Dasar Pemikiran :
Tidak selamanya biaya modal atas dana yang dibutuhkan perusahaan besarnya
tetap. Makin besar dana yang dibutuhkan perusahaan, maka makin besar pula biaya
modalnya.
Ilustrasi :
Apabila perusahaan memerlukan tambahan dana sebesar Rp.1 milyard untuk
rencana investasi yang dimilikinya, dan direncanakan laba ditahan sebesar Rp.400.juta ,-
maka apabibla pemenuhannya bersumber dari modal pemilik keseluruhannya, berarti
kebutuhan dana tersebut akan dipenuhi dari laba ditahan sebesar Rp.400 juta,- dan sisanya
sebesar Rp.600. juta akan dipenuhi dengan emisi saham baru.
Bila dihitung biaya modalnya, maka untuk Rp.400 juta pertama yang bersumber dari laba
ditahan, biaya modalnya akan lebih kecil bila dibandingkan dengan Rp.600 juta kedua yang
bersumber dari emisi saham baru. Hal ini dikarenakan untuk Rp.400 juta pertama,
perusahaan tidak mengeluarkan biaya emisi (floatation cost), sedangkan untuk Rp.600 juta
kedua perusahaan harus mengeluarkan biaya emisi.
Misalkan saat sekarang harga per lember saham Rp.10.000,- dividen per lembar saham
yang akan dibayarkan sebesar Rp.1.000,- sedangkan tingkat pertumbuhan pembayaran
dividen diketahui sebesar 4%. Apabila perusahaan melakukan emisi saham biasa baru
flotation cost nya sebesar 5%. Dari iniformasi tersebut dapat dihitung biaya modal atas
saham biasa, apabila perusahaan tidak melakukan emisi yaitu :
Apabila perusahaan melakukan emisi saham biasa baru, maka biaya modalnya adalah
Demikian halnya dengan biaya modal yang bersumber dari hutang jangka panjang
maupun saham preferen. Makin besar kreditur menanamkan dananya pada perusahaan
berarti risiko yang akan ditanggung oleh kreditur akan makin besar pula. Setiap
investasi/penanaman modal yang mengandung risiko yang lebih besar tentunya di sisi lain
akan diimbangi harapan return/hasil yang lebih besar pula. Dengan demikian makin besar
dana yang diinvestasikan oleh kreditur pada perusahaan, akan diikuti dengan return/hasil
yang lebih besar pula. Bagi perusahaan, makin besar hutang akan mengakibatkan makin
besar pula abiaya modalnya.
Apabila sumber modal tersebut digali dari saham preferen, makin besar emisi saham
preferen berarti makin besar pula risiko atas keberhasilan penjualan saham persebut. Hal ini
akan berpengaruh terhadapmakin besarnya flotation cost yang diperhitungkan dan akhirnya
akan berdampak terhadap biaya modal atas saham preferen makin besar pula.
Asumsi dasar
Dalam analisis WMCC dan IOS (investment opportunity schedule) ini ada asumsi dasar
yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Komposisi modal yang dimiliki perusahaan (berdasarkan pada nilai pasar/nominal),
dianggap telah optimal, sehingga pemenuhan dana yang dibutuhkan perushaan
didasarkan pada kompojsisi modal tersebut.
2. Perusahaan akan menerbitkan saham biasa baru bila rencana laba ditahan telah
terserap keseluruhannya pada rencana investasi.
Contoh :
Untuk merealisir hasil keputusan rapat pimpinan perusahaan AR yang telah
dilaksanakan beberapa waktu yang lalu, pihak manajer keuangan perusahaan telah
berupaya untuk menggali informasi yang erat kaiatannya dengan tugas yang diembannya.
Salah satu infaormasi yang didapat adalah sehubungan dengan kompisisi sumber
pembelanjaan yang akan ditarik. Perusahaan telah menetapkan komposisi yang dianggap
optimal adalah sebagai berikut : Obligasi/hutang jangka panjang 35%, saham preferen 20%
dan saham biasa 45%.
Informasi lain yang didapat oleh pihak manajer keuangan sehubungan dengan batas
pembelanjaan beserta biaya untuk masing-masing sumber pembelanjaan adalah sebagai
berikut :
Obligasi : bila perusahaan bermaksud menjual obligasi 10,5% dengan nominal per lembar $
1,000.- umur 12 tahun, maka diaperkirakan hasil penjualan perlembarnya sebesar $ 934.75.
Untuk penjualan sampai dengan $ 910,000.- komisi untuk invesment bankers sebesar $
9.75 per lembar. Sedangkan untuk penjualan di atas $910.000,- sampai dengan $
1,557,500.- dan di atas$ 1,557,500.- biaya sebelum pajaknya masing masing sebesar
12,5% dan 13,5%. Tingkat pajak yang diperhitungkan 35%.
Saham Preferen : saham preferen perusahaan yang memberikan deviden $ 9.75 nominal $
100.- per lembarnya, diperkirakan dapat terjual sebesar nominalnya. Untuk penjualan
sampai dengan $ 360,000.- flotation cost nya sebesar $ 5.- per lembar. Untuk penjualan
lebih dari $360,000.- sampai dengan $ 950,000.- dan di atas $950,000.- biayanya masing-
masing sebesar 11,75% dan 12,75%.
Saham biasa : penjualan saham biasa baru sampai dengan jumlah $1,755,000.-
membutuhkan flotation cost sebesar $6.0 per lembar, sedangkan untuk jumlah di atas
s$1,755.000,- flotation cost nya $11.50 per lembar. Pembayaran deviden untuk periode
mendatang sebesar $6.95 per lembar. Sisa laba dari tahun berjalan yang akan ditanamkan
kembali ke dalam perusahaan (laba ditahan) berjumlah $585,000.-. Harga saham
perusahaan dewasa ini kurang lebih sebesar $ 95.- per lembar. Adapun data pembayaran
deviden selama 8 periode terakhir adalah sebagai berikut :
Berdasarkan informasi tersebut di atas, saudara sebagai pihak yang memiliki kompetensi
untuk melakukan analisis diminta untuk menentukan :
a. Besarnya biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) pada masing-masing range total
tambahan modal
b. Rekomendasi kesempatan investasi mana yang dapat dilaksanakan dan yang tidak
dapat dilaksanakan berdasarkan daftar kesempatan investasi berikut ini :
Penyelesaian :
Langkah I :
Menghitung biaya modal pada berbagai tingkat pemenuhan kebutuhan modal dari masing-
masing sumber modal.
a. Obligasi :
Nilai nominal per lembar $ 1,000.-. Cupon rate 10,5%, berarti bunganya sebesar 10,5%
x $1,000.- = $105.-. Umur 12 tahun. Hasil penjualan per lembar $934.75
sampai dengan $ 910,000.- penerimaan bersih hasil penjualan per lembarnya $934.75 -
$9.75 = $925.-
kd (=ki) = kb x (1 – t)
$105 + { ($1,000.- - $ 925.-) : 12}
= ------------------------------------------ x (1 -0,35)
{ ($925.- + $1,000.-) : 2 }
Di atas $ 1,557,500
b. Saham preferen
$9.75
kp = -------------- = 10,26 %
$ 100 - $5.-
> $ 360,000.- s/d $950,000.- kp = 11,75%
Laba ditahan (direncanakan) sebesar $ 585,000.-. Harga pasar per lembar saham $
95.-.Penjualan sampai dengan $1,755,000.- flotation cost $ 6.- per lembar
Penjualan diatas $ 1,755,000.- flotation cost $11.40 per lembar. Deviden per lembar
saham yang akan dibayarkan $6.95. Deviden per lembar saham tahun 1998 $4.05
$6.95
= ---------- + 6,98% = 14,295%
$ 95
$6.95
= -------------- + 6,98% = 14,79%
$ 95 - $ 6
Di atas $1,755,000.-
$6.95
= ------------------- + 6,98% = 15,3%
$ 95 - $ 11.50
Berdasarkan pada rincian tersebut di atas, maka dapat disusun informasi tentang biaya
modal pada berbagai tingkat pemenuhan kebutuhan modal dalam tabel berikut ini :
Komposisi Breaking Point
(pajak brp
Batas pembelanjaan
Sbr. Modal persen Biaya (%)
($)
dijadiin
koma)
Saham Pref. 0,20 s/d 360,000 10,26 $ 1,8 juta (360.000 : 0,20)
> 360,000 s/d 950,000 11,75 $ 4,75 juta (950.000 : 0,20)
Diatas 950,000 12,75
Langkah IV :
Langkah V :
Biaya (%)
16
15
A
14
G
13
F WMCC
12
11 E
10 IOS
1 2 3 4 5 6
Total Tambahan Modal ($ juta)
Berdasar pada informasi tentang kesempatan investasi yang ada, maka dapat disusun daftar
kesempatan investasi (IOS ) sebagai berikut :
Berikutnya dilakukan pemilihan proyek-proyek mana yang dapat dilaksanakan dan proyek-proyek
mana yang tidak dapat dilaksanakan
Jadi proyek-proyek B,C,D,A dan G layak untuk dilaksanakan, karena IRR lebih besar dari CoC,
sedangkan proyek-proyek F,E dan H tidak layak dilaksanakan karena IRR nya lebih kecil dari CoC.