Anda di halaman 1dari 26

HEMATEMESIS DAN MELENA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Disusun oleh :

Cindy Nadya Oktaviani 0432950119032

Hanifah Huwaida 0432950119030

Helena Melisa 0432950119028

Shofi Sofiah Ikhsani 0432950119036

Dosen Pengampu :

Ns. Ashar Prima, M.Kep

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH


TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.wb

Puji syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan Rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
terselesaikan.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu Ns. Ashar Prima, M.Kep, selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Hematemesis dan Melena bagi para pembaca dan penyusun.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ns. Ashar Prima, M.Kep yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk penyusun sangat diharapkan dengan kesempurnaan makalah ini. Demikian
semoga bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bekasi, 5 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar..................................................................................................................2
Daftar isi.............................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan...........................................................................................................4
Latar belakang ........................................................................................................4
Rumusan masalah....................................................................................................4
Tujuan......................................................................................................................4
BAB II Pembahasan..........................................................................................................5
Pengertian Hematemesis dan Melena.....................................................................5
Etiologi Hematemesis dan Melena.........................................................................5
Patofisiologi............................................................................................................7
Pathway..................................................................................................................8
Manifestasi klinis....................................................................................................9
Penatalaksanaan .....................................................................................................9
Pemeriksaan penunjang .........................................................................................11
Komplikasi .............................................................................................................14
BAB III Penutup................................................................................................................17
Daftar pustaka...................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hematemesis adalah muntah darah atau darah kehitaman dan Melena adalah pengeluaran feses
atau tinja yang berwarna hitam yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas.
Warna Hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam
lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-
merahan dan bergumpal- gumpal (Padila, 2013).
Biasanya terjadi Hematemesis bila ada perdarahan di daerah Proksimal Jejunun dan Melena
dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan Hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan
sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan Melena. Banyaknya darah yang keluar selama
Hematemesis atau Melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan
saluran makan bagian atas. Hematemesis dan Melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan
memerlukan perawatan segera di rumah sakit. Penyebab dari Hematemesis melena salah satunya
adalah karena varises esovagus.
1.2 Rumusan masalah
1. Jelaskan pengertian Hematemesis ?
2. Jelaskan pengertian Melena ?
3. Jelaskan etiologi Hematemesis dan Melena?
4. Jelaskan patofisiologi Hematemesis dan Melena ?
5. Jelaskan komplikasi dari Hematemesis dan Melena?
6. Bagaimana manifestasi klinis pada Hematemesis dan Melena?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada Hematemesis dan Melena?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Hematemesis
2. Mengetahui pengertian dari Melena
3. Mengetahui etiologi Hematemesis dan Melena
4. Mengetahui patofisiologi Hematemesis dan Melena
5. Mengetahui komplikasi Hematemesis dan Melena
6. Mengetahui manifestasi klinis dari Hematemesis dan Melena
7. Mengetahui penatalaksanaan dari Hematemesis dan Melena
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hematemesis dan Melena
Muntah darah atau hematemesis adalah gejala ketika seseorang memuntahkan sesuatu dari
mulutnya, yang disertai dengan sejumlah darah. Muntah darah biasanya berasal dari saluran
pencernaan bagian atas seperti lambung dan kerongkongan (esofagus), namun juga dapat berasal
dari perdarahan hidung yang tertelan. Darah yang keluar bisa berwarna merah kehitaman atau
merah terang. Warna darah ini seringkali menunjukkan tingkat perdarahan. Sebagai contoh, muntah
darah yang berwarna gelap biasanya menunjukkan bahwa sumber perdarahan berasal dari saluran
cerna bagian atas yang berjalan lambat. Sementara, darah berwarna merah terang sering
menunjukkan perdarahan akut, yaitu perdarahan yang berjalan cepat dan dimuntahkan segera.
Melena adalah tinja berwarna hitam atau gelap akibat perdarahan pada saluran cerna bagian atas.
Melena bisa menjadi kondisi gawat darurat bila perdarahan terjadi secara tiba-tiba dalam jumlah
banyak, hingga menimbulkan syok. Melena terjadi apabila ada perdarahan di salah satu organ dari
saluran pencernaan bagian atas, yaitu kerongkongan, lambung, dan usus 12 jari. Sebagian besar
penyebab perdarahan pada saluran pencernaan atas adalah tukak atau luka pada lambung. Penyebab
lain yang banyak ditemui adalah pecahnya varises atau pelebaran pembuluh darah vena pada
kerongkongan (esofagus).
Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami muntah darah yang disertai
dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam. Hematemesis melena merupakan
suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan
gawat darurat yang sering dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Pendarahan dapat terjadi karena pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau ulkus peptikum
manusia, sistem pencernaan mengolah makanan atau asupan yang masuk untuk diubah menjadi zat-
zat yang diperlukan oleh tubuh. Oleh karena itu, sistem pencernaan yang terdiri dari organ-organ
tersebut harus tetap terjaga agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal (Bruner and Suddart,
2011).
2.2 Etiologi Hematemesis dan Melena
Hematemesis terjadi bila ada perdarahan di daerah proksimal jejenum dan melena dapat terjadi
tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-
100 ml. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis sulit dipakai sebagai patokan untuk
menduga besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Etiologi dari Hematemesis dan
Melena adalah:
a. Kelainan esophagus
1) Varises esophagus
Penderita hematemesis yang disebabkan oleh pecahnya varises esophagus, tidak mengeluh
rasa nyeri atau pedih di epigastrum. Pada umumnya sifat perdarahan timbul spontan dan
masif. Darah yang dimuntahkan berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah
bercampur dengan asam lambung
2) Karsinoma esophagus
Karsinoma eshopagus sering memberikan keluhan melena daripada hematemesis. Disamping
mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya sesekali penderita muntah darah dan
itu pun tidak masif. Secara panendoskopi terlihat jelas gambaran karsinoma yang hampir
menutup esofagus dan sepertiga bawah esofagus merupakan bagian yang mudah berdarah.
3) Sindroma mallory-weiss
Suatu kondisi yang ditandai dengan robekan pada selaput lendir, yang terletak dibawah
kerongkongan. Robekan tersebut biasanya linear dan muncul dipersimpangan yang
menghubungkan esofagus dan lambung, robekan tersebut rentan terhadap pendarahan.
Biasanya disebabkan karena terlalu sering muntah-muntah hebat dan terus menerus.
4) Esofagitis dan tukak esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering intermitten atau kronis dan
biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena daripada hematemesis. Tukak di
esophagus jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika dibandingkan dengan tukak lambung
dan duodenum.
5) Esofagogastritris korosiva
Pernah ditemukan penderita wanita dan pria yang muntah darah setelah tidak sengaja
meminum air keras untuk patri. Air keras tersebut mengandung asam sitrat dan asam HCl
yang bersifat korosif untuk mukosa mulut, esofhagus dan lambung. Penderita juga mengeluh
nyeri dan panas seperti terbakar di mulut, dada, dan epigastrum.
b. Kelainan dilambung
1) Gastritiserisovahemoragiika
Hematemesis tidak massif dan timbul setelah penderita minum obat-obatan yang
menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita mengeluh nyeri ulu hati.
2) Tukak lambung
Penderita mengalami dyspepsia berupa mual, muntah, nyeri ulu hati dan sebelum
hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrum yang berhubungan dengan
makanan. Sifat hematemesis tidak begitu massif dan melena lebih dominan dari hematemesis.
3) Karsinoma lambung
Insidensinya jarang, pasien umumnya berobat dalam fase lanjut dengan keluhan rasa pedih
dan nyeri di ulu hati, rasa cepat kenyang, badan lemah. Jarang mengalami hematemesis, tetapi
sering melena.
c. Kelainan duodenum
1) Tukak duodeni
Tukak duodeni yang menyebabkan perdarahan secara panendoskopi terletak di bulbus,
umumnya penderita mengeluh nyeri dan pedih di bagian abdomen atas agak ke kanan
2) Karsinoma papila vateri
Karsinoma papilla vaterii merupakan penyebaran dari karsinoma di ampula, ampula vater
adalah bagian yang menghubungkan saluran empedu dan saluran pankreas ke usus kecil yang
mengatur aliran cairan pankreas dan empedu ke dalam usus melalui kontraksi dan relaksasi
sfingter Oddi. Kanker ini menyebabkan penyumbatan saluran empedu dan saluran pankreas
yang pada umumnya sudah dalam fase lanjut. Gejala yang ditimbulkan selain kolestatik
ekstrahepatal juga dapat menyebabkan perdarahan yang bersifat tersembunyi (occult
bleeding). Tumor ampulla dapat menyebabkan anemia defisinesi Fe dan perdarahan masif
pada saluran cerna bagian atas atau dimanifestasikan dengan hematemesis melena. Perdarahan
merupakan gejala sekunder akibat adanya massa ampulla yang besar
d. Penyakit darah
Penyakit darah seperti leukemia, disseminated intravascular coagulation (DIC), purpura
trombositopenia dan hemofilia. Kehilangan atau kerusakan pada salah satu sel darah yang
mengakibatkan trombositopenia ini akan menyebabkan gangguan pada sistem hemostasis karena
trombosit bersama dengan sistem vaskular faktor koagulasi darah terlibat secara bersamaan
dalam mempertahankan hemostasis normal. Manifestasinya sangat bervariasi mulai dari
manifestasi perdarahan ringan, sedang sampai dapat mengakibatkan kejadian-kejadian yang fatal.
Kadang juga asimptomatik (tidak bergejala). Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa
terjadi perdarahan abnormal meskipun biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit
mencapai kurang dari 10.000/mL.
e. Penyakit sistemik lainnya
Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal atau area
lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress seperti luka
bakar, syok, sepsis berat, dan trauma dengan organ multiple dapat menimbulkan ulkus stress.
Bila kondisi stress berlanjut ulkus akan meluas dan menyebabkan perdarahan pada lambung.
2.3 Patofisiologi
a. Ulkus peptikum
Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat
menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidroklorida) dan pepsin. Erosi yang terjadi
berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam pepsin, atau berkenaan dengan
penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mucus
yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
b. Sekresi lambung
Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa:
1) Fase sefalik
fase yang dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau, atau rasa makanan yang bekerja
pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal.
2) Fase lambung
Pada fase lambung dilepaskan asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan
kimiawi dan mekanis terhadap resptor di dinding lambung
3) Fase usus
Makanan pada usus halus menyebabkan pelepasan hormon yang pada waktunya akan
merangsang sekresi asam lambung.
c. Barier mukosa lambung
Merupakan pertahanan utama lambung terhadap pencernaan yang dilakukan lambung itu sendiri.
Faktor lain yang mempengaruhi pertahanan mukosa adalah suplai darah , keseimbangan asam
basa, integritas sel mukosa dan regenerasi sel epitel. Seseorang mungkin akan mengalami ulkus
peptikum karena satu dari dua faktor ini, yaitu :
1) Hipersekresi asam lambung
2) Kelemahan barier mukosa lambung. Apapun yang menurunkan produksi mucus lambung atau
merusak mukosa lambung adalah ulserogenik ; salisilat, obat anti inflamasi non steroid,
alcohol dan obat antiinflamasi
d. Sindrom Zollinger-Ellison
Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan : hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan
gastrinoma dalam pancreas.
e. Ulkus stress
Merupakan istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal atau area lambung
yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis. Kejadian stress misalnya ; luka bakar,
syok, sepsis berat dan trauma organ multipel.
2.4 Pathway
2.5 Manifestasi klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2013) serta Lyndon (2014) tanda dan gejala yang umum dijumpai pada
pasien dengan hematemesis melena diantaranya adalah :
a. Mual dan muntah dengan warna darah yang terang
Nausea atau mual merupakan sensasi psikis berupa kebutuhan untuk muntah namun tidak selalu
diikuti oleh retching atau muntah. Muntah terjadi setelah adanya rangsangan yang diberikan
kepada pusat muntah yaitu vomiting center (VC) di medula oblongata atau pada zona pemicu
kemoreceptor yang disebut chemoreceptor trigger zone (CTZ) yang berada di daerah medula
yang menerima masukan dari darah yang terbawa obat atau hormon. Sinyal kimia dari aliran
darah dan cairan cerebrospinal (jaringan syaraf otak sampai tulang ekor) dideteksi oleh CTZ.
Ujung syaraf dan syaraf-syaraf yang ada di dalam saluran pencernaan merupakan penstimulir
muntah jika terjadi iritasi saluran pencernaan, kembung dan tertundanya proses pengosongan
lambung. Kemudian pusat muntah (VC) akan distimulasi, dan bereaksi menyebabkan muntah.
Muntahan darah berwarna merah terang menunjukkan perdarahan baru terjadi, sedangkan yang
berwarna merah gelap, coklat atau hitam (warna dan muntahan seperti ampas kopi) menandakan
darah sudah tertahan lama di lambung dan sudah tercerna sebagian.
b. Anoreksia
Anoreksia berarti kehilangan nafsu makan. Ini merupakan gejala gangguan pencernaan dan
terjadi dalam semua penyakit yang menyebabkan kelemahan umum. Kondisi ini hasil dari
kegagalan aktivitas di abdomen dan sekresi cairan lambung karena vitalitas rendah yang dapat
disebabkan oleh berbagai penyebab.
c. Disfagia
Disfagia atau sulit menelan merupakan kondisi dimana proses penyaluran makanan atau
minuman dari mulut ke dalam lambung akan membutuhkan usaha lebih besar dan waktu lebih
lama dibandingkan kondisi seseorang yang sehat
d. Feses yang berwarna hitam dan lengket
Perubahan warna disebabkan oleh HCL lambung, pepsin dan warna hitam ini diduga karena
adanya pigmen porfirin. Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan
tertahan pada saluran cerna sekitar 6-8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam.
e. Perubahan hemodinamik seperti terjadi hipotensi dan peningkatan nadi
Perubahan hemodinamik terjadi akibat berkurangnya volume cairan di dalam tubuh. Pentingnya
pemantauan terus menerus terhadap status hemodinamik, respirasi, dan tanda-tanda vital lain
akan menjamin early detection bisa dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencegah pasien
jatuh kepada kondisi lebih parah.
f. Perubahan sirkulasi perifer seperti warna kulit pucat, penurunan kapilari refill, dan akral teraba
dingin
g. Rasa cepat lelah dan lemah
Penurunan volume darah dalam jumlah yang cukup banyak akan menyebabkan penurunan suplai
oksigen ke pembuluh darah perifer sehingga menyebabkan metabolisme menurun dan penderita
akan merasakan letih dan lemah.
2.6 Penatalaksanaan
Menurut Bararah dan Jauhar (2013) penatalaksanaan pada pasien dengan hematemesis melena
diantaranya sebagai berikut:
a. Penatalaksanaan medis
1) Resusitasi cairan dan produk darah
a) Pasang akses intravena dengan kanul berdiameter besar.
b) Lakukan penggantian cairan intravena dengan RL atau normal saline.
c) Observasi tanda-tanda vital saat cairan diganti.
d) Jika kehilangan cairan > 1500 ml membutuhkan penggantian darah selain cairan, sehingga
perlu dilakukan pemeriksaan golongan darah dan cross-match.
e) Penggunaan obat vasoaktif sampai cairan seimbang untuk mempertahankan tekanan darah
dan perfusi organ vital, seperti dopamine, epineprin, dan norefineprine untuk menstabilkan
pasien.
2) Mendiagnosa penyebab perdarahan
a) Dilakukan dengan endoskopi fleksibel.
b) Pemasangan selang nasogastrik untuk mengkaji tingkat pendarahan.
c) Pemeriksaan barium (double contrast untuk lambung dan duodenum) untuk melihat adanya
varises pada 1/3 distal esofagus, kardia dan fundus lambung setelah hematemesis terjadi.
d) Angiografi apabila tidak terkaji melalui endoskopi.
3) Perawatan definitif
a) Terapi endoskopi
Pemeriksaan endoskopi dilaksanakan sedini mungkin untuk mengetahui secara tepat
sumber perdarahan, baik yang berasal dari esofagus, lambung, maupun duodenum.
b) Sklerotopi
Skleroterapi merupakan sebuah cara atau metode yang dipakai untuk mengobati varises
atau spider veins dengan cara menyuntikkan cairan khusus ke pembuluh vena agar
menyusut.
c) Bilas lambung
- Dilakukan selama periode pendarahan akut
- Bilas lambung dengan 1000-2000 ml air atau normal salin steril dalam suhu kamar
dimasukkan menggunakan nasogastrotube (NGT) dan kemudian dikeluarkan kembali .
- Bilas lambung dengan menggunakan es tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan
perdarahan.
- Irigasi lambung dengan cairan normal saline agar menimbulkan vasokontriksi, setelah
diabsorbsi lambung
- Pasien akan berisiko mengalami aspirasi lambung karena pemasangan NGT dan
peningkatan tekanan intragastrik karena darah atau cairan yang digunakan untuk
membilas. Pemantauan distensi lambung dengan membaringkan pasien kemudian
meninggikan kepala agar mencegah refluk isi lambung.
d) Pemberian pitresin
Pemberian pitresin dilakukan apabila bilas lambung atau skleroterapi tidak berpengaruh,
obat ini akan menurunkan tekanan vena porta sehingga aliran darah akan menurun dengan
dosis 0,2-0,6 unit/menit. Pitresin juga akan menyebabkan kontriksi pembuluh darah dan
menyeimbangkan cairan dalam tubuh.
e) Mengurangi asam lambung
Menurunkan keasaman sekresi lambung dengan obat histamine (H2) antagonistic seperti
simetidin, ranitidine hidrokloride, famotidin, dan antasida. Dosis tunggal akan menurunkan
sekresi asam selama hampir 5 jam.
4) Memperbaiki status hipokoagulasi
Pemberian vitamin K dalam bentuk fitonadion (aqua mephyton) 10 mg melalui im atau iv
dengan lambat untuk mengembalikan masa protombin menjadi normal.
5) Balon tamponade
Sebaiknya balon tamponade dilakukan sesudah penderita tenang dan kooperatif, sehingga bisa
dijelaskan mengenai prosedur tindakan. Terdapat bermacam-macam balon tamponade antara
lain tube sangstaken-blakemore, minnesoata, linton-nachlas yang mana dapat berfungsi untuk
mengontrol pendarahan gastrointestinal bagian atas akibat varises esofagus.
6) Terapi pembedahan
a) Reseksi lambung (antrektomi)
b) Gastrektomi
c) Gastroenrostomi
d) Vagotomi
e) Operasi dekompresi hipertensi porta.
b. Penatalaksanaan keperawatan
Menurut Smeltzer dan Bare (2013) serta Bararah dan Jauhar (2013) penatalaksanaan
keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan hematemesis melena antara lain sebagai
berikut:
1) Pengaturan posisi
a) Pasien dipertahankan istirahat sempurna, karena gerakan seperti batuk akan meningkatkan
tekanan intra abdomen sehingga perdarahan berlanjut.
b) Meninggikan bagian kepala tempat tidur untuk mengurangi aliran darah ke sistem porta
dan mencegah refluk ke dalam esofagus.
2) Pemasangan NGT
Tujuannya adalah untuk aspirasi cairan lambung, bilas lambung dengan air, serta pemberian
obat-obatan seperti antibiotik untuk menetralisir lambung.
3) Bilas lambung
NGT harus diirigasi setiap 2 jam untuk memastikan kepatenannya dan menilai perdarahan
serta menjaga agar lambung tetap kosong. Darah tidak boleh dibiarkan berada dalam lambung
karena akan masuk ke intestine dan bereaksi dengan bakteri menghasilkan ammonia yang
akan diserap ke dalam aliran darah dan akan menimbulkan kerusakan pada otak.
4) Pengaturan diit
Pasien dianjurkan untuk berpuasa sekurang-kurangnya sampai 24 jam setelah perdarahan
berhenti. Penderita mendapat nutrisi secara parenteral total sampai perdarahan berhenti.
Setelah 24-48 jam perdarahan berhenti, dapat diberikan diit makanan cair. Terapi total
parenteral yang dapat digunakan seperti tutofusin 500 ml, triofusin E 1000, dan aminofusin
hepar L 600.
5) Periksa lubang hidung
Lubang hidung harus segela diperiksa, dibersihkan dan diberi pelumas untuk mencegah area
penekanan yang disebabkan area penekanan oleh selang.
2.7 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula, biakan kuman
untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare
persisten).
b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan yaitu pemeriksaan darah rutin berupa hemoglobin,
hematokrit, leukosit, trombosit, pemeriksaan hemostasis lengkap untuk mengetahui adanya
kelainan hemostasis, pemeriksaan fungsi hati untuk menunjang adanya sirosis hati, pemeriksaan
fungsi ginjal untuk menyingkirkan adanya penyakit gagal ginjal kronis, pemeriksaan adanya
infeksi Helicobacter pylori.
c. Pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi
pemeriksaan penunjang yang paling penting karena dapat memastikan diagnosis pecahnya
varises esofagus atau penyebab perdarahan lainnya dari esofagus, lambung dan duodenum.
d. Kontras barium (radiografi)
menentukan lesi penyebab perdarahan. Ini dilakukan atas dasar urgensinya dan keadaan
kegawatan.
e. Angiografi
Bermanfaat untuk pasien-pasien dengan perdarahan saluran cerna yang tersembunyi dari visual
endoskopik.
2.8 Komplikasi
Menurut Lyndon (2014) beberapa dampak masalah pada pasien dengan hematemesis melena
diantaranya:
a. Dampak biologi (fisik)
1) Perdarahan dan anemia posthemoragik yaitu kehilangan darah yang mendadak dan tidak
disadari.
2) Koma hepatikum atau ensefalopati hepatikum yaitu suatu sindrom neuropsikiatrik yang
ditandai dengan perubahan kesadaran, penurunan intelektual, dan kelainan neurologis yang
menyertai kelainan parenkim hati. Terjadi akibat adanya darah yang terlalu lama berinteraksi
dengan bakteri sehingga membentuk ammonia, karena hati yang berfungsi mengubah
ammonia menjadi urea tidak dapat berfungsi dengan baik akibatnya banyak yang beredar
bebas dalam darah. Darah yang tidak terdetoksifikasi langsung ke otak sehingga
menyebabkan gangguan neural.
3) Syok hipovolemik, disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan menurunnya
volume intravaskuler oleh karena perdarahan.Terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang
lain, menurunnya volume intravaskuler menyebabkan penurunan volume intraventrikel
sehingga curah jantung dan tekanan darah menurun. Pada pasien dengan syok berat, volume
plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30 % dan berlangsung selama 24-28 jam.
4) Aspirasi pneumoni, yaitu infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk saluran napas.
Biasanya disebabkan oleh aspirasi isi lambung yang bersifat kimia akibat bereaksi dengan
asam lambung. Muntah dengan aspirasi masif bahan-bahan material yang berasal dari
lambung merupakan peristiwa yang sangat sering terjadi. Asam lambung dengan pH kurang
dari 2,5 dapat menyebabkan reaksi patologis, cairan asam dengan cepat masuk ke dalam
percabangan bronkhial dan parenkim paru.
5) Gangguan keseimbangan metabolic Apabila suplai oksigen dalam darah berkurang maka
tubuh akan melakukan kompensasi untuk melakukan metabolisme anaerob, yang
menghasilkan asam laktat, asam piruvat, asam lemak dan keton sehingga pH darah akan
menurun.
6) Gagal ginjal akut Terjadi sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Kehilangan
darah menyebabkan penurunan volume intravaskular, dan dapat menyebabkan hipoperfusi
ginjal sehingga menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG).
7) Kematian mendadak
b. Dampak psikososial
Dampak psikososial yang dialami pasien adalah perasaan tak mampu mengendalikan fungsi
tubuh, perasaan takut karena perubahan fungsi dan struktur tubuh dan penurunan kepercayaan
diri. Kehidupan sosialnya secara umum juga akan terganggu karena mengalami isolasi dan
menarik diri, terjadi perubahan pada pola aktivitas sehari-hari, perubahan pola makan dan cara
makan, serta perubahan pada pola seksual.
c. Dampak ekonomi
Secara ekonomi, pasien akan mengeluarkan banyak biaya untuk pelaksanaan diit khusus, biaya
untuk alat-alat diversi khusus, dan biaya pengobatan sedangkan pasien juga akan kehilangan
pekerjaannya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Primary Survey
1) Airway
a) Sesak napas, hipoksia, retraksi interkosta, napas cuping hidung, kelemahan.
b) Sumbatan atau penumpukan secret.
c) Gurgling, snoring, crowing, wheezing, krekels, stridor.
d) Diaporesis
2) Brething
a) Sesak dengan aktivitas ringan atau istirahat.
b) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal.
c) Ronki, krekels.
d) Ekspansi dada tidak maksimal/penuh.
e) Penggunaan obat bantu nafas.
f) Tampak sianosis / pucat
g) Tidak mampu melakukan aktivitas mandiri
3) Circulation
Hipotensi (termasuk postural), takikardia, disritmia (hipovolemia, hipoksemia), kelemahan/nadi
perifer lemah, pengisian kapiler lambat/perlahan (vasokontriksi), warna kulit: Pucat, sianosis,
(tergantung pada jumlah kehilangan darah, kelembaban kulit/membrane mukosa: berkeringat
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik).
a) Nadi lemah/tidak teratur.
b) Takikardi dan bradikardi bisa terjadi
c) TD meningkat/menurun.
d) Edema.
e) Gelisah.
f) Akral dingin.
g) Gangguan sistem termoregulasi (hipertermia dan Hipotermia)
h) Kulit pucat atau sianosis.
i) Output urine menurun / meningkat
4) Disability
a) Penurunan kesadaran.
b) Penurunan refleks.
c) Tonus otot menurun
d) kekuatan otot menurun karena kelemahan.
e) Kelemahan
f) Iritabilitas,
g) Turgor kulit tidak elastis
5) Exposure
Nyeri kronis pada abdomen, perdarahan feses, nyeri saat mau BAB dan BAK, distensi abdomen,
perkusi hipertimpani, hiperperistalitik usus, mual muntah, hasil foto rontegen abdomen infeksi
saluran cerna.

b. Secondary Survey
1) TTV
a) Tekanan darah bisa normal/naik/turun (perubahan postural di catat dari tidur sampai
duduk/berdiri.
b) Nadi dapat normal/penuh atau tidak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).
c) RR lebih dari 20 x/menit.
d) Suhu hipotermi/hipertermia.
2) Pemeriksaan fisik
a) Pemakaian otot pernafasan tambahan.
b) Nyeri abdomen, hiperperistalitik usus, produksi, Anoreksia, mual, muntah (muntah
yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka
duodenal), masalah menelan; cegukan, nyeri ulu hati, sendawa bau asam,
mual/muntah, tidak toleran terhadap makanan, contoh makanan pedas, coklat; diet
khusus untuk penyakit ulkus sebelumnya, penurunan berat badan.
Tanda : Muntah: Warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah, membran
mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis), berat jenis
urin meningkat. urin menurun, pekat,
c) Peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak, bunyi nafas (bersih, krekels, mengi,
whwzing, ), sputum.
d) Odem ekstremitas, kelemahan, diaporesis
3) Pemeriksaan selanjutnya
a) Keluhan nyeri abdomen.
b) Obat-obat anti biotic, analgeti.
c) Makan-makanan tinggi natrium.
d) Penyakit penyerta DM, Hipertensi, hepatitis, gastroenteritis.
e) Riwayat alergi.

c. Tirtiery Survey
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Patologi Klinis : Darah lengkap, hemostasis (waktu perdarahan, pembekuan,
protrombin), elektrolit (Na,K Cl), Fungsi hati (SGPT/SGOT, albumin,
globulin)
b) Patologi Anatomi : Pertimbangkan dilakukan biopsi lambung
c) CPKMB, LDH, AST
d) Elektrolit, ketidakseimbangan (hipokalemi).
e) Sel darah putih (10.000-20.000).
f) GDA (hipoksia).
g) Radiologi : Endoskopi SCBA, USG hati
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Devicit volume cairan dan elektrolit b.d Perdarahan
2. Nyeri b.d Inflamasi mukosa lambung
3. Gangguan Perfusi Jaringan b.d Perdarahan
4. Gangguan Kebutuhan Nutrisi b.d Anoreksia
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx Tujuan & KH Intervensi Rasional
. keperawatan
1 Deficit Setelah 1. Catat karakteristik  Membantu
volume cairan dilakukan muntah membedakan
dan elektrolit perawatan 2x24 2. Awasi tanda – tanda penyebab distress
b.d perdarahan jam diharapkan vital gasterr
devisit volume 3. Awasi masukan dan  Perubahan TD dan
cairan dan haluran nadi dapat digunakan
elektrolit dapat 4. Kolaborasi pemberian untuk perkiraan dasar
teratasi dengan cairan / darah sesuai kehilangan darah
criteria hasil : dengan indikasi  Memberikan
 Haluran urine 5. Kolaborasi pedoman untuk
adekuat Laboratorium penggantian cairan.
 Tanda vital stabil  Penggantian cairan
 Membaran tergantung dari
mukosa lembab derajat hipovolemia
 Turgor kulit baik dan lamanya
 Pengisian kapiler perdarahan.
cepat  Mengidentifikasi
deficit / kebutuhan
penggantian dan
terjadinya komplikasi
2 Nyeri b.d Setelah 1. kaji karakteristik  Perubahan pada
inflamasi dilakukan nyeri, catat lokasi, karakteristik nyeri
mukosa tindakan lamanya dan dapat menunjukkan
lambung keperawatan intensitas nyeri (skala penyebaran penyakit/
selama 2x24 jam 1-10). Pantau dan komplikasi
diharapkan laporkan perubahan
diharapkan nyeri  Menurunkan
terkontrol / karakteristik nyeri. tegangan abdomen
hilang dengan 2. Anjurkan pasien dan meningkatkan
KH: untuk mulai posisi rasa control
 klien mengtakan nyaman:  Meningkatkan
nyeri 3. Berikan tindakan relaksasi,
hilang/terkontrol nyaman mis, pijatan memfokuskan
 pasien tampak punggung ubah posisi kembali perhatian
rileks dan aktivitas dan meningkatkan
senggang kemampuan koping
4. Ajarkan teknik  Meningkatkan
distraksi dan relaksasi istirahat, memusatkan
5. Kolaborasi pemberian kembali perhatian,
obat-obatan dapat meningkatkan
(analgetik, koping serta
antikolinergik, anodin mengurangi rasa
supositoria) sesuai nyeri.
indikasi  Mengurangi rasa
nyeri.
3 Gangguan Setelah 1. Monitor dan catat tiap  Data dasar untuk
perfusi dilakukan 4 jam; mengetahui
jaringan b.d perawatan x 24 TTV,CVP,Irama perkembangan klien
edema, jam, diharapkan jantung.  Perubahan disritmia
perdarahan gangguan perfusi 2. Auskultasi nadi dan iskemia dapat
lambung jaringan pada apical. Awasi terjadi sebagai
pasien teratasi kecepatan jantung ketidakseimbangan
dengan criteria atau irama jika EKG elektrolit
hasil : continue.  Vasokonstriksi
 Tanda-tandi vital 3. Kaji kulit terhadap adalah respon
stabil dingin, pucat, kering, simpatis terhadap
 Kulit hangat pengisisan kapiler dan penurunan volume
 Nadi perifer nadi perifer sirkulasi dan dapat
teraba 4. Kolaborasi pemberian terjadi efek samping
O2 tambahan sesuai pemberian vaso
indikasi presin.
5. Kolaborasi pemberian  Mengobati
anti perdarahan
hipoksemia dan
6. Kolaborasi pemberian
cairan IV sesuai asidosis laktat selama
indikasi perdarahan akut.
 Untuk menurangi
perdarahan yang
terjadi

 Mempertahankan
volume sirkulasi dan
perfusi
4 Gangguan Setelah 1. Auskultasi bising usus  Adanya perdarahan
kebutuhan dilakukan 2. Berikan perawatan dapat menyebabkan
nutrisi b.d perawatan 2x24 oral secara teratur bising usus menurun
mual muntah jam diharapkan 3. Berikan makanan  Untuk menjaga
kebuhan nutrisi sedikit dengan kebersihan dan
pasien dapat frekuensi sering. meningkatkan nafsu
terpenuhi dengan 4. Anjurkan pasien makan klien
criteria hasil : untuk makan makanan  Makanan sedikit tapi
 BB stabil yang tidak sering dapat menjaga
 Bebas dari tanda merangsang asam pemasukan dan
malnutrisi lambung. nutrisi klien
5. Kolaborasi rujuk  Agar tidak terjadi
dengan peningkatan asam
ahli gizi lambung yang dapat
menyebabkan mual
muntah
 Untuk menjga nutrisi
dan gizi klien
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Hematemesis adalah muntah darah yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran
makan bagian atas.Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam
seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas.Warna
hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan
asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi
atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.( Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman
Praktik Keperawatan. Edisi 4.Jakarta : EGC)

B. Saran
Apabila ada klien dengan diagnosa hematemesis melena sebaiknya segera mendapatkan
penanganan medis, jangan sampai ditunda karna diagnose ini sangatlah butuh asuhan
keperawatan gawatdarurat dimana hanya bisa diberikan oleh tenaga medis saja.

25
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.upnvj.ac.id/2903/2/BAB%20I.pdf
https://www.alodokter.com/melena
https://www.alodokter.com/muntah-darah
http://repo.stikesperintis.ac.id/847/1/27%20VANIA.pdf
http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/HARLINA_PRATIWI_HAPSARI_KTI_D-
III_KEPERAWATAN_PADA.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai