Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia ekonomi tak terlepas dari dunia perdagangan dan transaksi jual beli. Pada
prosesnya, tentu terdiri dari beberapa elemen yang diantaranya adalah produsen,
konsumen, produk, dan distributor.
Menjadi sebuah kompetisi bagi para pedagang untuk merebut hati para
konsumen. Banyak hal yang akan mempengaruhi seberapa banyak barang yang laris
terjual. Diantaranya adalah kualitas produk, harga produk, dan cara pedagang dalam
melayani konsumen. Hal ini yang akan membangun persepsi konsumen. Persepsi
konsumen yang akan menggerakkan atau menarik minat konsumen dalam
mengkonsumsi atau membeli sebuah barang.
Penting kiranya, sebagai insane komunikasi untuk mempelajari bagaimana
cara menarik minat komunikator yang pada posisi ini diduduki oleh konsumen. Salah
satu cara agar terbangun sebuah komunikasi efektif adalah dengan membangun
persepsi positif di mata konsumen.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut
1.2.1 Apakah yang dimakasud dengan stimulasi pemasaran dan persepsi konsumen ?
1.2.2 Bagaimankah proses persepsi ?
1.2.3 Bagaimanakah peran ekspektasi pada persepsi?
1.2.4 Apakah yang dimaksud dengan semiotis?
1.2.5 Apakah yang dimaksud dengan inferensi perseptual?
1.2.6 Bagaimanakah implikasi pemasaran dari inferensi perseptual?

1
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan maklah ini, yaitu :
1.3.1 Untuk mengetahui tentang stimulasi pemasaran dan persepsi konsumen.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana proses persepsi.
1.3.3 Untuk mengetahui peran ekspektasi pada persepsi.
1.3.4 Untuk mengetahui pengertian semiotis.
1.3.5 Untuk mengetahui pengertian inferensi perseptual.
1.3.6 Untuk mengetahui implikasi pemasaran dari inferensi perseptual.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Stimulasi Pemasaran dan Persepsi Konsumen


a. Pengertian Stimulasi dan Persepsi Konsumen
Stimuli atau stimulus merupakan bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal
yang dapat mempengaruhi individu. Stimuli terdiri dari 2 bentuk yaitu:
 Stimuli Pemasaran : setiap komunikasi atau stimuli fisik yang didesain untuk
mempengaruhi konsumen. Produk dan komponen-komponennya (seperti
kemasan, isi, cirri-ciri fisik) adalah stimuli utama. Komunikasi yang didesain
untuk mempengaruhi konsumen adalah stimuli tambahan yang merepresentasikan
produk seperti kata-kata, gambar, dan symbol atau melalui stimuli lain yang
diasosiasikan dengan produk seperti harga, took tempat produk jual, dan
pengaruh akses.
 Stimuli Lingkungan : stimuli fisik yang didesain untuk mempengaruhi keadaan
lingkungan.ada dua factor yang menetukan stimulasi akan dirasakan , yaitu :
karateristik stimulasi yang mempengaruhi persepsi , kemampuan konsumen untuk
mendekteksi perbedaan dalm suara , cahaya , baud an stimulasi lainnya

Persepsi Konsumen adalah suatu proses yang membuat seseorang memilih,


mengorganisasikan, dan menginterpretasikan rangsangan-rangsangan yang diterima
menjadi suatu gambaran yang berarti dan lengkap tentang dunianya.
Dari  definisi  tersebut  diatas,  kita  mengetahui  bahwa  seseorang  termotivasi
untuk  membeli  adalah  dipengaruhi  oleh  persepsinya  terhadap  situasi  yang
dihadapinya, sedangkan apa yang dipersepsikan seseorang dapat cukup berbeda dari
kenyataan  yang  objektif.  Individu-individu  mungkin  memandang  pada  satu  benda
yang  sama  tetapi  mempersepsikan atau mendeskripsikannya  secara  berbeda.

b. Karakteristik Stimulus Yang Mempengaruhi Persepsi


1. Sensory, mempengaruhi bagaimana suatu produk dirasakan meliputi warna, bau
dan rasa.faktor sensory itu :
 Warna : tanggapan yang berbeda atas penggunaan warna kemasan
memungkinkan pemasar memperhatikn warna kemasan produk

3
 Bau : bau suatu produk menetukan persepsi konsumen terhadap produk
tersebut.
 Rasa : rasa akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek.
2. Faktor Struktural, meliputi ukuran iklan, posisi penempatan iklan, warna dan
kontras,yaitu :
 Ukuran : ukurn iklan cetak yang lebih besar , lebih memungkinkan untuk
diperhaatikan.
 Posisi : akan ada perhatian besar pada iklan dalam 10persen pertama halaman
majalah.
 Warna : warna dalam iklan cetak diteliti sebgai factor structural
 Kontras : kontras memungkinkan untuk mendapatkan perhatian.

c. Karakteristik Konsumen Yang Mempengaruhi Persepsi


Terdapat 5 karakteristik konsumen yang mempengaruhi persepsi, yaitu:
1. Membedakan stimulus: apakah konsumen bisa merasakan perbedaan antara dua
atau lebih stimuli. Apakah konsumen merasakan perbedaan merk berdasarkan
rasa, harga dan bentuk kemasan produk? kenyataannya banyak konsumen yang
bisa membedakan merek produk berdasarkan rasa, tetapi ada juga yang tidak bisa.
Sehingga pemasar sering menggunakan iklan agar konsumen mampu
membedakan merek.
2. Tingkat ambang batas (Threshold level) yaitu kemampuan konsumen untuk
mendeteksi perbedaan suara, cahaya, bau dll ditentukan oleh tingkat ambang
batas yang meliputi: Absolute Threshold yaitu jumlah rangsangan minimum yang
dapat dideteksi oleh indera dan Differential Threshold yaitu  kemampuan sistem
indera untuk mendeteksi atau membedakan antara dua stimuli.
3. Subliminal Perception (persepsi bawah sadar) adalah kemampuan konsumen
memberikan tanggapan terhadap stimulus yang berada di bawah kesadaran.
Contoh; ketika penonton bioskop sedang menikmati film tiba-tiba diberikan dua
pesan yang ditayangkan secara cepat sehingga penonton tidak menyadari adanya
tayangan pesan tersebut. Tetapi secara mengejutkan penjualan produk tersebut
justru meningkat.
4. Tingkat adaptasi terjadi jika konsumen tidak lagi memperhatikan stimulus yang
berulang-ulang. Contoh: ketika konsumen melihat iklan produk diskon 20%,

4
pertama kali konsumen akan tertarik, tetapi jika iklan tersebut ditayangkan terus
menerus dan tidak ada perubahan tingkat potongan harga, konsumen sudah
terbiasa dan tidak memperhatikan iklan tersebut.
5. Generelisasi stimulus terjadi jika konsumen melihat dua atau lebih stimulus yang
mempunyai kesamaan (hubungan yang dekat) dan saling mempengaruhi satu
dengan lainnya sehinga dapat disubstitusikan. Proses generalisasi sangat dihindari
pemasar, karna pemasar berusaha mendiferensiasikan mereknya dengan merek
lain. Di pihak lain, pemasar juga mengharapkan generalisasi ketika mereka ingin
memperkenalkan produk baru, dengan harapan laku terjual seperti produk yang
lama. Kebijakan ini dinamakan family branding. Contoh: produsen sirup ABC
memperkenalkan produk baru berupa kecap, sambal, saus, sarden.

2.2 Proses Persepsi


Persepsi timbul karena adanya stimulus (rangsangan) dari luar yang akan
mempengaruhi seseorang melalui kelima alat inderanya yaitu penglihatan, pendengaran,
pembauan, perasaan dan sentuhan. Stimulus tersebut akan diseleksi, diorganisir dan
diinterprestasikan oleh setiap orang dengan caranya masing-masing.
1. Seleksi
Proses persepsi diawali dengan adanya stimuli yang mengenai panca indera
yang disebut sebagai sensasi. Stimuli ini beragam bentuknya dan akan selalu
memborbardir indera konsumen. Jika dilihat dari asalnya, stimuli ada yang berasal
dari individu (seperti aroma, iklan, dll) serta yang berasal dari dalam diri individu
seperti harapan, kebutuhan dan pengalaman.
Ada dua faktor yang merupakan karakteristik stimuli yang dapat mempengaruhi
pemilihan konsumen dalam memilih stimuli yang akan diperhatikan yaitu :
a. Faktor dari stimuli itu sendiri.
- Kekontrasan atau perbedaan yang menyolok : Obyek-obyek pemasaran yang
sangat berbeda dengan yang lain akan menarik perhatian konsumen.
- Kebaruan : Launching produk baru sering kali diberitakan dan ini sangat
menarik perhatian untuk dibicarakan maupun diperhatikan oleh konsumen.
- Intensitas : semakin kuat intensitas stilmuli eksternal akan semakin dirasakan
konsumen, sehingga konsumen cenderung memperhatikan.
- Besarnya ukuran : semakin besar suatu obyek, akan semakin dirasakan oleh
konsumen ( akan menjadi daya tarik bagi konsumen untuk memperhatikan.
5
b. Faktor Internal.
- Ebankosur Selektif : konsumen cenderung akan memilih tayangan atau apa
saja yang dilihat dan dirasakan secara selektif.
- Perhatian selektif : kecendrungan bagi manusia untuk menyaring  sebagian
informasi yang mereka hadapi. Sehingga  informasi yang lebih menonjol yang
akan mendapat tanggapan.
- Bertahan secara Perseptual : tayangan berbagai iklan juga diperhatikan
semuanya oleh konsumen, maka konsumen secara tidak sadar akan melindungi
dirinya dari stimuli yang dianggap dapat membahayakan atau tidak
mengenakan dirinya.
- Menutup secara Perseptual : pada saat konsumen ditayangkan dengan banyak
iklan, konsumen akan melindungi dirinya dari serbuan stimuli yang
mengenainya. Konsumen akan menahan berbagai stimuli sesuai dengan
kesadarannya.
2. Pengorganisasian
Prinsip dasar penting dalam pengorganisasian meliputi :
a. Gambar dan Latar Belakang
Agar stimuli yang diperhatikan dapat mudah untuk diberi makna, konsumen akan
menghubungkan dan mengkaitkan antara gambar dengan dasar, mengkaitkan
antara apa yang ada dengan konteksnya sehingga punya makna.
b. Pengelompokan
- Prinsip Keterdekatan : obyek-obyek yang berdekatan cenderung
dikelompokkan menjadi satu. Contoh apa yang kita lihat di swalayan, barang-
barang yang ditawarkan dikelompokkan berdasarkanketerdekatan
penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari.
- Kesamaan : konsumen cenderung menggelompokkan stimuli yang
mempunyai kesamaan.
- Kesinambungan : konsumen akan melihat hal-hal yang masih terputus atau
masih sepotong-sepotong menjadi satu kesatuan dengan yang lain.
3. Interpretasi
Setelah konsumen mengorganisir stimuli yang ada dan mengkaitkannya
dengan informasi yang dimiliki, maka agar stimuli tersebut mempunyai makna,
konsumen menginterpretasikan atau memberi arti stimuli tersebut.
6
Terdapat beberapa factor yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam
menginterpretasi pesan yaitu :
1. Penampilan Fisik
Penampilan fisik sering membuat konsumen keliru dalam menginterpretasikan
suatu obyek pemasaran.
2. Stereotip
Stereotipi adalah prasangka. Mengacu pada kecendrungan dalam menilai
seseorang ke dalam kategori tunggal atau pada satu kelas.
3. syarat/tanda-tanda yang tidak relevan
Konsumen cenderung menggunakan isyarat yang tidak relevan untuk
memberikan makna suatu stimuli.
4. Kesan pertama
Pada saat bertemu pertama kali dan mendapatkan sapaan serta layanan yang
mengesankan, konsumen akan menilai bahwa perusahaan jasa tersebut
berkualitas. Meskipun sebenarnya belum tentu demikian.

2.3 Peran Ekspektasi pada persepsi


Menurut Fandy Tjiptono (2000), harapan pelanggan dapat didefinisikan sebagai
perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya bila ia membeli
atau mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Menurut Olsen dan Dover (dalam Zeithaml
et al.1993), harapan pelanggan merupakan keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau
membeli suatu produk yang dijadikan standar atau acuan dalam menilai kinerja produk
tersebut.
Ekspektasi konsumen terhadap produk (bisa berupa barang, jasa, atau kombinasi
keduanya) adalah hal yang sangat utama dan tidak boleh tidak dikesampingkan.
Setiap konsumen pasti mempunyai harapan dalam membuat suatu keputusan
pembelian. Harapan inilah yang mempunyai peran besar sebagai standar perbandingan
dalam mengevaluasi kualitas maupun kepuasan konsumen. Tentunya banyak faktor yang
mempengaruhinya, namun Valerie A. Zeithaml and Mary Jo Bitner mengelompokkan
faktor-faktor tesebut sebagai berikut:
1. Word Of Mouth. Merupakan pernyataan (secar personal atau non personal) yang
disampaikan oleh orang lain selain organisasi (service provider) kepada pelanggan.
Word of mouth ini biasanya cepat diterima oleh pelanggan karena yang
menyampaikannya adalah mereka yang dapat dipercayai, seperti pakar, teman,
7
keluarga, publikasi media massa. Disamping itu word of mouth inijua cepat diterima
sebagai referensi karena pelanggan jasa biasanya sulit mengevaluasi jasa yang belum
dibelinya atau belum dirasakannya sendiri.
2. Personal Need. Kebutuhan yang dirasakan seseorang mendasar bagi
kesejahteraannya juga sangat menentukan harapannya. Kebutuhan tersebut meliputi
kebutuhan fisik, sosial, dan psikologis.
3. Past Experience (Pengalaman masa lalu)
Pengalaman masa lalu meliputi hal-hal yang telah dipelajari atau diketahui
pelanggan dari yang pernah diterimanya pada masa sebelumnya. Harapan pelanggan
ini dari waktu ke waktu berkembang, seiring dengan semakin banyaknya informasi
(non experimental information) yang diterima pelanggan serta semakin
bertambahnya pengalaman pelanggan.
4. External Communication (Komunikasi eksternal). Faktor ini merupakan pernyataan
langsung atau tidak langsung oleh perusahaan tentang jasanya kepada pelanggan.
Faktor ini akan memegang peranan penting dalam membentuk harapan pelanggan
terhadap perusahaan. Harapan ini dapat terbentuk dari iklan-iklan media, personal
selling, perjanjian atau komunikasi dengan karyawan organisasi tersebut.

2.4 Pengertian Semiotis


Keller memandang komunikasi sebagai tindakan-tindakan, meliputi tindakan
memproduksi sesuatu yang dapat diterima oleh akal manusia, dengan tujuan untuk
membawa manusia lainnya kepada suatu penarikan kesimpulan dari suatu interpretasi.
Dalam hal ini, Keller menyatakan bahwa komunikasi merupakan suatu guessing game.
Kemampuan untuk menyediakan model-model interpretatif bagi mitra tutur untuk
“menebak” tujuan komunikasi disebut Keller sebagai kompetensi semiotis (semiotic
competence). Sedangkan pengetahuan yang mendasari kompetensi semiotis disebutnya
sebagai pengetahuan semiotis (semiotic knowledge). Kompetensi semiotis dan
pengetahuan semiotis adalah kebutuhan logis dari sebuah kompetensi bahasa. Melalui
kemampuan kita untuk menggunakan persepsi secara interpretatif, serta kemampuan kita
untuk menggunakan kemampuan tersebut untuk tujuan komunikasi, tanda-tanda bahasa
muncul secara spontan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan hasil
dari penggunaan pengetahuan semiotis yang dimiliki oleh seseorang, untuk
mempengaruhi mitra tuturnya (Keller, 1998: x).

8
2.5 Pengertian Inferensi Perseptual
Perseptual adalah kemampuan memahami dan menginterprestasikan informasi
sensori atau kemampuan intelek untuk mencarikan makna yang diterima oleh panca
indera. Inferensi adalah tindakan atau proses yang berasal kesimpulan logis dari premis-
premis yang diketahui atau dianggap benar. Inferensi perseptual adalah tindakan yang
berasal dari pemahaman dan interprestasi informasi yang diterima oleh panca indera dan
dianggap benar.
Implikasi pemasaran dari inferensi perseptual yaitu konsumen cenderung untuk
membentuk citra terhadap merek, toko, dan perusahaan didasarkan pada inferensi mereka
yang diperoleh dari stimuli pemasaran dan lingkungan. Sebagaimana para individu
merasakan citra diri sendiri, mereka juga merasakan citra produk dan citra merk. Produk
dan merk mempunyai nilai simbolis bagi individu, yang menilainya atas dasar
konsistensi (kesesuaian) dengan gambaran pribadi mengenai diri sendiri.
Citra adalah total persepsi terhadap suatu objek, yang dibentuk dengan
memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Jadi pemasar harus secara
konstan mencoba mempengaruhi citra konsumen.

2.6 Implikasi Pemasaran dari Inferensi Perseptual


Konsumen cenderung untuk membentuk citra terhadap merek, toko, dan
perusahaan didasarkan pada inferensi mereka yang diperoleh dari stimuli pemasaran dan
lingkungan. Sebagaimana para individu merasakan citra diri sendiri, mereka juga
merasakan citra produk dan citra merk. Produk dan merk mempunyai nilai simbolis bagi
individu, yang menilainya atas dasar konsistensi (kesesuaian) dengan gambaran pribadi
mengenai diri sendiri.
Citra adalah total persepsi terhadap suatu objek, yang dibentuk dengan
memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Sasaran penting dari strategi
pemasaran adalah untuk mempengaruhi persepsi terhadap merek, toko, atau perusahaan.
Jadi, pemasar harus secara konstan mencoba mempengaruhi citra konsumen. Citra
tersebut tediri dari :
1. Citra Merek
Citra merek mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan
dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Kottler dan
9
Fox mendefinisikan citra sebagai jumlah dari gambaran-gambaran, kesan, dan
keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek. Citra terhadap merek
berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu
merek. Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih
memungkinkan untuk melakukan pembelian, oleh karena itu kegunaan utama dari
iklan diantaranya untuk membangun citra positif terhadap merek. Manfaat lain yang
positif adalah perusahaan bisa mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan
citra positif ysng telah terbentuk terhadap merek produk lama. Hal yang perlu
diperhatikan ialah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan citra merek yang
sudah positif. Jika suatu saat perusahaan ingin mengubah merek produk yang telah
lama ada dan mempunyai citra yang positif, maka perubahan itu harus terlebih
dahulu menilai inferensi konsumen atas perubahan yang akan dilakukan.
Persoalan yang dihadapi ialah bagaimana mempengaruhi citra positif
konsumen terhadap merek. Ramuan kunci untuk mempengaruhi merek konsumen
adalah dengan positioning produk. Pemasar mencoba memposisikan mereknya
untuk memenuhi kebutuhan segmen sasaran. Dalam memposisikan merek produk,
pemasar terlebih dahulu harus mempunyai konsep produk yang dapat
mengkomunikasikan manfaat yang diinginkan melalui iklan dan penggunaan media
yang menjangkau pasar sasaran.
2. Citra Toko
Konsumen sering mengembangkan citra toko didasarkan pada iklan,
kelengkapan di dalam took, pendapat teman dan kerabat, dan juga pengalaman
belanja. Citra toko yang ada dibenak konsumen akan mempengaruhi citra merek.
Oleh karena itu, penempatan produk pada rantai toko-toko pengecer merupakan
sarana untuk membentuk citra.
3. Citra Korporasi
Selain mengembangkan citra terhadap merek dan toko, konsumen juga
memperhatikan berbagai informasi mengenai perusahaan atau korporasi, dan
bagaimana pengalamannya atas penggunaan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan. Ketika konsumen mempunyai pengalaman yang baik atas penggunaan
berbagai merek produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan, maka konsumen
akan mempunyai citra yang positif atas perusahaan tersebut. Pada saat itulah
terbentuk apa yang disebut citra korporasi.

10
Sering kita mendengar bahwa suatu organisasi mempunyai citra yang buruk
dan tidak jelas. Mereka berusaha menjawab mengapa citranya buruk dan tidak jelas.
Sering kali jawaban mereka tanpa disertai analisis yang benar dan alasan yang jelas
dibalik buruknya citra. Tentu saja hal ini akan menimbulkan tindakan yang salah.
Image adalah realitas. Oleh karena itu, program pengembangan dan perbaikan citra
harus didasarkan pada realitas. Jika salah (citra tidak sesuai dengan realitas), dan
kinerja kita baik, itu adalah kesalahan kita dalam berkomunikasi. Jika citra itu benar
dan merefleksikan kinerja kita yang jelek, itu berarti kesalahan kita dalam mengelola
organisasi.
Mengapa terlihat ada masalah citra? Ini dikarenakan pada dasarnya ada dua atau
lebih alasan diantaranya :
 Organisasi dikenal, tetapi mempunyai citra yang buruk
 Organisasi tidak dikenal dengan baik, tetapi mempunyai ciri yang tidak jelas atau
citra didasarkan pada pengalaman yang telah lama berlalu
Jika citra negatif, mungkin salah satunya disebabkan oleh pengalaman buruk
konsumen. Dalam hal demikian, terdapat masalah yang berkenaan dengan kualitas
teknis atau fungsional. Dalam situasi demikian, jika manajemen menggunakan biro
iklan dan menyampaikan pesan seperti perusahaan yaitu berorientasi pelayanan,
kesadaran konsumen, modern, atau apapun isinya, hal itu hanya akan menghasilkan
bencana bagi organisasi.
Citra adalah realitas, oleh karena itu jika komunikasi pasar tidak cocok dengan
realitas, secara normal realitas akan menang. Komunikasi yang tidak didasarkan
pada realitas hanya akan menciptakan harapan yang lebih tinggi daripada kenyataan
yang dirasakan. Akibatnya, ketidakpuasan akan muncul dan akhirnya konsumen
mempunyai persepsi yang buruk terhadap citra organisasi.
Jika masalah citra ialah problem yang nyata, hanya tindakan nyata pula yang
akan menolong. Masalah nyata yang berkaitan dengan kinerja organisasi, yaitu
kualitas teknis atau fungsional yang sebenarnya menyebabkan masalah citra.
Tindakan internal yang memperbaiki kinerja organisasi dibutuhkan jika citra yang
buruk ingin diperbaiki. Jika citra tidak diketahui, berarti terdapat masalah
komunikasi.

11
Citra akhirnya akan menjadi baik, ketika konsumen mempunyai pengalaman
yang cukup dengan realitas baru. Realitas baru, yaitu bahwa sebenarnya organisasi
bekerja lebih efektif dan mempunyai kinerja yang baik.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Stimuli atau stimulus merupakan bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang
dapat mempengaruhi individu, sedangkan persepsi konsumen adalah suatu proses yang
membuat seseorang memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan rangsangan-
rangsangan yang diterima menjadi suatu gambaran yang berarti dan lengkap tentang
dunianya.
Persepsi timbul karena adanya stimulus (rangsangan) dari luar yang akan
mempengaruhi seseorang melalui kelima alat inderanya yaitu penglihatan, pendengaran,
pembauan, perasaan dan sentuhan. Proses seleksi dibagi menjadi tiga fase yaitu seleksi,
pengorganisasian dan interpretasi.
Setiap konsumen pasti mempunyai harapan dalam membuat suatu keputusan
pembelian. Harapan inilah yang mempunyai peran besar sebagai standar perbandingan
dalam mengevaluasi kualitas maupun kepuasan konsumen. Tentunya banyak faktor yang
mempengaruhinya, namun Valerie A. Zeithaml and Mary Jo Bitner mengelompokkan
faktor-faktor tesebut sebagai berikut: (1) Word of mouth, (2) Personal need, (3) Past
experience, dan (4) External communication.
Kompetensi semiotis dan pengetahuan semiotis adalah kebutuhan logis dari
sebuah kompetensi bahasa.
Inferensi perseptual adalah tindakan yang berasal dari pemahaman dan
interprestasi informasi yang diterima oleh panca indera dan dianggap benar.
Konsumen cenderung untuk membentuk citra terhadap merek, toko, dan
perusahaan didasarkan pada inferensi mereka yang diperoleh dari stimuli pemasaran dan
lingkungan. Citra adalah total persepsi terhadap suatu objek, yang dibentuk dengan
memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Sasaran penting dari strategi
pemasaran adalah untuk mempengaruhi persepsi terhadap merek, took, atau perusahaan.
Jadi, pemasar harus secara konstan mencoba mempengaruhi citra konsumen. Citra
tersebut tediri dari : citra merek, citra toko, dan citra korporasi.

13
3.2 SARAN
Demikianlah makalah ini pemakalah buat dengan sesungguhnya, untuk
memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Konsumen tentang Persepsi Konsumen. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam memahami secara lebih baik
terhadap persepsi konsumen dalam perilaku konsumen. Pemakalah menyadari masih
terdapat banyak kekurangan pada makalah ini baik dari segi penulisan makalah,
kelengkapan isi, data yang disajikan, dan lainnya. Kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan dari para pembaca untuk penulisan makalah yang lebih baik lagi
kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

2013 Katrin Tobing “Persepsi Konsumen”


http://katrin13211919.blogspot.com/2013/11/persepsi-konsumen.html diunduhtanggal 20
Maret 2020

2013 B-Sunshine “Bab 6 Persepsi Konsumen”


https://lacusza.blogspot.com/2013/11/bab-6-persepsi-konsumen.html diunduh tanggal 20
Maret 2020

https://mialestarisholihat.wordpress.com/2011/07/04/persepsi-dalam-perilaku-
konsumen/ diunduh tanggal 20 Maret 2020

https://www.academia.edu/15438850/Presepsi_Konsumen/ diunduh tanggal 20 Maret


2020

https://www.academia.edu/6572346/MAKALAH_ASURANSI, diunduh tanggal 15


Maret 2020

2013 B-Sunshine “Bab 6 Persepsi Konsumen”


https://lacusza.blogspot.com/2013/11/bab-6-persepsi-konsumen.html diunduh tanggal 20
Maret 2020

https://books.google.co.id/books?
id=HdxDDwAAQBAJ&pg=PA110&lpg=PA110&dq=implikasi+pemasaran+inferensi+perse
ptual&source=bl&ots=PlQjyd1NLT&sig=ACfU3U1le4JyhaFddbOgPkXsTx7wZYsbhA&hl=
en&sa=X&ved=2ahUKEwiTq8ORvaroAhXl7XMBHU8aAMcQ6AEwBnoECAsQAQ,
diunduh tanggal 21 Maret 2020

https://www.slideshare.net/dwie_radet/persepsi-
konsumen#13837836969351&hideSpinner, diunduh tanggal 21 Maret 2020

15

Anda mungkin juga menyukai