PETERSEN POTTERY
Disusun Oleh:
Kelompok 2 Kelas G17-1S
Nama NPM
Ronny Wicaksono 1706089910
Antonius Adikusuma Mulyono 1706998290
I. ILUSTRASI PERMASALAHAN
Petersen Pottery merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan furniture
kamar mandi dengan bahan baku keramik yang menghasilkan produk antara lain closet, toilet
dan bathubs sejak tahun 1960. Pada tahun 1980, Clive Petersen merasa perlu untuk membuat
beberapa perubahan yaitu penerapan sistem formal yaitu pengendalian sistematis terkait
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan. Kebutuhan atas pengendalian biaya yang
lebih baik atas penjadwalan produksi untuk dapat memenuhi peningkatan permintaan,
membuat Petersen berencana untuk mengadopsi sistem biaya standar (standard cost system).
Analisis operasional:
Setelah enam bulan menerapkan sistem biaya yang baru, Petersen mersa standar baru
yang ditetapkan mengalami beberapa kendala. Para potters perusahaan merasa cukup
dibingungkan dengan adanya standar baru tersebut karena terbiasa dengan cara lama yang
telah bertahun-tahun digunakan. Hasilnya, meskipun telah diterapkan standar baru tersebut
tetapi para potters jarang memenuhi standar tersebut sehingga produksi yang dihasilkan tidak
sesuai target rencana awal. Petersen kemudian berdiskusi dengan potter senior, Jim
Sedgefield, tentang implementasi standar baru ini. Dari diskusi tersebut, Sedgefield
mempertanyakan tujuan Petersen yang hanya berfokus pada jumlah produksi tanpa
memperhatikan kualitas yang akan dihasilkan.
II. ANALISIS
1. Analyze Variance June:
3. Saran untuk Petersen terkait dengan penerapan sistem biaya standar yang baru
Saran untuk Petersen yaitu manajemen harus dalam memperhatikan konsekuensi
dari penerapan sistem biaya standar yang baru yang kemudian akan digunakan untuk
mengambil keputusan. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan manajemen yaitu antara
lain:
1. Harus diperhitungkan terlebih dahulu variasi biaya yang akan terjadi akan menjadi
favourable atau unfavourable;
2. Mempertimbangkan pemilihan bahan baku yang berkualitas dan tidak hanya karena
pertimbangan harga saja;
3. Mempertimbangkan saran dari para pembuat tembikar (potters) karena para potters
ini adalah yang paling mengetahui proses pembuatannya;
4. Tetap menjaga kualitas produk yang akan dihasilkan supaya tetap berkualitas bagus;
5. Memperhatikan perspektif dari konsumen dan pasar kedepan berkaitan dengan
kualitas produk yang akan dihasilkan kemudian.