HIMPUNAN
Merupakan cara penulisan yang apabila ada unsur yang sama tidak perlu
ditulis dua kali. Anggota yang satu dipisahkan dari anggota lainnya oleh tanda koma.
Contoh :
Contoh:
D. Keanggotaan Himpunan
Kanggotaan dapat ditulis :
xÎA dibaca x merupakan anggota himpunan A
xÏA dibaca x bukan merupakan anggota himpunan A
Contoh :
F. Himpunan Kosong
Himpunan kosong dapat ditulis : A = Æ dibaca Himpunan A tidak mempunyai
anggota sama sekali
Contoh :
A adalah suatu himpunan manusia yang bernafas dengan insang.
Maka: A = Æ
Karena tidak ada manusia yang bernafas dengan insang
B = { x | x = bilangan cacah yang nilainya negatif}
Maka: B = Æ
Karena bilangan cacah adalah himpunan bilangan bulat yang tidak
negatif.
G. Himpunan Bagian Sejati
Himpunan bagian sejati dapat ditulis A Ì B dibaca A adalah Himpunan Bagian
Sejati dari Himpunan B, atau A terkandung oleh B
Contoh :
Jika : A = {13, 15, 17}
B = {13, 15, 17, 19, 21}
Maka A Ì B Karena, setiap anggota himpunan A juga menjadi anggota
Himpunan B
Dapat digambarkan dengan diagram venn sebagai berikut :
U A B
13 19
15
21
17
Jika C = {a, b, d}
D= {a, b, c, d, e }
Maka C Ì D Karena, setiap anggota himpunan C juga menjadi anggota
Himpunan D
Dapat digambarkan dengan diagram venn sebagai berikut :
U C D
a c
b
e
d
1.3 Operasi Himpunan
Dalam operasi himpunan, operasi yang dapat dilakukan adalah:
1. Gabungan
2. Irisan
3. Selisih
4. Komplemen
1. Gabungan (Union)
Gabungan (Union) dapat ditulis :
A È B dibaca Gabungan Himpunan A dan B
Bentuk diagram venn nya adalah sebagai berikut
Contoh :
Jika A = {1,3,5,7}
B ={1,2,3, }
Maka, A È B ={1,2,3,5,7}
Dapat digambarkan dengan diagram venn sebagai berikut :
U A B
1
3
5 2
7
Jika B = {a,c,e}
C = {a,d,e,f}
Maka, B È C ={a,c,d,e,f}
Dapat digambarkan dengan diagram venn sebagai berikut :
U B C
a
d
c e
f
2. Irisan (Interseksi)
Irisan (Interseksi) dapat ditulis : A Ç B dibaca, Himpunan A merupakan Irisan
dari Himpunan B
Bentuk diagram venn nya adalah sebagai berikut
Contoh :
Jika A = {a,k,i}
B = {a,d,i,l}
Maka, A Ç B = { a,i}
Dapat digambarkan dengan diagram venn sebagai berikut :
U A B
a d
k
Jika A = {2,4,6,8} i
l
B = {6,8,10}
Maka, A Ç B = { }
Dapat digambarkan dengan diagram venn sebagai berikut :
U A B
2
6 10
4 8
3. Selisih (Difference)
Selisih (difference), dapat ditulis : A – B, dimana himpunan A dan himpunan B
adalah himpunan yang anggota-anggotanya merupakan anggota himpunan A
tetapi bukan anggota himpunan B. Gambar diagram venn dari operasi ini adalah
sebagai berikut:
Contoh:
Jika A = {a,b,c,d,e,f,g}
B = {l,e,g,a}
Maka A-B = {b,c,d,f}
U A B
b
a l
c
d e
Jika B = {3,5,7} g
f
C = {1,2,3,4,5,6,7}
Maka C-B= {1,2,4,6}
Dapat digambarkan dengan diagram venn sebagai berikut :
U B C
1
3 4 2
5
7 6
4. Komplemen (Complement)
Komplemen (complement), dapat ditulis : A’, dimana dari himpunan A adalah
himpunan yang anggotanya merupakan selisih antara himpunan semesta U dan
himpunan A. diagram venn dari operasi ini adalah sebagai berikut:
Contoh:
Jika himpunan semesta U anggotanya adalah bilangan genap kurang
dari 10 dan A = {2,4,6}
Maka A’ = {8}
Jika himpunan semesta U anggotanya adalah huruf a sampai dengan g
dan A = {a,b,c,d}
Maka A’ = {e,f,g}
BAB II
SISTEM BILANGAN
2.1 Sistem Bilangan Desimal
Sistem Bilangan Desimal/persepuluhan adalah sistem bilangan yang
menggunakan 10 macam angka yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Bilangan ditulis
dengan menggunakan Harga Tempat. Tempat, dicacah dari letak tanda koma ke kiri.
Tempat pertama mempunyai harga satuan 100 = 1, tempat kedua 101 = 10, tempat ke
tiga 102 = 100 dan tempat ke-n harga satuan 10n-1 dan seterusnya.
Contoh:
35.768 artinya 3 x 104 + 5 x 103 + 7 x 102 + 6 x 101 + 8 x 100
= 30.000 +5.000+700+60+8
=35.768
74 artinya 7 x 101 + 4 x 100 = 74
Pencacahan tempat untuk angka pecahan, dimulai dari tanda koma ke kanan.
1 1
Tempat pertama mempunyai harga satuan 10-1 = , tempat kedua 10-2 = , tempat
10 100
1
ketiga 10-3 = , dan seterusnya
1000
Contoh :
Bilangan Pecahan
B. Operasi Perkalian
a b ab
× =
x y xy
C. Operasi Pembagian
a b a y ay
: = × =
x y x b xb
Contoh :
8 5 40
× =
4 2 8
=5
4 2 4 5 20
: = × =
5 5 5 2 10
=2
2 8 4 +40
+ =
5 2 10
44
=
10
BAB III
FUNGSI
A. Letak Suatu Titik
Suatu titik yang terletak di sebuah bidang datar dapat ditentukan letaknya dengan
menggunakan garis penolong yang disebut Sumbu Koordinat. Sumbu Koordinat adalah garis
lurus yang saling berpotongan tegak lurus.
Garis Horisontal disebut Sumbu x
Garis Vertikal disebut Sumbu y
Sumbu Koordinat membagi bidang menjadi 4 bagian. Setiap bagian dinamakan kuadran.
0
Contoh 1:
A (6,5)
B (-6,3)
C (-1,-2)
D (5,-3)
Contoh 2:
B (-6,5)
A (8,2)
D (4,-3)
C (-3,-6)
Gambarkan titik – titik (-2,-2); (-3,-3); (2,2); (3,3). Tunjukkan bahwa titik-titik
tersebut terletak pada sebuah garis lurus
Contoh 2 :
Gambarkan titik – titik (-4,-4); (-5,-5); (4,4); (5,5). Tunjukkan bahwa titik-titik
tersebut terletak pada sebuah garis lurus
C. Menghitung Jarak Antar Titik
Menghitung jarak antar titik dapat dilakukan dengan dalil Pytagoras
Contoh 1:
C B
AC = 4 BC = 11
Dari gambar di atas menghitung jarak antara titik-titik (5,0) dan (-6,-4) dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut
AB =√ BC 2+ AC 2
=√ 112 +4 2
= √ 121❑+16
= √ 137
Contoh 2 :
C
A
AC = 6
BC = 3
Jawab :
ABC adalah segitiga siku-siku. Kemudian dengan dalil Pytagoras dapat dihitung :
AB =√ BC 2+ AC 2
=√ 32 +62
= √ 9+36
= √ 45
Contoh 1:
F (0) = 9 + x - x2
= 9 + 0 – (0)2
= 9
F(-3) = 9 + x - x2
= 9 + (-3) – (-3)2
=9-3–9
= -3
F(4) = 9 + x - x2
= 9 + 4 – (4)2
= 9 + 4 - 16
= -3
Contoh 2:
Jawab:
F (5) = 1 + x + x2
= 1 + 5 + 52
= 31
F(-5) = 1 + x + x2
= 1 + (-5) + (-5) 2
= 21
F(2) = 1 + x + x2
= 1 + 2 + 22
=7
E. Fungsi Linier
Fungsi linier adalah fungsi yang paling sederhana karena hanya mempunyai satu variabel
bebas dan berpangkat satu pada variabel bebas tersebut, sehingga sering disebut sebagai
fungsi berderajad satu. Bentuk umum persamaan linier adalah:
y = a + bx;
Ax + By + C = 0
y − y1 x − x1
= atau
y 2− y 1 x 2− x1
Contoh :
Tentukan persamaan garis yang melalui titik (5,2) dan (3,6)
Jawab:
y − y1 x − x1
=
y 2− y 1 x 2− x1
y −2 x −5
=
6− 2 3−5
y −2 x −5
=
4 −2
-2 (y-2) = 4 (x-5)
-2y + 4 = 4x – 20
-2y = 4x -20-4
-2y = 4x -24
4x + 2y -24 = 0
4−2
y−2= ( x−4 )
6−4
2
y−2= ( x−4 )
2
2 x−8
y−2=
2
(y – 2 ) 2 = 2x – 8
2y – 4 = 2x – 8
2y = 2x -8 + 4
2y = 2x - 4
2x-2y -4 = 0
F. Kemiringan
Bentuk ini dapat digunakan untuk menentukan persamaan suatu garis lurus yang
diketahui curam garisnya dan titik ( X1 dan X2 ) yang terletak digaris tersebut. Bentuk ini
dapat ditunjukkan oleh persamaan :
m atau
=
Contoh :
Tentukan persamaan garis yang melalui titik (3,6) dan mempunyai curam 4
Jawab:
y - y 1 = m (x – x 1 )
y – 6 = 4 (x – 3)
y – 6 = 4x -12
y = 4x -12 + 6
y = 4x -6
4x – y – 6 = 0
Tentukan persamaan garis yang melalui titik (4,9) dan mempunyai curam 2
Jawab:
y - y 1 = m (x – x 1 )
y – 9 = 2 (x – 4)
y – 9 = 2x -8
y = 2x -8 + 9
y = 2x +1
2x – y + 1 = 0
G. Perpotongan
Contoh 1:
2x= -24
−24
x =
2
x = -12
jadi di dapat (x,y) = (-12,-7.5)
6x-8y+12=0
6x-8y+12=0
6 (2y+3) – 8y +12 = 0
6x – 8(-7.5) + 12 == 0
12y + 18 -8y +12 = 0
6x + 60 + 12 = 0
4y + 30 = 0
6x + 72 = 0
4y = -30
−72
−30 x=
y= 6
4
x = -12
y = -7.5
Contoh 2 :
x - 4y – 3 = 0
x – 4y – 3 =0
2y – 6 - 4y -3 = 0
x – 4(-4.5) – 3 = 0
-2y – 9 = 0
9 x + 18 – 3 = 0
y= x + 15 = 0
−2
y = -4.5 x = -15
BAB IV
PENGGUNAAN DALAM EKONOMI
(PAJAK DAN SUBSTITUSI)
A. Pajak
Pajak merupakan pungutan yang ditarik pemerintah (negara) terhadap wajib pajak tanpa
mendapat balas jasa langsung. Ada dua jenis pajak berdasarkna cara penarikannya, yaitu
pajak langsung dan pajak tidak langsung.
a. Pajak langsung adalah pajak yang langsung dipungut dari wajib pajak tanpa pihak
perantara, seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak
Kekayaan, Pajak Kendaraan, Pajak Perusahaan, dan sebagainya.
b. Pajak tak langsung adalah pajak yang tidak langsung dipungut dari wajib pajak, tetapi
melalui wajib pungut yang selanjutnya disetorkan kepada pemerintah (negara), seperti
Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Penjualan, Pajak Tontonan, Cukai, Pajak
Barang Mewah, dan sebagainya.
Pajak tak langsung seperti PPn dan cukai akan berpengaruh langsung terhadap harga yang
ditawarkan oleh produsen sebagai akibat pembebanan pajak terhadap konsumen, sehingga
akan mengubah fungsi penawaran dan keseimbangan pasar.
Contoh 1:
Bila fungsi permintaan dan penawaran akan suatu barang ditunjukkan oleh
persamaan:
Qd = 20 – P dan Qs = 4P – 5
Pajak yang dikenakan oleh pemerintah sebesar Rp 2,-/unit. Maka tentukan harga
dan jumlah keseimbangan pasar sebelum dan sesudah ada pajak!
Jawab:
Sebelum pajak keseimbangan tercapai apabila Pd = Ps dan Qd = Qs
Qd = Qs
20 – P = 4P – 5
Q = 20 – P
-P – 4P = -5 – 20
Q = 20 – 5
-5P = -25
Q = 15
−25
P=
−5
P=5
Jadi harga keseimbangan sebelum pajak P = 5 dan jumlah Keseimbangan
sebelum pajak Q = 15
Sesudah pajak, fungsi permintaan tidak berubah yaitu Qd = 20 – P sedangkan
fungsi penawaran yang baru adalah :
Qs = 4P – 5
Qs = 4 (P- 2)-5
Qs = 4P – 8 – 5
Qs = 4P -13
Keseimbangan yang baru tercapai apabila Pd=Ps atau Qd = Qs
Maka :
20 – P = 4P -13
Qd = 20 – P
-P -4P =-13 – 20 Qd = 20 – 6,6
-5P = -33 Qd = 13,4
−33
P=
−5
P = 6,6
Jadi harga keseimbangan setelah pajak P = 6,6 dan jumlah keseimbangan setelah
pajak Q = 13,4
Contoh 2 :
Bila fungsi permintaan dan penawaran akan suatu barang ditunjukkan oleh
persamaan:
Qd = 10 – P dan Qs = 2P – 2
Pajak yang dikenakan oleh pemerintah sebesar Rp 4,-/unit. Maka tentukan harga
dan jumlah keseimbangan pasar sebelum dan sesudah ada pajak!
Jawab:
Sebelum pajak, keseimbangan terjadi apabila Pd=Ps dan Qd = Qs
Qd=Qs
10-P = 2P-2 Qd=10-P
Qd = 10 – 4
-P-2P = -2-10 Qd = 6
-3P = -12
−12
P=
−3
P=4
Jadi harga keseimbangan sebelum pajak P = 4 dan jumlah keseimbangan sebelum
pajak Q = 6
Jadi harga keseimbangan setelah pajak adalah P = 6,67 dan jumlah keseimbangan
setelah pajak adalah Q = 3,33
B. Subsidi
Subsidi merupakan kebalikan pajak dan menyebabkan harga jual barang tersebut menjadi
lebih murah karena biaya produksi menjadi lebih ringan. Akibatnya setelah dilakukan subsidi
harga keseimbangannya menjadi lebih rendah dari pada sebelumnya dan jumlah
keseimbangan menjadi lebih banyak.
Contoh 1:
Qd = 24 - P dan Qs = 9 + 4P
4. Gambar Grafiknya
Jawab:
1) Persamaan permintaan dan penawaran sebelum adanya subsidi :
Qd = 24 – P
Qs = 9 + 4P
Qd=Qs
24 – P = 9 + 4P Qd = 24-P
Qd = 24 – 3
-P – 4P = 9 – 24
Qd = 21
-5P = -15
−15
P=
−5
P=3
Jadi harga keseimbangan sebelum subsidi adalah P =3 dan jumlah keseimbangan sebelum
subsidi adalah Q = 21
Qs = 13 + 4P
Q
Contoh 2:
4. Gambar Grafiknya
Jawab :
4) Grafik :
Qs = 45.000 + 4P
Qd = 50.000 - P
1.000
Qs = 49.000 + 4P
200
49.000 49.800