Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rezka Rahmadita

Nim : 18053080

Mata Kuliah : Perilaku Konsumen

Tugas Pertemuan 4

4. Bahaslah bagaimana teori proses perlawanan untuk mendapatkan motivasi dapat


menjelaskan mengapa seseorang menjadi begitu gembira setelah melakukan terjun
payung.

Jawab:

Menurut teori perlawanan-perlawanan, hal ini dapat terjadi karena terdapat sebuah
motivasi. Apabila seseorang menerima rangsangan yang dengan segera menimbulkan
reaksi emosional positif atau negatif, maka dua hak akan terjadi. Pertama, orang tersebut
akan memiliki reaksi postif atau negatif dengan serta merta. Kemudian orang tersebut
akan mengalami reaksi emosional kedua yang memiliki perasaan berlawanan dengan
pengalaman awal. Seluruh perasaan yang dialami adalah kombinasi dari kedua reaksi
emosional tersebut. Karena reaksi emosional kedua tertunda, maka seluruh episode
terdiri dari konsumen yang pertama kali mengalami perasaan awal yang positif atau
negatif, dan kemudian setelah beberapa periode, mengalami perlawanan perasaan secara
bertahap dan menggantinya dengan perasaan berlawanan. Jadi ketika para penerjun
payung merasa sangat takut, tetapi setelah mendarat, ketakutan mereka berubah menjadi
emosi yang berlawanan-gembira.

5. Definiskan konsep pemicu. Bagaimana konsep ini dapat dipergunakan oleh para retailer
untuk meningkatkan penjualan?

Jawab:

Pemicu (priming) adalah sebuah fenomena dimana sejumlah kecil exposure terhadap
rangsangan (misalnya, makanan, memainkan video game, menonton televisi) mengarah
pada peningkatan dorongan kemunculan rangsangan tersebut. Konsep ini juga dapat
dipahami dari perpektif teori perlawanan. Ketika konsumen mulai mengkonsumsi
rangsangan penguatan, maka motivasi kebalikannya belum memperoleh kesempatan
untuk membangun kembali. Tanpa penetralan motivasi, pengalaman dapat sangat
menyenangkan, yang dihasilkan dari dorongan kuat untuk terus mengkonsumsi.konsep
pemicu ini dapat digunakan oleh para retailer untuk meningkatkan penjualan misalnya
dengan cara penyediaan sampel-sampel di pasar swalayan dan pemberian hadiah berupa
makanan gratis. Para retailer dapat memberikan sampel makanan agar para konsumen
mendapatkan rangsangan untuk mengkonsumsi lagi makanan tersebut. Hal ini dapat
membuat pembelanja menghabiskan waktu lebih lama dari yang mereka rencanakan.

7. Apa arti istilah konsumsi hedonik (hedonic consumption)? Jenis produk dan jasa apa yang
cendrung termasuk dalam kategori konsumsi hedonik?

Jawab:

Konsumsi hedonik (hedonic consumption) merujuk pada kebutuhan konsumen untuk


menggunakan produk dan jasa dalam menciptakan fantasi, perasaan sensasi baru, dan
memperoleh dorongan emosional. Konsumsi hedonik merujuk pada perolehan kesenangan
melalui perasaan. Akan tetapi, dalam konteks perilaku konsumen istilah ini lebih
kompleks, yaitu perasaaan yang dicari konsumen mungkin bukannlah kesenangan yang
seragam. Orang mencari berbagai pengalam emosi, termasuk rasa cinta, benci, takut,
sedih, marah,dan muak. Menurut teori konsumsi hedonik, keinginan emosional kadang
kala mendominasi motif utilitarian pada saat konsumen memilih produk. Jenis produk dan
jasa yang cendrung termasuk dalam kategori konsumsi hedonik yaitu pada produk seperti
film, konser, teater, dansa, pornografi, dan peristiwa olahraga, yang secara intrinsik lebih
melibatkan emosi daripada pasta gigi atau kertas tisu. Relevansi hedonik bersal dari nilai
simbolik produk dan emosi yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.

15. Definisikan konsep afeksi. Apakah iklan mempengaruhi situasi efektif konsumen?

Jawab:

Afeksi (perasaan) dapat didefinisikan “sebagai fenomena kelas mental yang secara unik
dikarakteristikkan oleh pengalaman yang disadari, yaitu keadaan perasaan subjektif, yang
biasanya muncul bersama-sama dengan emosi dan suasana hati”. Jadi afeksi merupakan
istilah yang lebih luas yang mencakup emosi dan suasana hati. Emosi dibedakan suasana
hati berdasarkan intensitasnya yang lebih besar dan urgensi psikologis yang lebih besar.

Iklan tentunya dapat mempengaruhi situasi efektif konsumen. Konsumen dapat merasa
marah, takut, terangsang, heran, dan sebagainya ketika menyaksikan sebuag komersial
televisi atau iklan cetak. Periklanan yang dilakukan dengan baik yang melukiskan rasa
khawatir dapat mengakibatkan konsumen memiliki intensitas rendah, tetapi meskipun
demikian dapat dirasakan tanggapan kekhawatiran.

Anda mungkin juga menyukai