Anda di halaman 1dari 13

Referat

KISTA DUKTUS TIROGLOSUS TORAKAL

Oleh :
Tasia Rozakiah Lubis
NIM. 1908436655

Pembimbing :
dr. Harianto, Sp.THT-KL (K)

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2021
KISTA DUKTUS TIROGLOSUS TORAKAL

I. DEFINISI

Kista duktus tiroglosus adalah salah satu massa kongenital asimtomatik yang
paling sering ditemukan di daerah leher (7%).1 Kista duktus tiroglosus terbentuk
dari penutupan traktus tiroglosus yang tidak lengkap, yang merupakan suatu
struktur integral dalam perkembangan embriologis kelenjar tiroid.2 Kista duktus
tiroglosus dapat terjadi di sepanjang saluran tiroglosus, 70% timbul di garis
tengah anterior leher, di bawah tulang hyoid.1

Gambar 1. Lokasi kista duktus tiroglosus3

II. KLASIFIKASI

Lokasi kista duktus tiroglosus diklasifikasikan menjadi 4 bagian, yaitu


intralingual (2,1%), suprahyoid (24,1%), tirohyoid (60,9%), dan suprasternal
(12,9%) .4,5 Berdasarkan beberapa literatur menyebutkan, kista juga dapat
ditemukan di mediastinal namun hal ini sangat jarang terjadi.3,6 Secara umum
kista duktus tiroglosus tidak bergejala namun pada tipe inralingual dapat
menyebabkan stridor laring, obstruksi pernapasan, dan disfagia.4

1
Gambar 2. Klasifikasi kista duktus tiroglosus7

Gambar 3. Kista duktus tiroglosus lokasi suprasternal8

III. EPIDEMIOLOGI

Kista duktus tiroglosus merupakan kasus terbanyak dari massa non neoplastik
di leher, mencakup 40% dari tumor primer di daerah leher. Dikatakan hampir 70%
dari seluruh kista di leher ialah kista duktus tiroglosus.9 Kista duktus tiroglosus
dapat ditemukan dimana saja antara foramen sekum di pangkal lidah hingga ke
suprasternal notch. Pasien dengan kista duktus tiroglosus sebanyak 90% terjadi di
garis tengah anterior leher. Meskipun demikian, 85% diantaranya dapat terjadi di
bawah tulang hyoid, kista yang terjadi di bawah membran tirohyoid jarang
ditemukan.6 Kasus ini lebih sering terjadi pada anak-anak, walaupun dapat

2
ditemukan juga di semua usia. Usia terbanyak ialah 0─20 tahun sebanyak 52%,
38% diantaranya pada usia 5.8
Tidak terdapat perbedaan risiko berdasarkan jenis kelamin ataupun usia pada
kista duktus tiroglosus, kista dapat terjadi dari lahir sampai usia 70 tahun, dengan
rerata usia 5,5 tahun. Peneliti lain melaporkan predileksi usia kurang dari 10 tahun
sebesar 31,5%, pada dekade ke dua 20,4%, dekade ke tiga 13,5%, dan usia lebih
dari 30 tahun sebesar 34,6%.9,10

IV. ANATOMI DAN EMBRIOLOGI

Kelenjar tiroid pertama kali dapat diidentifikasi pada usia kehamilan minggu
ke-4 dimulai sebagai invaginasi endodermal lidah di lokasi foramen sekum.11
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus dan isthmus, beratnya antara 15 dan 25 g
pada orang dewasa. Setiap lobus berbentuk kerucut dengan puncak mengarah ke
atas dan berukuran panjang 5 cm, lebar 3 cm, dan anteroposterior 2 cm. Lobus
piramidal kecil memanjang dari isthmus, biasanya dekat dengan lobus kiri,
menuju tulang hyoid.12

Gambar 4. Gambaran anterior kelenjar tiroid13

3
Gambar 5. Anatomi kelenjar tiroid13

Kelenjar tiroid berasal dari foramen sekum yaitu lekukan faring antara
tuberculum impar dan copula. Foramen sekum terletak di garis tengah dan
memotong sulkus terminalis, yang membagi lidah menjadi dua pertiga anterior
(bagian mulut) dan sepertiga posterior (bagian faring). Divertikulum tiroid mulai
migrasi melalui lidah yang membawa duktus tiroglosus yang kemudian membawa
kelenjar yang sedang berkembang ke anterior ke tulang hyoid dan laring. Selama
proses migrasi pada minggu kelima, bagian superior dari duktus mengalami
degenerasi. Kelenjar telah mencapai bentuknya yang belum sempurna dengan dua
lobus yang dihubungkan oleh isthmus. Migrasi terus terjadi hingga mencapai
kartilago krikoid pada sekitar minggu ketujuh. Hormon tiroid dikeluarkan pada
minggu kedua belas perkembangan. Bagian distal duktus tiroglosus mengalami
degenerasi tetapi dapat menetap di lobus pyramidal. Umumnya duktus ini akan
menghilang pada usia dewasa, tetapi pada beberapa keadaan masih dapat
menetap, sehingga dapat terjadi kelenjar disepanjang kartilago tiroid hingga basis
lidah.11,14 Kegagalan atau involusi duktus tiroglosus yang tidak lengkap dapat
mengakibatkan terjadinya perkembangan kista duktus tiroglosus, sinus, atau
fistula.15

4
Gambar 6. Embriologi kelenjar tiroid14

V. ETIOPATOGENESIS

Kista duktus tiroglosus adalah sisa embriologis yang terbentuk karena


kegagalan penutupan duktus tiroglosus yang memanjang dari foramen sekum di
lidah ke lokasi tiroid di leher. Tiroid mulai berkembang pada minggu ketiga
kehamilan sebagai hasil median dari faring primitif. Primordium tiroid berasal
dari foramen sekum di persimpangan dua pertiga anterior dan sepertiga posterior
lidah. Kemudian, tiroid turun ke leher, melewati anterior dan berhubungan erat
dengan tulang hyoid yang sedang berkembang, kemudian mencapai posisi
terakhirnya di leher pra-trakea inferior pada minggu ketujuh kehamilan.16

5
Penyebab terjadinya kista duktus tiroglosus masih belum jelas. Teori klasik
menganggap terbentuknya kista duktus tiroglosus oleh karena kegagalan obliterasi
dari duktus tiroglosus. Kista duktus tiroglosus merupakan suatu kelainan dimana
terjadinya persistensi pada duktus tiroglosus. Secara normal duktus ini seharusnya
menghilang pada usia kehamilan antara minggu ke-8 sampai ke-10 dan bagian
inferior akhir dari duktus ini akan menjadi lobus piramidalis dari kelenjar tiroid.
Apabila terjadi persistensi pada bagian manapun dari duktus tiroglosus, sekresi
dari epitel dalam duktus tersebut (kemungkinan akibat infeksi sekunder dan
inflamasi lokal berulang) dapat menyebabkan timbulnya lesi berbentuk kista yang
disebut kista duktus tiroglosus.1

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis kista duktus tiroglosus dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti ditegakkan
dengan pemeriksaan histopatologi.10 Gejala yang ditimbulkan sebagian besar
bersifat asimtomatik dengan tanda klinis pembengkakan. Keluhan yang sering
terjadi adalah adanya benjolan di garis tengah leher, dapat di atas atau di bawah
tulang hyoid. Benjolan membesar dan tidak menimbulkan rasa tertekan di tempat
timbulnya kista. Konsistensi massa teraba kistik, berbatas tegas, bulat, mudah
digerakkan, tidak nyeri, warna sama dengan kulit sekitarnya, dan bergerak saat
menelan atau menjulurkan lidah. Diameter kista berkisar antara 2─4 cm, kadang-
kadang lebih besar. Kebanyakan kasus kista duktus tiroglosus tidak diperhatikan
dan tidak didiagnosa sampai umur dewasa. Duktus yang paten ini bisa menetap
selama beberapa tahun atau lebih sehingga terjadi sesuatu stimulus yang bisa
mengakibatan pembesaran kista.1 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Baysungur et al, melaporkan pasien dengan kista duktus tiroglosus di lokasi
mediastinal, mengeluhkan dispnea pada saat posisi terlentang.17

Pemeriksaan penunjang pada kista duktus tiroglosus dapat secara langsung


dengan pemeriksaan FNAB, maupun tidak langsung dengan USG atau CT Scan.
Pemeriksaan USG, CT Scan, MRI, dan fine needle aspiration cytology (FNAC)
dapat dilakukan sebagai evaluasi pre-operatif untuk membantu dalam penegakan
diagnosis. Pada pemeriksaan radiologi, kista jinak menunjukkan isi dinding yang

6
tipis dan halus serta redaman cairan internal. Kista yang terinfeksi menunjukkan
dinding luar yang tebal dengan peningkatan tepi, septasi internal, redaman debris
yang tinggi, dan mungkin dapat berhubungan dengan perubahan inflamasi pada
jaringan lunak di sekitarnya. Adanya nodularitas atau massa jaringan lunak
vaskular, dicurigai adanya perubahan neoplastik.1,18

Gambar 6. (A) MRI pasien dengan kista di servikal dan mediastinal (B)
Eksplorasi kista di servikal dan mediastinal dengan menggunakan transervikal dan
parsial insisi sternotomy17

Tes fungsi tiroid penting dikerjakan untuk mengetahui fungsi kelenjar tiroid
yang normal. Apabila didapatkan kelainan fungsi tiroid perlu dilakukan thyroid
scan untuk menyingkirkan kemungkinan kelainan tiroid ektopik. Pemeriksaan
FNAC untuk mengetahui sifat umum penyakit seperti radang, tumor jinak atau
tumor ganas. Pada pemeriksaan histopatologi tampak kista dilapisi oleh epitel
berlapis semu bersilia atau epitel skuamosa. Kelenjar mukus dan folikel tiroid
biasanya terlihat pada jaringan ikat yang berdekatan. Radang oleh karena infeksi
sekunder sering ditemukan, terutama pada kasus yang disertai sinus pada kista
tersebut.10
Kista duktus tiroglosus didiagnosis secara klinis pada anak-anak. Pemeriksaan
radiologi digunakan untuk memastikan diagnosis klinis dan mengidentifikasi
keberadaan kelenjar tiroid. Kebanyakan peneliti merasa bahwa USG adalah teknik
pencitraan awal yang paling tepat untuk kista duktus tiroglosus. Ultrasonografi

7
sudah tersedia, murah, non-invasif, dan tidak melibatkan radiasi pengion atau
sedasi, yang sangat penting pada anak-anak. Pemeriksaan CT Scan dan MRI
berguna untuk menentukan luasnya lesi sepenuhnya dan terkadang hubungannya
yang kompleks dengan struktur sekitarnya seperti tulang hyoid.19

VII. DIAGNOSIS BANDING

Terdapat beberapa penyakit yang mirip dengan kista duktus tiroglosus, hal ini
penting untuk mengetahui perbedaan klinis pada masing-masing penyakit. Hal
yang perlu diperhatikan yaitu presentasi usia, lokasi, serta hubungan dengan
struktur sekitarnya. Kista duktus tiroglosus memiliki kemiripan dengan kista
dermoid, limfadenopati, hygroma kistik, kelenjar tiroid ektopik, branchial cleft
cyst, hemangioma, dan lipoma.4,20 Berdasarkan beberapa diagnosis banding lesi
suprasternal pada anak, kista dermoid kongenital adalah yang paling utama.8 Lesi
dengan lokasi di mediastinum, dapat didiagnosis banding dengan berbagai tumor
seperti limfoma, karsinoma endokrin atau karsinoma neuroendokrin, dan
karsinoma timus primer. Limfoma Hodgkin, limfoma sel B, dan limfoma
limfoblastik merupakan limfoma yang paling sering ditemukan di mediastinal.
Limfoma dan karsinoma neuroendokrin biasanya terletak di mediastinum anterior
sedangkan neurogenik tumor sering ditemukan di sisi posterior.21

VIII. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan kista duktus tiroglosus yang disertai dengan abses first line
terapi yaitu dengan drainase dan pemberian antibiotik. Teknik pembedahan
standar dari kista duktus tiroglosus adalah tindakan pembedahan dengan prosedur
Sistrunk yaitu dengan membuang kista dengan tubuh (bagian tengah) dari tulang
hyoid dan ligasi duktus di foramen sekum.22 Prosedur Sistrunk merupakan teknik
yang paling umum dilakukan untuk pembedahan kista duktus tiroglosus, terutama
pada pasien dengan risiko rendah, namun pada pasien dengan risiko tinggi
tindakan total tiroidektomi dengan radioterapi iodin ablasi dapat
dipertimbangkan.23 Dalam kondisi langka lesi yang terlokalisasi di suprasternal,
dengan teknik insisi stepladder memungkinkan eksposur yang optimal untuk

8
eksisi radikal dan kosmetik yang memuaskan.8 Tujuan utama dilakukan
pembedahan pada kista duktus tiroglosus adalah untuk menghindari komplikasi
seperti infeksi kronik. Dilaporkan terjadinya kekambuhan dengan pembedahan
menggunakan prosedur Sistrunk berkurang. Berdasarkan studi Shah et al
melaporkan eksisi kista duktus tiroglosus menggunakan prosedur Sistrunk
menghasilkan hasil yang baik dari gejala dan usia pasien.4 Hewitt et al
menyarankan pada tatalaksana kista duktus tiroglosus berulang dilakukan
modifikasi pada prosedur Sistrunk dengan 8 langkah, yaitu:

1. Eksisi sayatan kulit termasuk fistula (jika ada),


2. Elevasi pada bagian superior dan inferior penutup kulit
3. Diseksi lesi (<0,5 cm) dan jaringan granulasi dengan hemostasis tetap
dipertahankan,
4. Pengangkatan isthmus tiroid (mungkin diperlukan untuk diseksi inferior),
5. Identifikasi saraf hipoglossal pada diseksi superior saat memasuki otot
genioglossus,
6. Pengangkatan inti jaringan 1 cm di sekitar foramen sekum,
7. Dengan atau tanpa reseksi mukosa, jepit pangkal lidah di sekitar foramen
sekum dengan jarak 1 cm,
8. Meyakinkan untuk tidak adanya jaringan epitel dengan mengambil frozen
sample dari jaringan dalam lidah ke transaction site.4

Selain metode pembedahan Sistrunk, ada beberapa cara untuk penatalaksanaan


kista duktus tiroglosus, yaitu dengan menyuntikkan bahan sklerotan ke dalam
kista namun ternyata tidak memberikan hasil yang memuaskan. Insisi dan
drainase, aspirasi perkutan, eksisi sederhana serta reseksi untuk pengobatan kista
dilaporkan memiliki kekambuhan tinggi berkisar 60─100%. Oleh karena itu
prosedur Sistrunk lebih dipilih daripada eksisi sederhana karena dapat mengurangi
tingkat rekurensi.1

9
IX. KOMPLIKASI

Terdapat beberapa komplikasi yang dapat timbul bila kista duktus tiroglosus
tidak ditatalaksana dengan baik. Komplikasi yang paling sering terjadi yaitu
infeksi berulang. Infeksi pada kista biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernafasan atas. Komplikasi lainnya yaitu tiroid ektopia, suatu kondisi dimana
kista mengandung jaringan ektopik tiroid. Kondisi ini jarang terjadi,
prevalensinya hanya sekitar 5%. Insidensi karsinoma yang berasal dari kista
duktus tiroglosus hanya muncul sekitar 1% dari seluruh kasus kista duktus
tiroglosus. Faktor risiko yang berperan dalam terjadinya karsinoma, antara lain
riwayat terpapar radiasi, riwayat penyakit tiroid, usia, ukuran tumor, penyebaran
tumor dan faktor histopatologis. Sifat dari karsinoma ini adalah non agresif dan
jarang menyebar melalui pembuluh limfatik.1 Beberapa studi melaporkan
komplikasi paska operasi yang dapat terjadi yaitu kerusakan pita suara, cedera
hipoglosus, cedera trakea, disfagia, fistula saliva, seroma, dan hematoma.24

X. PROGNOSIS

Prognosis kista duktus tiroglosus cenderung mengalami kekambuhan dalam


beberapa bulan bila dilakukan eksisi biasa. Rekurensi dari kista duktus tiroglosus
setelah eksisi lengkap dengan prosedur Sistrunk dilaporkan 2,6─5%. Eksisi kista
dengan cara sederhana hasilnya menunjukkan tingkat rekurensi yang lebih tinggi
yaitu 37─70%.1,10

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Wardhana KP. Pria dengan kista pada duktus tiroglosus. J Medula Unila.
2016;4(3).

2. O’Neil LM, Cheng AT. Recurrent thyroglossal duct cysts: a 15-year review of
presentation, management and outcomes from a tertiary paediatric institution.
Australian Journal of Otolaryngology. 2018;1:17.

3. Epomedicine. thyroglossal duct cyst [Internet]. Epomedicine; 2014 May 6


[cited 30 Mar 2021]. Available from: https://epomedicine.com/medical-
students/thyroglossal-duct-cyst/.

4. Chou J, Walters A, Hage R, Zurada A, Michalak M, Tubbs RS, et al.


Thyroglossal duct cyst: anatomy, embryology and treatment. Springer. 2013.

5. Tas A, Karasalihoglu AR, Yagiz R, Doganay L, Guven S. Thyroglossal duct


cyst in hyoid bone: unusual location. The Journal of Laryngology & Otology.
2003;117:656─7.

6. Chon SH, Shinn SH, Lee CB, Tae K, Lee YS, Jang SH, et al. Thyroglossal
duct cyst within the mediastinum: an extremely unusual location. The Journal
of Thoracic and Cardiovascular Surgery. 2007;133.

7. Mondin V, Ferlito A, Muzzi E, Silver CE, Fagan JJ, Devaney KO, et al.
Thyroglossal duct cyst: personal experience and literature review. Auris Nasus
Larynx 35. 2008:11─25.

8. Ceccanti S, Frediani S, Morgante D, Iaconelli R, Mele E, Cozzu DA.


Stepladder incision technique for radical exicision of suprasternal
thyroglossal duct remnant. Journal of Pediatric Surgery. 2011;46:2038.

9. Kinontoa M, Lumintang N, Lengkong AC. Insidensi kista duktus tiroglosus di


bagian bedah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2014 -
Desember 2016. Jurnal e-Clinic (eCl). 2018; 6(1).

10. Mustika IM, Nuaba IGA. Diagnosis dan penatalaksanaan kista duktus
tiroglosus. Medicina. 2015;46:52─5.

11. Stewart WB, Rizzolo LJ. Embryology and surgical anatomy of the thyroid and
parathyroid glands. In: Oertli D, Udelsman R. Ed. Surgery of the thyroid and
parathyroid glands. Springer. NewYork. 2007:13─9.

12. Dhingra PL. Dhingra S. Disease of ear, nose and throat & head and neck
surgery 7th edition. India: Elsevier. 2018:371─2.

13. Tortora GJ, Nielsen M. Principles of human anatomy 14th edition. United State
of America:John Wiley & Sons, Inc. 2017;721.

11
14. Sadler T.W. Medical embryology 12th edition. Philadelphia: Wolter Kluwer
Health. 2014;273─5.

15. Mortaha S, Sebeih H, Alobida NW, Al-Qahtani K. Large thyroglossal duct


cyst: a case report. Am J Case Rep. 2020;21.

16. Amos J. Shermetaro C. Thryglossal duct cyst. PubMed. Jan 2021 [Cited: 27
Mar 2021].Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519057/

17. Baysungur SV, Okur E, Halezeroglu S, Atasalihi A. Case report: papillary


carcinoma arising on cervico-mediastinal thyroglossal ductal cyst resected via
transcervical and partial upper sternotomy incision. European Journal of
Cardio-thoracic Surgery. 2002;22:842─4.

18. Shankaralingappa A, Patil AR, Nandikoor S, Nair S, Raju H. Case report:


imaging in malignant thyroglossal duct cyst. Annals of Indian Academy of
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 2020;4:57─60.

19. Islam O. Thyroglossal duct cyst imaging. Medscape. May 2017. [Cited: 2021
March 27]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1346365-
overview#a1.

20. Patel S, Bhatt AA. Thyroglossal duct pathology and mimics. Springer.
2019;10:1─12.

21. Metere A, Giacomo TD, Vergine M, Biffoni M, Giacomelli L. Diagnosis and


management of a mediastinal ectopic thyroid laying on the right bronchus:
case report and review of literature. BMC Surgery. 2018;18:1─19.

22. Abebe E, Megersa A, Abebe K. Huge thyroglossal duct cyst at the supra-
sternal notch. Journal of Surgical Case Reports, 2019;4:1─3.

23. Kartini D, Panigoro SS, Harahap AS. Sistrunk procedure on malignant


thyroglossal duct cyst. Hindawi. 2020.

24. Ogunkeyede SA, Ogundoyin OO. Management outcome of thyroglossal cyst


in a tertiary health center in southwest nigeria. PanAfrican Medical Journal.
2019;34:154.

12

Anda mungkin juga menyukai