Skenario 4 Laporan
Skenario 4 Laporan
Perut Buncit
Seorang laki – laki berusia 50 tahun datang ke unit gawat darurat dengan
keluhan muntah darah dan BAB berwarna hitam sejak 1 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan perutnya semakin membesar sejak 1 bulan yang lalu dan terasa penuh.
Keluhan disertai nausea dan kadang vomitus, nafsu makan menurun dan kulitnya
ikterik. Pasien bekerja sebgai cleaning servis rumah sakit dan belum pernah vaksin
hepatitis sebelumnya. Riwayat pernah sakit kuning sebelumnya ada 15 tahun yang
lalu. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan spider naevi di dada, frog like
appearance dan caput medusae. Dokter menyarankan istri pasien untuk melakukan
pemeriksaan HBsAg dan pasien di rawat dirumah sakit.
Step 1
Step 2
2. Mengapa pasien mengalami nausea, vomitus, BAB hitam, muntah darah dan
ikterik ?
3. Mengapa pada pemeriksaan fisik didapatkan Frog like appearance, spider
naevi, caput medusa ?
Step 3
1. Perut membesar
a. Karena asites
ganguan ekskresi CB
4. Karena kekambuhan atau tidak ada hubungan sama sekali atau karena
penyakit berdiri sendiri
5. Penegakan diagnosis
6. DD
a. Sirosis hati
b. Hepatitis B
c. Fatty liver
Step 4
4. Kekambuhan penyakit pasien 15 tahun yang lalu untuk mencari faktor resiko
5. Penegakan diagnosis
- Warna urin
- Murmur
- Riwayat HD
- Gallop
Hepar - Anoreksia
- Edema paru
- Malaise
- Ronkhi basah
- Mual
- Edema pretibial
- Muntah
6. Diagnosis
a. Asites
b. Hepatitis B
c. Sirosis hati
Faktor Resiko
Step 5
Step 6
Belajar Mandiri
Step 7
Melena adalah feses yang berwarna hitam dan berbau busuk karena
bercampur produk darah dari saluran cerna. Adanya melena
menunjukkan bahwa darah telah berada di saluran cerna dalam waktu
setidaknya 14 jam dan biasanya terjadi pada saluran cerna bagian atas,
walaupun terkadang melena dapat pula timbul akibat perdarahan dari
colon (Fauci, 2005).
a. Etiologi
b. Pemeriksaan Laboratorium
2. Kimia Darah
c. Terapi
B. Hematemesis
Hematemesis adalah muntah darah segar (merah segar) atau
hematin (hitam seperti kopi) yang merupakan indikasi adanya perdarahan
saluran cerna bagian atas atau proksimal ligamentum Treitz.
(Sudoyo,2009)
a. Etiologi
3. Varices (15 – 20 %)
6. Erosive esophagitis (5 – 10 %)
7. Angioma (5 – 10 %)
b. Faktor Resiko
3. Penegakan diagnosis
1. Sirosis Hepatis
A. Anamnesis
B. Temuan Klinis
1. Hepatoseluler
a. Sklera ikterik
2. Spider nevi (teleangiektasis)
3. Ginecomastia
a. Atropi testis
b. Palmar erithem
4. Hipertensi portal
a. Varices oesophagus
5. Splenomegali
6. Kolateral dinding perut
7. Ascites
8. Hemoroid Gambaran Laboratorium ( Sudoyo, 2009).
C. Pemeriksaan Penunjang
2. Sindrom hepatorenal
A. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penderita sindroma hepatorenal ditandai
dengan kombinasi antara gagal ginjal, gangguan sirkulasi, dan gagal
hati. Gagal ginjal dapat timbul secara perlahan atau progresif dan
biasanya diikuti dengan retensi natrium dan air, yang menimbulkan
asites, edema dan dilutional hyponatremia, yang ditandai oleh ekskresi
natrium urin yang rendah dan pengurangan kemampuan buang air
(oliguri –anuria). Gangguan sirkulasi sistemik yang berat ditandai
dengan tekanan arteri yang rendah, peningkatan cardiac output, dan
penurunan total tahanan pembuluh darah sistemik. Pada pasien sirosis
hepatis, 80% kasus SHR disertai asites, 75% disertai ensefalopati
hepatic, dan 40% disertai ikterus ( Sudoyo, 2009).
C. Penegakan Diagnosis
Tidak ada tes yang spesifik untuk diagnostik sindrom
hepatorenal. Diagnosis SHR selalu dibuat setelah eksklusi gangguan-
gangguan lain yang dapat menyebabkan gagal ginjal pada pasien
sirosis. Kriteria diagnostik yang dianut sekarang adalah berdasarkan
International Ascites Club’s Diagnostic Criteria of Hepatorenal
Syndrome ( Sudoyo, 2009).
Tabel 4. Kriteria diagnostik Sindroma Hepato Renal berdasarkan International Ascites Club
Kriteria Mayor
1. Penyakit hati akut atau kronik dengan gagal hati lanjut dan hipertensi portal.
2. GFR rendah, keratin serum >1,5 mg/dl (130 µmol/L) atau kreatinin klirens
24 jam < 40 ml/mnt.
3. Tidak ada syok, infeksi bakteri sedang berlangsung, kehilangan cairan dan
mendapat obat nefrotoksik.
4. Tidak ada perbaikan fungsi ginjal dengan pemberian plasma ekspander 1,5
liter dan diuretik (penurunan kreatinin serum menjadi < 1,5 mg/dl atau
peningkatan kreatinin klirens menjadi > 40 ml/mnt)
5. Proteinuria < 0,5 g/hari dan tidak dijumpai obstruktif uropati atau
penyakitparenkim ginjal secara ultrasonografi
Kriteria Tambahan
1. Volume urin < 500 ml / hari
2. Natrium urin < 10 meg/liter
3. Osmolalitas urin > osmolalitas plasma
4. Eritrosit urin < 50 /lpb
5. Natrium serum <130 mEq/liter
1. Kriteria Mayor :
2. Kriteria minor :
a. Edema ekstremitas
b. Batuk malam hari
c. Dispnea d’effort
d. Hepatomegali
e. Efusi pleura
f. Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
g. Takikardia (>120 x/menit)
Disfungsi jantung dapat dibagi menjadi dua yaitu disfungsi sistolik dan
disfungsi diastolik. Performa ventrikel kiri adalah kemampuan untuk
mengosongkan ventrikel kiri. Kemampuan untuk mengosongkan
ventrikel kiri dapat diukur secara kuantitatif dengan fraksi ejeksi ventrikel
kiri (Left Ventrikel Ejection Fraction) yang merupakan rasio volume
sekuncup terhadap volume akhir diastolik. Sehingga disfungsi sistolik
dapat didefinisikan dengan turunnya nilai EF (Ejection Fraction) (EF <
50%) dapat diukur dengan ekokardiografi. Sedangkan disfungsi diastolik
dapat didefinisikan dengan menurunnya distensibilitas ventrikel kiri yang
dapat disebabkan oleh proses menua, hipertensi dan kardiomiopati
hipertrofik serta restriktif (EF > 50%). Perbandingan antara disfungsi
diastolik (DHF) dan disfungsi sistolik (SHF) dapat dilihat pada tabel II.1.
A. Manifestasi Klinis
B. Pemeriksaan Fisik
C. Diagnosis
Diagnosa HCC didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau
hanya satu yaitu kriteria empat atau lima.
D. Pemeriksaan Penunjang
a. Penanda Tumor
b. Gambaran Radiologis
3. Angiografi
4. Penatalaksanaan
A. Pengobatan
Sudoyo A.W., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Ke Lima Jilid
1. Jakarta. FKUI