Kel 6 - Typoid Fever
Kel 6 - Typoid Fever
“ Typoid Fever”
Disusun oleh :
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahansehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti kan syafaat nya diakhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak yang terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.
Terimakasih semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat pada
umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Tujuan Makalah...............................................................................................
C. Rumusan Makalah...........................................................................................
D. Metode Penyusunan Makalah ........................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Pengertian .......................................................................................................
B. Etiologi............................................................................................................
C. Manifestasi klinis.............................................................................................
D. WOC ...............................................................................................................
E. Patofisiologi ....................................................................................................
F. Komplikasi.......................................................................................................
G. Penatalaksanaan .............................................................................................
H. Pencegahan .....................................................................................................
I. Konsep Dasar Teori Keperawatan ..................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................
A. Kasus Semu ....................................................................................................
B. Pengkajian.......................................................................................................
C. Pemeriksaan Fisik............................................................................................
D. Analisis Data ..................................................................................................
E. Diagnosa Keperawatan....................................................................................
F. Intervensi..........................................................................................................
G. Implementasi ..................................................................................................
H. Evaluasi .........................................................................................................
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................
A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang mengenai
sistem retikuloendotelial , kelenjar limfe saluran cerna , dan kandung empedu .
Disebabkan terutama oleh Salmonella enterica serovar typhi (S.typhi) dan menular
melalui jalur fekal-oral.
Dari data CDC tahun 2013 , Demam tifoid di negara maju terjadi mencapai
5.700 kasus setiap tahunnya , sedangkan di negara – negara berkembang demam
tifoid mempengaruhi sekitar 21,5 juta orang per tahun . Secara global diperkirakan
setiap tahunnya terjadi sekitar 21 juta kasus dan 222.000 menyebabkan kematian .
Demam tifoid menjadi penyebab utama terjdinya mortalitas dan morbiditas di
negara – negara berpenghasilan rendah dan menengah .
Prevalensi demam tifoid di negara Indonesia sebesar 1,60% , tertinggi
terjadi pada kelompok usia 5 – 14 tahun , karena pada usia tersebut anak masih
kurang memperhatikan kebersihan dirinya serta adanya kebiasaan jajan
sembarangan yang pada dasarnya dapat menyebabkan terjadinya penularan
penyakit demam tifoid . Prevalensi menurut tempat tinggal paling banyak di
pedesaan dibandingkan perkotaan , dengan pendidikan rendah dan dengan jumlah
pengeluaran rumah tangga rendah .
Di abad ke 19 demam tifoid merupakan penyebab terbanyak angka
kesakitan dan kematian utama di Amerika , namun sekarang kasusnya sudah sangat
berkurang . Di negara maju kasus demam tifoid terjadi secara sporadik dan sering
juga berupa kasus impor atau bila ditelusuri ternyata ada riwayat kontak dengan
karier / pembawa kronik .
Demam tifoid tetap merupakan penyebab angka morbiditas dan mortalitas
pada banyak negara – negara maju , dengan perkiraan terdapat 17,8 juta episode
baru setiap tahun . Pada tahun 2015 , pada negara Oceania telah tertinggal di
belakang Asia dan Afrika sub-Sahara untuk menjadi wilayah dengan cakupan air
minum dan sanitasi yang lebih baik . Di daerah Pasifik termasuk Fiji , Nauru , dan
Papua Nugini melaporkan jumlah kasus demam tifoid yang cukup tinggi .
B. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui definisi demam tifoid
2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit demam tifoid
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis atau gejala yang muncul pada demam
tifoid
4. Untuk mengetahui patofisiologi demam tifoid
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik & pemeriksaan fisik pada pasien
dengan demam tifoid
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien demam tifoid
7. Untuk mengetahui komplikasi atau gangguan fungsi tubuh manusia akibat
demam tifoid
8. Untuk mengetahui pengobatan / penatalaksanaan medis dari penyakit demam
tifoid
9. Untuk mengetahui pencegahan dari penyakit demam tifoid
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan demam tifoid ?
2. Apa saja etiologi dari penyakit demam tifoid ?
3. Apa saja manifestasi klinis atau gejala yang muncul pada demam tifoid ?
4. Bagaimana patofisiologi pada demam tifoid ?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan fisik pada pasien demam
dengan tifoid ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien demm tifoid ?
7. Apa saja komplikasi dari demam tifoid ?
8. Bagaimana pengobatan / penatalaksanaan medis dari penyakit demam tifoid ?
9. Bagaimana cara pencegahan dari penyakit demam tifoid ?
A. Pengertian
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh Salmonella Typhi (S.typhi) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran cerna dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
Bakteri Salmonella dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti
di dalam air, es, sampah dan debu. Dapat mati dengan pemanasan (suhu 60 o C)
selama 15-20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan khlorinisasi.
Demam tifoid bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan
atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan
melalui peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh tertentu terutama hati dan
limpa. Ia kemudian berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan nyeri
saat diraba. Masa inkubasi (tunas) demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari.
Bakteri Salmonella dapat hidup pada suhu ruangan dan suhu yang rendah
selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup pada bahan makanan kering, sampah
dan tinja selama beberapa minggu. Lebih lanjut, baca: Penyebab Tifus (Tipes) dan
Cara Mencegahnya.
1. Demam dengan suhu badan yang naik dan turun terutama pada sore dan
malam hari.
2. Sakit kepala yang dirasakan terutama di kepala bagian depan.
3. Nyeri otot dan pegal-pegal
4. penurunan nafsu makan
5. Gejala pada saluran pencernaan, yaitu :
mual dan muntah
sakit perut.
konstipasi (susah buang air besar) dengan perut kembung, lebih
cendrung pada dewasa.
mencret (diare) lebih cendrung pada anak-anak.
buang air besar berdarah.
Gejala demam tifoid pada anak biasanya berupa demam yang tinggi terus
menerus selama lebih dari tujuh hari, disertai gejala saluran pencernaan seperti mual
muntah, sakit perut, mencret dan buang air besar berdarah.
C. Manifestasi Klinis.
Penyakit Typhoid Fever (TF) atau masyarakat awam mengenalnya dengan
tifus ialah penyakit demam karena adanya infeksi bakteri Salmonella typhi yang
menyebar ke seluruh tubuh. Salmonella typhi (S.typhi) merupakan kuman pathogen
penyebab demam tifoid, yaitu suatu penyakit infeksi sistemik dengan gambaran
demam yang berlangsung lama, adanya bacteremia disertai inflamasi yang dapat
merusak usus dan organ-organ hati.
Gejala penyakit ini berkembang selama satu sampai dua minggu setelah
seorang pasien terinfeksi oleh bakteri tersebut. Gejala umum yang terjadi pada
penyakit tifoid adalah Demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu
demam menetap (kontinyu) atau remiten pada minggu kedua. Demam terutama
sore/malam hari, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau
diare. Demam merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang timbul pada
semua penderita demam tifoid. Demam dapat muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2 hari
menjadi parah dengan gejala yang menyerupai septisemia
D. Woc thypoid fever
Salmonella thypi/
salmonella parathypi
Lampina limfe
Aliran darah
Organ RES
mati Endotoksin
Hati Limfe Kelenjar limfoid
usus halus
hepatomegali Mual Demam
Splenomegali Lemah/ lesu
tukak
Intoleransi Nafsu Hipertermi
Nyeri perabaan Pendarahan dan Aktifitas makan
perforasi
F. Komplikasi.
Komplikasi akibat demam typoid :
1. Perdarahan di dalam tubuh.
Biasanya perdarahan dalam yang muncul akibat tipes tidak
mengancam jiwa. Namun, hal ini bisa membuat Anda merasa tidak sehat.
Adapun berbagai gejala yang biasanya muncul, yaitu :
a. Merasa lelah sepanjang waktu.
b. Sesak napas.
c. Kulit pucat.
d. Detak jantung tidak teratur.
e. Muntah darah.
f. Tinja berwarna sangat gelap.
Dalam kasus yang cukup parah, Anda mungkin akan membutuhkan
transfusi darah. Tujuannya, tentu saja untuk menggantikan darah yang hilang
dari tubuh. Selain itu, dokter juga akan melakukan pembedahan untuk
membantu mengobati lokasi perdarahan jika diperlukan.
2. Perforasi usus.
Perforasi usus adalah kondisi saat usus mengalami kebocoran akibat
lubang yang terbentuk. Akibatnya, isi bagian dalamnya tercecer dan masuk ke
perut.Kondisi ini bisa mengiritasi lapisan perut (peritoneum) karena bakteri
yang hidup di dalam usus akan berpindah ke perut. Masalah kesehatan yang
satu ini dikenal dengan istilah peritonitis.
Peritonitis adalah keadaan darurat medis karena jaringan peritoneum
biasanya steril (bebas kuman). Ini karena lapisan perut tidak memiliki
mekanisme pertahanan bawaan untuk melawan infeksi.
4. Pneumonia.
Tes widal adalah tes yang paling sering dilakukan untuk mendiagnosis tifus. Pertama,
dokter akan bertanya seputar riwayat penyakit. Kemudian, dilanjutkan dengan
pertanyaan seputar kebersihan makanan dan tempat tinggal, serta keluhan yang
dialami. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti memeriksa suhu
tubuh, melihat tampilan permukaan lidah, memeriksa bagian perut mana yang nyeri,
dan mendengarkan bunyi usus dengan stetoskop.
Dalam pemeriksaan widal, pengidap akan diambil darah sebagai sampel. Setelah itu,
sampel darah akan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Di laboratorium, sampel
darah akan ditetesi dengan bakteri Salmonella yang sudah dimatikan dalam bentuk
antigen O (badan bakteri) dan antigen H (ekor atau flagel bakteri).
Kedua antigen tersebut diperlukan karena antibodi untuk badan bakteri dan flagel
bakteri dapat berbeda. Selanjutnya, sampel darah diencerkan sampai puluhan atau
ratusan kali. Bila setelah berulang kali diencerkan antibodi tetap terbukti positif, maka
individu tersebut dianggap mengidap tipes.
Kegunaan uji Widal untuk diagnosis demam typhoid masih kontroversial di antara para
ahli. Namun hampir semua ahli sepakat bahwa kenaikan titer agglutinin lebih atau
sama dengan 4 kali terutama agglutinin O atau agglutinin H bernilai diagnostic yang
penting untuk demam typhoid. Kenaikan titer agglutinin yang tinggi pada specimen
tunggal, tidak dapat membedakan apakah infeksi tersebut merupakan infeksi baru atau
lama. Begitu juga kenaikan titer agglutinin terutama agglutinin H tidak mempunyai arti
diagnostic yang penting untuk demam typhoid, namun masih dapat membantu dan
menegakkan diagnosis tersangka demam typhoid pada penderita dewasa yang berasal
dari daerah non endemic atau pada anak umur kurang dari 10 tahun di daerah endemic,
sebab pada kelompok penderita ini kemungkinan mendapat kontak dengan S. typhi
dalam dosis subinfeksi masih amat kecil. Pada orang dewasa atau anak di atas 10 tahun
yang bertempat tinggal di daerah endemic, kemungkinan untuk menelan S.typhi dalam
dosis subinfeksi masih lebih besar sehingga uji Widal dapat memberikan ambang atas
titer rujukan yang berbeda-beda antar daerah endemic yang satu dengan yang lainnya,
tergantung dari tingkat endemisitasnya dan berbeda pula antara anak di bawah umur 10
tahun dan orang dewasa. Dengan demikian, bila uji Widal masih diperlukan untuk
menunjang diagnosis demam typhoid, maka ambang atas titer rujukan, baik pada anak
dan dewasa perlu ditentukan.
Salah satu kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal sebagai sarana
penunjang diagnosis demam typhpid yaitu spesifitas yang agak rendah dan kesukaran
untuk menginterpretasikan hasil tersebut, sebab banyak factor yang mempengaruhi
kenaikan titer. Selain itu antibodi terhadap antigen H bahkan mungkin dijumpai dengan
titer yanglebih tinggi, yang disebabkan adanya reaktifitas silang yang luas sehingga
sukar untuk diinterpretasikan. Dengan alas an ini maka pada daerah endemis tidak
dianjurkan pemeriksaan antibodi H S.typhi, cukup pemeriksaan titer terhadap antibodi
O S.typhi.
Titer widal biasanya angka kelipatan: 1/32, 1/64, 1/160, 1/320, 1/640.
Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu): dinyatakan (+).
Titer 1/160: masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer.
Jika ada, maka dinyatakan (+).
Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada
pasiendengan gejala klinis khas.
G. Penatalaksanaan.
Terapi antibiotik adalah cara efektif dalam menangani tifus dan perlu
diberikan sedini mungkin. Beberapa obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati
tifus adalah azithromycin, ciprofloxacin, atau ceftriaxone.
Perawatan tifus dilakukan di rumah sakit, tapi jika tifus lebih cepat dideteksi
dan gejalanya masih tergolong ringan, maka penanganannya bisa dilakukan secara
mandiri di rumah. Pengobatan Tifus di Rumah Sakit Antibiotik di rumah sakit akan
diberikan dalam bentuk suntikan. Jika diperlukan, asupan cairan dan nutrisi juga akan
dimasukkan ke dalam pembuluh darah melalui infus. Pasien perlu menggunakan
antibiotik hingga hasil tes terhadap bakteri penyebab tifus benar-benar bersih. Infus
akan diberikan apabila pasien tifus disertai dengan gejala-gejala, seperti muntah terus-
menerus serta diare parah. Infus berisi cairan akan diberikan untuk mencegah
kekurangan cairan tubuh (dehidrasi). Anak yang mengalami demam tifoid bisa
direkomendasikan untuk melalui perawatan di rumah sakit sebagai tindakan
pencegahan. Pada kasus yang jarang terjadi, operasi dapat dilakukan jika terjadi
komplikasi yang membahayakan nyawa, seperti perdarahan saluran pencernaan.
Penderita tifus akan berangsur-angsur membaik setelah dirawat kurang-lebih selama
3-5 hari. Tubuh akan pulih dengan perlahan-lahan hingga kondisi pasien pulih
sepenuhnya setelah beberapa minggu pascainfeksi.
Beberapa orang yang telah pulih dan sudah tidak menunjukkan gejala-gejala
tifus, tetap dapat menderita bakteri Salmonella typhii di dalam saluran usus selama
bertahun-tahun. Sekitar lima persen penderita tifus yang tidak menjalani pengobatan
yang cukup tetapi kemudian bisa pulih, akan terus membawa bakteri ini di dalam
tubuhnya. Tanpa disadari, para pembawa (carrier) bakteri tifoid bisa menularkannya
pada orang lain melalui tinja. Untuk beberapa profesi, carrier ini mendapat perhatian
khusus. Orang-orang dengan profesi tertentu, disarankan untuk memastikan bahwa
tubuhnya tidak memiliki bakteri Salmonella typhii sebelum melakukan pekerjaannya.
Profesi yang berisiko ini, antara lain:
H. Pencegahan.
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah mengolah makanan dan minuman, serta
setelah buang air kecil atau besar, maupun usai membersihkan kotoran.
2. Kurangi membeli jajanan secara sembarangan di pinggir jalan, karena mudah
sekali terpapar bakteri.
3. Hindari mengonsumsi buah dan sayuran mentah, kecuali terlebih dahulu
dicuci dengan air bersih dan kulitnya dikupas.
4. Hindari mengonsumsi es batu yang bukan dibuat sendiri.
5. Bersihkan kamar mandi secara teratur. Hindari bertukar barang pribadi, seperti
handuk, seprai, dan peralatan mandi. Cuci benda-benda tersebut secara
terpisah di dalam air hangat.
A. Kasus Semu.
Pasien bernama An. R usia 6 tahun datang ke Rumah Sakit dengan
kondisi tampak memerah pada badan dan terlihat meringis menahan
sakit. Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut sebelah kiri seperti
di tusuk-tusuk. Pada saat digunakan untuk beristirahat pun nyerinya
masih terasa. Keluarga pasien mengatakan badan pasien panas dan
setiap makan pasien selalu mual dan ingin muntah. Hasil pemeriksaan
TD 100/50 mmHg, RR 45x/ menit, Suhu 39,2 ºC, N 115 x/menit. Skala
nyeri 5, Kulit teraba hangat. BB sebelum sakit 18 kg, BB saat
pengkajian 17 kg.
B. Pengkajian
1. Identitas pasien.
- Nama : An. R
- Umur : 6 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Suku : Jawa
- Agama : Islam
- Alamat : Jln. Anggrek No. 07 Kalidawir.
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut sebelah kiri seperti di
tusuk-tusuk. Pada saat digunakan untuk beristirahatpun nyerinya masih
terasa.
Riwayat penyakit
Saat dilakukan pemeriksaan :
Suhu : 39,2°C
RR : 45x / menit
TD : 100/50 mmHg
Nadi : 115 x/ menit
Skala nyeri : 5
Riwayat Penyakit Dahulu : -
Riwayat Penyakit Keluarga : -
Riwayat Psikososial : -
C. Pemeriksaan Fisik.
B1 (Breath) : RR = 45 x/menit.
B2 (Blood) : TD = 100/50 mmHg, suhu = 39,2°C.
B3 (Brain) : -.
B4 (Bladder) : -
B5 (Bowel) : BB turun dan mual muntah.
B6 (Bone) : Nyeri pada bagian perut sebelah kiri.
D. Analisis Data
Demam
Hipertermi
2 DS : Pasien Salmonela thypi Nyeri Akut (D.0077)
mengeluh nyeri
pada perut sebelah Git
kiri seperti di
tususk-tusuk .
- Pada saat Usus halus
digunakan untuk
beristirahat pun Aliran darah
nyerinya masih
terasa. Organ Res
DO : Pasien
terlihat meringis Hati
menahan sakit.
- Skala nyeri = 5. Hepatomegali
- TD : 100/50 mmHg
- RR : 45 x/menit Nyeri perabaan
- Nadi :
115x/menit. Nyeri akut
Organ Res
Inflamasi
Endotoksin
Mual
Nafsu makan
menurun
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
E. Diagnosa Keperawatan.
1. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan iritasi saluran gastrointestinal.
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan penurunan berat badan dan
mual muntah.
F. Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 :
Hari/
Diagnosa SLKI SIKI
Tanggal
Hiperter Sabtu, Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipertermi
mi 21/03/2020 (hal.129) (I.15506) (hal.181)
(D.0130) Kriteria Hasil Observasi
a. Kulit memerah. - Identifikasi penyebab
(menurun) hipertermia.
b. Suhu tubuh. (membaik) - Monitor suhu tubuh.
c. Suhu kulit. (membaik) - Monitor komplikasi
d. Tekanan darah. akibat hipertermia.
(membaik)
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
yang dingin.
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian.
- Berikan cairan oral.
- Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
Edukasi
- Anjurkan tirah baring.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Terapeutik
- Pasang alat pemantau
suhu continue, jika
perlu.
- Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi yang
adekuat.
- Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien.
Kolaborasi
- Pemberian antipiretik,
jika perlu
Diagnosa Keperawatan 2 :
Hari/
Diagnosa SLKI SIKI
Tanggal
Nyeri Sabtu, Tingkat Nyeri (L.08066) .Manajemen Nyeri (I.08238)
Akut 21/03/2020 (hal.145) (hal.201)
(D.0077) a. Keluhan nyeri. Observasi
(menurun) - Identifikasi lokasi,
b. Meringis. (menurun) karakteristik durasi,
c. Anoreksia. (menurun) frekuensi, kualitas,
d. Muntah. (menurun) intensitas nyeri
e. Mual. (menurun) - Identifikasi nyeri.
f. Frekuensi. (membaik) - Identifikasi respon nyeri
g. Tekanan darah. non verbal.
(membaik) - Identifikasi faktor yang
Kontrol Nyeri (L.08063) meperberat dan
(hal.58) memperingan nyeri.
a. Melaporkan nyeri - Monitor efek samping
terkontrol. (meningkat) penggunaan analgetik.
b. Kemampuan mengenali
onset nyeri. (menigkat) Terapeutik
c. Kemampuan mengenali - Berikan teknik non
penyebab nyeri. farmakologis untuk
(meningkat) mengurangi rasa yeri
d. Kemampuan (mis. TENS, hypnosis,
menggunakan teknik akupresure, terapi
non-farmakologis. music, bio feedback,
(meningkat) terapi pijat, aroma
e. Keluhan nyeri. terapi, teknik imajinasi
(menurun) terbimbing, kompres
f. Penggunaan analgesik. hangat atau dingin,
(meningkat) terapi bermain)
- Fasilitas istirahat dan
tidur.
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat.
- Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
- Pemberian analgetik,
jika perlu.
Terapeutik
- Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan.
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan.
- Berikan kesempatan
untuk bertanya.
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan strategi
meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
- Ajarkan teknik no
famakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Diagnosa Keperawatan 3 :
Hari/
Diagnosa SLKI SIKI
Tanggal
Defisit Sabtu, 21 Status Nutrisi (L.03030) Promosi Berat Badan (I.03136)
Nutrisi Maret 2020 (hal.121) (Hal.358 )
(D.0019) a. Nyeri abdomen. Tindakan :
(menurun) Observasi
b. Berat badan. (membaik) a. Identifikasi
c. Indeks Masaa Tubuh kemungkinan
(IMT). (membaik). penyebab BB
kurang.
Perilaku Meningkatkan Berat
b. Monitor berat
Badan (L.03026) (Hal.90 )
badan.
Kriteria hasil :
Terapeutik
a. Mengidentifikasi
a. Berikan
penyebab pernurunan
suplemen jika
berat badan.
perlu.
(meningkat)
b. Berikan pujian
b. Menetapkan target
untuk pasien/
beratyang sehat.
keluarga untuk
(meningkat)
peningkatan
c. Memonitori IMT.
yang di capai.
(meningkat)
Edukasi
d. Memonitori berat
a. Jelaskan jenis
badan. (meningkat)
makanan yang
bergisi, namun
tetap terjangkau.
b. Jelaskan
peningkatan
asupan kalori
yang di
butuhkan.
G. Implementasi
Diagnosa Keperawatan 1 :
Terapeutik
- Menyediakan lingkungan yang dingin.
- Melonggarkan atau lepaskan pakaian.
- Memberikan cairan oral.
- Melakukan pendinginan eksternal (mis.
selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
Edukasi
- Menganjurkan tirah baring.
Kolaborasi
- Mengkolaborasikan pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika perlu
Terapeutik
- Memasang alat pemantau suhu
continue, jika perlu.
- Meningkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat.
- Menyesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien.
Kolaborasi
- Memberikan antipiretik, jika perlu
Diagnosa Keperawatan 2 :
Terapeutik
- Memberikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa yeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresure, terapi
music, bio feedback, terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau dingin, terapi
bermain)
- Memfasilitas istirahat dan tidur.
- Mempertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
- Menganjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
- Menganjurkan menggunakan analgetik
secara tepat.
- Mengajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
- Memberikan analgetik, jika perlu.
Diagnosa Keperawatan 3 :
Diagnosa Keperawatan 1 :
Diagnosa
Tanggal/ Jam Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan
Hipertermi 28/03/2020/ S :-Suhu tubuh pasien sudah
(D.0130) 08.00 Normal
:- Badan sudah tidak tampak
merah
O :-Kulit pada pasien sudah tidak
teraba hangat dan normal
TD : 108/70 mmHg
RR : 20x /menit
Nadi : 100x /menit
A :- Masalah teratasi
P :- Intervensi dihentikan
Diagnosa Keperawatan 2 :
Diagnosa
Tanggal/ Jam Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan
Nyeri Akut (D.0077) 20/03/2020/ S :- Nyeri perut pada pasien pada
09.00 bagian sebelah kiri sudah hilang
:- ibu pasien pasien berkata tidak
merasakan nyeri pada saat
beristirahat
O :- Skala Nyeri : 0
:-Pasien sudah tidak tampak
meringis
A:- Masalah teratasi
P :- Tindakan dihentikan
Diagnosa Keperawatan 3 :
Diagnosa
Tanggal/ Jam Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan
Defisit Nutrisi 20/03/2020/ S :- Ibu pasien mengatakan sudah
(D.0019) 10.00 tidak mual dan muntah saat
makan
A :- Masalah teratasi
P :- Tindakan dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Relaps adalah kekambuhan yang biasanya terjadi akibat pengobatan tifoid
dengan antibiotic kloramfenikol, komplikasi demam tifoid dapat di hindarkan dengan
cara meningkatkan derajat daya tahan tubuh pasien dan memberikan perawatan yang
sebaik-baik nya pada pasien tifoid.
B. SARAN
Mengadakan penyuluhan cara hidup sehat dan pencegahan penyakit demam
tifod kepada masyarakat. Terutama pada masyarakat dengan pendidikan yang kurang.
Semua penderita tifoid segera di bawa ke rumah sakit agar dapat perawatan yang
sempurna, seperti pengobatan sesuai dengn dosis dan ketentuan pengobatan, untuk
mencegah komplikasi
DAFTAR PUSTAKA