Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada era sekarang ini semua masyarakat di dunia membutuhkan
suatu konsolidasi terhadap Negaranya masing-masing. Berbagai bentuk
pertahanan dan kerukunan dilakukan untuk negaranya. Agar Negara
tersebut tetap bertahan dan bersaing di kancah dunia baik dari segi
ekonomi maupun segi keamanan dan bidang lainnya. Semua Negara
bersaing di dunia ini. Bersaing di segala bidang agar dapat diakui dan
dipandang Negara lain.
Begitu juga di Indonesia, berbagai macam prestasi ditorehkan di
berbagai macam ajang perlombaan bergengsi di kancah internasional. Dan
Indonesia telah mencetak berbagai medali pula. Namun sayangnya dengan
prestasi yang banyak tersebut, tidak diimbangi dengan kerukunan dan
kemakmuran rakyat dalm negeri sendiri. Terbukti dari riset, kesadaran
untuk cinta tanah air di Indonesia sekarang sangat menurun drastis. Dalam
berbagai waktu banyak terjadi perang saudara antar suku di Indonesia
maupun kerusuhan karena perbedaan agama. Menurut beberapa kalangan
di seluruh dunia beranggapan bahwa Negara Indonesia ini bukan Negara
yang damai. Keamanan dan ketertibannya juga kurang memadai. Padahal
beberapa tahun yang lalu Negara kita disebut-sebut Negara yang
masyarakatnya ramah tamah dan menyayangi segala perbedaan serta
sangat cinta tanah air.
Diakui Negara Indonesia memang memiliki berbagai macam suku,
agama, ras, dan potensi daripada Negara lain. Namun banyaknya
perbedaan ini bukan membuat bangga Negara kita tercinta ini, tetapi
semakin memperburuknya keadaan social dalam negeri. Terbukti dari
waktu ke waktu semakin banyak masalah yang timbul akibat perbedaan
tersebut. Antara lain kasus suku Sampid dan Madura, kasus poso yang

1
sampai kini belum ada ujungnya, dan baru-baru ini masih banyak
diperbincangkan adalah kasus pemboman di beberapa daerah. 
Dari berbagai peristiwa tersebut dapat kita lihat bahwa masyarakat
kita sangat miskin ilmu pengetahuan dan miskin akan rasa cinta tanah air.
Banyak dari mereka belum mengerti apa kewajiban dan hak sebagai warga
Negara Indonesia, termasuk untuk mencintai tanah air melalui menjaga
keamanan dan ketertiban warga negaranya. Hal ini terjadi karena
kurangnya penanaman ilmu pengetahuan tentang cinta tanah air.
Banyak dari mereka tidak paham bagaimana kita mencintai tanah
air dan menjaga Negara seutuhnya. Inilah persoalan yang akan dikaji.
Bagaimana kita sebagai warga Indonesia untuk lebih mencintai tanah air
kita, agar tidak ada lagi perselisihan dan kerusuhan akibat banyaknya
perbedaan yang terjadi. Agar Negara kita lebih dipandang oleh Negara lain
sebagai Negara yang makmur dan sejahtera dilihat dari segala bidang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Cinta Tanah Air ?
2. Bagaiamana Cinta Tanah Air dalam Perspektif Agama Islam ?
3. Bagaimana Penanaman Karakter Cinta Tanah Air ?
4. Apa Indikator Perilaku Cinta Tanah Air ?
5. Apa Faktor-faktor Penyebab Pudarnya Rasa Cinta Tanah Air ?
6. Bagaimana Peranan Pancasila dalam Menumbuhkan Rasa Cinta Tanah
Air ?
7. Bagaimana Implementasi Bela Nega untuk Mewujudkan Cinta
Tanah Air ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Cinta Tanah Air ?
2. Mengetahui Cinta Tanah Air dalam Perspektif Agama Islam ?
3. Mengetahui Penanaman Karakter Cinta Tanah Air ?
4. Mengetahui Indikator Perilaku Cinta Tanah Air ?
5. Mengetahui Faktor-faktor Penyebab Pudarnya Rasa Cinta Tanah Air ?

2
6. Mengetahui Peranan Pancasila dalam Menumbuhkan Rasa Cinta
Tanah Air ?
7. Mengetahui Implementasi Bela Nega untuk Mewujudkan Cinta
Tanah Air ?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Cinta Tanah Air


Ungkapan hubbul wathan minal iman yang artinya cinta tanah air
sebagian dari iman. Makna tersebut ialah supaya kita senantiasa cinta
kepada tanah air kita sendiri. Mustari1 dan Erni2 menjelaskan bahwa cinta
tanah air adalah rasa bangga, rasa menghargai, rasa memiliki, rasa
menghormati dan loyal pada negara tempat ia tinggal serta menunjukkan
cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa, hal ini tergambar dari
perilakunya menjaga dan melindungi negaranya, rela berkorban demi
kepentingan bangsa, serta turut melestarikan budaya-budaya yang ada di
negara tersebut.
Konsep cinta tanah air oleh Mustari dan Erni tersebut sejalan
dengan apa yang diungkapkan oleh Fadlillah yang menjelaskan bahwa
Cinta tanah air adalah cara berfikir, bertindak, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa.3
Namun demikian, cinta tanah air tidak hanya rasa bangga,
Rusyan menyatakan bahwa cinta tanah air bukan semata rasa bangga
tetapi juga dapat tercermin dari perilaku yang ditunjukkan dengan rela
berkorban demi kepentingan bangsa dan negara, sikap yang mengindikasi
untuk berupaya dengan sepenuh hati menerima tanah tumpah darah atau
negara sebagai bagian yang harus dilindungi dan dikembangkan. Dengan
demikian, rasa cinta tanah air dipahami sebagai suatu perasaan mencintai
1
Mohamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 24.
2
Erni, M, Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Rasa Cinta Tanah Air pada Remaja di
Perbatasan Indonesia-Malaysia, 2016, 849-856.
3
Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 40-41.

4
bangsa dengan sepenuh hati sehingga berusaha untuk melindungi dan
memajukan kehidupan bangsanya agar dapat bersaing dengan bangsa
lain.4
Makna lain dari cinta tanah air bahwa cinta tanah air identik dan
dimaknai dengan kata cinta, seperti yang diungkapkan oleh Ismawati dan
Suryanto bahwa cinta tanah air tergambar pada perasaan cinta terhadap
bangsa dan negaranya sendiri. Usaha membela bangsa dari serangan
penjajahan, penjajahan dalam hal ini tidak hanya penjajahan fisik namun
juga penjajahan dalam bentuk ideologi. 5
Dari pemaparan diatas dapat pengertian bahwa cinta tanah air
merupakan ungkapan yang sering didengar dalam kehidupan sehari-hari.
Cinta tanah air merupakan perwujududan rasa bangga akan tanah airnya,
rela berkorban untuk bangsa dan negaranya dan menjunjung tinggi harkat
dan martabat bangsanya. Cinta tanah air sebagai bentuk cara berfikir,
bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
B. Cinta Tanah Air dalam Perspektif Agama Islam
Pada awalnya, Islam tidak mengenal istilah nasionalisme. Adapun
yang dikenal hanya dua konsep teritorial-religious yakni wilayah damai
(Darul Islam) dan wilayah perang (Darul Harb). Oleh karena itu,
munculnya konsep negara bangsa (na ti on s ta te) t elah melahirkan
b eb er ap a ketegangan historis dan konseptual dikalangan Is- lam.
Meski demikian, di dalam Islam dikenal dua terminologi yang mendekati
konsep negara-bangsa yaitu kat a millah dan ummah yang bera rti
masyarakat atau umat. Akan tetapi istilah tersebut lebih mengacu pada
kelompok sosio-religius bukan kepada masyarakat politik. Pada pihak
lain, konsep negara-bangsa mengacu atas kriteria etnisitas, kultur,

4
HA. Tabrani Rusyan, Membangun Disiplin Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Pustaka Dinamika,
2013), 33.
5
Ismawati, Y. T., & Suryanto, T, Peran guru PKn dalam membentuk sikap cinta tanah air di SMA
Negeri Mojosari Kabupaten Mojokerto, 2015, 883-887.

5
bahasa dan wilayah serta mengabaikan unsur religius. Sedangkan pada
tataran institusional konsep negara-bangsa berbenturan dengan konsep
khilafah atau panislamisme.6
Nasionalisme di dunia Islam dapat dipelajari dari sejarah negara-
negara muslim yang ada di dunia yang bersentuhan secara langsung
dengan masyarakat dan negara-negara eropa. Turki adalah salah satu
negara muslim yang menerima secara terbuka konsep nasionalisme
sebagaimana yang ada di negara -negara barat. Disnasti Turki
Utsmani kala itu menguasai hampir seluruh ka was an Timur
Tengah. Negara -negar a ini mengakui dan mengagumi beberapa
konsep politik eropa diantaranya di bidang adminitrasi negara dan
militernya.7
Pada dasarnya, kata cinta tanah air dalam Alquran tidak
disebutkan secara langsung. Namun nilai-nilai kandungan Alquran
banyak ditemukan dalam Alquran. Berbagai nilai cinta tanah air dalam
prespektif Alquran diantaranya sikap nasionalisme dan rela berkorban.
Cinta tanah air menjadi salah satu bagian dari nilai-nilai Alquran yang
luhur. Sebagaimana telah dicontohkan oleh para nabi dan rasul yang
telah memberikan isyarat berbagai fenomena dan peristiwa yang terjadi
sebagai pelajaran berharga dalam menghadapi setiap perubahan masa.
Alquran tidak menjelaskan secara pasti tentang pentingnya rasa
cinta tanah air (hubb al-Wathan) tetapi nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya mampu menjawab segala macam pertanyaan tentang
pentingnya cinta tanah air. Diantara nilai-nilai tersebut adalah semangat
persatuan dan kesatuan (Ukhuwah Is l a mi yya h ) s er t a t u nt u na
n u nt u k s ela lu menghormati dan menghargai sesama manusia.
Inilah salah satu nilai dari cinta tanah air yang ada dalam Alquran, tentu
saja nilai tersebut bukanlah satu-satunya nilai yang mencerminkan cinta

6
Azyumardi Azra, Abas Al-Jauhari, Pergolakan politik Islam: Dari fundamentalisme,
modernisme hingga post-modernisme, (Jakarta: Paramadina, 1996), 12.
7
Ibid., 46.

6
tanah air melainkan masih banyak nilai-nilai yang terkandung di dalam
firman Allah ini.
Berikut merupakan kajian Alquran Surat Al- Hujurat ayat 13 yang
menjelaskan tentang konsep cinta tanah air dalam prespektif Islam yang
artinya:
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa -bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara ka mu . S es u nggu hnya
Alla h M a ha menget a hu i la gi M a ha M engena l.8
Sebab turunnya ayat ini yaitu Ibnu Abi Hatim meriwayatkan
dari Abi Malakah yang berkata, “Setelah pembebasan kotaMekah,
Bilal naik ke a t a s ka ’b a h l a l u men g u ma n d a n g ka n
adzan”.9 Melihat hal itu, s eb a gia n or a ng lalu ber kat a , “ B a g
ai ma n a mu n g ki n budak hitam i n i ya n g justru
mengumandangkan adzan di atas ka’bah !” sebagian yang lain
berkata dengan nada mengejek, “Apakah Allah akan murka kalau
bukan dia yang mengumandangkan adzan? Kemudian Allah
menurunkan ayat ini.10
Dalam Tafsir Al-Misbah mengatakan bahwa ayat di atas dapat
dimaknai sebagai salah satu wujud penisbatan manusia terhadap
tanah kelahirannya atau tanah air. Itu artinya mereka telah memiliki
rasa cinta terhadap tanah tumpah darahnya sejak lahir dan hal itu
merupakan bentuk kodrati.11 Senada dengan hal t er s eb u t , da la
m kit a b A r -R i s a l a h ka r ya Hadratussyeckh Hasyim Asy’ari
menerangkan bahwa membela negara yang sedang mengalami
8
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Kemenag RI,
2016), 447.
9
Al Naisabury, Asbab Al-Nuzul Al-Qur’an, (Beirut: Dar Al-Fikr, 2009), 264.
10
Asy-Suyuthi, Ad-durrul Mantsur Fi At-Tafsiir Ma’tsur, (Beirut: Dar Al-Kutb Al-Ilmiyah, 2010),
107.
11
Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera
Hati, 2014), 445.

7
penjajahan adalah hal yang wajib. Dari pendapat inilah kemudian
dikenal istilah Hubb Al-Wathan Minal Iman yang dipopulerkan oleh
KH. Wahab Hasbullah. Lebih lanjut dalam memaknai kajian Alquran
surat Al-Hujurat di atas, di kalangan umat Islam Indonesia,
nasionalisme dimasuki ruh-ruh nilai-nilai Is lam. Ma sya rakat mus
lim ya ng melaksanakan agamanya dengan benar akan memiliki
rasa nasionalisme.12
P a r a u la ma ’ Indones ia mengelu a r ka n pendapat tentang
cinta tanah air bagi seluruh warga negara. Dalam putusan Majelis
Ulama’ Indonesia (MUI), membela tanah air adalah wajib. Ungkapan yang
paling populer dikalangan bangsa Indonesia adalah pendapat ulama’ yang
mengung- kapkan kalimat: Cinta tanah air adalah bagian dari iman.Jika
dilihat dari makna katanya, kalimat “Hubb” mempunyai arti cinta atau
senang atau rasa memiliki. “ Al Wathan” dapat diartikan sebagai tanah
air atau tanah tumpah darah atau tanah kelahiran. “Min” merupakan huruf
jer yang dapat diartikan sebagai atau sebagian dari. Kata “Al Iman”
berarti kepercayaan atau ketauhidan, Iman juga berarti perasaan percaya
tertinggi manusia kepada tuhannya. Sedangkan apabila dilihat menjadi
satu kesatuan kalimat, maka “Hubb Al Wathan Minal Iman” dapat berarti
cinta tanah air adalah sebagian dari iman.13
Ijtihad ulama’ tersebut tidak terlepas dari fatwa resolusi jihad NU
yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tahun 1945. Makna
resolusi jihad tersebut berarti kewajiban setiap umat Is- lam untuk
berjuang membela negara dan bangsa Indonesia dalam menghadapi
penjajahan Belanda dan Jepang. Resolusi jihad tersebut menjadi salah satu
penyulut semangat rakyat Indonesia dalam perang 10 Nopember 1945 di
Surabaya yang merupakan perlawanan terbesar bangsa Indone- sia setelah
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

12
M Jamaluddin, Nasionalisme Islam Nusantara : Nasionalisme Santri, (Jakarta: Kompas Media
Pustaka), 18.
13
Ibid., 16.

8
Sebagai salah satu ulama’ yang berpengaruh di Indonesia, KH.
Hasyim Asy’ari menyerukan perlawanan dan perjuangan terhadap
penjajah. Makna yang terkandung dalam bait “Hubb Al Wathan” adalah
sebuah penghambaan manusia t er ha da p t u ha nnya . Ha l ini b u ka
n b er a r t i menja dika n t a na h a ir s eb a ga i t u ha n a t a u
sesembahan, melainkan mewujudkan perasaan cinta kepada Allah. Cinta
terhadap Tuhan adalah suatu kewajiban seorang manusia. penghambaan
manusia kepada tuhannya dapat ditandai dengan mencintai makhluk
ciptaanNya. Salah satunya dengan mencintai tanah airya sebagai
ungkapan syukur atas karunia Tuhan yang telah memberikan segala
karunianya. Jika dicermati lebih dalam, makna kalimat “Hubb Al
Wathan” adalah cinta t a na h a ir s eb a ga i wu ju d s yu ku r t er ha
da p melimpahnya karunia Tuhan terhadap tanah airnya. Hal ini juga
sesuai dengan Maqasid Asy Syari’ah diantaranya menjaga agama, nyawa,
harta benda, keturunan dan tanah airnya.
C. Penanaman Karakter Cinta Tanah Air
Supinah dan Parmin memandang bahwa cinta tanah air adalah
cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menunjukkan rasa kesetiaan
tinggi terhadap bangsa dan negara.14 Penanaman karakter cinta tanah air
dapat dilakukan dengan pengenalan identitas negara, lambang negara juga
budaya asli Indonesia. Pendapat Supinah tersebut sesuai dengan
komponen pendidikan karakter yang memuat, pengetahuan, kesadaran
dan tindakan.
1. Pengetahuan
Pengetahuan mencakup informasi atau materi yang terkait dengan
tanah air. Seperti pengetauan tentang sejarah kemerdekaan, tokoh-tokoh
yang ikut dalam memperjuangkan kemerdekaan, mengetahui
keberagaman budaya, mengetahui wilayah-wilayah Indonesia dan lain
sebagainya.

14
Supinah dan Parmin, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Melalui
Pembelajaran Matematika di SD, (Yogyakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, 2011), 23.

9
2. Kesadaran
Setelah memperoleh pengetahuan, kesadaran akan muncul dan
berpengaruh terhadap rasa bangga terhadap tanah air Indonesia pada diri
seseorang. Misalnya setelah mengetahui perjuangan kemerdekaan
Indonesia anak merasakan kerja keras yang dilakukan oleh para pejuang
untuk merebut kemerdekaan. Selanjutnya akan berdampak pada nomor
tiga.
3. Tindakan
Tindakan merupakan komponen pendidikan karakter yang paling
akhir. Setelah adanya pengetahuan dan kesadaran, maka akan muncul
suatu tindakan untuk mengekspresikan atau mengungkapkan kesadaran
tersebut. Misalnya, setelah anak merasakan kerja keras para pejuang
dalam merebut kemerdekaan, muncul tindakan dari anak yaitu anak
menjadi rajin belajar, tidak bercanda dalam melaksanakan upacara
bendera, menyanyikan lagu kebangsaan dengan penuh rasa bangga, dan
lain sebagainya. Selain itu, setelah anak sadar dengan keberagaman
budaya, anak akan berusaha melestarikan budaya tersebut dengan cara
mempelajari dan berlatih dengan sungguh- sungguh.
D. Indikator Perilaku Cinta Tanah Air
Perilaku sikap Cinta Tanah Air dapat berarti mencintai produk
dalam negeri, rajin belajar bagi kemajuan bangsa dan negara, mencintai
lingkungan hidup, melaksanakan hidup bersih dan sehat, serta mengenal
wilayah tanah air tanpa fanatisme kedaerahan. Susanto menyatakan
bahwa indikator seseorang yang berperilaku Cinta Tanah Air yakni
beriman/ memiliki kepercayaan religius, bertaqwa, berkepribadian,
semangat kebangsaan, disiplin, sadar bangsa dan negara, tanggungjawab,
peduli, rasa ingin tahu, berbahasa indonesia baik dan benar,
mengutamakan kepentingan nasional dari pada individu, kerukunan,
kekeluargaan, demokrasi, percaya diri, adil, persatuan dan kesatuan,
menghormati/ menghargai, bangga akan bangsa dan negara, cinta produk

10
dalam negeri, tenggang rasa, bineka tunggal ika (berbeda tetap satu
tujuan), sederhana, kreatif, menempatkan diri/ tanggon, cekatan/ ulet.15
Supinah dan Parmin menjelaskan cinta tanah air adalah cara
berpikir, bersikap, dan bertindak yang menunjukkan rasa kesetiaan yang
tinggi terhadap bangsa dan negara. Indikator cinta tanah air yang
dikemukakan oleh Supinah dan Parmin yakni:16
1. Mengagumi keunggulan geografis dan kesuburan tanah wilayah
Indonesia.
2. Menyenangi keberagaman budaya dan seni di Indonesia.
3. Menyenangi keberagaman suku bangsa dan bahasa daerah yang
dimiliki Indonesia.
4. Mengagumi keberagaman hasil pertanian, perikanan, flora dan fauna
Indonesia.
5. Mengagumi kekayaan hutan di Indonesia.
6. Mengagumi laut serta perannya dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Zaenal menyatakan beberapa indikator keberhasilan karakter cinta
tanah air yang hampir sama dengan pendapat Supinah dan Parmin yakni
sebagai berikut:17
1. Menanamkan nasionalisme dan rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
3. Memajang bendera Indonesia, Pancasila, gambar presiden serta
simbol simbol negara lainnya.
4. Bangga dengan karya bangsa.
5. Melestarikan seni dan budaya bangsa.
Sejalan dengan itu, Mustari menyatakan bahwa indikasi
seseorang memiliki perilaku nasionalis itu memiliki diantaranya
adalah:18
15
Budi Susanto, Gemerlap Nasionalitas Postkolonial, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 25.
16
Supinah dan Parmin, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Melalui
Pembelajaran Matematika di SD, (Yogyakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, 2011), 23.
17
Agus Zaenal Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012), 42.
18
Mohamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),
160.

11
1. Menghargai keindahan alam dan budaya Indonesia
Menghargai keindahan alam dan budaya Indonesia merupakan
hak harus dipupuk pada anak sejak dini, karena memang bangsa
Indonesia memiliki alam dan budaya yang indah dan beragam, betapa
hebatnya budaya yang dimiliki, sehingga banyak jenis budaya itu yang
dipatenkan oleh negara lain. Untuk itu Indonesia perlu mematenkan semua
kekhasan ilmiah dan budaya yang dimiliki kepada dunia. Namun, upaya
tersebut diperlukan adanya semangat nasionalisme yang tinggi.
2. Menghargai jasa para tokoh/pahlawan nasional
Menghargai jasa para tokoh atau pahlawan nasional adalah hal
yang sudah semestinya ditanamkan pada kepada generasi muda.
Mustari berpendapat bahwa jangan sampai anak berada atau tinggal di
sebuah jalan yang bernama seorang pahlawan, namun tidak tahu siapa
pahlawan tersebut. Seringkali berpotret dengan latar belakang patung-
patung yang ada di luar Jawa, misalnya Bali, tetapi tidak mau berfoto
dengan patung- patung kebudayaan sendiri.
3. Bersedia menggunakan produk dalam negeri
Bersedia menggunakan produk sendiri harus ditanamkan kepada
diri masing-masing anak Indonesia, dengan demikian menghormati karya
sendiri, tentu saja ini akan lebih nikmat dan membanggakan. Banyak
orang lain yang membeli banyak pakaian yang berasal dari dalam negeri
karena memang karya yang dihasilkan berkualitas, apalagi ditambah
dengan harga yang murah.
4. Hafal lagu-lagu kebangsaan
Lagu-lagu kebangsaan harus diajarkan dan dihafal oleh anak-anak
sejak dini dan oleh seluruh warga Negara. Sebab lagu-lagu tersebut
membawa anak kembali ke masa perjuangan para pahlawan, para tokoh
kemerdekaan dalam memerdekakan negeri ini, mempertahankan
kemerdekaan ini, dan juga dalam berjuang untuk membangun negeri ini.
Kepahlawanan kenegaraan perlu terus diperdengarkan kepada khalayak
bahwa semangat itu masih ada, dan akan terus ada.

12
5. Memilih berwisata dalam negeri
Memilih berwisata dalam negeri sendiri merupakan sikap terpuji
untuk menumbuhkan dan mengabadikan rasa nasionalisme yang dimiliki.
Warga Indonesia harus mengenal tempat tempat wisata di negerinya,
lebih dari orang asing. Orang-orang asing berbondong-dondong ke
Indonesia untuk berwisata, melakukan penelitian, membuat film,
melakukan usaha, melakukan eksplorasi, dan sebagainya. Oleh karena itu
sering-seringlah berwisata di Indonesia untuk untuk mencari inspirasi,
melepas lelah, mengikuti rasa ingin tahu, dan mungkin juga melakukan
berbagai peluang kerja dan bisnis. Hal yang terpenting adalah rakyat
mengenali dulu negerinya. Baru kemudian, banyak hal yang dapat
dimanfaatkan dari negeri ini untuk rakyat Indonesia.
Sedangkan menurut Departemen Pertahanan Republik Indonesia
indikator dari sikap cinta tanah air dari bela negara dan kewarganegaraan
adalah sebagai berikut : 19
1. Menjaga tanah dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia.

2. Jiwa dan raganya sebagai bangsa Indonesia.

3. Memiliki jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.

4. Menjaga nama baik bangsa dan negara.

5. Memberikan kontribusi pada kemajuan bangsa dan negara.

6. Merasa bangga sebagai sebagai orang yang bertanah air Indonesia.

7. Bersedia membela tanah air untuk kejayaan bangsa.

8. Peduli terhadap rusaknya hutan atau lingkungan di tanah air.

9. Bersedia memelihara lingkungan dan melindungi flora dan


fauna
19
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

13
Indonesia.

10. Dapat menyimpan rahasia negara.

11. Mau hidup dimanapun di wilayah negara Indonesia.

E. Faktor –faktor Penyebab Pudarnya Rasa Cinta Tanah Air


Berbagai faktor yang menyebabkan timbulnya atau pudarnya rasa
cinta tanah air pada diri generasi muda sekarang disebabkan berbagai
faktor baik datang dari dalam diri maupun datang dari lingkungan. Hal
inilah yang menjadi perhatian utama kita pada generasi muda jika tidak
ingin generasi muda Indonesia tidak kenal akan rasa cinta terhadap tanah
air.
Dianatara berbagai faktor yang menimbulkan kurangnya rasa
nasionalisme pada generasi muda antara lain :20

1. Kurangnya pemahaman nilai budaya.


Berbicara mengenai nilai budaya tak lepas dari budaya bangsa
Indonesia yang berbeda- beda. Melalui budaya yang berbeda-beda
memberikan cerminan kepada kita betapa kayanya bangsa Indonesia.
Namun, dibalik budaya yang beragam dan berbeda-beda terdapat satu
kesamaan yaitu kita semua satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.
Kurangnya pemahaman generasi muda terhadap nilai budaya dikarenakan
tidak adanya kepedulian terhadap budaya sendiri karena hanya
memikirkan diri sendiri tanpa mereka melihat budaya dan lingkungan di
sekitar mereka.
Dalam UUD 1945 Pasal 32 ayat 1 berbunyi “Negara memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya”. Mengacu kepada pasal 32 ayat 1
selaku masyarakat, generasi muda ikut terlibat dalam memelihara dan

Novel Firmanto, Lunturnya Rasa Nasionalisme Pada Generasi Muda Kini, dalam
20

https://www.academia.edu/33000287/Lunturnya_Rasa_Nasionalisme_Pada_Generasi_Muda_Kini
?auto=download diakses pada tanggal 25 Desember 2019.

14
mengembangkan nilai-nilai budaya. Bagaimana mereka ikut memelihara
dan mengembangkan nilai-nilai budaya sementara mereka lupa dan tidak
lagi berpegang teguh kepada nilai-nilai muda, jika hal ini terus terjadi
dari tahun ke tahun, maka generasi muda Indonesia kedepannya akan
mengalami krisis terhadap nilai-nialai budaya yang amat bedar. Jika
melihat dalam pasal 32 ayat 1 maka memelihara dan mengembangkan
nilai-nilai budaya tentu sudah menjadi kewajiban setia masyrakat teruta
generasi muda.
Budaya yang yang ada pada masyarakat Indonesia semua
berorientasi kepada pancasila dan UUD 1945. Salah satu budaya yang
dikenal dari masyarakat Indonesia adalah orang yang ramah. Hal ini
menjadikan Indonesia dikenal diberbagai negara karena budayanya yang
sangat baik. Sekarang, seakan-akan ini menjadi pembicaraan semata.
Ketika generasi muda yang tidak mengedepankan moral dan etika.
Mereka lupa akan budaya Indonesia yang mengajarkan menghormati
yang tua, menghargai sesama, mencintai yang muda.
2. Lupa akan identitas diri.
Lupa akan identitas diri dapat diartikan sebagai kurangnya rasa
cinta terhadap tanah air. Kurangnya rasa cinta terhadap tanah air sangat
terasa pada generasi muda sekarang. Mereka berpandangan kepada budaya
barat namun melupakan budaya sendiri. Kita melihat betapa mereka
bangganya memakai atau menggunakan produk-produk luar negeri
dibandingkan produk yang di produksi dalam negeri. Memakai produk
dalam negeri seolah-olah manajdikan mereka tidak percaya diri. Kita bisa
melihat bahwa produk-produk produksi dalam negeri tidak kalah
kualitasnya dibandingkan produk-produk luar negeri.
3. Etnosentrisme
Etnosentrisme yang menganggap sukunya lebih baik dari suku-
suku lainya, membuat generasi muda lebih mengagungkan daerah atau
sukunya dari pada persatuan nasional. Ini sangat dihawatirkan akan

15
menimbulkan perpecahan dan merusak persatuan nasional. Sehingga
hilangnya rasa nasionalisme.
4. Kenakalan remaja
Karena kenalan remaja menimbulkan tidak ada rasa peduli kepada
lingkungan, bangsa dan negara. Salah satu kenakalan remaja yang sangat
besar yaitu mengenai penyalah gunaan narkoba. Penyalah gunaan narkoba
selalu hangat di telinga kita, ketika di berbagai media setiap harinya silih
berganti memberikan berita tentang penyalah gunaan narkoba. Hal ini
sering kali di bahas baik dalam penelitian, seminar, lomba-lomba, pelatihan
yang berkaitan dengan generasi muda. Mengapa demikian? Karena inilah
yang menjadi gambaran generasi muda kita sekarang ini dan masalah
penyalah gunaan narkoba menjadi permasalahan paling besar diantara
kenakalan remaja lainnya.
F. Peranan Pancasila dalam Menumbuhkan Rasa Cinta Tanah Air

Pancasila sejak masa Orde Baru runtuh sampai sekarang ini dianggap
sebelah mata oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyimpangan
yang dilakukan oleh pemerintah dan telah melanggar nilai-nilai dari
Pancasila. Penyimpangan terbesar dan yang paling sulit untuk dibasmi
adalah masalah KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), masalah yang
seolah-olah sudah menjadi penyakit mendarah daging di Indonesia ini.
KKN dilakukan karena kurang adanya rasa nasionalisme dalam bangsa
Indonesia tersebut, dan tidak mengamalkan Pancasila dengan baik dan
benar. Sebagai bangsa yang baik harus dapat menentukan mana sesuatu
yang baik dan mana yang buruk. Dalam kata lain, tidak boleh melanggar
nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila. Bangsa yang baik juga harus dapat
memisahkan antara kepentingan pribadi dan golongan, dengan
kepentingan bersama yakni kepentingan bersama harus didahulukan. Tetapi
dalam keseharian, sikap mengutamakan kepentingan bersama sangat susah
dan hampir dikatakan mustahil untuk dihapuskan karena masalah pribadi,
hubungan pertemanan, relasi, dan hubungan darah merupakan hubungan

16
yang erat dan bahkan dapat mengalahkan rasa nasionalisme terhadap bangsa
Indonesia.

Pancasila yang sejak dahulu diciptakan sebagai dasar negara dan


sudah sejak nenek moyang kita digunakan sebagai pandangan hidup
sudah seharusnya dijadikan pedoman bagi bangsa Indonesia dalam
kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat. Demikian juga bagi
generasi muda, Pancasila yang mulai kehilangan pamornya di kalangan
generasi muda diharapkan akan muncul kembali kejayaannya jika
generasi muda mulai sadar dan memahami fungsi Pancasila serta
melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Semangat nasionalisme dan patriotism di kalangan generasi


muda mulai menurun. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya generasi muda
yang menganggap bahwa budaya barat lebih modern dibanding dengan
budaya sendiri. Generasi muda terutama di kalangan mahasiswa pelajar,
banyak mengekor budaya barat dari pada budaya sendiri. Hal ini bisa dilihat
dari cara bersikap, berpakaian, berbicara sampai pola hidup yang cenderung
meniru budaya asing dari pada budayanya sendiri. Hal ini terjadi di hamper
seluruh pelosok bukan hanya di klota-kota besar akan tetapi sudah
merambah ke pelosok-pelosok desa.

Akhir-akhir ini mulai banyak dibicarakan atau dipertanyakan tentang


wawasan kebangsaan generasi muda. Banyak momentum dilakukan, mulai
dari seminar, lokakarya sampai kongres Pancasila yang sampai sekarang
sudah dilaksanakan sebanyak 4 kali (I –IV). Semua momentum tersebut
selalu melibatkan generasi muda sebagi subyek pengembang nilai-nilai
Pancasila yang diharapkan dapat memberikan peran dan kontribusinya
bukan hanya sekarang tapi juga yang akan datang menjadi aktor dan pelaku
dalam pembangunan nasiponal.

17
Menurut Rajasa, generasi muda mengembangkan karakter cinta
tanah air melalui tiga proses yaitu :21

1. Pembangun Karakter (character builder) yaitu generasi muda


berperan membangun karakter positifr bangasa melalui kemauan keras,
untuk menjunjung nilai-nilai moral serta menginternalisasikannya
pada kehidupan nyata.

2. Pemberdaya Karakter (character enabler), generasi muda menjadi role


model dari pengembangan karakter bangsa yang positif, dengan
berinisiatif membangun kesadaran kolektif denhgan kohesivitas tinggi,
misalnya menyerukan penyelesaian konflik.

3. Perekayasa karakter (character engineer) yaitu generasi muda


berperan dan berprestasi dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan, serta
terlibat dalam proses pembelajaran dalam pengembangan karakter positif
banmgsa sesuai dengan perkembangan zaman.

Dari konsep Rajasa tersebut dapat dianalisa bahwa generasi muda


sebagai pilar bangsa memiliki peran yang sangat penting. Masa depan
bangsa tergantung dari para generasi muda dalam bersikap dan
bertindak. Menjunjung nilai-nilai moral yang baik berdasarkan nilai-nilai
Pancasila dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sangat
penting dilakukan. Rasa nasionalisme yang harus ditumbuhkan di kalangan
generasi muda bukan nasionalisme yang sempit, akan tetapi nasionalisme
yang menjunjung tinggi bangsa dan negara sendiri akan tetapi masih
menghargai bangsa lain.

Pancasila berperan besar dalam menumbuhkan rasa nasionalisme dan


patriotism di kalangan generasi muda. Apapun langkah tindakan yang
dilakukan harus selalu didasrakan nilai-nilai Pancasila. Pancasila yang

21
Reza Syehma Bahtiar, Upacara Bendera Berbasis Karakter Dalam Pengembangan Sikap
Nasionalisme Siswa,
dalamhttps://www.researchgate.net/publication/331148492_Upacara_Bendera_Berbasis_Karakte
r_Dalam_Pengembangan_Sikap_Nasionalisme_Siswa diakses pada tanggal 30 Desember 2019.

18
memiliki lima sila yang antara sila satu yang lain saling menjiwai dan
dijiwai dan menunjukan satu kesatuan yang utuh, memiliki makna yang
sangat dalam untuk menjadi landasan bersikap bertindak dan bertingkah
laku. Berbagai tantangan sudah dialamai bangsa Indonesia untuk
menggantikan ideologi Pancasila tidak menggoyahkan keyakinan kita
bahwa Pancasila yang cocok sebagai dasar negara dan sebagai ideologi
sejati di negara Indonesia.

Di era global ini banyak sekali budaya-budaya yang masuk di negara


kita, dan kita juga tidak akan bisa mengelak dari masuknya budaya-
budaya negara lain. Yang terpenting adalah bagaimana masyarakat
Indonesia terutama generasi muda bisa menyaring budaya-budaya asing
dan bisa mengambil budaya yang baik dan menyaring yang buruk dan
tidak sesuai dengan nilai dan norma Pancasila.

Kita sebagai masyarakat yang cinta akan bangsa Indonesia harus bisa
dan bersikap dengan tegas menolak budaya yang bisa merusak tata nilai
budaya nasional.

Pancasila dijadikan acuan para generasi muda dalam bersikap


bertindak dan bertutur kata yang sesuai dengan norma Pancasila.
Seringkali kita mendengar demonstrasi-demonstrasi yang anarkhis
dilakukan mahasiswa mengatasnamakan perjuangan atas nama rakyat yang
ujung2nya pengrusakan fasilitas-fasilitas pemerintah, membakar mobil dan
lain-lain. Juga terjadinya kerusuhan-kerusuhan pertandingan sepak bola
yang dilakukan oleh suporter masing- masing kesebelasan yang merasa
tidak puas akan kekalahan timnya. Dan juga tawuran pelajar masih juga
terjadi di lingkungan masyarakat Indonesia.

Melihat kasus-kasus di atas, sebenarnya ada persamaan pokok


permasalahan yang memicu semua kejadian tersebut, yaitu pembelaan
apa yang dicintai. Mahasiswa berdemontrasi karena ingin mengubah tatanan
yang salah atau ketidak setujuan akan suatu kebijakan yang diemukaqkan

19
oleh pemerintah yang dinilai tidak sesuai dengan rakyat, keadilan, dan
lain-lain. Mahasiswa ingin membela rakyat karena cinta pada bangsanya
sendiri, sedangkan para suporter olah raga rusuh dengan alasan
ketidakadilan terhadap wasit, dan sebagainya, sehingga timnya
kalah, ini wujud cinta pada timnya, membela timnya yang diperlakukan
tidak adil oleh wasit. Sedangkan tawuran-tawuran pelajar, warga dan
sejenisnya juga dipicu alasan “membela” apa yang mereka “cintai”.

Seandainya rasa cinta tersebut diungkapkan secara benar maka tidak


akan terjadi kerusuhan-kerusuhan yang justru membuat keresahan pada
masyarakat. Rasa nasionalisme, cinta pada tanah air juga harus
diungkapkan secara benar, sesuai dengan kaidah-kaidah atau norma yang
berlaku dalam masyarakat teruitama norma Pancasila. Nasionalisme kita
harus sesuai dengan Pancasila sebagai Pandangan hidup dan dasar negara
serta ideologi negara, sehingga wujud nasionalisme kita bukan
nasionalisme yangt sempit akan tetapi sebagai nasionalisme yang luas. Cinta
pada bangsa sendiri tapi masih menghargai bangsa lain. Kita tidak menolak
budaya asing akan tetapi juga tidak menerima secara membabi buta
budaya asing. Semua budaya yang masuk di negara kita harus biosa di
saring dengan menggunakan nilai- nilai Pancasila.

G. Implementasi Bela Negara untuk Mewujudkan Cinta Tanah Air


Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara, demikian antara lain amanah UUD 1945. Artinya setiap
warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan bela negara
tidak pandang laki-laki / perempuan, pekerjaan maupun profesinya, tua
maupun muda, ulama maupun umaro, pejabat maupun penjahat, politisi
maupun polisi, sipil maupun militer. Dengan demikian bela negara bukan
monopoli salah satu kelompok profesi, pekerjaan, golongan, ras, etnik.
Sehingga pengertian bela negara sangat luas, supaya mampu
mengakomodasi semua golongan, maupun kelompok kepentingan.

20
Bela negara adalah sikap dan tindakan warga negara yang dilandasi
rasa cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara, kerelaan berkorban guna
menghadapi setiap ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan ( ATHG)
baik yang datang dari dalam maupun dari luar yang membahayakan
kelangsungan hidup bangsa dan Negara, keutuhan wilayah, yuridiksi
nasional dan nilai – nilai luhur Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.
Pengertian ini memberi kesempatan yang seluas- luasnya kepada setiap
warga negara untuk melakuan aktifitas bela negara.22
Nilai-nilai yang terkandung dalam bela negara adalah :
1. Cinta Tanah Air dengan indikataor :
a. Menjaga tanah dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah
Indonesia
b. Jiwa dan raganya sebagai bangsa Indoneisa
c. Memiliki jiwa petriotisme terhadap bangsa dan negara
d. Menjaga nama baik bangsa dan negara
e. Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara dengan indikatornya :
a. Ikut aktif dalam organisasi kemasyarakat, profesi maupun politik.
b. Menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga negara sesuai
dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
c. Ikut serta dalam pemilihan umum.
d. Berpikir, bersikap, dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan
Negara
e. Berpartisipasi dalam menjaga kedautan bangsa dan negara
3. Yakin Pancasila sebagai Ideologi Negara, dengan indikatornya :
a. Memahami nilai-nilai dalam Pancasila.
b. Mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari
c. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara
22
Suwarno Widodo, Implementasi Bela Negara untuk Mewujudkan Nasionalisme, 19.

21
d. Senantiasa mengembangkan nilai- nilai Pancasila.
e. Yakin dan percaya bahwa pancasiala sebagai dasar negara.
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara, dengan indikator :
a. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
kemajuan bangsa dan negara.
b. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai ancaman
c. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan
negara.
d. Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan
negaranya tidak sia-sia.
5. Memiliki Kesiapan Fisik dan Psikis, dengan indikator :
a. Memiliki Kecerdasan emosional dan spiritual serta intelegensia.
b. Senantiasa memelihara jiwa dan raganya
c. Senantiasa bersyukur dan berdo’a atas kenikmatan yang telah
diberikan Tuhan YME.
d. Gemar berolah raga
e. Senantiasa menjaga kesehatan.
Untuk bisa melakukan bela negara harus memiliki kemampuan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan bela negara, kemampuan tersebut
bisa dibentuk melalui pendidikan bela negara melalui jalur pendidikan
formal, non formal maupun informal. Jalur pendidikan formal di sekolah
diberi pendidikan Kewarganegaraan mulai dari jenjang pendidikan
dasar, menengah sampai dengan perguruan tinggi. Untuk jalur pendidikan
non formal di masyarakat, instansi , orsospol dan ormas. Sedangkan untuk
jalur pendidikan informal dilaksanakan di tingkat keluarga melalui
keteladanan orang tua dalam kehidupan rumah tangga.
Bela negara dapat dilakukan kapan saja di mana saja, bisa pagi,
siang maupun malam hari, di lingkungan rumah tangga, masyarakat,
instansi/tempat bekerja, di sekolah, di tempat ibadah, di pasar, di dalam
negeri maupun di luar negeri. Aktifitas bela negara dari tataran yang paling
halus bersikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia

22
sampai dengan yang paling kasar memerangi musuh yang mengancam
kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dan Negara Indonesia.
Bela negara belum tentu bela pemerintah, dan sebaliknya bela
pemerintah juga belum tentu bela negara. Kondisi yang ideal bela negara
juga bela pemerintah, demikian juga bela pemerintah juga bela negara
kondisi demikian jika pemerintah dan Negara selaras dengan cita-cita dan
tujuan dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cinta tanah air merupakan ungkapan yang sering didengar dalam kehidupan
sehari-hari. Cinta tanah air merupakan perwujududan rasa bangga akan tanah
airnya, rela berkorban untuk bangsa dan negaranya dan menjunjung tinggi harkat
dan martabat bangsanya. Cinta tanah air sebagai bentuk cara berfikir, bersikap, dan
berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
Dalam konteks keislaman, p a r a u la ma ’ Indones ia mengelu a r ka n
pendapat tentang cinta tanah air bagi seluruh warga negara. Dalam putusan
Majelis Ulama’ Indonesia (MUI), membela tanah air adalah wajib. Ungkapan yang
paling populer dikalangan bangsa Indonesia adalah pendapat ulama’ yang
mengung- kapkan kalimat: Cinta tanah air adalah bagian dari iman.Jika dilihat dari
makna katanya, kalimat “Hubb” mempunyai arti cinta atau senang atau rasa
memiliki. “ Al Wathan” dapat diartikan sebagai tanah air atau tanah tumpah
darah atau tanah kelahiran. “Min” merupakan huruf jer yang dapat diartikan
sebagai atau sebagian dari. Kata “Al Iman” berarti kepercayaan atau ketauhidan,
Iman juga berarti perasaan percaya tertinggi manusia kepada tuhannya.
Sedangkan apabila dilihat menjadi satu kesatuan kalimat, maka “Hubb Al Wathan
Minal Iman” dapat berarti cinta tanah air adalah sebagian dari iman.
Bagaimanapun rasa cinta tanah air harus ditanamkan kepada seluruh
masyarakat Indonesia melalui komponen pendidikan karakter berupa pengetahuan,
kesadaran dan tindakan. Dalam mengetahu ukuran cinta tanah air, perlu adanya
indikator sebuah tindakan dapat dikategorikan cinta tanah air. Departemen
Pertahanan Republik Indonesia menyebutkan bahwa indikator dari sikap cinta
tanah air dari bela negara dan kewarganegaraan antara lain adalah menjaga tanah
dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia, jiwa dan raganya sebagai
bangsa Indonesia, memiliki jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Al Naisabury. 2009. Asbab Al-Nuzul Al-Qur’an. Beirut: Dar Al-Fikr.


Asy-Suyuthi. 2010. Ad-durrul Mantsur Fi At-Tafsiir Ma’tsur. Beirut: Dar Al-Kutb
Al-Ilmiyah.
Azra, Azyumardi, Al-Jauhari, Abas. 1996. Pergolakan politik Islam: Dari
fundamentalisme, modernisme hingga post-modernisme. Jakarta:
Paramadina.
Erni, M. 2016. Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Rasa Cinta Tanah Air pada
Remaja di Perbatasan Indonesia-Malaysia.
Fadlillah, Muhammad dan Mualifatu Khorida, Lilif. 2013. Pendidikan Karakter
Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Firmanto , Novel. Lunturnya Rasa Nasionalisme Pada Generasi Muda Kini, dalam
https://www.academia.edu/33000287/Lunturnya_Rasa_Nasionalisme_Pa
da_Generasi_Muda_Kini?auto=download diakses pada tanggal 25
Desember 2019.
Ismawati, Y. T., & Suryanto, T. 2015. Peran guru PKn dalam membentuk sikap
cinta tanah air di SMA Negeri Mojosari Kabupaten Mojokerto.
Jamaluddin, M. Nasionalisme Islam Nusantara : Nasionalisme Santri. Jakarta:
Kompas Media Pustaka.
Kementerian Agama Republik Indonesia. 2016. Al-Qur’an dan Terjemahnya.
Jakarta: Kemenag RI.
Mustari, Mohamad. 2014. Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan. Jakarta:
Rajawali Pers.
Rusyan, HA. Tabrani. 2013. Membangun Disiplin Karakter Anak Bangsa. Jakarta:
Pustaka Dinamika.
Shihab , Quraisy. 2014. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Supinah dan Parmin. 2011. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa Melalui Pembelajaran Matematika di SD. Yogyakarta:
Kementerian Pendidikan Nasional.
Susanto, Budi. 2008. Gemerlap Nasionalitas Postkolonial. Yogyakarta: Kanisius.
Syehma Bahtiar, Reza. Upacara Bendera Berbasis Karakter Dalam Pengembangan
Sikap Nasionalisme Siswa,
dalamhttps://www.researchgate.net/publication/331148492_Upacara_Be
ndera_Berbasis_Karakter_Dalam_Pengembangan_Sikap_Nasionalisme_
Siswa diakses pada tanggal 30 Desember 2019.
25
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara.
Widodo, Suwarno. Implementasi Bela Negara untuk Mewujudkan Nasionalisme.
Zaenal Fitri, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

26

Anda mungkin juga menyukai