jam setiap minggunya. Bandingkan dengan sekolah berbasis agama. Untuk pelajaran
agamanya mungkin sama, yakni 2 jam. Tapi banyak pelajaran yang terkait dengan
agama, misal: mengaji, menulis Arab, hafalan doa, belajar sejarah agama, shalat
2. Kedua, Pelatihan Tingkah Laku dan Budi Pekerti Menurut Tuntunan Agama.
kita dilatih untuk berlaku sesuai tuntunan agama. Misal: datang ke sekolah disambut
oleh guru dan kita menyalami dengan mencium tangan secara takzim pada guru, lalu
setelah itu shalat Dhuha berjamaah. Juga ikrar sebelum masuk kelas yang sebagian
adalah doa sebelum belajar. Masuk kamar mandi berdoa, mau masuk masjid berdoa,
dan lainnya.
Mereka memiliki jam khusus untuk membaca dan menulis. Mereka diminta
untuk membaca buku-buku umum selain buku pelajaran. Bisa buku pribadi yang
dibawa dari rumah atau pinjam dari perpustakaan. Lalu mereka diajari dan diminta
untuk menulis. Dua kegiatan ini, membaca dan menulis, adalah kegiatan positif dan
berguna untuk pendidikan. Bahkan secara giliran, guru kelas akan mengajak seluruh
Sebenarnya kalau kita mengacu pada kata ‘ekstra’, maka itu seharusnya
tambahan. Tak wajib. Namun di sekolah seperti ini, jam ekstra bercampur dengan
pelajaran utama. Jadi bukan dipisah. Bukan seperti sekarang pelajaran sekolah,
setelah itu bebas tak terkait pelajaran. Karena itu pilihan kegiatan esktra sangat
banyak. Kegiatan ini akan berusaha mengakomodasi keinginan, kesukaan dan bakat
sang anak. Kenapa kegiatan ekstra ini masih terasa wajib? Karena kegiatan ekstra ini
juga dinilai. Dan nilainya akan dimasukkan juga ke rapor. Selain itu ada kegiatan
ekstra yang tak wajib. Ini seperti kumpulan siswa yang memiliki minat yang sama
atau biasa di sebut grup, misalnya seperti grup hadroh (sholawatan) dan lainnya.
Karena masa belajar yang lama, maka para guru akan lebih kenal dan dekat
dengan siswa-siswanya. Sehingga mereka tahu apa yang menjadi kendala seorang
siswa dalam belajar. Dia juga tahu kelebihan, kekurangan, bakat dan minat siswa.
Dengan perhatian yang lebih, maka harapannya siswa bisa lebih berprestasi.
Sebetulnya bagi sebagian orang tua akan merasa kasihan apabila anaknya
harus digembleng dengan pendidikan ini itu yang belum tentu anaknya sendiri itu
mau. Orang tua seolah-olah seperti memaksa anaknya untuk menjadi baik walaupun
sebetulnya hal itu sangat diperlukan bagi orang tua untuk memberikan pendidikan
Bagi saya anak harus diajarkan menghargai perbedaan sedari kecil. Oleh
karenanya biarkan anak berinteraksi dengan ingkungan yang plural, lintas suku,
agama warna kulit strata sosial dan lain-lain. karena semua serba eklusif dan homogen
dan telah masuk ke jenjang SMP/SMA maka banyak yang “kaget” hingga mereka