatan pengetahuan
memberi indikasi bahwa program tersebut berdampak positif terhadap peningkatan pengetahuan
warga belajar.
Kesimpulan penelitian ini;
1. Profil penyelenggaraan PKBM Alpa dalam membelajarkan masyarakat dalam
menetapkan visi,misi, jenis dan dasar programnya ternayata disesuaikan dengan minat,
respon, tuntutan masyarakat sekitar serta kebutuhan pokok, potensi yang ada dan
program yang diajukan Subdin Dikmas PLS,
2. Pemahaman penyelenggara dan tutor masih parsial dan praktis,
3. Penerapan prinsip POD pada program life skills yang menonjol terutama dalam
penetapan materi,
4. Program life skills berdampak positif terhadap peningkatan pengetahuan dan
kemandirian warga belajar. Diajukan rekomendasi:
1. pengembangan kelembagaan PKBM Alpa hendaknya mengacu dan dapat
memenuhi standar minimal manajemen PKBM,
2. kebijakan dan keberadaan program life skills hendaknya dapat diperluas pada
kawasan potensial lainnya di Jawa Barat,
3. kajian POD melalui uji coba dan penelitian (research) dapat dilaksanakan melalui
kolaborasi Dirjen PLSP, Subdin PLS Propinsi dan Perguruan Tinggi (Jurusan
PLS).

Terry Yuliana

PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN MELALUI PROGRAM PEMBELAJARAN EKSTRA


KURIKULER SENI MUSIK PADA ANAK ASUH TUNA NETRA
(Studi Kasus pada Anak Asuh Tuna Netra di PSBN Wyata Guna Bandung)

Permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Pembentukan kemandirian melalui
program pembelajaran ekstra kurikuler seni musik pada anak asuh tuna netra di Panti Sosial Bina
Netra Wyata Guna Bandung. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
tentang pembentukan kemandirian melalui program pembelajaran ekstrakurikuler seni musik,
dengan fokus kajian terhadap perencanaan, pelaksanaan, hasil pelaksanaan dan dampak.
Sebagai kajian teori dalam melandasi penelitian ini pada bahan-bahan pustaka seperti tentang
penyandang cacat netra, kemandirian, konsep belajar dan pembelajaran, tinjauan kajian tuna
netra, pengertian perencanaan, pelaksanaan, hasil atau penilaian dan dampak, pengertian seni
musik, alat musik.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan mengamati
orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, memahami bahasa dan tafsiran
mereka tentang dunia sekitarnya. Metodologi yang dipakai adalah studi kasus, ini akan
mengeksplorasi fenomena secara utuh dari awal perencanaan, pelaksanaan, hasil, dan dampak
proses pembelajaran seni musik serta faktor pendukung dan penghambat. Metode ini
menekankan pada satu aspek kehidupan secara mendalam dan intensif
Temuan hasil penelitian menunjukkan :
1. Perencanaan program pembelajaran ekstrakurikuler seni musik sesuai prosedur
penyelenggaraan yang telah ditetapkan PSBN Wyata Guna Bandung. Perencanaan
program pembelajaran seni musik dimulai dengan analisis kebutuhan belajar calon
warga belajar dan daya dukung yang tersedia di PSBN Wyata Guna Bandung.
Rekruitmen sumber belajar dan calon warga belajar dapat dilakukan dengan tepat.
2. Pelaksanaan program pembelajaran keterampilan seni musik Pertama, tahap orientasi,
bakat dan minat dengan cara pengetesan; kedua, tahap pendidikan yang umumnya
berjalan 1 tahun; ketiga, tahap praktek, yakni mengetes kemampuan keterampilan dari
peserta setelah mengikuti pendidikan; keempat, tahap kerja dimana peserta dilepas
untuk mengamalkan kemampuannya di tengah masyarakat. Dalam tahap pelaksanaan
ini peserta tidak dilepas begitu saja ke masyarakat. Tetapi panti mempromosikan kepada
masyarakat, lalu setelah ada pesanan maka panti mengirim peserta.
3. hasil pelaksanaan, Setelah warga belajar mengikuti proses pembelajaran menunjukkan
adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang seni musik yang cukup
baik..
4. Dampak pelaksanaan program pembelajaran seni musik yang dilaksanakan di PSBN
Wyata Guna dapat meningkatkan kesempatan kerja warga belajar sehingga dapat
mengurangi pengangguran, meningkatkan produktivitas kerja warga belajar yang
berimplikasi terhadap peningkatan pendapatannya.

Selain itu dampak bagi tuna netra dapat menciptakan kemandirian bagi peserta itu sendiri, hal ini
dapat diukur oleh beberapa hal yakni : a) tuna netra memiliki keterampilan sehingga ia dapat
memfungsikan keterampilan itu di kemudian hari, b) dengan dimilikinya keahlian keterampilan
peserta akan mampu hidup ketidaktergantungan baik secara sosial, politik maupun ekonomi
kepada orang lain, karena dirinya akan mampu mengemban tugas hidup tanpa harus selalu
meminta kebaikan orang lain.

SUMARDI

PENYELENGGARAAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI UNTUK CALON TENAGA


KERJA INDONESIA BIDANG LAYANAN JASA RUMAH TANGGA
( Studi Kasus tentang proses pembelajaran pada pelatihan calon TKI di PT. Bina Setia
Corpora Kota Tasikmalaya )

Penelitian ini mengangkat permasalahan utama, bagaimanakah proses pembelajaran pada


pelatihan calon TKI bidang layanan jasa rumah tangga?, Permasalahan tersebut dijabarkan ke
dalam sub-sub pertanyaan penelitian mengenai analisis kebutuhan pelatihan, penyusunan
program pembelajaran, pelaksanaan pelatihan, dan hasil pembelajaran pelatihan
Sebagai bahan kajian, merujuk pada bahan-bahan pustaka, antara lain: konsep belajar dan
pembelajaran orang dewasa dalam kegiatan pelatihan, konsep pelatihan; konsep pelatihan
berbasis kompetensi, dan proses program pembelajaran pelatihan.
Penelitian ini, menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Dilaksanakan
terhadap subyek penelitian yang terdiri dari : penyelenggara program pelatihan, Intruktur, dan
peserta pelatihan/warga belajar. Untuk mempertahankan dan mempertanggungjawabkan
keabsahan informasi/data selama proses penelitian dilapangan, dilakukan member check,
triangulasi dan trial audit. Tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari pra - lapangan, penelitian
lapangan, analisis secara intensip, dan penulisan laporan.
Temuan penelitian;
1. rekrutmen warga belajar dilaksanakan oleh pihak penyelenggara,
2. penentuan program pembelajaran dilaksanakan atas identifikasi kebutuhan,
3. penyusunan materi pembelajaran sudah memadai, dan telah sesuai dengan tujuan
penyelenggaraan program,
4. belum melaksanakan evaluasi/penilaian secara khusus baik itu pre test maupun post
test, sehingga tidak diperoleh data secara tertulis,
5. hasil kegiatan pembelajaran positif dan dapat dikategorikan baik, dimana warga belajar
menunjukan adanya pemahaman, pengertian dan penerapan.
Implikasi penelitian:
1. penyelenggaraan program pembelajaran pelatihan dengan pola partisipatif, berdampak
positif terhadap keberhasilan pembelajaran,
2. diperlukan penentuan strategi, metode dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan
warga belajar,
3. pengetahuan dan keterampilan bidang layanan jasa rumah tangga, memiliki nilai manfaat
untuk memperoleh pekerjaan sebagai mata pencaharian,
4. Keberadaan dinas yang terkait dalam hal ini dinas ketenagakerjaan dalam
penyelenggaran PJTKI sekaitan dengan program pelatihan TKI perlu dilibatkan agar
warga belajar mendapat kejelasan akan hak dan kewajibannya selaku calon TKI,
5. Adanya pemantauan dari dinas terkait agar para PJTKI yang nakal dapat diberikan
sangsi, karena ada sebagian PJTKI hanya mengeploitasi semata para TKI untuk
mengeruk kepentingan pribadi semata, tanpa memikirkan kepentingan TKI itu sendiri.

SADJARUDDIN NURDIN

DAMPAK PELATIHAN OTOMOTIF TERHADAP PEROLEHAN KESEMPATAN KERJA YANG


LAYAK BAGI ANAK JALANAN DI PANTI SOSIAL BINA KARYA MARGA SEJAHTERA
CIGANJENG-CIAMIS
(Studi Deskriptif Analisis Tentang Perencanaan, Pelaksanaan, Hasil, dan Dampak Pelatihan
Otomotif di PSBK "Marga Sejahtera" Ciganjeng - Ciamis)

Latar belakang pelaksanaan penelitian karena krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia
berakibat bertambahnya jumlah anak jalanan baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Pemasalahan yang diteliti dalam kegiatan penelitian berhubungan dengan masalah dampak
pelaksanaan program pelatihan otomotif, bagi anak jalanan di PSBK Marga Sejahtera Ciganjeng-
Ciamis. Tujuan kegiatan penelitian untuk memperoleh gambaran yang objektif dan faktual
tentang dampak pelaksanaan program pelatihan otomotif, dengan pokok kajian terhadap
perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampaknya terhadap perolehan kesempatan kerja yang
layak bagi peserta didik (anak jalanan).
Sebagai landasan teori dalam kegiatan penelitian, pada kajian pustaka dibahas tentang :
1. Konsep pelatihan, yang meliputi pengertian, tujuan, manfaat, komponen-komponen,
langkah-langkah kegiatan, metode pendekatan, dan pengelolaan pelatihan.
2. Konsep pemberdayaan yang terdiri dari ; pengertian, karakteristik, dan pendekatan
pemberdayaan.
3. Konsep anak jalanan yang meliputi pengertian dan karakteristik anak jalanan.
4. Beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah penelitian.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif
analisis. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Subjek yang diteliti sebanyak 10 orang yang terdiri dari 2 orang penyelenggara; 4 orang
instruktur; 2 orang peserta didik yang sedang mengikuti pelatihan dan 2 orang sudah tamat.
Temuan hasil penelitian menunjukkan :
1. Perencanaan program pelatihan mengikuti empat langkah yaitu; penyusunan proposal,
merekrut peserta didik, menyusun program kegiatan pelatihan dan pelaksanaan;
2. Pelaksanaan program pelatihan berlangsung selama ± 4 bulan dengan 40 orang peserta
didik.

Dalam menyampaikan materi pelatihan instruktur umumnya menggunakan empat macam teknik
pembelajaran yaitu ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan kerja kelompok. Adapun materi
pelatihan yang diberikan kepada peserta didik terdiri dari 4 (empat) kelompok materi yaitu ;
1. Program pelatihan pengetahuan dasar yang meliputi; pembinaan agama, budi pekerti,
komunikasi sosial, kedisiplinan dan kesadaran hukum.
2. Program pelatihan inti yang meliputi; teori dan praktek montir motor, teori dan praktek
montir mobil, teori dan praktek usaha spesifik praktis, pengelolaan dasar administrasi
keuangan dan pengelolaan bantuan usaha ekonomi praktis.
3. Program pelatihan penunjang yang meliputi ; dinamika kelompok, pengetahuan
kesehatan, olah raga, PBB/kedisiplinan mental, kesenian dan pembinaan generasi muda.
4. Program Pelatihan Pelengkap Khusus yang meliputi ; bimbingan sosial hidup
bermasyarakat dan pengetahuan dan manfaat lahan pertanian;
5. Hasil yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti pelatihan terdiri dari tiga aspek hasil
belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Di bidang otomotif nilai rata-rata yang
diperoleh peserta didik dari ketiga aspek kemampuan tersebut adalah 78,96 dengan
kategori " baik " ;
6. Dampak pelaksanaan program pelatihan otomotif bagi anak jalanan adalah dapat bekerja
secara disiplin, terencana dan bertanggung jawab, dapat memperoleh pekerjaan dan
penghasilan yang layak, dapat membelajarkan orang lain dan dapat berpartisipasi dalam
kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat.

Setelah peserta didik (anak jalanan) mengikuti program pelatihan otomotif di PSBK Marga
Sejahtera Ciganjeng Ciamis, telah dapat membuka usaha bengkel otomotif sendiri atau bekerja
di bengkel dan perusahaan otomotif yang ada disekitarnya. Dengan demikian program pelatihan
otomotif di PSBK Marga Sejahtera telah dapat mengurangi angka pengangguran di Jawa Barat
khususnya dan Indonesia umumnya.

YADI RUKMAYADI

IMPLEMENTASI PELATIHAN PENGEMBANGAN DESAIN DAN DAMPAKNYA PADA


PENINGKATAN USAHA PERAJIN SANGKAR BURUNG
( Studi Kasus Di Desa Mangunkerta Kabupaten Cianjur )

Perajin sangkar burung di desa Mangunkerta adalah warga desa yang secara kelompok dan
perorangan melakukan kegiatan produktif membuat sangkar burung untuk diperdagangkan.
Perajin terdiri dari perajin yang bekerja penuh dan perajin sambilan. Kondisi usaha mereka pada
saat ini sedang menurun, pesanan sangkar burung yang masuk ke desa ini jumlahnya terus
berkurang.
Para perajin sangat membutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangan dan
membuat desain sangkar burung yang lebih menarik. Perajin beranggapan bahwa pengetahuan
dan keterampilan tersebut akan dapat memecahkan masalah yang dihadapinya pada masa
sekarang.
Implementasi pelatihan pengembangan desain diikuti oleh 20 orang perajin sebagai subyek
penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data dilakukan
melalui observasi partisipatif, wawancara, studi kepustakaan dan dokumen. Pelatihan dilakukan
ditempat kerja perajin dan di Balai desa Mangunkerta Kabupaten Cianjur.
Hasil penelitian yang diperoleh :
(a).Perajin umumnya memiliki keterampilan tangan yang memadai, tetapi kurang memiliki
kemampuan untuk mengembangkan atau membuat desain baru.
(b).Strategi pembelajaran kelompok dan perorangan yang diterapkan banyak membantu peserta
pelatihan yang mengalami kesulitan dalam proses kreatif mendesain.
(c). Sepuluh buah sangkar burung dengan kualitas desain dan kerapihan yang beragam hasil
pelatihan, menampakan peningkatan keterampilan perajin yang sebanding dengan tingkat
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sebelumnya.
(d). Potensi sebagian perajin untuk lebih aktif dalam berusaha, tergambar dari gagasan perajin
untuk mencoba memperkenalkan hasil pelatihan ke luar desanya. Perajin menerima banyak
respons positif dan kritik dari calon konsumen. Enam buah sangkar berhasil mereka jual dengan
harga yang lebih baik dari harga sebelumnya.
(e). Implementasi Pelatihan Pengembangan Desain berdampak cukup besar pada peningkatan
usaha perajin, ini dapat dilihat dari adanya sikap aktif perajin setelah pelatihan dengan membuat
dan menjual sangkar burung lebih banyak dari sebelumnya serta adanya respons positif dari
calon konsumen terhadap produk sangkar burung yang dihasilkan perajin.
Desain sangkar yang baik adalah salah satu modal dasar untuk menarik calon konsumen yang
lebih banyak, selain modal lainnya, uang dan jiwa kewirausahaan. Pada saat sekarang aspek
kewirausahaan para perajin memerlukan penanganan, bimbingan yang lebih khusus sehingga
perajin lebih dapat menegakan kemandiriannya.
Beberapa rekomendasi yang dapat penulis ajukan, yaitu : Kemandirian kelompok perajin di desa
masih memerlukan bimbingan, bantuan atau kerjasama usaha dari berbagai pihak terkait yang
sebaiknya dilakukan dalam konteks membantu keaktualan pengetahuan, kegiatan dan hasil
kegiatan perajin. Pendidikan tinggi, melalui program program Pendidikan Luar Sekolah dapat
berperan banyak dalam memberikan masukan dan mengkoordinasikan berbagai kegiatan
perencanaan dan pelaksanaan program di lapangan kepada berbagai pihak yang terkait dengan
kegiatan perajin di pedesaan.

Muliati P.

PEMBELAJARAN MAGANG DALAM PENGEMBANGAN PERILAKU MANDIRI PESERTA


DIDIK. "Strategi pembelajaran magang bagaimana yang dapat mengembangkan sikap perilaku
mandiri peserta didik".

Tujuan penelitian untuk mengetahui sejauhmana program kerjasama Sekolah Menengah


Kejuruan Teknik Elektronika Y.P.K.2 Tanggerang dengan perusahaan Gema Suara Aditama
tentang penyelenggaraan pembelajaran magang untuk mengembangkan perilaku mandiri agar
tercapai kemandirian peserta didik. Teori-teori yang melandasi penelitian ini pembelajaran melalui
hubungan fungsional, antara komponen row input, instrumental input, inveromental input, proses,
dan tujuan pendidikan. Pembelajaran sepanjang umur melalui Desire (minat), Ability
(kemampuan), Mean (alat), Need (kebutuhan) atau D.A.M.N. Teori belajar situsional dan
permagangan kognitip (cognitive apprenticeship) sebagai pendekatan pembelajaran yang
berorientasi keterampilan serta Pendidikan Sistem Ganda sebagai penguat link and match antara
lembaga pendidikan dengan dunia kerja. Berdasarkan permasalahan penelitian menggunakan
pendekatan deskriptip dengan metode kualitatip dan teknik yang digunakan wawancara,
observasi, dan studi dokumentasi. Subyek penelitian adalah : 4 orang peserta didik pemagang,
seorang guru pembimbing lapangan, instruktur pelatihan, pimpinan perusahaan. Data hasil
penelitian menunjukkan sebagai berikut :
1. Kerjasama melalui perjanjian kerjasama yang lebih didasari saling percaya, ada laporan
kerja, proses interaksi dilakukan secara formal dan non formal, evaluasi kegiatan
dilakukan melalui penilaian
2. Penyusunan perencanaan magang di S.M.K. Teknik Elektronika Y.P.K.2, dengan studi
awal penjajakan ke lapangan tempat magang, mengkoordinasi peserta magang dengan
segala kelengkapannya,
3. Pelaksanaan pembelajaran magang di perusahaan Gema Suara Aditama secara praktek
produktif yang didasarkan pada order pasar.
4. Hasil pembelajaran pemagangan antusias dan senang, hasil produksi pembelajaran
magang berupa
5. Hasil perubahan perilaku peserta didik untuk pengembangan perilaku mandiri meliputi
disiplin, etos kerja yang baik, wawasan ke depan, dan hasil produksi.

Kesimpulan penelitian ini berupa


1. hasil kerjasama antara Sekolah Kejuruan Teknik Elektronika Y.P.K. 2 dengan perusahaan
Gema Suara Aditama tentang pembelajaran magang berjalan positif,
2. penyusunan perencanaan pembelajaran oleh S.M.K. Teknik Elektronika Y.P.K.2,
kurikulum P.S.G.
3. pelaksanaan pembelajaran magang di Perusahaan Elektronika Gema Suara Aditama
menurut order pasar,
4. hasil produksi dari pembelajaran magang adalah transistor, VCD dan pendingin, dan
5. pengembangan perilaku mandiri meliputi kemampuan kerja, kepatuhan/disiplin kerja,
wawasan ke depan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 15 TAHUN 2004

TENTANG

PERUSAHAAN UMUM (PERUM)

PEMBANGUNAN PERUMAHAN NASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003


tentang Badan Usaha Milik Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 1998 tentang Perusahaan Umum, maka pengaturan tentang
Perusahaan Umum (PERUM) Pembangunan Perumahan Nasional yang
didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1974 sebagaimana
diatur kembali dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1988 perlu
disempurnakan;

b. bahwa upaya pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dan


terjangkau dalam permukiman yang responsif dan berkelanjutan sebagai
sarana pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya, peningkatan kualitas
generasi yang akan datang, serta merupakan perwujudan jati diri dan
penggerak ekonomi, sangat strategis dalam pembangunan nasional;

c. bahwa dalam mengantisipasi perubahan lingkungan strategis mencakup


desentralisasi kewenangan, pola pengusahaan, tuntutan pelayanan
masyarakat dan untuk memantapkan peran sebagai perusahaan yang
bergerak di bidang perumahan dan permukiman, maka perlu ditegaskan
kembali lingkup kegiatan dan pengembangan usaha perusahaan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, huruf b, dan huruf c tersebut di


atas, dipandang perlu untuk mengatur kembali Perusahaan Umum (Perum)
Pembangunan Perumahan Nasional dengan Peraturan Pemerintah;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Perubahan Keempat Undang-Undang
Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960, tentang Peraturan Dasar Pokok-


pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor
104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);

3. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3318);

4. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan


Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469);

5. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3501);

6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);

7. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4286);

8. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4297);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998 tentang Perusahaan Umum


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 16, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3732);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap


Bangun dan Lingkungan Siap Bangun Yang Berdiri Sendiri (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 171, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3892);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3952);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 tentang Pelimpahan


Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan Pada Perusahaan
Perseroan (PERSERO), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan
Jawatan (PERJAN) Kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4305);

MEMUTUSKAN

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM)


PEMBANGUNAN PERUMAHAN NASIONAL

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :

1. Perusahaan Umum (PERUM) Pembangunan Perumahan Nasional, yang


selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut Perusahaan, adalah
Badan Usaha Milik Negara sebagaimana diatur dalam Undang-undang
Nomor 19 Tahun 2003, dimana seluruh modalnya dimiliki Negara berupa
kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham.

2. Pembinaan adalah kegiatan untuk memberikan pedoman bagi Perusahaan


di bidang perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian dengan maksud agar
Perusahaan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara berdaya guna
dan berhasil guna serta dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

3. Pengawasan adalah seluruh proses kegiatan penilaian terhadap


kepengurusan Perusahaan dengan tujuan agar perusahaan dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, dan berhasil mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

4. Pemeriksaan adalah kegiatan untuk menilai Perusahaan dengan cara


membandingkan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang
seharusnya dilakukan baik dalam bidang keuangan dan/atau dalam bidang
teknis operasional.

5. Pengurusan adalah kegiatan pengelolaan Perusahaan dalam upaya


mencapai tujuan Perusahaan, sesuai dengan kebijakan pengembangan
usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

6. Menteri Keuangan adalah Menteri yang mewakili Pemerintah dalam setiap


penyertaan kekayaan negara yang dipisahkan untuk dimasukkan ke dalam
perusahaan.

7. Direksi adalah organ Perusahaan yang bertanggung jawab atas


kepengurusan Perusahaan untuk kepentingan dan tujuan Perusahaan serta
mewakili Perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan.

8. Dewan Pengawas adalah organ Perusahaan yang bertugas melakukan


pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan
kegiatan kepengurusan Perusahaan .

9. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan


tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana
dan sarana lingkungan.

10. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

11. Penataan perumahan meliputi kegiatan pembangunan baru, pemugaran,


perbaikan, perluasan, pemeliharaan dan pemanfaat-annya.

12. Penataan permukiman meliputi kegiatan pembangunan baru, perbaikan,


peremajaan, perluasan, pemeliharaan dan pemanfaat-annya.

BAB II

PENDIRIAN PERUSAHAAN

Pasal 2

Perusahaan yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1974


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1988,
dilanjutkan berdirinya dan meneruskan usaha-usahanya sesuai ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah ini.

BAB III

ANGGARAN DASAR PERUSAHAAN

Bagian Pertama

Umum

Pasal 3

(1) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah Badan Usaha Milik
Negara yang diberi tugas dan wewenang untuk melaksanakan penataan

(2) perumahan dan permukiman.


Perusahaan melakukan usaha-usahanya berdasarkan ketentuan-ketentuan

(3) sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah


ini, terhadap Perusahaan berlaku hukum Indonesia.

Bagian Kedua

Tempat Kedudukan dan Jangka Waktu

Pasal 4

Perusahaan berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta.

Pasal 5
Perusahaan didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Bagian Ketiga

Sifat, Maksud, dan Tujuan

Pasal 6

(1) Sifat usaha Perusahaan adalah menyediakan pelayanan jasa bagi


kemanfaatan umum dengan memperoleh keuntungan berdasarkan prinsip

(2) pengurusan perusahaan.


Maksud didirikannya Perusahaan adalah :

a. untuk melaksanakan penataan perumahan dan permukiman bagi


masyarakat;

b. dalam hal tertentu melaksanakan tugas-tugas tertentu yang diberikan


Pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan perumahan bagi
(3)
golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Tujuan Perusahaan adalah untuk mewujudkan perumahan dan permukiman


yang layak dan terjangkau berdasarkan rencana tata ruang yang mendukung
pengembangan wilayah secara ber-kelanjutan.

Bagian Keempat

Kegiatan dan Pengembangan Usaha

Pasal 7

Untuk mencapai maksud dan tujuan Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 6, Perusahaan menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut :

a. penataan perumahan dan permukiman;

b. penyelenggaraan pembangunan perumahan dalam rangka pemenuhan


kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke
bawah;

c. pelayanan jasa konsultasi dan advokasi di bidang perumahan dan


permukiman;

d. pengelolaan tanah yang dikuasai dengan kewenangan perencanaan


peruntukkan dan penggunaan tanah yang bersangkutan; penggunaan tanah
tersebut untuk keperluan usahanya; penyerahan bagian-bagian tanah
tersebut berikut rumah/bangunan dan/atau pemindahtanganan (menjual)
tanah yang sudah dimatangkan berikut prasarana yang diperlukan untuk
membangun bangunan;

e. kegiatan usaha lain yang menunjang tercapainya maksud dan tujuan


Perusahaan.

Pasal 8

Untuk mendukung pembiayaan kegiatan dalam rangka mencapai maksud dan


tujuan Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, dengan persetujuan
Menteri Keuangan, Perusahaan dapat :

a. melakukan kerjasama usaha dan/atau patungan dengan badan usaha lain;

b. membentuk anak Perusahaan;

c. melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain.

Pasal 9

(1) Untuk melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf


a, huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e Perusahaan dapat menguasai tanah
yang diperlukan dengan hak pengelolaan, hak guna bangunan dan hak pakai
(2) menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penyerahan dan/atau penggunaan atas tanah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kepada pihak lain, dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Bagian Kelima

Modal

Pasal 10

(1) Modal Perusahaan merupakan kekayaan Negara yang dipisahkan dari


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan tidak terbagi atas saham.

(2) Besarnya modal Perusahaan adalah sebesar seluruh nilai penyertaan modal
Negara yang tertanam dalam Perusahaan.

(3) Penyertaan modal Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) per 31
Desember 2001 sebesar Rp431.673.246.588,00 (empat ratus tiga puluh satu
miliar enam ratus tujuh puluh tiga juta dua ratus empat puluh enam ribu lima
ratus delapan puluh delapan rupiah) yang terdiri dari :

a. modal Pendirian Perusahaan yang diperoleh pada tahun 1974 sebesar


Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah);

b. penambahan penyertaan modal Negara yang berasal dari Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 1975/1976 sampai
dengan 1990/1991 sebesar Rp212.090.765.190,00 (dua ratus dua belas
miliar sembilan puluh juta tujuh ratus enam puluh lima ribu seratus
sembilan puluh rupiah);

c. konversi piutang eks. biaya jasa konsultan Bank Dunia menjadi


tambahan penyertaan modal Negara yang diperoleh pada tahun 1982
sebesar Rp3.658.072.126,00 (tiga miliar enam ratus lima puluh delapan
juta tujuh puluh dua ribu seratus dua puluh enam rupiah);

d. dana pembangunan rumah susun sewa (rusunawa) yang diperoleh


pada tahun 1994 sampai dengan tahun 2001
sebesar Rp194.330.769.594,00 (seratus sembilan puluh empat miliar
tiga ratus tiga puluh juta tujuh ratus enam puluh sembilan ribu lima ratus
sembilan puluh empat rupiah);

e. dana hasil penjualan rumah-rumah eks. NV. Volkshuisvesting yang


diperoleh pada tahun 1991 sampai dengan tahun 2001 sebesar
Rp8.080.565.400,00 (delapan miliar delapan puluh juta lima ratus enam
puluh lima ribu empat ratus rupiah);

f. kekayaan Negara berupa Unit Produksi Kayu Suriakencana di


Cibadak, Sukabumi dan Unit Pengolahan Kayu Semarang yang
ditetapkan sebagai penambahan penyertaan modal Negara dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1988 sebesar Rp4.800.000.000,00
(empat miliar delapan ratus juta rupiah);

g. Tanah di :
1) Klender seluas 150 Ha & di Cengkareng seluas 144 Ha yang diperoleh
pada tahun 1975 senilai Rp2.476.681.086,00 (dua miliar empat ratus
tujuh puluh enam juta enam ratus delapan puluh satu ribu delapan

2) puluh enam rupiah);


Depok seluas 112,977 Ha yang diperoleh pada tahun 1975 senilai

3) Rp671.739.192,00 (enam ratus tujuh puluh satu juta tujuh ratus tiga
puluh sembilan ribu seratus sembilan puluh dua rupiah); dan

Bekasi seluas 62,56 Ha yang ditetapkan sebagai penambah-an


penyertaan modal Negara dengan Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 1994 senilai Rp4.564.654.000,00 (empat miliar lima ratus enam
puluh empat juta enam ratus lima puluh empat ribu rupiah).

(4) Setiap penambahan dan pengurangan penyertaan modal Negara dalam


Perusahaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(5) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Setiap penambahan dan penyertaan modal yang berasal dari kapitalisasi


cadangan dan sumber lainnya ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pasal 11
(1) Penerbitan obligasi dalam rangka pengerahan dana masyarakat oleh
Perusahaan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

(2) Rencana penerbitan obligasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus
diberitahukan oleh Perusahaan kepada para kreditor tertentu.

Pasal 12
(1) Apabila Perusahaan menerbitkan obligasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 ayat (1), dan selanjutnya Negara melakukan pengurangan penyertaan
modal pada Perusahaan, maka pengurangan penyertaan modal Negara
tersebut harus diberitahukan kepada kreditor sebelum ditetapkan dengan

(2) Peraturan Pemerintah.


Pengurangan penyertaan modal Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), tidak boleh merugikan kepentingan pihak ketiga.

Pasal 13

Semua alat-alat liquid yang tidak segera diperlukan oleh Perusahaan disimpan
dalam bank sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Bagian Keenam

Pembinaan

Pasal 14
(1) Pembinaan Perusahaan dilakukan oleh Menteri Keuangan.

(2) Pembinaan Perusahaan oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) dilakukan dengan menetapkan kebijakan pengembangan usaha sesuai
(3) dengan maksud dan tujuan Perusahaan.

Kebijakan pengembangan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),


(4) ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan usulan Direksi setelah
mendapat persetujuan Dewan Pengawas.

Kebijakan pengembangan usaha merupakan arah dalam mencapai tujuan


(5) Perusahaan, baik menyangkut kebijakan investasi, pembiayaan usaha, sumber
pembiayaan, penggunaan hasil usaha Perusahaan dan kebijakan
(6) pengembangan lain.
Kebijakan pengembangan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dijadikan pedoman bagi Direksi dan Dewan Pengawas dalam menjalankan
kegiatan operasional Perusahaan.

Dalam rangka menetapkan kebijakan pengembangan usaha, Menteri


Keuangan dapat meminta masukan dari Menteri Teknis.

Pasal 15

Menteri Keuangan tidak bertanggung jawab atas segala akibat per-buatan hukum
yang dilakukan Perusahaan dan tidak bertanggungjawab atas kerugian
Perusahaan melebihi nilai kekayaan Negara yang telah dipisahkan ke dalam
Perusahaan, kecuali apabila :

a. Menteri Keuangan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad


buruk memanfaatkan Perusahaan semata-mata untuk kepentingan pribadi;

b. Menteri Keuangan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang


dilakukan Perusahaan, atau

c. Menteri Keuangan langsung atau tidak langsung secara melawan hukum


menggunakan kekayaan Perusahaan.

Bagian Ketujuh

Direksi Perusahaan

Pasal 16
(1) Kepengurusan Perusahaan dilakukan oleh Direksi.

(2) Jumlah anggota Direksi paling banyak 5 (lima) orang, dan seorang di
antaranya diangkat sebagai Direktur Utama.

(3) Penambahan jumlah anggota Direksi melebihi jumlah sebagai-mana dimaksud


dalam ayat (2), dilakukan dengan persetujuan Presiden.

Pasal 17

Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan yang :

a. memenuhi kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman, jujur,


perilaku yang baik, serta memiliki dedikasi yang tinggi untuk memajukan dan
mengembangkan Perusahaan;

b. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan


pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris atau Dewan Pengawas
yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan, atau Perum
dinyatakan pailit atau orang yang tidak pernah dihukum karena melakukan
tindak pidana yang merugikan keuangan Negara.

Pasal 18
(1) Antara anggota Direksi dilarang memiliki hubungan keluarga sampai derajat
ketiga baik menurut garis lurus maupun garis ke samping, termasuk hubungan

(2) yang timbul karena perkawinan.


Jika hubungan keluarga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terjadi sesudah
pengangkatan anggota Direksi, maka anggota Direksi tersebut harus

(3) mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan untuk melanjutkan


jabatannya.

(4) Permohonan kepada Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat


(2) diajukan dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak terjadinya
hubungan keluarga.

(5) Anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dapat melanjutkan
jabatannya sampai dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan bagi anggota

(6) Direksi tersebut mengenai dapat atau tidak dapat melanjutkan jabatan.
Keputusan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diberikan
dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan terhitung sejak permohonan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diajukan.

Dalam hal Keputusan Menteri Keuangan belum dikeluarkan dalam jangka


waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (5), Menteri Keuangan dianggap
memberikan keputusan bahwa anggota Direksi dapat melanjutkan jabatannya.

Pasal 19
Anggota Direksi dilarang memangku jabatan rangkap sebagai :

a. Anggota Direksi pada Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah, Badan Usaha Milik Swasta, dan jabatan lain yang dapat
menimbulkan benturan kepentingan;

b. jabatan struktural dan fungsional lainnya dalam instansi/lembaga


pemerintah pusat dan daerah; dan/atau

c. jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-


undangan.

Pasal 20
(1) Anggota Direksi diangkat atau diberhentikan oleh Menteri Keuangan.

(2) Anggota Direksi diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun, dan dapat
diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

(3) Apabila dipandang perlu, dalam rangka pengangkatan Direksi, Menteri


Keuangan dapat meminta masukan dari Menteri teknis.

Pasal 21
(1) Anggota Direksi dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya oleh
Menteri Keuangan apabila berdasarkan kenyataan anggota Direksi :

a. tidak dapat memenuhi kewajibannya yang telah disepakati dalam


kontrak manajemen;

b. tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;

c. tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan


dan/atau ketentuan Peraturan Pemerintah ini;

d. terlibat dalam tindakan yang merugikan Perusahaan;

e. dinyatakan bersalah dengan keputusan pengadilan yang mempunyai


kekuatan hukum yang tetap;

f. meninggal dunia;

g. mengundurkan diri.
(2) Keputusan pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d, diambil setelah yang bersangkutan

(3) diberi kesempatan membela diri.


Pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan secara tertulis
dan disampaikan kepada Menteri Keuangan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
(4) terhitung sejak anggota Direksi yang bersangkutan diberitahu secara tertulis
oleh Menteri Keuangan tentang rencana pemberhentian tersebut.

(5) Selama rencana pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) masih
dalam proses, maka anggota Direksi yang bersangkutan dapat melanjutkan
tugasnya.

(6) Jika dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal penyampaian
pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) Menteri Keuangan tidak
(7) memberikan keputusan pember-hentian anggota Direksi tersebut, maka
rencana pemberhentian tersebut menjadi batal.

Pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf e,


merupakan pemberhentian tidak dengan hormat.

Kedudukan sebagai anggota Direksi berakhir dengan dikeluar-kannya


keputusan pemberhentian oleh Menteri Keuangan.

Pasal 22
(1) Direksi diberi tugas dan mempunyai wewenang untuk:

a. memimpin, mengurus dan mengelola Perusahaan sesuai dengan


tujuan Perusahaan dengan senantiasa berusaha meningkatkan daya
guna dan hasil guna Perusahaan;

b. mewakili Perusahaan di dalam dan di luar pengadilan;

c. mengusulkan kebijakan pengembangan usaha yang telah mendapat


persetujuan Dewan Pengawas kepada Menteri Keuangan;

d. melaksanakan kebijakan pengembangan usaha dalam mengurus


Perusahaan yang telah ditetapkan Menteri Keuangan;

e. menyiapkan Rencana Jangka Panjang serta Rencana Kerja dan


Anggaran Perusahaan;

f. mengadakan dan memelihara pembukuan dan administrasi


Perusahaan sesuai dengan kelaziman yang berlaku bagi suatu
Perusahaan;

g. menyiapkan struktur organisasi dan tata kerja Perusahaan lengkap


dengan perincian tugasnya;

h. menyiapkan Laporan Tahunan dan Laporan Berkala;

i. menguasai, memelihara, dan mengurus kekayaan Perusahaan;

j. menetapkan kebijakan Perusahaan sesuai dengan kebijakan


pengembangan usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;

k. melakukan kerjasama usaha, membentuk anak Perusahaan dan


melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain dengan
persetujuan Menteri Keuangan;

l. mengangkat dan memberhentikan pegawai Perusahaan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundangan yang berlaku di bidang
ketenagakerjaan;

m. menetapkan gaji, pensiun/jaminan hari tua dan penghasilan lain bagi


pegawai Perusahaan serta mengatur semua hal kepegawaian lainnya,
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku di bidang
ketenagakerjaan.
(2) Untuk menyelenggarakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), Direksi berwenang menetapkan kebijak-sanaan teknis dan non teknis
sesuai dengan kebijakan Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf j.

Pasal 23
(1) Dalam menjalankan tugas-tugas Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 :

a. Direktur Utama berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama
Direksi berdasarkan persetujuan anggota Direksi lainnya;

b. para Direktur berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama
Direksi, masing-masing sesuai bidang yang menjadi tugas dan
wewenangnya.
(2) Apabila salah satu atau beberapa anggota Direksi berhalangan tetap untuk
menjalankan pekerjaannya atau apabila jabatan itu terluang dan penggantinya
belum diangkat atau belum memangku jabatannya, maka jabatan tersebut
dipangku oleh anggota Direksi lainnya yang ditunjuk sementara oleh Dewan

(3) Pengawas.
Dewan Pengawas wajib menyampaikan surat penunjukkan sebagaimana
(4) dimaksud dalam ayat (2) kepada Menteri Keuangan paling lambat 14 (empat
belas) hari terhitung sejak dikeluarkan.

Dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan terhitung sejak diterimanya
(5) pemberitahuan dari Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam ayat (3),
Menteri Keuangan menunjuk anggota Direksi yang baru untuk memangku
jabatan yang terluang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).
Apabila semua anggota Direksi berhalangan tetap menjalankan pekerjaannya
(6) atau jabatan Direksi terluang seluruhnya dan belum diangkat, maka sementara

waktu pengurusan Perusahaan dijalan-kan oleh Dewan Pengawas.

Dalam menjalankan tugas dan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 22 ayat (1) huruf b, Direksi dapat melaksanakan sendiri atau
menyerahkan kekuasaan tersebut kepada :

a. seorang atau beberapa orang anggota Direksi; atau

b. seorang atau beberapa orang pegawai Perusahaan baik sendiri maupun


bersama-sama; atau

c. orang atau badan lain;

yang khusus ditunjuk untuk hal tersebut.


Pasal 24

Anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (6) huruf a tidak
berwenang mewakili Perusahaan apabila :

a. terjadi perkara di depan pengadilan antara Perusahaan dengan anggota


Direksi yang bersangkutan;

b. anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang


bertentangan dengan kepentingan Perusahaan.

Pasal 25

Dalam melaksanakan tugasnya, Direksi wajib mencurahkan perhatian dan


pengabdiannya secara penuh pada tugas, kewajiban dan pencapaian tujuan
Perusahaan.

Pasal 26

Besar dan jenis penghasilan Direksi ditetapkan sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 27
(1) Rapat Direksi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali.

(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibicarakan hal-hal yang
berhubungan dengan Perusahaan sesuai dengan tugas, kewenangan dan

(3) kewajibannya.
Keputusan rapat Direksi diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat.
(4) Dalam hal tidak tercapai kata mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan

(5) suara terbanyak.


Untuk setiap rapat dibuatkan risalah rapat.

Pasal 28

(1) Rancangan Rencana Jangka Panjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22


ayat (1) huruf e, sekurang-kurangnya memuat:

a. evaluasi pelaksanaan Rencana Jangka Panjang sebelumnya;

b. posisi Perusahaan pada saat Perusahaan menyusun Rencana Jangka


Panjang;

c. asumsi-asumsi yang dipakai dalam penyusunan Rencana Jangka


Panjang;

d. penetapan misi, sasaran, strategi, kebijakan dan program kerja


Rencana Jangka Panjang beserta keterkaitan antara unsur-unsur
tersebut.
(2) Rancangan Rencana Jangka Panjang yang telah ditandatangani bersama oleh
Direksi dengan Dewan Pengawas, disampaikan kepada Menteri Keuangan
untuk disahkan.

Pasal 29
(1) Rancangan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 ayat (1) huruf e sekurang-kurangnya memuat :

a. rencana kerja Perusahaan;

b. anggaran Perusahaan;

c. proyeksi keuangan pokok Perusahaan;

d. hal-hal lain yang memerlukan pengesahan oleh Menteri Keuangan.


(2) Rancangan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diajukan kepada Menteri Keuangan selambat-lambatnya 60
(enam puluh) hari sebelum tahun anggaran dimulai, untuk memperoleh
(3) pengesahan.
Rancangan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan sebagaimana dimaksud
(4) dalam ayat (1) disahkan oleh Menteri Keuangan selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari setelah tahun anggaran berjalan.
Dalam hal Rancangan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan belum
disahkan oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka
Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan tersebut dianggap sah untuk
dilaksanakan sepanjang telah memenuhi ketentuan tatacara penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan.

Bagian Kedelapan

Dewan Pengawas

Pasal 30
(1) Pada Perusahaan dibentuk Dewan Pengawas.

(2) Jumlah Anggota Dewan Pengawas disesuaikan dengan kebutuhan


Perusahaan paling sedikit 2 (dua) orang, seorang di antaranya diangkat

(3) sebagai Ketua Dewan Pengawas.


Dewas Pengawas dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan
tugas untuk kepentingan dan tujuan Perusahaan.

Pasal 31

Yang dapat diangkat sebagai anggota Dewan Pengawas adalah orang perorangan
yang :

a. memiliki Integritas, dedikasi, memahami masalah-masalah manajemen


perusahaan yang berkaitan dengan salah satu fungsi manajemen, memiliki
pengetahuan yang memadai di bidang usaha Perusahaan, dan dapat
menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya;

b. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan


pailit atau menjadi anggota Direksi, Komisaris atau Dewan Pengawas yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan atau Perum dinyatakan
pailit atau orang yang tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana
yang merugikan keuangan Negara.

Pasal 32

Anggota Dewan Pengawas tidak dibenarkan memiliki kepentingan yang


bertentangan dengan atau mengganggu kepentingan Perusahaan.

Pasal 33

Dewan Pengawas dapat terdiri dari unsur-unsur pejabat departemen teknis,


Departemen Keuangan dan Departemen/Instansi lain yang kegiatan-nya
berhubungan dengan Perusahaan.

Pasal 34
(1) Anggota Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Menteri

(2) Keuangan.
Anggota Dewan Pengawas diangkat untuk masa jabatan yang sama dengan

(3) anggota Direksi dan dapat diangkat kembali untuk 1(satu) kali masa jabatan.
Pengangkatan anggota Dewan Pengawas tidak bersamaan waktunya dengan

(4) pengangkatan anggota Direksi.


Apabila dipandang perlu, dalam rangka pengangkatan Dewan Pengawas,
Menteri Keuangan dapat meminta masukan dari Menteri teknis.

Pasal 35
(1) Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum habis masa
jabatannya oleh Menteri Keuangan, apabila berdasarkan kenyataan anggota
Dewan Pengawas :

a. tidak melaksanakan tugasnya dengan baik;

b. tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan dan/atau ketentuan


Peraturan Pemerintah ini;

c. terlibat dalam tindakan yang merugikan Perusahaan;

d. dinyatakan bersalah dengan keputusan pengadilan yang mempunyai


kekuatan hukum yang tetap;

e. meninggal dunia; atau

f. mengundurkan diri.
(2) Keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a,
huruf b, dan huruf c, diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan
(3) membela diri.
Pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan secara tertulis
dan disampaikan kepada Menteri Keuangan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan

(4) terhitung sejak anggota Dewan Pengawas yang bersangkutan diberitahu


secara tertulis oleh Menteri Keuangan tentang rencana pemberhentian
tersebut.
(5)
Selama rencana pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) masih
dalam proses, maka anggota Dewan Pengawas yang bersangkutan dapat
(6) menjalankan tugasnya.

Jika dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal penyampaian
(7) pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) Menteri Keuangan tidak

memberikan keputusan pember-hentian anggota Dewan Pengawas tersebut,


maka rencana pemberhentian tersebut menjadi batal.

Pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d,


merupakan pemberhentian dengan tidak hormat.

Kedudukan sebagai Dewan Pengawas berakhir dengan dikeluarkannya


keputusan pemberhentian dari Menteri Keuangan.

Pasal 36
(1) Dewan Pengawas bertugas untuk :

a. melaksanakan pengawasan terhadap pengurusan Perusahaan yang


dilakukan oleh Direksi;

b. memberi nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan kegiatan


pengurusan Perusahaan.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a termasuk
pengawasan terhadap pelaksanaan :

a. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan;

b. ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini;

c. kebijakan yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan;

d. ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 37
(1) Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban:

a. memberikan pendapat dan saran kepada Menteri Keuangan mengenai


Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan yang diusulkan Direksi;

b. mengikuti perkembangan kegiatan Perusahaan, memberikan pendapat


dan saran kepada Menteri Keuangan untuk setiap masalah yang
dianggap penting bagi pengurusan Perusahaan;

c. melaporkan dengan segera kepada Menteri Keuangan apabila terjadi


gejala menurunnya kinerja Perusahaan;

d. memberikan nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan pengurusan


Perusahaan.
(2) Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) kepada Menteri Keuangan secara berkala dan sewaktu-waktu
apabila diperlukan.

Pasal 38
Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Dewan Pengawas mempunyai
wewenang sebagai berikut :

a. melihat buku-buku, surat-surat, dokumen-dokumen lainnya, memeriksa


kas untuk keperluan verifikasi dan memeriksa kekayaan Perusahaan;

b. memasuki pekarangan, gedung dan kantor yang dipergunakan oleh


Perusahaan;

c. meminta penjelasan dari Direksi dan/atau pejabat lainnya mengenai


segala persoalan yang menyangkut pengurusan Perusahaan;

d. meminta Direksi dan/atau pejabat lainnya dengan sepengetahuan Direksi


untuk menghadiri rapat Dewan Pengawas;

e. menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan


terhadap hal-hal yang dibicarakan;

f. berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah ini, memberikan persetujuan


atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu;

g. berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah ini atau keputusan Menteri


Keuangan melakukan tindakan pengurusan Perusahaan dalam hal Direksi
tidak ada; dan

h. memberhentikan sementara Direksi, dengan menyebutkan alasan-nya.

Pasal 39

Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas Dewan Pengawas, Menteri


Keuangan dapat mengangkat seorang Sekretaris Dewan Pengawas atas beban
Perusahaan.

Pasal 40

Jika dianggap perlu, Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya dapat


memperoleh bantuan tenaga ahli yang diikat dengan kontrak untuk waktu tertentu
atas beban Perusahaan.
Pasal 41

Semua biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas Dewan Pengawas
dibebankan kepada Perusahaan dan secara jelas dimuat dalam Rencana Kerja
dan Anggaran Perusahaan.

Pasal 42

(1) Rapat Dewan Pengawas dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali.

(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibicarakan hal-hal yang
berhubungan dengan Perusahaan sesuai dengan tugas, kewenangan dan

(3) kewajiban Dewan Pengawas.

(4) Keputusan rapat Dewan Pengawas diambil atas dasar musyawarah untuk
mufakat.
(5)
Dalam hal tidak tercapai kata mufakat, keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak;

Untuk setiap Rapat dibuat risalah rapat.

Bagian Kesembilan

Satuan Pengawasan Intern

Pasal 43

(1) Satuan Pengawasan Intern melaksanakan pengawasan intern keuangan dan

(2) operasional Perusahaan.


Satuan Pengawasan Intern sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin
oleh seorang Kepala yang bertanggungjawab kepada Direktur Utama.

Pasal 44

Satuan Pengawasan Intern bertugas :

a. membantu Direktur Utama dalam melaksanakan pemeriksaan intern


keuangan dan operasional Perusahaan, menilai pengendalian, pengelolaan
dan pelaksanaannya pada Perusahaan serta memberikan saran-saran
perbaikannya; dan

b. memberikan keterangan tentang hasil pemeriksaan atau hasil pelaksanaan


tugas Satuan Pengawasan Intern sebagaimana dimaksud dalam huruf a
kepada Direksi.

Pasal 45

Direksi wajib memperhatikan dan segera mengambil langkah-langkah yang


diperlukan atas segala sesuatu yang dikemukakan dalam setiap laporan hasil
pemeriksaan yang dibuat oleh Satuan Pengawasan Intern.

Pasal 46

Atas permintaan tertulis Dewan Pengawas, Direksi memberikan keterangan hasil


pemeriksaan atau hasil pelaksanaan tugas Satuan Pengawasan Intern
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf b.

Pasal 47

Dalam melaksanakan tugasnya, Satuan Pengawasan Intern wajib menjaga


kelancaran tugas satuan organisasi lainnya dalam Perusahaan sesuai dengan
tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

Bagian Kesepuluh

Komite Audit dan Komite lain

Pasal 48
(1) Dewan Pengawas wajib membentuk Komite Audit yang bekerja secara kolektif
dan berfungsi membantu Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya.

(2) Komite Audit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipimpin oleh seorang
Ketua yang bertanggung jawab kepada Dewan Pengawas.
(3) Ketua Komite Audit adalah anggota Komite Audit yang berasal dari anggota
Dewan Pengawas.

Pasal 49

Komite Audit bertugas untuk :

a. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh


Satuan Pengawasan Intern maupun auditor eksternal;

b. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian


manajemen serta pelaksanaannya;
c. Memastikan telah mendapat prosedur review yang memuaskan terhadap
segala informasi yang dikeluarkan Perusahaan;

d. Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Pengawas


serta tugas-tugas Dewan Pengawas lainnya.

Bagian Kesebelas

Komite Lain

Pasal 50

Dewan Pengawas dapat membentuk komite lain yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan untuk membantu tugas Dewan Pengawas.

Bagian Keduabelas

Sistim Akuntansi dan Pelaporan

Pasal 51

Tahun Buku Perusahaan adalah tahun takwim, kecuali jika ditetapkan lain oleh
Menteri Keuangan.

Pasal 52

Perhitungan tahunan dibuat sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang


berlaku.

Pasal 53

Dalam waktu 5 (lima) bulan setelah tahun buku Perusahaan ditutup, Direksi wajib
menyampaikan laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1)
huruf h kepada Menteri Keuangan yang memuat sekurang-kurangnya :

a. perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru
lampau dan perhitungan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan serta
penjelasan atas dokumen tersebut;

b. laporan mengenai keadaan dan jalannya Perusahaan serta hasil yang


telah dicapai;

c. kegiatan utama Perusahaan dan perubahan selama tahun buku;

d. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi


kegiatan Perusahaan;
e. nama anggota Direksi dan Dewan Pengawas; dan

f. gaji serta tunjangan lain bagi anggota Direksi dan honorarium serta
tunjangan lain bagi anggota Dewan Pengawas.

Pasal 54
(1) Laporan tahunan ditandatangani oleh semua anggota Direksi dan Dewan
Pengawas serta disampaikan kepada Menteri Keuangan.

(2) Dalam hal anggota Direksi dan Dewan Pengawas tidak menandatangani
laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus disebutkan
alasannya secara tertulis.

Pasal 55
(1) Perhitungan tahunan disampaikan oleh Direksi kepada auditor eksternal yang
ditunjuk Menteri Keuangan, untuk diperiksa.

(2) Laporan hasil pemeriksaan auditor eksternal sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) disampaikan secara tertulis oleh Direksi kepada Menteri Keuangan

(3) untuk disahkan.


Perhitungan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diumumkan
dalam surat kabar harian.

Pasal 56
(1) Pengesahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) membebaskan
Direksi dan Dewan Pengawas dari tanggung jawab terhadap segala

(2) sesuatunya yang termuat dalam perhitungan tahunan tersebut.


Dalam hal dokumen perhitungan tahunan yang diajukan dan disahkan tersebut
ternyata tidak benar dan/atau menyesatkan, maka anggota Direksi dan Dewan

(3) Pengawas secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap pihak ketiga
yang dirugikan.

Anggota Direksi dan Dewan Pengawas dibebaskan dari tanggung jawab


sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) apabila terbukti bahwa keadaan
tersebut bukan karena kesalahannya.

Pasal 57
(1) Laporan berkala baik laporan triwulanan, laporan semester maupun laporan
lainnya tentang kinerja Perusahaan disampaikan kepada Dewan Pengawas.
Tembusan laporan berkala sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan
(2) kepada Menteri Keuangan.

Pasal 58

Laporan Tahunan, Perhitungan Tahunan, laporan berkala, dan laporan lainnya


sebagaimana dimaksud dalam Bagian ini, disampaikan dengan bentuk, isi dan
tatacara penyusunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Bagian Ketigabelas

Pegawai Perusahaan

Pasal 59

Pengadaan, pengangkatan, penempatan, pemberhentian, kedudukan,


kepangkatan, jabatan, gaji/upah, kesejahteraan dan penghargaan kepada pegawai
Perusahaan diatur dan ditetapkan oleh Direksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

Pasal 60

Bagi Perusahaan tidak berlaku segala ketentuan eselonisasi jabatan yang berlaku
bagi Pegawai Negeri Sipil.

Bagian Keempatbelas

Penggunaan Laba

Pasal 61
(1) Laba bersih Perusahaan dalam suatu tahun buku seperti tercantum dalam
neraca dan perhitungan laba rugi yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan,
dibagi menurut cara penggunaannya yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

(2) Laba bersih sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibagikan untuk dividen,
cadangan dan lain-lain yang prosentasenya masing-masing ditetapkan tiap

(3) tahun oleh Menteri Keuangan.


Jika perhitungan laba rugi pada suatu tahun menunjukkan kerugian yang tidak
dapat ditutup dengan dana cadangan, maka kerugian itu akan tetap dicatat
dalam pembukuan Perusahaan dan Perusahaan dianggap tidak mendapat laba
selama kerugian yang tercatat itu belum seluruhnya tertutup, dengan tidak
mengurangi ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kelimabelas

Penggunaan Dana Cadangan

Pasal 62
(1) Setiap tahun buku, Perusahaan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba

(2) bersih untuk cadangan.


Penyisihan laba bersih sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan

(3) sampai cadangan mencapai sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen) dari
modal Perusahaan.

(4) Dana cadangan sampai dengan jumlah 20% (dua puluh persen) dari modal
Perusahaan, hanya digunakan untuk menutup kerugian Perusahaan.

(5) Apabila dana cadangan telah melebihi jumlah 20% (dua puluh persen), maka
Menteri Keuangan dapat memutuskan agar kelebihan dari dana cadangan
tersebut digunakan bagi keperluan Perusahaan.

(6) Direksi harus mengelola dana cadangan agar dana cadangan tersebut
memperoleh laba dengan cara yang dianggap baik olehnya dengan
persetujuan Dewan Pengawas dan dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Laba yang diperoleh dari pengelolaan dana cadangan sebagaimana dimaksud


dalam ayat (5), dimasukkan dalam perhitungan laba rugi.

Bagian Keenambelas

Ketentuan Lain-lain

Pasal 63

Tata cara penjualan, pemindahtanganan, atau pembebanan atas aktiva tetap


Perusahaan serta penerimaan pinjaman jangka menengah/ panjang dan
pemberian pinjaman dalam bentuk dan cara apapun serta tidak menagih lagi dan
menghapuskan dari pembukuan piutang dan persediaan barang oleh Perusahaan,
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 64

Pengadaan barang dan jasa Perusahaan yang menggunakan dana langsung dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Pasal 65
(1) Organ Perusahaan adalah Menteri Keuangan, Direksi dan Dewan Pengawas.

(2) Selain organ Perusahaan sebagaimana dimaksud ayat (1), pihak lain manapun
dilarang turut mencampuri pengurusan Perusahaan.

(3) Departemen/Instansi Pemerintah tidak dibenarkan membebani Perusahaan


dengan segala bentuk pengeluaran.

(4) Perusahaan tidak dibenarkan membiayai keperluan pengeluaran


Departemen/Instansi Pemerintah.

Pasal 66
(1) Direksi hanya dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan Negeri agar
Perusahaan dinyatakan pailit berdasarkan persetujuan Menteri Keuangan.

(2) Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan
kekayaan Perusahaan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan
tersebut, maka setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung

(3) jawab atas kerugian tersebut.


Anggota Direksi yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena
kesalahan atau kelalaiannya, tidak bertanggung jawab secara tanggung
renteng atas kerugian tersebut.

Pasal 67
(1) Anggota Direksi dan semua pegawai Perusahaan yang karena tindakan-
tindakan melawan hukum menimbulkan kerugian bagi Perusahaan, diwajibkan

(2) mengganti kerugian tersebut.


Ketentuan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terhadap anggota
Direksi diatur oleh Menteri Keuangan, sedangkan terhadap pegawai
Perusahaan diatur oleh Direksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 68

Semua surat dan surat berharga yang termasuk dalam kelompok pembukuan dan
administrasi Perusahaan disimpan di tempat Perusahaan atau tempat lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 69
(1) Pembubaran Perusahaan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

(2) Pembubaran Perusahaan diikuti dengan tindakan likuidasi yang dilakukan oleh

(3) likuidator.

(4) Penunjukkan likuidator dilakukan oleh Menteri Keuangan.

(5) Apabila Menteri Keuangan tidak menunjuk likuidator, maka Direksi bertindak
selaku likuidator.
(6)
Semua kekayaan Perusahaan setelah diadakan likuidasi, menjadi milik
Negara.
(7)
Apabila tidak ditetapkan lain dalam Peraturan Pemerintah sebagaimana
(8)
dimaksud dalam ayat (1), sisa hasil likuidasi disetorkan langsung ke Kas
Negara.

Likuidator mempertanggungjawabkan likuidasi kepada Menteri Keuangan.

Menteri Keuangan memberi pembebasan tanggung jawab tentang pekerjaan


yang telah diselesaikan likuidatur.
Pasal 70

Pimpinan satuan organisasi dalam Perusahaan bertanggung jawab dalam


melakukan pengawasan melekat dalam lingkungan tugasnya masing-masing.

BAB IV

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 71
(1) Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 tentang
Pelimpahan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan pada
Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Umum (PERUM) dan
Perusahaan Jawatan (PERJAN) kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara, maka kewenangan Menteri Keuangan dalam Peraturan Pemerintah ini
beralih kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara, kecuali dalam hal :

a. penatausahaan penyertaan modal Negara pada Perusahaan;

b. pengusulan setiap penyertaan modal Negara ke dalam Perusahaan


yang dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
(2) Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara wajib terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari Menteri Keuangan dalam hal mem-berikan persetujuan
kepada Perusahaan untuk melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 Peraturan Pemerintah ini, yang mengakibatkan diperlukannya
penambahan penyertaan modal Negara yang berasal dari dana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, ke dalam Perusahaan.
Pasal 72

Kantor Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara menjadi unsur dalam Dewan
Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 Peraturan Pemerintah ini.

BAB V

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 73

Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, semua ketentuan pelaksanaan


yang telah ditetapkan dan diberlakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
12 Tahun 1988 masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum
diganti dengan ketentuan baru yang ditetapkan dan diberlakukan berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 74

Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka Peraturan Pemerintah Nomor


12 Tahun 1988 dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 75

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Mei 2004
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA,
ttd.
MEGAWATI
SOEKARNOPUTRI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 10 Mei 2004
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 44

Salinan sesuai dengan aslinya


Deputi Sekretaris Kabinet
Bidang Hukum dan Perundang-
undangan,

Lambock V. Nahattands

Selasa, 25 Maret 1980


English Version Advance Search Internal E-Mail I

PHBS Bau Mulut, No Wa


SIAPA AKTOR PEMBANGUNAN KOTA PONTIANAK ? Ira O

Promosi Penyakit Oleh: Fardhon Hanafiah


Menu-lar & Tidak CARA MENCEGA
Menular Masalah perkotaan CACINGAN -
Cahyaningrum
Masalah perkotaan di negara-negara berkembang pada
Metode & Teknologi umumnya dan termasuk Indonesia lebih kompleks
dibandingkan dengan di negara industri maju. Masalah Puasa Bagi Kebug
ekonomi berkaitan erat dengan masalah sosial dan politik. Kesehatan Tubuh -
Penelitian Pemenuhan kebutuhan perumahan sangat erat hubungannya
dengan ketersediaan lahan, sedangkan ketersediaan lahan
sangat bergantung kepada distribusi lahan. Mekanisme pasar Ayo Lakukan Gera
Model Promosi sangat dominan mengatur arus distribusi sumber daya. Masalah Pemberantasan Sa
Kesehatan masalah lain yang berkaitan dengan infrastruktur, prasarana, Nyamuk Demam B
sarana dan pelayanan umum masih sering terjadi. -

Sampai dengan tahun 2001, seperti yang disinyalir oleh Abdul


Hamid (Akcaya, 21 Oktober 2001) kota Pontianak masih
menghadapi masalah-masalah : (a). terbatasnya lahan Jadwal kegiatan
perkotaan, (b). terkonsentrasinya pembangunan pada wilayah- Pusat Promosi Ke
wilayah tertentu (tidak menyebarnya pembangunan prasarana
dan sarana perkotaan), (c). Transportasi/ terminal kota, (d). Nopemb
Gangguan terhadap kebersihan dan keindahan kota a.l. masalah 2004
persampahan dan penataan bangunan, (e). Arus perpindahan M S S R K
penduduk ke dalam kota, (f). Drainase perkotaan, (g). Tingkat
1 2 3 4
pelayanan Pemerintah kota yang belum memuaskan, (h).
Tingkat keamanan yang relatif rendah, (i). Tingkat disiplin 7 8 9 10 11
warga kota yang masih jauh dari memuaskan, (j). Tidak 14 15 16 17 18
seimbangnya tingkat perkembangan prasarana, sarana dan 21 22 23 24 25
peraturan daerah dengan pesatnya perkembangan kota, (k). 28 29 30
Pencemaran lingkungan yang kian meningkat, (l). Kuantitas
dan kualitas air bersih yang masih belum memenuhi tuntutan
kebutuhan warga, (m). Perparkiran yang tidak tertib, (n).
Manajemen dan organisasi Pemerintah kota yang belum
mantap, (o). Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) yang
tidak dipatuhi.

Adanya masalah serta dominannya mekanisme pasar dalam


mengatur distribusi sumber daya (disinyalir pula oleh Abdul
Hamid, point (o) Akcaya, 21 Oktober 2001) maka Devas dan
Rakodi (dalam : “Manajemen Perkotaan”, 1999)
mengidentifikasi 6 (enam) bentuk intervensi pemerintah
terhadap pasar untuk menghindari terjadinya masalah-masalah
seperti disebutkan di atas.

1. Perlindungan terhadap publik, terutama terhadap


ketertiban umum dan penegakan hukum. Tugas ini
merupakan tugas dasar pemerintah yang harus
menjangkau daerah perkotaan dan perdesaan.

2. Pengaturan aktivitas sektor swasta, yaitu pengaturan


terhadap perusahaan-perusahaan yang mengadakan
kegiatan bisnisnya di kota. Peraturan terhadap ambang
batas limbah cair yang diizinkan dibuang di sungai serta
keharusan pembuatan instalasi pengolahan air limbah
adalah contoh dari intervensi ini.

3. Provisi pelayanan publik (public service), dimana


produksi dan distribusinya tidak mungkin dilakukan
oleh pihak lain, kecuali pemerintah kota, pemerintah
nasional atau oleh organisasi yang dibentuk oleh
masyarakat sendiri, karena memerlukan investasi yang
besar.

4. Fungsi-fungsi pembangunan (development function),


yaitu bahwa Pemerintah berfungsi sebagai koordinator
pembangunan, baik yang dilakukan oleh sektor publik
maupun sektor swasta. Peran pemerintah kota sebagai
organisator pembangunan dan aparatnya sebagai
manajer pembangunan yang berfungsi menjalankan
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi kegiatan fisik dan
non fisik.

5. Redistribusi pendapatan dan kesejahteraan, dimana


pemerintah bertugas memperbaiki mekanisme pasar
agar berpihak kepada golongan masyarakat
berpenghasilan menengah ke bawah. Pembuatan dan
pelaksanaan pajak yang progresif dan subsidi kepada
masyarakat miskin merupakan jenis kebijakan yang
populer yang sering dilakukan. Hasil pajak masyarakat
yang berpenghasilan tinggi digunakan untuk mensubsidi
pemenuhan infrastruktur masyarakat berpenghasilan
menengah ke bawah.

6. Produksi, yaitu yang menyangkut pemenuhan


kebutuhan publik seperti pada intervensi ketiga.
Jika diamati saran intervensi di atas, maka Pemerintah
kota berperan sebagai koordinator, regulator
(pengaturan), protector (pelindung masyarakat),
organisator (manajer pembangunan), producer
(pengadaan pelayanan publik), fasiltator dan lainnya.
Ditambahkan bahwa prinsip dan praktek intervensi ini
bervariasi di dalam perencanaan dan manajemennya
antar pemerintah kota sesuai dengan situasi kondisi
masing-masing.

Paradigma baru manajemen perkotaan

Paradigma baru manjemen perkotaan adalah


pembangunan kota tidak hanya dijalankan oleh struktur
pemerintahan yang formal, tetapi dapat juga dijalankan
oleh pihak manapun di daerah perkotaan. Paradigma
baru ini juga memasukkan unsur pemerintahan yang
baik (good governance) yang di dalamnya mengandung
kemitraan, partisipasi masyarakat, transparansi,
akuntabilitas, desentralisasi, pengurangan peran
pemerintah dan berkelanjutan. Apabila pembangunan
dijalankan oleh pihak non pemerintah, maka fungsi
pemerintah adalah sebagai enabler (pengampu).
Administrasi yang transparan dan efisien memberikan
kesempatan kepada semua pihak untuk ikut aktif dalam
pelayanan keamanan dan keselamatan yang baik,
transportasi yang efisien, akses pelayanan kesehatan,
telekomunikasi yang efektif, fasilitas ibadah dan olah
raga, penyediaan air bersih dan listerik, tanah untuk
bangunan, kesempatan berinteraksi dengan masyarakat
dan tenaga kerja untuk mendukung pembangunan
ekonomi. Suatu hal bahwa kota dirancang sebagai “kota
seperti apa yang diinginkan warganya”.

Siapa aktor Pembangunan Kota?

Dari uraian di atas dan untuk menjawab pertanyaan


dalam judul tulisan ini maka ada banyak aktor yang
seyogyanya perlu terlibat yaitu : 1. Pemerintah Kota dan
aparatnya, 2. Perusahaan-perusahaan Swasta yang
bisnisnya di kota Pontianak, 3. Lembaga-lembaga
Swadaya Masyarakat serta 4. seluruh warga kota
Pontianak. Mengenai hal yang terakhir ini telah pula
disadari oleh Walikota Pontianak (baca : Buchary : Tak
Terwujud Tanpa Dukungan Masyarakat, Akcaya, 21
Oktober 2001). Pertanyaan berikutnya yang perlu pula
dijawab adalah apa, kapan dan bagaimana bentuk
keterlibatan aktor-aktor tadi, khususnya warga
masyarakat? Seyogyanya bentuk keterlibatan tersebut
dimulai dari sejak tahap perencanaan kota, sampai
kepada pelaksanaan serta penilaiannya dan mungkin
lebih hulu lagi adalah pada perumusan visi kota
Pontianak. Adanya keinginan meninjau kembali
terhadap Visi : “ Kota Pontianak sebagai Kota
Khatulistiwa Berwawasan Lingkungan Sebagai Pusat
Perdagangan dan Jasa Bertaraf International” adalah
sangat dimaklumi, karena memang visi adalah sesuatu
yang perlu dipahami, dihayati, didukung serta
diusahakan pencapaiannya oleh seluruh warga kota. Jika
tidak, maka kemungkinan pencapaian visi tersebut
dipandang oleh warga kota sebagai suatu “tugas dan
tanggung jawab” pemerintah kota semata. Sebaliknya
kita menyadari bahwa untuk menilai apakah visi
tersebut “sudah baik” atau “tidak”, perlu dilihat juga
apa misi serta rencana strategisnya yang merupakan
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Apakah
misi dan rencana strategis ini telah disosialisasikan
kepada seluruh warga Pontianak? Mungkin sudah,
mungkin juga belum.

Belajar dari pengalaman kota lain?

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk


membangun sebuah kota yang partisipatif (melibatkan
seluruh aktor pembangunan kota), misalnya belajar atas
pengalaman sendiri contoh : “ Cijasih, Cinta Jawi
Bersih” dan lainnya atau belajar dari pengalaman kota
lain. Pengalaman ini banyak ditulis oleh pemerhati kota
di dalam maupun luar negeri. Tulisan-tulisan ini (baik
sebagai hasil suatu studi ataupun suatu ide) dapat dicari
di lembaga-lembaga yang berhubungan dengan urban
development misalnya UNDP (United Nations
Development Programme) atau dari URDI (Urban and
Regional Development Institute), atau lembaga lainnya.
Salah satu tulisan adalah tentang “Model Perencanaan
Pembangunan Partisipatif kota Sawahlunto” yang
penulis lampirkan juga dalam tulisan ini dan atau dapat
juga dibaca di Website :
http://www.geocities.com/ypsbk.

Demikianlah suatu sumbang saran kami kepada semua,


khususnya warga kota Pontianak yang dalam
merayakan Hari Ulang Tahun Pontianak ke 230.
Selamat berulang tahun. Dirgahayu Pontianak.

*) Penulis adalah Ketua Umum Yayasan Pemberdayaan


Sumberdaya Bumi Khatulistiwa(YPSBK)Pontianak

Kembali keatas Kirim ke teman Print


Download

Berita Lainnya:
• Seputar Polio
• Jangan Abaikan Sampah
• Sejarah Promosi Kesehatan
• Perkumpulan PPKMI
next >>

DEPARTEMEN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
PUSAT PROMOSI KESEHATAN
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 35, Jakarta -
Indonesia
Copyright © 2002 -
webmaster@promosikesehatan.com
Last updated: 20 Maret 2006
Profile
Promosi Kesehatan
Struktur Organisasi
Sumber Daya Manusia
Forum Diskusi
Tanya Jawab
Forum diskusi P2KP - Mimbar bebas

Bank Dunia dan Kemiskinan


Mochammad Baihaqi, 10/08/2004 2:15:14
Bank Dunia Dan Kemiskinan
Carlos A. Heredia1)
Equipo Pueblo

Peter Bosshard, Carlos Heredia, David Hunter, Frances Seymour

Judul asli: Lending Credibility: New Mandates and Partnerships for the World Bank.

Copyrights: World Wildlife Fund (WWF), The Berne Declaration, Equipo Pueblo, Center For
International Environtment Law (CIEL).

1996

Edisi Indonesia diterbitkan oleh INFID

Edisi I: Juni 1999

Pengantar

Tinjauan Umum

Bank Dunia Dan Kemiskinan

Bank Dunia Dan Keberlanjutan Lingkungan

Peran Bank Dunia dalam Pemberdayaan Pemerintahan, Masyarakat Sipil dan Hak Asasi
Manusia

Pinjaman Group Bank Dunia Terhadap Sektor Swasta: Issue dan Tantangan

Kemungkinan Kerjasama Dengan Bank Dunia: Kriteria dan Contoh Gagasan


Penulis

Home
Top of FormBottom of Form
Link
Marx-Engels Page
Back
I. Latar Belakang

Menurut Human Development Report 1995, yang dikeluarkan oleh UNDP, sebesar 1,3 miliar
penduduk di negara berkembang hidup dalam kemiskinan, dan hampir 800 juta di antaranya
tidak menderita kurang pangan. Laporan yang sama memperlihatkan perbedaan tingkat laju
pertumbuhan di suatu negara, antar-negara, dan antara laki-laki dan perempuan. Asia Timur
dan Pasifik merupakan kawasan yang mengalami penurunan baik jumlah penduduk miskin
absolut maupun persebaran penduduknya relatif; sementara itu, di tempat lain, yakni kawasan
Selatan justru mengalami peningkatan baik kemiskinan absolut maupun kemiskinan relatif.
Perhitungan Bank Dunia menunjukkan bahwa pendapatan per kapita di Amerika Latin dan
Karibia secara signifikan lebih rendah daripada yang terjadi di tahun 1975, dan negara-negara
di kawasan Gurun Sahara Afrika mengalami kemunduran seperti pada tahun 1960.

Banyak pihak menganggap bahwa Bank Dunia secara langsung telah menjadi penyebab
utama meningkatnya kesenjangan dan ketimpangan sosial di suatu negara dan antar negara;
atau dapat dikatakan bahwa Bank Dunia telah gagal melakukan usaha-usaha pengentasan
kemiskinan melalui program dan kebijakan pemberian bantuan. Tujuan penulisan makalah ini
adalah memberi ikhtisar perdebatan yang terjadi akhir-akhir ini dan perkembangan-
perkembangan sehubungan dengan kinerja Bank Dunia dalam mengentaskan kemiskinan.
Tekanan secara khusus diberikan pada masalah ekonomi makro dengan sejumlah contoh yang
diambil dari pengalaman Meksiko dan Amerika Latin secara umum. Makalah ini dimulai
dengan ringkasan aneka ragam kritik terhadap Bank Dunia, diikuti dengan penjelasan tentang
strategi Bank Dunia dalam menurunkan angka kemiskinan sekarang ini. Makalah diakhiri
dengan diskusi tentang bagaimana tantangan-tantangan itu dihadapi oleh Bank Dunia agar
menjadi sarana yang lebih efektif untuk mengurangi angka kemiskinan.

II. Kritik terhadap Peran Bank Dunia

Kritik terhadap pendekatan Bank Dunia atas kemiskinan memiliki beberapa bagian. Pada
level proyek, analisis Bank Dunia sendiri menunjukkan bahwa sejumlah proyek yang
mendapat bantuan dari Bank Dunia, terutama pemindahan penduduk secara paksa,
menyebabkan naiknya tingkat kemiskinan jutaan manusia di negara-negara peminjam pada
tahun-tahun belakangan ini.2) Bank Dunia juga dikritik secara tajam karena kegagalannya
memasukkan perspektif gender ke dalam cara-cara kerjanya, meskipun kenyataan
menunjukkan bahwa porsi terbesar dari orang-orang miskin adalah kaum perempuan (Lihat
boks tentang "Gender dan Bank Dunia" dalam tinjauan umum makalah ini). Pada level
pinjaman, pengurangan kemiskinan tidak tampak menduduki kekuatan penentu dalam
menyeleksi proyek. Hanya pada tahun-tahun belakangan ini, Bank Dunia memiliki investasi
dalam "pengembangan modal manusia" yang dapat dilihat dari porsi pinjaman Bank Dunia,
dan pada tahun 1995 hanya 24 persen dari komitmen pinjaman baru dapat digolongkan
sebagai ditujukan untuk kaum miskin.

Secara lebih umum lagi, Bank Dunia disalahkan karena mengadopsi sebuah pendekatan
pemberian kompensasi untuk mengurangi kemiskinan sebagai sesuatu yang melekat dalam
pertumbuhan ekonomi, daripada mengupayakan pengentasan kemiskinan sebagai suatu usaha
sentral dari seluruh cara kerjanya. Sementara itu, berbagai kritik menyatakan bahwa ekspansi
ekonomi mungkin sebuah kondisi yang dibutuhkan untuk mengurangi kemiskinan, dan itu
tidak sepenuhnya diperlukan. Mereka membantah bahwa banyak prakarsa Bank Dunia
kepada akar strukturalnya. Beberapa sumber terdaftar pada boks 13, "Akar-Akar Kemiskinan
Struktural".

Kritik kepada Bank Dunia sekarang ini difokuskan pada level kebijakan ekonomi makro yang
ketika bergandengan dengan program-program pemberian ganti rugi untuk masyarakat
miskin kadang-kadang memperburuk kemiskinan dan ketimpangan-paling tidak untuk jangka
pendek-suatu negara dan antarnegara. Dalam Penulis
model yang sama, dunia sedang mengalami
proses globalisasi ekonomi dan itu dapat dikatakan pula bahwa ada globalisasi kemiskinan.
Satu dari lima penduduk bumi menghasilkan dan menikmati 85 persen pendapatan per kapita
dunia. Beberapa pihak beralasan bahwa restrukturisasi ekonomi dunia yang berada di bawah
arahan Bank Dunia dan IMF telah mengingkari kesempatan negara-negara berkembang untuk
membangun ekonomi nasional yang sehat dan Homemengurangi kemiskinan global dan
ketimpangan. Link
Marx-Engels Page
Promosi Program Penyesuaian struktural (SAP) BackBank Dunia, dan kegagalannya mengarahkan
I. Latar
masalah utang, telah menjadi bahan perdebatan Belakang
tentang mandat Bank Dunia dalam
pengurangan angka kemiskinan. Program SAP sekarang diterapkan di lebih seratus negara,
Menurut Human
terlihat dari Development
banyaknya Report
transformasi 1995, yang dikeluarkan
negara-negara berkembangoleh UNDP,
menjadi sebesartenaga
pemasok 1,3 miliar
penduduk
kerja murahdidan
negara berkembang
sumber daya alamhidup
untukdalam kemiskinan,
didayagunakan danekonomi
oleh hampir 800 juta di antaranya
internasional.
tidak menderita kurang pangan. Laporan yang sama memperlihatkan perbedaan
Sementara itu, pelayanan akumulasi jumlah pinjaman bagi suatu kebocoran keuangan tingkat laju
secara
pertumbuhan di suatu negara,
drastis menyusutkan sumber antar-negara, dan antara
daya yang tersedia dalamlaki-laki
memerangidan perempuan.
kemiskinan.Asia Timur
Masalah dan
yang
Pasifik merupakan kawasan yang mengalami penurunan baik jumlah penduduk miskin
relatif baru adalah bagaimana promosi Bank Dunia berupa liberalisasi dan swastanisasi pasar absolut
maupun persebaran
berpengaruh penduduknya
terhadap kemiskinanrelatif; sementara itu,
dan ketimpangan di tempat lain,transisi
di negara-negara yakni kawasan Selatan
Eropa Tengah,
justru mengalami peningkatan baik kemiskinan absolut maupun kemiskinan
Eropa Timur, dan bekas Uni Soviet. Akhirnya, ada keprihatinan bahwa kesediaan Bank Dunia relatif.
Perhitungan
melayani Bank Dunia
kepentingan elitemenunjukkan bahwa pendapatan
politik dan ekonomi per kapita disebagai
merusak efektivitasnya Amerika Latin dan
agen
Karibia secara dalam
pembangunan signifikan lebih rendah
menghapus daripadaAda
kemiskinan. yang terjadi
empat di tahun
masalah 1975,
yang akandan negara-negara
dibicarakan
di kawasan Gurun
secara jelas berikut ini. Sahara Afrika mengalami kemunduran seperti pada tahun 1960.

Banyak pihak menganggap bahwa Bank Dunia secara langsung telah menjadi penyebab utama
meningkatnya
BOKS 13 : AKAR kesenjangan
Strukturaldandari
ketimpangan
KEMISKINAN sosial di suatu negara dan antar negara; atau dapat
dikatakan bahwa Bank Dunia telah gagal melakukan usaha-usaha pengentasan kemiskinan
Apa melalui
penyebabprogram
utama dan kebijakan pemberian bantuan. Tujuan penulisan makalah ini adalah
kemiskinan?
memberi ikhtisar perdebatan yang terjadi akhir-akhir ini dan perkembangan-perkembangan
sehubungan
Secara dengan pendapat
konvensional, kinerja Bank umum Dunia dalamsebab-sebab
melacak mengentaskan kemiskinan.
kemiskinan padaTekanan
watak dan secara
khusus orang
perilaku diberikan
miskinpadaitumasalah
sendiri.ekonomi makro dengan
Bagaimanapun, ihwalnya sejumlah
semakin contoh yang diambil dari
jelas bahwa
pengalaman Meksiko dan Amerika Latin secara umum. Makalah
pemberantasan kemiskinan tidak saja menjadi keinginan dari pihak rakyat miskin ini dimulai dengan ituringkasan
sendiri,
akananeka ragam
tetapi lebihkritik terhadaptugas
merupakan Bankyang
Dunia, diikuti
harus dengan
ditangani penjelasan
oleh tentang
pemerintah, strategi
sektor swasta, Bank
Dunia dalam menurunkan angka kemiskinan sekarang ini. Makalah
organisasi kemasyarakatan, dan lembaga-lembaga multilateral dengan cara disepakati diakhiri dengan diskusi
tentang
bersama. bagaimana
Sebab-sebab tantangan-tantangan
kemiskinan struktural,itu dihadapi oleh Bank Dunia
yang dipengaruhi agar menjadi
oleh hal-hal sarana yang
ini, mencakup:
lebih efektif untuk mengurangi angka kemiskinan.
Kurangnya demokrasi: hubungan kekuasaan yang menghilangkan kemampuan warga negara
atau suatu negara untuk memutuskan II. Kritik terhadap
masalah Peran Bank Dunia
yang menjadi perhatian mereka;
Kurangnya memperoleh alat-alat produksi (lahan dan teknologi) dan sumber daya
Kritik terhadap
(pendidikan, pendekatan
kredit dan aksesBank Dunia
pasar) olehatas kemiskinan
mayoritas memiliki beberapa bagian. Pada level
penduduk;
Kurangnya mekanisme yang memadai untuk akumulasi dansejumlah
proyek, analisis Bank Dunia sendiri menunjukkan bahwa distribusiproyek yang mendapat
bantuan dari Bank
Disintegrasi ekonomiDunia, terutama
nasional, yangpemindahan
berorientasi penduduk
memenuhi secara
pasarpaksa,
asingmenyebabkan
daripada pasarnaiknya
tingkat
domestik; kemiskinan jutaan manusia di negara-negara peminjam pada tahun-tahun belakangan
ini.2) Bank
Pengikisan Dunia
peran juga dikritik
pemerintah secara
sebagai tajam karena
perantara dalamkegagalannya
meminimalkan memasukkan
ketimpangan perspektif
sosial,
gender ke dalam cara-cara kerjanya, meskipun
contohnya melalui swastanisasi program-program sosial kenyataan menunjukkan bahwa porsi terbesar
dari orang-orang
Eksploitasi berlebihan miskin adalah
terhadap kaum daya
sumber perempuan
alam dan(Lihat boks tentang
tercemarnya "Gender
ekosistem dansecara
yang Bank
Dunia" dalam tinjauan umum makalah
tidak proporsional berdampak kepada orang miskin; dan ini). Pada level pinjaman, pengurangan kemiskinan
tidak tampak menduduki
Kebijakan-kebijakan yangkekuatan penentumonopolisasi
menyebabkan dalam menyeleksi
ekonomi proyek. Hanya pada
dan polarisasi tahun-tahun
masyarakat,
belakangan ini, Bank Dunia memiliki investasi dalam
yang memacu bertambahnya penumpukan pendapatan dan kesejahteraan. "pengembangan modal manusia" yang
dapat dilihat dari porsi pinjaman Bank Dunia, dan pada tahun
Kritik menyatakan bahwa Bank Dunia harus mengarahkan faktor-faktor tersebut ke dalam 1995 hanya 24 persen dari
program komitmen
bantuanpinjaman
pinjamannyabaru dapat digolongkandaripada
dan kebijakannya sebagai ditujukan
mengandalkanuntukpendekatan
kaum miskin. yang
bersifat kompensasi untuk mengurangi kemiskinan.
Secara lebih umum lagi, Bank Dunia disalahkan karena mengadopsi sebuah pendekatan
pemberian kompensasi untuk mengurangi kemiskinan sebagai sesuatu yang melekat dalam
sentral dari seluruhSTRUKTURAL
PENYESUAIAN cara kerjanya. Sementara
(SAP) itu, berbagai kritik menyatakan bahwa ekspansi
ekonomi mungkin sebuah kondisi yang dibutuhkan untuk mengurangi kemiskinan, dan itu
tidak sepenuhnya
Mula-mula Bank Dunia diperlukan.
memulai Mereka
pemberianmembantah
pinjamanbahwa banyakpada
penyesuaian prakarsa
akhirBank
tahunDunia
1970-an
mengenai kemiskinan baru-baru ini mengarah kepada gejala kemiskinan
dan awal tahun 1980-an, sebagai respons atas shok minyak yang kedua dan krisis hutang ketimbang mengarah
kepada
yang akar strukturalnya.
mengkhawatirkan Beberapa
yang membuat sumber
defisitterdaftar
anggaranpada danboks
neraca13,pembayaran
"Akar-AkardiKemiskinan
beberapa
Struktural".
negara peminjam. Pinjaman penyesuaian struktural adalah pengeluaran dana secara cepat dan
berhubungan dengan perbaikan kebijakan ketimbang dengan investasi dalam proyek-proyek
Kritik
khusus. kepada
TujuanBank Dunia sekarang
pemberian pinjamanini difokuskanstruktural
penyesuaian pada level kebijakan
menurut Corboekonomi makro yang
dan Fischer
ketika bergandengan dengan program-program pemberian ganti rugi
(1992) adalah, "untuk mencapai stabilisasi ekonomi makro jangka panjang dan transformasi untuk masyarakat miskin
kadang-kadang
struktural ekonomi memperburuk kemiskinanpada
dengan mendasarkan dan ketimpangan-paling
sebab-sebab mendasar tidak untuk
krisis jangkadipendek-
ekonomi suatu
suatu negara dan antarnegara. Dalam model yang sama, dunia
negara". Setelah melewati waktu sepuluh tahun, pinjaman penyesuaian telah berjumlah sedang mengalami proses
globalisasi ekonomipinjaman
sekitar seperempat dan itu dapat
yangdikatakan
dicairkan pula
oleh bahwa ada globalisasi
Bank Dunia, kemiskinan.
dan mencapai tataran Satu
jenis dari
lima penduduk bumi menghasilkan
pinjaman tertinggi bagi beberapa negara. dan menikmati 85 persen pendapatan per kapita dunia.
Beberapa pihak beralasan bahwa restrukturisasi ekonomi dunia yang berada di bawah arahan
Bank
Kritik dariDunia dan Bank
luar dan IMF telah
Duniamengingkari kesempatan
berselisih pendapat negara-negara
tentang berkembang struktural
hubungan penyesuaian untuk
membangun ekonomi nasional yang sehat dan mengurangi
dan kemiskinan. Bank Dunia berpendapat bahwa penyesuaian struktural dibutuhkan untuk kemiskinan global dan
mengembalikan negara-negara pada jalur ketimpangan.
pertumbuhannya, yang, setidaknya dalam jangka
panjang, akan menaikkan pendapatan dan kesempatan kerja. Karena beberapa perubahan
Promosi
kebijakanProgram
tiba-tibaPenyesuaian struktural
telah menyebabkan (SAP)
beban Bank
lebih Dunia,
berat bagidan kegagalannya
sektor paling miskin mengarahkan
dalam
masalah utang, telah menjadi bahan perdebatan tentang mandat
masyarakat, Program SAP Bank Dunia mendapat kritik tajam karena telah memperparah Bank Dunia dalam
pengurangan
kemiskinan, angka kemiskinan.
walaupun sebenarnyaProgramdiharapkanSAPakan
sekarang diterapkan
mengurangi angkadi kemiskinan.
lebih seratusPadanegara,
terlihat
tahun 1987, UNICEF mempublikasikan sebuah laporan yang menunjukkan bagaimana kerja
dari banyaknya transformasi negara-negara berkembang menjadi pemasok tenaga
murah dan sumber
kebijakan daya struktural
penyesuaian alam untuk didayagunakan
dapat oleh ekonomi
merugikan kesehatan, internasional.
tingkat Sementara itu,
gizi, dan tingkat
pelayanan akumulasi jumlah pinjaman bagi suatu kebocoran
pendidikan orang-orang miskin di negara-negara pengutang.3) Kajian-kajian lanjutan keuangan secara drastis
semakin menunjukkan bagaimana penyesuaian struktural memperparah kemiskinan, relatif
menyusutkan sumber daya yang tersedia dalam memerangi kemiskinan. Masalah yang
baru adalah
menurunkan bagaimana
tingkat promosi
kesehatan Bank Duniaorang
dan pendidikan berupa liberalisasi
miskin, dan swastanisasi
mempersulit buruh danpasar
berpengaruh terhadap kemiskinan dan ketimpangan di negara-negara
lapangan pekerjaan, atau merusak lingkungan.4) Boks 14, "Penyesuaian Struktural", transisi Eropa Tengah,
Eropa
memerinciTimur, dan bekas Unistandar
elemen-elemen Soviet.program
Akhirnya, ada keprihatinan
penyesuaian bahwa
struktural, dankesediaan
pertaliannyaBank Dunia
dengan
melayani kepentingan
kemiskinan dan kesenjangan. elite politik dan ekonomi merusak efektivitasnya sebagai agen
pembangunan dalam menghapus kemiskinan. Ada empat masalah yang akan dibicarakan secara
Di Meksiko, perbaikan kebijakan mengarah jelas berikut ini.
ke deregulasi sektor pedesaan yang
merekomendasikan swastanisasi tanah pertanian milik bersama, penghapusan kredit pedesaan
yang tingkat suku bunganya rendah, dan penghapusan subsidi harga untuk sembako. Menurut
BOKS 13hasil
organisasi petani independen, : AKAR Struktural dari KEMISKINAN
dari kebijakan-kebijakan ini cukup bertentangan dengan
apa yang sebenarnya diinginkan: deregulasi telah memerosotkan hasil panen padian-padian
Meksiko dan mendorong paraApa petanipenyebab utama kemiskinan?
untuk migrasi ke kota-kota dan ke Amerika Serikat.
Dampak pada masyarakat semacam ini -hancurnya "modal sosial"-tidak tertangkap oleh
Secara konvensional,
indikator-indikator kinerjapendapat
ekonomi umum melacak sebab-sebab kemiskinan pada watak dan
makro.
perilaku orang miskin itu sendiri. Bagaimanapun, ihwalnya semakin jelas bahwa
pemberantasan
HUTANG kemiskinan tidak saja menjadi keinginan dari pihak rakyat miskin itu sendiri,
akan tetapi lebih merupakan tugas yang harus ditangani oleh pemerintah, sektor swasta,
organisasi
Berpautankemasyarakatan,
dengan perdebatan danmengenai
lembaga-lembaga multilateral
kaitan antara dengan
Bank Dunia dancara disepakatiadalah
kemiskinan, bersama.
masalah Sebab-sebab
hutang luar kemiskinan struktural,
negeri. Menurut OECD yang dipengaruhi
(Organisasi olehSama
Kerja hal-hal ini, mencakup:
Ekonomi dan
Pembangunan), dari tahun 1982 sampai tahun 1990, total sumber daya yang mengalir dari
Kurangnya demokrasi:
negara-negara hubungan kekuasaan
maju ke negara-negara yang menghilangkan
berkembang (pinjaman baru,kemampuan
dana bantuan, warga negara
kredit
atau suatu
perdagangan, dll.)negara
adalahuntuk
US$ 927memutuskan masalah pembayaran
miliar, sementara yang menjadihutang
perhatian mereka;
ke negara maju
Kurangnya memperoleh alat-alat produksi (lahan dan teknologi)
berjumlah US$ 1,345 miliar. Pada tahun 1995, beban hutang negara-negara berkembang dan sumber daya (pendidikan,
sebesar US$ 1,9 triliun, kredit dan akses
sebanyak US$pasar) oleh mayoritas
304 miliar dari jumlahpenduduk;
itu (hampir mencapai 17
Kurangnya mekanisme yang
persen) merupakan pinjaman kepada Bank Dunia dan IMF.memadai untuk akumulasi dan distribusi
Disintegrasi ekonomi nasional, yang berorientasi memenuhi pasar asing daripada pasar
Dengan pengalihan dana dari negara donor domestik;
dan dana domestik dari investasi produktif,
Pengikisan
hutang masihperan
tetap pemerintah sebagaiterbesar
menjadi rintangan perantara dalam
untuk meminimalkan
menghapuskan ketimpangan
kemiskinan sosial,
di negara-
contohnya melalui swastanisasi program-program
negara kawasan Selatan. Ada juga dimensi politis yang terjadi, seperti: penumpukan hutang sosial
Eksploitasi
membuat berlebihan
suatu pemerintah terhadap sumber daya alam dan
lebih bertanggungjawab tercemarnya
kepada negara donor ekosistem
daripadayang secara
kepada
rakyatnya sendiri. tidakLSM proporsional
berpendapat berdampak
bahwa tidakkepada orangmemberikan
ada artinya miskin; dan konsensi finansial
Kebijakan-kebijakan yang menyebabkan monopolisasi
kepada negara pinjaman kalau dana hanya diputar lagi ke Utara dalam ekonomi dan polarisasi masyarakat,
bentuk pembayaran
yang memacu
angsuran hutang, dan tidak bertambahnya
menyediakan penumpukan pendapatanMereka
perubahan kebijakan. dan kesejahteraan.
menegaskan bahwa
program
dengan bantuan komitmen
penerapan pinjamannya danmempertahankan
untuk kebijakannya daripada
tingkatmengandalkan
bantuan yang pendekatan yang
ada, akan bisa
memecahkan masalah. bersifat kompensasi
Jelas bahwa usahauntuk mengurangi
yang kurang kemiskinan.
komprehensif untuk menjawab
masalah ini pada masa lalu telah mengalami kegagalan, bagi setiap dolar pinjaman yang
diberikan sejak tahun 1989, telah ditambahkan tiga kalinya.

PENYESUAIAN
KEMISKINAN DAN KEADILAN DALAMSTRUKTURAL (SAP)TRANSISI
PEREKONOMIAN

Mula-mula
Seperti diulasBank Dunia
secara memulaidipemberian
mendalam makalah lain pinjaman penyesuaian
yang ditulis oleh PeterpadaBosshard
akhir tahun 1970-an
tentang
dan awal tahun
pinjaman sektor1980-an, sebagaisoal
swasta adalah respons atas shok
bagaimana minyak yang
swastanisasi kedua dan krisis
mempengaruhi hutangdan
kemiskinan yang
mengkhawatirkan yang membuat defisit anggaran dan neraca pembayaran
keadilan, terutama pada liberalisasi ekonomi baru di Eropa Tengah, di Eropa Timur dan di beberapa negara
peminjam. Pinjaman
negara-negara bekas Unipenyesuaian struktural
Soviet. "Transisi" adalah
adalah fokus pengeluaran dana secara cepat
Laporan Perkembangan Dunia dan
Bank
berhubungan dengan perbaikan kebijakan ketimbang dengan investasi
Dunia 1966 yang beredar dalam bentuk draf. Teks draf mencakup diskusi yang komprehensif, dalam proyek-proyek
khusus. Tujuan
dan laporan yangpemberian pinjaman tentang
penuh pemikiran, penyesuaian struktural
pengaruh menurut
transisi Corbo dan dan
pada kemiskinan Fischer (1992)
adalah, "untuk
ketidakadilan. mencapai stabilisasi ekonomi makro jangka panjang dan transformasi struktural
ekonomi dengan mendasarkan pada sebab-sebab mendasar krisis ekonomi di suatu negara".
DrafSetelah
laporanmelewati waktu sepuluh
itu juga memuat hal-haltahun, pinjaman
berikut: penyesuaian
"pembangunan telahbiasanya
ekonomi berjumlah sekitar
bertujuan
seperempat pinjaman yang dicairkan oleh Bank Dunia, dan mencapai
untuk meningkatkan pertumbuhan dan mengurangi ketimpangan. Pada ekonomi transisi tataran jenis pinjaman
ihwalnya berbeda. Karena perubahan tertinggi bagi beberapa
menuju negara.
penghasilan-yang-ditentukan-oleh pasar, maka
peningkatan ketimpangan sering menjadi tahap pertama yang diperlukan untuk sebuah proses
Kritik dari luar
perbaikan, dan takdantergantung
Bank Dunia padaberselisih pendapat tentangSebuah
hasil pertumbuhan."5) hubungan area penyesuaian
penting bagistruktural
diskusi
lebih lanjut ialah bagaimana Bank Dunia dapat berbuat lebih banyak dalam merancanguntuk
dan kemiskinan. Bank Dunia berpendapat bahwa penyesuaian struktural dibutuhkan
mengembalikan
kembali swastanisasinegara-negara pada jalurlain
dan elemen-elemen pertumbuhannya, yang,dan
dari proses transisi setidaknya
menjamindalam jangka
komitmen
panjang, akan menaikkan pendapatan dan kesempatan kerja. Karena
negara-negara pinjaman untuk memperkecil pengaruh yang merugikan bagi kemiskinan dan beberapa perubahan
kebijakan tiba-tiba telah menyebabkan beban lebih berat bagi sektor paling miskin dalam
kesenjangan.
masyarakat, Program SAP Bank Dunia mendapat kritik tajam karena telah memperparah
kemiskinan,
MELAYANIwalaupun KEPENTINGAN sebenarnya diharapkan
KAUM ELITEakan mengurangiDAN
KOMERSIAL angkaKEPENTINGAN
kemiskinan. PadaELIT tahun
1987, UNICEF mempublikasikan sebuah laporan yang menunjukkan bagaimana kebijakan
POLITIK
penyesuaian struktural dapat merugikan kesehatan, tingkat gizi, dan tingkat pendidikan orang-
orangjuga
Kritik miskin
telahdimemperlihatkan
negara-negara pengutang.3)
bahwa nasihat Kajian-kajian lanjutanmakro
kebijakan ekonomi semakindanmenunjukkan
pinjaman oleh
bagaimana penyesuaian struktural memperparah kemiskinan,
Bank Dunia dan IMF berat sebelah, lebih menguntungkan perdagangan internasional menurunkan tingkat kesehatan
dan
dan pendidikan
kepentingan politikorang miskin, mempersulit
internasional buruh dan lapangan
dengan mengorbankan pasar modal pekerjaan,
domestik atau
danmerusak
stabilitas
lingkungan.4)
politik. MerekaBoks 14, "Penyesuaian
mengajukan alasan bahwaStruktural", memerinci
dalam kasus elemen-elemen
negara-negara standar program
berpenghasilan
menengah,penyesuaian
Bretton Woodsstruktural, dan pertaliannya
Institution meningkatkan dengan kemiskinansebagai
pelayanannya dan kesenjangan.
polisi untuk
memastikan bahwa negara-negara tersebut mengadopsi dan mengimplementasikan kebijakan
Di Meksiko,
yang menaggapi perbaikan
kebutuhan kebijakankeuangan,
pusat-pusat mengarah yangke deregulasi sektor pedesaan
mengendalikan yang serta
dan mengelola
merekomendasikan
mengatur modal swasta swastanisasi tanah pertanian milik bersama, penghapusan kredit pedesaan
internasional.
yang tingkat suku bunganya rendah, dan penghapusan subsidi harga untuk sembako. Menurut
organisasi
Bias sepertipetani independen,
itu dengan hasil dari
jelas dapat kebijakan-kebijakan
dilihat dalam kasus yang ini cukupMeksiko.
dialami bertentangan dengan apa
Di Meksiko,
yang sebenarnya diinginkan: deregulasi telah memerosotkan hasil
Bank Dunia mendorong penghentikan kredit yang disubsidi dan mengatur kredit pada harga panen padian-padian
Meksiko
pasar, yang dan mendorong
berakibat para petani
ambruknya untuk migrasi domestik
bank pembangunan ke kota-kota dandan ke Amerika
pengurangan Serikat.
kredit yang
Dampak pada masyarakat semacam ini -hancurnya "modal sosial"-tidak
tersedia untuk para produsen kecil. Pada saat yang sama, Bank Dunia memompakan US$ 1 tertangkap oleh
miliar ke ekonomi Meksiko indikator-indikator
untuk menyelamatkan kinerjabank-bank
ekonomi makro.
komersial pada akhir Desember
1994 saat devaluasi peso, dan tambahan pinjaman sebanyak US$ 500 juta sampai US$ 1
miliar dalam proses pertimbangan. AdalahHUTANG sebuah ketidakkonsistenan di pihak Bank Dunia
tidak punya kemauan untuk melakukan campur tangan atas pasar untuk tujuan pengurangan
Berpautan dengan
kemiskinan, sementara perdebatan
pada saatmengenai
yang sama, kaitan
Bankantara
Dunia Bank Duniapinjaman
memberi dan kemiskinan, adalah
terbesarnya
kepadamasalah
bank-bankhutang luar negeri.
swasta dan paraMenurut
investorOECD (Organisasi pasar
dan menstabilkan Kerja uang
Samainternasional.
Ekonomi dan
Pembangunan), dari tahun 1982 sampai tahun 1990, total sumber daya yang mengalir dari
Halnegara-negara maju kesejumlah
lain yang mengusik negara-negara
pengamat berkembang
adalah bahwa(pinjaman
Bank baru,
Duniadana bantuan,negara-
mengangkat kredit
perdagangan, dll.) adalah US$ 927 miliar, sementara pembayaran
negara seperti Chile (di bawah Pinochet) dan Indonesia sebagai model manajemen ekonomi hutang ke negara maju
berjumlah
yang berhasil.US$ 1,345beralasan
Mereka miliar. Pada
bahwa tahun 1995, bebanyang
pemerintahan hutang negara-negara
demokratis berkembang
dan akuntabel adalah
sebesar
prasyarat bagi pengurangan kemiskinan berkelanjutan, dan bahwa Bank Dunia harus persen)
US$ 1,9 triliun, sebanyak US$ 304 miliar dari jumlah itu (hampir mencapai 17
masukkan faktor-faktor merupakan
tersebut pinjaman kepada Bank
ke dalam hitungan bagiDunia dan IMF.
keputusan-keputusan pemberian
pinjamannya (lihat makalah penyerta oleh David Hunter tentang pemerintahan, masyarakat
Dengan
sipil, danpengalihan
hak asasi dana dari negara donor dan dana domestik dari investasi produktif, hutang
manusia).
masih tetap menjadi rintangan terbesar untuk menghapuskan kemiskinan di negara-negara
kawasan Selatan. Ada juga dimensi politis yang terjadi, seperti: penumpukan hutang membuat
suatu14:
Boks pemerintah
PENYESUAIAN lebih bertanggungjawab
STRUKTURALkepada (SAP) negara donor daripada kepada rakyatnya
negara pinjaman
Apakah kalau dana hanya
program penyesuaian diputar
struktural lagi ke
(SAPs) ituUtara dalam bentuk
dan bagaimana pembayaran
hubungannya angsuran
dengan
hutang, danSAPs
kemiskinan? tidakadalah
menyediakan perubahan
paket kebijakan kebijakan.
standar Mereka menegaskan
yang ditentukan oleh lembaga bahwa hanya
keuangan
dengan
internasional untuk setiap negara di kawasan Selatan. Elemen-elemen paket standar dandengan
pengurangan pinjaman di muka atau pembatalan pinjaman seluruhnya, disertai
penerapan
pengaruh komitmen
negatif yang untuk mempertahankan
potensial bagi masyarakat tingkat bantuan
miskin yang ada, akan bisa memecahkan
mencakup:
masalah. Jelas bahwa usaha yang kurang komprehensif untuk menjawab masalah ini pada masa
lalu telah
pengurangan
HASIL mengalami
PENELITIAN kegagalan, bagi
belanja pemerintah, yangsetiap
artinya dolar pinjamanbelanja
memangkas yang diberikan
pelayanan sejak tahun 1989,
sosial;
pencabutan subsidi,
Pengetahuan, Sikap, dan termasuk
Perilaku telah ditambahkan
subsidi yang menguntungkan tiga kalinya. masyarakat miskin;
pembatasan
Pekerja Remaja ketersediaan kredit, termasuk kredit untuk para petani;
terhadap Penyakit
swastanisasi
Menular KEMISKINAN
Seksual DANFaktor-
perusahaan-perusahaan
(PMS) serta KEADILAN negara DALAMyang dapat PEREKONOMIAN
memacu pemusatan TRANSISI
aset;
liberalisasi
Faktor perdagangan, yang
yang Mempengaruhi dapat menghancurkan kapasitas produktif domestik dan
Terjadinya
Seperti
lapangan diulas
pekerjaan;
Hubungan Seksual Pranikah secara mendalam di makalah lain yang ditulis oleh Peter Bosshard tentang
pinjaman
reorientasi
(Studi sektor
Kasusekonomi swasta
di PT. Flower adalah
ke arah soal
pasar ekspor
Indonesia bagaimana
PasuruanyangJawa swastanisasi
dapat menyediakan
Timur) mempengaruhi kemiskinan dan
insentif bagi
keadilan,
"penambangan
Sarwanto, terutama
Suharti pada
Ajik liberalisasi
" sumber daya alam; ekonomi baru di Eropa Tengah, di Eropa Timur dan negara-
negara
perlucutan
Pusat bekas
Penelitian Uni Soviet.
hambatan-hambatan, "Transisi"
dan Pengembangan yaituadalah fokus
"perlakuan
Pelayanan dan Laporan
nasional"
Teknologi Perkembangan
untuk investasiDunia
Kesehatan asing,Bank
yangDunia
tidak
1966 yang
menguntungkan
Departemen beredar dalam
sektorRI,
Kesehatan bentuk
swasta draf.
domestik; dan
Surabaya Teks draf mencakup diskusi yang komprehensif, dan
laporan
deregulasi
ABSTRAK yang pasarpenuh
tenagapemikiran,
kerja, yangtentang
dapat pengaruh
menekantransisi pada kemiskinan dan ketidakadilan.
upah minimum.
Telah dilakukan penelitian mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku pekerja
Drafterhadap
remaja laporan itu PMS juga memuatMenular
(Penyakit hal-hal berikut:
Seksual)"pembangunan
serta faktor-faktor ekonomi
yang biasanya bertujuan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan
mempengaruhi terjadinya hubungan seks pranikah dengan menggunakan mengurangi ketimpangan. Pada ekonomi
data sekundertransisi
ihwalnya
III.
dari Strategi
penelitian berbeda.
Bank Karena
Dunia
"Pengembangan perubahan
tentang menuju penghasilan-yang-ditentukan-oleh
Kemiskinan
Model Pelayanan Kesehatan Pekerja Remaja pada pasar, maka
peningkatan ketimpangan sering menjadi
Pencegahan Infeksi HIV / AIDS (Tahap II) tahun 1999 / 2000". tahap pertama yang diperlukan untuk sebuah
Penelitian dilakukan di proses
perbaikan,
Semenjak
lokasi era
PT. Flower danMctak tergantung
Namara,
Indonesia parapada
Pasuruan hasil
Jawa pertumbuhan."5)
pemimpin Bank Dunia telahSebuah
Timur. area penting
memaklumkan bagi diskusi
komitmennya
lebih lanjut
bahwa menggunakan
Dengan ialah
penurunan angka bagaimana Bank
kemiskinan
analisis Dunia dapat
adalah tujuan
regresi logistik berbuat
ganda pokok lebih banyak
(PIN =lembaga
0,15 danini.dalam merancang
Pada=tahun
POUT 0,20)1993, kembali
dari swastanisasi
Lewis11 variabel dan elemen-elemen
Preston teridentifisir
menyatakan: lain dari
"Pengurangan
yang secara proses
kemiskinan
logika transisi
substantif yang dan menjamin
berkesinambungan
berpengaruh komitmen
pada negara-
adalah
terjadinya
hubungan negara
sasaran pokok pinjaman
seksual Bank
pranikahuntuk
Dunia. memperkecil
diDan
antarahalpara pengaruh
itu menjadi yang
ukuran untuk
remaja, akhirnya merugikan
hanya menilai bagi kemiskinan
kinerja
didapatkan dan
kita sebagai
3 variabel
sebuah
yang institusi pembangunan."
berpengaruh. Variabel-variabel James kesenjangan.
Wolfensohn
tersebut adalah lama membuatbekerja sebuah komitmen(ppribadi
di perusahaan = untuk
memperkuat
0,0779), kerja Bank
penghasilan Dunia dalam
(p = 0,0426), hal pengentasan
dan pengetahuan (p =kemiskinan.
0,1119) yang masuk dalam
MELAYANI
model persamaan KEPENTINGAN
regresi logistik.KAUM ELITE KOMERSIAL DAN KEPENTINGAN ELIT
Laporan
Pekerja Pembangunan
remaja yang telahBank bekerjaDunia 1990 POLITIK
di perusahaan mengeluarkan
5 tahun atau sebuah
lebih,strategi ganda pengurangan
mempunyai
kemiskinan.
risiko 3,5 kali Bagian
lebih besar pertama meliputi "penggalakkan
dibandingkan yang lain terhadap pertumbuhan
terjadinyaberbasis
hubungan ekspor
seks yang
pranikah. Sedang mereka yang penghasilannya antara Rp 200.001,- sampai Rp pinjaman
Kritik juga
menggunakan telah memperlihatkan
secara efisien aset bahwa
masyarakat nasihat kebijakan
miskin yang ekonomi
paling makro
berlimpah: dan
tenaga oleh
kerjanya."
Bank
Bagian kedua
250.000,- Dunia
per bulan dan IMF
menyangkut berat sebelah,
"penyediaan
risiko tersebut lebih
1,6 kaliakses menguntungkan
pelayananyang
dibandingkan perdagangan
sosial dasar
lain, danbagi internasional
bagimasyarakat
mereka dan
kepentingan
miskin",
yang pengetahuannya politikkesehatan
termasuk internasional dengan
nilai mengorbankan
dan pendidikan.
rendah (dengan Bank
79 atau Duniapasar
kurang) telahmodal
memberi
risikonya domestik1,2 dan
tambahan
sebesar stabilitas
kali kepada
politik.
strategi ganda
dibandingkan Mereka
tersebut
yang mengajukan alasan bahwa dalam kasus negara-negara
lain. dengan program yang ketiga, suatu rekomendasi bahwa jaring berpenghasilan
menengah,
pengaman
PENDAHULUAN danBretton
penetapan WoodsukuranInstitution
ganti rugi meningkatkan
akan melindungi pelayanannya sebagai polisi
anggota masyarakat yanguntuk
paling
memastikan
rentan
Masa dan mudah
remaja bahwa negara-negara
adalah terserang
masa peralihan tersebut
kemiskinan. mengadopsi
dari masa anak ke dan mengimplementasikan kebijakan
yangdewasa,
masa menaggapi kebutuhan
meliputi semua pusat-pusat
perkembangannya keuangan, yangyang mengendalikan dan mengelola serta
dialami
Selamapersiapan
sebagai lima tahun belakangan
memasuki mengatur
masa ini,dewasamodal
kerja swasta
analitis daninternasional.
pinjaman Bank Dunia lebih berorientasi
(1)kepada kemiskinan. Untuk menerapkan strategi penurunan angka kemiskinan dalam
Bias seperti
pelaksanaannya,
. Demikian pulaitu dengan
Bank Dunia jelas menyiapkan
dapat dilihat makalah
dalam kasus yang dialami
kebijakan Meksiko. Di
"Strategi-strategi Meksiko,
Pendukung
Bank Dunia
dalam Pengurangan
perkembangan mendorong
masyarakat penghentikan
Kemiskinan" kredit
(1991). perubahan
mengakibatkan yang disubsidi
Untuk mengarahkan dan mengatur
peranan stafnya dalam kredit pada harga
pasar,
yang yang berakibat
mengimplementasi
dilakukan manusia. ambruknya
strategi ini, tidak
Wanita Bankbank pembangunan
Dunia
hanya menerbitkan
berperan didomestik
petunjuk
dalam danpelaksanaan
pengurangan kredit
dan "Bukuyang
tersedia
Pegangan
rumah tangga untuk para
Pengentasan produsen
sebagai ibu,Kemiskinan" kecil. Pada saat yang
peranan Bank Dunia untuk menjalankan 1
(1992). Usaha-usaha
tetapi juga mempunyai sama, Bank Dunia memompakan US$
miliar
strategi
sosial keini
ekonomi.ekonomi
akan Meksiko
dipaparkan
Keadaan untuk
dengan
ini mempunyai menyelamatkan
singkat
risiko sebagai bank-bank
terhadap berikut ini.komersial pada akhir Desember
gangguan-gangguan termasuk tindakan yang berhubungan US$ 500 juta sampai US$ 1 miliar
1994 saat devaluasi peso, dan tambahan pinjaman sebanyak
dalam
PERTUMBUHAN
dengan proses pertimbangan.
seksualitas BERBASIS
yang ditujukan Adalah sebuah ketidakkonsistenan di pihak Bank Dunia tidak
PADAT-KARYA
terhadapnya.
punya kemauan
Di Indonesia untuk melakukan
saat ini makin banyak remaja campuryangtangan
menunda atas pasar untuk tujuan pengurangan
kemiskinan,
Laporan perkembangan
perkawinan sementara
dan mengejar Bank pada saat yang
Dunia,lebih
pendidikan sama,
Implementing Bank
tinggi yang Dunia
The Bank
dapat memberi
Dunia’spinjaman
Strategy terbesarnya
to Redcue
kepada
Poverty bank-bank
(1993), swasta
menyimpulkan dan para
bahwa
menekan laju pertambahan penduduk. Namun di sisi lain, sikap investor
ada dan
sebuah menstabilkan
kemajuan yang pasar uang
signifikan internasional.
dalam
penurunan
dalam angka kemiskinan
hal seksualitas juga makin di bebas.
negara-negara yang telah
Penyalahgunaan seksmenerapkan kebijakan-kebijakan
Hal
Bank lain
Dunia yang mengusik
yang efisien sejumlah
untuk pengamat
merangsang
dapat terjadi pada setiap orang selama keadaan memungkinkan, adalah
pertumbuhan bahwa Bank
dan Dunia mengangkat
menyediakan pelayanan negara-
negara seperti Chile (di bawah Pinochet) dan Indonesia
kebutuhan sosial dasar bagi masyarakat miskin. Laporan itu juga menunjukkan bahwa pola sebagai model manajemen ekonomi
yang berhasil.adalah
pertumbuhan Mereka beralasan
faktor bahwa pemerintahan
yang penting dalam menentukan yang demokratis dan akuntabel
tingkat pendapatan adalah
masyarakat
prasyarat bagi pengurangan kemiskinan berkelanjutan, dan
miskin. Pada level negara, pencabutan distorsi-distorsi terhadap produsen pertanian, bahwa Bank Dunia harus masukkan
faktor-faktorperaturan
pelonggaran tersebut ke yangdalam hitunganpermintaan
membatasi bagi keputusan-keputusan
tenaga kerja, danpemberian pinjamannya
investasi pada
(lihat makalah
infrastruktur penyerta
fisik, oleh David
penyuluhan Hunter
pertanian, dantentang pemerintahan,
peningkatan umber dayamasyarakat
manusiasipil,
adalahdan hak
asasi manusia).
mengurangi kemiskinan lebih cepat daripada kebijakan-kebijakan lain, demikian menurut
Bagaimanapun, seperti Boks
pada14:kasus
PENYESUAIAN STRUKTURAL
Meksiko, deregulasi dirancang(SAP)
untuk merangsang
pertumbuhan berdasar padat-karya yang kadang-kadang memiliki konsekuensi-konsekuensi
Apakah
yang tidak program penyesuaian
baik. Selain struktural
itu, kebijakan (SAPs) itu
penyesuaian dan bagaimana
struktural hubungannya
bahkan tidak diterapkandengan
lintas
kemiskinan?
bidang, SAPs adalah paket
yang mengindikasikan kebijakan
kemauan standar
politik yangBank
selektif ditentukan
Dunia oleh lembaga
kepada keuangan
negara-negara
internasional
peminjam. untuk
Sebagai setiaplaporan
contoh, negara Bank
di kawasan
Dunia Selatan. Elemen-elemen
tentang penyesuaian paket standar
struktural di Afrikadan
karena pada hakekatnya
pengaruh setiap individu
negatif yang secara potensial
potensial bagi adalah miskin mencakup:
masyarakat
menunjukkan bahwa meskipun tampak beberapa kemajuan, kebanyakan negara masih
Cermin Dunia Kedokteran No. 145, 2004 45
melakukan pengenaan pajak yang tinggi bagi para petani melalui dewan tata niaga dan nilai
tukarpengurangan belanja pemerintah, yang artinya memangkas belanja pelayanan sosial;
yang berlebihan.6)
pencabutan subsidi, termasuk subsidi yang menguntungkan masyarakat miskin;
Laporan Bank pembatasan
Dunia hanya ketersediaan
sedikit yangkredit, termasuk kredit
membicarakan untuk Bank
bagaimana para petani;
Dunia memacu
proyekswastanisasi
padat-karyaperusahaan-perusahaan
daripada pertumbuhan negara yang dapat
padat-modal, memacu
dan pada kasuspemusatan aset;
sektor energi
liberalisasi perdagangan, yang dapat menghancurkan kapasitas produktif
(dibahas pada makalah penyerta oleh Frances Seymour tentang lingkungan berkelanjutan), domestik dan
sebagai contoh, tampak hal yang sebaliknyalapanganyangpekerjaan;
terjadi. Ada juga gugatan tentang kualitas
reorientasi ekonomi ke arah pasar ekspor yang
lapangan kerja yang dihasilkan oleh model pertumbuhan dapat menyediakan
dukunganinsentif bagi "penambangan
Bank Dunia: pencabutan
" sumber daya alam;
"hambatan yang membatasi permintaan tenaga kerja" tiada lain berarti pengurangan standar
perlucutan
upah minimumhambatan-hambatan, yaitu "perlakuan
dan standar keselamatan nasional"
serta kesehatan untuk
kerja. investasi asing,
Sebagaimana yang tidak
telah disebutkan
menguntungkan sektor swasta domestik; dan
dalam makalah lain tentang pinjaman sektor swasta oleh Peter Bosshard, swastanisasi yang
dikembangkan deregulasi
oleh Bank pasar
Duniatenaga
dapatkerja, yang dapat
berpengaruh luarmenekan upah minimum.
biasa terhadap lapangan kerja.

PINJAMAN SEKTOR SOSIAL

III.Bank
Bagian kedua dari strategi Strategi Bank
Dunia Dunia
adalah tentang Kemiskinan
pelonjakan investasi pada apa yang disebut
sebagai "sektor sosial" yang meliputi keluarga berencana, kesehatan, dan pendidikan.
Semenjak
Menurut era McTahunan
Laporan Namara,Bankpara Dunia
pemimpin
1995,Bank Duniauntuk
pinjaman telah pengembangan
memaklumkan komitmennya
sumber daya
bahwa penurunan angka kemiskinan adalah tujuan pokok lembaga ini. Pada tahun 1993, Lewis
manusia telah dinaikkan tiga kali lipat lebih besar dari rata-rata lima persen dari keseluruhan
Preston menyatakan: "Pengurangan kemiskinan yang berkesinambungan adalah sasaran
tahun 1980-an sampai dengan 15 persen untuk tiga tahun terakhir. Pada KTT Dunia untuk pokok
Bank Dunia. Dan
Pembangunan hal1995,
Sosial itu menjadi ukuranmenyatakan
Bank Dunia untuk menilai kinerjadan
kesediaan kitatanggung
sebagai sebuah institusi
jawabnya untuk
pembangunan." James Wolfensohn membuat sebuah komitmen pribadi untuk memperkuat
meningkatkan pengeluaran sektor sosial dengan menyerap 50 persen anggaran lainnya untuk
tiga tahun ke depan.kerja Bank Dunia dalam hal pengentasan kemiskinan.

Laporan
LSM Pembangunankemungkinan
mengungkapkan Bank Dunia 1990 mengeluarkan
efek samping sebuah pinjaman
dari lonjakan strategi ganda pengurangan
sektor sosial Bank
Dunia. Orang lain lebih menggugat soal layak tidaknya menggunakan dana pinjaman yang
kemiskinan. Bagian pertama meliputi "penggalakkan pertumbuhan berbasis ekspor
menggunakan secara
eksternal daripada efisiendaya
sumber asetdalam
masyarakat
negerimiskin yang palinginvestasi
untuk membiayai berlimpah: tenaga
dalam kerjanya."
bidang
Bagian kedua menyangkut "penyediaan akses pelayanan sosial dasar bagi masyarakat
kesehatan dan pendidikan, karena nilai ekonomi sulit untuk diukur, sekalipun dampaknya miskin",
termasuk kesehatan dan pendidikan. Bank Dunia telah memberi tambahan kepada
ekonominya penting. Yang lain telah mengamati bahwa sejak pengetatan fiskal dipaksakan strategi
ganda tersebut
bebankan dengan program
oleh penyesuaian yang ketiga,
struktural suatupada
berdampak rekomendasi
perlucutanbahwa jaring
kapasitas pengamanuntuk
pemerintah dan
penetapan ukuran ganti rugi akan melindungi anggota masyarakat yang paling rentan
mendanai program-program sosial, maka pinjaman sektor sosial tiada lain adalah cetak biru dan
mudah terserang kemiskinan.
kebijakan sosial Bank Dunia sendiri.

Selama lima tahunBERFOKUS-KEMISKINAN


PENYESUAIAN belakangan ini, kerja analitis dan pinjaman Bank Dunia lebih berorientasi
kepada kemiskinan. Untuk menerapkan strategi penurunan angka kemiskinan dalam
pelaksanaannya,
Bank Bankberusaha
Dunia juga telah Dunia menyiapkan makalah sasaran/tujuan
untuk memasukkan kebijakan "Strategi-strategi
penurunan angka Pendukung
dalam Pengurangan Kemiskinan" (1991). Untuk mengarahkan stafnya
kemiskinan lebih eksplisit dalam pinjaman penyesuaian struktural. Apa yang disebut fokus dalam
mengimplementasi
kemiskinan strategi ini,
secara struktural dan Bank Dunia
pinjaman menerbitkan
penyesuaian petunjuk
sektoral pelaksanaan
adalah dan "Buku
dasar kebijakan bagi
Pegangan Pengentasan Kemiskinan" (1992). Usaha-usaha Bank Dunia untuk
cara kerja yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh penyimpangan bagi rakyat miskin dan menjalankan
atau mendukung strategi ini akan dipaparkan
program-program dengan
pengeluaran singkat
belanja sebagai
publik yangberikut ini.pada
terfokus
pengurangan kemiskinan. Mungkin juga mereka mendukung ketentuan jaring pengaman atau
pemindahan sasaran bagi PERTUMBUHAN
kelompok masyarakatBERBASIS miskinPADAT-KARYA
yang khusus, dan mencakup
persediaan untuk pengawasan kemiskinan.
Laporan perkembangan Bank Dunia, Implementing The Bank Dunia’s Strategy to Redcue
Poverty (1993),
Bank Dunia menyimpulkan
melaporkan bahwabahwa ada sebuah
pembagian kemajuan
pinjaman yang signifikan
penyesuaian dalampada
yang ditujukan penurunan
angka kemiskinan di negara-negara yang telah menerapkan kebijakan-kebijakan
masalah-masalah sosial meningkat dari 5 persen pada tahun fiskal 1984-1986 menjadi 50 Bank Dunia
yang efisien
persen untukfiskal
pada tahun merangsang
1990-1992.pertumbuhan
Pada tahun dan menyediakan
fiskal 1992, hanyapelayanan
18 dari 32kebutuhan
pinjamansosial
dasar bagi masyarakat miskin. Laporan itu juga menunjukkan bahwa
penyesuaian yang memuat fokus kemiskinan secara eksplisit, dan 14 dari pinjamanpola pertumbuhan adalah
faktor yang penting dalam menentukan tingkat pendapatan masyarakat miskin.
penyesuaian ini memiliki hubungan-lebih tepat, peluang-bagi pembebasan dari persyaratan Pada level
negara, pencabutan
yang disepakati. distorsi-distorsi
Bagaimanapun, terhadap
suatu tinjauan produsen pertanian,bantuan
strategi-strategi pelonggaran
negaraperaturan yang
menunjukkan
membatasi permintaan tenaga kerja, dan investasi pada infrastruktur fisik, penyuluhan
liberalisasi yang lain daripada komitmen yang ditunjukkan negara-negara peminjam bagi
pengurangan daripada kebijakan-kebijakan lain, demikian menurut Bank Dunia.
kemiskinan.

Bagaimanapun,
PROGRAM seperti pada
INTERVENSI kasus Meksiko, deregulasi dirancang untuk merangsang
SASARAN
pertumbuhan berdasar padat-karya yang kadang-kadang memiliki konsekuensi-konsekuensi
yang tidak
Program baik. Selain
intervensi itu,(PTI)
sasaran kebijakan penyesuaian
adalah struktural
suatu kategori pinjamanbahkan
Banktidak
Duniaditerapkan lintas
yang meliputi
bidang, yang mengindikasikan kemauan politik selektif Bank Dunia kepada
proyek-proyek yang memenuhi satu atau dua kriteria berikut : suatu proyek yang meliputi negara-negara
peminjam.khusus
mekanisme Sebagai contoh,
untuk laporan Bankdan
mengidentifikasi Dunia tentang penyesuaian
menjangkau masyarakat struktural di Afrika
miskin, atau proyek
menunjukkan bahwa meskipun tampak beberapa kemajuan, kebanyakan
dimana partisipasi masyarakat miskin dalam proyek melebihi proporsi (ukuran) populasi negara masih
melakukan miskin
masyarakat pengenaan pajak
sebagai yang tinggiProgram
keseluruhan. bagi paraintervensi
petani melalui
sasarandewan
(PTI)tata niaga
berisi dan nilai
sejumlah
proyek signifikan yang secara jelastukar yang berlebihan.6)
menjadikan perempuan sebagai sasaran proyeknya, baik
pada peningkatan pendapatan maupun sektor-sektor sosial.
Laporan Bank Dunia hanya sedikit yang membicarakan bagaimana Bank Dunia memacu
proyek padat-karya
Pada tahun daripada
1992, nilai pertumbuhan
total proyek padat-modal,
PTI berjumlah dan
sekitar 14pada kasus
persen darisektor
jumlahenergi (dibahas
pinjaman
padapada
baru; makalah
tahunpenyerta
1995, BankolehDunia
Frances Seymour tentang
mengatakan lingkungan
ada 24 persen berkelanjutan),
dari keseluruhan sebagai
pinjaman
contoh, tampak hal yang sebaliknya yang terjadi. Ada juga gugatan tentang
yang masuk dalam kategori ini. Mereka yang ragu atas angka-angka itu menunjukkan kualitas lapangan
bahwa
kerja yang dihasilkan oleh model pertumbuhan dukungan Bank Dunia: pencabutan
jumlah dan bentuk seperti itu tidak memiliki arti apa-apa, karena jumlah nilai total proyek "hambatan
yang membatasi
dijadikan permintaan
sebagai nilai total PTI,tenaga
padahal kerja"
padatiada lain berarti
kenyataannya pengurangan
hanya standar upah
suatu komponen kecil
minimum dan standar keselamatan serta kesehatan
proyek saja yang ditujukan kepada masyarakat miskin. kerja. Sebagaimana telah disebutkan dalam
makalah lain tentang pinjaman sektor swasta oleh Peter Bosshard, swastanisasi yang
dikembangkan
DANA INVESTASI oleh Bank Dunia dapat berpengaruh luar biasa terhadap lapangan kerja.
SOSIAL

Dana Investasi Sosial (SIF) mewakili PINJAMAN "programSEKTOR SOSIALatau elemen ganti rugi, yang
yang ketiga",
merupakan respons Bank Dunia terhadap kemiskinan. SIFs, yang merupakan institusi
Bagiandana
pemberi kedua dari strategibertujuan
semiotonom, Bank Dunia adalah pelonjakan
memberikan peluang bagiinvestasi padaanggota
sebagian apa yang disebut
masyarakat
sebagai "sektor
yang hanya sosial" yang
memperoleh meliputi
sedikit keluargadari
keuntungan berencana,
pertumbuhankesehatan, dan pendidikan.
ekonomi. LSM sering Menurut
mengatakan bahwa SIF hanya meredakan gejala kemiskinan, tanpa menyentuhdaya
Laporan Tahunan Bank Dunia 1995, pinjaman untuk pengembangan sumber akarmanusia
struktural
telah dinaikkan tiga kali lipat lebih besar dari rata-rata lima persen
kemiskinan. Kenyataan bahwa pemberontakan Zapatista dimulai di wilayah Chiapas, di dari keseluruhan tahun
sana
1980-an sampai dengan 15 persen untuk tiga tahun terakhir. Pada KTT
terdapat dana investasi sosial pemerintah Meksiko, Pronasol, yang memiliki belanja sosial Dunia untuk
Pembangunan Sosialmenggambarkan
per kapita tertinggi, 1995, Bank Dunia menyatakan
bagaimana SIF kesediaan
bisa tidak dan
mampu tanggung jawabnya
memenuhi tujuanuntuk
meningkatkan pengeluaran sektor sosial dengan menyerap 50 persen anggaran lainnya untuk
mereka.
tiga tahun ke depan.
The Associacion Latinoamericana de Organizaciones de Promosion (ALOP), sebuah jaringan
LSM Amerika
LSM mengungkapkan kemungkinan
latin di Kosta efekmeminta
Rika, telah sampingBank
dari lonjakan
Dunia untuk pinjaman sektor sosialstrategi
mengembangkan Bank
Dunia. Orang
partisipasi lain lebihdengan
berkenaan menggugat soal layak
SIFs yang tidaknya
menjamin menggunakan
keterlibatan LSM dan danaorganisasi
pinjamanrakyat
eksternal
daripada sumber daya dalam negeri untuk membiayai investasi
dari permulaan SIFs itu sendiri. Menurut ALOP, langkah yang harus diambil untuk dalam bidang kesehatan dan
pendidikan, karena nilai ekonomi sulit untuk diukur, sekalipun dampaknya
memastikan bahwa SIF menangani sumber kemiskinan struktural, termasuk ketidakadilan, ekonominya
penting.
ialah Yangcara
dengan lainmembangun
telah mengamati bahwa
kapasitas sejak pengetatan
organisasi akar-rumput fiskal
dandipaksakan
memberikan bebankan
prioritasoleh
penyesuaian struktural berdampak pada perlucutan kapasitas pemerintah
pada proyek-proyek yang menyediakan lebih banyak kesempatan kerja bagi masyarakat untuk mendanai
program-program
miskin sosial, maka
dan yang memperkuat pinjaman
daya sektor sosial
tawar organisasi tiada
lokal. lain adalah
ALOP cetak biru kebijakan
juga menekankan pada
sosial Bank Dunia sendiri.
kebutuhan untuk mengandalkan sumber pajak progresif untuk mendanai proyek-proyek
keunagan SIF, dan bahwa SIF tidak boleh memperlemah program-program sosial.
PENYESUAIAN BERFOKUS-KEMISKINAN
BADAN KONSULTASI UNTUK MEMBANTU MASYARAKAT TERMISKIN- CGAP
Bank Dunia juga telah berusaha untuk memasukkan sasaran/tujuan penurunan angka
kemiskinan
Inisiatif lebih
terbaru Bankeksplisit
Duniadalam
untuk pinjaman
mempromosikanpenyesuaian struktural.
penurunan angka Apa yang disebut
kemiskinan ialahfokus
kemiskinan secara struktural dan pinjaman penyesuaian sektoral
mendirikan Badan Konsultasi untuk Membantu Masyarakat Termiskin (CGAP) pada bulanadalah dasar kebijakan bagi
Juni 1995. CGAP pada mulanya memfokuskan diri pada perluasan penyediaan kredit kecildan
cara kerja yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh penyimpangan bagi rakyat miskin
atau
bagimendukung
masyarakatprogram-program
yang sangat miskin pengeluaran belanja publik
dan mempercepat perubahan yangoperasi
terfokus pada pengurangan
negara-negara
donor skala besar (terutama Bank Dunia) dengan cara-cara yang menguntungkanpemindahan
kemiskinan. Mungkin juga mereka mendukung ketentuan jaring pengaman atau masyarakat
sasaran
miskin. bagi15,
Boks kelompok masyarakatuntuk
"Badan Konsultasi miskin yang khusus,
Membantu dan mencakup
Masyarakat Miskin"persediaan
menyediakanuntuk
informasi tambahan tentang CGAP. pengawasan kemiskinan.

Bank Dunia melaporkan bahwa pembagian pinjaman penyesuaian yang ditujukan pada
masalah-masalah
Boks sosial meningkat
15: BADAN KONSULTASI dari 5 persen
UNTUK pada tahun
MEMBANTU fiskal 1984-1986
MASYARAKAT menjadi 50
PALING
persen
MISKIN pada tahun fiskal 1990-1992. Pada tahun fiskal 1992, hanya 18 dari 32 pinjaman
penyesuaian yang memuat fokus kemiskinan secara eksplisit, dan 14 dari pinjaman
penyesuaian
Badan ini memiliki
Konsultasi hubungan-lebih
untuk Membantu tepat,Paling
Masyarakat peluang-bagi
Miskin pembebasan dari persyaratan
(CGAP) diresmikan pada
bahwa
kredit ‘pemicu’
mikro untukpenting
masyarakat terusyang
didasarkan
sangat pada
miskin.kemajuan
Pada akhir ke arah
tahun swastanisasi
1995, 16 negara dan kriteria
donor
liberalisasi
bergabung yang CGAP,
dengan lain daripada komitmen
dan memilih yang ditunjukkan
sekretariat yang berlokasi negara-negara
di Bank Dunia.peminjamCGAP bagi
pengurangan kemiskinan.
dipimpin oleh Mohammad Yunus dari Bank Grameen. Kebanyakan anggotanya berasal dari
agen-agen pembangunan bilateral dan multilateral, walaupun yayasan-yayasan dan individu-
individu dapat secara langsung PROGRAMbergabung INTERVENSI SASARAN
apabila menyediakan uang sebanyak US$ 250.000
untuk sekretariat dan menyerahkan sedikitnya
pelaku seks. Potensi ini akan mencapai puncaknya pada usia US$ 2 juta untuk pembiayaan mikro. Badan
Program
Penasihat intervensi
Kebijakan sasaran (PTI) adalah suatu kategori pinjaman Bank Dunia yang meliputi
remaja, sampai ia tidak(PAG) dimaksudkan
membutuhkan lagi dimenyiapkan
usia tua arahan dan saran untuk CGAP dan
proyek-proyek yang memenuhi satu atau dua kriteria berikut : suatu proyek yang meliputi
2)sekretariat.
mekanisme khusus untuk mengidentifikasi dan menjangkau masyarakat miskin, atau proyek
.
dimana
CGAP partisipasi
didirikan denganmasyarakat miskin dalam proyek melebihi
Duniaproporsi (ukuran) populasi
Sensus Penduduk 1980 di dana awal
Indonesia US$ 30
membatasi jutakriteria
dari Bankremaja dan mengharapkan US $
masyarakat
200 juta dolar miskin
lainnya sebagai
dapat keseluruhan. oleh
dikumpulkan Program intervensi
donor-donor sasaran
lain. (PTI)utama
Prioritas berisiCGAP
sejumlah
yang mendekati ketentuan PBB yaitu berusia 14 24 tahun.
proyekmendukung
adalah signifikan yang secara
institusi jelas menjadikan perempuan sebagai
danasasaran proyeknya,
melalui baik
Remaja yang berada pada fasefinansial,
meningkatnya yang dapat menggunakan
dorongan tambahan
usaha-usaha pada peningkatan
komersial. CGAP pendapatan
jugainformasi
diharapkan maupun
menjadiseks.sektor-sektor
institusi yangsosial.
dapat memfasilitasi
seksual selalu mencari lebih banyak mengenai
usaha-usaha
Remaja Indonesia "awal - pendahuluan"
mencakup 37% dari oleh institusi-institusi
penduduk, tetapi lain dan menjadi katalisator
Pada tahunprogram-program
terhadap 1992, nilai total proyek inovatif PTI
padaberjumlah
para sekitar 14
peminjam lainpersen dari jumlah
dan bagian lain daripinjaman
Bank baru;
informasi berkaitan dengan kesehatan reproduksi yang
pada tahun 1995, Bank Dunia mengatakan
Dunia. pada mereka dan yang mereka miliki sangat sedikit. ada 24 persen dari keseluruhan pinjaman yang
ditujukan
masuk dalam kategori ini. Mereka yang ragu atas angka-angka itu menunjukkan bahwa jumlah
Masyarakat masih menganggap tabu segala sesuatu yang
dan bentuk
CGAP seperti itu
dijadwalkan tidak memiliki
memulai kegiatannya arti apa-apa, karena1996,
padapembicaraan,
Februari jumlahdannilai totaldini
terlalu proyek
untukdijadikan
berhubungan dengan seks, termasuk antara lain
sebagai
memprediksi nilai total
seberapaPTI, padahal pada kenyataannya hanya suatu komponen kecil proyek saja
pemberian informasi, dantingkat
pendidikankeberhasilan
seks. Olehusaha tersebut
karena itu akan tercapai. Setelah Bank
Grameen sukses yang ditujukan
di Bangladesh, pendekatan kepada masyarakat
menyeluruh miskin.
terhadap target kredit mikro untuk
remaja mencari pelbagai sumber informasi yang mungkin dapat
masyarakat
diperoleh, paalingmembahasnya
misalnya miskin semakin diperluas.
dengan temanPada hal-hal tersebutlah Bank Dunia
sebayanya,
memperkenalkan dan mendukung DANAmodel INVESTASI
pembangunan SOSIAL"dari bawah ke atas" dan mendapat
membaca buku-buku tentang seks, atau mengadakan percobaan
catatanmasturbasi,
dengan khusus. Pada sisi yangatau
bercumbu, lain,bersanggama
beberapa pengamat meragukan CGAP akan selalu high
Dana Investasi
profile, tetapi Sosial kecil,
akhirnya (SIF) mewakili
usaha yang "program
dilakukan yang
Bank ketiga",
Duniaatau elemen
secara ganti rugi,
signifikan tidakyang
akan
3)
merupakan respons Bank Dunia terhadap kemiskinan. SIFs, yang merupakan institusi pemberi
. mempengaruhi pendekatan utamanya terhadap kemiskinan dalam pembangunan.
dana semiotonom, bertujuan memberikan peluang bagi sebagian anggota masyarakat yang
Hasil penelitian Faturochman
hanya memperoleh sedikit keuntungan dari pertumbuhan ekonomi. LSM sering mengatakan
4)Sumber : Bread for the World Institute, News & Notices for Bank Wacthers, No. 11, at-15-16,
bahwa SIF hanya meredakan gejala kemiskinan, tanpa menyentuh akar struktural kemiskinan.
diNovember
Tabanan dan 1996 Badung
Kenyataan bahwa pemberontakan Zapatista dimulai di wilayah Chiapas, di sana terdapat dana
Propinsi Bali dengan subyek 324 remaja menemukan sebanyak
investasi sosial pemerintah Meksiko, Pronasol, yang memiliki belanja sosial per kapita
4,9% responden pernah melakukan hubungan seks pranikah.
tertinggi, menggambarkan bagaimana SIF bisa tidak mampu memenuhi tujuan mereka.
Hasil penelitian Pusat Penelitian Kependudukan UGM
5)IV. Tantangan
The Associacion Latinoamericana de Organizaciones de Promosion (ALOP), sebuah jaringan
di
LSM
BankAmerika
Dunia latin di Kosta Rika, telah meminta Bank Dunia untuk mengembangkan strategi
Manado cukupmenghadapi
mengejutkan;dari sejumlah tantangan
responden untuk
remaja mewujudkan
umur 14 tujuan mempromosikan
partisipasi berkenaan dengan SIFs yang menjamin keterlibatan LSM dan organisasi rakyat dari
24pengurangan
tahun, 26,6%kemiskinan
pernah melakukanberkesinambungan.
hubungan seks Tantangan
pranikah. utama-di samping untuk memastikan
permulaan SIFs
bahwa operasi-operasi itu sendiri. Menurut
Bank Dunia ALOP, langkah yang harus diambil untuk memastikan
Tjokorda Gde Agung Suwardewa, dkktidak merugikan masyarakat miskin-adalah untuk
bahwa SIF menangani
reorientasi strategi Banksumber
Dunia kemiskinan
tentang struktural, untuk
kemiskinan, termasuk ketidakadilan,
menghindarkan ialah dengan cara
ketergantungan
6)
membangun
pada strategi kapasitas
kompensasi, organisasi akar-rumput
yang langsung dan memberikan
menyentuh prioritaskemiskinan.
sumber struktural pada proyek-proyek
melaporkan bahwa
yang
Tantangan menyediakan
tersebut lebih
memiliki banyak
beberapa kesempatan
dimensi. kerja bagi masyarakat miskin dan yang
20,63% karyawan swasta remaja melakukan hubungan seks
memperkuat daya tawar organisasi lokal. ALOP juga menekankan pada kebutuhan untuk
pranikah. Sebagian besar pasangan sanggama adalah pacarnya
mengandalkan
Tantangan sumber pajak progresif untuk mendanai proyek-proyek keunagan SIF, dan
(77,06%) danpertama
12,98%ialah yangmenggalang kemauan
melakukan sanggama politik
dengandi tingkat internasional dan pada
tingkat negara-negara bahwa peminjam
SIF tidak boleh untukmemperlemah program-program
senantiasa menempatkan sosial. kemiskinan
pemberantasan
tunangannya.
pada puncak
Fenomena agenda politik.bahwa
ini menunjukkan Tantangan
perilakukedua, ialah
remaja di memasukkan dampak proyek Bank
BADAN KONSULTASI UNTUK MEMBANTU MASYARAKAT TERMISKIN- CGAP
berbagai kota di Indonesia mempunyai kecenderungan yang kinerjanya. Yang ketiga, Bank
Dunia terhadap distribusi pendapatn ke dalam perhitungan
Dunia
sama. harus mengatasi
Bertolak debat yang
dari permasalahan di tak
atasberkesudahan
perlu dilakukan tentang hubungan antara kemiskinan dan
Inisiatif
program terbaru Bank
penyesuaian Dunia untuk
struktural serta mempromosikan
hutang. Tantangan penurunan
keempat, ialahangkamengembangkan
kemiskinan ialah
penelitian yang mengarah pada pengkajian pengetahuan, sikap,
mendirikan
perbaikan Badan Konsultasi untuk Membantu Masyarakat Termiskin (CGAP) pada bulan Juni
dan perilakukonsep-konsep,
remaja terhadapmetode-metode,
PMS serta faktor-faktordan data yang
untuk mengukur keragaman dimensi
1995. CGAP
kemiskinanterhadap pada mulanya
dan ketidakadilan. memfokuskan diri pada
konteks komitmen peran-sertanya, Bankbagi
perluasan penyediaan kredit kecil
berpengaruh terjadinya Akhirnya,
hubungan dalam seks pranikah.
masyarakat
Dunia harus yang sangat miskin kapasitas
mengembangkan dan mempercepat perubahanmasyarakat
untuk melibatkan operasi negara-negara
miskin ke dalam donor skala
TUJUAN
besar (terutama
pembuatan Bank Dunia) dengan cara-cara yang mereka. Tantangan-tantangan ini akan Boks
menguntungkan masyarakat miskin.
Secara umumkeputusan
penelitianyang berpengaruh
ini ingin mengkajiterhadap
pengetahuan,
15, "Badan Konsultasi
didiskusikan di bawah untuk Membantu Masyarakat Miskin" menyediakan informasi tambahan
ini.terhadap
sikap, dan perilaku remaja PMS termasuk HIV / AIDS
tentang CGAP.
MELETAKKAN MASALAH KEMISKINAN PADA AGENDA NASIONAL DAN
INTERNASIONAL
Boks 15: BADAN KONSULTASI UNTUK MEMBANTU MASYARAKAT PALING MISKIN
Pemerintah, badan-badan pembangunan, PBB, LSM semakin banyak yang menukar bahasa
Badan
merekaKonsultasi untuk Membantu
dari pengurangan kemiskinan Masyarakat Paling Miskin
secara keseluruhan (CGAP)
menjadi diresmikan
penghapusan pada bulan
mutlak
untukpenanda
negara masyarakat tanganyang disangat
KTT untukmiskin. Pada akhir tahun
Pembangunan Sosial1995,
yang16 negara donor bergabung
diselenggarakan oleh PBB di
Copenhagen bulan Maret 1995 untuk memperkuat hak-hak orang miskin (lihat boks 16. oleh
dengan CGAP, dan memilih sekretariat yang berlokasi di Bank Dunia. CGAP dipimpin
Mohammad
"Komitmen KTT Yunus dari Bank
Sosial".) Grameen. Kebanyakan
Bagaimanapun, anggotanya berasal dari
penyusunan komitmen-komitmen ini agen-agen
ke dalam
pembangunan bilateral dan multilateral, walaupun yayasan-yayasan
realitas membutuhkan kemauan politik signifikan yang harus dibuat oleh pemerintah dan dan individu-individu
dapat secara
lembaga langsung bergabung apabila menyediakan uang sebanyak US$ 250.000 untuk
multilateral.
sekretariat dan menyerahkan sedikitnya US$ 2 juta untuk pembiayaan mikro. Badan Penasihat
serta
PBB faktor-faktor
Kebijakan (PAG)
memproklamasikan yang mempengaruhi
dimaksudkantahun 1996 hubungan
menyiapkan
sebagai seksPenghapusan
arahan
Tahun dan saran untuk CGAP dan
Kemiskinan sekretariat.
Internasional,
pranikah. Khususnya penelitian ini ingin :
dan negara-negara anggota diharapkan dalam jangka panjang mengembangkan rencana
a). Mempelajari
CGAP didirikan
penghapusan karakteristik
dengan dana
kemiskinan pekerja
awal pada
nasional remaja.
US$ 30 jutatahun
akhir dari Bank
ini. BankDunia dan dapat
Dunia mengharapkan
memainkan US $ 200
b).peranan
Mengidentifikasi
juta dolar lainnya faktor-faktor
konstruktif dapat hal ini,yang
dalamdikumpulkan berpengaruh
oleh dengan
pertama, terhadap
donor-donor
memberi lain.isyarat
Prioritas utama
bahwa CGAPbekerja
ia ingin adalah
terjadinya
mendukung hubungan
institusi seks pranikah.
finansial, yang dapat menggunakan
sama dengan PBB; kedua, dengan menggunakan banyak cara perangkat pada disposalnya dana tambahan melalui usaha-usaha
c).untuk
Mempelajari
komersial.
mendorong CGAPfaktor
para yang
juga paling menentukan
diharapkan
peminjam menjadi
untuk dan besarnya
institusi
memfokuskan yang dapatkemiskinan.
diri pada memfasilitasi Halusaha-usaha
ini penting
risiko yang ditimbulkan.
dicatat, bagaimanapun, ketegangan antara negara-negara peminjam dan penggunaanprogram-
"awal - pendahuluan" oleh institusi-institusi lain dan menjadi katalisator terhadap dana
METODE
pinjamanprogram inovatif padakemiskinan
untuk pengurangan para peminjam pada lain dan bagianpeminjam
negara-negara lain dari Bank
yang Dunia.
tidak
Penelitian
sepenuhnya ini menggunakan
dijalankan. data sekunder dari penelitian
"Pengembangan
CGAP dijadwalkanModel PelayananmemulaiKesehatan
kegiatannya Dalam
pada Februari 1996, dan terlalu dini untuk
Pencegahan Infeksi
memprediksi HIV
seberapa / AIDS
tingkat
Perangkat tersebut meliputi keputusan-keputusanPada Pekerja
keberhasilan Remaja
usaha (Tahap
tersebut
tentang akankomposisi,
volume, tercapai. Setelah
dan Bank
II)" Grameen sukses di Bangladesh, pendekatan menyeluruh
pemotongan pinjaman, dan membuat keputusan-keputusan tersebut tergantung pada terhadap target kredit mikro untuk
7)komitmenmasyarakat
pemerintahpaaling miskin
untuk semakin diperluas.
mengurangi kemiskinan. Pada
Untukhal-hal tersebutlah
langkah pertama,Bank Dunia
Bank Dunia
, yang dilakukan
memperkenalkan di Pasuruan
dan Jawa
mendukung Timur.
model Analisis
pembangunan
harus melakukan kerja yang lebih baik dalam memasukkan sasaran pengurangan kemiskinan "dari bawah ke atas" dan mendapat
deskriptif
dalamdilakukan
kecatatan khusus.
strategiPada untuk
bantuan sisimenjelaskan
negara-nya karakteristik
yang lain, beberapa
(digambarkan pekerja
pengamat meragukan
di bawah CGAPdan
Partisipasi), akan selalu high
melibatkan
remaja, termasuk pengetahuan,
akhirnya kecil, sikap,
usaha dan
yang perilakunya.
seluruh pemegang saham dalam proses strategi pembangunan. LSM yang berhasil tidak
profile, tetapi dilakukan Dalam
Bank Dunia secara signifikan akan
memimpin
mengidentifikasi
usaha mempengaruhi faktor-faktor
untuk meningkatkan pendekatan yangmasalah-masalah
profil berpengaruh
utamanya terhadap
terhadap kemiskinan
kemiskinan didalam
Brasil pembangunan.
dipaparkan pada
terjadinya hubungan seksual pranikah
Boks 17 "Mengubah Persepsi Publik tentang Kemiskinan". dilakukan dengan
analisis
Sumberregresi
: Bread logistik
for theunivariat. Selanjutnya
World Institute, Newsanalisis
& Notices regresi
for Bank Wacthers, No. 11, at-15-16,
logistik ganda diterapkan untuk mengetahui faktor-faktor
November 1996 yang
secara
Boksserentak
16: KOMITMENberpengaruh KTT terhadap terjadinya hubungan
PEMBANGUNAN SOSIAL
seksual pranikah dan besarnya risiko yang ditimbulkan.
HASIL
Sejumlah komitmen penting dibuat oleh negara-negara penanda tangan pada KTT se-Dunia
1.untuk
Karakteristik
Pembangunan Sosial di Kopenhagen IV. Tantangan
pada tahun 1995. Komitmen no 2 meliputi tujuan
Responden
"substansi pengurangan kemiskinan secara menyeluruh ... dan penghapusan kemiskinan
Dari analisis
Bank
secara Duniadatamenghadapi
mutlak," pekerja kebijakan-kebijakan
dengan remaja di PT.tantangan
sejumlah Flowernasional
Indonesia
untuk untuk
mewujudkan
mengurangitujuankemiskinan
mempromosikan dan
Pasuruan
pengurangan Jawa Timur
kemiskinan yang melibatkan
berkesinambungan. 400 responden,
Tantangan
kesenjangan, mengarahkan "akar penyebab kemiskinan dan menyediakan keseluruhan utama-di samping untuk memastikan
didapatkan
bahwabahwa
kebutuhan dasar. mayoritas
operasi-operasi
"Juga komitmen (93%)Dunia
Bank perempuan
pemerintah dan
tidak merugikan
untuk 7%mengarahkan
lainnya
masyarakat miskin-adalah
anggaran nasional untuk
mereka
laki-laki.
reorientasi Mereka berumur minimal 17 tahun, maksimal 24
"untuk mencukupi kebutuhan pokok, pengurangan kesenjangan dan target kemiskinan pada
strategi Bank Dunia tentang kemiskinan, untuk menghindarkan ketergantungan
tahun;
sebagaimayoritas
strategisasaran (60,8%)
kompensasi,
strategis". berumur
yang 24 tahun
langsung
Lebih lanjut lagidan
menyentuh belum
sumberlangkah-langkah
ia mencakup struktural kemiskinan.
untuk Tantangan
menikah. Sebanyak 62% tamat SLTP,
tersebut 29,8%
memiliki tamat SLTA,
beberapa dan
dimensi.
menggunakan sumber daya seperti lahan dan kredit serta pelayanan publik dalam pembuatan
yang tamat SD
keputusan 7,5%. Lebih
mengenai kebijakandari 99% beragama Islam dan
dan regulasi-regulasi, dan73% untuk "ekonomi yang memadai dan
tinggal
Tantangan di rumah
pertama sendiri.
ialah Di perusahaan
menggalang tersebut
kemauan
perlindungan sosial selama masa rawan seperti tidak adanya pekerjaan, statusnya
politik di tingkat internasional dan pada
kesehatan yangtingkat
96,5% sebagai
negara-negara pekerja tetap,
peminjam 2,5%
untuk sebagai
senantiasa
buruk, masa kehamilan, pemeliharaan anak dan manula." pekerja harian,
menempatkan dan
pemberantasan kemiskinan pada
selebihnya
puncak sebagai pekerja Tantangan
agenda politik. kontrak. Secara kedua,keseluruhan
ialah memasukkanrata- dampak proyek Bank Dunia
rata gaji
terhadap setiap bulannya
distribusi Rp
pendapatn 220.110,-
ke dalam dengan kisaran
perhitungan
Komitmen no 8 mengatakan SAP "harus memasukkan tujuan pembangunan antara
kinerjanya. Yang ketiga, Banksosial,Dunia harus
terutama
Rppenghapusan
112.150,- sampai
mengatasi debat Rp 274.200,-.
yang
kemiskinan, takmemacu Semua
berkesudahanpenyediaanresponden
tentang hubungan
lapangan antara kemiskinan
pekerjaan dan program
penuh dan produktif serta
memanfaatkan
penyesuaian pelayanan
struktural klinik
serta kesehatan
hutang. perusahaan
Tantangan yang
keempat,
memperkuat integrasi sosial." Tentang implementasi, KTT menyetujui untuk adanya "dialog ialah mengembangkan perbaikan
ditangani
konsep-konsep,
substantif oleh perawat.
antara metode-metode,
PBB, Bank Dunia, dan dan
dataIMF" untuktermasuk
mengukurmempertimbangkan
keragaman dimensipertemuan kemiskinan dan
2.bersama
PMS ketidakadilan. Akhirnya, dalam konteks komitmen
Dewan Ekonomi dan Sosial PBB -ECOSOC- dan Komite Pengembangan Bank peran-sertanya, Bank Dunia harus
Tentang
Dunia masalah
mengembangkan
dan IMF. PMS (Penyakit Menular Seksual), 99%
kapasitas untuk melibatkan masyarakat miskin ke dalam pembuatan
responden
keputusan telah
yangmendengarnya.
berpengaruh terhadap Sumber mereka.
terbanyak (72,5%) dari
Tantangan-tantangan ini akan didiskusikan di
TV, 12% dari surat kabar, dan 6,3% dari radio.
bawah
Sumber "Laporan KTT Dunia untuk Pembangunan Sosial". A/Conf.166/9. Selebihnya
ini. dari
sumber lain, misalnya majalah, guru, tokoh agama, teman,
tenaga kesehatan,
persiapan),dsb.
(versiMELETAKKAN Demikian
MASALAH
19 April 1995,pula mengenai
KEMISKINAN
Persatuan HIV PADA
/ AIDS,AGENDA
Bangsa-Bangsa, New York.NASIONAL DAN
lebih dari 97% telah mendengarnya. Paling banyak juga dari
INTERNASIONAL

Pemerintah, badan-badan pembangunan, PBB, LSM semakin banyak yang menukar bahasa
mereka dari pengurangan kemiskinan secara keseluruhan menjadi penghapusan mutlak
kemiskinan. Perubahan ini terefleksi dalam komitmen-komitmen yang dibuat oleh negara-
negara penanda tangan di KTT untuk Pembangunan Sosial yang diselenggarakan oleh PBB di
Copenhagen
Boks bulan Maret
17: MENGUBAH 1995 untuk
PERSEPSI memperkuat
PUBLIK hak-hak
MENGENAI orang miskin (lihat boks 16.
KEMISKINAN
LSMrealitas
dapatmembutuhkan
memainkan peran kemauanyangpolitik
sangatsignifikan
penting untuk yangmenggerakkan
harus dibuat oleh pemerintah
masyarakat dan
dalam
lembaga multilateral.
memberantas kemiskinan. Salah satu contohnya adalah Kampanye Nasional Melawan
Kelaparan dan UntukKkehidupan, yang diselenggarakan oleh LSM Brasil didukung oleh
PBB memproklamasikan
lusinan donor dari negara tahun Utara 1996 sebagai
dan lebih dariTahun
dua jutaPenghapusan
tenaga sukarela.Kemiskinan
Kampanye Internasional,
berhasil
dan negara-negara
menggunakan anggota diharapkan
media penyiaran untuk mengundangdalam jangka panjang
tiap orang mengembangkan
untuk duduk menjadirencana
penghapusan
TV panitianya,
(83,8%) dan kemiskinan
mulai darikabar
surat nasional
(10%). pada
Pemerintah Federal
Dari akhir
apasampaitahun
yang ini.Banco
ke
mereka Bankde Dunia dapat
Brasil, memainkan
Favelador peranan
(penduduk
dengar konstruktif
daerah kumuh)dalam
mengenai dan
PMS, hal
bahkanini,polisi
61,8% pertama, dengan
dapatnasional.
memberikan memberi
Herbert isyarat"Betinho",
1 2de Sauza bahwa ia ingin bekerja sama
koordinatornya,
dengan
mengatakan:
jawaban PBB; kedua, dengan menggunakan
yang benar dan 37,2% memberikan 3 4 jawaban banyak cara perangkat pada disposalnya untuk
mendorong para peminjam untuk memfokuskan
benar. Sisanya yang 1% meskipun pernah dengar tetapi tidak diri pada kemiskinan. Hal ini penting dicatat,
tahubagaimanapun,
"Kelaparan,
apa yang produk ketegangan
dimaksud. dariMengenai
sebuahantara negara-negara
masyarakat
jenis-jenis ahli
PMS peminjam
dalam merugikan
pun 91,5% dan penggunaan
orang banyak dana pinjaman
dan
untuk
menguntungkan
dapat pengurangan
memberikangolongan kemiskinan
1 2 jawaban. pada negara-negara peminjam
kecil, telah menduduki jam-jam siar utama TV dan yang tidak sepenuhnya
mempertunjukkan wajahnya
Selanjutnya mengenai tanda-tanda yangdan buruk dijalankan.
bahkan
penyebab kepada mereka yang menolak melihat, dan
penyakit
menempatkan
kelamin, lebih dari dirinya
71%dalam agenda nasional.
dapat memberikan 1 2 Kelaparan
jawaban yang membuat warga negara dan
benar. Cara penyembuhannyapun 93,5% tahu meskipun hanya yangkomposisi,
Perangkat
masyarakat tersebut
mulai meliputi
mengambil keputusan-keputusan
tanggung jawab tentang
untuk masalah volume, sampai saat dan inipemotongan
cuma
pinjaman,
dianggap
dengan dan membuat
sebagai 6%
1 jawaban, keputusan-keputusan
masalahnya mereka yang
dapat memberikan tersebut
lapar danDengan
2 jawaban. tergantung
pemerintahnya.
1 pada komitmen pemerintah
Perubahan persepsi ini,
untuk
pemahaman mengurangi
bahwa kemiskinan.
kelaparan itu Untuk
adalah
2 jawaban, 76,5% tahu apa yang disebut HIV, bahkan 20% langkah
agenda pertama,
masyarakat, Bank Dunia
adalah harus melakukan
perkembangan besarkerja
yang lebih
dalam dapat
lainnya baik
kehidupan dalam memasukkan
sebuah negara;
memberikan sasaran
sebuahDemikian
3 4 jawaban. pengurangan
negara yang halnya kemiskinan ke dalam strategi
bila melihat dirinya dalam cermin akan bantuan
dengan apa yang disebut AIDS, hanya 12,8% yang dapatmelibatkan
negara-nya
terlihat sebagai (digambarkan
wajah dirinya di bawah
yang Partisipasi),
apatis, tidak dan
etis, acuh tak acuh,seluruh
egois, pemegang
dan curang." saham
dalam proses3 strategi
memberikan 4 jawaban pembangunan.
; 77,5% dapat LSM yang berhasil
memberikan 1 2memimpin usaha untuk meningkatkan
profil masalah-masalah kemiskinan di
jawaban mengapa AIDS perlu diperhatikan. Cara penularannya Brasil dipaparkan pada Boks 17 "Mengubah Persepsi
pun 81,3% mereka tahu, bahkan 95,8% PubliktahutentangakibatKemiskinan".
terkena
KEADILAN
AIDS ini.
3. Sikap
Tantangan kedua
Menanggapi Boks
bila remaja 16:
BankKOMITMEN
untukberpacaran,Dunia57% KTT
ialahsetuju PEMBANGUNAN
memasukkan
dan 21,4% keadilan sosialSOSIALsebagai sasaran dalam
pendakatannya pada pembangunan berkelanjutan,
setidaknya merasa kurang setuju. Terkait dengan hubungan sekalipun hal itu bahwa peningkatan
Sejumlah
keadilan
seks pranikah, komitmen
tersebut
lebihhanya penting
dari 98%menjadidibuat oleh negara-negara
nilai instrumental
cenderung kurang setuju, dalam penanda
tidak mendorong stabilitasKTT
tangan pada dan se-Dunia
untukbahkan
setuju, Pembangunan
pengurangan yangSosial
kemiskinan.
ada di tidak
Draf
sangat Kopenhagen
laporan
setuju.World pada tahun
Development
Demikian 1995.Report
halnya Komitmen no 2 meliputi
menyebutkan bahwa tujuan
"substansi
"analisa
dengan bila pengurangan
lintas
remajanegara kemiskinan
menunjukkan
ganti-ganti pasangan secara
bahwa menyeluruh
seksualmasyarakat
atau ... dan penghapusan kemiskinan
yang timpang cenderung tidak stabil, secara
mutlak,"
menggugurkan dengan
baik secara politik kebijakan-kebijakan
dan sosial,
kandungan. Laindan nasional
hal ini
halnya sikap untuk
tercermin
merekadari mengurangi kemiskinan dan
rendahnya tingkat investasi dan
terhadap kesenjangan,
mengarahkan
/ masturbasi, 15% setuju, 3% cukup setuju, dan 81,8% keseluruhan kebutuhan dasar.
pertumbuhan".
onani "akar penyebab kemiskinan dan menyediakan
"Juga
cenderung komitmen
kurang pemerintah
setuju sampai untuk mengarahkan
sangat tidak setuju. anggaran
Sikap nasional mereka "untuk mencukupi
kebutuhan
Pada banyak
terhadap pokok,
seseorangnegara pengurangan
yangSelatan, kesenjangan
kesenjangan
melakukan hubungan dan
antara target
sekskaum
dengan kemiskinan
kaya dan kaum sebagai
miskinsasaran
lebih strategis".
luas
Lebih
WTSdaripada lanjut
minimal lagi
yang37,5% ia mencakup
terdapat langkah-langkah
negara-negara
tidak setuju, lebih Utara.
dari 30% untuk
sangat tidakpengalaman di Amerika Latinlahan
Perbandinganmenggunakan sumber daya seperti dan
Asia
setuju. dan kredit
Selatan serta pelayanan
menunjukkan publik
bahwa dalam
negara pembuatan
yang distribusi keputusan mengenai
pendapatannya kebijakan
tidak terlalu dan
timpang
regulasi-regulasi,
ternyata
Cermin lebihKedokteran
Dunia sukses dandalam
untuk "ekonomi
145, 2004 yang
No.memerangi memadai
kemiskinan. dan perlindungan
Sementara Brasil dansosial
Meksikoselama masa
rawan sepertidasar-dasar
46menciptakan tidak adanya pekerjaan,
industri yang kesehatan
signifikan,yang namun buruk, lebihmasa
dari kehamilan, pemeliharaan
setengah penduduknya
anak dan manula."
tetap terpinggirkan. Berbeda sekali dengan Korea Selatan yang mendorong reformasi agraria,
kampanye pemberantasan buta huruf, dan pelatihan sumber daya manusia sebagai cara untuk
Komitmenorang
menolong no 8 mengatakan SAP "harus
agar dapat membantu dirimemasukkan
mereka sendiri tujuan
dan pembangunan sosial, perolehan
berpartisipasi dalam terutama
penghapusan kemiskinan,
manfaat dari pertumbuhan ekonomi. memacu penyediaan lapangan pekerjaan penuh dan produktif serta
memperkuat integrasi sosial." Tentang implementasi, KTT menyetujui untuk adanya "dialog
substantif
Beberapa antara
pihak PBB, Bank Dunia,
berargumentasi bahwa dan proyek IMF" dantermasuk
kebijakan mempertimbangkan
pinjaman Bank Dunia pertemuan
bersama
mamasukkan DewankondisiEkonomi dan Sosialpada
kemiskinan, PBBcara -ECOSOC-
yang sama dan Komite
mereka Pengembangan
seharusnya Bank Dunia
juga memasukkan
dan IMF.
"persyaratan kesenjangan". Dampak pembagian kembali proyek-proyek dan kebijakan-
kebijakan-dan terutama inisiatif swastanisasi-agar seyogianya dirancang dan diterima sebagai
masalah rutin. Sumber Data "Laporan
dan tabel KTTyang Dunia untuk dalam
tercantum Pembangunan
Laporan Sosial". A/Conf.166/9.
Pembangunan Dunia tahunan
dari Bank Dunia seharusnya diperluas agar meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
ukuran keadilan (versibagipersiapan), 19 April 1995, Persatuan Bangsa-Bangsa, New York.
setiap negara.

MENDORONG KESEPAKATAN TENTANG PROGRAM SAP DAN PINJAMAN

Seperti dijelaskan di atas pada bagian penyesuaian struktural dan utang, Bank Dunia dan para
pengkritiknya bersilangan pendapat dalam analisis mereka terhadap hubungan antara
penyesuaian struktural dan kemiskinan, dan dalam kesimpulan mereka tentang apa yang
Boks 17:oleh
harus dilakukan MENGUBAH
Bank DuniaPERSEPSI PUBLIK
untuk mengatasi MENGENAI
persoalan KEMISKINAN
pinjaman tersebut.
Perkembangan saat ini mengindikasikan bahwa suatu dialog konstruktif di antara pandangan-
LSM dapatyang
pandangan memainkan peran yang
makin bertemu sangat
edang penting
gencar untukBank
dilakukan. menggerakkan masyarakat
Dunia telah dalam
menunjukkan
Kelaparan
pasar dan UntukKkehidupan,
bebas dengan memasukkan sasaran yangpengurangan
diselenggarakan oleh LSM
kemiskinan. Brasil didukung
Program penyesuaianoleh
lusinan
secara donor darimemasukkan
meningkat negara Utaralangkah-langkah
dan lebih dari dua juta tenagakemiskinan,
mengurangi sukarela. Kampanye
dan adanya berhasil
menggunakan media penyiaran untuk mengundang tiap
komitmen untuk memberikan suatu penekanan yang lebih besar dalam tahapan orang untuk duduk menjadi panitianya,
mulai dari Pemerintah Federal sampai ke Banco de Brasil, Favelador (penduduk daerah kumuh)
implementasinya.
dan bahkan polisi nasional. Herbert de Sauza "Betinho", koordinatornya, mengatakan:
Pada saat yang sama LSM mulai mengesampingkan suatu penolakan menyeluruh terhadap
"Kelaparan,
penyesuaian produkdan
struktural, darimengambil
sebuah masyarakat
pendekatan ahlilebih
dalam merugikan
dalam terhadap orang banyak
dampak daridan
unsur-
menguntungkan
unsur paket penyesuaiangolongan
strukturalkecil,
untuktelah menduduki
menilai unsur mana jam-jam
yangsiar utama TV
bermanfaat dan
bagi
mempertunjukkan
masyarakat wajahnya
miskin dengan yang buruk bahkan kepada
persyaratan-persyaratan mereka
tertentu. Mereka yang menolak melihat, dan
mempertanyakan,
menempatkan dirinya dalam agenda nasional. Kelaparan
sebagai contoh, dalam keadaan seperti apa usaha-usaha swastanisasi memberikan membuat warga negara dan
keuntungan
masyarakat
kepada mulailuas
masyarakat mengambil
dan tidaktanggung
cuma kepadajawabbeberapa
untuk masalah
gelintiryang
saja?sampai saat ini cuma
Bagaimanapun mereka
dianggap sebagai masalahnya mereka yang lapar dan pemerintahnya.
senantiasa menekankan bahwa dana penanaman modal sosial dan program kompensasi Perubahan persepsi ini,
pemahaman
lainnya yangbahwa kelaparan
dirancang untukitu adalah agenda
mengurangi masyarakat,
kemiskinan adalahadalah
cumaperkembangan
sesuatu sepertibesar dalam
bantuan
kehidupan sebuah negara; sebuah negara yang bila melihat
obat ringan, yang tidak mengobati sumber-sumber struktural penyakitnya. dirinya dalam cermin akan terlihat
sebagai wajah dirinya yang apatis, tidak etis, acuh tak acuh, egois, dan curang."
Berkaitan dengan soal hutang, Bank Dunia telah memulai menunjukkan beberapa niatnya
untuk mempertimbangkan kemungkinan pengurangan hutang dengan menggunakan sumber-
sumber multilateral. Pada 25 Juli 1995 satu dokumen internal diserahkan kepada Financial
Times, suatu garis besar program Bank Dunia KEADILANuntuk mengurangi kewajiban beban
multilateral-sebagai contoh utang-pinjaman yang berasal dari Bank Dunia, IMF, dan Bank
Tantangan
Pembangunan kedua untuk Bank Dunia
Regional-pada ialah memasukkan
negara-negara miskin yang keadilan
memiliki sosial sebagai
pinjaman sasaran
yang besar.dalam
pendakatannya
Proposal pada pembangunan
untuk Fasilitas Pengurangan Utang berkelanjutan,
Multilateralsekalipun hal itu bahwa
dipresentasikan kepadapeningkatan
anggota
keadilan tersebut hanya menjadi nilai instrumental
Bank Dunia dan IMF pada rapat Komite Pembangunan, bulan April 1996. dalam mendorong stabilitas dan
pengurangan kemiskinan. Draf laporan World Development Report menyebutkan bahwa
"analisa
Dialog lebihlintas negara
lanjut menunjukkan
terhadap bahwa
dua masalah masyarakat
tersebut yang timpang
tetap dibutuhkan cenderung
untuk mencapai tidak stabil,
baik secaradipolitik
kesepakatan antara dan sosial,
negara dan hal saham
pemegang ini tercermin dari rendahnya
dan negara-negara tingkat serta
peminjam investasi dan
unsur-
pertumbuhan".
unsur asyarakat sipil dalam hal merancang ulang penyesuaian struktural dan tanggapan Bank
Dunia untuk memecahkan masalah hutang ini.
Pada banyak negara Selatan, kesenjangan antara kaum kaya dan kaum miskin lebih luas
daripada
PENGUKURAN yang terdapat negara-negara Utara. Perbandingan pengalaman di Amerika Latin dan
Asia Selatan menunjukkan bahwa negara yang distribusi pendapatannya tidak terlalu timpang
ternyata
Definisi lebih sukses
dan ukuran dalam menimbulkan
kemiskinan memerangi kemiskinan.
soal lain bagi Sementara
Bank Dunia.BrasilDidan Meksiko
negara
menciptakantidak
berkembang, dasar-dasar industrisuatu
selalu tersedia yang data
signifikan,
statistiknamun
tentanglebih dari setengah
kemiskinan, penduduknya
dan data yang ada
tetap
tidak bisa dipercaya: di Meksiko, saat ini diungkapkan bahwa pola administrasi yang agraria,
terpinggirkan. Berbeda sekali dengan Korea Selatan yang mendorong reformasi
kampanye oleh
dilakukan pemberantasan
pemerintahan buta huruf,secara
Salinas dan pelatihan
sistematis sumber daya manusiadata
memutarbalikkan sebagai carauntuk
statistik untuk
menolong orang agar dapat membantu diri mereka sendiri dan
menyembunyikan data kemiskinan. Kelemahan ini makin diperberat oleh kenyataan bahwa berpartisipasi dalam perolehan
manfaatkonvensional
saat data statistik tersedia, indikator dari pertumbuhan yang ekonomi.
dipakai tidak cocok pada konteks
sosial yang berlainan. Perubahan ke arah penggunaan Indeks Pertumbuhan Manusia (HDI),
Beberapa
dan secara pihak
khusus berargumentasi
Indeks Pertumbuhan bahwa proyek dan
dihubungkan kebijakan
dengan Gender pinjaman
(GDI), Bank
yang Dunia
mamasukkan
memasukkan kondisibiaya dan kemiskinan, pada caraakan
manfaat non-pasar, yangsangat
sama mereka
membantu seharusnya juga memasukkan
dalam mengukur
"persyaratan
kemiskinan. kesenjangan". Dampak pembagian kembali proyek-proyek dan kebijakan-
kebijakan-dan terutama inisiatif swastanisasi-agar seyogianya dirancang dan diterima sebagai
masalah
Contoh rutin. Data dan
yang paling tabel yang
mencolok padatercantum
kelemahan dalam Laporan Pembangunan
konvensional adalah penggunaan Dunia pendapatan
tahunan dari
Bank
per Dunia
kapita grossseharusnya diperluas(GDP)
domestic product agar meliputi hal-hal yang berhubungan
untuk mengidentifikasi kemiskinan.dengan
Brazil ukuran
dan
keadilan bagi setiap negara.
Meksiko umumnya dianggap lebih baik dari hampir semua negara di Afrika, dan namun di
beberapa daerah di negara-negara tersebut (Brazil dan Meksiko) memiliki tingkat pendapatan
MENDORONG
rata-rata sama denganKESEPAKATAN
negara-negara kawasan TENTANG PROGRAM
Sub-Sahara Afrika.SAP YangDANlain PINJAMAN
menunjukkan
bahwa GDP, tidak seperti GNP (Hasil Pendapatan Nasional), membuat negara-negara
Seperti
berkembangdijelaskan di atas
kelihatan padadipermukaan,
bagus bagian penyesuaian
dengan struktural
memasukkan dan pendapatan
utang, Bankinvestasi
Dunia dan para
asing
pengkritiknya bersilangan pendapat
yang dikembalikan kepada negara-negara lain. dalam analisis mereka terhadap hubungan antara
penyesuaian struktural dan kemiskinan, dan dalam kesimpulan mereka tentang apa yang harus
dilakukan
Kadang-kadang oleh Bank
sosokDunia
ekonomiuntuk mengatasi
makro dapat persoalan
menyembunyikanpinjamanrealitas
tersebut. Perkembangan
kemiskinan ketikasaat
ini mengindikasikan
indikator bahwa suatudidialog
keuangan diprioritaskan konstruktif di antara
atas indikator-indikator lainpandangan-pandangan
yang menjelaskan yang
makin bertemu edang gencar dilakukan. Bank Dunia telah
bagaimana ekonomi produktif dan alat-alat rumah tangga meningkat. Sebagai menunjukkan keterbukaannya
contoh, untuk
mengubah
sepanjang kriteria yang
pemerintahan digunakan
Salinas untuk(1988-1994),
di Meksiko mengevaluasibursa reformasi pasar bebasmasa
efek mengalami dengan
memasukkan sasaran pengurangan kemiskinan. Program penyesuaian
kejayaannya, kondisi keuangan pemerintahn menunjukkan surplus, investasi asing berlimpah, secara meningkat
dan memasukkan langkah-langkah
nilai tukar stabil. mengurangi
Akan tetapi, model ekonomi kemiskinan, dan adanyapencabutan
ini telah mendorong komitmen untuk
kapasitas
memberikan suatu penekanan yang lebih besar dalam tahapan implementasinya.
Pada saat
Analisis yang
"The sama LSM
Welfare of themulai
Nations" mengesampingkan
dilakukan oleh Wakil suatu penolakan
Presiden Bank menyeluruh terhadap
Dunia untuk
penyesuaian
bidang struktural,untuk
pembangunan dan mengambil
keberlanjutan pendekatan lebih dalam terhadapSustainable
lingkungan-Environmentally dampak dari unsur-
unsur paket penyesuaian struktural untuk menilai
Development-adalah langkah awal ke arah kerangka konseptuasl untuk mengukur unsur mana yang bermanfaat bagi masyarakat
miskin denganberkelanjutan
pembangunan persyaratan-persyaratan
secara lebih tertentu. Mereka mempertanyakan,
akurat. Kerangka itu memasukkan faktor sebagaimanusia,
contoh,
dalam keadaan seperti apa usaha-usaha swastanisasi
alam dan sosial ke dalam ukuran kekayaan, tetapi tidak berhubungan dengan soal-soal memberikan keuntungan kepada
masyarakat
distribusi
Terhadap luasbahwa
pendapatan.
anggapan dan tidakhubungancuma kepada
seks dengan beberapaWTSgelintir saja? Bagaimanapun mereka
senantiasa menekankan bahwa dana
aman bila dengan kondom, hanya 13,8% setuju, 7,8% cukup penanaman modal sosial dan program kompensasi lainnya
yang
setuju, dirancang
dan lebihuntuk
Perkembangan positif
dari mengurangi
78% yang kemiskinan
lain adalah
merasa setidaknya bahwa adalah
Banksetuju
kurang cuma sesuatu
Dunia seperti penggunaan
meningkatkan bantuan obat ringan,
indikator
atau bahkantingkat yang
sangatpendapatan tidak mengobati
tidak setuju.suatu Lebih sumber-sumber
negara
dari 62% struktural
dan indikator-indikator
ada penyakitnya.
sosialnya. Di antaranya
adalah tingkatkurang
kecenderungan upah tenagasetujukurang
/ tidak terampil
setuju bahwa (perkotaan
orang dan pedesaan), dan nilai tukar
Berkaitan
menderita dengan
komoditipenyakit
desa; dan soalpadahutang,
kelamin Bank
indikator
perlu DuniaSedangkan
sosial
dijauhi. telah memulai
dimasukkan menunjukkan
tingkat
terhadap masuk sekolah,beberapa niatnya
tingkat untuk
kematian
mempertimbangkan
balita, imunisasi,
anggapan bahwa remaja kemungkinan
kekuranganyang jauh gizidaripengurangan
anak, pengeluaran
orang hutang
tuanya mudah dengan menggunakan sumber-sumber
pemerintah ataskebutuhan sosial dasar,
multilateral.
harapan hidup
melakukan Pada
hubungan 25 Juli
laki-laki 1995
dan
seksual, satu dokumen
perempuan,
lebih dari 91% tingkatinternal diserahkan
kesuburan
cenderung kepadakematian
dan tingkat Financialibu.Times, suatu
garis besar program Bank
kurang setuju bahkan sangat tidak setuju. Dunia untuk mengurangi kewajiban beban multilateral-sebagai
contoh utang-pinjaman
Partisipasi
Kecenderungan cukup setuju yang sampai
berasal setuju
dari Bank sekali Dunia, IMF, dan Bank Pembangunan Regional-
terhadap
anggapan bahwa AIDS merupakan penyakit yang dapat yang besar. Proposal untuk Fasilitas
pada negara-negara miskin yang memiliki pinjaman
Pengurangan
Tantangan
mengakibatkan akhir Utang
adalah
kematian, Multilateral
pentingnya
mencakup dipresentasikan
memasukkan
hampir kepada anggota
pandangan
89% responden. Bankmiskin
golongan Dunia dalam
dan IMF pada
membuatanggapan
Terhadap keputusan rapat
tentang
bahwa Komite
kesempatan
pemeriksaan Pembangunan,
dan untuk
darah bulan April 1996.
hambatan yang dihadapi mereka. Adalah
kenyataan adanya
mengetahui bahwa Bank HIV tidakDuniaberguna,
bekerja lebih
melalui daripemerintah
90% nasional yang menciptakan
Dialog lebih
rintanganmenyatakan
responden lanjut
untuk dapat kurang terhadap
memperoleh dua masalah
setuju masukan
bahkan sangat tersebutlangsung.dibutuhkan
secaratidak tetap Bagaimanapun, untuk rasa
mencapai
memiliki
kesepakatan
dan komitmen
setuju. di
Sikap menjauhi antara negara
atas strategi pemegang
temanpengurangan saham
yang terkenakemiskinan dan
AIDS cukup negara-negara peminjam
Bank Dunia tidak dapat dijamin serta unsur-unsur
jika
asyarakat
kaum miskinsipil dalam
sama hal
sekali merancang
tidak menjadi
beragam bagi responden, 4,3% setuju sekali, 19,3% setuju, ulangbagianpenyesuaian
dari struktural
penyusunan dan
strategitanggapan
pembangunan Bank Dunia
tersebut.
16,8% untuk memecahkan
cukup setuju, 35% kurang setuju, 21,8% tidak setuju, masalah hutang ini.
dan sebanyak 3% sangat tidak setuju. Dalam kaitannya dengan
Sementara
anggapan bilaituibupentingnya
yang terkena memasukkan PENGUKURAN
input dari hamil,
HIV diperbolehkan LSM ke dalam rancangan Dana Investasi
lebih
Sosial
dari 93%(Social
kurangInvestment
setuju atauFund) bahkan dan program
sangat tidakintervensi
setuju. Lebihpro-kemiskinan lainnya telah
dari 28%Definisi
ditegaskan didan
setuju atas,ukuran
sekali maka
bahwa kemiskinan
hal yang lebih
penyakit menimbulkan
pentingdapat
kelamin soalbahwa
adalah lain bagi Bank Dunia.
usaha-usaha Bank DiDunia
negarauntuk
berkembang,tetapi
menggalakkan
disembuhkan, tidak selalu tidak
partisipasi
19,3% tersedia suatu
dibatasi
setuju data AIDS
pada
bahwa statistik tentang tertentu,"
"tempat-tempat
dapat kemiskinan, danproyek-proyek
yakni data yang ada
tidak bisa dipercaya: di Meksiko, saat ini diungkapkan
kemiskinan dan yang melibatkan LSM sebagai kontraktor. Malahan, Bank Dunia
disembuhkan. bahwa pola administrasi yang dilakukan
harus
4.membantu oleh pemerintahan Salinas secara sistematis memutarbalikkan
Perilaku "lingkungan yang menunjang " untuk partisipasi yang lebih luas dari golongan data statistik untuk
menyembunyikan
miskin dan
Sebagian besar yang data kemiskinan.
kelompok
responden lain dalam
(68,5%) Kelemahan
tidak pernah ini makin
pengambilan diperberat
keputusan yangoleh kenyataan bahwa
mempengaruhi mereka. saat
data statistik tersedia, indikator
membicarakan masalah seks, namun 42% mereka mengakui konvensional yang dipakai tidak cocok pada konteks sosial
yang
Pada
pernah berlainan.
tingkat
pacaran Perubahan
kebijakan,
1 kali danmasukan
19,5% ke sebanyak
arah penggunaan
bermutu 2tinggi Indeks
dari
kali. Secara LSM Pertumbuhan
dan unsur-unsur Manusia
lain (HDI),
dari dan
secara
masyarakat
kumulatif khusus Indeks
sipil dibutuhkan
sebanyak Pertumbuhan
6,6% mereka dalam dihubungkan
memperbaiki
pernah pacaran 3beberapadengan Gender (GDI), yang
kali atau dokumen Bank Dunia di tingkat memasukkan
lebih. biayayang
nasional,
Selama dan manfaat
penting
pacaran non-pasar,
untuk
tersebut prosesakan
33,8% sangat
pembuatan
pernah membantu dan dalam
kebijakan.
bercumbu Hal-hal mengukur kemiskinan.
tersebut mencakup:
1,3% pernah berhubungan seks dengan frekuensi 1 2 kali
Contoh yang
Analisa
meskipun semua paling
Kemiskinan mencolok
respondenPartisipatori
belum pada(PPAkelemahan
pernah =menikah. konvensional
Participatory Povertyadalah penggunaan pendapatan
Assessment)
per kapita gross domestic product
Secara keseluruhan, pengetahuan, sikap, dan perilaku (GDP) untuk mengidentifikasi kemiskinan. Brazil dan
Meksiko
DenganPMS
terhadap umumnya
menggunakan
termasuk HIV dianggap
data rumah lebih
/ AIDStangga, baik
dari para dari
PPA hampir
mencoba
pekerja semua
remaja negara di Afrika,
mengukur tingkat dan bentuk dan namun di
dasar
dibeberapa
kemiskinan
PT. Flower daerah
serta di negara-negara
mengidentifikasi
Indonesia Pasuruan Jawa tersebut
kebijakan,
Timur (Brazil danberikut
pengeluaran
sebagai Meksiko) : memiliki
publik, tingkatkelembagaan
dan soal-soal pendapatan
rata-rata
a).yang sama
Nilaimenhambat dengan negara-negara
pengurangan
rata-rata pengetahuan kemiskinan
mencapai kawasan
119,65secara Sub-Sahara Afrika. Yang
efektif. PPA juga mengeluarkan
(standar lain menunjukkan
deviasi 12,62) dari nilai maksimum sebesar 236. DenganNasional),
bahwa
rekomendasi GDP, tidak
tentang seperti
tindakan GNP (Hasil
pemerintah Pendapatan
untuk tujuan mengurangi membuat negara-negara
kemiskinan. Bank Dunia
berkembang
membanggakan
demikian kelihatan
baru mencapai bagus
bahwa sekitar
jangka 50% dipermukaan,
waktunya. analisa dengan
Nilaitelah memasukkan pendapatan
dipercepat: PPA untuk 80 negara telah
terendah investasi asing
70diselesai pada akhir
dan tertinggi 172. tahun yang dikembalikan
1995. Namun bagi kepada
LSM,negara-negara
soalnya adalah lain.
kualitas PPA, khususnya
b).soal pengumpulan
Nilai rata-rata sikap datamencapai
dan masukan 20,14dari kelompok
(standar deviasi masyarakat
2,17) yang dirancang akan
dari Kadang-kadang
memperoleh
nilai maksimum manfaat sosok
24.dari ekonomi
Nilaiproyek. makro
terendah dapat14
sebesar menyembunyikan
dan realitas kemiskinan ketika
indikator
tertinggi 24. keuangan diprioritaskan di atas indikator-indikator lain yang menjelaskan bagaimana
ekonomi
c).Strategi
Nilai Bantuan
rata-rata produktif
Negaradan
perilaku (CASalat-alat
mencapai rumah
= Country
11,09 tanggadeviasi
Assistance
(standar meningkat.
Strategy)Sebagai contoh, sepanjang
pemerintahan Salinas di Meksiko
1,76) dari nilai maksimal 30. Nilai terendah sebesar 10 dan(1988-1994), bursa efek mengalami masa kejayaannya,
kondisi
CAS
nilai keuangan
memaparkan
tertinggi pemerintahn menunjukkan
30. prioritas pemberian pinjaman Bank Dunia kepada surplus, investasi asing berlimpah,
suatu negara dandalam
nilai tukar
stabil.
periode
Terdapat 53Akan tetapi,
- 5 tahun.
orang modelpengurangan
yangStrategi
melakukan ekonomi
hubungan ini telah mendorong
kemiskinan
seksual belumpencabutan
diutamakan kapasitas
dalam CAS produktif
domestik, kemiskinan yang lebih besar, dan n
meskipun dokumen yang sekarang diusulkan untuk memasukkan hasil PPA, yang pada kesenjangan sosial yang makin tajam.
gilirannya harus berisi rencana aksi tertentu untuk pengurangan kemiskinan. LSM telah
Analisis
mengajukan "The alasan
Welfare yangof thekuatNations"
agar Bank dilakukan
Dunia dan olehnegara-negara
Wakil PresidenpeminjamBank Dunia untuk bidang
bertanggung
pembangunan
jawab untuk keberlanjutan
untuk melibatkan masyarakat lingkungan-Environmentally
dalam perumusan strategi bantuan Sustainable
negara,Development-
dan
adalah langkah awal ke arah kerangka konseptuasl
menekankan tujuan dan ukuran pengurangan kemiskinan dalam strategi asistensi negara. untuk mengukur pembangunan
berkelanjutan
Penting kiranya secara
bahwa lebih akurat. Kerangka
pemantauan partisipatori itu memasukkan
menentukan faktor biaya danmanusia,
manfaat alam dan sosial
strategi
Perkembangan
Analisa Belanja positif yang lain
Pemerintah adalah
(PER bahwaExpenditure
= Public Bank DuniaReview)
meningkatkan penggunaan indikator
tingkat pendapatan suatu negara dan indikator-indikator sosialnya. Di antaranya adalah tingkat
upah
PERtenaga kurang
memeriksa terampil
pola (perkotaan
pengeluaran dan pedesaan),
pemerintah dansektor.
di berbagai nilai tukar
PERkomoditi desa; dan pada
suatu negara
indikator sosial
menyediakan dimasukkan
informasi bagaimana tingkat masuk sekolah,
pemerintah tingkat kematian
mengumpulkan balita, imunisasi,
dan mengeluarkan uang,
kekurangan
membaca gizi
bagaimanaanak, pengeluaran
prioritas pemerintah
anggaran ataskebutuhan
negara-negara sosial dasar, harapan
pengutang. Ulasan Belanja Publik hidup laki-
pranikah (tabel 1);1 orang laki-laki
lakikecenderungan dan
dan perempuan,pemilihan 4 orang
tingkat kesuburanperempuan,
dan tingkatdan kematian ibu.
memperkenalkan
berumur 23 24 tahun dengan lama kerja di perusahaan dalam pengeluaran
ini bagaimana
kecenderungan
antara 5 8 tahun. tersebut berpengaruh
Pengalaman dalam pendidikan,
kerja di tempat lain, 4 orangkesehatan, dan program sosial
Partisipasi
antara 0 2 tahun dan 1 orang lainnya antara 3 5 tahun. adalah penting untuk menganalisis
lainnya. Berkaitan dengan semua masalah kemiskinan,
bagaimana perubahan
Kesemuanya dengan dalam
status pola tetap,
pekerja belanja4 orang
pemerintah berpengaruh terhadap kaum miskin,
Tantangan
suku anak akhir
dalam, adalah
dan pentingnya
perempuan. memasukkan pandangan golongan miskin dalam membuat
berpendidikan
keputusan tentang tamatkesempatan
SLTP dan 1dan orang lainnyayang
hambatan tamatdihadapi
SLTA. mereka. Adalah kenyataan bahwa
Dilihat dari
Bank Dunia penghasilannya, 1 orang
bekerjadipertimbangkan
melalui pemerintahberpenghasilan
nasional antara
yang Rp
menciptakan rintangan untuktahapan
dapat
Dokumen
150.000,- ini masih
sampai Rp 200.000,-, 2 orang lagi olehRp
antara Bank Dunia
200.001 secara rahasia, dan pada
inimemperoleh
sampaipelaku
Rp
masukan secara
non-pemerintah
250.000,- sedang
langsung.
dilibatkan
2 orang dalam
lainnya
Bagaimanapun,
berbagai persiapan
berpenghasilan
rasa memiliki
di mereka
dan suatu
dari komitmen
negaraatas
ke
strategi
negara pengurangan
lain. kemiskinan Bank Dunia tidak dapat dijamin jika kaum miskin sama sekali
atas Rp 250.000,-tidaksetiap
menjadibulan (Tabel
bagian dari1).
penyusunan strategi pembangunan tersebut.
Tabel 1. Tabulasi silang hubungan seks pranikah dengan karakteristik
V. Kesimpulan
pekerja remaja di PT.Flower Indonesia Pasuruan Jawake Timur.
Sementara itu pentingnya memasukkan input dari LSM dalam rancangan Dana Investasi
Hubungan
Sosial Seks
(SocialPranikah
Investment Fund) dan program intervensi pro-kemiskinan lainnya telah
Sebagai
Tidak kesimpulan,
Yaditegaskan Bank Dunia menghadapi sejumlah tantangan dalam menerjemahkan
komitmen retorisnya untuk mengurangi kemiskinan pada hasil-hasil yang dicapaiDunia
Jumlah
di atas, maka hal yang lebih penting adalah bahwa usaha-usaha Bank di untuk
menggalakkan
lapangan. partisipasi
Perubahan tidak dibatasi
pendekatannya pada "tempat-tempat
terhadap akar kemiskinan, tertentu,"
memasukkanyakni keadilan
proyek-proyek
Variabel
kemiskinan
n sebagai
n % suatu
%membantu sasaran, dan peningkatan konsensus tentang pinjaman dan penyesuaianharus
dan
n %"lingkungan
yang melibatkan LSM sebagai kontraktor. Malahan, Bank Dunia
yangdukungan
menunjang " untuk
pihakpartisipasi yang lebih luas dari golongan
1.struktural
miskin dan
akan membutuhkan
yang kelompok lain dalam
dari
pengambilan
terkait, terutama
keputusan yang
pemegang
mempengaruhi
saham dan
mereka.
negara-negara peminjam secara bersamaan. Peningkatan sistematik atas peran serta
Jenis
masyarakat miskin dalam proyek-proyek Bank Dunia dan dalam perumusan kebijakan
kelamin Pada tantangan
tingkat kebijakan, masukan bermutuoleh tinggi dariDunia
LSM dan saat unsur-unsur lain dari
a.mungkin
Laki-laki paling sulit yang dihadapi Bank
masyarakat sipil dibutuhkan dalam memperbaiki beberapa dokumen Bank Dunia di tingkat
ini.
1 nasional, yang penting untuk proses pembuatan kebijakan. Hal-hal tersebut mencakup:
Catatan Akhir
3,6
27 Analisa Kemiskinan Partisipatori (PPA
1) Naskah
96,4 ini berdasarkan draft yang ditulis oleh=Carlos
Participatory
Heredia.Poverty
FrancesAssessment)
Seymour
28Dengan menggunakan data rumah tangga, PPA mencoba mengukur tingkat dan Alexander
menyiapkan versi akhir makalah ini, dengan bantuan dan kontribusi dari Nancy
bentuk dasar
100dari Bread for the World Institute serta David Hunter.
kemiskinan serta mengidentifikasi kebijakan, pengeluaran publik, dan soal-soal kelembagaan
b. Perempuan
yang menhambat
4 Lihat,
2) sebagaipengurangan kemiskinan
contoh, "Resettlement dansecara efektif. PPA
Development" jugaBank
: The mengeluarkan
Wide Review rekomendasi
of
tentang tindakan pemerintah untuk tujuan mengurangi kemiskinan.
Projects Involving Involuntary Resettlement 1986 - 1993, Bank Dunia, April 1994. Bank Dunia
1,1 membanggakan bahwa jangka waktu analisa telah dipercepat: PPA untuk 80 negara telah
358
3) Cornia,pada
98,7
diselesai G. A.,akhir tahunJolly
Richard 1995.
danNamun
Francesbagi LSM, soalnya
Stewart., adalah kualitas
eds. Adjustment with aPPA,
Human khususnya
Face,
soalUniversity
Oxford pengumpulan data
Press, danYork,
New masukantahundari kelompok masyarakat yang dirancang akan
1987.
362 memperoleh manfaat dari proyek.
100
2.4) Lihat, sebagai contoh, A. Peter Ruderman "Economic Adjustment and the future of Health
Strategi Bantuan Negara (CAS =OF Country Assistance Strategy)
Services in the Third Word",
Umur dalam JOURNAL PUBLIC HEALTH POLICY, Musim
Dingin
(tahun) 1990; Judith Marshall dalam "Structural Adjustment and Social Policy in
CAS memaparkan
Mozambique," dalam prioritas
buku pemberian
REVIEW OF pinjaman
AFRICAN Bank Dunia kepada
POLITICAL suatu negara
ECONOMY (MusimdalamSemi
a.periode
17 19 3 - 5 tahun. Strategi pengurangan kemiskinan belum diutamakan dalam CAS meskipun
1990); Howard Stein dan E. Wayne Nafziger,"Structural Adjusment, Human Needs, and the
- dokumen
World Bank yang sekarang
Agenda," diusulkan
dalam untuk memasukkan
THE JOURNAL OF MODERN hasil PPA, yang pada
AFRICAN gilirannya
STUDIES, 29 harus
No. 1
-berisi rencana aksi tertentu untuk pengurangan kemiskinan. LSM telah mengajukan alasan yang
8 Tahun
kuat
1990; Wilfredo Cruz dan Robert Repetto "The Environmental Effects of Stabilization
agar Bank Dunia danPrograms;
negara-negara peminjam bertanggung jawabResources
untuk melibatkan
100and Structural Adjustment The Philippines Case" (The World Institute:
masyarakat dalam perumusan strategi bantuan negara, dan menekankan tujuan dan ukuran
8 tahun 1992); David Reed, eds., "Structural Adjustment and the Environment." (Westview
pengurangan kemiskinan dalam strategi asistensi negara. Penting kiranya bahwa pemantauan
100Press, tahun 1992).
partisipatori menentukan biaya dan manfaat strategi pengurangan kemiskinan bagi orang-orang
b. 20 22 miskin, masyarakat adat, dan kaum perempuan.
- 5) Laporan Perkembangan Dunia tahun 1996, (rancangan tertanggal 1 Desember 1995).
6) AdjustmentAnalisa Belanja
in Africa: Pemerintah
Reforms, Results (PER = Public
and the Road aExpenditure Review) untuk Bank
Head, dipublikasikan
Dunia oleh Oxford University Press tahun 1994.
PER memeriksa pola pengeluaran pemerintah di berbagai sektor. PER suatu negara
menyediakan
Referensi informasi bagaimana pemerintah mengumpulkan dan mengeluarkan uang,
Tambahan
membaca bagaimana prioritas anggaran negara-negara pengutang. Ulasan Belanja Publik
Development Projects." Friends of the Earth & National Wildlife Federation, Washington,
dengan semua
D.C., Bread formasalah kemiskinan,
the World adalah penting
Institute: International untuk menganalisis
Financial bagaimana perubahan
Institutions Accountability Project
tahun 1995. News and Notices for Bank Watchers, berbagai terbitan, Silveranak
dalam pola belanja pemerintah berpengaruh terhadap kaum miskin, suku dalam,
Spring, MD.dan
perempuan.
Corbo, Vittorio dan Stanley Fischer, 1992. Adjustment Lending Revisited: Policies to Restore
Dokumen ini masih
Growth. Bank dipertimbangkan
dunia, Washington, D.C. lagi oleh Bank Dunia secara rahasia, dan pada tahapan ini
-pelaku non-pemerintah dilibatkan dalam berbagai persiapan mereka dari suatu negara ke negara
80Heredia, Carlos dan Mary Purcell. 1994. "The lain.
Polarization of Mexican Society: A Grassroots
100View of World Bank Economic Adjustment Programs." The Development GAP and Equipo
80Pueblo, Washington, D.C. V. Kesimpulan
100
Sebagai
24 kesimpulan,
c.Inter-American
23 Bank Dunia
Development Bank.menghadapi
1995. Economic sejumlah tantangan
and Social dalaminmenerjemahkan
Progress Latin America.
5komitmen retorisnya
Washington, D.C. untuk mengurangi kemiskinan pada hasil-hasil yang dicapai di lapangan.
1,6 Perubahan pendekatannya terhadap akar kemiskinan, memasukkan keadilan sebagai suatu
307Thesasaran,
Oxfam dan peningkatan
Poverty konsensus
Report,1995. Oxfamtentang
(Inggrispinjaman dan penyesuaian
dan Irlandia), struktural akan
Oxford, Inggris.
98,4membutuhkan dukungan dari pihak terkait, terutama pemegang saham dan negara-negara
peminjam
312 secara bersamaan.
Psacharopoulos, Peningkatan
George, et al. sistematik
1992. "Poverty atas peran
and Income serta masyarakat
Distribution miskin dalam
in Latin America: The
100 proyek-proyek Bank Dunia dan dalam perumusan
Soriy of the 1980s" Bank Dunia, Washington, D.C. kebijakan mungkin tantangan paling sulit
3. Lama kerja di yang dihadapi oleh Bank Dunia saat ini.
perusahaan (tahun)
Third World Economics, Penang, Malaysia, berbagai terbitan.
a. 1 4 Catatan Akhir
- Third World Resurgence, Penang, Malaysia, berbagai terbitan.
- 1) Naskah ini berdasarkan draft yang ditulis oleh Carlos Heredia. Frances Seymour
91menyiapkan versi akhir
Persatuan Bangsa makalah
Bangsa. 1995.ini, dengan
Human bantuan danReport,
Development kontribusi dari Nancy
Program Alexander
Pembangunan PBBdari
100 Bread
(UNDP). Oxford University Press. for the World Institute serta David Hunter.
91
100 2) Lihat,
Bank Dunia.sebagai contoh,
1993 World "Resettlement
Development dan :Development"
Report Poverty. New :York
The :Bank
OxfordWide Review of
University
5 8 Projects Involving Involuntary Resettlement 1986 - 1993, Bank Dunia, April 1994.
b.Press.
5
1,9 3) Cornia,
Bank Dunia.G. A., Richard
1990. Jolly dan
Implementing theFrances Stewart.,
World Bank’s eds. Adjustment
Strategy to Reduce with a Human
Poverty: Face,
Progress and
260 Oxford
Challenge. Washington, D.C. University Press, New York, tahun 1987.
98,1
2654) Lihat, sebagai contoh, A. Peter Ruderman "Economic Adjustment and the future of Health
100 Services in the Third Word", dalam JOURNAL OF PUBLIC HEALTH POLICY, Musim
c. 6 Dingin 1990; Judith Marshall dalam Pusat "Structural Adjustment and Social Policy in
Informasi P2KP
- Mozambique," dalam Jl. Bendungan Jatiluhur 58, Pejompongan -JakartaECONOMY
buku REVIEW OF AFRICAN POLITICAL Pusat 10210(Musim Semi
- 1990); Howard Stein dan E. (021)
Telp: Wayne5732850,54,78,79
Nafziger,"Structural Fax:Adjusment, Human Needs, and the
(021) 5732922
44World Bank Agenda," dalam THE JOURNAL OF MODERN AFRICAN STUDIES, 29 No. 1
100 Tahun 1990; Wilfredo Cruz dan Robert Repetto "The Environmental Effects of Stabilization
44and Structural Adjustment Programs; The Philippines Case" (The World Resources Institute:
tahun 1992); David Reed, eds., "Structural Adjustment and the Environment." (Westview Press,
100
4. Lama kerja di tahun 1992).
tempat lain (tahun)
a. 0 5)2 Laporan Perkembangan Dunia tahun 1996, (rancangan tertanggal 1 Desember 1995).
4
1 6) Adjustment in Africa: Reforms, Results and the Road a Head, dipublikasikan untuk Bank
393 Dunia oleh Oxford University Press tahun 1994.
99
397 Referensi Tambahan
100
Barnes,
b. 3 5 James. N., et al, 1995. "Bankrolling Successes: A Portfolio of Sustainable Development
1Projects." Friends of the Earth & National Wildlife Federation, Washington, D.C., Bread for the
World Institute: International Financial Institutions Accountability Project tahun 1995. News
and Notices for Bank Watchers, berbagai terbitan, Silver Spring, MD.

Corbo, Vittorio dan Stanley Fischer, 1992. Adjustment Lending Revisited: Policies to Restore
Growth. Bank dunia, Washington, D.C.
View of World Bank Economic Adjustment Programs." The Development GAP and Equipo
Pueblo, Washington, D.C.

Inter-American Development Bank. 1995. Economic and Social Progress in Latin America.
Washington, D.C.
Pada Tabel 2 tampak bahwa mereka yang melakukan
The Oxfam Poverty Report,1995. Oxfam (Inggris dan Irlandia), Oxford, Inggris.
hubungan seks pranikah, 4 orang tergolong berpengetahuan
"sedang" (nilai 80 158) dan 1 orang berpengetahuan "tinggi"
Psacharopoulos, George, et al. 1992. "Poverty and Income Distribution in Latin America: The
(nilai 159 ke atas). Dalam hal sikap, 2 di antara mereka
Soriy of the 1980s" Bank Dunia, Washington, D.C.
bersikap cukup setuju (negatif) dan 3 orang lainnya bersikap
tidak setuju (positif) terhadap masalah PMS & HIV / AIDS.
Third World Economics, Penang, Malaysia, berbagai terbitan.
Sedangkan ke 5 orang yang melakukan hubungan seks
pranikah ini "kadang-kadang" mempunyai kebiasaan bercumbu
Third World Resurgence, Penang, Malaysia, berbagai terbitan.
dengan pasangan seksualnya.
5. Regresi Logistik
Persatuan Bangsa Bangsa. 1995. Human Development Report, Program Pembangunan PBB
Beberapa faktor yang diperkirakan terkait dengan
(UNDP). Oxford University Press.
terjadinya hubungan seks pranikah pada pekerja remaja di PT.
Flower Indonesia Pasuruan Jawa Timur ini antara lain : 1) Jenis
Bank Dunia. 1993 World Development Report : Poverty. New York : Oxford University Press.
kelamin, 2) Umur, 3) Lama kerja di perusahaan, 4) Lama kerja
di tempat lain, 5) Status pekerjaan, 6) Pendidikan, 7)
Bank Dunia. 1990. Implementing the World Bank’s Strategy to Reduce Poverty: Progress and
Penghasilan, 8) Pengetahuan, 9) Sikap, 10) Biasa bercumbu,
Challenge. Washington, D.C.
dan 11) Penggunaan narkotika. Dengan analisis regresi logistik
univariat (PIN = 0,15 dan POUT = 0,20) hanya faktor Lama
kerja di perusahaan dan Pengetahuan yang berpengaruh
terhadap terjadinya hubungan seks pranikah pada pekerja
remaja, masing-masing dengan p = 0,1017 Pusatdan
Informasi P2KP
p = 0,1045.
Jl. Bendungan Jatiluhur 58, Pejompongan
Namun secara serentak setelah dilakukan analisis regresi -Jakarta Pusat 10210
Telp:
logistik ganda, faktor-faktor (021)
yang 5732850,54,78,79
berpengaruh terhadapFax: (021) 5732922
terjadinya hubungan seks pranikah adalah Lama kerja di
perusahaan (p = 0,0779), Penghasilan (p = 0,0426), dan
Pengetahuan (p = 0,1119). Risiko hubungan seks pranikah bagi
mereka yang bekerja di perusahaan lebih lama (5 tahun ke atas)
3,5 kali dibandingkan mereka yang bekerja kurang dari 5
tahun. Mereka yang penghasilannya lebih besar (di atas Rp
200.000,-) berisiko hubungan seks pranikah 1,6 kali
dibandingkan mereka yang gajinya Rp 200.000,- ke bawah.
Demikian pula mereka yang pengetahuannya rendah (dengan
nilai 79 ke bawah) mempunyai risiko 1,2 kali dibandingkan
mereka yang pengetahuannya lebih tinggi (dengan nilai 80
158). (Tabel 3).
Tabel 3. Hasil Regresi Logistik Ganda
Variables in the Equation
Variable
B SE
Wald
df
Sig R Exp
(B)
V8R (2)
1,2694
0,720
0
3,1089 1 0,0779 0,1436 3,5589
V12 (3)
8,12E-05
4,004
E-05
4,1123 1 0,0426 0,1982 1,6001
Peng 2 (1)
0,0853
0,053
6
2,5278 1 0,1119 0,0991 1,2890
V58 AR1
0,0727
1
0,9949
0,0000
V58 AR(1)
6,8928
1214,
8649
0,0000 1 0,9955 0,0000 989,1729
V58 AR(2)
2,7676
1214,
8640
0,0000 1 0,9982 0,0000 15,9206
V58 AR(3)
14,1802
52,63
99
0,0726 1 0,7876 0,0000 1440106,
3
Constant -46,6185
54,50
23
0,7376 1 0,3924 0,0000
Model if Term Removed
Term
Removed
Log
Likelihood
-2 Log LR
df
Significance of
Log LR
V8R(2) -
17,392 3,213
1 0,0730
V12(3) -
18,685 5,819
1 0,0159
Peng 2(1)
- 17,101
2,652
1
0,1034
V58 AR1
- 23,816
16,081
3
0,0011
Perilaku manusia antara lain dipengaruhi oleh faktor sosial
ekonomi,
(11)
begitu pula perilaku seksual pekerja remaja ini;
biasanya orang yang mempunyai perhatian pada lawan jenis
berusaha untuk berpenampilan menarik (pakaian, asesoris,
Keterangan :
No more variables can be deleted or added
V8R(2) = Lama kerja di perusahaan 5 tahun ke atas
V12(3) = Penghasilan Rp 200.001,- sampai Rp 250.000,-
Peng2(1) = Pengetahuan dengan nilai 79 ke bawah
V58AR1 = Kebiasaan bercumbu
V58AR1(1) = Jarang bercumbu
V58AR1(2) = Kadang-kadang bercumbu
V58AR1(3) = Sering bercumbu
DISKUSI
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa lebih dari 99%
responden / pekerja remaja beragama Islam. Mungkin dengan
demikian masyarakat pekerja remaja ini masih mengutamakan
norma-norma agama, yang menyatakan bahwa hubungan seks
pranikah merupakan perbuatan tercela. Akan tetapi tidak berarti
bahwa hubungan seks pranikah tidak ada sama sekali,
walaupun tidak secara terbuka. Beberapa variabel yang
berpengaruh terhadap terjadinya hubungan seksual pranikah
pekerja remaja adalah Lama kerja di perusahaan, Penghasilan,
dan Pengetahuan mengenai PMS termasuk HIV / AIDS.
Lama kerja
Lama kerja di perusahaan cukup berpengaruh terhadap
terjadinya hubungan seks pranikah pada pekerja remaja,
khususnya bagi mereka yang sudah lebih dari 5 tahun (p =
0,0779). Mungkin dengan lebih lama bekerja di perusahaan,
akan lebih lama pula mereka mengenal lingkungannya,
termasuk teman sebayanya di tempat kerja. Dengan demikian
akan lebih akrab dan dapat berkomunikasi lebih bebas, bahkan
pada masalah-masalah yang sifatnya pribadi dan bermuara
pada meningkatnya dorongan seksual.
Berdasarkan lama kerja di suatu tempat, yaitu di
perusahaan tempat kerja sekarang dan tempat lain (Tabel 1),
seseorang memiliki mental map tentang obyek-obyek, tempat,
aktifitas, sehingga orang bisa mendapatkan pacar / teman dekat
yang dapat diajak berhubungan seksual. Mental map atau
Cogniting map adalah struktur informasi yang dimiliki
seseorang tentang lingkungannya. Cogniting map ini dapat
memotivasi tingkah laku
(8)
Hasil penelitian ini juga sama
dengan hasil penelitian pada pekerja Jermal di pantai Labu
Kabupaten Deli Serdang yang menunjukkan bahwa perilaku
seks pekerja unit Jermal dilakukan oleh pekerja yang cukup
lama hidup dan bekerja di Jermal
10)
.
Penghasilan
Gaji / penghasilan per bulan merupakan faktor yang paling
menentukan terjadinya hubungan seks pranikah pada pekerja
remaja ini (p = 0,0426), khususnya bagi mereka yang
penghasilannya antara Rp 200.001,- sampai Rp 250.000,- per
bulan [lihat V12(3) pada hasil regresi logistik]. Dengan
melihat penghasilan itu di daerah pedesaan dan dikaitkan
dengan UMR setempat sebesar Rp 196.000,- besar
kemungkinan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan)
sudah terpenuhi, apalagi sebagian besar responden (73%)
tinggal di rumah sendiri.
Cermin Dunia Kedokteran No. 145, 2004
4

kosmetika), apalagi 4 orang dari 5 orang pelaku hubungan seks


dalam penelitian ini adalah perempuan. Oleh karena itu dapat
dimengerti bila pelaku hubungan seks adalah mereka yang
mempunyai gaji tinggi di perusahaan.
Pengetahuan PMS dan HIV / AIDS
Pengetahuan dan perilaku pekerja remaja mengenai PMS
dalam penelitian ini masih rendah (belum mencapai 50%);
sikapnya juga masih perlu ditingkatkan.
Pengetahuan merupakan faktor predisposisi terjadinya
perilaku
(12)
. Pekerja remaja yang memiliki pengetahuan PMS
dan HIV / AIDS rendah mungkin karena mayoritas responden
berpendidikan SLTP;berperilaku seks lebih berani karena tidak
/ kurang memahami risikonya; dalam usia 23 24 tahun secara
biologis mereka sudah siap untuk menikah, secara psikologis
mereka sudah tertarik lawan jenis, dan ada kebutuhan untuk
mendapatkan pengalaman baru, berpetualang dan mencari
selingan.
Dengan meningkatnya usia perkawinan remaja saat ini,
makin besar pula kesenjangan antara usia aktif seksual dengan
usia menikah. Remaja menanggung masalah pemuasan hasrat
seksual, karena mereka belum mendapat izin dari masyarakat
untuk menyalurkannya; sementara itu godaan dari media cetak,
media elektronik, dan kurangnya disiplin dalam keluarga dan
pekerjaan, cederung melonggarkan norma-norma kehidupan.
Situasi ini mendorong remaja untuk lebih mudah menyalurkan
hasrat seksual mereka yang laten dengan cara melakukan
hubungan seksual. Karena itulah remaja dapat dikategorikan
berisiko tinggi dalam penularan HIV / AIDS
(13)
,dan didasari
pengetahuan PMS dan HIV / AIDS yang rendah, seseorang
dapat mencari pengalaman / selingan yang keliru.
Perilaku seksual
Perilaku seksual berangkat dari stadium paling ringan ke
stadium paling berat
(14)
, yaitu :
1. saling
berpegangan
mesra.
2. saling berpelukan dengan tangan di luar baju.
3. saling bercumbu bibir.
4. saling berpelukan dengan tangan di dalam baju.
5. coitus / bersetubuh
Dengan adanya pacaran / percumbuan, usia antara 23 24
tahun, uang, pekerjaan tetap, pengetahuan PMS dan HIV /
AIDS rendah, dan mental map tentang lingkungannya, orang
dapat mencari pengalaman / selingan hidup yang salah. Hasil
studi ini tidak menyimpang dengan hasil penelitian di Bali
yang menunjukkan 29,3% remaja (n = 150) di Bali telah
melakukan hubungan seksual
(15)
.
Tabel 4. Distribusi pekerja remaja di PT. Flower Indonesia Pasuruan
Jawa Timur menurut pernah tidaknya berpacaran dan atau
bercumbu.
Variabel Ya Tidak Blank Jumlah
Berpacaran
276 (69%)
124 (31%)
-
400 (100%)
Bercumbu
135 (33,8%)
141 (35,2%)
124 (31%)
400 (100%)
Sikap terhadap masalah seksual
Pada umumnya sikap responden terhadap masalah yang
berkaitan dengan seksual (ganti-ganti pasangan, aborsi,
homoseks, hubungan seks pranikah) adalah baik. Ini berarti
bahwa sebagian besar responden tidak menyetujui adanya
perilaku seksual yang negatif.
Sikap yang tidak seiring dengan perilaku disebabkan faktor
situasi dan kondisi
(16)
. Bila keyakinan normatif responden
tentang perilaku seks pranikah bersifat mendukung, artinya
bahwa pandangan orang lain, baik lingkungan maupun
keluarga menganggap bahwa perilaku seks merupakan sesuatu
yang wajar, maka hal tersebut akan memicu terjadinya perilaku
seks pranikah di kalangan mereka. Tetapi bila keyakinan
normatif yang mereka miliki tidak mendukung, keyakinan
subyektif terhadap perilaku seks pranikah akan berbeda.
Akibatnya sikap yang sudah bagus tidak termanifestasi dalam
perilaku yang baik seperti sikapnya terhadap sesuatu obyek.
KESIMPULAN
1. Pengetahuan pekerja remaja tentang PMS termasuk
HIV/AIDS di PT. Flower Indonesia tergolong masih
rendah, baru mencapai 50%.
2. Sikap mereka positif terhadap masalah-masalah yang
terkait dengan PMS termasuk HIV/AIDS, khususnya
dalam hal ketidaksetujuannya terhadap hubungan seks
pranikah, ganti-ganti pasangan, pengguguran kandungan,
hubungan seks dengan sesama jenis kelamin.
3. Perilaku terhadap PMS dan HIV/AIDS masih rendah juga,
baru mencapai nilai 11,09 dari nilai 30 yang ditentukan
(37%) dan di antara pekerja remaja ada yang melakukan
hubungan seks pranikah, (5 orang dari 400 responden).
4. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
hubungan seks pranikah antara lain lama kerja di
perusahaan lebih dari 5 tahun (p = 0,0779), penghasilan (p
= 0,0426), dan pengetahuan (p = 0,1119), yang paling
menentukan adalah faktor penghasilan.
5. Lama kerja di perusahaan 5 tahun atau lebih mempunyai
risiko hubungan seksual pranikah 3,5 kali lebih besar
dibandingkan mereka yang lama kerjanya kurang dari 5
tahun. Sedangkan mereka yang mempunyai penghasilan
per bulan antara Rp 200.001,- sampai Rp 250.000,-
mempunyai risiko hubungan seks pranikah 1,6 kali
dibandingkan dengan mereka yang gajinya kurang dari Rp
200.000,-. Demikian pula mereka yang pengetahuannya
rendah, risiko terjadinya hubungan seks pranikah 1,2 kali
dibandingkan yang pengetahuannya tinggi.
SARAN
1. Petugas klinik kesehatan perusahaan memberikan
penyuluhan secara berkesinambungan mengenai PMS dan
HIV / AIDS untuk meningkatkan pengetahuan dan
mencegah perilaku seksual pranikah. Materi penyuluhan
dapat diperoleh dari instansi kesehatan (Bagian Promosi
Kesehatan) dan LSM yang berkaitan dengan Kesehatan
Reproduksi Remaja (PKBI, Yayasan Kusuma Buana).
2. Perlu pendekatan khusus baik secara formal maupun
informal pada pekerja yang mempunyai gaji tinggi, telah
lama bekerja, usia 23 tahun lebih.
Cermin Dunia Kedokteran No. 145, 2004 49

Anda mungkin juga menyukai