PENDAHULUAN
Secara umum harga pokok dibagi 2 kategori :
1. Harga Pokok Historis : Harga pokok yang dihitung pada saat produksi selesai
(Historical Cost) atau dalam suatu periode dan bermanfaat dalam
memberikan informasi untuk masa mendatang.
2. Harga Pokok Ditentukan Dimuka : Harga pokok yang ditentukan dimuka yang merupakan
(Predetermined Cost) pedoman dalam pengeluaran biaya yang sesungguhnya
dan bermanfaat untuk mengetahui besarnya biaya yang
dibutuhkan dalam produksi.
Dengan sistem harga pokok ditentukan dimuka, manajemen dapat mengetahui ketidakefisien atau
pemborosan biaya, dengan cara melihat penyimpangan biaya yang sesungguhnya terjadi
dibanding dengan biaya yang ditentukan dimuka.
Definisi : Harga pokok yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang
seharusnya untuk membuat satu satuan produk atau membiayai proses produksi
tertentu, dengan menggunakan asumsi-asumsi.
Kelebihan :
1. Alat penting dalam menilai pelaksanaan kebijaksanaan sebelumnya
2. Pedoman untuk melakukan efisiensi
3. Perencanaan dan pengambilan keputusan
Kelemahan :
1. Tidak flexible, dimana keadaan produksi selalu mengalami perubahan
2. Tingkat keketatan atau kelonggaran standar tidak dapat dihitung dengan tetap
Biaya standar ini dapat digunakan dalam metode harga pokok pesanan maupun metode harga
pokok proses, untuk perusahaan yang aktivitas produksinya bersifat rutin dan berulang-ulang serta
produknya telah distandarisasikan. Biaya standar tidak dapat digunakan perusahaan yang
sejumlah besar produksinya berbeda dalam jangka waktu yang relatif pendek.
Untuk pengendalian biaya overhead pabrik diperlukan flexible budget, yaitu budget biaya untuk
beberapa kisaran (range) kapasitas.
Contoh :
Flexible budget - Department A
Produksi standar (unit) 1500 kg 2007 kg 4000 kg
Jam tenaga kerja standar 3500 4500 6000
Kapasitas 60% 80% 100%
BOP Variable Rp. 750.000 Rp. 1.000.000 Rp. 1.250.000
BOP Tetap Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000 Rp. 1.750.000
Jumlah BOP Rp. 2.250.000 Rp. 2.500.000 Rp. 3.000.000
Misal : kapasitas normal department A pada tingkat 80%, maka tarif biaya overhead standar
sebesar Rp. 555,56 per jam tenaga kerja. (2500.000 / 4.500).
Terdiri dari : tarif BOP Variable : Rp. 222,22
tarif BOP Tetap : Rp. 333,34
Pencatatan selisih dari HP Standar Selama periode akt atas Pada akhir periode akt
dasar bon pemakaian BB setelah harga pokok
& kartu jam kerja persediaan BOP
ditentukan
Contoh soal :
PT KIRANA SAN dalam melakukan produksi menggunakan sistem standard costing dengan
asumsi-asumsi sebagai berikut :
a. Memiliki 2 departemen produksi (A & B) dan satu departemen pembantu ( C )
b. Proses produksi melalui empat tingkatan proses : Proses 1 & 2 dalam departemen A
Proses 3 & 4 dalam departemen B
c. Menggunakan 3 jenis bahan baku (X, Y, Z) : Bahan baku X & Y diolah dalam proses 1
Bahan baku Z dibutuhkan dalam proses 3
Diagram :
Departemen A B C
Proses produksi - tahap 1 2 3 4 -
Bahan baku digunakan X&Y - Z - -
d. Harga pokok standar yang diperlukan untuk memproduksi 1 (satu) kilogram barang jadi :
1. Persediaan awal :
a. Bahan baku
7. Flexible Budget :
Departe Kapasitas BOP Yang Dianggarkan Pada Tarif BOP Standar
men Normal Kapasitas Normal
Jumlah Tetap Variabel Total Variabel Tetap
A 2007 jam 200.000 100.000 100.000 100 50 50
B 1000 jam 300.000 202.500 97.500 300 202,5 97,5
C 100.000 kwh 150.000 75.000 75.000 1,5 0,75 0,75
Perhitungan :
1. BB X & Y digunakan dalam proses 1 & 2 (departemen A)
Jumlah biaya bahan baku per kg produk :
BB X : 5 unit x Rp. 100 = 500
BB Y : 2 unit x Rp. 700 = 1.400
1.900
BB Z digunakan dalam proses 3
Jumlah biaya bahan baku standar : 12 x Rp. 200 = Rp. 2.400
Jawab :
13. Jurnal untuk mencatat selisih dari Selisih dari standar 99.520 -
standard BOP-Deprt A - 71.670
BOP-Deprt B - 26.600
BOP-Deprt C - 1.250
ANALISA SELISIH :
I. Selisih Biaya Bahan Baku
Selisih:
Proses 1 = Rp. 150 x (400 - 525) = Rp. 18.750 R
Proses 2 = Rp. 160 x (1500 - 1540) = Rp. 6.400 R
Proses 3 = Rp. 175 x (280 - 230) = Rp. 8.750 L
Proses 4 = Rp. 195 x (560 - 560) = Rp. 0
Jumlah selisih = Rp. 16.400 R
Departemen B
BOP sesungguhnya (182.000 + 105.000) Rp. 287.000
BOP yang dianggarkan pada jam standar :
Tetap = Rp. 202.500
Variable : 840 x Rp. 97,5 = Rp. 81.900
Rp. 284.400
Selisih terkendalikan - Depart. B Rp. 2.600 R
b. Selisih Volume
Departemen A
BOP yang dianggarkan pada jam standar Rp. 195.000
Jam kerja standar x tarif BOP standar =
1900 x Rp. 100 Rp. 190.000
selisih volume - Deprt. A Rp. 5.000 R
Departemen B
BOP yang dianggarkan pada jam standar Rp. 284.400
Jam kerja standar x tarif BOP standar :
840 x Rp. 300 Rp. 252.000
selisih volume - depart. B Rp. 32.400 R
Rekapitulasi :
Departemen B :
BOP sesungguhnya Rp. 287.000
BOP yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya :
Tetap = Rp. 202.500
Variable 790 x Rp. 97,5 = Rp. 77.025
Rp. 279.525
Selisih pengeluaran Depart. B Rp. 7.475 R
b. Selisih kapasitas
Departemen A
BOP yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya Rp. 203.250
Jam kerja sesungguhnya x tarif BOP standar
2.065 x Rp. 100 Rp. 206.500
selisih kapasitas - Depart. A Rp. 3.250
Departemen B
BOP yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya Rp. 279.525
Jam kerja sesungguhnya x tarif BOP standar
790 x Rp. 300 Rp. 237.000
selisih kapasitas - Depart. B Rp. 42.525 R
c. Selisih efisiensi :
Tarif BOP standar x (jam kerja standar - jam kerja sesungguhnya)
Departemen A
Selisih efisiensi : Rp. 100 x (1900 - 2065) = Rp. 16.500 R
Departemen B
Selisih efisiensi : Rp. 300 x (840 - 790) = Rp. 15.000 L
Rekapitulasi :