Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“ Typoid Fever”

Dosen Pembimbing :Andika S,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :

1. Kukuh Dwi Putri Hermawati (201801058)


2. Lenita Ansika Margarisa (201801059)
3. Ligiona Nugraha (201801060)
4. Lily Sabrina (201802061)
5. Linasari (201801062)
6. Mei Kartika Sari (201801063)
7. Mellinda Fitri Wulan Sari (201801064)
8. Mia Fitria Anggraeni (201801066)
9. Mohammad Ilham A (201801067)

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahansehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti kan syafaat nya diakhirat nanti.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak yang terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.

Terimakasih semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat pada
umumnya.

Kediri, 22 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Tujuan Makalah...............................................................................................
C. Rumusan Makalah...........................................................................................
D. Metode Penyusunan Makalah ........................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Pengertian .......................................................................................................
B. Etiologi............................................................................................................
C. Manifestasi klinis.............................................................................................
D. WOC ...............................................................................................................
E. Patofisiologi ....................................................................................................
F. Komplikasi.......................................................................................................
G. Penatalaksanaan .............................................................................................
H. Pencegahan .....................................................................................................
I. Konsep Dasar Teori Keperawatan ..................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................
A. Kasus Semu ....................................................................................................
B. Pengkajian.......................................................................................................
C. Pemeriksaan Fisik............................................................................................
D. Analisis Data ..................................................................................................
E. Diagnosa Keperawatan....................................................................................
F. Intervensi..........................................................................................................
G. Implementasi ..................................................................................................
H. Evaluasi .........................................................................................................
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................
A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang mengenai
sistem retikuloendotelial , kelenjar limfe saluran cerna , dan kandung empedu .
Disebabkan terutama oleh Salmonella enterica serovar typhi (S.typhi) dan menular
melalui jalur fekal-oral.
Dari data CDC tahun 2013 , Demam tifoid di negara maju terjadi mencapai
5.700 kasus setiap tahunnya , sedangkan di negara – negara berkembang demam
tifoid mempengaruhi sekitar 21,5 juta orang per tahun . Secara global diperkirakan
setiap tahunnya terjadi sekitar 21 juta kasus dan 222.000 menyebabkan kematian .
Demam tifoid menjadi penyebab utama terjdinya mortalitas dan morbiditas di
negara – negara berpenghasilan rendah dan menengah .
Prevalensi demam tifoid di negara Indonesia sebesar 1,60% , tertinggi
terjadi pada kelompok usia 5 – 14 tahun , karena pada usia tersebut anak masih
kurang memperhatikan kebersihan dirinya serta adanya kebiasaan jajan
sembarangan yang pada dasarnya dapat menyebabkan terjadinya penularan
penyakit demam tifoid . Prevalensi menurut tempat tinggal paling banyak di
pedesaan dibandingkan perkotaan , dengan pendidikan rendah dan dengan jumlah
pengeluaran rumah tangga rendah .
Di abad ke 19 demam tifoid merupakan penyebab terbanyak angka
kesakitan dan kematian utama di Amerika , namun sekarang kasusnya sudah sangat
berkurang . Di negara maju kasus demam tifoid terjadi secara sporadik dan sering
juga berupa kasus impor atau bila ditelusuri ternyata ada riwayat kontak dengan
karier / pembawa kronik .
Demam tifoid tetap merupakan penyebab angka morbiditas dan mortalitas
pada banyak negara – negara maju , dengan perkiraan terdapat 17,8 juta episode
baru setiap tahun . Pada tahun 2015 , pada negara Oceania telah tertinggal di
belakang Asia dan Afrika sub-Sahara untuk menjadi wilayah dengan cakupan air
minum dan sanitasi yang lebih baik . Di daerah Pasifik termasuk Fiji , Nauru , dan
Papua Nugini melaporkan jumlah kasus demam tifoid yang cukup tinggi .
B. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui definisi demam tifoid
2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit demam tifoid
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis atau gejala yang muncul pada demam
tifoid
4. Untuk mengetahui patofisiologi demam tifoid
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik & pemeriksaan fisik pada pasien
dengan demam tifoid
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien demam tifoid
7. Untuk mengetahui komplikasi atau gangguan fungsi tubuh manusia akibat
demam tifoid
8. Untuk mengetahui pengobatan / penatalaksanaan medis dari penyakit demam
tifoid
9. Untuk mengetahui pencegahan dari penyakit demam tifoid

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan demam tifoid ?
2. Apa saja etiologi dari penyakit demam tifoid ?
3. Apa saja manifestasi klinis atau gejala yang muncul pada demam tifoid ?
4. Bagaimana patofisiologi pada demam tifoid ?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan fisik pada pasien demam
dengan tifoid ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien demm tifoid ?
7. Apa saja komplikasi dari demam tifoid ?
8. Bagaimana pengobatan / penatalaksanaan medis dari penyakit demam tifoid ?
9. Bagaimana cara pencegahan dari penyakit demam tifoid ?

D. METODE PENYUSUNAN MAKALAH


Metode penulisan dalam makalah ini diperoleh dari beberapa sumber berupa :
website internet yang ada hubungannya dengan demam paliati.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Demam tifoid  adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh Salmonella Typhi (S.typhi) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran cerna dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
Bakteri Salmonella dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti
di dalam air, es, sampah dan debu. Dapat mati dengan pemanasan (suhu 60 o C)
selama 15-20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan khlorinisasi.
Demam tifoid bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan
atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan
melalui peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh tertentu terutama hati dan
limpa. Ia kemudian berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan nyeri
saat diraba. Masa inkubasi (tunas) demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari.

B. Etiologi / Penyebab Demam Tifoid.

Penyakit demam tifoid umumnya disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi,


Salmonella paratyphi A, dan Salmonella paratyphi B, kadang-kadang dapat juga
disebabkan oleh jenis salmonella yang lain, namun demam tifoid yang disebabkan
oleh Salmonella typhi lah yang cenderung untuk berkembang menjadi penyakit yang
lebih berat.

Bakteri Salmonella dapat hidup pada suhu ruangan dan suhu yang rendah
selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup pada bahan makanan kering, sampah
dan tinja selama beberapa minggu. Lebih lanjut, baca: Penyebab Tifus (Tipes) dan
Cara Mencegahnya.

Gejala Demam Tifoid

Gejala demam tifoid berangsur-angsur akan muncul setelah seseorang


terinfeksi kuman selama satu sampai dua minggu. Gejala demam tifoid dapat berupa
gejala sistemik (umum) dan gejala pada saluran pencernaan.
Gejala umum pada demam tifoid yang sering muncul antara lain:

1. Demam dengan suhu badan yang naik dan turun terutama pada sore dan
malam hari.
2. Sakit kepala yang dirasakan terutama di kepala bagian depan.
3. Nyeri otot dan pegal-pegal
4. penurunan nafsu makan
5. Gejala pada saluran pencernaan, yaitu :
 mual dan muntah
 sakit perut.
 konstipasi (susah buang air besar) dengan perut kembung, lebih
cendrung pada dewasa.
 mencret (diare) lebih cendrung pada anak-anak.
 buang air besar berdarah.

Gejala demam tifoid pada anak biasanya berupa demam yang tinggi terus
menerus selama lebih dari tujuh hari, disertai gejala saluran pencernaan seperti mual
muntah, sakit perut, mencret dan buang air besar berdarah.

C. Manifestasi Klinis.
Penyakit Typhoid Fever (TF) atau masyarakat awam mengenalnya dengan
tifus ialah penyakit demam karena adanya infeksi bakteri Salmonella typhi yang
menyebar ke seluruh tubuh. Salmonella typhi (S.typhi) merupakan kuman pathogen
penyebab demam tifoid, yaitu suatu penyakit infeksi sistemik dengan gambaran
demam yang berlangsung lama, adanya bacteremia disertai inflamasi yang dapat
merusak usus dan organ-organ hati.
Gejala penyakit ini berkembang selama satu sampai dua minggu setelah
seorang pasien terinfeksi oleh bakteri tersebut. Gejala umum yang terjadi pada
penyakit tifoid adalah Demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu
demam menetap (kontinyu) atau remiten pada minggu kedua. Demam terutama
sore/malam hari, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau
diare. Demam merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang timbul pada
semua penderita demam tifoid. Demam dapat muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2 hari
menjadi parah dengan gejala yang menyerupai septisemia
D. Woc thypoid fever

Fekal Cuci tangan Makanan


tidak bersih terkontaminasi

Salmonella thypi/
salmonella parathypi

Saluran pencernaan/ GIT

Dimusnahkan Berkembang biak di


asam lambung usus halus

mati Jaringan limfoid


plaque penyeri

Lampina limfe

Aliran darah

Organ RES

Kuman Difagosit Kuman tidak Difagosit Inflamasi

mati Endotoksin
Hati Limfe Kelenjar limfoid
usus halus
hepatomegali Mual Demam
Splenomegali Lemah/ lesu
tukak
Intoleransi Nafsu Hipertermi
Nyeri perabaan Pendarahan dan Aktifitas makan
perforasi

Nyeri Akut Nutrisi


Resiko kurang dari
kekurangan kebutuhan
volume cairan
E. Patofisiologi
Kuman salmonella typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal akan di telan
oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan oleh makrofag yang ada di
dalam laminaprophia. Sebagian dari salmonella typhi ada yang dapat masuk ke usus
halus mengadakan invaginasi kejarinagn limfoid usus halus (lakpeyer) dan jaringan
limfoid mesenterika.Kemudian salmonella typhi masuk melalui folikel limfa ke saluran
limphatik dan sirkulasi darah sistemik sehingga terjadi bakterimia. Bakterimia pertama-
tama menyerang sistem retikulo endothelial (RES) yaitu : hati, limpa, dan tulang,
kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam tubuh antara lain sistem saraf
pusat, ginjal, dan jaringan limpa.
Usus yang terserang tifus umumnya ileum distal, tetapi kadang bagian lain
usus halus dan kolon proksimal juga di hinggapi.Pada mulanya, plakatpeyer penuh
dengan vagosit, membesar, menonjol, dan tampak seperti infiltrate atau hyperplasia
dimukosa usus.
Pada akhir minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis dan tukak.Tukak ini lebih
besar di ileum dari pada di kolon sesuai dengan ukuran plakpeyer yang ada disana.
Kebanyakan tukaknya dangkal, tetapi kadang lebih dalam sampai menimbulkan
perdarahan. Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa. Setelah penderita
sembuh, biasanya ulkus membaik tanpa meninggalkan jaringan parut dan fibrosis`
Masuknya kuman kedalam intestinal terjadi pada minggu pertama dengan
tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada malam hari dan
akan menurun menjelang pagi hari. Demam yang terjadi pada masa ini di sebut demam
interminten (suhu yang tinggi, naik turun, dan turunnya dapat mencapai normal).
Disamping peningkatan suhu tubuh, juga akan terjadi obstipasi sebagai akibat
penurunan motilitas suhu, namun hal ini tidak selalu terjadi dan dpat pula terjadi
sebalinya. Setelah kuman melewati fase awal intestinal, kemudian masuk ke sirkulasi
sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dan tanda-tanda
infeksi pada ERS seperti nyeri perut kanan atas, splenomegali, dan hepatomegaly.
Pada minggu selanjutnya dimana infeksi fokal intestinal terjadi dengan tanda-tanda
suhu tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase bakterimia dan
berlangsung terus menerus (deman kontinu), lidah kotor, tepi lidah hiperemesis,
penurunan peristaltik, gangguan digesti dan absorpsi sehingga akan terjadi distensi,
diare dan pasien merasa tidak nyaman. Pada masa ini dapat terjadi perdarahan usus,
perforasi, dan peritonitis dengan tanda distensi abdomen berat, peristaltik menurun
bahkan hilang, melena, syok, dan penurunan kesadaran

F. Komplikasi.
Komplikasi akibat demam typoid :
1. Perdarahan di dalam tubuh.
Biasanya perdarahan dalam yang muncul akibat tipes tidak
mengancam jiwa. Namun, hal ini bisa membuat Anda merasa tidak sehat.
Adapun berbagai gejala yang biasanya muncul, yaitu :
a. Merasa lelah sepanjang waktu.
b. Sesak napas.
c. Kulit pucat.
d. Detak jantung tidak teratur.
e. Muntah darah.
f. Tinja berwarna sangat gelap.
Dalam kasus yang cukup parah, Anda mungkin akan membutuhkan
transfusi darah. Tujuannya, tentu saja untuk menggantikan darah yang hilang
dari tubuh. Selain itu, dokter juga akan melakukan pembedahan untuk
membantu mengobati lokasi perdarahan jika diperlukan.
2. Perforasi usus.
Perforasi usus adalah kondisi saat usus mengalami kebocoran akibat
lubang yang terbentuk. Akibatnya, isi bagian dalamnya tercecer dan masuk ke
perut.Kondisi ini bisa mengiritasi lapisan perut (peritoneum) karena bakteri
yang hidup di dalam usus akan berpindah ke perut. Masalah kesehatan yang
satu ini dikenal dengan istilah peritonitis.
Peritonitis adalah keadaan darurat medis karena jaringan peritoneum
biasanya steril (bebas kuman). Ini karena lapisan perut tidak memiliki
mekanisme pertahanan bawaan untuk melawan infeksi.

3. Peradangan otot jantung (Miokarditis).

Miokarditis adalah kondisi di mana terjadi peradangan atau inflamasi


pada otot jantung (miokardium). Otot ini bertanggung jawab pada fungsi
jantung dalam memompa darah ke seluruh organ tubuh. Ketika otot ini
mengalami peradangan, maka fungsi jantung dalam memompa darah pun

akanterganggu. Akibatnya, muncul gejala-gejala berupa nyeri dada, gangguan


irama jantung, dan sesak napas.

4. Pneumonia.

Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paru-paru basah adalah


infeksi yang mengakibatkan peradangan pada kantong-kantong udara di salah
satu atau kedua paru-paru. Pada penderita pneumonia, sekumpulan kantong-
kantong udara kecil di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru (alveoli)
akan meradang dan dipenuhi cairan atau nanah. Akibatnya, penderita
mengalami sesak napas, batuk berdahak, demam, atau menggigil.

5. Peradangan pada selaput jantung dan katup (endokarditis).

Endokarditis adalah infeksi pada endokardium, yaitu lapisan bagian


dalam jantung. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh masuknya bakteri ke
aliran darah, yang kemudian menginfeksi bagian jantung yang rusak. Bila
kondisi ini tidak segera ditangani, endokarditis dapat merusak katup jantung,
dan memicu komplikasi yang berbahaya.

Pemeriksaan Test Widal

Tes widal adalah tes yang paling sering dilakukan untuk mendiagnosis tifus. Pertama,
dokter akan bertanya seputar riwayat penyakit. Kemudian, dilanjutkan dengan
pertanyaan seputar kebersihan makanan dan tempat tinggal, serta keluhan yang
dialami. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti memeriksa suhu
tubuh, melihat tampilan permukaan lidah, memeriksa bagian perut mana yang nyeri,
dan mendengarkan bunyi usus dengan stetoskop.

Dalam pemeriksaan widal, pengidap akan diambil darah sebagai sampel. Setelah itu,
sampel darah akan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Di laboratorium, sampel
darah akan ditetesi dengan bakteri Salmonella yang sudah dimatikan dalam bentuk
antigen O (badan bakteri) dan antigen H (ekor atau flagel bakteri).
Kedua antigen tersebut diperlukan karena antibodi untuk badan bakteri dan flagel
bakteri dapat berbeda. Selanjutnya, sampel darah diencerkan sampai puluhan atau
ratusan kali. Bila setelah berulang kali diencerkan antibodi tetap terbukti positif, maka
individu tersebut dianggap mengidap tipes.

Kegunaan uji Widal untuk diagnosis demam typhoid masih kontroversial di antara para
ahli. Namun hampir semua ahli sepakat bahwa kenaikan titer agglutinin lebih atau
sama dengan 4 kali terutama agglutinin O atau agglutinin H bernilai diagnostic yang
penting untuk demam typhoid. Kenaikan titer agglutinin yang tinggi pada specimen
tunggal, tidak dapat membedakan apakah infeksi tersebut merupakan infeksi baru atau
lama. Begitu juga kenaikan titer agglutinin terutama agglutinin H tidak mempunyai arti
diagnostic yang penting untuk demam typhoid, namun masih dapat membantu dan
menegakkan diagnosis tersangka demam typhoid pada penderita dewasa yang berasal
dari daerah non endemic atau pada anak umur kurang dari 10 tahun di daerah endemic,
sebab pada kelompok penderita ini kemungkinan mendapat kontak dengan S. typhi
dalam dosis subinfeksi masih amat kecil. Pada orang dewasa atau anak di atas 10 tahun
yang bertempat tinggal di daerah endemic, kemungkinan untuk menelan S.typhi dalam
dosis subinfeksi masih lebih besar sehingga uji Widal dapat memberikan ambang atas
titer rujukan yang berbeda-beda antar daerah endemic yang satu dengan yang lainnya,
tergantung dari tingkat endemisitasnya dan berbeda pula antara anak di bawah umur 10
tahun dan orang dewasa. Dengan demikian, bila uji Widal masih diperlukan untuk
menunjang diagnosis demam typhoid, maka ambang atas titer rujukan, baik pada anak
dan dewasa perlu ditentukan.

Salah satu kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal sebagai sarana
penunjang diagnosis demam typhpid yaitu spesifitas yang agak rendah dan kesukaran
untuk menginterpretasikan hasil tersebut, sebab banyak factor yang mempengaruhi
kenaikan titer. Selain itu antibodi terhadap antigen H bahkan mungkin dijumpai dengan
titer yanglebih tinggi, yang disebabkan adanya reaktifitas silang yang luas sehingga
sukar untuk diinterpretasikan. Dengan alas an ini maka pada daerah endemis tidak
dianjurkan pemeriksaan antibodi H S.typhi, cukup pemeriksaan titer terhadap antibodi
O S.typhi.

Titer widal biasanya angka kelipatan: 1/32, 1/64, 1/160, 1/320, 1/640.
Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu): dinyatakan (+).

Titer 1/160: masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer.
Jika ada, maka dinyatakan (+).

Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada
pasiendengan gejala klinis khas.

G. Penatalaksanaan.

Terapi antibiotik adalah cara efektif dalam menangani tifus dan perlu
diberikan sedini mungkin. Beberapa obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati
tifus adalah azithromycin, ciprofloxacin, atau ceftriaxone.

Perawatan tifus dilakukan di rumah sakit, tapi jika tifus lebih cepat dideteksi
dan gejalanya masih tergolong ringan, maka penanganannya bisa dilakukan secara
mandiri di rumah. Pengobatan Tifus di Rumah Sakit Antibiotik di rumah sakit akan
diberikan dalam bentuk suntikan. Jika diperlukan, asupan cairan dan nutrisi juga akan
dimasukkan ke dalam pembuluh darah melalui infus. Pasien perlu menggunakan
antibiotik hingga hasil tes terhadap bakteri penyebab tifus benar-benar bersih. Infus
akan diberikan apabila pasien tifus disertai dengan gejala-gejala, seperti muntah terus-
menerus serta diare parah. Infus berisi cairan akan diberikan untuk mencegah
kekurangan cairan tubuh (dehidrasi). Anak yang mengalami demam tifoid bisa
direkomendasikan untuk melalui perawatan di rumah sakit sebagai tindakan
pencegahan. Pada kasus yang jarang terjadi, operasi dapat dilakukan jika terjadi
komplikasi yang membahayakan nyawa, seperti perdarahan saluran pencernaan.
Penderita tifus akan berangsur-angsur membaik setelah dirawat kurang-lebih selama
3-5 hari. Tubuh akan pulih dengan perlahan-lahan hingga kondisi pasien pulih
sepenuhnya setelah beberapa minggu pascainfeksi.

Pengobatan Tifus di Rumah Umumnya orang yang didiagnosis tifus pada


stadium awal membutuhkan pengobatan selama 1-2 minggu dengan tablet antibiotik.
Meski tubuh mulai membaik setelah 2-3 hari mengonsumsi antibiotik, sebaiknya
jangan menghentikan konsumsi sebelum antibiotik habis. Hal ini berguna untuk
memastikan agar bakteri Salmonella typhii benar-benar lenyap di dalam tubuh. Meski
begitu, pemberian antibiotik untuk mengobati tifus mulai menimbulkan masalah bagi
negara-negara di Asia Tenggara. Beberapa kelompok Salmonella typhii menjadi kebal
terhadap antibiotik. Beberapa tahun terakhir, bakteri ini juga menjadi kebal terhadap
antibiotik chloramphenicol, ampicillin, dan trimethoprim-sulfamethoxazole. Jika
kondisi makin memburuk saat menjalani perawatan tifus di rumah, segera temui
dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Pada sebagian kecil penderita
tifus, penyakit ini dapat kambuh kembali. Pastikan untuk mengikuti langkah-langkah
ini supaya tubuh segera pulih dan mencegah risiko tifus kambuh Istirahat yang
cukup.Makan teratur. Makan dalam porsi sedikit, tapi dalam frekuensi yang cukup
sering dibandingkan dengan makan porsi besar, tapi hanya tiga kali sehariPerbanyak
minum air putih.Rajin mencuci tangan dengan sabun untuk mengurangi risiko
penyebaran infeksi.Bakteri yang Menetap di Dalam Tubuh

Beberapa orang yang telah pulih dan sudah tidak menunjukkan gejala-gejala
tifus, tetap dapat menderita bakteri Salmonella typhii di dalam saluran usus selama
bertahun-tahun. Sekitar lima persen penderita tifus yang tidak menjalani pengobatan
yang cukup tetapi kemudian bisa pulih, akan terus membawa bakteri ini di dalam
tubuhnya. Tanpa disadari, para pembawa (carrier) bakteri tifoid bisa menularkannya
pada orang lain melalui tinja. Untuk beberapa profesi, carrier ini mendapat perhatian
khusus. Orang-orang dengan profesi tertentu, disarankan untuk memastikan bahwa
tubuhnya tidak memiliki bakteri Salmonella typhii sebelum melakukan pekerjaannya.
Profesi yang berisiko ini, antara lain:

- Profesi yang berhubungan dengan pengolahan dan penyiapan makanan.


- Perawat yang sering berhadapan atau mengurus orang yang rentan sakit.
- Pengasuh balita atau perawat lansia.
- Pengobatan Tambahan saat Tifus Kambuh

Sebagian orang dapat mengalami gejala-gejala tifus yang kambuh seminggu


setelah berakhirnya pengobatan antibiotik. Untuk kondisi ini, biasanya dokter akan
kembali meresepkan antibiotik, meski gejala-gejala yang dirasakan tidak separah
sebelumnya. Jika setelah menjalani pengobatan ternyata hasil tes pada feses atau tinja
ditemukan masih adanya bakteri Salmonella typhii, pasien akan kembali disarankan
untuk mengonsumsi antibiotik selama 28 hari untuk mematikan bakteri, sekaligus
mengurangi risiko pasien menjadi carrier. Selama diagnosis masih menyatakan
adanya infeksi, sebaiknya hindari aktivitas mengolah, memasak, dan menyajikan
makanan baik untuk diri sendiri, maupun orang lain. Selain itu, pastikan juga untuk
rutin mencuci tangan setelah dari kamar mandi.

Pengobatan tifus meliputi konsumsi obat hingga perawatan di rumah sakit,


yang bisa membutuhkan biaya cukup besar. Oleh karena itu, coba pertimbangkan
untuk memiliki asuransi kesehatan sehingga beban biaya lebih ringan dan proses
pengobatan berjalan lebih mudah.

H. Pencegahan.
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah mengolah makanan dan minuman, serta
setelah buang air kecil atau besar, maupun usai membersihkan kotoran.
2. Kurangi membeli jajanan secara sembarangan di pinggir jalan, karena mudah
sekali terpapar bakteri.
3. Hindari mengonsumsi buah dan sayuran mentah, kecuali terlebih dahulu
dicuci dengan air bersih dan kulitnya dikupas.
4. Hindari mengonsumsi es batu yang bukan dibuat sendiri.
5. Bersihkan kamar mandi secara teratur. Hindari bertukar barang pribadi, seperti
handuk, seprai, dan peralatan mandi. Cuci benda-benda tersebut secara
terpisah di dalam air hangat.

I. Konsep Dasar Teori Keperawatan.


1. Pengkajian.
a. Identitas klien.
Meliputi nama,umur,jemis kelamin,alamat,pekerjaan,suku bangsa ,agama
,status perkawinan,tanggal masuk RS,nomor registrasi.
b. Keluhan utama.
Keluhan utama deman thypoid adalah panas deman yang tidak turun-
turun,nyeri perut,pusing kepala,mual,muntah,anoreksia,diare,serta penurunan
kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang.
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam
tubuh.
d. Riwayat penyakit terdahulu Apakah sebelumnya pernah sakit deman thypoid
dan penyakit lainnya.
e. Riwayat keluarga.
Apakah keluarga pernah menderita deman thypoid.
f. Aktivitas/istirahat.
Gejala gangguan pola tidur misalnya perasaan hiper dan atau ansietas.
g. Sirkulasi.
Gejala TD rendah/bradikardi.
h. Eliminasi.
Gejala :Nyeri addomen dan distres.
Tanda : Nyeri tekan abdomen.
i. Makanan /cairan.
Anoreksia gejala mual,muntah,nyeri ulu hati,tidak toleran terhadap makanan.
j. Neurosensori.
Pusing ,kelemahan.
k. Nyeri kenyamanan.
Gejala nyeri di gambarkan sebagai tajam,dangkal,rasa terbakar,perih,nyeri
hebat secara tiba-tiba dapat disertai perforasi.
l. Keamanan.
Alegi terhadap obat /sensitif.
2.Diagnosa Keperawatan.
a. Hipertermi berhubungan dengan kegagalan sistem regulasi tubuh.
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peradangan.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual ,muntah anoreksia.
3. implementasi.
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan sistem regulasi.
Tujuan : suhu tunuh kembali normal.
Kriteria hasil :
a. Tidak demam.
b. Tanda- tanda vital dalam batas normal.
b. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peradangan .
Tujuan : nyeri hilang/ berkurang.
Kriteria hasil :
a. Tidak ada keluhan nyeri/hilang.
b. Wajah tampak rileks.
c. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual ,muntah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
a. Mual berkurang/hilang.
b. Tidak ada muntah.
4. Intervensi.
a. Hipertermi.
 observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam.
 berikan kompres hangat.
 atur suhu ruangan yang nyaman.
 anjurkan untuk banyak minum air putih.
 kolaborasi pemberian antiviretik.antibiotik.
b. Nyeri akut.
 kaji tingkat nyeri,lokasi,sifat,dan lamanya nyeri.
 berikan posisi yang nyaman sesuai keinginan klien.
 kolaborasi obat-obatan analgesik.
c. Defisit Nutrisi.
 berikan makanan yang tidak merangsang saluran cerna dan sajikan dalam
keadaan hangat.
 minitor dan catat makanan yang di habiskan pasien.
 kaji kemampuan makan klien.
 berikan makanan dalam porsi sedikit namun sering.
 anjurkan kepada orang tua klien untuk memberikan makanan yang di
sukai.
 anjurkan pada keluarga untuk memberikan makanan yang mengandung
gas/asam.
 kolaborasi berikan antiemetik,antasida sesuai indikasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus Semu.
Pasien bernama An. R usia 6 tahun datang ke Rumah Sakit dengan
kondisi tampak memerah pada badan dan terlihat meringis menahan
sakit. Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut sebelah kiri seperti
di tusuk-tusuk. Pada saat digunakan untuk beristirahat pun nyerinya
masih terasa. Keluarga pasien mengatakan badan pasien panas dan
setiap makan pasien selalu mual dan ingin muntah. Hasil pemeriksaan
TD 100/50 mmHg, RR 45x/ menit, Suhu 39,2 ºC, N 115 x/menit. Skala
nyeri 5, Kulit teraba hangat. BB sebelum sakit 18 kg, BB saat
pengkajian 17 kg.
B. Pengkajian
1. Identitas pasien.
- Nama : An. R
- Umur : 6 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Suku : Jawa
- Agama : Islam
- Alamat : Jln. Anggrek No. 07 Kalidawir.
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut sebelah kiri seperti di
tusuk-tusuk. Pada saat digunakan untuk beristirahatpun nyerinya masih
terasa.
 Riwayat penyakit
Saat dilakukan pemeriksaan :
 Suhu : 39,2°C
 RR : 45x / menit
 TD : 100/50 mmHg
 Nadi : 115 x/ menit
 Skala nyeri : 5
 Riwayat Penyakit Dahulu : -
 Riwayat Penyakit Keluarga : -
 Riwayat Psikososial : -

C. Pemeriksaan Fisik.
 B1 (Breath) : RR = 45 x/menit.
 B2 (Blood) : TD = 100/50 mmHg, suhu = 39,2°C.
 B3 (Brain) : -.
 B4 (Bladder) : -
 B5 (Bowel) : BB turun dan mual muntah.
 B6 (Bone) : Nyeri pada bagian perut sebelah kiri.

D. Analisis Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN


1. DS : Keluarga Salmonela thypi Hipertermia (D.0130)
pasien mengatakan
badan pasien Git
panas.
DO : Usus halus
- Kulit teraba
hangat. Aliran darah
- TD : 100/50 mmHg
- RR : 45x / Organ Res
menit.
- Nadi : 115 x/ Inflamasi
menit.
Endotoksin

Demam

Hipertermi
2 DS : Pasien Salmonela thypi Nyeri Akut (D.0077)
mengeluh nyeri
pada perut sebelah Git
kiri seperti di
tususk-tusuk .
- Pada saat Usus halus
digunakan untuk
beristirahat pun Aliran darah
nyerinya masih
terasa. Organ Res
DO : Pasien
terlihat meringis Hati
menahan sakit.
- Skala nyeri = 5. Hepatomegali
- TD : 100/50 mmHg
- RR : 45 x/menit Nyeri perabaan
- Nadi :
115x/menit. Nyeri akut

3 DS : Keluarga Salmonela thypi Defisit Nutrisi (D.0019)


pasien mengatakan
bahwa setiap makan Git
pasien selalu mual
ingin muntah. Usus halus
DO: Penurunan BB 1
kg. Aliran darah

Organ Res

Inflamasi
Endotoksin

Mual

Nafsu makan
menurun

Nutrisi kurang
dari kebutuhan

E. Diagnosa Keperawatan.
1. Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan iritasi saluran gastrointestinal.
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan penurunan berat badan dan
mual muntah.

F. Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 :

Hari/
Diagnosa SLKI SIKI
Tanggal
Hiperter Sabtu, Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipertermi
mi 21/03/2020 (hal.129) (I.15506) (hal.181)
(D.0130) Kriteria Hasil Observasi
a. Kulit memerah. - Identifikasi penyebab
(menurun) hipertermia.
b. Suhu tubuh. (membaik) - Monitor suhu tubuh.
c. Suhu kulit. (membaik) - Monitor komplikasi
d. Tekanan darah. akibat hipertermia.
(membaik)
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
yang dingin.
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian.
- Berikan cairan oral.
- Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)

Edukasi
- Anjurkan tirah baring.

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

Regulasi Temperatur (I.14578)


(hal. 388)
Observasi
- Monitor suhu anak tiap
2 jam, jika perlu.
- Monitor tekanan darah,
frekuensi pernafasan
dan nadi.
- Monitor warna dan suhu
kulit.
- Monitor dan catat tanda
dan gejala hipotermia
atau hipertermia.

Terapeutik
- Pasang alat pemantau
suhu continue, jika
perlu.
- Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi yang
adekuat.
- Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien.

Kolaborasi
- Pemberian antipiretik,
jika perlu

Diagnosa Keperawatan 2 :

Hari/
Diagnosa SLKI SIKI
Tanggal
Nyeri Sabtu, Tingkat Nyeri (L.08066) .Manajemen Nyeri (I.08238)
Akut 21/03/2020 (hal.145) (hal.201)
(D.0077) a. Keluhan nyeri. Observasi
(menurun) - Identifikasi lokasi,
b. Meringis. (menurun) karakteristik durasi,
c. Anoreksia. (menurun) frekuensi, kualitas,
d. Muntah. (menurun) intensitas nyeri
e. Mual. (menurun) - Identifikasi nyeri.
f. Frekuensi. (membaik) - Identifikasi respon nyeri
g. Tekanan darah. non verbal.
(membaik) - Identifikasi faktor yang
Kontrol Nyeri (L.08063) meperberat dan
(hal.58) memperingan nyeri.
a. Melaporkan nyeri - Monitor efek samping
terkontrol. (meningkat) penggunaan analgetik.
b. Kemampuan mengenali
onset nyeri. (menigkat) Terapeutik
c. Kemampuan mengenali - Berikan teknik non
penyebab nyeri. farmakologis untuk
(meningkat) mengurangi rasa yeri
d. Kemampuan (mis. TENS, hypnosis,
menggunakan teknik akupresure, terapi
non-farmakologis. music, bio feedback,
(meningkat) terapi pijat, aroma
e. Keluhan nyeri. terapi, teknik imajinasi
(menurun) terbimbing, kompres
f. Penggunaan analgesik. hangat atau dingin,
(meningkat) terapi bermain)
- Fasilitas istirahat dan
tidur.
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.

Edukasi
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat.
- Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi
- Pemberian analgetik,
jika perlu.

Edukasi Manajemen Nyeri


(I.12391) (hal.70)
Observasi
- Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi.

Terapeutik
- Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan.
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan.
- Berikan kesempatan
untuk bertanya.

Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan strategi
meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
- Ajarkan teknik no
famakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.

Diagnosa Keperawatan 3 :

Hari/
Diagnosa SLKI SIKI
Tanggal
Defisit Sabtu, 21 Status Nutrisi (L.03030) Promosi Berat Badan (I.03136)
Nutrisi Maret 2020 (hal.121) (Hal.358 )
(D.0019) a. Nyeri abdomen. Tindakan :
(menurun)  Observasi
b. Berat badan. (membaik) a. Identifikasi
c. Indeks Masaa Tubuh kemungkinan
(IMT). (membaik). penyebab BB
kurang.
Perilaku Meningkatkan Berat
b. Monitor berat
Badan (L.03026) (Hal.90 )
badan.
Kriteria hasil :
 Terapeutik
a. Mengidentifikasi
a. Berikan
penyebab pernurunan
suplemen jika
berat badan.
perlu.
(meningkat)
b. Berikan pujian
b. Menetapkan target
untuk pasien/
beratyang sehat.
keluarga untuk
(meningkat)
peningkatan
c. Memonitori IMT.
yang di capai.
(meningkat)
 Edukasi
d. Memonitori berat
a. Jelaskan jenis
badan. (meningkat)
makanan yang
bergisi, namun
tetap terjangkau.
b. Jelaskan
peningkatan
asupan kalori
yang di
butuhkan.

G. Implementasi
Diagnosa Keperawatan 1 :

No. Diagnosa Tanggal/ Jam Tindakan Paraf


Hipertermi 21/03/2020/ Manajemen Hipertermi (I.15506) (hal.181)
(D.0130) 08.00 Observasi
- Mengidentifikasi penyebab
hipertermia.
- Memonitor suhu tubuh.
- Memonitor komplikasi akibat
hipertermia.

Terapeutik
- Menyediakan lingkungan yang dingin.
- Melonggarkan atau lepaskan pakaian.
- Memberikan cairan oral.
- Melakukan pendinginan eksternal (mis.
selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)

Edukasi
- Menganjurkan tirah baring.

Kolaborasi
- Mengkolaborasikan pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika perlu

Regulasi Temperatur (I.14578) (hal. 388)


Observasi
- Memonitor suhu anak tiap 2 jam, jika
perlu.
- Memonitor tekanan darah, frekuensi
pernafasan dan nadi.
- Memonitor warna dan suhu kulit.
- Memonitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia atau hipertermia.

Terapeutik
- Memasang alat pemantau suhu
continue, jika perlu.
- Meningkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat.
- Menyesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien.

Kolaborasi
- Memberikan antipiretik, jika perlu

Diagnosa Keperawatan 2 :

No. Diagnosa Tanggal/ Jam Tindakan Paraf


Nyeri Akut 21/03/2020/ Manajemen Nyeri (I.08238) (hal.201)
(D.0077) 09.00 Observasi
- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- Mengidentifikasi nyeri.
- Mengidentifikasi respon nyeri non
verbal.
- Mengidentifikasi faktor yang
meperberat dan memperingan nyeri.
- Memonitor efek samping penggunaan
analgetik.

Terapeutik
- Memberikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa yeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresure, terapi
music, bio feedback, terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau dingin, terapi
bermain)
- Memfasilitas istirahat dan tidur.
- Mempertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.

Edukasi
- Menganjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
- Menganjurkan menggunakan analgetik
secara tepat.
- Mengajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi
- Memberikan analgetik, jika perlu.

Diagnosa Keperawatan 3 :

No. Diagnosa Tanggal/ Jam Tindakan Paraf


Defisit Nutrisi 20/03/2020/ Promosi Berat Badan
(D.0019) 10.00  Observasi
a. Mengidentifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang.
b. Memonitor berat badan.
 Terapeutik
a. Memberikan suplemen jika
perlu.
b. Memberikan pujian untuk
pasien/ keluarga untuk
peningkatan yang di capai.
 Edukasi
a. Menjelaskan jenis makanan
yang bergisi, namun tetap
terjangkau.
b. Menjelaskan peningkatan
asupan kalori yang di butuhkan.
H. Evaluasi

Diagnosa Keperawatan 1 :

Diagnosa
Tanggal/ Jam Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan
Hipertermi 28/03/2020/ S :-Suhu tubuh pasien sudah
(D.0130) 08.00 Normal
:- Badan sudah tidak tampak
merah
O :-Kulit pada pasien sudah tidak
teraba hangat dan normal
TD : 108/70 mmHg
RR : 20x /menit
Nadi : 100x /menit
A :- Masalah teratasi
P :- Intervensi dihentikan

Diagnosa Keperawatan 2 :

Diagnosa
Tanggal/ Jam Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan
Nyeri Akut (D.0077) 20/03/2020/ S :- Nyeri perut pada pasien pada
09.00 bagian sebelah kiri sudah hilang
:- ibu pasien pasien berkata tidak
merasakan nyeri pada saat
beristirahat
O :- Skala Nyeri : 0
:-Pasien sudah tidak tampak
meringis
A:- Masalah teratasi
P :- Tindakan dihentikan
Diagnosa Keperawatan 3 :

Diagnosa
Tanggal/ Jam Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan
Defisit Nutrisi 20/03/2020/ S :- Ibu pasien mengatakan sudah
(D.0019) 10.00 tidak mual dan muntah saat
makan

O :-BB sudah normal dan tidak


ada lagi penurunan

A :- Masalah teratasi
P :- Tindakan dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Relaps adalah kekambuhan yang biasanya terjadi akibat pengobatan tifoid
dengan antibiotic kloramfenikol, komplikasi demam tifoid dapat di hindarkan dengan
cara meningkatkan derajat daya tahan tubuh pasien dan memberikan perawatan yang
sebaik-baik nya pada pasien tifoid.

B. SARAN
Mengadakan penyuluhan cara hidup sehat dan pencegahan penyakit demam
tifod kepada masyarakat. Terutama pada masyarakat dengan pendidikan yang kurang.
Semua penderita tifoid segera di bawa ke rumah sakit agar dapat perawatan yang
sempurna, seperti pengobatan sesuai dengn dosis dan ketentuan pengobatan, untuk
mencegah komplikasi
DAFTAR PUSTAKA

 Nala, Sri. 2014. Askep demam typoid.


https://www.slideshare.net/mobile/Snala26/askep-demam-thypoid ( )
 Mag, Asuransi. 2016. Artikel Kesehatan : Demam Typoid.
 http://www.mag.co.id/demam-tifoid-typhoid-fever/. ( diakses tanggal 21
MAret 2020)
 Marianti. 2018. Demam tyfoid : gejala, penyebab, pengobatan.
https://www.alodokter.com/tifus/pencegahan (diakses tanggal 21 Maret 2020)
 https://www.academia.edu/8892603/Makalah_Demam_Typoid ( diakses
tanggal 21 Maret 2020)
 http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/jmp/article/view/15250/11376
( diakses tanggal 21 Maret 2020)

Anda mungkin juga menyukai