Anda di halaman 1dari 36

PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

MODUL PRAKTIKUM

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Penyusun :

Ns. Niken Setyaningrum, S. Kep.,M. Kep

Ns. Agung Rejecky, S.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2021/2021
1
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

KATA PENGANTAR

ُ‫علَيْك ُْم َو َرحْ َمةُ للاهُ َوبَ َركَاته‬


َ ُ‫سالَم‬
َّ ‫ال‬

ُ‫الرحه ي هْم‬
َّ ‫ن‬ُ‫الرحْ َم ه‬
َّ ‫للا‬
ُ‫س هُم ّه‬
ْ ‫هب‬

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Buku Panduan dan Petunjuk Praktikum
Keperawatan Gawat darurat telah tersusun. Buku ini disusun dan diterbitkan untuk
memenuhi kebutuhan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat bagi mahasiswa Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta.

Semoga buku Panduan dan Petunjuk Praktikum Keperawatan Gawat Darurat ini dapat
bermanfaat bagi Mahasiswa Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya
Global Yogyakarta.

Kepada berbagai pihak yang telah membantu terealisasinya buku Panduan dan Petunjuk
Praktikum Keperawatan Gawat Darurat ini kami ucapkan terima kasih. Tentu saja buku ini
masih banyak kelemahan dan kekurangannya, oleh karena itu mahasiswa diharapkan dapat
memberikan saran/kritik membangun guna perbaikan kualitas.

ِ ُ‫علَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمة‬


ُ‫هللا َوب ََركَاتُه‬ َ ‫سالَ ُم‬
َّ ‫َو ال‬

Yogyakarta, Maret 2021

Tim penyusun

2
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3

TOPIC TREE .......................................................................................................................................... 4

MATERI 1 Glasgow Coma Scale ........................................................................................................... 9

MATERI 2 Triase ................................................................................................................................. 12

MATERI 3 Penanganan Obstruksi Jalan Nafas Tanpa Alat ................................................................. 16

MATERI 4 Resusitasi Jantung Paru ..................................................................................................... 24

3
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

TOPIC TREE

Keperawatan Gawat Darurat

filosofi, konsep holistic dan proses asuhan keperawatan dengan kasus


keperawatan kegawat daruratan kegawatan, kedaruratan dan kegawat
daruratan terkait gangguan berbagai
sistem pada individu dengan
Konsep Keperawatan memperhatikan aspek legal dan etis

Peran dan fungsi perawat


Patofisiologi dan farmakologi

Proses Keperawatan
Syok
Fungsi Advokasi
Trauma muskuloskeletal

Efek kondisi pada pasien dan keluarga


Kegawatan Obsteri

Mekanisme Trauma
Kegawatan Psikiatri

Isu End of Life gawat darurat


Overdosis

Sistem Respirasi
Trauma thorax

Sistem Kardiovaskuler
Trauma kepala

Pengkajian
Trauma abdomen
GCS
Troiage RJP

Balut Bidai
Komkep gawat Obstruksi jalan Stabilisasi dan Transportasi
darurat nafas

4
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

VISI, MISI, DAN TUJUAN PROGRAM STUDI

A. Visi

Menjadi program studi yang menghasilkan Ners berkarakter agamis, humanis


dan berwawasan global ditingkat nasional pada tahun 2021.
B. Misi

Misi utama program studi Ners STIKes Surya Global Yogyakarta adalah sebagai
berikut:
1. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan keperawatan yang berkualitas
berlandaskan pada keimanan, ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
akhlak mulia untuk membentuk Ners yang berkarakter agamis dan humanis.
2. Menyelenggarakan penelitian keperawatan dengan mengangkat isu terkini dan
tepat guna yang bermanfaat bagi masyarakat berdasarkan Evidence Based
Nursing Practice.
3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat berdasarkan hasil-hasil penelitian.
4. Menjalin dan mengembangkan kerjasama dengan institusi dalam dan luar
negeri dalam meningkatkan mutu pendidikan, penelitian dan pengabdian
masyarakat.

5
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

INFORMASI MATA KULIAH

A. Nama, bobot dan kode mata kuliah


Nama Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat
Bobot SKS : 5 SKS ( 3T, 1P, 1PL)
Kode Mata Kuliah : MKB-P121
Jumlah Pertemuan : T = 100 X 14 Pertemuan, P = 100 X 14 Pertemuan
B. Deskripsi Modul
Mata kuliah ini membahas tentang konsep dan perencanaan asuhan keperawatan yang
etis, legal dan peka budaya pada klien yang mempunyai masalah actual dan resiko yang
terjadi secara mendadak atau tidak dapat diperkirakan dan tanpa atau disertai kondisi
lingkungan yang tidak dapat dikendalikan, serta kondisi klien yang mengalami kritis
dan mengancam kehidupan. Perencanaan asuhan keperawatan dikembangkan
sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu mencegah atau mengurangi kematian
atau kecacatan yang mungkin terjadi.
C. Karakteristik Mahasiswa
Mahasiswa adalah semester VI tahun Kedua pada Program Studi Keperawatan
STIKES Surya Global Yogyakarta
D. Capaian pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran keperawatan gawat darurat, setelah diberi
data/kasus/artikel mahasiswa mampu:
1. Menerapkan filosofi, konsep holistic dan proses keperawatan kegawat daruratan
2. Melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus kegawatan, kedaruratan dan
kegawat daruratan terkait gangguanberbagai sistem pada individu dengan
memperhatikan aspek legal dan etis.
3. Melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus kegawatan, kedaruratan,
kegawat daruratan terkait gangguan berbagai sistem pada individu dengan
memperhatikan aspek legal dan etis.
4. Mengintegrasikan hasil-hasil penelitian kedalam asuhan keperawatan dalam
mengatasi masalah yang berhubungan dengan kegawatan, kedaruratan dan kegawat
daruratan terkait berbagai sistem

6
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

5. Melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada individu dengan


kegawatan, kedaruratan dan kegawat daruratan terkait berbagai sistem dengan
memperhatikan aspek legal dan etis
6. Melaksanakan fungsi advokasi dan komunikasi pada kasus kegawatan, kedaruratan
dan kegawat daruratan terkait berbagai sistem
7. Mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kegawat daruratan sesuai dengan
standar yang berlaku dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan
pelayanan yang efisien dan efektif.

E. Sarana penunjang
1. Modul Praktikum Keperawatan Gawat Darurat I
2. Ruangan perkuliahan, skill lab
3. Prasarana
a. LCD, laptop dan screen
b. Speaker
c. Alat dan bahan praktikum

F. Tata Tertib PraktikumKehadiran Praktikum 100 %


1. Sepuluh menit sebelum jam praktikum, mahasiswa harus sudah siap didepan
laboratorium
2. Toleransi waktu keterlambatan 10 menit
a. Jika mahasiswa terlambat lebih dari 10 menit tanpa alasan yang rasional maka
tidak dapat mengikuti praktikum
b. Jika mahasiswa terlambat lebih dari 10 menit dengan alasan yang rasional maka
dapat mengikuti praktikum namun tidak dapat mendapatkan kesempatan pretest,
jika pretes telah selesi.
3. Setiap kali akan praktikum mahasiswa wajib menggunakan pakaian seragam dan
jas praktikum, sepatu pantofel warna hitam (tidak boleh menggunakan sepatu
kets/olah raga/sepatu berhak tinggi kaos oblong, baju ketat, anting-anting, dan
rambut gondrong), bagi mahasiswi yang berjilbab wajib menggunakan jilbab putih
bersih seragam dari institusi, bagi yang tidak berjilbab rambut wajib diikat rapi (
menggunakan pita rambut dan kap ). Kuku harus pendek dan tidak menggunakan
cat kuku/kutek, dan pewarna kuku lainnya.
4. Mahasiswa wajib untuk mendemonstrasikan skill yang di pelajari pada saat itu dan
7
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

memberikan feed back bagi teman yang mencoba


5. Bagi mahasiswa yang menghilngkan dan merusak alat laboratorium maka wajib
mengganti alat tersebut sesuai batas waktu yang dkesepakatan dengan Kepala
Minihospital. Mahasiswa wajib membeersihkan dan mengecek alat bahan setelah
selesai digunakan.
6. Pada saat praktikum, mahasiswa tidak boleh meninggalkan laboratorium tanpa seijin
Instruktur lab atau assisten lab
7. Pada saat praktikum mahasiswa tidak di perbolehkan bermain gadget/HP Tanpa seijin
instruktur
8. Mahasiswa wajib memiliki kartu praktikum untuk disahkan sebelum praktikum dan
sebelum OSCE
9. Apabila mahasiswa tidak mengikuti praktikum maka tidak di perkenankan mengikuti
praktikum di kelompok lain dan mahasiswa wajib mengganti di minggu inhal sesuai
jadwal yang sudah di tentukan
10. Mahasiswa boleh mengganti praktikum yang di tinggalkan maksimal 3x
ketidakhadiran baik sakit/ijin dan melampirkan surat resmi dari dokter,(ijin kegiatan
institusi melampirkan surat keterangan yang sah).
11. Tidak ada perbaikan nilai pre-post tes.
G. Evaluasi Hasil belajar (di bab akhir)
1. Formatif: tanya jawab, kuis, penugasan dan feedback dari fasilitator
2. Sumatif: Ujian Akhir Semester dan OSCE
3. Penilaian sumatif

No Penilaian Sumatif Pembobotan Total (Nilai Akhir)

1. Tugas 20%
2. UTS dan UAS 40 % 100%
3. Skill Lab 40%
4. Rentang penilaian
No Angka Nilai Bobot
1 85 – 100 A 4
2 70 – 84 B 3
3 55– 69 C 2
4 40 – 45 D 1
5 <39 E 0

8
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

MATERI 1

GLASGOW COMA SCALE

Capaian pembelajaran :
1. Mahasiswa mengerti pengertian glasgow coma scale
2. Mahasiswa memahami penilaian glasgow coma scale
3. Mahasiswa memahami Interprestasi Glasgow Coma Scale

Islamic Relation Knowlage (IRK) :


“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik.” (QS.An-Nahl:97)

A. Pengertian Glasgow Coma Scale


skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pas
ien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhada
p rangsangan yang diberikan.
B. Penilaian Glasgow Coma Scale

9
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

C. Interprestasi Glasgow Coma Scale

Masing-masing pemeriksaan E,V,M dijumlahkan, dan di masukan dalam k


riteria cidera otak berikut:
• berat, dengan GCS ≤8
• sedang, GCS 9-12
• ringan ≥ 13

Skor GCS dapat diklasifikasikan :


• Skor 14-15 : compos mentis
• Skor 12-13 : apatis
• Skor 11-12 : somnolent
• Skor 8-10 : stupor
• Skor < 5 : koma

Derajat Kesadaran

• Sadar : dapat berorientasi dan komunikasi


• Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara
motorik / verbal kemudian terlelap lagi. Gelisah atau tenang.
• Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap
rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat.
Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non
verbal dengan menggunakan kepala.

10
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

• Semi Koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada
yang menghindar (contoh menghindari tusukan).
• Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus.

Kualitas Kesadaran

• Compos Mentis (conscious) yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,


dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
• Apatis yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
• Delirium yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
• Somnolen (Obtundasi, Letargi) yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
• Stupor (soporo koma) yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
• Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,
mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

11
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

MATERI 2

TRIASE
Tujuan pembelajaran :
1. Mahasiswa mengerti pengertian triase
2. Mahasiswa mengerti tujuan triase
3. Mahasiswa memahami prinsip triase
4. Mahasiswa memahami pengelompokan triase
5. Mahasiswa melakukan triase
Islamic Relation Knowlage (IRK) :
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya” (al-Mâidah/5:2)

A. Pengertian Triase
Triase Adalah Proses khusus Memilah dan memilih pasien berdasarkan
beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik serta
prioritas transportasi. artinya memilih berdasarkan prioritas dan penyebab
ancaman hidup.
Triase/Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam
mengidentifikasi korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk
kemudian diberikan prioritas untuk dirawat atau dievakuasi ke fasilitas
kesehatan.
B. Tujuan Triase
1. Identifikasi cepat korban yang memerlukan stabilisasi segera, Ini lebih
ke perawatan yang dilakukan di lapangan.
2. Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan
3. Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan
12
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

C. Prinsip Triase
Triase dilakukan berdasarkan observasi Terhadap 3 hal, yaitu :
1. Pernafasan (respiratory)
2. Sirkulasi (perfusion)
3. Status Mental (Mental State)
Prosedur triage adalah sebagai berikut :
1. triage terlebih dahulu sebelum pengobatan
2. jangan lebih dari 60 detik setiap triage pada pasien
3. tentukan fasilitas terbaik untuk penanganan bisa di ruang emergency
ataupun di lapangan.
D. Pengelompokan Triase
1. Prioritas Nol (Hitam)
Pasien meninggal atau cedera Parah yang jelas tidak mungkin untuk
diselamatkan.
2. Prioritas Pertama (Merah)
Penderita Cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan tindakan
medik atau transport segera untuk menyelamatkan hidupnya. Misalnya
penderita gagal nafas, henti jantung, Luka bakar berat, pendarahan parah
dan cedera kepala berat.
3. Prioritas kedua (kuning)
Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera dan tingkat yang
kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam
waktu dekat. misalnya cedera abdomen tanpa shok, Luka bakar
ringan, Fraktur atau patah tulang tanpa Shok dan jenis-jenis penyakit
lain.

13
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

4. Prioritas Ketiga (Hijau)


Pasien dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang tidak
membutuhkan pertolongan segera serta tidak mengancam nyawa dan
tidak menimbulkan kecacatan.
Triase di tempat
Dilakukan Di tempat korban di temukan atau pada tempat penampungan,
triase ini dilakukan oleh tim pertolongan pertama sebelum korban dirujuk
ke tempat pelayanan medik lanjutan.
Triase Medic
Dilakukan pada saat Korban memasuki Pos pelayanan medik lanjutan
yang bertujuan Untuk menentukan tingkat perawatan dan tindakan
pertolongan yang di butuhkan oleh korban. atau triase ini sering disebut
dengan Triase Unit gawat darurat
Triase Evakuasi
Triase ini ditunjukkan pada korban yang dapat dipindahkan pada rumah
sakit yang telah siap menerima korban. seperti Bencana massal
contohnya Saat Tsunami, Gempa bumi, atau bencana besar lain.
E. Alur Triase

14
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

15
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

MATERI 3

PENANGANAN OBSTRUKSI JALAN NAFAS TANPA ALAT


Capaian pembelajaran :
A. Mahasiswa mengerti pengertian penanganan obstruksi jalan nafas
B. Mahasiswa mengerti tujuan tindakan
C. Mahasiswa memahami pemeriksaan jalan nafas
D. Mahasiswa memahami tindakan untuk membuka jalan nafas
E. Mahasiswa memahami tanda-tanda sumbatan jalan nafas
F. Mahasiswa memahami tindakan penanganan obstruksi jalan nafas

Islamic Relation Knowlage (IRK) :


“Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai
kerongkongan. Dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat
menyembuhkan”. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu
perpisahan. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan). Dan kepada
Rabbmulah pada hari itu kamu dihalau”. [Al Qiyamah: 26-30]

A. Pengertian
Tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap
memperhatikan kontrol servikal
B. Tujuan tindakan
Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru
secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh
C. Pemeriksaan jalan nafas
• L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya
retraksi sela iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran
• L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan
• F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan
menggunakan pipi penolong

16
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Gambar 1. Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel (LLF) dilakukan secara


simultan. Cara ini dilakukan untuk memeriksa jalan nafas dan pernafasan.

D. Tindakan membuka jalan nafas dengan proteksi cervical

Gambar 2. Pasien tidak sadar dengan posisi terlentang, perhatikan jalan


nafasnya! Pangkal lidah tampak menutupi jalan nafas

Lakukan teknik chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan nafas. Ingat
tempatkan korban pada tempat yang datar! Kepala dan leher korban jangan
terganjal!

1. Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)


Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan
Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang
dagu pasien kemudian angkat.

17
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Gambar 3. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri
melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.

2. Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)


Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak
boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.
Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke
bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang
dan lidahpun terangkat ke depan.

3. Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah)


Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga
barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas

18
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Gambar 4 dan 5. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih

Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan
maneuver jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.

• Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan


teknik Cross Finger(Gb.2) yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
yang disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah.
• Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut
dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari.
• Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu
adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas (apnea)
• Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara
melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan
pada jalan nafas dan dilakukan maneuver Heimlich.

Gambar 6. Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah mulut dengan


menggunakan teknik cross finger

E. Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas


tambahan) :

• Mendengkur (snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara


mengatasi : chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring,
pemasangan pipa endotrakeal.
• Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara
mengatasi : finger sweep, pengisapan/suction.
• Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi
:cricotirotomi, trakeostomi.

19
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan


sumbatan dari benda padat.

Gambar 7 Tampak ada orang yang tersedak atau tersumbat jalan nafasnya

F. Tindakan Penangananan obstruksi jalan nafas


1. Membersihkan jalan nafas
a. Sapuan jari (finger sweep)
Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing
pada rongga mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan
darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan nafas
hilang.
Cara melakukannya :
• Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang
leher) kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan
dagu ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver emaresi)
• Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih
atau dibungkus dengan sarung tangan/kassa/kain untuk
membersihkan rongga mulut dengan gerakan menyapu.

Gambar 8. Tehnik finger sweep

20
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

2. Mengatasi sumbatan nafas parsial


Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :
• Gelisah oleh karena hipoksia
• Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)
• Gerak dada dan perut paradoksal
• Sianosis
• Kelelahan dan meninggal
Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah JALAN NAFAS
BEBAS!
• Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan
nafas bebas
• Beri oksigen bila ada 6 liter/menit
• Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah
ke depan, posisi leher netral
Nilai apakah ada suara nafas tambahan, Dapat digunakan teknik
manual thrust
b. Abdominal thrust
• Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)
Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang. Caranya
berikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma
– abdomen).

• Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri


atau duduk
Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari
pinggang korban dengan kedua lengan penolong, kemudian
kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan
pada perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung
tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan
lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang
cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang
jelas.

• Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi


tergeletak (tidak sadar)

21
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang


dengan muka ke atas. Penolong berlutut di sisi paha korban.
Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah
sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum,
tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong
menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah
atas.
Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada
posisi terbaring tidak dianjurkan, yang dianjurkan adalah
langsung melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).

• Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang dilakukan


sendiri
Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan
napas.
Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada
perut di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum, genggam
kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kea rah diafragma
dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan
tindakan dengan menekan perut pada tepi meja atau belakang
kursi

Gambar 9. Abdominal Thrust dalam posisi berdiri


c. Back blow
Back Blow (untuk bayi) Bila penderita sadar dapat batuk keras,
observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau berhenti, lakukan back

22
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang


garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae).

Gambar 10. Back blow pada bayi


d. Chest thrust
Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)
Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada
dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah
garis imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila penderita
sadar, tidurkan terlentang, lakukanchest thrust, tarik lidah apakah
ada benda asing, beri nafas buatan.

23
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

MATERI 4

RESUSITASI JANTUNG PARU

Tujuan pembelajaran :
1. Mahasiswa memahami konsep Resusitasi jantung paru Mahasiswa
mengerti tujuan tindakan
2. Mahasiswa memahami tindakan resusitasi jantung paru
3. Mahasiswa melakukan tindakn resusitasi jantung paru

Islamic Relation Knowlage (IRK) :


“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik,
maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh
jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52
dan Muslim no. 1599).

A. Konsep Resusitasi Jantung Paru

Keadaan gawat darurat bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan terjadi pada
siapa saja. Keadaan ini menuntut masyarakat untuk mengetahui bagaimana
tindakan pertolongan pertama pada korban yang dalam keadaan tersebut. Banyak
kasus yang mengalami serangan jantung tidak dilakukan petolongan pertama di
tempat kejadian. Hal ini memnambahkan angka kematian karena serangan
jantung menjadi semakin tinggi karena cardiac arrest di lingkungan masyarakat.
Penanganan awal pada serangan jantung adalah dengan tindakan RJP
(Resusitasi Jantung Paru). Menurut American Heart Association (AHA) pada
tahun 2010, mereka telah mempublikasikan pedoman RJP dan perawatan darurat
kardiovaskular.
Evaluasi dilakukan secara menyeluruh mencakup urutan dan prioritas
langkah-langkah CPR dan disesuaikan dengan kemajuan ilmiah saat ini untuk
mengidentifikasi faktor yang mempunyai dampak terbesar pada kelangsungan

24
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

hidup. Mereka merekomendasikan untuk mendukung suatu intervensi yang


hasilnya menunjukkan yang paling memungkinkan untuk dilakukan.
Perubahan pedoman ini menurut AHA adalah dengan melakukan terlebih
dahulu kompresi dada dari pada membuka jalan napas dan memberikan napas
buatan untuk korban henti jantung.
Pertimbangannya adalah kompresi dada lebih penting untuk segera
mensirkulasikan oksigen keseluruh jaringan tubuh terutama ke otak, paru dan
jantung. Rekomendasi dari AHA untuk tahun 2010 berupa suatu pedoman yang
lebih aman dan lebih efektif dari banyaknya pendekatan yang ada dan
memperkenalkan suatu bentuk perawatan terbaru dengan berbasis pada evaluasi
yang terbukti lebih intensif dan atas dasar konsensus dari para ahli. Rekomendasi
yang baru ini bukan berarti bahwa pedoman yang sebelumnya tidak aman atau
tidak efektif.
Setelah mengevaluasi dari berbagai penelitian selama lima tahun
terakhir,AHA mengeluarkan suatu 'Panduan Resusitasi Jantung Paru 2010'. Hal
utama pada RJP 2010 ini adalah pada kualitas kompresi dada. Perbedaan antara
'Panduan RJP 2005 dengan Panduan RJP 2010' adalah sebagai berikut :

1. Mengganti ABC dengan CAB

• AHA 2010 (new): “A change in the 2010 AHA Guidelines for CPR and ECC is
to recommend the initiation of chest compression before ventilation.”

AHA 2005 (old): “The sequence of adult CPR began with opening of the airway,
checking for normal breathing, and then delivering 2 rescue breaths followed by
cycles of 30 chest compressions and 2 breaths.”

Sebelumnya dalam pedoman pertolongan pertama, kita mengenal ABC:


Airway, Breathing, Circulation (Chest Compression) yaitu buka jalan nafas,
bantuan pernafasan, dan kompresi dada. Dalam pedoman CPR 2010, prioritas
utama adalah Circulation baru setelah itu tatalaksana difokuskan pada Airway
dan selanjutnya Breathing. Satu-satunya pengecualian adalah hanya untuk bayi
baru lahir (neonatus), karena penyebab tersering pada bayi baru lahir yang tidak
sadarkan diri dan tidak bernafas adalah karena masalah jalan nafas (asfiksia).

Sedangkan untuk yang lainnya, termasuk RJP pada bayi, anak ataupun
orang dewasa biasanya adalah masalah Circulation kecuali bila kita menyaksikan

25
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

sendiri korban tidak sadarkan diri karena masalah selain Circulation harus
menerima kompresi dada sebelum kita berpikir memberikan bantuan jalan nafas.

2. Tidak ada lagi Look, Listen and Feel

• AHA 2010 (new): “Look, listen, and feel for breathing was removed from the
sequence for assessment of breathing after opening the airway. The healthcare
provider briefly checks for breathing when checking responsiveness to detect
signs of cardiac arrest. After delivery of 30 compressions, the home rescuer
opens the victim’s airway and delivers 2 breaths.”

• AHA 2005 (old): “Look, listen, and feel for breathing was used to assess
breathing after the airway was opened.”

Alasannya: kunci utama menyelamatkan seseorang dengan henti jantung


adalah bertindak bukan menilai. Telepon ambulan segera saat kita melihat
korban tidak sadar dan tidak bernafas dengan baik (gasping). Percayalah pada
nyali Anda. Jika Anda mencoba menilai korban bernapas atau tidak dengan
mendekatkan pipi Anda pada mulut korban, itu boleh-boleh saja. Tapi tetap saja
sang korban tidak bernafas dan tindakan look listen and feel ini hanya akan
menghabiskan waktu.

26
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

3. Tidak ada lagi Rescue Breath pada saat pertama bertemu klien

• AHA 2010 (new): “Beginning CPR with 30 compressions rather than 2


ventilations leads to a shorter delay to first compression”

Alasan: Rescue breath adalah tindakan pemberian napas buatan sebanyak dua
kali setelah kita mengetahui bahwa korban henti napas (setelah Look, Listen, and
Feel). Pada AHA 2010, hal ini sudah dihilangkan karena terbukti menyita waktu
yang cukup banyak sehingga terjadi penundaan pemberian kompresi dada.

4. Kompresi dada lebih dalam lagi

• AHA 2010 (new): “The adult sternum should be depressed at least 2 inches (5
cm)”

• AHA 2005 (old): “The adult sternum should be depressed 11/2 to 2 inches
(approximately 4 to 5 cm).”

Pada pedoman RJP sebelumnya, kedalaman kompresi dada adalah 1 ½ –


2 inchi (4 – 5 cm), namun sekarang AHA merekomendasikan untuk melakukan
kompresi dada dengan kedalaman minimal 2 inchi (5 cm).

5. Kompresi dada lebih cepat lagi


27
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

• AHA 2010 (new): “It is reasonable for lay rescuers and healthcare providers
to perform chest compressions at a rate of at least 100x/min.”

•AHA 2005 (old):“Compress at a rate of about 100x/min.”

AHA mengganti redaksi kalimat sebelumnya yang tertulis: tekan dada


sekitar 100 kompresi/menit. Sekarang AHA merekomendasikan kita untuk
kompresi dada minimal 100 kompresi/ menit. Pada kecepatan ini, 30 kompresi
membutuhkan waktu 18 detik.

6. Hands only CPR

• AHA 2010 (new): “Hands-Only (compression-only) by stander CPR


substantially improves survival following adult out-of-hospital cardiac arrests
compared with no bystander CPR.”

AHA mendorong RJP seperti ini pada tahun 2008. Dan pada pedoman
tahun 2010 pun AHA masih menginginkan agar penolong yang tidak terlatih
melakukan Hands Only CPR pada korban dewasa yang pingsan di depan
mereka.Pertanyaan terbesar adalah: apa yang harus dilakukan seorang penolong
yang tidak terlatih pada korban yang pingsan di depan mereka dan bukan orang
dewasa? AHA memang tidak memberikan jawaban tentang hal ini, namun ada
saran sederhana disini: berikan Hands Only CPR, karena berbuat sesuatu lebih
baik daripada tidak berbuat sama sekali.

28
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

7. Pengaktivasian Emergency Response System (ERS)

• AHA 2010 (new): “Check for response while looking at the patient to determine
if breathing is absent or not normal. Suspect cardiac arrest if victim is not
breathing or only gasping.”

• AHA 2005 (old):“ Activated the emergency response system after finding an
unresponsive victim, then returned to the victim and opened the airway and
checked for breathing or abnormal breathing.”

Pada pedoman AHA yang baru, pengaktivasian ERS seperti meminta


pertolongan orang di sekitar, menelepon ambulans ataupun menyuruh orang
untuk memanggil bantuan tetap menjadi prioritas, akan tetapi sebelumnya
terlebih dahulu lakukan pemeriksaan kesadaran dan ada tidaknya nafas (terlihat
tidak ada nafas/ gasping) secara simultan dan cepat.

8. Jangan berhenti melakukan kompresi sampai korban batuk

• AHA 2010 (new): “The preponderance of efficacy data suggests that limiting
the frequency and duration of interruptions in chest compressions may improve
clinically meaningful outcomes in cardiac arrest patients.”

Setiap penghentian kompresi dada berarti menghentikan aliran darah ke


otak yang mengakibatkan kematian jaringan otak jika aliran darah berhenti terlalu
lama. Membutuhkan beberapa kompresi dada untuk mengalurkan darah kembali.
AHA menghendaki kita untuk terus melakukan kompresi selama kita bisa atau
sampai alat defibrilator otomatis datang dan siap untuk menilai keadaan jantung
korban. Jika sudah tiba waktunya untuk pernapasan dari mulut ke mulut, lakukan
segera dan segera kembali melakukan kompresi dada. Prinsip Push Hard, Push
Fast, Allow complete chest recoil, and Minimize Interruption masih ditekankan
disini. Ditambahkan dengan Avoiding excessive ventilation.

CATATAN :
1. Pada korban dewasa rasio perbandingan kompresi dan ventilasi adalah
30:2 (satu/dua penolong)
2. Pada korban anak dan bayi rasio perbandinganya 30:2 (satu penolong)
3. Pada korban anak dan bayi rasio perbandinganya 15:2 (dua penolong)

29
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

B. Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar :


1. Pastikan Keamanan
Lingkungan, Penolong, Korban, Orang-orang sekitar
JANGAN MENJADI KORBAN BERIKUTNYA!

2. Periksa Kesadaran
• Pastikan Korban tidak sadar
• Guncangkan bahu dengan lembut, tanya “apakah anda baik-
baik saja?”
JIKA ADA RESPON
Jangan ubah posisi korban, Cari hal yang tidak beres, ulangi
pemeriksaan berkala
JIKA TIDAK ADA RESPON
Segera nilai pernafasan (Quick look)
3. Lihat Nafas, tidak ada atau gasping (megap-megap)
Pada > 40% kasus henti jantung, terjadi segera
Nafas Agonal = gasping atau megap-megap
TANDA-TANDA HENTI JANTUNG
4. Panggil bantuan atau telpon ambulance
Telp 118 atau nomor lokal lainnya
SEBUTKAN : ID penelpon, lokasi, apa yang terjadi, jumlah korban,
keadaan korban, apa yang sudah dilakukan, informasi penting
lainnya.
5. Cek nadi, Kompresi dada 30X
• Letakkan pangkal telapak tangan di pertengahan bawah tulang
dada
• Letakkan tangan yang lain diatas punggung tangan yang
satunya
• Jari-jari saling mengunci
• Kompresi dada : laju kompresi 100X per menit, kedalaman 5
cm, PUSH HARD AND FAST
• Jika mungkin bergantian kompresi setiap 2 menit

30
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

(titik kompresi)

6. Open Airway, Head tilt chin lift/Jaw thrust

31
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

7. Berikan 2X nafas buatan


• Bibir penolong menutupi mulut korban dengan rapat
• Tiupan udara nafas sampai dada korban bergerak terangkat
(TIDAL VOLUME)
• 1 tiupan = 1 detik
• Biarkan dada korban mengempis spontan

8. Lanjutkan RJP 30 ; 2 sebanyak 5 siklus atau 2 menit


Periksa apakah ada tanda-tanda sirkulasi : Bergerak, bernafasn batuk
dll

Untuk menentukan keberhasilan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) /


Cardio-Pulmonary Resuscitation (CPR) maupun pemulihan sistem pada korban
diantaranya:
• Saat melakukan kompresi jantung luar suruh seseorang menilai nadi
karotis (maksimal 10 detik), bila ada denyut maka berarti tekanan kita
cukup baik.
• Gerakan dada terlihat naik turun dengan baik pada saat memberikan
bantuan pernafasan.
• Reaksi pupil mata mungkin akan kembali normal.
• Warna kulit korban akan berangsur-angsur membaik.
• Korban mungkin akan menunjukkan refleks menelan dan bergerak.
32
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

• Nadi akan berdenyut kembali.


• Jika korban mulai bernafas NORMAL lagi, tempatkan dalam posisi
“recovery”

Resusitasi Jantung Paru (RJP) dapat dihentikan apabila:


1. Kembalinya sirkulasi dan ventilasi spontan
2. Pasien dialihrawatkan kepada yang lebih berwenang
3. Baru diketahui telah ada tanda-tanda kematian yang irreversible
(tanda –ntanda kematian irreversibel = kaku mayat, lebam mayat,
dekapitasi, pembusukan )
4. Penolong lelah atau keselamatannya terancam
5. Adanya perintah DNAR
6. Jika 30’ setelah ACLS yang adekuat tidak didapatkan tanda-tanda
kembalinya sirkulasi spontan (asistole yang menetap), bukan
intoksikasi obat atau hipotermia.

33
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Check list RJP (Resusitasi Jantung Paru) pada dewasa


No. Tahap Diskripsi Kerja
Kerja

1. Pre interaksi ✓ Persiapan Alat


1) Masker
2) Ambubag
3) Oro napharing
4) Papan sesutitasi
5) Tabung oksingen atau oksigen
conektor
6) 02 tubing
7) Selang oksingen NRM Suction dan
peralatan lainnya Defibrilator
8) Trolly emergency
9) Kassa
✓ Persiapan lingkungan
Lingkungan dalam konsidi aman ( jauh
dari arus listrik, tempat yang datar)
2. Kerja . RESPONSE (RESPON)
✓ Periksa adanya reaksi dengan panggilan
✓ Call for help (code blue)
✓ Nafas terhenti atau tersengal
Tidak ada nadi yang teraba dalam
maksimal 10 detik (Pemeriksaan nafas
dan denyut dilakukan bersamaan kurang
dari 10 detik, diragugan dianggap tidak
ada)
RASIO COMPRESI-VENTILASI
Bila tidak ada nadi
✓ Cirkulasi : melakukan kompresi dada
sebanyak 30 kali
1) Lutut berada disisi kanan bahu
pasien
2) Posisi badan tepat diatas dada
pasien, bertumpu pada kedua
34
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

tangan
3) Titik kompresi pada center of
chest
Kedalaman kompresi :
Dewasa: 2 inchi (5 cm)
tidak boleh lebih dari 2.4
inchi (6 cm)
4) Lakukan rekoil penuh pada dada
setelah setiap kali kompresi,
jangan bertumpu diatas dada
setelah setiap kali kompresi.
✓ Airway : Head tilt chin lift atau jaw thurst
jika suspek cedera servikal dan finger
sweap
✓ Breathing : 2 kali
(A dan B tidak lebih dari 10 detik)

Nb : lakukan dalam 5 Siklus atau 2 menit


Cek nadi dan nafas secara bersamaaan kurang
dari 10 detik:
✓ Tidak ada nadi : C A B dengan 5 siklus
atau
✓ Ada Nadi : cek A B ,berikan breathing
setiap 5-6 detik atau
20-24x/menit
Evaluasi Cek nadi dan nafas tidak lebih dari 10
detik
Secondary survey ‘ head to toe”
3. Terminasi Akhiri kegiatan dan evalusi keadaan pasien
Persiapkan tindakan Selanjutnya
Cuci tangan
4. Dokumentasi Dokumentasi kegiatan: nama pasien, waktu
tindakan, tindakan yang dilakuakn, nama terang
perawat dan tanda tangan

35
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elisabeth J. 2009. Buku saku Pathofisiologi, Ed. 5. Jakarta: EGC.

Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

IP2KSDM RSUP Dr. Sardjito. 2013. Buku peserta: pelatihan keperawatan


intensif angkatan XXI. Yogyakarta: RSUP Dr. Sardjito.

Emergency Nurses Association. (2013). Sheehy’s Manual of Emergency


Nursing: Principles and Practice. 7th ed. Mosby: Elsevier Inc

Proehl, Jean. A. (2009). Emergency Nursing Procedures E-book. Saunders:


Elsevier Inc

Emergency Nursing Association. (2008). Emergency Nursing Core Curriculum


(6 Eds). Saunders: Elsevier Inc.

Tscheschlog, B. A. & Jauch, A. (2014). Emergency nursing made incredibly


easy. Wolter Kluwers

Schumacher, L. & Chernecky, C. C. (2009).Saunders Nursing Survival Guide:


Critical Care & Emergency Nursing, 2e. Saunders: Elsevier Inc.

36

Anda mungkin juga menyukai