Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MIKRO

“Teori Kardinal”

Disusun Oleh:

NAMA : MERSIANA MAMUL


NPM : 593-2-15.033
PRODI : AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) KARYA RUTENG


TAHUN AKADEMIK 2015/2016

KATA PENGANTAR
  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Teori Kardinal ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada
Bapak Dosen mata kuliah Mikro yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
ekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Ruteng, Januari 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1.  Latar Belakang Masalah 1
1.2.  Rumusan Masalah 2
1.3.  Tujuan dan Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1.  Penjelasan Teori Konsumen dengan Pendekatan Marginal 3
2.1.1. Pengertian Konsumen dan Perilakunya 3
2.1.2.  Perilaku konsumen ada yang bersifat rasional dan irasional 4
2.1.3.  Definisi Pendekatan Kardinal 4
2.2.  Asumsi Dasar Pendekatan Kardinal 5
2.2.1. Asumsi seorang konsumen 6
2.3. Analisis Total Utility dan Marginal Utility dalam Pendekatan Kardinal 6
2.3.1. Kurva Total Utility dan Marginal Utility 7
2.4.   Pemaksimuman Nilai Guna 8
2.4.1.  Hukum Gossen II 8
BAB III PENUTUP 10
3.1.   Kesimpulan 10
3.2.  Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang harus melakukan pilihan, terutama pilihan
dalam hal konsumsi karena setiap orang tidak pernah lepas dari hal tersebut.Setiap orang
berbeda dalam menentukan pilihannya.Masing-masing konsumen merupakan pribadi yang
unik.Konsumen yang satu dengan yang lainya mempunyai kebutuhan yang berbeda dan
perilaku yang berbeda dalam memenuhi kebutuhannya.Namun, dalam perbedaan-perbedaan
yang unik itu ada suatu persamaan, yaitu setiap konsumen berusaha untuk memaksimalkan
kepuasaanya dalam mengonsumsi suatu barang.
Perilaku konsumen yang biasanya menerangkan berbagai perilaku konsumsinya
dalam membelanjakan pendapatannya untuk memperoleh alat-alat kepuasan guna memenuhi
kebutuhan.Terpenuhinya kebutuhan seorang konsumen akan menimbulkan kepuasan
tersendiri bagi konsumen tersebut. Biasanya berupa barang-barang konsumsi ataupun jasa-
jasa konsumsi.Terdapat berbagai macam reaksi-reaksi konsumen dalam mengambil
keputusan dalam hal konsumsinya terutama mengenai kesediaanya membeli suatu barang
terhadap berubahnya jumlah pendapatan yang telah diperoleh.
Pengambilan keputusan atas berbagai pilihan yang ada akan membentuk pola perilaku
konsumen. Teori perilaku konsumen, ada dua pendekatan yang digunakan, yaitu Pendekatan
Ordinal dan Pendekatan Kardinal.Dalam makalah ini, khusus kami susun untuk membahas
lebih lanjut mengenai Teori Perilaku Konsumen dengan Pendekatan Kardinal.
Sedikit menyinggung mengenai pengertian pendekatan kardinal pada intinya adalah
daya guna yang dapat diukur menggunakan angka yang selanjutnya akan dibahas dalam Bab
Pembahasan. Karena definisi tersebut, pendekatan kardinal sepertinya mempunyai kelemahan
berupa tidak realistis asumsi dapat diukurnya kepuasan seseorang, apalagi pengukurannya
menggunakan angka. Namun dari segi lain, pendekatan kardinal ini mempunyai kelebihan
tersendiri.Adapun salah satunya kelebihan yang paling menonjol ialah berupa lebih
mudahnya isi konsepsi kardinal untuk diselami,khususnya bagi orang awam mudah untuk
mengerti mengapa dalam kebanyakan buku teks, pendekatan kardinal adalah uraian yang
biasanya diulas terlebih dahulu daripada pendekatan ordinal.

1
1.2.  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini anatara lain sebagai berikut:
1.      Bagaimana penjelasan teori konsumen dalam pendekatan kardinal ?
2.      Apa saja asumsi – asumsi dasar pendekatan kardinal ?
3.      Bagaimana analisis Total Utility dan Marginal Utility dalam pendekatan kardinal ?

1.3.  Tujuan dan Manfaat


Tujuan dan manfaat dari penyusunan makalah ini antara lain, ialah:
1. Mahasiswa mampu memahami tentang penjelasan teori konsumen dalam pendekatan
cardinal
2.   Mahasiswa mampu memahami asumsi – asumsi dasar dalam teori pendekatan cardinal
3.   Mahasiswa mampu menganalisis utilitas total dan utilitas marjinal dalam pendekatan
cardinal

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Penjelasan Teori Konsumen dengan Pendekatan Marginal


2.1.1. Pengertian Konsumen dan Perilakunya
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup
lain dan tidak untuk diperdagangkan.Setiap konsumen memiliki perilaku yang berbeda-beda
dalam memilih jenis konsumsi yang dibutuhkannya.
Pengertian perilaku konsumen menurut Philip Kotler adalah hasil yang dirasakan oleh
pembeli yang mengalami kinerja sebuah perusahaan yang sesuai dengan
harapannya.Sedangkan menurut Etat Swan pengertian dari perilaku konsumen adalah
evaluasi secara sadar atau penilaian kognitif menyangkut apakah kinerja produk relatif bagus
atau jelek atau apakah produk bersangkutan cocok atau tidak cocok dengan tujuan/
pemakaiannya.
Pelanggan merasa puas apabila harapan mereka terpenuhi, dan merasa amat gembira
apabila harapan mereka terlampaui.Pelanggan yang puas cenderung tetap loyal lebih lama,
membeli lebih banyak, kurang peka terhadap perubahan harga dan pembicaraannya
menguntungkan perusahaan.1[1] (Partadiredja, 1985)
Untuk memilih barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan
keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-
involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Seorang konsumen dalam memilih sesuatu mempunyai beberapa faktor penting untuk
memilih suatu barang/benda yang akan dipilihnya,beberapa faktornya sebagai berikut:
1.      Pendapatan
Semakin besar pendapatan maka jumlah konsumsi cenderung semakin besar(MPC =
Marginal Propencity to Consume). Kecenderungan menambah tabungan dikarenakan adanya
tambahan pendapatan (MPS = Marginal Propencity to Save). Hubungan pendapatan dan
konsumsi menurut Engel’s adalah sebagai berikut:
“Semakin besar pendapatan, semakin kecil bagian pendapatan itu digunakan untuk
mengonsumsi barang pokok dan semakin meningkat bagian pengeluaran untuk konsumsi
barang mentah”. Pernyataan ini dikenal dengan istilah Engel’s Low,

1[1] (Parta

3
2.      Harga Barang dan Jasa
Secara normal jika harga naik, maka permintaan terhadap barang tersebut akan turun
dan jika harga barang turun makan permintaan barang tersbeut akan naik, kecuali barang
tersebut merupakan barang kebutuhan pokok.
3.      Kebiasaan Konsumen
Perilaku konsumtif seseorang yang mempunyai kebiasaan belanja secara berlebihan
yang belum tentu diperlukannya akan meningkatkan gejala konsumerisme di masyarakat.
4.      Adat Istiadat
Pada acara tertentu yang merupakan adapt istiadat orang di suatu daerah akan
membutuhkan barang-barang tertentu yang mungkin tidak sama di tiap-tiap daerah.
5.      Barang Substitusi
Jika harga suatu barang naik, maka banyak konsumen akan beralih ke barang
subsitusi untuk memenuhi kebutuhannya.
6.      Selera Konsumen
Setiap konsumen mempunyai selera yang berbeda satu dengan yang lain dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga selera akan mempengaruhi tingkat konsumsi
seseorang.
2.1.2.      Perilaku konsumen ada yang bersifat rasional dan irasional.
1)  Perilaku konsumen rasional adalah konsumen yang dalam melakukan tindakan atau
mengonsumsi barang berdasarkan pada akal (nalar) serta prinsip ekonomi. Dasar
pertimbangannya sebagai berikut:
a. Produk barang dapat memberikan kegunaan maksimal.
b.   Barang tersebut betul-betul dibutuhkan.
c.   Kualitas barang terjamin.
d.   Harga terjangkau atau sesuai kemampuan.
2) Perilaku konsumen yang irasional yaitu konsumen yang dalam bertindak tanpa
pertimbangan, misalnya sebagai berikut:
a. Membeli barang karena merek terkenal.
b.   Membeli barang karena ada bonusnya.
2.1.3.      Definisi Pendekatan Kardinal
Pendekatan kardinal dalam analisis konsumen didasarkan pada asumsi bahwa tingkat
kepuasan yang diperoleh konsumen dari konsumsi suatu barang dapat diukur secara langsung
dengan angka menggunakan satuan tertentu seperti uang, jumlah atau buah.Oleh karena itu,
pendekatan ini disebut juga dengan pendekatan kardinal (cardinal approach).Pendekatan ini
4
juga mengandung anggapan bahwa semakin berguna suatu barang bagi seseorang, maka akan
semakin diminati.
Kata utilitas berasal dari bahasa inggris yaitu utility. Utilitas memiliki satuan yang
disebut util. Utilitas yang diperoleh dari konsumen dalam mengonsumsi dapat berupa utilitas
total (total utility) dan utilitas marjinal (marginal utility). Teori utilitas menyatakan utilitas
barang dan jasa tertentu tidak bisa diukur dengan skala objektif, konsumen berwenang dalam
memberikan peringkat terhadap beberapa alternative yang berbeda.
Dalam pendekatan ini, digunakan konsep Total Utility (TU) dan Marginal Utility
(MU). Untuk memahami penerapan pendekatan utilitas kardinal ini, misalnya setelah
berolahraga, Anda akan merasa haus. Untuk menghilangkan rasa haus tersebut, Anda
memutuskan untuk meminum air dalam gelas. Kali pertama Anda meminum satu gelas air,
Anda akan mendapatkan tingkat utilitas atau utilitas tertentu. Selanjutnya, Anda meminum air
dalam gelas yang kedua. Dengan mengonsumsi air dalam gelas kedua, total utilitas Anda
akan meningkat karena air dalam gelas kedua memberikan tambahan utilitas.2[2] (Prathama
Rahardja dan Mandala Manurung, 2008)
Demikian juga, jika Anda memutuskan untuk meminum air dalam gelas ketiga, nilai
total utility akan bertambah karena air dalam gelas ketiga memberikan tambahan utilitas.
Tambahan utilitas ini disebut utilitas marjinal atau marginal utility .Sejalan dengan hukum
utilitas marjinal yang semakin berkurang (the law of diminishing marginal utility), semakin
banyak Anda mengonsumsi air, utilitas tambahan yang diperoleh dari mengonsumsi air
tersebut semakin berkurang.
Utilitas marjinal yang semakin berkurang muncul dari kenyataan bahwa kenikmatan
yang Anda peroleh dari meminum air tersebut akan menurun sejalan dengan makin
banyaknya air yang dikonsumsi. Dengan semakin berkurangnya utilitas tambahan tersebut,
utilitas total akan meningkat dengan laju yang semakin menurun. Nilai utilitas total akan
maksimum pada saat nilai utilitas marjinal sama dengan nol (MU = 0).

2.2.   Asumsi Dasar Pendekatan Kardinal


Meskipun pendekatan guna kardinal mempunyai kelemahan berupa tidak realistis
asumsi dapat diukurnya kepuasan seseorang,namun dari segi lain,pendekatan cardinal ini
mempunyai kelebihan tersediri.Adapun salah satunya kelebihan yang paling menonjol ialah
berupa lebih mudahnya isi konsepsi cardinal untuk diselami,khususnya bagi mereka yang
pertama kali mudah dimengerti mengapa dalam kebanyakan buku teks menggunakan
2

5
pendekatan kardinal yang mandahului uraian mengenai teori konsumen yang menggunakan
pendekatan ordinal.Sebelumnya asumsi – asumsi yang mendasari pendekatan cardinal
disebutkan dan diuraikan secara eksplisit. Asumsi – asumsi dibawah ini merupakan asumsi –
asumsi dasar yang khas untuk teori konsumen yang menggunakan pendekatan cardinal yaitu :
a) Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
b)   Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan.
c)   Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap
satu satuan.Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi
semakin kecil. (Mula – mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau
saturation point tambahan kepuasan akan semakin turun). Hukum ini menyebabkan
terjadinya Downward sloping MU curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini
dikenal dengan hukum Gossen.
d)  Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang,
sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh
tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika
kepuasan yang dirasakan konsumen rendah maka dia hanya akan mau membayar dengan
harga murah. Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal.
2.2.1.      Asumsi seorang konsumen :
1) Konsumen harus rasional yaitu menginginkan kepuasan maksimal.
Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional jika memerhatikan hal-hal berikut:
a)      barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen;
b)      barang tersebut benar-benar diperlukan konsumen;
c)      mutu barang terjamin;
d)     harga sesuai dengan kemampuan konsumen.
2)  Konsumen punya preferensi jelas akan barang dan jasa
3)   Terdapat kendala anggaran

2.3. Analisis Total Utility dan Marginal Utility dalam Pendekatan Kardinal
Hukum Law of Deminishing Return atau nilai guna marginal yang semakin menurun
yang akan lebih mudah dipahami apabila digambarkan dalam bentuk angka dan grafik.
Untuk contoh menggunakan angka, kami misalkan bahwa kepuasan mengkonsumsi
Mie Instan dalam kurun waktu tertentu pada seseorang ditunjukkan dengan Total Utility dan
Marginal Utility. Dari contoh tersebut, dapat dilihat bahwa nilai guna akan semakin menurun
apabila jumlah konsumsi terus menerus ditambah.
6
Jumlah Mie Instan yang Total Utility Marginal Utility
dimakan
0 0 -
1 10 10
2 18 8
3 24 6
4 28 4
5 30 2
6 31 1
7 30 -1
8 27 -3
9 22 -5
10 15 -7
11 7 -8
Table 1 Total Utility dan Marginal Utility Dalam Angka
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada konsumsi mie instan tersebut nilai guna
marginal adalah positif, maka nilai guna total akan terus bertambah jumlahnya, akan tetapi
nilai guna marginal pada konsumsi ketujuh menjadi negatif. Ini berarti kepuasan
mengkonsumsi mie instan mencapai tingkat maksimum apabila mencapai konsumsi
keenam.Dan mengalami penurunan TU pada tingkat konsumsi ketujuh.
2.3.1.      Kurva Total Utility dan Marginal Utility
Dalam grafik, sumbu tegak menggambarkan TU dan sumbu datar menggambarkan
jumlah barang yang dikonsumsi. Kurva TU berawal dari titik 0, yang berarti pada waktu tidak
terdapat konsumsi, maka TU adalah nol. Apabila jumlah konsumsi mie instan bertambah,
maka pada mulanya kurva TU akan naik. Kemudian kurva TU akan menurun apabila jumlah
konsumsi mie instan melebihi 6 buah

Dalam grafik, sumbu tegak menggambarkan MU dan sumbu datar menggambarkan


jumlah mie instan yang dikonsumsi, kurva MU turun dari kiri atas ke kanan bawah, hal ini
menunjukkan adanya Law of Deminishing Return atau hukum nilai guna marginal yang
semakin menurun. Pada jumlah konsumsi ketujuh, kurva MU memotong sumbu datar yang
menunjukkan nilai MU adalah negative

2.4.   Pemaksimuman Nilai Guna


7
Salah satu pemisalan penting dalam teori ekonomi adalah setiap orang akan berusaha
untuk memaksimumkan kepuasan yang dapat dinikmatinya. Syarat pemaksimuman nilai guna
adalah setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan berbagai jenis barang
akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya.3[3] (Sukirno, 2005)
2.4.1.  Hukum Gossen II
MUx =MUy atau MUx = Px
Px Py MUy Py
M = xPx + yPy

MUx MUy
Jumlah MUx MUy
Px Py
1 58 29 34 34
2 48 24 32 32
3 42 21 30 30
4 36 18 28 28
5 30 15 26 26
6 24 12 22 22
7 20 10 18 18
8 8 4 12 12
Table 2 Tambahan Kepuasan
M = Rp 15
Px = Rp 2 Py = Rp 1
x=? y=?

Caranya :
MUx = MUy M = xPx + yPy
Px Py
36 = 18 15 = 4.2 + 7.1
2 1 15 = 15

18 = 18

8
BAB III
PENUTUP

3.1.   Kesimpulan
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup
lain dan tidak untuk diperdagangkan. Pelanggan merasa puas apabila harapan mereka
terpenuhi, dan merasa amat gembira apabila harapan mereka terlampaui.Perilaku konsumen
ada yang bersifat rasional dan irasional.
Dalam pendekatan kardinal, digunakan konsep Total Utility (TU) dan Marginal
Utility (MU). Ada beberapa asumsi konsumen dalam melakukan kegiatan konsumsi, yaitu
9
konsumen harus rasional yaitu menginginkan kepuasan maksimal, konsumen punya
preferensi jelas akan barang dan jasa, serta terdapat kendala dalam anggaran.
Hukum Law of Deminishing Return atau nilai guna marginal yang semakin menurun
akan lebih mudah dipahami apabila digambarkan dalam bentuk angka dan grafik.Sedangkan
pemaksimuman nilai guna dapat diperhitungkan dengan menggunakan teori Hukum Gossen
II.

3.2.  Saran
1. Bagi pembaca
Diharapkan agar para pembaca dapat mengetahui bahwa Teori Konsumen pada
Pendekatan Kardinal memiliki cara tersendiri dalam mengukur setiap tambahan kepuasan
terhadap suatu barang atau jasa . Teori ini perlu dikeetahui oleh setiap konsumen dalam
memenuhi kepuasan akan suatu barang atau jasa .
2. Bagi penulis
Penulis diharapkan agar berkenan menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun, agar penulis belajar untuk memperbaiki kinerjanya dalam membuat makalah
yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Partadiredja, A. (1985). Pengantar Ekonomika Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE-


Yogyakarta.

Prathama Rahardja dan Mandala Manurung. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi


(Mikroekonomi dan Makroekonomi) Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.

Sukirno, S. (2005). Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT.
RAJAGRAFINDO PERSADA.

10

Anda mungkin juga menyukai