Anda di halaman 1dari 14

Skenario 1. Pekerjaanku sebagai teller membuatku jadi teler di IGD.

Tn. Fulan berusia 27 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan nyeri pada perut kanan bagian
bawah sejak 3 hari yang lalu. Dokter melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik seperti pada
vidio: bit.ly/2021_KasusBlok10
Analisa kasus tersebut berdasarakan:
- Data subjektif
- Data objektif
- Jenis kegawatan
- Pemberian obat yang adekuat
Step 1
1. Data subjektif : Data subjektif adalah informasi yang diucapkan klien kepada
perawat selama pengkajian keperawatan, yaitu komentar yang
didengar oleh perawat atau dokter
2. Data objektif : Data objektif adalah informasi dimana perawat dapat melihat
(Observasi) , merasakan ( palpasi ),Mendengar(auskultasi) dan
Perkusi
3. Anamnesis : kegiatan komunikasi yang dilakukan antara dokter sebagai
pemeriksa dan pasien yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi tentang penyakit yang diderita dan informasi lainnya
yang berkaitan sehingga dapat mengarahkan diagnosis penyakit
pasien
4. Adekuat : memenuhi syarat; memadai; sama harkatnya
Step 2
1. Apa kemungkinan kasus yang terjadi pada Tn. Fulan ?
2. Bagaimana proses terbuatnya batu?
3. Mengapa pada kasus ini terdapat nyeri yang menjalar?
4. Pengobatan yang tepat untuk kasus ini ?
5. Apa saja jenis kegawatdaruratan di bidang urologi?
6. Bagaimana pandangan islam mengenai kasus diatas ?
Step 3
1. Apa kemungkinan kasus yang terjadi pada Tn. Fulan ?
Dari pemeriksaan fisik dan anamnesis di dapat kan nyeri pada region iliaca dextra dan
menjalar ke sentral dan ke paha bawah sejak 3 hari yang lalu, dan diketahui Tn. Fulan
suka tahan kencing kemungkinan Tn. Fulan terkena batu ureter . Batu ureter atau
urolithiasis adalah proses terbentuknya batu (kalkuli) pada traktus urinarius.
2. Bagaimana proses terbuatnya batu ?
Pembentukan batu dapat terjadi ketika tingginya konsentrasi kristal urin yang membentuk
batu seperti zat kalsium, oksalat, asam urat dan/atau zat yang menghambat pembentukan
batu (sitrat) yang rendahAdanya kalkuli dalam traktus urinarius disebabkan oleh dua
fenomena dasar. Fenomena pertama adalah supersaturasi urin oleh konstituen pembentuk
batu, termasuk kalsium, oksalat, dan asam urat. Kristal atau benda asing dapat bertindak
sebagai matriks kalkuli, dimana ion dari bentuk kristal super jenuh membentuk struktur
kristal mikroskopis. Kalkuli yang terbentuk memunculkan gejala saat mereka membentur
ureter waktu menuju vesica urinaria. Fenomena kedua, yang kemungkinan besar berperan
dalam pembentukan kalkuli kalsium oksalat, adalah adanya pengendapan bahan kalkuli
matriks kalsium di papilla renalis, yang biasanya merupakan plakat Randall (yang selalu
terdiri dari kalsium fosfat).
3. Mengapa pada kasus ini terdapat nyeri?
Nyeri ini mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi
karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam
usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu
menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari
terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan
kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal
4. Apa pengobatan yang tepat untuk kasus ini ?
Pengobatan urolitiasis meliputi penanganan darurat kolik renalis (ureter), termasuk jika
ada indikasi untuk intervensi pembedahan, dan terapi medis untuk kalkulinya. Terapi
medikamentosa untuk kalkulus memerlukan waktu yang panjang. Tujuan pemberian obat
adalah untuk melarutkan atau menghancurkan kalkulus sehingga dapat melewati traktus
urinarius dengan mudah. Selain itu bertujuan untuk mencegah munculnya kembali
kalkulus pada traktus urinarius. Terutama pada pasien yang memiliki risiko tinggi seperti
menderita urolitiasis sebelum umur 30 tahun, memiliki keluarga yang sama menderita
urolitiasis, dan pasien yang menderita urolitiasis setelah pembedahan. Teknik yang
tersedia untuk ahli urologi saat batu tersebut gagal melewati traktus urinarius secara
spontan meliputi:
- Penempatan stent
- Nefrostomi perkutan
- Extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL)
- Ureteroscopi (URS)
- Nephrostolithotomi Perkutan
- Open nephrostomy
- Anatrophic nephrolithotomy

5. Apa saja jenis kegawatdaruratan di bidang urologi?


Kegawatdaruratan urologi merupakan kegawatan di bidang urologi yang bisa disebabkan
oleh karena trauma maupun bukan trauma. Kegawatdaruratan urologi ini adalah kondisi
kegawatan yang mencakup organ urinaria (saluran kencing) baik laki-laki dan perempuan
serta organ reproduksi (genitalia) pria, dan kelenjar suprarenal. Trauma urogenitalia ini
terdiri dari:
 Trauma ginjal. Trauma ginjal paling sering terjadi pada sistem urogenital, 5% dari
seluruh kasus trauma, 10% dari seluruh trauma abdomen.
 Trauma ureter. Trauma ureter relatif jarang, terutama disebabkan trauma iatrogenik, luka
tusuk dan luka tembak.
 Trauma kandung kemih. Trauma kandung kemih terutama disebabkan oleh blunt
trauma, juga disebabkan oleh trauma iatrogenik.
 Trauma urethra. Trauma urethra terutama disebabkan oleh  straddle injury.
 Trauma genitalia eksternal. Trauma genitalia eksterna lebih sering dijumpai pada pria dan
disebabkan oleh aktifitas olah raga.

Kedaruratan urologi non trauma ini terdiri dari:


 Urosepsis (infeksi berat)
 Sumbatan aliran urine akut (retensi urine, anuria, kolik)
 Hematuria (perdarahan)
 strangulasi atau gangguan aliran darah pada organ, seperti pada torsio testis,
priapismus, parafimosis
6. Bagaimana pandangan islam mengenai kasus diatas ?
Imam Nawawi berkata, “Menahan kencing dan buang air besar (termasuk pula kentut,
-pen) mengakibatkan hati seseorang tidak konsen di dalam shalat dan khusyu’nya jadi
tidak sempurna. Menahan buang hajat seperti itu dihukumi makruh menurut mayoritas
ulama Syafi’iyah dan juga ulama lainnya. Jika waktu shalat masih longgar (artinya:
masih ada waktu luas untuk buang hajat, -pen), maka dihukumi makruh. Namun bila
waktu sempit untuk shalat, misalnya jika makan atau bersuci bisa keluar dari waktu
shalat, maka (walau dalam keadaan menahan kencing), tetap shalat di waktunya dan tidak
boleh ditunda.”
Step 4

Urolithiasis

AIK

Penegakan Diagnosis
Etiologi
diagnosis Banding

Faktor
Tatalaksana Komplikasi
Risiko

Edukasi

Step 5
1. Etiologi
2. Patofisiologi
3. Penegakan diagnosis (Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang) dan
Dianosis banding
4. Tatalaksana
5. Faktor risiko
6. Komplikasi
7. Edukasi

Daftar pustaka
1. Basuki B.Dasar Dasar Urologi. Edisi 3. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI,2003.
2. Rasyid N,Atmoko W, Gede K. Panduan Penatalaksanaan Klinis Batu Saluran Kemih.
Edisi 1. Ikatan Ahli Urologi Indonesia.2018
3. Panduan Praktik Klinis RSCM. Departemen Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
2016
4. Marien T, et al. Antimicrobial resistance patterns in cases of obstructive pyelonephritis
secondary to stones. Urology. 2015;85:64.
Nomer 1
Pembentukan batu dapat terjadi ketika tingginya konsentrasi kristal urin yang membentuk
batu seperti zat kalsium, oksalat, asam urat dan/atau zat yang menghambat pembentukan batu
(sitrat) yang rendahAdanya kalkuli dalam traktus urinarius disebabkan oleh dua fenomena
dasar. Fenomena pertama adalah supersaturasi urin oleh konstituen pembentuk batu,
termasuk kalsium, oksalat, dan asam urat. Kristal atau benda asing dapat bertindak sebagai
matriks kalkuli, dimana ion dari bentuk kristal super jenuh membentuk struktur kristal
mikroskopis. Kalkuli yang terbentuk memunculkan gejala saat mereka membentur ureter
waktu menuju vesica urinaria. Fenomena kedua, yang kemungkinan besar berperan dalam
pembentukan kalkuli kalsium oksalat, adalah adanya pengendapan bahan kalkuli matriks
kalsium di papilla renalis, yang biasanya merupakan plakat Randall (yang selalu terdiri dari
kalsium fosfat).
Nomer 4
Nyeri ini mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena
aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk
mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan
intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan
sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal
1. Basuki B.Dasar Dasar Urologi. Edisi 3. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI,2003.
2. Rasyid N,Atmoko W, Gede K. Panduan Penatalaksanaan Klinis Batu Saluran Kemih.
Edisi 1. Ikatan Ahli Urologi Indonesia.2018
1. Etiologic BSK
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubunganngya dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan
lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Batu saluran kemih dapat disebabkan
oleh keadaan air kemih yang jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu,
atau akibat air kemih mengalami kekurangan penghambat pembentukan batu yang
normal
2. Factor resiko BSK
Faktor intrinsik itu antara lain adalah:
1. Hereditair (keturunan): penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya batu saluran kemih adalah
keturunan, misalnya Asidosis Tubulus Ginjal (ATG). Pada ATG terdapat
suatu gangguan ekskresi H+ di tubulus ginjal atau tidak ditemukannya HCO3
dalam air kemih, yang mengakibatkan timbulnya metabolik asidosis (Alan,
2011). Beberapa penyakit keturunan yang mempengaruhi terjadi batu saluran
kemih, yaitu:
 Dent’s disease merupakan penyakit keturunan yang dakibatkan
terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga
penyerapan kalsium di usus meningkat. Akibatnya terjadi
hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria, aminoasiduria dan fosfaturia
yang akhirnya mengakibatkan batu kalsium oksalat dan gagal ginjal.
 Barter Syndrome merupakan penyakit keturunan dengan gejala
poliuria, hiperkalsiuria, dan nefrokalsinosis.
2. Umur: penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30 – 50 tahun
3. Jenis kelamin: jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan pasien perempuan. Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh karena
kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu pada wanita
lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki, dan kadar sitrat air kemih
sebagai bahan penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada wanita lebih tinggi
daripada laki-laki
Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah:
1. Geografi: pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran
kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir
tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
2. Iklim dan temperature: Pada keadaan suhu panas produksi keringat dan
konsentrasi air kemih akan meningkat. Akibat dari peningkatan konsentrasi air
kemih adalah meningkatnya pembentukan kristal air kemih
3. Asupan air: kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada
air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih
4. Diet: diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih.
5. Pekerjaan: penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.
6. Obesitas : Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan pH air kemih, kadar asam
urat, dan peningkatan oksalat dan kalsium pada orang yang gemuk
7. Kebiasaan menahan buang air kecil : Kebiasaan menahan buang air kemih
akan menimbulkan statis air kemih yang dapat berakibat timbulnya Infeksi
Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan oleh kuman pemecah urea dapat
menyebabkan terbentuknya jenis batu struvit

3. Patofisiologi BSK
1. Awalnya batu terbentuk di ginjal, dan kemudian turun ke saluran kemih bagian
bawah. Dimana batu ginjal merupakan batu yang terbentuk di tubulus ginjal dan
kemudian berada di kaliks, infudibulum, pelvis ginjal, dan bahkan dapat mengisi
pelvis dan seluruh kaliks ginjal.
2. Batu memang terbentuk saluran kemih bagian bawah yang diakibatkan oleh
adanya statis urine seperti pada batu kandung kemih (vesicolithiasis) akibat
terjadinya hiperplasia prostat atau batu uretra (uretholithiasis) yang terbentuk di
dalam divertikel uretra.
Penyebab pasti pembentukan batu saluran kemih belum diketahui, hal ini diakibatkan
karena banyaknya faktor yang dilibatkan, yaitu:
1. Teori fisiko kimiawi
Prinsip dari teori ini adalah tebentuknya batu saluran kemih yang dikarenakan
oleh proses kimia, fisika, maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebu
diketahui bahwa pembentukan batu sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dar bahan
pembentuk batu di saluran kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi terdapat
beberapa teori pembentukan batu, yaitu:
a. Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan
dasar terpenting dan syarat terjadinya proses pengendapan. Jika kelarutan
suatu substansi lebih tinggi jika dibandingkan dengan titik endapannya
maka akan terjadi supersaturasi yang menimbulkan terbentuknya kristal
dan pada akhirnya tebentuk batu
Jika terdapat penambahan suatu bahan yang dapat mengkristal di dalam
air dengan pH dan suhu tertentu yang suatu saat akan mengalami
kejenuhan, maka supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi (Alan, 2011).
Tingkat saturasi dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah
bahan pembentuk batu saluran kemih yang larut, tetapi dapat juga
dipengaruhi oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air kemih
b. Teori matrik
Di dalam air kemih, terdapat suatu protein yang berasal dari pemecahan
mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu
oksalat maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut
dan berada di sela sela anyaman sehingga terbentuknya batu. Kristal batu
yang menempel pada benang dengan seiring waktu akan bertambah
besar. Dimana, matriks tersebut merupakan suatu bahan yang
merangsang timbulnya batu
c. Teori inhibitor
Terdapat 2 inhibitor yang diketahui, yaitu organik dan anorganik. Pada
inhibitor organik terdapat bahan yang sering ditemukan di dalam proses
penghambat terjadinya batu yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-
horsefall glikoprotein. Sedangkan yang jarang ditemukan adalah gliko-
samin glikans dan uropotinin. Pada inhibitor anorganik terdapat bahan
prifosfat dan zinc. Inhibitor yang paling kuat adalah sitrat, hal ini
dikarenakan sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium
sitrat yang dapat larut dalam air. Inhibitor berfungsi untuk mencegah
perlengketan kristal kalsium oksalat pada membran tubulus. Sitrat
terdapat pada hampir semua buah-buahan, tetapi kadar tertingginy
ditemukan di jeruk. Hal tersebut yang dapat menjelaskan mengapa pada
sebagian individu terjadi pembentuka batu saluran kemih, sedangkan
pada individu lain tidak (meskipun sama-sama terjadi supersaturasi)
d. Teori Epitaksi
Teori ini menjelaskan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain
yang berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran.
Keadaan ini dapat disebut dengan nukleasi heterogen dengan kasus yang
paling sering adalah kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam
urat yang ada
e. Teori Kombinasi
Banyak ahli berpendapat bahwa batu saluran kemih terbentuk
berdasarkan campuran dari beberapa teori yang ada .

2. Teori vascular
Pada penderita batu saluran kemih sering didapat penyakit hipertensi dan kadar
kolesterol yang tinggi, maka Stoler (2004) mengajukan teori vaskular untuk
terjadinya batu saluran kemih, yaitu:
a. Hipertensi
Pada penderita hipertensi 83% memiliki perkapuran ginjal, sedangkan
pada orang yang tidak hipertensi memiliki perkapuran ginjal sebesar
52%. Hal ini disebabkan aliran darah papilla ginjal berbelok 180 dan
aliran darah berubah dari aliran laminer menjadi tuberlensi. Pada
penderita hipertensi aliran tuberlen tersebut berakibat terjadinya
pengendapan ion-ion kalsium papilla (Ranal’s plaque) yang nantinya
dapat berubah menjadi batu (Stoler, 2004; Kim, 2005).
b. Kolesterol
Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui
glomerulus ginjal dan tercampur di dalam air kemih. Akibat adanya
butiran kolesterol tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal
kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga terbentuk batu yang
bermanifestasi klinis
4. Diagnosis BSK ( anam,PF,PP,DD)
Anamnesis
Gejala utama yang dapat muncul pada batu ginjal adalah adanya nyeri perut atau
pinggang, atau hematuria. Hal-hal yang perlu digali pada anamnesis, yaitu:
 Tentang nyeri : durasi, karakteristik, dan lokasi
 Riwayat batu pada saluran kemih, termasuk komposisi pembentuk batu
saluran kemih dan komplikasinya
 Riwayat infeksi saluran kemih
 Riwayat gangguan ginjal
 Riwayat batu saluran kemih di keluarga
 Riwayat transplantasi ginjal
 Diet:
o Diet tinggi garam dan konsumsi protein
o Diet tinggi kalsium
o Konsumsi suplemen kalsium dan vitamin D
o Aktivitas fisik, karena dengan peningkatan aktivitas fisik, terjadi
pengeluaran cairan ekstra-renal (keringat) sehingga terjadi penurunan
volume urin
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Ginjal
Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas harus
diperhatikan pada saat melakukan inspeksi pada daerah ini. Pembesaran itu mungkin
disebabkan oleh karena hidronefrosis atau tumor pada daerah retroperitoneum.
Palpasi ginjal dilakukan secara bimanual yaitu dengan memakai dua tangan. Tangan
kiri diletakkan di sudut kosto-vertebra untuk mengangkat ginjal ke atas sedangkan
tangan kanan meraba ginjal dari depan seperti diperlihatkan pada Perkusi atau
pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut
kostovertebra (yaitu sudut yang dibentuk oleh kosta terakhir dengan tulang vertebra).
Pembesaran ginjal karena hidronefrosis atau tumor ginjal, mungkin teraba pada
palpasi dan terasa nyeri pada perkusi.
Pemeriksaan Buli-buli
Pada pemeriksaan buli-buli diperhatikan adanya benjolan/massa atau jaringan parut
bekas irisan/operasi di suprasimfisis. Massa di daerah suprasimfisis mungkin
merupakan tumor ganas buli-buli atau karena buli-buli yang terisi penuh dari suatu
retensi urine. Dengan palpasi dan perkusi dapat ditentukan batas atas buli-buli
Dalam menegakkan diagnosis batu saluran kemih, dapat melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang bertujuan untuk menentukan
adanya obstruksi traktus urinarius, infeksi, dan gangguan faal ginjal
1. Batu Ginjal
Batu ginjal terbentuk di dalam tubulus ginjal yang kemudian berada di kaliks,
infudibulum, pelvis ginjal, dan dapat mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu
yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal akan memberikan gambaran
menyerupai tanduk rusa sehingga disebut dengan batu staghorn. Kelainan atau
obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal (penyempitan infundibulum dan stenosis
uteropelvik) mempermudah timbulnya batu saluran kemih Batu pelvis ginjal dapat
bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala batu saluran
kemih merupakan akibat obstruksi aliran kemih dan infeksi. Nyeri di daerah pinggang
dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus dan hebat
akibat adanya Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ditemukan,
hingga
sampai mungkin terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis. Nyeri
dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta yang tertekan. Sesuai
dengan gangguan yang terjadi, batu ginjal yang terletak di pelvis dapat menyebabkan
terjadinya hidronefrosis, sedangkan batu kaliks pada umunya tidak memberikan
gambaran kelainan fisik
2. Batu Ureter
Anatomi ureter memiliki beberapa tempat penyempitan yang dapat memungkinkan
batu ureter terhenti. Akibat adanya peristaltis, akan menimbulkan gejala kolik yang
merupakan nyeri hilang timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntah yang
disertai dengan nyeri alih khas ke regio inguinal. Selama batu bertahan di tempat
yang menyumbat, selama itu pula kolik akan berulangulang timbul hingga batu batu
bergeser dan memberi kesempatan air kemih lewat
(Purnomo, 2011).
Pada batu ginjal yang ukurannya tidak terlalu besar akan didorong oleh peristaltik
otot-otot sistem pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga
peristaltik ureter mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke kandung
kemih. Pada umumnya batu yang ukurannya kecil (<5mm) dapat keluar secara
spontan, sedangkan batu batu yang lebih besar seringali tetap berada di ureter dan
menyebabkan reaksi peradangan (periureteritis) dan dapat menimbulkan obstruksi
kronis berupa hidroureter atau hidronefrosis (Purnomo, 2011).
Batu yang terletak pada ureter maupun sistem pelvikalis mampu menimbulkan
obstruksi saluran kemih serta kelainan struktur saluran kemih atas. Obstruksi di
ureter dan juga batu yang terdapat di pielum dapat menimbulkan hidronefrosis,
sedangkan batu di kaliks major dapat menimbulkan kaliekstasis pada kaliks yang
bersangkutan. Apabila disertai dengan adanya infeksi sekunder maka dapat
menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses paranefrik, ataupun
pionefritis. Pada keadaan lanjut dapat terjadi kerusakan ginjal, dan jika mengenai
kedua sisi dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal permanen (Purnomo, 2011).
Keluhan yang disampakan oleh pasien tergantung pada letak, ukuran, serta
penyulit batu yang telah tejadi. Keluhan yang paling sering dirasakan oleh pasien
adalah nyeri pinggang. Nyeri ini mungkin dapat berupa nyeri kolik atau pun
25
bukan kolik. Nyeri kolik terjadi akibat adanya aktivitas peristaltik otot polos
sistem ataupun ureter yang meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari
saluran kemih. Peningkatan peristaltik ini dapat menyebabkan tekanan
intraluminal yang meningkat sehingga terjadi perenggangan dari terminal saraf
yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akbiat perenggangan
kapsul ginjal akibat terjadinya hidronefrosis. Batu yang terletak disebelah distal
ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri pada saat kencing. Batu dengan ukuran
kecil mungkin dapat keluar dengan spontan setelah melalui hambatan pada
perbatasan uretero-pelvis, saat ureter menyilang vasa iliaka, dan saat ureter masuk
ke dalam kandung kemih. Hematuria sering kali dikeluhkan oleh pasien akibat
trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu. Terkadang
hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis yang berupa hematuria
mikroskopik (Purnomo, 2011).
a. Ureter bagian proximal dan tengah
Batu yang terletak di ureter atas atau tengah dapat menimbulkan nyeri yang berat
dan tajam pada punggung (costovertebral angle). Nyeri mungkin lebih terasa
berat dan intermiten apabila batu bergerak turun ke distal dan menimbulkan
obstruksi intermiten. Batu ureter tengan cenderung menimbulkan nyeri yang
menjalar ke caudal dan anterior abdomen (Purnomo, 2011)
26
b. Ureter distal
Batu yang terletak pada ureter distal sering menimbulkan nyeri yang menjalar ke
scrotum dan testis pada pria dan labium mayus pada wanita. Nyeri alih ini sering
dihantarkan oleh nervous Ilioinguinal atau cabang genital nervous Genitofemoral
(Purnomo, 2011)
3. Batu Kandung Kemih
Batu kandung kemih atau vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang menderita
gangguan miksi atau terdapatnya benda asing pada kandung kemih. Gangguan
miksi biasanya terjadi pada pasien-pasien hyperplasia prostat, striktur uretra,
divertikel kandung kemih, atau kandung kemih neurogenik. Kateter yang
terpasang pada kandung kemih dalam jangka waktu yang lama atau pun adanya
benda asing lain yang secara tidak sengaja dimasukkan ke dalam kandung kemih
sering kali menjadi inti untuk terbentuknya batu kandung kemih. Selain itu, batu
kandung kemih juga dapat berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang turun ke
kandung kemih (Purnomo, 2011).
Gejala khas pada batu kandung kemih yaitu berupa gejala iritasi, seperti nyeri
kencing (disuri hingga stranguri), perasaan tidak enak sewaktu kencing, serta
kencing yang tiba-tiba terhenti dan kemudian menjadi lancar kembali dengan
perubahan posisi tubuh. Nyeri pada saat kencing sering kali dirasakan pada ujung
penis, skrotum, perineum, pinggang, hingga kaki. Pada anak, seringkali mengeluh
adanya enuresis nocturnal, disamping sering menarik-narik penisnya (pada anak
laki-laki) atau menggosok-gosok vulva (pada anak perempuan) (Purnomo, 2011).
27
Seringkali komposisi batu kandung kemih terdiri atas asam urat atau struvit
(apabila penyebabnya adalah infeksi), sehingga tidak jarang pada pemeriksaan
foto polos abdomen tidak terlihat seperti bayangan opak pada kavum pelvis
(Purnomo, 2011).

Pemeriksaan penunjang
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien batu
saluran kemih, yaitu : (American Urological Association)
1. Urinalisa
Warna urine normal adalah kekuning-kuningan, sedangkan yang abnormal
berupa warna merah yang menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine,
kalkulus renalis, tumor, atau kegagalan ginjal). pH urine normal sekitar 4,6-6,8
(rata-rata 6,0), jika pH urine asam maka akan meningkatkan kadar sistin dan batu
asam urat, sedangkan jika pH urine basa akan meningkatkan kadar magnesium,
fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat. Pada pemeriksaan urine 24 jam
kemungkinan dapat ditemukan adanya kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat,
oksalat, atau sistin yang meningkat. Pada pemeriksaan kultur urine dapat
menunjukan adanya infeksi saluran kencing.
2. Laboratorium
Hormon paratyroid mungkin meningkat apabila terdapat gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorpsi kalsium dari tulang, meningkatkan serum dan kalsium
urine)
3. Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)
Menunjukn ukuran ginjal, ureter, dan bladder. Selain itu, dapat juga
menunjukkan adanya batu disekitaran saluran kemih.
4. Endoskopi Ginjal
Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil.
5. USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
6. Foto Rontgen
Menunjukan adanya batu di dalam kandung kemih yang abnormal, dan dapat
juga
menunjukan adanya calculi (perubahan anatomik) pada area ginjal dan
sepanjang
ureter.
Diagnosis Banding
Diagnosis batu kandung kemih meliputi berikut ini:
● Clot
● Papillary carcinoma urothelial pada tangkai
● Kalkulus
5. Komplikasi
Komplikasi batu kandung kemih meliputi:
● Nyeri
● Sering buang air kecil
● Obstruksi
● Infeksi saluran kemih
6. Tatalaksana
f. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian
diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran
kemih.
 Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar
batu dapat keluar sendiri secara spontan.
 Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat
anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan
tergantung pada intensitas nyeri.
 Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter.
 Antibiotik diberikan apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada
pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder.
g. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy
pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau
batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih. Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan
perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.
h. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu
saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya
dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran
kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan). Proses pemecahanan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan
memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan enersi laser.
Beberapa tindakan endourologi itu adalah:
1. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy): yaitu mengeluarkan batu yang
berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke
sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
2. Litotripsi: yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu
dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
3. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi: yaitu memasukkan alat ureteroskopi
peruretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielo-kaliks ginjal.
Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun
sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi /
ureterorenoskopi ini.
4. Ekstraksi Dormia: yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
melalui alat keranjang Dormia
i. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang
berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
j. Bedah terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-
tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan batu masih
dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain
adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran
ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus
menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah
tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau
mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi
dan infeksi yang menahun.
7. Prognosis BSK
Prognosis batu kandung kemih baik jika batu diperlakukan. Perawatan batu
tergantung pada penyebab batu kandung kemih. Kasus yang tidak ditangani dapat
menyebabkan kerusakan pada saluran kemih, batu berulang, atau infeksi

1. Basuki B.Dasar Dasar Urologi. Edisi 3. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI,2003.


2. Rasyid N,Atmoko W, Gede K. Panduan Penatalaksanaan Klinis Batu Saluran Kemih.
Edisi 1. Ikatan Ahli Urologi Indonesia.2018
3. Panduan Praktik Klinis RSCM. Departemen Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
2016
4. Marien T, et al. Antimicrobial resistance patterns in cases of obstructive pyelonephritis
secondary to stones. Urology. 2015;85:64.

Anda mungkin juga menyukai